• Tidak ada hasil yang ditemukan

Basli*, Freddy Sitorus**, Eva Dewati**, Herqutanto***

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Basli*, Freddy Sitorus**, Eva Dewati**, Herqutanto***"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Neurona Vol. 28 No. 2 Januari 2011

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

SCALES FOR OUTCOME IN

PARKINSON’S DISEASE-AUTONOMIC (SCOPA-AUT)

UNTUK

MENILAI GANGGUAN FUNGSI OTONOM PADA PENYAKIT

PARKINSON

Basli*, Freddy Sitorus**, Eva Dewati**, Herqutanto*** ABSTRACT

Introduction: Parkinson’s disease is the most frequent type of parkinsonism, and the second most frequent disease after Alzheimer’s dementia. Autonomic dysfunction in parkinson’s disease has the signs and symptoms associated with gastrointestinal, urinary, sexual, cardiovascular, thermoregulation and pupillomotor abnormalities.

Aim: To attain a valid and reliable SCOPA-AUT instrument in Bahasa Indonesia.

Methods: Validity test to evaluate validity based on transcultural study of WHO. Reliability tes to evaluate reliability of test-retest with kappa test in a cross-sectional study that included a total of 50 patients that has been diagnosed with Parkinson’s disease.

Result: SCOPA-AUT INA instrument is found to be valid on all items. On reliability test-retest, kappa scores varied between items. Kappa score for gastrointestinal domain was 0.81-1.00, for cardiovascular domain was 0.90-1.00, for pupillomotor domain was 0.96, for sexual domain was 0.80-1.00 and for additional questions was 1.00. In overall, Kappa score of SCOPA-AUT INA was 0.94.

Conclusion: SCOPA-AUT INA is a valid and reliable (Kappa 0.94) instrument to be used as in assessing autonomic dysfunction in Parkinson’s disease.

Keywords: Autonomic dysfunction, Kappa test, Parkinson’s disease, reliability, SCOPA-AUT, test-retest, transcultural study, validity

ABSTRAK

Pendahuluan: Penyakit Parkinson adalah tipe yang tersering dari Parkinsonism, dan penyakit yang tersering kedua setelah demensia Alzheimer. Gejala gunnguan otonom pada penyakit Parkinson meliputi tanda dan gejala yang berhubungan dengan gangguan gasterointestinal, perkemihan, seksual, kardiovaskular, termoregulator, dan pupilmotor.

Tujuan : Mendapatkan instrumen SCOPA-AUT dalam bahasa Indonesia yang valid dan reliabel

Metode: Uji validasi menilai validitas berdasarkan transcultural study WHO. Uji reliabilitas menilai reliabilitas tes-retes dengan uji Kappa pada studi potong lintang yang mengikutsertakan 50 pasien (total sampling) yang sudah di diagnosis dengan penyakit Parkinson.

Hasil: Instrumen SCOPA-AUT INA dinyatakan valid pada keseluruhan item. Pada uji reliabilitas tes-retes nilai kappa bervariasi antara satu item dengan item yang lainnya. Nilai Kappa untuk domain gastrointestinal (Kappa 0,81–1,00), domain perkemihan (Kappa 0,76–1,00), Domain kardiovaskuler (Kappa 0,90-1,00) Domain Pupilmotor (Kappa 0,96), Domain seksual (Kappa 0,80–1,00) dan pertanyaan tambahan (Kappa 1,00). Secara keseluran SCOPA-AUT INA memiliki nilai Kappa 0,94.

Kesimpulan: SCOPA-AUT INA valid dan reliabel (Kappa 0,94) untuk digunakan sebagai instrumen dalam menilai gangguan fungsi otonom pada penyakit Parkinson.

Kata kunci: Gangguan fungsi otonom, penyakit Parkinson, SCOPA-AUT, reliabilitas, tes-retes, transcultural study, uji Kappa, validitas

*Departemen Neurologi FK Universitas Indonesia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, **Departemen Ilmu Komunitas FK Universitas Indonesia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

PENDAHULUAN

Penyakit Parkinson merupakan gangguan neurodegeneratif progresif yang disebabkan proses degenerasi spesifik neuron-neuron dopominergik ganglia basalis terutama di substansia nigra pars kompakta yang disertai inklusi sitoplasmik eosinofilik (lewy bodies).1,2 Gejala otonom pada penyakit parkinson pertama kali dilaporkan oleh James Parkinson sendiri pada tahun 1817. Dia menggambarkan adanya kelainan produksi air liur, berkeringat, gangguan fungsi saluran cerna dan kandung kemih. Domain gangguan otonom pada penderita parkinson meliputi tanda dan gejala yang berhubungan dengan gangguan gastrointestinal, perkemihan, seksual, kardiovaskular, termoregulator, pernafasan dan fungsi pupilmotor. Sekitar 70-80 % pasien akan mengalami ketidaknyamanan dan kesakitan yang signifikan.3

(2)

Neurona Vol. 28 No. 2 Januari 2011 Prevalensi gangguan fungsi otonom pada penyakit parkinson sangat bervariasi tergantung jenis studi yang dilakukan, test otonom yang digunakan, dan kriteria yang dipakai dalam menentukan gangguan fungsi otonom. Gejala otonom pada penyakit parkinson kejadiannya sangat tinggi terutama pada pasien dengan bradikinesia bilateral dan kekakuan yang berat, dan gejala lebih ringan pada pasien dengan tanda-tanda yang masih unilateral. Prevalensi keseluruhan gejala otonom bervariasi antara 76-93%. Durasi dan tingkat keparahan penyakit dikaitkan dengan tingkat kegagalan klinis otonom.4 Data prevalensi gangguan fungsi otonom pada penyakit parkinson di Indonesia sendiri belum ada karena penelitian secara klinis mengenai hal tersebut belum pernah dilakukan.

