• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu Dan Kapur Terhadap Karakteristik Tanah Lempung Ekspansif Di Bojonegoro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu Dan Kapur Terhadap Karakteristik Tanah Lempung Ekspansif Di Bojonegoro"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu dan Kapur Terhadap

Karakteristik Tanah Lempung Ekspansif Di Bojonegoro

Yanwar Eko Prasetyo, Yulvi Zaika, Suroso

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia

E-mail: m.engyeko@gmail.com ABSTRAK

Pada masing-masing suatu daerah memiliki jenis tanah yang berbeda-beda, salah satu jenis tanah tersebut adalah tanah lempung ekspansif. Di Indonesia sendiri, lebih dari 1/5 dari luasan daratan tanah di Indonesia merupakan tanah lempung ekspansif. Tanah ini jika dipengaruhi oleh perubahan kadar air akan mengalami kembang susut yang siknifikan. Oleh sebab itu agar tanah tersebut menjadi lebih baik dan meminimalisir kembang susutnya diperlukan suatu upaya, salah satunya adalah stabilisasi tanah. Uji fisik tanah dengan sampel tanah di Kec. Ngasem, Kab. Bojonegoro yang merupakan tanah lempung ekspansif menunjukkan bahwa nilai CBRnya sebesar 3,953%, dan nilai swellingnya 6,1858%. Dengan kondisi fisik tanah seperti itu dengan daya dukung rendah diperlukan upaya stabilisasi tanah pada tanah lempung di Bojonegoro. Upaya stabilisasi yang dilakukan adalah dengan stabilisasi kimia yaitu dengan mencampur sampel tanah dengan zat aditif yang berupa abu ampas tebu dan kapur. Hasil uji fisik tanah dari penelitian pendahuluan yang dilakukan penulis dengan mencampurkan abu ampas tebu pada tanah dengan variasi kadar 8%, 10%, 12%, 14% menunjukkan campuran 8% abu ampas tebu merupakan kadar optimum untuk perbaikan pada tanah tersebut. Sehingga digunakan campuran 8% abu ampas tebu dengan penambahan variasi kadar kapur masing-masing 4%, 6% dan 8% dari berat total campuran. Campuran 8% abu ampas tebu dan 6% kadar kapur menghasilkan nilai CBR sebesar 9,324%, nilai CBR ini mengalami peningkatan hingga 135,87%. Sedangkan nilai swellingnya sebesar 0,1681%, dengan kadar campuran yang sama. Nilai swelling ini mengalami penurunan hingga 97,28%. Untuk nilai pengembangan bebasnya mengalami penurunan hingga 217,7% dari sebelunya yang sebesar 70,59% menjadi 22,22%.

Kata kunci:Tanah Lempung Ekspansi Bojonegorof, Stabilisasi Tanah, Abu Ampas Tebu, Kapur, CBR, Swelling

Pendahuluan

Komposisi dan karakteristik tanah bervariasi tergantung pada ketinggian, kontur tanah, letak suatu daerah serta kandungan unsur hara dan teksturnya sehingga daya dukung yang dimiliki tanah berbeda-bedapada satu lokasi dengan lokasi

yang lain. Daya dukung tanah lempung

ekspansif sangat rendah dan memiliki sensitifitas serta kembang susut yang tinggi jika terjadi perubahan kadar air. Hal ini akan mempengaruhi keadaan struktur dan menimbulkan kerusakan pada tanah tersebut.

Banyak penelitian telah dilakukan untuk mendapatkan kondisi tanah yang lebih stabil pada tanah ekspansif dengan cara stabilisasi kimia, yaitu dengan mencampur tanah ekspansif dengan zat adiftif. Penggunaan zat aditif untuk stabilisasi tanah

ekspansif dapat berupa bahan industrial seperti kapur, semen, dan gypsum. Zat aditif lain yang dapat digunakan yang merupakan limbah suatu proses produksi seperti abu sekam padi, abu ampas tebu,fly ashdll.

