• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada anak usia bawah lima tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada anak usia bawah lima tahun"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR

YANG MEMPENGARUHI

KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT

FADAANAK

USIA

BAWAH

LIMATAHUN

Eifida',

Azwari2

,Emilda

As3

,JJStaf Pengajar Prodi Keperawatan dan Kebidanan Langsa Poltekkes KemenkesAceh,Jl. Desa Paya Bujok Beuramo Kecamatan Langsa BaratKotaLangsa24414

Telp.(0641)424307 Fax.(0641)424307

'Elfi@yahoo.co.id,:Azwari@yahoo.co.id, 5Melinda_emilda@yahoo.com

ABSTRACT

Acuta Respiratory Infection(ARI) is a major public health problem,this isstillrisingtoddlersARIdeaths due topneumonia in infants

.

To prevent deathARIproveneffective waynowistocomplete immunization , prevention ofARIistolivea healthy , well nourished,

avoidingairpollution from eitherinsideor outside the home , a good state of residence

.

Selainitufactors affecting the incidence of

ARIone of which is the mother's socio-economic andknowledge.Thepurpose of this study to determine Factors Affecting Kejaian AcuteRespiratory InfectionsinChildrenUnderFiveYearsof AgeintheWest Langsa Health Center in 2013, with a cross-sectional design and Analytical descriptive nature

.

The population is all that is in the health centertoddlersLangsa Barta

.

The samples were takenwith 96 respondentsAcidental samplingtechniquesinhealth centersofWest LangsaFromtheresearch found no relationship between the stateof ARI incidenceplace stay withthe toddlerwitha value ofP- 0.000andnosignificant relationship between

maternal knowledgewithARI incidence in infantswith aPvalue=0.00

.

As wellasthe resultsfoundno significant association betweensocioeconomic ARI incidence ininfants with a value of P

-

0.098

.

Itis recommendedto healthworkers to provide counseling either directly or indirectly, to increase knowledge about the mothers who haveinfants with respiratory disease association state ofresidence

.

Keywords:acuterespiratory infection ,children under fiveyears

INTISARI

PenyakitInfeksi Saluran PernafasanAkut (ISPA)merupakan salahsatumasalahkesehatanmasyarakatyangutama,ha! ini disebabkan masihmeningkatnya balitakematianISPAkarenapneumonia pada balita. Untuk mencegah kematian ISPA cara yang terbukti efektifsaatiniadalah dengan pemberianimunisasi lengkap,pencegahanISPAadalahdengan cara hidup sehat,cukupgizi, menghindari polusi udara baik dari dalam atau diluar rumah, keadaan tempat tinggal yang baik. Selain itu faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA salahsatunyaadalahsosial ekonomi dan pengetahuan ibu.Tujuanpenelitianiniuntuk mengetahui Faktor-faktcrVangMempengaruhiKejaianInfeksiSaluranPernapasanAkut Pada AnakUsiaBawah LimaTahunDi Puskesmas Langsa Barat Tahun2013,dengan desaincross sectional danbersifat Analitik deskriptif. Populasi adalah seluruh balita yang ada di Puskesmas LangsaBarat. Sampel 96respondenyangdiambil dengan teknikAcidental Samplingdi PuskesmasLangsaBaratDari hasil penelitian didapati adahubunganantarakeadaan temapattinggaldengan kejadian ISPApada Balita dengannilaiP=0,000

dan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan kejadian ISPA pada balita dengan nilaiP-0,00. Serta didapati hasil tidak adahubunganyangbermakna antara sosial ekonomidengan kejadianISPApada balitadengan nilaiP= 0,098. Disarankankepada petugaskesehatanagar dapat memberikanpenyuluhan-penyuluhanbaik secara langsung maupun tidak langsungguna meningkatkan pengetahuan ibuyangmempunyaibalita tentang kait3npenyakit ISPAdengan keadaan tempat tinggal.

(2)

JumalKesehatanIbu dan Anak, Vol.6.No.2,November2014,Hal.21-27

PENDAHULUAN

Tujuan pembangunan kesehatan yang telah iercaniumpadaSistem Kesehaian Nasional adalah

suatu upaya penyeienggaraan kesehatan yang

dilaksanakan oleh bangsa Indonesia guna

mendapatkankemampuan hidup sehatbagisetiap

masyarakat agar dapat mewujudkan derajat

kesehatan yang optimal yang telah dikatakan

bahwapeningkatan derajatkesehatanmasyarakat

dipengaruhi oleh beberapafaktor yaitulingkungan, pelayanan kesehatan, lindakan serta bawaan

(congenital). Hidup sehat merupakan hak yang

dimilki oleh setiap manusia yang ada didunia ini, akan tetapi diperlukan berbagai cara untuk

mendapatkannya’.