Gangguan fungsi sistem saraf otonom pada penyakit parkinson disebabkan oleh proses degeneratif mendasar yang memengaruhi ganglia basalis, inti batang otak, dan inti hipotalamus. Obat Anti-parkinson juga dapat menyebabkan atau memperburuk gejala gangguan fungsi sistem saraf pusat. Perawatan seorang pasien penderita parkinson dengan gangguan fungsi sistem saraf otonom sangat bergantung pada kebijakan perawatan dan terapi langsung, termasuk perawatan yang terkoordinasi antara perawat dan dokter spesialis neurologi. Farmakoterapi mungkin membantu untuk mengobati gangguan fungsi ortostasis, pencernaan, perkemihan, dan disfungsi seksual.3

Selain itu, ada beberapa kuesioner yang dapat digunakan untuk menilai gangguan non-motorik pada penderita parkinson antara lain the Scala for Outcomes in Parkinson Disease-Autonomic (SCOPA-AUT), Non-motor symptoms questioner for Parkinson Disease

(NMSQues) dan Nonmotor Symptom Scale (NMSS). Hanya kuesioner SCOPA-AUT yang khusus menilai gangguan fungsi otonom pada penderita penyakit Parkinson. Sedangkan pada kuesioner NMSQues dan NMSS selain menilai gangguan fungsi otonom, kuesioner ini juga menilai gangguan psikiatri, gangguan kognitif dan gangguan tidur pada penderita penyakit Parkinson. Namun hanya SCOPA-AUT dan NMSQues yang sudah direkomendasikan oleh

MDS-UPDRS Committe sebagai skrining gejala non-motorik pada penderita parkinson, sedangkan NMSS masih diusulkan.

Scala for Outcomes in Parkinson’s Disease-Autonomic (SCOPA-AUT) merupakan instrumen untuk menilai masalah gangguan otonom pada pasien Parkinson. Butir yang dipilih dalam kuesioner SCOPA-AUT berdasarkan tinjauan ekstensif dari literatur tentang gejala otonom dari penyakit Parkinson dan MSA (multiple system atrophy) dan telah di konsultasi dengan spesialisasi lain seperti neurofisiologi, gasteroenterologi, ginekologi, urologi, dan seksologi.

METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang dari bulan April sampai Juni 2010 untuk menilai validitas dan reliabilitas SCOPA-AUT yang dilakukan di poli klinik saraf RSUPN Cipto Mangunkusumo Departemen Neurologi FKUI.

Langkah validasi dilakukan menurut konsep validasi transcutural WHO yaitu : (1) menentukan dua grup ahli penerjemah (terjemahan kedalam bahasa Indonesia oleh Lembaga Bahasa Universitas Indonesia dan terjemahan kembali ke bahasa Inggris oleh Lembaga Pusat Bahasa). (2). Kuesioner versi bahasa Ingiris dinilai struktur konsep perangkat SCOPA-AUT yang dilakukan oleh tim ahli konsultan Movement Disorder. (3) Kuesioner SCOPA-AUT versi bahasa Inggris diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia (Lembaga Bahasa Universitas Indonesia). (4) Hasil terjemahan tersebut di nilai kembali oleh tim ahli konsultan Movement Disorder dan dimodifikasi bila perlu. (5) Hasil terjemahan dalam versi bahasa Indonesia dinilai oleh ahli bahasa Indonesia apakah sesuai dengan norma atau istilah-istilah yang didigunakan dapat di mengerti oleh orang Indonesia. (6) Terjemahan yang sudah dikoreksi oleh tim ahli bahasa dan konsultan Movement Disorder, diterjemahkan kembali ke bahasa Inggris, oleh penerjemah yang berbeda (Lembaga Pusat Bahasa); (7) Hasil penerjemahan

(3)

Neurona Vol. 28 No. 2 Januari 2011 ulang tersebut di nilai kembali oleh tim ahli konsultan Movement Disorder, dan bahasa Indonesia dan kemudian dilakukan uji reliabilitas.

Semua Pasien rawat jalan yang telah didiagnosis menderita penyakit parkinson yang datang ke poli klinik saraf RSUPN Cipto Mangunkusumo Departemen Neurologi FKUI yang memenuhi kriteria inklusi di masukkan dalam penelitian ini. Semua subjek dilakukan anamnesis identifikasi riwayat penyakit dahulu seperti riwayat stroke, riwayat hipertensi, DM, trauma kepala, infeksi/tumor otak dan stadium penyakit berdasarkan H & Y serta lamanya penggunaan terapi anti parkinson. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik umum (tekanan darah sistolik dan diastolik) dan pemeriksaan neurologi rutin. Pasien diminta untuk menjawab semua pertanyaan yang terdapat pada kuesioner. Analisis karakteristik subjek penelitian dengan menggunakan program Excel. Sementara analisis reliabilitas test-retest dilakukan dengan statistik K (Kappa).