Penelitian ini akan melakukan uji sifat fisik tanah, uji daya dukung tanah dan uji pengembangan tanah. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah dari Kecamatan Ngasem Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Zat aditif yang digunakan pada penilitian ini adalah abu ampas tebu dan kapur dengan kadar 8% abu ampas tebu dan penambahan variasi kadar kapur 4%, 6% dan 8% dari berat total campuran.

Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh dari penambahan campuran abu ampas tebu dan kapur terhadap karakteristik

(2)

tanah lempung ekspansif di Bojonegoro ( liquid limit, plastic limit, plastic index, spesific grafity, γd, dan kadar air optimum ).

2. Untuk mengetahui pengaruh dari penambahan campuran abu ampas tebu dan kapur terhadap nilai CBR (California Bearing Ratio) tanah lempung ekspansif, dan untuk mengetahui prosentase campuran optimum yang menghasilkan CBR maksimum.

3. Untuk mengetahui pengaruh dari penambahan campuran abu ampas tebu terhadap nilai pengembangan (swelling) tanah lempung ekspansif, dan untuk mengetahui prosentase campuran optimum yang menghasilkan (swelling) minimum. 4. Untuk mengetahui pengaruh dari

penambahan campuran abu ampas tebu terhadap nilai pengembangan bebas (free swell) tanah lempung ekspansif, dan untuk mengetahui prosentase campuran optimum yang menghasilkan pengembangan bebas minimum.

5. Untuk mengetahui pengaruh nilai batas cair terhadap sifat kemampatan tanah.

Tinjauan Pustaka Tanah lempung

Tanah lempung adalah partikel mineral berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari 4 micrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau aluminiumyang halus. Unsur-unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang paling banyak menyusun kerak bumi. Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi.

jenis mineral lempung yang mendominsasinya.

Klasifikasi tanah tidak berdasarkan hanya dengan ukurannya saja, namun juga dengan kandungan mineral-mineral yang ada pada tanah tersebut. Jadi walaupun ukuran partikel seperti tanah lempung tanah tersebut belum tentu termasuk jenis tanah lempung jika belum diketahui mineral-mineral didalamnya.

Tabel 1 Penggolongan Tanah Oleh Beberapa Lembaga Berdasarkan Ukuran Butir

Mineral dalam tanah lempung

Kelompok mineral tanah lempung diantaranya:montmorillonite, illite, kaolinite, dan polygorskite. Mineral-mineral tersebut memiliki struktur lapisan serta ion penghubung yang berbeda sehingga tingkat plastisitas dan potensi pengembangan yang dihasilkan juga berbeda. Susunan mineral pada tanah lempung ekspansif mempunyai karakter kembang dan susut yang drastis apabila terjadi perubahan kadar air seperti pada kelompok montmorillonite. Sehingga kestabilan tanah pada kelompok ini sangat dipengaruhi oleh kadar air.

Pada penelitian yang dilakukan, usaha stabilisasi tanah yang digunakan adalah stabilisasi mekanik dan kimia dengan Nama Golongan Ukuran Butiran (mm)

Kerikil Pasir Lanau Lempung

Massachusetts Institute of Technology (MIT) >2 2-0,06 0,06-0,002 <0,002 U.S. Department od Agriculture (USDA) >2 2-0,05 0,05-0,002 <0,002 American Association of State Highway and Transportation Offical (AASHTO) 76,2-2 2-0,075 0,075-0,002 <0,002 Unified Soil Classification System (USCS) 76,2-4,75 4,75-0,075 <0,0075

(3)

untuk mengisi pori antar butiran tanah agar tanah lebih stabil. Sedangkan kapur berfungsi sebagai peningkat sifat pozzolanic yang ada pada abu ampas tebu yang dirasa masih kurang karena kandungan Ca yang sedikit. Kandungan abu ampas tebu adalah seperti yang ditampilkan tabel 5.

Tabel 5 Hasil Analisis Kandungan dalam Abu Ampas Tebu

(Sumber: Laboratorium UPT Layanan Analisa dan Pengukuran, Malang)

Atterberg Limit

Atterberg Limit adalah kondisi transisi tanah berbutir halus pada kadar air tertentu. Berdasaarkan pada jumlah air pada tanah, tanah dapat dipisahkan dalam 4 keadaan dasar : solid, semi-solid, plastis, dan cair. Dan batas-batas antara keadan tersebut adalah batas cair (liquid limit), baas plastis (plastic limit) dan batas susut (shrinkage limit).