Salah satu penyr.kit yang paling banyak

diderita oleh masyarakat adalah Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA). Sebagian besar dari

infeksi saluran pernafasan hanya bersifat ringan seperti batuk-pilek,yang disebabkan oleh virusdan

tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik.

ISPA sering terjadi pada semua golongan

masyarakatpadabulan-bt lanmusim

dingin2.

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi

pada anak,karena sistempertahanantubuh anak masih rendah. Kejadian penyakit batuk-pilekpada

balita diIndonesiadiperkirakan 3 sampai 6 kaliper

tahun, yang berarti seorang balita rata-rata mendapatserangan batuk-pileksebanyak 3sampai 6 kali setahun. ISPA yang berlanjut menjadi

pneumonia (radangparu-paru) sering terjadi pada

anak-anak terutama apabila terdapat gizi kurang dandikombinasidengankeadaan lingkungan yang tidak sehat. Resiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi

silang,beban

immunologiinya

terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau malah berlebihannya

pemakaian

antibiotik2.

Infeksi Saluran

Pernafasan

Akut (ISPA)

merupakan

infeksi

penyakityang menyerang balita yang terjadi di saluran nafas dan kebanyakan

merupakaninfeksivirus. Penderitaakan mengalami demam,batuk,dan pilekberulangsertaanoreksia. Di bagian tonsilitis dan otitis media akan

memperlihatkanadanya inflamasipada tonsil atau

telinga tengahdengan jelas.Infeksiakut padabalita

akan mengakibatkan berhentinya pernafasan sementara atau

apnea1.

Sebagai upaya

fcintuk

mewujudkan Visi

Indonesia

Sehat2010,pamerintahtelahmenyusun

berbagai program pembangunan dalam bidang

kesehatan

antara lain kegiatan Pemberantasan

Penyakit Menular (P2M) baik yang bersifatpromotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatedi semua aspek

lingkungan kegiatan pelayanan kesehatan. Untuk

dapat mengukur derajat kesehatan masyarakat

digunakan beberapa indikator, salah satunya

adalahangka kesakitan dankematian balita. Angka kematianbalita yang telah berhasil diturunkan dari 45 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2003

menjadi 44 per 1000 kelahiran hidup pada tahun

2007’.

Kematian dari penyakit ISPA yang dapat ditimbulkancukuptinggi(20-30%), dan perlu dicatat

bahwa penyakit ISPA merupakan masalah

kesehatan tidak boleh diabaikan karena menyebabkankematian bayi danbalita yangtinggi dengan rasio 1 diantara 4 bayi. Jadi kita dapat memperkirakan episode ISPA dapat terjadi 3-6 kasus kematian setiap tahun. Angka tersebut dibuktikan pada kunjungan pasien ke puskesmas yang cukup tinggi untuk penyakit ISPAyaitu

rata-ratalebihdari25% terutama pada usia

balita3.

World Health Organization (WHO)

memperkirakan kejadian Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA) di negara berkembang

dengan angka kematianbalita di atas 40 per 1000 kelahiran hidupadalah 15%-20% pertahun pada 13

juta anak balita di dunia golongan usia balita.

Menurut WHO masih banyak anak balita yang

meninggal setiap tahun dan sebagian besar

kematian tersebutterdapatdiNegaraberkembang,

dimana pneumonia merupakan salah satu

penyebabutama 4 juta anak balita

setiap

tahun4.

Infeksi Saluran PernafasanAkut (ISPA) di

Indonesia selalu menempati urutan pertama

penyebab kematianpadakelompok bayi danbalita. SelainituISPAjuga sering beradapada daftar10 penyakit terbanyakdi rumah sakit.Surveimortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2005

menempatkanISPA/Pneumoniasebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan

persentase 22,30%dari seluruh kematianbalita4. Dari data epidemiologi kasus ISPA di Indonesia

berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007,

menunjukkan prevalensinasional ISPA 25,5% dari

16provinsi.