HASIL

Karakteristik subjek penelitian

Telah dilakukan penelitian terhadap sampel 50 penderita penyakit parkinson yang berobat di poliklinik neurologi RSCM antara April sampai Juni 2010. Sebaran karakteristik demografik subjek penelitian (Tabel 1)

Tabel 1. Sebaran Karakteristik Subjek

Karakteristik Demografik Jumlah %

Jenis Kelamin - Laki-laki 34 68,0 - Perempuan 16 32,0 Usia - ≤ 40 3 6,0 - 41 – 50 6 12,0 - 51-60 10 20,0 - 61-70 22 44,0 - ≥ 71 9 18,0 Pendidikan - Rendah 14 28,0 - Sedang 20 40,0 - Tinggi 16 32,0

Pada penelitian ini di dapatkan sebaran karakteristik medis dari subjek sebagai berikut (Tabel 2) :

Tabel 2. Sebaran Karakteristik Medis Subjek

Variabel Jumlah % Durasi Sakit - ≤ 5 tahun 33 66,0 - 6 - 10 tahun 13 26,0 - ≥ 11 thn 4 8,0

Gejala Kardinal Awal

- Tremor 44 88,0

- Rigiditas 6 12,0

(4)

Neurona Vol. 28 No. 2 Januari 2011 - Stadium I 22 44,0 - Stadium II 17 34,0 - Stadium III 11 22,0 - Stadium IV 0 0,0 - Stadium V 0 0,0

Terapi Anti Parkinson

- Levodopa 3 6,0 - Non-Levodopa 13 26,0 - Levodopa + Non-Levodopa 34 68,0 Penyakit Lain - Hipertensi 15 30,0 - DM 4 8,0 - HT dan DM 1 2,0 - Tidak ada 30 60,0

Hasil Uji Validitas Transcultural SCOPA-AUT

Validasi tes SCOPA-AUT dilakukan dengan menggunakan konsep WHO. Langkah validasi dilakukan menurut konsep validasi transcutural WHO yang terdiri atas 7 langkah, yakni:

(1) Membentuk 2 grup ahli penerjemah, yakni 2 kelompok ahli bahasa Inggris yang berbeda, pertama oleh Lembaga Bahasa Universitas Indonesia untuk terjemahan ke dalam bahasa Indonesia, yang kedua adalah Lembaga Pusat Bahasa untuk terjemahan kembali kedalam bahasa Inggris.

(2) Menilai isi dan struktur konsep perangkat SCOPA-AUT yang dilakukan oleh tim ahli. Tim Ahli disini adalah yang ahli dalam menilai materi dari tes SCOPA-AUT, yakni konsultan Movement Disorder dari Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).

(3) Tes SCOPA-AUT diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh kelompok ahli bahasa Inggris yang pertama, yakni oleh Lembaga Bahasa Universitas Indonesia.

(4) Dilakukan penilaian hasil terjemahan oleh tim ahli yakni konsultan Movement Disorder dari FKUI, dan Ahli Bahasa Indonesia (Wakil Pimpinan Redaksi salah satu majalah kedokteran Indonesia). Para ahli melakukan modifikasi pada tes SCOPA-AUT yang telah diterjemahkan sesuai dengan budaya dan bahasa lokal, menjadi SCOPA-AUT versi Indonesia (SCOPA-AUT INA).

(5) Menilai hasil terjemahan tersebut oleh pakar bahasa Indonesia, yakni Wakil Pimpinan Redaksi salah satu majalah kedokteran Indonesia.

(6) Terjemahan yang sudah dikoreksi oleh tim ahli bahasa dan konsultan Movement Disorder, diterjemahkan kembali ke Bahasa Inggris, oleh penerjemah yang berbeda, yakni kelompok Lembaga Pusat Bahasa.

(7) Menilai penerjemahan ulang tersebut oleh para ahli Movement Disorder dan bahasa Indonesia.

Setelah dilakukan penilaian dan koreksi oleh ahli bahasa Indonesia, ada beberapa kata dan kalimat dari hasil terjemahan dianggap perlu dikoreksi atau diganti istilahnya kedalam bahasa Indonesia yang mudah di mengerti oleh orang awam dan juga ada beberapa kalimat dihilangkan, diganti dan ditambah dengan kalimat yang lainnya.

Hasil Uji Reliabitas Tes-Retes

Uji realiabilitas pada penelitian ini menggunakan uji reliabilitas tes-retes. Hasil uji tersebut disajikan pada Tabel 3. Pada domain gastrointestinal didapatkan nilai kappa 0,81-1,00, pada domain perkemihan didapatkan hasil kappa 0,76-0,81-1,00, domain kardiovaskular

(5)

Neurona Vol. 28 No. 2 Januari 2011 memiliki nilai kappa 0,90-1,00, domain termoregulator memiliki nilai kappa 0,90–0,98, domain pupilmotor memiliki nilai kappa 0,96, domain fungsi seksual memiliki nilai kappa 0,80-1,00 dan untuk pertanyaan tambahan memiliki nilai kappa dia 1,00. Dengan nilai kappa untuk SCOPA-AUT versi Indonesia secara keseluruhan adalah 0,94.

Tabel 3. Uji Reliabilitas

Poin pertanyaan N KAPPA

Sama Tidak sama

Domain Gastro intestinal

1 Kesulitan menelan atau tersedak 45 5 0,86

2 Sialorrhea 45 5 0,86

3 Dysphagia 49 1 0,98

4 Cepat kenyang 48 2 0,96

5 Konstipasi 44 6 0,88

6 BAB harus mengedan 41 9 0,81

7 BAB keluar tidak disengaja 50 0 1,00

0,91

Domain perkemihan

8 Kesulitan menahan kencing 45 5 0,86

9 Kencing tanpa terasa 50 0 1,00

10 Kantong kencing terasa penuh 47 3 0,94

11 Aliran kencing terasa lemah 47 3 0,94

12 Sering buang air kencing 44 6 0,88

13 Kencing malam hari 38 12 0,76

0,90

Domain kardiovascular

14 pusing atau pandangan gelap sewaktu berdiri 45 5 0,90

15 pusing setelah berdiri lama 50 0 1,00

16 Syncope 49 1 0,98

0,96

Domain termoregulator

17 Keringat berlebihan siang hari 45 5 0,90

18 Keringat berlebihan malam hari 47 3 0,94

20 tidak tahan panas 49 1 0,98

21 tidak tahan dingin 47 3 0,94

0,94

Domain pupilmotor

19 Peka terhadap cahaya terang 48 2 0,96

Domain seksual

22 Laki-laki : Masalah ereksi 27 7 0,80

23 Laki-laki : Masalah ejakulasi 32 2 0,94

23a Menggunakan obat untuk masalah ereksi 34 0 1,00

24 Perempuan : vaginal lubrikasi 16 0 1,00

25 Perempuan : kesulitan orgasme 16 0 1,00

0,95 Pertanyaan Tambahan 26a Konstipasi 50 0 1,00 26b Masalah Kencing 50 0 1,00 26c Tekanan Darah 50 0 1,00 26d Gejala Lain 50 0 1,00 1,00 0,94