Indeks plastisitas adalah selisih batas cair dan batas plastis (masih bersifat plastis), karena itu menunjukkan sifat keplastisan tanah.

Compression index (Cc) ialah angka yang menentukan kemampuan contoh tanah untuk mengalami pemampatan yang dipakai untuk menghitung penurunan. Nilai Compression index (Cc) ini ditinjau dari besarnya kadar air padaliquid limit.

Tabel 6 Hubungan untuk Indeks Pemampatan Cc

California Bearing Ratio (CBR)

California Bearing Ratio (CBR) didefinisikan sebagai suatu perbandingan antara beban penetrasi suatu bahan terhadap bahan standard dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama dan dinyatakan dalam persen.

Harga CBR dihitung pada harga penetrasi 0,1 dan 0,2 inchi, dengan cara membagi beban pada penetrasi ini masing-masing dengan beban sebesar 3000 dan 4500 pound (Wesley 1997, 171).

Pengembangan (Swelling)

Swelling adalah bertambahnya volume tanah secara perlahan-lahan akibat tekanan air pori berlebih negatif. Tanah yang banyak mengandung lempung khususnya tanah lempung ekspansif mengalami perubahan volume yang ekstrim ketika kadar air berubah.

Metode Penelitian

Metode dalam penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Berat Jenis Sampel (ASTM 1989 D 854-83)

2. Pemeriksaan Batas Konsistensi Sampel (ASTM 1989 D 4318)

3. Pengujian Proktor Standart (ASTM D-698 (Metode B))

4. Pengujian CBR (ASTM D-1883) 5. Pengujian Swelling (ASTM

D-4546-90)

Benda uji yang digunakan adalah tanah asli dari daaerah Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, serta campuran tanah asli dengan abu ampas tebu dan kapur. Persentase abu ampas tebu yang digunakan adalah 8% dengan variasi kadar kapur 4%, 6% dan 8% dari berat total campuran. Berikut adalah bagan alir dari penelitian ini.

No Parameter Hasil

Analisis Metode Analisis Kadar Satuan Pereaksi Metode 1. Si 25,07 +0,02 % Aquaregia Gravimetri 2. Al 0,11 + 0,00 % Aquaregia-Aluminon Spektrofot ometri 3. Fe 0,13 + 0,00 % HNO3 AAS 4. Ca 0,15 + 0,00 % HNO3 AAS 5. Mg 0,76 + 0,00 % HNO3 AAS

(4)

Gambar 2.Diagram alur penelitian

Hasil dan Pembahasan Pemeriksaan Specific Gravity

Nilai specific gravity abu ampas tebu adalah 2,071 dan untuk kapur sebesar 2,39. Penambahan campuran kedua bahan tersebut

Gambar 3 Grafik Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu dan Kapur TerhadapSpecific Gravity

Klasifikasi Tanah

Analisis saringan dan hidrometer

Analisis saringan dan hydrometer ini bertujuan untuk menentukan jenis tanah berdasarkan butiran.

(Sumber : Benny Tobing, dkk, 2014) Gambar 4Grafik Hasil Analisis Saringan

dan Hidrometer

Hasil analisis menunjukkan bahwa tanah dari Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro ini memiliki persentase distribusi lolos saringan no. 200 sebesar 95,30%, dan menurut sistem klasifikasi tanah USCS (Unified Soil Classification System) tanah tersebut termasuk jenis tanah berbutir halus.