Penyakit ISPA merupakan salah satu

penyakit dengan angka kesakitan dan angka

kematian yang cukup tinggi, schingga dalam

penanganannya diperlukankesadaran yangtinggi baik dari masyarakat maupun petugas, terutama

tentang beberapa faktor yang mempengaruhi

derajat kesehatan. Faktor-faktor yang

mempengaruhiderajatkesehatan entaralainfaktor

lingkungan seperti pada kondisi atau keadaan

hunian atau rumah. Kondisi hunipn rumah yang

(3)

Bifida,Azwari, Emilda AS, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Infeksi.

hunian

sertabahan bakarapabilafaktorlingkungan

lainnyadiabaikan.Kepadatan hunian dikamartidur

melebihi

3orangdalam1kamar maka besar resiko

anak

terkenaISPAadalah1-2kalinya. Sedangkan

pengaruhbahan bakardilihatdarisegipenggunaan bahan bakar di dapur yang menimbulkan seperti

polusi

akibat penggunaan bahan bakar minyak

tanah6.

Puskesmas LangsaBaratyang menempati urutan tertlnggidalam kasus ISPA pada balita sebanyak

1.336(32,8%).

Menurut data yang didapat dari Puskesmas

Langsa Barat tahun 2013 bulan Januari, angka

kejadian infeksisaluranpernafasanakut (ISPA) dari jumlah balita sebanyak 1.898 balita yang terkena

ISPA sebanyak97jiwa.

Berdasarkan uraian permasalahan diatas,

tentang ISPA dan berbagai faktor-faktor yang mempengaruhikejadianISPA,maka penulis tertarik untuk melakukan penelitiandenganjudul, "Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian ISPA pada

Anak

Usia

Bawah Lima Tahun di Puskesmas

LangsaBarat". Hasilpenelitianyang dilakukan7 terhadap

42 sampel didapatkan dimana salah satu faktor

yang

mempengaruhi kejadian ISPA adalah

pencahayaan dan kepadatan hunian memiliki

hubunganyang bermaknadenganterjadinya ISPA pada balita. Penelitianinisenada dengan penelitian

yangdilakukan8,dimana hasil penelitianyaadalah

adahubungan yangbermakna antarakualitasfisik rumah dengan kejadian ISPApada balita dimana

p=0,001.

METODE

Metode dalam penelitian survey yang

bersifat Analitik dengan jenis pendekatan cross

sectional, untuk mengetahui Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Kejadian ISPA pada Anak Usia Bawah Lima Tahun di Puskesmas Langsa Barat Tahun 2013. Populasi adalah seluruh ibu yang

memiliki anak yang berumur kurang dari 5 tahun di Puskesmas Langsa Barat. Teknik pengambilan

sampel yang digunakan adalah Accidental

sampling, terlebih dahulu jumlah sampel didapatkan dengan mengunakanrumuslemeshow Infinit (Populasi penderita ISPA tidak diketahui) sehingga didapati sampel sebanyak 96 orang. Agar karateristik sampel tidak menyimpang dari populasi, maka peneliti membuat suatu kriteria

inklusi,yaitu:terdaftar sebagai pasien puskesmas, Ibuyang memilikibalita (denganumurkurangdari5

tahun) danbersediamenjadi responden.

Metode pengumpulan data penelitian ini

menggunakan metode wawancara terpimpin

(structured or interview), Analisa data dilakukan

melalui analisa univariat, dan bivariat. Dalam menganalisa secara bivariat, Pengujian data

dilakukan dengan menggunakan uji statistik

chi-square

(x2),

denganniiai kemaknaan (a

=

0,05).

Apabila niiai

xr

hitung >

x2

tabel atau niiai probabilitas (p)<0,05,maka Hoditolak, yaituada

hubungan antara variabel bebas dan terikat. Apabila niiai

x2

hitung <

x2

tabel atau niiai probabilitas (p) >0,05, maka Hoditerimayaitu tidak ada hubungan antara variabel independen dan

dependen. Faktor prilaku seperti kebiasaan merokok

keluargadalamrumah,faktor pelayanan kesehatan seperti status imunisasi, ASI Ekslusif

dan.

BBLR serta faktor keturunan,adalah faktor yang sangat berpengaruh karena semakin banyak penderita gangguan kesehatan akibat merokok ataupun

menghirup asap rokok (bagi perokok pasif) yang

umumnya adalah perempuan dan anak-anak,

sedangkan faktor pelayanan kesehatan seperti statusimunisasi,ASIEkslusifdanBBLRmerupakan faktoryangdapatmembantumencegah terjadinya penyakit infeksi seperti gangguan pernapasan sehinggatidakmudah menjadi

parah*.

Penelitian yang

dilakukan'0,

pada Program

StudiMasyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Hasannuddin dengan judul "Analisa

Factor Resiko Yang Berhubungan Dengan

Terjadinya Penyakit Ispa Di Puskesmas Palanro

Keqamatan Mallusentani Kabupaten Barru Tahun

2002-2003".