(6)

Neurona Vol. 28 No. 2 Januari 2011

PEMBAHASAN

Kuesioner SCOPA-AUT merupakan instrumen pertama yang khusus menilai gangguan fungsi otonom pada penyakit parkinson.36 Penelitian validasi SCOPA-AUT pertamakali

dipublikasikan tahun 2004. Penelitian menggunakan SCOPA-AUT sebagai unsur luas dari gejala-gejala non-motor sudah mulai dilakukan dan skala SCOPA-AUT sudah direkomendasikan untuk menilai gangguan fungsi otonom pada penderita Penyakit Parkinson.38 Pada penelitian ini dilakukan Uji Validitas dan Reliabilitas terhadap kuesioner SCOPA-AUT sehingga didapatkan instrumen SCOPA-AUT dalam versi bahasa Indonesia yang sudah teruji validitas dan reliabilitasnya sehingga dapat digunakan untuk mengevaluasi gejala gangguan fungsi otonom pada penderita Penyakit Parkinson di Indonesia.

Sampai saat ini belum ada standar baku untuk menilai gangguan fungsi otonom pada penderita Parkinson. Penelitian Visser at all (2004) melakukan uji validitas terhadap pertanyaan-pertanyaan untuk gangguan fungsi otonom yang mungkin akan muncul pada penderita Parkinson. Pendekatan yang dikembangkan pada pertanyaan SCOPA-AUT terfokus pada isi dan penggunaan secara klinis.34

Karakteristik Subjek Penelitian

Pada penelitian ini didapatkan sampel 50 pasien yang sudah didiagnosis menderita penyakit parkinson dan berobat di Poliklinik Saraf RSCM Jakarta. Karakteristik subjek penelitian disajikan pada tabel 4.1 Sebaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin yaitu 34 pasien (68,0%) laki-laki dan16 pasien (32,0%) perempuan yang secara konsekutif perbandingan laki-laki dan perempuan yaitu 2:1. Usia subjek berkisar antara 31-71 tahun dan rata-rata usia 60,84 tahun.

Dari data sebaran medis durasi sakit lebih banyak pada durasi sakit ≤5 tahun, dengan usia onset rata-rata 55.88 tahun. Gejala awal berupa tremor sebesar 44 (88,0%) pasien serta memiliki stadium penyakit yang terbayak pada stadium I sebanyak 22 (44,0%) pasien.

Berdasarkan literatur usia onset Parkinson pada dekade keempat sampai ketujuh dengan rerata usia onset 55 tahun. Hal ini hampir sama yang ditemukan pada penelitia Artal, FJC dkk (2007), dimana laki-laki lebih banyak di bandingkan perempuan (53,5% laki-laki, 46,5% perempuan) dengan rata-rata usia responden 61,9 tahun, serta durasi sakit 6,6 tahun dengan rerata usia onset penyakit 55,6 tahun. Secara sosial demogarfik berdasarkan stadium Hoehn and yahr didapatkan 66% pasien berupa stadium ≤2, hanya 5% pasien berupa stadium empat (4).

Adanya perbedaan angka kejadian parkinson antara laki-laki dan perempuan disebabkan oleh karena pada perempuan produksi hormon estrogen lebih banyak dibandingkan dengan pria. Estrogen memegang peranan penting dalam menurunkan resiko terjadinya penyakit parkinson (Demetrius Maraganore,MD). Estrogen juga memegang peranan dalam hal menjaga keutuhan semua sel, termasuk sel-sel saraf, dan estrogen memiliki faktor protektif.50

Pada studi yang terbaru dikatakan bahwa parkinson berkembang lebih lambat pada perempuan yang mendapatkan terapi hormonal pengganti. Pada studi pendahuluan yang dilakukan oleh Dr. Maraganore, menemukan bahwa perempuan yang mendapatkan terapi hormon pengganti (HRT) angka kejadian penyakit parkinson lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan terapi hormon pengganti, dan estrogen dapat melindungi terhadap perkembangan penyakit.50

Penelitian D. Eugene Redmond Jr, tidak adanya estrogen berdampak buruk terhadap sel yang memproduksi dopamin. Penelitian Yale terhadap monyet betina yang kehilangan estrogen didapatkan 30% kehilangan neuron yang memproduksi dopamin.51

(7)

Neurona Vol. 28 No. 2 Januari 2011

Hasil Uji Validasi dan Reliabilitas

Pada uji validitas SCOPA-AUT versi Indonesia yang peneliti lakukan melibatkan divisi Movement Disorder Departemen Neurologi RSCM/FKUI Jakarta dan dua ahli bahasa Indonesia. Secara keseluruhan, hasil SCOPA-AUT versi Indonesia adalah valid. Pada semua poin pertanyaan dari hasil terjemahan awal dan setelah dilakukan validasi ada beberapa kata yang perlu ditambah karena dianggap bisa lebih dipahami oleh penderita Parkinson yang ada di Indonesia. Pada awal kalimat “selama sebulan terakhir ini” dilakukan penambahan kata “satu” diantara kata “selama dan sebulan” sehingga menjadi kalimat “selama satu bulan terakhir ini”, dan pada pertanyaan no.2 kata “saat” di hilangkan karena dianggap tidak perlu. Pada pertanyaan no. 5 “Konstipasi adalah terhambatnya usus besar, suatu kondisi yang dialami seseorang yang hanya BAB dua kali seminggu atau kurang” pernyataan tersebut dihilangkan karena dianggap tidak perlu dijelaskan lagi dan sudah mewakili langsung pada pertanyaannya.