Pemeriksaan Batas-batas Atterberg

(5)

Tabel 7Hasil Pengujian Batas Atterberg KOMPOSISI TANAH LL (%) PL (%) SL (%) PI (%) Tanah Asli 104 44.41 2.8 59.59 Tanah Asli + 8%aat+4%kapur 60.71 50.72 38.68 9.99 Tanah Asli + 8%aat+6%kapur 61.87 50.00 41.87 11.87 Tanah Asli + 8%aat+8%kapur 61.20 47.91 47.74 13.29

Dari Tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa nilai indeks plastisitas menurun jika dibandingkan dengan tanah asli. Hal tersebut dapat terjadi karena ion Ca+ dari kapur tertarik oleh tanah lempung ekspansif yang bermuatan negative sehingga menyebabkan sifat ekspansifitas berkurang dan menurunnya indeks plastisitas. Sebab lain, disebabkan oleh sifat abu ampas tebu yang dapat mengisi pori-pori dari butiran tanah. Sistem Klasifikasi Tanah Sistem Unified

Nilai analisis butiran tanah lolos saingan no. 200 sebesar 95,3024%, dengan Indeks Plastisitas sebesar 59,59%. Maka klasifikasi tanah berdasarkan sistem unified, tanah tersebut diklasifikasikan sebagai tanah CH (lempung anorganik dengan plastisitas tinggi) dapat dilihat pada Gambar 3 berikut:

Gambar 3 Grafik Sistem Klasifikasi Tanah berdasarkan SistemUnified

Sistem Klasifikasi TanahAASHTO

Dari hasil analisa saringan dan hydrometer serta uji batas-batas Atterberg, berdasarkan sistem klasifikasi tanah AASHTO maka tanah lempung tersebut tergolong tanah kelompok A-7-5 yaitu PI ≤

LL – 30 yaitu tanah berlempung biasa sampai jelek. Gambar grafiknya dapat dilihat dibawah ini.

Gambar 4 Grafik Sistem Klasifikasi Tanah berdasarkan Sistem AASHTO

Pendekatan Empiris untuk Indeks Pemampatan (Cc)

Persamaan empiris indeks pemampatan (Cc) digunakan untuk memperkirakan penurunan pondasi secara kasar sebelum pengujian laboratorium dilakukan. Hasil dari persamaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 8 dibawah ini. Tabel 8Indeks Pemampatan

Dari hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa campuran tersebut dapat dapat memperkecil kemampuan tanah lempung ekspansif untuk memampat, sehingga penurunan dari tanah lempung ekspansif juga akan semakin kecil.

Sifat Ekspansifitas

Nilai aktivitas tanah dapat digunakan untuk mengetahui potensi pengembangan. Tanah lempung ekspansif di Bojonegoro potensi mengembangnya termasuk dalam kategori very high karena memiliki IP

KOMPOSISI TANAH LL Cc

Tanah Asli 104 0.6580 Tanah Asli + 8% AAT +

4% Kapur

60.71 0.3550

Tanah Asli + 8% AAT + 6% Kapur

61.87 0.3631

Tanah Asli + 8% AAT + 8% Kapur

(6)

sebesar 59,59%. Untuk tanah campuran dengan zat aditif dapat dilihat pada Tabel 9 berikut:

Tabel 9 Nilai Aktivitas Tanah Lempung Ekspansif dan Tanah Campuran

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan, didapatkan plot data sehingga mendapatkan hasil low-medium pada swelling potential sampel tanah campuran sesuai pada Gambar 5 di bawah ini.

Gambar 5Klasifikasiswelling potensial

Pemeriksaan Pemadatan Standar

Tujuan dari uji pemadatan adalah untuk mengetahui nilai kadar air optimum dan berat isi kering maksimum. Hasil pengujian pemadatan standar pada tanah asli dan tanah yang sudah dicampur dengan bahan stabilisasi berupa abu ampas tebu dan variasi kadar kapur dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Grafik Perbandingan Berat Isi Kering terhadap Kadar Air tiap Penambahan Abu Ampas Tebu dan Variasi Kadar Kapur

Dari garfik diatas menunjukkan bahwa campuran tersebut dapat mempengaruhi OMC dari tanah asli serta berat isi keringnya. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada Tabel 10 berikut:

Tabel 10Hasil Uji Pemadatan Standart

KOMPOSISI TANAH KADAR AIR OPTIMUM BERAT ISI KERING MAKSIMUM (%) (gr/cm³) Tanah Asli 26,89 1,401 Tanah Asli + 8%AAT + 4%Kapur 31.21 1.190 Tanah Asli + 8%AAT + 6%Kapur 33.45 1.186 Tanah Asli + 8%AAT + 8%Kapur 34.98 1.182

Setelah dicampur dengan abu ampas tebu dan dipadatkan, ruang pori tanah yang sebelumnya berupa rongga udara akan terisi oleh butiran abu ampas tebu sehingga tanah menjadi lebih padat. Berat isi kering menurun akibat berat campuran yang lebih ringan daripada berat butiran tanah dalam volume yang sama. Sehingga kebutuhan akan air meningkat dan mengakibatkan kadar air optimum juga meningkat seiring bertambahnya kadar kapur.