Pada penelitian ini menitik beratkan pada fakto-faktor yang mempengaruhi'tingginya kejadian ISPA pada anak bayi dan balita. Hasil

penelitian menunjukan bahwa dari 6 faktor resiko

yangditeliti, terdapat 5variabelyangbermakna dan

dapatmempengaruhikejadian ISPApada anak bayi

dann balitayaitustatus gizi,sosialekonomi, status

imunisasi,pendidikandan pengetahuan ibu.

Data profil kesehatan Nanggro Aceh

Darusalam

(NAD) tahun 2008 menunjukan 12.726

(99,2%)PenyakitInfeksiSaluran Pernafasan Akut

(ISPA) menduduki rangking pertama dan tingkat

morbilitas (angka kesakitan) yang tinggi darisetiap

kasus

yang ditemukanpada masyarakat.

■> Dari hasil data yang didapat dari Dinas

Kesehatan

KotaLangsadidapatkan ditahun2012 jumlah balitasebanyak16.677jiwa.Dan balitayang

mengalamipenyakitISPA sebanyak4.073 balita.Di

HASIL

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukandari 24Juni sampaidengan05Julitahun

(4)

Junta! Kesehalan Ibu dan Anak, Vol.ftNo.2,November 2014, Hal. 21-27

Berdasarkan tabe!menunjukkanbahwa dari 26respondendengankeadaan terr.nat tinggaiyang

tidak sehat anaknya menderita penyakit ISPA sebanyak 19 (73.1%). Ssdangkan dari 70 responden dengan keadaan tempat tinggai yang sehat anaknyamenderita penyakit ISPA sebanyak 9 (12.9%). Setelah dilakukan uji statistik dengan uji chi square diperoleh nilaip-value0,000 (P<0,05) sehingga Haditerima dan Hoditolak artinya ada hubungan yangbermaknaantara keadaan tempat tinggaidengankejadian ISPA padaBalita,

Tabel menunjukkan bahwa dari 52 responden dengan scsial ekonomi yang tinggi anaknya tidak menderita ISPA sebanyak 41 (78.8%). Sedangkan dari 44 responden dengan sosial ekonomi yang rendah anaknya tidak menderita ISPA sebanyak 27 (63.4%) responden. Setelah dilakukanujistatistikdengan ujichi square

diperoleh nilai p-value 0,098 (P< 0,05)sehingga Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara sosial ekonomi

dengan kejadian ISPApada balita.

Dapat dilihat dari tabel sebanyak 41

responden dengan pengetahuan baik yang tidak mengalami ISPA sebanyak 39 (95.1%). Sedangkan dari 37 responden dengan pengetahuan cukup yang tidak mengalami ISPA sebanyak 25 (67.6%). Serta dari 18 responden dengan pengetahuan

kurang yang tidak mengalami ISPA sebanyak 4 (22.2%). Setelah dilakukan uji statistik dengan uji

chi squarediperoleh nilai p-value0,000(P<0,05)

sehingga Ha diterima dan Ho ditolak artinya ada hubunganyangbermaknaantarapengetahuan ibu dengan kejadian ISPApadabalita.

kejadianinkfesisaluran pemafasan akut pada anak usia dibawah lima tahun di Puskesmas Langsa Barat,terhadap 96 responden,makadiperoleh hasil sebagai berikut

:

Analisa univariat untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas) yang meliputi ISPA pada Balita, Tempat Tinggai, Status Ekomoni dan

PengetahuanIbu,dapatdilihat pada Tabel di bawah ini:

Tabel 1

Distribusi FrekuensiResponden MenurutKejadian ISPA PadaBalita,Keadaan Tempat Tinggai, Status Ekomoni

dan PengetahuanIbu di Puskesmas Langsa Barat

Variabel Frekuensi %

iSPAPada Balita

Ya(Menderita)

Tidak(TidakMenderita) 2868 29,270,8 KeadaanTempat Tinggai

TidakSehat 7026 72,9 27,1 tatusEkonomi nggi .t<ndI 5244

40l

Pengetahuan Baik Cukup Kurang 41 42.7 37 38,5 18,8 18

Sumbar :Data Primer(dtolah) 2013

Berdasarkantabel 1 menunjukkan, dari 96 responden terlihat bahwa pervalensi kejadian infeksi saluranpenafasan masihsangattinggiyaitu 29,2 %. serta didapatkan mayoritas 70 (72.9%) responden memiliki tempat tinggai yang sehat.