Pada penelitian ini ada beberapa kata diganti katanya dengan kata yang lain serta ditambah dengan kalimat pernyerta, sehingga mudah di mengerti oleh orang Indonesia seperti pada pertanyaan: no.9 kata “mengompol” diganti menjadi “tanpa terasa”. No. 10 kata “kemih” diganti menjadi “kencing”, no. 14 kata “pusing” diganti menjadi “melayang”, no.18 setelah kata “silau” ditambah kalimat “terhadap cahaya yang terang” dan no. 19 dan 20 kata “tidak tahan” diganti menjadi “kesulitan menyesuaikan diri”.

Disamping itu juga ada beberapa kalimat yang diperbaiki dan di cari kata yang lebih mudah dipahami seperti pada kalimat pernyataan pembuka “Melalui kuesioner ini kami ingin mengetahui sejauh mana selama bulan terakhir ini anda mengalami masalah dengan berbagai fungsi tubuh, seperti membuang air kecil, atau keringat berlebihan” kalimat tersebut direvisi menjadi “Melalui kuesioner ini kami ingin mengetahui masalah kesehatan yang anda alami selama satu bulan terakhir ini misalnya gangguan buang air kecil, atau keringat berlebihan” juga pada kalimat pernyataan yang menjelaskan tentang fungsi seksual yaitu kalimat “Di sini anda dapat menunjukkan bahwa situasi yang digambarkan tidak relevan untuk anda selama bulan terakhir, karena misalnya anda sedang tidak aktif secara seksual” dan di revisi menjadi “Pada jawaban tambahan itu anda dapat menunjukkan bahwa situasi yang digambarkan tidak sesuai untuk anda selama bulan terakhir, karena misalnya anda sedang sakit, sibuk, atau menstruasi atau tidak aktif lagi secara seksual”.

Secara keseluruhan setelah dilakukan perubahan-perubahan dan setelah diterjemahkan kembali ke dalam bahasa aslinya oleh pihak penerjemah kedua hasil terjemahan kembali tersebut tidak ada perubahan makna yang berarti dari makna SCOPA-AUT yang asli, sehingga disimpulkan SCOPA-AUT versi bahasa Indonesia adalah valid.

Hal ini juga didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh visser dkk (2004) dimana validitas isi SCOPA-AUT adalah baik, berdasarkan opini ahli dan pasien. Begitu juga hasil validasi

yang dilakukan oleh Blazques Rodrigues dkk (2009) bahwa SCOPA-AUT merupakan

kuesioner yang dapat diterima, konsisten dan mempunyai skala yang valid walaupun isinya beranekaragam. Pada penelitian yg dilakukan oleh Artal dkk (2009) yang menilai cross cultural adaptation serta penilaian psikometrik dari alat SCOPA-AUT versi Brazilia Portugis, didapatkan hasil bahwa SCOPA-AUT versi Brazillia Portugis merupakan instrumen yang bermanfaat, bisa dipercaya, dan valid untuk mengukur gangguan fungsi otonom pada penderita penyakit Parkinson. Penelitian M.J.Forjas dkk (2009) menunjukkan bahwa SCOPA-AUT memiliki konsistensi interna yang baik dan merupakan alat ukur yang bisa dipercaya oleh peneliti lainnya.

Pada Penelitian ini, uji Reliabilitas dilakukan secara test-retest. Pada uji test-retest didapatkan nilai kappa setiap domain sangat baik yaitu antara 0,90 sampai 1,00, dan secara keseluruhan nilai kappa SCOPA-AUT INA memiliki nilai kappa 0,94. Hal ini juga didapatkan

(8)

Neurona Vol. 28 No. 2 Januari 2011 pada penelitian Visser dkk (2004) bahwa test-retest reliabilitas SCOPA-AUT sangat tinggi, baik skor total maupun skor masing-masing domain pada tiap-tiap individu, dengan nilai kappa antara 0,45 sampai 0,90 (p<0,05). Pada manajemen klinis, dokter ahli saraf dapat menggunakan daftar pertanyaan kuesioner tersebut untuk melihat domain otonom apa yang terganggu sehingga jadi perhatian khusus pada kunjungan berikutnya. Disamping itu skala tersebut bisa saja di gunakan pada uji coba untuk mengukur perubahan-perubahan pada gangguan fungsi otonom.34

KESIMPULAN

1. Instrumen SCOPA-AUT versi Indonesia (SCOPA-AUT INA) telah diuji validitasnya menurut kaidah validasi transcultural World Health Organization (WHO) dan hasilnya adalah valid.

2. Instrumen SCOPA-AUT versi Indonesia (SCOPA-AUT INA) telah diuji reliabilitasnya dengan hasil baik (K=0,94) dan dapat digunakan oleh dokter ahli saraf.

SARAN

1. Hasil penelitian ini dapat dilanjutkan untuk menilai berapa proporsi gangguan fungsi otonom pada pendirita penyakit Parkinson di Indonesia, sehingga didapatkan data awal berapa proporsi penderita penyakit Parkinson di Indonesia mengalami gangguan fungsi otonom oleh karena penyakit Parkinson.

2. Kuesioner SCOPA-AUT versi Indonesia (SCOPA-AUT INA) dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pemeriksaan singkat dalam mendeteksi secara dini gangguan fungsi otonom pada penderita penyakit Parkinson, baik dalam praktek klinis maupun penelitian lanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Cheryl HW. Diagnosis and Managements Parkinsons Disease. second edition. Professional Communications Inc, 1999.