KOMPOSISI TANAH PI Activity

Tanah Asli 59.59 1.1033 Tanah Asli + 8% AAT + 4%

Kapur 9.99 0.1850

Tanah Asli + 8% AAT + 6%

Kapur 11.87 0.2198

Tanah Asli + 8% AAT + 8%

(7)

dalam dua keadaan yaitu CBR tak terendam (unsoaked) dan CBR terendam (soaked). Hasil dari pengujian CBR dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11Hasil Pengujian CBR tak terendam (unsoaked) KOMPOSISI TANAH CBR UNSOAKED (%) SOAKED (%) Tanah Asli 3.953 2.385

Tanah Asli + 8% Abu

Ampas Tebu + 4% Kapur 6.216 5.561 Tanah Asli + 8% Abu

Ampas Tebu + 6% Kapur 9.324 7.979 Tanah Asli + 8% Abu

Ampas Tebu + 8% Kapur 5.643 5.147

Nilai CBR meningkat disebabkan pengaruh pencampuran abu ampas tebu dan kapur akan menimbulkan reaksi pozzolanic, reaksi ini akan berakibat pada peningkatan daya ikat antar butiran tanah sehingga akan membentuk tanah yang lebih keras dan kaku.

Gambar 7 Grafik Perbandingan Nilai CBR Tak Terendam (Unsoaked) dan Terendam (Soaked)

Nilai CBR terendam lebih rendah dari CBR tak terendam karena pada CBR terendam keadaan tanah dikondisikan seperti halnya di lapangan dan dalam keadaan jenuh sehingga kadar airnya meningkat dan melebihi kadar air optimum pada masing-masing campuran yang berakibat pada menurunnya daya dukung dari sampel tersebut.

Pemeriksaan Pengembangan (Swelling) Tujuan dari uji pengembangan adalah untuk mengetahui tingkat pengembangan dari suatu tanah. Caranya adalah dengan membandingkan antara perubahan tinggi selama perendaman terhadap tinggi benda uji semula dan dinyatakan dalam persen (%). Pengujian pengembangan (swelling) dilakukan pada sampel tanah dalam keadaan terendam air selama 52 jam. Hasil dari pengujian pengembangan ini dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12Hasil Pengujian Swelling (Pengembangan)

Komposisi Bahan Swell (%)

Tanah asli 6.1858

Tanah asli + 8% AAT + 4% Kapur 0.2301 Tanah asli + 8% AAT + 6% Kapur 0.2124 Tanah asli + 8% AAT + 8% Kapur 0.1681 Nilai swelling dari setiap campuran mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya kadar kapur. Hal ini disebabkan penambahan abu ampas tebu mengakibatkan rongga yang ada pada butiran tanah akan tertutup oleh bahan-bahan tersebut (lebih padat). Sedangkan pada kapur dengan unsur Ca dalam kapur yang bermuatan positif akan ditarik oleh tanah lempung ekspansif yang bermuatan negative sehingga membuat tanah tersebut bermuatan netral dan membuat kemampuan tanah lempung ekspansif dalam menyerap air berkurang.

Gambar 8 Grafik Pengaruh Penambahan Kadar Abu Ampas Tebu 8%

(8)

dan Variasi Kadar Kapur terhadap Nilai Pengembangan

Pengujian pengembangan bebas (Free Swell)

Pengujian pengembangan bebas didefinisakan sebagai peningkatan volume tanah dari bentuk bubuk kering longgar ketika dituangkan ke dalam air, dan dinyatakan dalam persentase dari volume aslinya. Pada uji pengembangan bebas ini didapatkan hasil seperti tertera pada Tabel 13 dan Gambar 9.