Berdasarkan table menunjukan mayoritas 52

(54.2%) keluarga yang memiliki ekonomi tinggi. Dan table menunjukan mayoritas 41 (42.7%) ibu yang memiliki pengetahuanyangbaik.

Analisa bivariat digunakan untuk mengetahuiadatidaknyahubunganantaravariabel dependen dengan variabel independen. Untuk pengujian dalam penelitian ini menggunakan

program SPPSVersi 17.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian dengan

melakukan analisa tentang Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Kejadian ISPA pada Anak

Usia

Bawah Lima Tahun di Puskesmas Langsa Barat

Tahun2013,maka didapatkan:

1

.

Hubungan Keadaan Tempat TinggaiDengan Kejadian ISPAPada Balita

Hasil penelitian menjelaskan bahwa ada hubungan yang bermaknaantara keadaan tempat tinggai dengan kejadian ISPA pada Balita di Puskesmass Langsa Barat.Hal inidapatdilihat dari 26respondendengankeadaan tempat tinggaiyang

tidak sehat anaknya menderita penyakit ISPA

sebanyak 19 (73.1%). Sedangkan dari 70

responden dengan keadaan tempat tinggai yang

sehat anaknya menderita penyakit ISPAsebanyak 9

(12.9%). Setelah dilakukan uji statistik dengan uji chi squarediperolehnilaip-value0,000 (P<0,05) sehingga Ha diterima danHo ditolakartinya ada Tabel 2

HubunganKeadaanTempat Tinggai, Sosial Ekonomidan Pengetahuan Ibu Dengan ISPA Pada Balita

Di Puskesmas Langsa BaratTahun2013 ISPAPada Balita

Ya Tidak Total P Valua X 2

F % F % F %

KeadaanTempatTinggai Sehat Tidak Sehat 0.000 30.427 9 12,9 61 87,1 19 73.1 7 26 9 26 10070 100 Sosial Ekonomi Tinggi Rendah 0,098 2.730 11 21,2 41 78,8 17 36.6 27 63.4 4452 100100 Pengetahuan Baik Cukup Kurang 0,000 32.487 2 4,9 39 95,1 41 100 12 32,4 25 67,6 37 100 14 77,8 4 22,2 18 100

(5)

Etfida.Azwari, Emilda AS, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi KajadianInfeksi....,

hubunganyangbermaknaantarakeadaantempat dengan kejadian ISPApadaBalita di Puskesmass

tingga!dengankejadian ISPA pada Balita. LangsaBarat.Ha! ini dapat dilihaidari 52 responden Penelitian ini sesuai dengan teori yang dengan sosial ekonomiyang tinggi anaknya tidak

dikemukakan13,

dimana keadaan tempat tinggal menderita ISPA sebanyak 41 (78.8%). Sedangkan merupakan salah satu faktor yang menentukan dari 44 responden dengan sosial ekonomi yang

keadaanhygiene. Dan seperti yang dikemukakan rendahanaknya tidakmenderita ISPAsebanyak27

WHO

bahwa tempat tinggal yang padatdanterlalu (63.4%) responden. Setelah dilakukan uji statistik sempit mengakibatkan pula tingginya kejadian denganuji chi square diperoleh nilaip-value0,098 penyakit,salah satunya adalah ISPA.

Asap rokok dan asap hasil pembakaran artinyatidak ada hubungan yang bermaknaantara bahan bakaruntuk memasak dengan konsentrasi sosial ekonomidengankejadianISPApada balita. tinggi dapat merusak mekanisme pertahan paru Sosial ekonomi adalah suatu konsep, dan untuk sehingga akan memudahkantimbulnya ISPA. Hal mengukur sosialekonomi keluarga harus melalui

ini dapat terjadi. pada rumah yang keadaan variabel-variabel pendapatan keluarga, tingkat ventilasinya kurang dan dapur terletak di dalam pendidikan dan pekerjaan. Keadaan sosial rumah, bersatudengan kamar tidur, ruangtempat ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan bayi dan anak balita bermain. Hal ini lebih erat dengan berbagai masalah kesehatan yang

dimungkinkan karena bayi dan anak balita lebih dihadapi, hal ini disebabkan karena

lama berada di rumah bersama-sama ibunya ketidakmampuan dan ketidaktahuan dalam

sehingga dosis pencemaran tentunya akan lebih mengatasi berbagai masalah

tersebut15.