2. Rowland LP. Merritt’s Neurology. 11th edition. Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins. 2005:

828-845.

3. Theresa A. Zesiewicz, Matthew J. Baker, Mervat Wahba, Robert A. Hauser. Autonomic Nervous System Dysfunction in Parkinson’s Disease. Parkinson’s Disease and Movement Disorders Center, Current Treatment Options in Neurology 2003, 5:149–160.

4. Haapaniemi Tarja. Autonomic Dysfucntion in Parkinson’s Disease and its Correlates to Medication and Dopamine Transporter Binding. University of Oulu, Finland, 2001.

5. Octaviany Maria. Gambaran gangguan fungsi otonom pada penderita Penyakit Parkinson Menggunakan Symphatetic Skin Respon, Neurologi FKUI Jakarta. 2005. 4-14

6. Rowland LP. Merritt's Neurology 11th edition. Philadelphia. Lippincott Williams &Wilkins. 2005:828-84

7. Giladi N, Mc Dermont, Fahn S, Przedborski, Jankovic, Stern M, Tanner C. Freezing of Gait in PD: Prospective Assessment in the DATATOP Cohort. Neurologi 2001;56:1712-1721

8. Lang AE. Surgery for Parkinsons Disease A Critical Evaluation of the State of the Art, Arch Neurol. 2000;57:1118-1125

9. Martin P. Martinez, Blázquez C.R, Abe K, et all. International study on the psychometric attributes of the Non-Motor Symptoms Scale in Parkinson disease. Neurology. 2009; 73:1584-1591.

10. Siddiqui MF, Rast S, Lynn MJ, et al. Autonomic dysfunction in Parkinson’s disease: a comprehensive symptom survey. Parkinsonism Relat Disord. 2002; 8(4): 277–84.

11. Woder RL, Cusos GP. An integrative interface between two supersystems: the brain and the immune system. 200; 52:595-638

12. Botson GG, Capo JT. Autonomic nervous system. USA, 2000:301-8.

13. Pratt O, Gwinutt C. The autonomic nervous system. Department of Anaesthesia, Hope Hospital, UK. 2005. 14. Mendoza JE, Foundas AL. Clinical neuroanatomy. Springer Science Business Media, 2008: 18-22, 213-70. 15. Kian A. Functional neuroanatomy. Department of Anatomy and Cell Biology The University of Western

Ontario. 2005.

16. Anonym. The autonomic nervous system. WHO and the Office of Research Policy and Cooperation, 1998:1-25.

(9)

Neurona Vol. 28 No. 2 Januari 2011 17. Mcrry LK. The autonomic nervous system. American Journal of Pharmaceutical Education, 2007; 71(4):

1-11.

18. Gal K, Uni L. Autonomic. Indian Journal of Pharmacology, 2000; 32: S15-S24.

19. Vermino S, Sandroni P, Singer W, Low PA. Autonomic gangkia. American Academy of Neurology, Boston, 2007: 1926-32.

20. Mardjono M, Sidharta P, Neurologi klinis dasar. Dian Rakyat. 2000: 219-42.

21. Snell RS. Susunan saraf otonom. Dalam: Snell RS. Neuroanatomi Klinik. EGC, 1996: 487-520.

22. Rastogi SS, Singh RB, Neki NS. How brain influences neuro-cardovascular dysfunction. JAPI, 2004; 52:223-9.

23. Critchley HD, Corfield DR, Chandler MP, Mathias CJ, Dolan RJ. Cerebral correlates of autonomic cardiovascular arousal: a functional neuroimaging investigation in human. Journal of Physiology, 2000; 523(1): 259-70.

24. Critchley HD, Mathias CJ, Josephs O, Doherty JO, Zanini S, Dewar BK. Human cingulated cortex and autonomic control: converging neuroimaging and clinical evidence. Brain, 2003; 126:2139-52.

25. Vaba M. Autonomic nervous system. Department of Pathophysiology Chas University, 1996:1-26.

26. Pazo JH, Belfoerte JE, Basal Ganglia and functional of the autonomic nervus system. Cellular and Molecular Neurobiology. 2002;22:645-54

27. Kuba M. Autonomic Nervous System normal function and Disorders. Charles University Faculty of Medecine hradec kralove. 1996

28. Fowler C.J, Frohman E.M. Neurogenic sexual dysfunction in men and women in : Neurologic

Bladder, Bowel and sexual Dysfuction. World Federation of Neurology Seminars in Clinical Neurology. Elsevier Science B.V. Netherlands. 2001. 38-42

29. Samii A, Nutt JG, Ransom BR. Parkinson‘s disesse. Lancet 2004; 363-93.

30. Awerbuch GI, Sandyk R. Autonomic functions in the early stages of Parkinson’s disease. Int J Neurosci. 1994; 74(1–4): 9–16.

31. Singer C, Weiner WJ, Sanchez-Ramos JR. Autonomic dysfunction in men with Parkinson’s disease. Eur Neurol. 1992; 32(3): 134–40.

32. Kenny RA. Autonomic Dysfunction. In Parkinson’s Disease in the Older Patient. Second edition, Redcliffe Publishing. United Kingdom. 2008; 144-158.

33. Marian L, Evatt, K. Ray Chaudhuri, Kelvin L. Chou, Ester Cubo, et. all. Dysautonomia Rating Scales in Parkinson’s Disease: Sialorrhea,Dysphagia, and Constipation—Critique and Recommendations by Movement Disorders Task Force on Rating Scales for

34. Visser Martine, Johan M, Anne MS, Jacobus JVH. Assesment of Autonomic Dysfunction in Parkinson’s Disease: The SCOPA-AUT. www.interscience.wiley.com, Movement Disorders, Vol.19, No.11, 2004. p. 1306-1311.