Tabel 13 Hasil Pengujian Pengembangan Bebas (free swell)

Komposisi Tanah Volume Awal (ml) Volume Akhir (ml) Free Swell (%) Tanah asli 42.5 72.5 70.59 Tanah asli + 8% AAT + 4% Kapur 45 62 37.78 Tanah asli + 8% AAT + 6% Kapur 45 60 33.33 Tanah asli + 8% AAT + 8% Kapur 45 55 22.22

Gambar 4.12 Grafik Pengaruh Penambahan Kadar Abu Ampas Tebu 8% dan Variasi Kadar Kapur terhadap Nilai Pengembangan Bebas (Free Sell)

Nilai pengembangan bebas lebih rendah dibandingkan tanah asli. Hal tersebut terjadi karena pori-pori tanah terisi oleh campuran sehingga butiran tanah menjadi

membuat kemampuan tanah lempung ekspansif dalam menyerap air berkurang. Pengembangan bebas (free swell) lebih tinggi dari pengembangan biasa (swelling) karena pada pengembangan bebas (free swell) tidak terdapat beban yang melawan pengembangan dari tanah lempung ekspansif.

Kesimpulan dan Saran

Setelah dilakukan analisa dan pemabahasan hasil penelitian, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Dengan penambahan bahan campuran berupa abu ampas tebu dan kapur berpengaruh terhadap karakteristik tanah lempung ekspansif di Kec,Ngasem Bojonegoro, antara lain:  Nilai specific gravity mengalami

penurunan dibandingkan dengan tanah asli, yaitu sebesar 2,211 pada penambahan 8% abu ampas tebu dan kadar kapur 4%.

 Nilai batas cair mengalami penurunan dibandingkan dengan tanah asli dari 104% menjadi 60,71% dengan tambahan kadar abu ampas tebu 8% dan kadar kapur 4%. Untuk nilai batas plastis dan batas susut tanah mengalami peningkatan dibandingkan tanah asli, yaitu sebesar 50,72% pada campuran dengan kadar kapur 4% untuk batas plastis dan 47,74% pada campuran dengan kadar kapur 8% untuk batas susutnya. Sedangkan untuk nilai indeks plastisitasnya mengalami penurunan dibandingkan tanah asli, yaitu sebesar 9,99% pada campuran dengan kadar kapur 4%.  Nilai kadar air optimum

mengalami peningkatan dibandingkan tanah asli dan nilai

(9)

2. Nilai CBR Unsoakeddan CBRSoaked yang didapatkan untuk tanah asli dengan penambahan bahan campuran abu ampas tebu 8% dan variasi kadar kapur mengalami peningkatan. Peningkatan nilai CBR maksimum didapatkan pada kondisi penambahan bahan campuran abu ampas tebu 8% dengan kadar kapur 6% kedalam tanah asli dengan nilai CBR Unsoaked sebesar 9,324% dan nilai CBR Soaked sebesar 7,797%. Nilai CBR ini mengalami peningkatan hingga 135,87% pada CBR Unsoaked dan 230,38% pada CBR Soaked jika dibandingkan dengan nilai CBR tanah asli.

3. Seiring dengan banyaknya penambahan kadar kapur pada tanah lempung ekspansif nilai pengembangan dari tanah tersebut semakin kecil. Nilai pengembangan minimum didapatkan dari penambahan bahan campuran 8% abu ampas tebu dan 8% kadar kapur yaitu sebesar 0,1681%. Nilai pengembangan tersebut mengalami penurunan hingga 97,28% dari tanah asli.

4. Semakin banyaknya kadar kapur yang ditambahkan pada campuran, nilai pengembangan bebas semakin semakin menurun. Nilai pengembangan bebas (free swell) minimum diperoleh pada penambahan bahan campuran 8% abu ampas tebu dan 8% kadar kapur yaitu sebesar 22,22%. Nilai pengembangan tersebut mengalami penurunan hingga 217,7% dari tanah asli.

5. Pada prosentase bahan campuran 8% abu ampas tebu dan 4% kadar kapur, nilai Cc mengalami penurunan hingga 85,35% dari yang sebelumnya sebesar 0,658 menjadi 0,355. Artinya bahan-bahan campuran tersebut dapat memperkecil kemampuan tanah lempung ekspansif untuk memampat, sehingga penurunan (settlement) dari tanah tersebut juga semakin kecil.

Dari beberapa percobaan yang telah dilakukan, penulis dapat menyimpulkan bahwa stabilisasi tanah dengan penambahan campuran 8% abu ampas tebu dan 6% kapur merupakan stabilisasi yang paling baik dari kadar campuran lainnya. Hal tersebut ditinjau dari nilai CBR maksimum yang diperoleh dan nilai pengembangan (swelling) yang cukup rendah dari kadar campuran tersebut.

Saran-saran yang dapat disampaikan adalah:

1. Perlu diadakan penelitian lanjutan dengan bahan limbah yang lebih bervariasi untuk mengurangi pencemaran dan masalah lingkungan. 2. Perlu diadakan pengulangan pada setiap penelitian agar didapatkan hasil rerata yang lebih maksimal. 3. Perlu adanya peralatan praktikum

yang lebih memadai, agar hasil dari penelitian lebih baik dan akurat. Daftar Pustaka

Budiman, N. Ari. 2013. Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu Terhadap Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Tanah Lempung Ekspansif. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol.17, No.1, Universitas Udayana, Bali. Das, Braja M. 1995. Mekanika Tanah 1

(Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis). Diterjemahkan oleh Noor Endah dan Indrasurya B. Mochtar. Erlangga: Jakarta

Das, Braja M., Noor Endah, dan Indrasurya B. Mochtar. 1995. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Hardiyatmo, Hary Christady. 2013. Stabilisasi Tanah untuk Perkerasan Jalan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

(10)

Hardiyatmo, Hary Christady. 2010. Mekanika Tanah 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Hermawan, Restu. 2014. Pengaruh Lama Waktu Curing terhadap Nilai CBR dan Swelling pada Tanah Lempung Ekspansif di Bojonegoro dengan Campuran 6% Abu Sekam Padi dan 4% Kapur. Malang: Skripsi Program Sarjana Teknik Univrsitas Brawijaya Rahayu, S. Suparni(2009). Kapur Putih .

From : http://www.chem-is-try.org/materi _kimia/kimia-industri/utilitas-pabrik/kapur-putih/, 17 Desember 2014

Sutikno dan Budi Damianto, 2009. Stabilisasi Tanah Ekspansif dengan Penambahan Kapur (Lime): Aplikasi pada Pekerjaan Timbunan. Jakarta: Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta

Gambar

Tabel 1 Penggolongan Tanah Oleh Beberapa Lembaga Berdasarkan Ukuran Butir
Tabel 5 Hasil  Analisis  Kandungan  dalam Abu Ampas Tebu
Gambar 3 Grafik  Pengaruh  Penambahan Abu  Ampas  Tebu  dan  Kapur Terhadap Specific Gravity
Gambar 3 Grafik  Sistem  Klasifikasi  Tanah berdasarkan Sistem Unified
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan. Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah

Test Purpose: Requirement /req/eowcs/getCapabilities-response-coverageSummary: In the response to a successful GetCapabilities request containing an EO Coverage in a

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4503); Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun

Judul Penelitian :' Aplikasi Pupuk Fosfut dan lnolrulan Tetbadap Prudubi Kedelai (Glycine max (L) Merrill) !'ada Dw Sislem Persiapan Laban SeteJab Padi SawalLI.

Data-data tersebut menunjukkan bahwa keterlibatan perempuan dalam pendidikan sangat rendah dibanding laki-laki (Supandi, 2008, hlm. 22) mengidentifikasi tiga kendala bagi

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada berbagai macam model-model program paket wisata di langit biruseperti : outbound for kids , outbound for teenager,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Laporan Tugas Akhir dengan judul “ Analisis Tingkat

Semakin tinggi value terhadap harga yang ditetapkan, kualitas produk yang dijual dan kualitas pelayanan diberikan maka semakin tinggi pula kepuasan pelanggan toko