Akan tinggi6, teoriinisenada dengan penelitianini. tetapi teori initidak senada dengan penelitian ini, Penelitianinijugasesuaidenganpenelitian dikarenakan hasil penelitian ini menunjukan tidak yang telah

dilakukan13,

ada hubungan yang ada hubungan yang bermakna antara sosial

bermakna antara keadan tempat tinggal dengan ekonomidengan kejadian ISPApada balita.

kejadian ISPA pada balita. Dimana rumah yang Penelitian ini juga tidak sesuai dengan bersih, ventilasi yang baik dan kepadatan hunian penelitian yang dilakukan oleh beberapa penelitian rumah berpengaruh terhadap kejadian ISPApada dibawahiniyaitu penelitian yang

dilakukan16dengan

balita. judul Faktor-FaktoryangMempengaruhiTingginya

Hasil penelitianinisesuaidenganpenelitian Angka Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas yang dilakukan oleh Hidayat (2004), dengan 42 RantauPereulakKec. RantauPereulakKab. Aceh sampel didapatkan dimana salah satu faktoryang Timur tahun 2007, dengan hasil penelitian yang

mempengaruhi kejadianISPAadalahpencahayaan didapat adalah ada hubungan yang bermakna

dan kepadatan hunian yang memihki hubungan antarastatus ekcnomi keluarga dengan tingginya

yang bermaknadengan terjadinyaISPApadabalita. angka kejadian ISPApada balita. Dan penelitian

Penelitian ini senada dengan penelitian yang yang

dilakukan17

dengan judul Hubungan Sosial

dilakukan oleh Astuti (2006), dimana hasil EkonomiKeluarga dengan Kejadian Penyakit ISPA

penelitianyaadalahadahubunganyangbermakna Non Pneumonia pada Anak Balita di Puskesmas antara kualitas fisik rumahdengan kejadian ISPA KrembanganSelatanSurabayadimanahasilyang padabalita dimana nilaiP=0,001.

Menurut asumsi peneliti, keadaan tempat yang bermakna antara sosial ekonomi dengan tinggal atauhunian sangat berpengaruh terhadap kejadian ISPA.

M

kesehatan

yang dimiliki penghuninya. Dimana Penelitian ini sesuai dengan

penelitian14

ventilasi yang baik, pembuangan sampah, asap tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan

rokok dan asap dari bahan bakar masakan serta kejadianISPApadabalita diKelurahan Pasie Nan

kepadatan hunian merupakan faktor yang Tigo Kecamatan Kota TangahPadang,dimana hasil mempengaruhi kesehatan khususnya penyakit penelitiannya tidak ada hubungan antara status ISPA, karena balita lebih sering terkena penyakit ekonomi keluarga dengan kejadian ISPA pada

karna

dayatahan tubuhnyayangkurang. Makadari balita.

itusangatbaik jika kita menjaga kadaan lingkungan tempattinggal kita.

(P < 0,05) sehingga Ho diterima dan Ha ditolak

didapat adalah nilai p=0,004,maka adahubungan

Menurut asumsi peneliti sosial ekonomi

keluarga tidak menjamin keluarga itu sehat atau terserang penyakit. Seperti hasil penelitian ini 2. HubunganSosial EkonomiDenganKejadian menunjukan tidak ada hubungan sosial ekonomi

ISPAPada

Balita dengan kejadian ISPApada balita. Karena sosial Hasil penelitian menjelaskan bahwa ada ekonomibukansalahsatu faktoryangmendukung

(6)

JurnalKesehatanIbudanAnak.Vol. 6, No.2, November2014,Hal.21-27

Naga Kec. Syah Kuala Kota Banda Aceh Tahun

2010. Hasil penelitiannya menunjukan ada hubunganyang bermakna antara pongetahuan ibu

dengankejadianISPApada balita. Masih bar.yak

ibu-ibu yang memiliki pengetahuan dan

pemahaman yang kurang tentang penyakit ISPA

tentangpengertian, pencegahan, penyebaran dan penyembuhannya.

Menurut asumsi peneliti pengetahuan ibu sangat berpengaruh terhadap kejadian ISPA atau

terjangkitnyasuatupenyakit.Ibuyangtidakmemiliki

pengetahuanyang baikanggotakeluarganya akan lebih terserang penyakit, karena ibu adalah tumpuan dari keluarganya. Seorang ibu adalah

yang mengurussemuauntuk keluarganya, jadi jika pengetahuan ibukurang akan mengakibatkan hal buruk dengankesehatankeluarganya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA pada anak usia bawah lima tahun di PuskesmasLangsa

Baratdapatditarikkesimpulan sebagai berikut: 1

.