35. Verbaan D, Johan M, Visser M, Anne MS, Jacobus JVH. Patient-reported autonomic symptoms in Parkinson’s disease. Neurology. 2007. p.333-341

36. Blázquez C.R. Forjazb. M.J, Frades-Payoa B, de Pedro-Cuestaa J and Martin P. Martinez. Independent validation of the scales for outcomes in Parkinson’s disease-autonomic (SCOPA-AUT). European Journal of Neurology 2009, 1-7.

37. Artal F.J.C, Riberio L.S. Kummer Wladimir, Martin P. Martinez. Psychometric Properties of the SCOPA-AUT Brazilizn Portuguese Version. Movement Disorders Society. Vol.00, No.00, 2009

38. Forjaz, M.J, Ayala. A, Blazquez.C. Rodriguez , Payo Frades, Martin P. Martinez. Assessing autonomic symptoms of Parkinson_s disease with the SCOPA-AUT: a new perspective from Rasch analysis.  European Journal of Neurology 2010, 17: 273–279

39. Imam Ghozali. Aplikasi analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2001.

40. Fred N. Kerlinger. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 1993. 41. Mathias CJ. Orthostatic hypotension: causes, mechanisms, and infl uencing factors. Neurology. 1995; 45 (4

Suppl. 5): S6–11.

42. Husein Nadia Hamedan. Uji Validitas dan Reabilitas MoCa-Ina untuk Penapisan Gangguan Fungsi Kognitif. Tesis, FKUI, Jakarta, 2009.

43. Saifuddin Azwar. Reliabilitas dan Validitas. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2008.

44. Sumadi Suryabrata. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Penerbit Andi. Yogyakarta. 2005.

45. Anonim. Validitas dan Reliabilitas Tes : Deskripsi Konsep dan Aplikasinya dalam Evaluasi. http://pustekkom.depdiknas.go.id/index.php?pilih=hal&id=86

46. Ommeren MV. Validity issues in transcultural epidemiology. British Journal of Psychiatry. 2003;182;p.376-378.

47. Brennan P, Silman A. Statistical Methods for Assesing Observer Variability in Clinical Measures. British Med. Journal. 1992;304;1491-1494.

(10)

Neurona Vol. 28 No. 2 Januari 2011 48. Konsensus Nasional pengenalan dan penatalaksanaan demensia alzheimer dan demensia lainnya. Asosoasi

Alzheimer Indonesia (Aazl),2003

49. Nirmala, in Papalia Diane E, Wendkos Sally. Sex diusia paruh baya.The Global Source for Summaries & Reviews. Shavoong.com. 4 Agustus 2010.

50. Anonimous. ICDPMD: Etrogen Beneficial As Parkinson’s Treatment. New York. 1998. [cited (2010-11-10)] Available from: http://www.pslgnup.com.

51. Burke Anne. Lack of estrogen tied to Parkinson’s May explain why men, older women stricken most. Health Scout. 2000.

SCOPA-AUT INA

Melalui kuesioner ini kami ingin mengetahui masalah kesehatan yang anda alami selama satu bulan terakhir ini misalnya gangguan buang air kecil, atau keringat berlebihan. Jawablah pertanyaan berikut dengan memberi tanda silang pada kotak yang paling dekat menggambarkan keadaan anda. Bila anda ingin mengubah jawaban, hitamkan seluruh kotak yang ’salah’ dan buatlah tanda silang pada kotak yang benar. Bila anda menggunakan obat selama satu bulan terakhir sehubungan dengan salah satu atau lebih masalah yang disebut dalam kuesioner ini, jawablah pertanyaan menurut keadaan anda setelah anda menggunakan obat tersebut. Anda dapat membuat catatan mengenai obat yang digunakan pada halaman terakhir.

1. Selama satu bulan terakhir ini, apakah anda pernah mengalami kesulitan menelan atau tersedak?

Tidak pernah kadang-kadang teratur sering

2. Selama satu bulan terakhir ini, apakah anda pernah mengalami ludah anda menetes keluar dari mulut?

Tidak pernah kadang-kadang teratur sering

3. Selama satu bulan terakhir ini, apakah pernah ada makanan yang tersangkut dalam kerongkongan anda?

Tidak pernah kadang-kadang teratur sering

4. Selama satu bulan terakhir ini, apakah sewaktu makan anda merasa cepat kenyang?

Tidak pernah kadang-kadang teratur sering

5. Dalam satu bulan terakhir ini apakah anda pernah mengalami buang air besar dua kali seminggu atau kurang ?

(11)

Neurona Vol. 28 No. 2 Januari 2011 6. Dalam satu bulan terakhir ini, apakah anda harus mengejan kuat pada waktu buang air

besar?

Tidak pernah kadang-kadang teratur sering

7. Selama satu bulan terakhir ini, apakah anda pernah buang air besar tanpa terasa ?

Tidak pernah kadang-kadang teratur sering

Pertanyaan 8 sampai 13 menyangkut masalah BAK. Bila anda menggunakan kateter tandai kotak ”pakai kateter”

8. Selama satu bulan terakhir ini, apakah anda mengalami kesulitan menahan kencing?

Tidak pernah kadang-kadang teratur sering pakai

kateter 9. Selama satu bulan terakhir ini, apakah anda mengalami buang air kecil tanpa terasa?

Tidak pernah kadang-kadang teratur sering pakai

Kateter 10.Selama satu bulan terakhir ini, apakah anda merasa bahwa setelah buang air kecil kantong

kencing anda terasa belum kosong betul?

Tidak pernah kadang-kadang teratur sering pakai

kateter 11.Selama satu bulan terakhir ini, apakah aliran kencing anda terasa lemah?

Tidak pernah kadang-kadang teratur sering pakai

kateter 12.Selama satu bulan terakhir ini, apakah anda buang air kecil dalam waktu 2 jam setelah

buang air kecil sebelumnya?

Tidak pernah kadang-kadang teratur sering pakai

kateter 13.Selama satu bulan terakhir ini, apakah anda buang air kecil pada malam hari?

(12)

Neurona Vol. 28 No. 2 Januari 2011

Tidak pernah kadang-kadang teratur sering pakai

kateter 14.Selama satu bulan terakhir ini, apakah anda merasa melayang, atau tidak dapat melihat

dengan terang, atau anda tidak dapat berfikir dengan terang sewaktu anda berdiri?

Tidak pernah kadang-kadang teratur sering

15.Selama satu bulan terakhir ini, apakah anda menjadi melayang setelah berdiri selama beberapa waktu?

Tidak pernah kadang-kadang teratur sering

16.Apakah anda pernah jatuh pingsan selama 6 bulan terakhir?

Tidak pernah kadang-kadang teratur sering

17.Selama satu bulan terakhir ini, apakah anda pernah mengeluarkan keringat berlebihan pada siang hari?

Tidak pernah kadang-kadang teratur sering

18.Selama satu bulan terakhir ini, apakah anda pernah mengeluarkan keringat berlebihan pada smalam hari?

Tidak pernah kadang-kadang teratur sering

19.Selama satu bulan terakhir ini, apakah mata anda pernah tersasa silau terhadap cahaya terang?

Tidak pernah kadang-kadang teratur sering

20.Selama satu bulan terakhir ini, apakah anda mengalami kesulitan menyesuaikan diri terhadap udara dingin?

Tidak pernah kadang-kadang teratur sering

21.Selama bulan terakhir ini, apakah anda mengalami kesulitan menyesuaikan diri terhadap udara panas?

(13)

Neurona Vol. 28 No. 2 Januari 2011 Pertanyaan berikut menyangkut masalah seksual. Walaupun kami menyadari bahwa masalah seksual ini adalah masalah yang sangat pribadi, kami mengharapkan anda tetap menjawab pertanyaan tersebut. Untuk pertanyaan mengenai kegiatan seksual, perhitungkan setiap bentuk kontak seksual dengan orang lain atau masturbasi (pemuasan diri). Terdapat satu jawaban tambahan untuk pertanyaan-pertanyaan ini. Pada jawaban tambahan itu anda dapat menunjukkan bahwa situasi yang digambarkan tidak sesuai untuk anda selama bulan terakhir, misalnya anda sedang sakit, sibuk, atau menstruasi atau tidak aktif lagi secara seksual.

Pertanyaan 22 dan 23 khusus untuk laki-laki, 24 dan 25 khusus perempuan.

3 pertanyaan berikut hanya untuk laki-laki

22.Selama satu bulan terakhir ini, apakah anda mengalami impotensi (sulit mengalami atau mempertahan ereksi)?

Tidak pernah kadang-kadang teratur sering tidak

relevan 23.Selama satu bulan terakhir ini, berapa sering anda tidak mampu berjakulasi?

Tidak pernah kadang-kadang teratur sering tidak relevan 23a.Selama satu bulan terakhir ini, apakah anda pernah menggunakan obat untuk masalah

yang berkaitan dengan ereksi ini? (bila demikian, obat apa?)

ya tidak

Lanjutkan dengan pertanyaan 26

24.Selama satu bulan terakhir ini, apakah vagina anda terasa terlalu kering selama berhubungan seksual?

Tidak pernah kadang-kadang teratur sering tidak

relevan 25.Selama satu bulan terakhir ini, apakah anda mengalami kesulitan mencapai orgasme? Tidak pernah kadang-kadang teratur sering tidak

relevan

Pertanyaan berikut untuk semua orang

Pertanyaan berikut adalah mengenai penggunaan obat yang diperoleh dengan atau tanpa resep dokter. Bila anda menggunakan obat, cantumkan nama obat tersebut

(14)

Neurona Vol. 28 No. 2 Januari 2011 26.Selama satu sebulan terakhir ini, apakah anda menggunakan obat untuk:

a. Konstipasi Tidak ya :______________________ b. Masalah kencing? Tidak ya :______________________ c. Tekanan darah? Tidak ya :______________________ d. Gejala lain

(bukan gejala yang Tidak ya :______________________ berhubungandengan

Gambar

Tabel 1. Sebaran Karakteristik Subjek
Tabel 3. Uji Reliabilitas

Referensi

Dokumen terkait

berjumlah 150. Tahap uji pilot menyebar 60 kuesioner untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen pertanyaan. Pada tahap uji pilot apabila diketahui bahwa

Setelah itu, dilakukan uji coba instrumen untuk mengetahui kesahihan (validitas) dan keterandalan (reliabilitas) dengan bantuan program Anates Versi 4.0.9. Reliablitas

Sebelum instrumen diterapkan ke dalam penelitian sesungguhnya maka terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas setiap item

Tes Motor Educability (Lowa-brace Test). Melakukan Spesifikasi Data. Uji Coba Anget. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 48. 3) Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Angket

Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas tersebut, maka selanjutnya dapat dilakukan kegiatan pengumpulan data pada 385 responden dengan instrumen

Dari hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa kuesioner modified dental anxiety scale dalam versi Bahasa Indonesia memiliki reliabilitas dan validitas yang baik.

Sebelum melakukan pengolahan atau analisis data, terlebih dahulu mesti dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas dari kuesioner sebagai instrumen utama tersebut,

Hasil dari uji Cronbach Alpha Coefficient akan menunjukkan apakah kuesioner tersebut sudah reliabel atau belum.[7] Analisis hasil pengujian uji validitas dan reliabilitas didapatkan