Ada hubunganyang bermaknaantara keadaan

ternpattinggal dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita di Puskesmas

LangsaBarat,dimananilaip=0,000(p<0,05). 2. Tidak ada hubungan yang bermakna antara

sosial ekonomi dengan kejadianinfeksisaluran pernafasan akut pada balita di Puskesmas Langsa Barat,dimana nilaip=0,098 (p> 0,05).

3. Ada hubungan yang bermakna antara

pengetahuan ibu dengan kejadian infeksi

saluran pernafasan akut pada balita dengan nilaip=0,000.

keluarga yang status ekonomi rendah lebih bisa

menjaga kesehatan dengan menjaga lingkungan rumahyang baik.

3. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan

Kejadian ISPAPada Balita

Hasil penelitian menjelaskan bahwa ada hubungan yangbermaknaantarapengetahuan ibu

dengan kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Langsa Barat.Halinidapat dilihatdari 41 responden dengan pengetahuan baik yang tidakmengalami ISPA sebanyak 39 (95.1%). Sedangkan dari 37 responden dengan pengetahuan cukupyangtidak mengalamiISPA sebanyak25 (67.6%). Serta dari 18 responden dengan pengetahuan kurang yang tidak mengalami iSPAsebanyak4 (22.2%).Setelah dilakukan uji statistik dengan uji chi square diperoleh nilai p-value 0,098 (P< 0,05) sehingga Ha diterima dan Ho aitolak artinya adahubungan

yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan kejadianISPApadabalita.

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap sesuatu objek tertentu, pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuknya tindakan

seseorang17

Penelitian ini sesuai dengan

penelitian10,

Program Studi Masyarakat Fakultas Kesehatan

MasyarakatUniversitas Hasannuddindengan judul

"Anaiisa FaktorResiko yang Berhubungan dengan

Terjadinya Penyakit ISPA di Puskesmas Palanro

Kecamatan Mallusentani Kabupaten Barru Tahun

2002-2003". Pada penelitian ini menitikberatkan

pada fakto-faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian ISPA pada anak bayi dan balita. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 6 faktor resiko yangditelitidansalah satunya adalahpengetahuan

ibu. Dimanapengetahuanibusangatberpengaruh terhadap kejadian ISPA pada balita. Dimana kurangnya pengetahuan ibu maka semakin tinggi

angkakejadianISPApadabalita.

Hasil

penelitian18

sesuaidengan penelitian ini, dimana dari hasil penelitian yang dilakukan

dengan judul Hubungan pengetahuan dan sikap

orangtuadengan upayapencegahan kekambuhan

ISPA pada anak di wilayah kerja Puskesmas

Purwantoro I, maka didapatkan dimana ada

hubungan yang bermakna antara pengetahuan

orangtuadengan kejadianISPApadabalita. Sesuai

dengan

penelitian19

berjudul Hubungan

Lingkungan, Sosial EkonomidanPengetahuanIbu dengan Kejadian ISPA pada Balita di Desa Alue

t

SARAN

Untuk meningkatkan pemahaman tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA pada anak usia bawah lima tahun di Puskesmas Langsa Baratdiharapkan:

1. Bagi Puskesmas

Agar kiranya anggota puskesmas atau

tenaga kesehatan lebih aktif dalam menjaga kesehatan masyarakat serta memberikan

penyuluhan yang lebih banyak lagi pada

masyarakat khususnya tentang infeksi saluran

pernafasanakut (ISPA), karena masih banyakbalita

yang terserang ISPA.

2. BagiInstitusiPendidikan

Disarankanagar paratenagapengajarlebih

memperluas materi pelajaran khususnya tentang

infeksisaluranpernafasanakut,dikarenakanmasih

banyak angka kesakitan/kematian yang

(7)

Etfida.Azwari,EmMaAS,FaMor-FaUoryangUampengawhiKajadianInlaksi...

3. Bagipenelitilain

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan

informasi

danacuan sebagai bahanperbandingan dalam melaKsanakan penelitian lebin lanjut dan dapat memperluas lagivariabel-variabel yang akan

ditelitiselanjutnya.

11. Dinas Kesehatan Nanggro Aceh Darusalam. Profil Kesehatan Provinsi NAD tahun 2008; 2008.

12. Entjang. Ilmu Kesehatan Masyaralcat, Bandung, Citra AdityaBakti; 2000.

13.Dewi. Hubungan Kondisi lingkungan Fisik

RumahDengan Kejadian ISPA Pada Balita Di

Wilayah Kerja Puskesmas bayamsari Kota

Semarang; 2012. http;//

emprint.undip.ac.id/38741. diakses tanggal 18 April 2013.

14. Hidayat. Hubungan Kondisi umah Dengan KejadianISPAPada Balita Di Asrama Tentara Kokanagara Kabupaten Banyumas; 2004. http://emprint.undip.ac.id/28731

.

diakses

tanggal 19April2013.

15. Laksana. Sosial Ekonomi; 2012. http:// www.Laksanabiogspot/2012/3/Sosial Ekonomi html. diakses tanggal 10 Mei 2013

16. Wahyudi. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Angka Kejadian ISPA pada Balita di

Puskesmas Rantau Peureulak Kec. Rantau Peureulak Kab. Aceh Timur Tahun 2007, KTI Tidak Dipublikasikan; 2007.

17. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku,Jakarta,Rineka Cipta; 2005.

18. Prasetiyo. Hubungaan Antara Pengetahuan

dan Sikap Orang Tua dengan Upaya

PencegahanKekambuhanISPA Pada AnakDi Wilayah Kerja Puskesmas Purwanto I; 2008.

http://emprint.undip.ac.id. diakses Tanggal 20 April2013.

19. Wardani.Hubungan lingkungansosialekonomi

dan pengetahuan ibu dengan kejadian ISPA

pada Balita di Desa Alue Naga Kecamatan Syah Kuala Kota Banda Aceh, KTI Tidak

Dipublikasikan;2010.

DAFTAR

PUSTAKA

1. Depkes Rl. Pengertian ISPA; 2007.

http://www.googel.com/pengertian-ispa.html.

diakses tanggal 15 April 2013

2. Pratiwi. InfeksiSaluranPernafasan Akut; 2011

.

http://dokterkecil.wordpress.com/

2011/03/31/infeksi-saluran-pernafasan-akut/,

diakses Tanggal 20 April 2013.

3. Yusri. ISPA pada Anak-anak; 2011.

http://www.kesehatan123.com/1677/ispa-pada-anak-anak/.diaksestanggal 16Mei 2013. 4. Depkes Rl. Kandungan MakananSehat;2010. http://com.dep.kes.id. Dikutip tanggal 18APRIL 2013

5. Rikesdas. Data Infeksi Saluran Pernafasan Akut; 2007.

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/2344519. diakses tanggal 22April

2013.

6. Prabu.Faktor Resiko ISPA pada Balita;2009.

http://patraprabu.wordpress.eom/2009/01/15/f

aktor-resiko-ispa-pada-balita/. diakses tanggal 03April 2013.

7. Hidayati. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya ISPA pada Balita di Kelurahan Selokan Wilayah Kerja Puskesmas

Bondangsejo Karang Anyar; 2005. http://www.diskusiskripsi.com/2005/06.html. diaksestanggal 30 Maret 2013.

8. Astuti.HubunganKualitas Fisik Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas

Banyumas; 2006. http://

emprint.undip.ac.id/30924.diakses tanggal20 April2013.

9. Arianti. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

ISPA; 2011. http://ariantiblogspot/

2011/12/03/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-ispa. diakses tanggal 04 April 2013.

10. Mahdi M. Analisa Faktor Resiko yang

Berhubungandengan Terjadinya PenyakitISPA

di Puskesmas Palanro Kecamatan

Mallusentani Kabupaten Barru Tahun

2002-2003; 2013. http://www.diskusiskripsi.com, diaksestanggal 20 April2013.

Gambar

Tabel menunjukkan bahwa dari 52 responden dengan scsial ekonomi yang tinggi anaknya tidak menderita ISPA sebanyak 41 (78.8%)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

- Apabila magnet bar digerakkan menjauhi solenoid, hujung solenoid yang bertentangan dengan magnet bar tersebut mempunyai kekutuban yang berlawanan dengan magnet

A The total voltage in the series circuit is greater than the total voltage in the parallel circuit Jumlah voltan dalam litar sesiri adalah lebih besar daripada jumlah voltan

(d) Penyelesaian masalah secara Islam dan konvensional mempunyai perbezaan yang ketara. Terangkan dua perbezaan antara penyelesaian

Model ke depan dalam penyelesaiaan sengketa perizinan lingkungan yang melibatkan masyarakat dengan pemerintah atau dunia usaha akan lebih baik apabila dilakukan melalui

Secara umum kesimpulan dalam penelitian ini adalah “ Implementasi pembelajaran tematik dengan Quantum Teaching di kelas III SDN 21 Kecamatan Sungai Raya

Tujuan penelitian peng- embangan ini adalah menghasilkan modul interaktif dengan menggunakan learning content development system pada materi pokok usaha dan energi untuk

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang