• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Status dan Luas Lahan untuk Pengembangan Komoditas Pertanian di Kawasan Perbatasan Kabupaten Sintang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Identifikasi Status dan Luas Lahan untuk Pengembangan Komoditas Pertanian di Kawasan Perbatasan Kabupaten Sintang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

28

IDENTIFIKASI STATUS DAN LUAS LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN

KOMODITAS PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN

KABUPATEN SINTANG

Rini Hazriani

1

ABSTRAK

Terdapat perubahan paradigma dalam hal cara pandang terhadap kawasan perbatasan dimana

sebelumnya kawasan perbatasan dianggap sebagai bagian belakang dari negara ini, maka sekarang

pemerintah menganggap kawasan perbatasan sebagai sebuah beranda depan Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

K

arena itu kajian mengenai potensi lahan yang dapat dimanfaatkan petani di

kawasan perbatasan kabupaten Sintang sangat penting.

Penelitian bertujuan untuk mengkaji status pemanfaatan lahan di kawasan perbatasan kabupaten

Sintang di tinjau dari aspek hukum, ekonomi, sosial dan budaya; dan melakukan identifikasi potensi

pemanfaatan lahan untuk optimalisasi pertanian/perkebunan di wilayah perbatasan kabupaten Sintang.

Metode penelitian dilaksanakan dalam 5 tahapan: persiapan, survei pengumpulan data primer dan

sekunder, pengolahan dan analisis data (status lahan, potensi dan kesesuaian lahan) serta penyajian

hasil (laporan dan peta).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan dengan Status Fungsi Kawasan APL yang berpotensi

untuk diusahakan dan dimanfaatkan bagi pengembangan komoditas pertanian seluas 22.887,98 Ha

dan harus dikonservasi seluas 6.537,01 Ha dan komoditas perkebunan yang berpotensi untuk

dikembangkan adalah tanaman Karet

Kata kunci

:

kawasan perbatasan, status lahan, potensi lahan

PENDAHULUAN

Pada era pembangunan sekarang ini

terdapat perubahan paradigma dalam hal cara

pandang

pemerintah

terhadap

kawasan

perbatasan dengan negara tetangga. Kalau

sebelumnya kawasan perbatasan dianggap

sebagai bagian belakang dari negara ini, maka

sekarang pemerintah menganggap kawasan

perbatasan sebagai sebuah beranda depan

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Perubahan

paradigma

ini

akan

memberikan harapan baik khususnya bagi

masyarakat kawasan perbatasan. Masyarakat

perbatasan yang telah lama merasa tertinggal

dalam banyak hal, kini mereka akan lebih

diperhatikan dibandingkan dengan pada masa

sebelumnya.

Sejalan

dengan

perubahan

paradigma tersebut, cara pandang terhadap

kawasan

perbatasan

dan

juga

sudah

merupakan

konsekuensi

dari

perubahan

tersebut, maka secara bertahap kegiatan

pembangunan

kawasan

akan

mengalami

perubahan yang sangat berarti.

Desa-desa

di

kawasan

perbatasan

Kalimantan Barat yang meliputi 113 desa

dengan luas 20.352 km2. Desa-desa yang

berbatasan langsung dengan garis batas negara

tetangga di kabupaten Sintang berjumlah 8

desa dengan luas 195.892,13

ha

.

Umumnya

desa-desa di sepanjang garis batas kabupaten

Sintang ini masih sangat tertinggal. Kondisi

ekonomi,

pendidikan

dan

kesehatan

masyarakat masih sangat rendah dan kondisi

infrastruktur (jalan, penerangan, air bersih,

telekomonikasi)

sangat

kurang

serta

aksesibilitas

dari

pusat

pemerintahan

kabupaten masih sangat sulit.

Program-program pembangunan yang ada

sekarang

kurang

mampu

sepenuhnya

mengakomodir harapan masyarakat, hal ini

disebabkan antara lain program-program yang

dilaksanakan kurang melibatkan partisipasi

aktif masyarakat desa, sehingga belum mampu

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di

perbatasan kabupaten Sintang.

Sebaliknya, walaupun program-program

pembangunan yang akan diterapkan kepada

masyarakat perbatasan kabupaten Sintang

sudah sedemikan baiknya, namun hal tersebut

tidak akan berjalan secara lancar jika di dalam

masyarakatnya

sendiri

belum

memiliki

(2)

29

kejelasan mengenai status lahan yang mereka

miliki serta pemanfaatan lahan yang ada di

kawasan perbatasan itu sendiri.

Oleh karena itu kajian mengenai potensi

lahan yang dapat dimanfaatkan petani di

kawasan perbatasan kabupaten Sintang adalah

merupakan sebuah keharusan. Dimana, kajian

yang dilakukan dapat memberikan informasi

dan gambaran mengenai kondisi pemanfaatan

lahan yang telah ada serta pengembangan

potensi pemanfaatan lahan, sehingga program

pembangunan yang akan dilaksanakan

benar-benar berpihak pada masyarakat, yaitu dengan

memberikan perlindungan terhadap apa yang

menjadi haknya dan sesuai dengan yang apa

mereka butuhkan serta pada akhirnya mampu

turut memperkuat perekonomian negara serta

membantu mengamankan aset dan kekayaan

negara di kawasan perbatasan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji

status

pemanfaatan

lahan

di

kawasan

perbatasan kabupaten Sintang di tinjau dari

aspek hukum, ekonomi, sosial dan budaya;dan

melakukan identifikasi potensi pemanfaatan

lahan untuk optimalisasi pertanian/perkebunan

yang disarankan di kelola oleh masyarakat di

wilayah perbatasan kabupaten Sintang.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan di Kabupaten

Sintang mulai 11 Juli sampai 10 Desember

2007

Tahapan penelitian

Persiapan pelaksanaan

Menyusun rencana kerja dan jadwal

kegiatan,

menyusun

kuesioner

dan

menyiapkan perangkat survey lapangan.

Survei pengumpulan data:

a.

Data sekunder:

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi,

Kabupaten

dan

Kecamatan

wilayah

perbatasan,

Peraturan/Kebijakan

Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten

yang berhubungan dengan pembangunan

kawasan

perbatasan

dan

Undang-undang/Peraturan Pertanahan.

Data /

peta-peta, peta administrasi Provinsi kalbar

tahun 2005 skala 1 : 500.000, peta

administrasi kabupaten tahun 2005 skala 1 :

250.000, peta RTRW Kabupaten tahun

2005 skala 1 : 250.000, peta penunjukan

kawasan hutan dan pertanian Propinsi

Kalimantan Barat (Kalbar) SK Menhut

no.259 tahun 2000 skala 1 : 250.000, peta

sebaran lahan perkebunan kelapa sawit

Provinsi Kalbar tahun 2007 skala 1 :

250.000, peta penutupan pahan Provinsi

Kalbar tahun 2005 skala 1 : 250.000, peta

tanah Provinsi Kalbar tahun 1970 skala 1 :

500.000, peta topografi Provinsi Kalbar

tahun 1974 skala 1 : 250.000, peta

RePProT Land System Provinsi Kalbar

tahun 1987 skala 1 : 250.000, Google

Earthpro Image dan citra satelit Landsat

SPOT 5 dengan resolusi 28,5 m x 28,5 m,

profil kecamatan/desa, statistik provinsi,

kabupaten dan kecamatan.

b.

Data primer:

Pengambilan data sosial, ekonomi dan

budaya masyarakat serta penelusuran status

lahan yang diusahakan masyarakat melalui

metode

wawancara

dan

kuesioner.

Identifikasi

sumberdaya

tanah

secara

langsung dengan mengacu kepada peta

dasar wilayah yang meliputi jenis tanah, pH

dan drainase.

Pengolahan dan analisis data

Analisis batas wilayah administrasi desa

dilakukan pada setiap desa yang berbatasan

langsung

dengan

negara

tetangga

menggunakan peta administrasi provinsi dan

kabupaten, dan peta RTRW kabupaten.

Analisis status lahan dilakukan pada setiap

desa dengan pendekatan overlay peta-peta

yang mengacu pada peta penunjukan kawasan

hutan dan pertanian (peta fungsi kawasan) dan

peta penyebaran perkebunan sawit. Analisis

menghasilkan

lahan

sisa

yang

dapat

dimanfaatkan dengan status Areal Penggunaan

Lain (APL). Analisis berikutnya adalah

memadukan lahan yang dapat dimanfaatkan

ini dengan Peta Penutupan Lahan dan

identifikasi Google Earthpro Image dan Citra

Satelit Landsat SPOT 5

untuk mengetahui

apakah lahan sisa ini sudah/pernah diusahakan

atau belum baik yang berada di dalam maupun

di luar Fungsi Kawasan APL. Lahan yang

sudah/pernah diusahakan ini dapat berstatus

kepemilikan

sebagai

lahan

masyarakat

dan/atau tanah negara. Analisis potensi lahan

dilakukan pada setiap desa dengan pendekatan

overlay peta-peta yang mengacu pada peta

tanah, peta topografi dan peta sistem lahan

RePProT. Analisis kesesuaian lahan dilakukan

dengan memadukan kesesuaian lahan sesuai

(3)

363230363230363230630

potensinya dengan keinginan masyarakat

setempat

(sesuai

dengan

sosial-budaya-ekonomi yang diperoleh dari data primer),

serta mempertimbangkan potensi pemanfaatan

bagi masyarakat terhadap pengembangan

beberapa komoditas yang sesuai dan potensi di

desa tersebut. Lahan yang dapat dimanfaatkan,

kecuali

pemukiman,

dipadukan

dengan

kesesuaian lahannya menghasilkan potensi

lahan yang dapat dikembangkan untuk usaha

pertanian/perkebunan dengan status hukum

yang pasti.

Penyajian hasil

Melakukan penyusunan laporan dan

penyajian peta-peta.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi umum wilayah dan kependudukan

Provinsi Kalimantan Barat merupakan

provinsi yang berbatasan dengan negara

bagian Serawak Malaysia. Secara geografis

terletak antara 00

o

30’ – 02

o

05’ Lintang Utara

dan antara 109

o

16’ – 114

o

12’ Bujur Timur.

Panjang garis perbatasan Kalimantan Barat

dengan Sarawak adalah 966 kilometer.

Kabupaten Sintang merupakan salah satu

kabupaten yang berbatasan langsung dengan

negara bagian Serawak Malaysia yaitu

tepatnya pada kecamatan Ketungau Hulu dan

Ketungau Tengah dan jumlah desa yang

berbatasan langsung adalah 8 desa. Luas

desa-desa yang dilintasi garis perbatasan adalah

195.892,13 ha dengan jumlah penduduknya

sebanyak 15.450 jiwa, sehingga kepadatan

penduduk di wilayah desa-desa sepanjang

perbatasan kabupaten Sintang adalah 5 orang

per kilometer persegi.

Berdasarkan stasiun iklim yang terdekat,

iklim di desa-desa sepanjang perbatasan

kabupaten Sintang termasuk ke dalam tipe A’

berdasarkan klasifikasi Schmidt-Fergusson,

dengan rata-rata curah hujan tahunan berkisar

2490,3 mm per tahun. Musim hujan terjadi

hampir setiap bulan sepanjang tahun dengan

curah hujan rata-rata tertinggi pada bulan juli

dan terendah pada bulan Oktober.

Potensi ekonomi masyarakat

Pengembangan pendidikan di wilayah

desa-desa

sepanjang

perbatasan

cukup

memprihatinkan, meskipun jumlah prasarana

sekolah terus bertambah, namun jumlah

muridnya mengalami trend yang cenderung

menurun ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini

disebabkan prasarana dan sarana pendidikan

yang dibangun selama ini hanya untuk sekolah

dasar. Karena itu, sumberdaya manusia

(SDM) masyarakat di desa-desa sepanjang

perbatasan sebagian besar tamat SD.

Mata pencaharian utama masyarakat di

wilayah

desa-desa

sepanjang

perbatasan

umumnya perkebunan karet. Lada, kakao dan

kopi

merupakan

mata

pencaharian

tambahan.Tanaman kakao dan kopi umumnya

dinaungi dengan pohon durian. Tanaman

hortikultura ini juga menjadi mata pencaharian

utama musiman. Masyarakat di perbatasan

tidak banyak yang menanam padi dan jikapun

menanam hanya untuk kebutuhan konsumsi

walaupun hasilnya tidak pernah mencukupi.

Potensi

perkembangan

perekonomian

menurut daerah irigasi dan non irigasi di

desa-desa

perbatasan

Kabupaten

Sintang

memperlihatkan bahwa daerah irigasi, daerah

tadah hujan/rawa dan Pertanian Lahan Kering

(PLK) terdapat di kedelapan desa di

perbatasan yaitu Gut Jaya Bakti, Jasa, Nanga

Bayan, Rasau, Senaning, Sei Seria, Swadaya

dan Wana Bakti. Selanjutnya, berdasarkan

potensi perkembangan perekonomian menurut

komoditas maka desa yang memiliki potensi

perkebunan terdapat di kedelapan desa

tersebut, sedangkan peternakan dan perikanan

terdapat di Gut Jaya Bakti, Swadaya dan Wana

Bakti.

Infrastruktur jalan di dalam wilayah

desa-desa sepanjang perbatasan umumnya hanya

berupa jalan tanah dan hanya bisa dilewati

oleh kendaraan bermotor roda-2. Kondisi

prasarana jalan umumnya belum memadai,

tetapi bagi desa-desa yang dilewati jalur

sungai mereka menggunakan prasarana sungai

untuk transportasinya.

Desa-desa

di

perbatasan

Kabupaten

Sintang

umumnya

memiliki

bangunan

pemerintahan, pendidikan dan Kesehatan

meskipun belum memadai. Jaringan jalan

hampir ada di semua desa-desa perbatasan

kabupaten Sintang kecuali Sungai Seria.

Ketersediaan fasilitas air bersih juga tersedia

hampir di semua desa terkecuali di desa Jasa

dan Nanga Bayan. Semua desa diperbatasan

ini

bisa

dilalui

transportasi

sungai.

Selanjutnya, sarana listrik hanya terdapat di

desa Gut Jaya Bakti, Jasa, Senaning, Swadaya

dan Wana Bakti. Pengairan dan Jaringan

Telekomunikasi terdapat di desa Gut Jaya

Bakti, Jasa, Swadaya dan Wana Bakti.

(4)

31

Gambar 3. Peta sistem lahan desa

perbatasan Kabupaten Sintang

A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A Idai Uwak Bagau Rasau Muakan Ng Wak Gedang Keberau Pangkup Semarih Semudik Semawang Ngeliyai SENANING Secangkul Engkerooh Sungaib ulu Sungaibuah Lubukpantak Tintengd agas Marakai Panjai Nangahentalooi 0 °4 0' 0 °40' 0 °5 0' 0°50' 1 °0 0' 1°00' 1°1 0' 1°10' 11 0°50' 11 0°50' 111°00' 111°00' 111°10' 111°10' 111°20' 111°20' 111°30 ' 111°30 ' 111 °40' 111 °40' 48000 0 48000 0 490000 490000 500000 500000 510000 510000 520000 520000 530000 530000 540 000 540 000 550000 550000 560000 560000 570000 570000 580000 580000 70000 70000 80000 80000 90000 900 00 10000 0 10 0000 110000 110000 120000 120000 130000 13 0000 3 0 3 69 Kilometers N

PETA LAND SYSTEM DESA PERBATASAN KABUPATEN SINTANG

Repprot Land System BAKUNAN BATU AJAN BERIWIT BUKIT PANDAN KLARU LAWANGUWANG MANTALAT MAPUT No Data PAKALUNAI PENDREH SUHAID TAMBERA TELAWI TEWEH Jalan Batas Desa AKampung KETERANGAN :

Gambar 2. Peta jenis tanah desa perbatasan

Kabupaten Sintang

Gambar 1. Peta topografi desa perbatasan

Kabupaten Sintang

A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A Ida i Uw ak B ag au Rasau Mu akan Ng W ak G edang K eber au P angk up Sem ar ih Sem udi k Sem aw ang Ngeliya i SENAN IN G Sec a ngkul

E ngk erooh Sun gai bulu

Sun gai bu ah Lu bukpantak

Tin ten gdagas

Mar akai Pan jai

Na ngahental ooi 0°4 0' 0 °40' 0°5 0' 0°5 0' 1°0 0' 1°0 0' 1°1 0' 1°10' 110°50' 110°50' 111°00' 111°00' 111°10' 111°10' 111°20' 111°20' 11 1°30' 11 1°30' 11 1°40' 11 1°40' 48 0 00 0 48 0 00 0 49 0 00 0 49 0 00 0 50 0 00 0 50 0 00 0 51 0 00 0 51 0 00 0 520 00 0 520 00 0 53 0 00 0 53 0 00 0 54 0 00 0 54 0 00 0 55 0 00 0 55 0 00 0 56 0 00 0 56 0 00 0 57 0 00 0 57 0 00 0 58 0 00 0 58 0 00 0 700 00 7 0000 80000 80000 90000 90000 1 0000 0 10 0000 11000 0 11 0000 12000 0 12 0000 130000 1 30000 Jalan Kontur In terv al 25 M Batas De sa AKam pung KETERANGAN : 3 03 6 9 Kilo me ters N PE TA TOPO GR A FI DE SA PER B AT AS AN KAB U PATE N SIN TA N G

A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A Idai Uwa k B agau Ras au Muaka n Ng W ak G edang Keb er au Pan gk up Sem a rih Sem ud ik Sem aw ang Ngeliy ai S ENAN IN G

Sec ang kul

Eng k erooh S ungai bul u Sun gai buah Lub ukpan ta k

Tintengd agas

Ma ra kai P anj ai

Nanga hental ooi

0°4 0' 0°4 0' 0 °50' 0°5 0' 1°0 0' 1°00' 1°1 0' 1°1 0' 110°5 0' 110°5 0' 111 °0 0' 111 °0 0' 111°1 0' 111°1 0' 111 °2 0' 111 °2 0' 111 °3 0' 111 °3 0' 111 °40' 111 °40' 48 0 00 0 48 0 00 0 49 0 00 0 49 0 00 0 50 0 00 0 50 0 00 0 51 0 00 0 51 0 00 0 52 0 00 0 52 0 00 0 53 0 00 0 53 0 00 0 54 0 00 0 54 0 00 0 55 0 00 0 55 0 00 0 56 0 00 0 56 0 00 0 57 0 00 0 57 0 00 0 58 0 00 0 58 0 00 0 70000 70000 80000 80000 90000 90000 100000 100000 110000 110000 120000 120000 130000 130000 Je ni s Tan ah Al uvi al Ko mp le ks PM K, L a toso l d a n Li tos ol L ato so l Org a no s ol G le i H um u s Po d sol Po d sol ik M e ra h Ku n in g N o D ata Ja la n Ba tas D es a AKa mp ung K E TE R A N GA N : 3 0 36 9 K ilo me ters N PE T A J EN IS T A N AH D E S A P E R B A T AS A N KA B U P AT E N SIN T A N G

Topografi

Berdasarkan

hasil

pengamatan

dan

analisis Peta Topografi menunjukan bahwa

penyebaran lahan di Kabupaten Sintang

digolongkan dalam 5 kelas lereng yaitu landai

sampai datar (<2%), berombak (2–8%),

berbukit (16-25%), bergumuk (>26-40%) dan

bergunung (> 40 %). Penyebaran Topografi

dari pada setiap desa-desa perbatasan dapat

dilihat pada Gambar 1.

Jenis Tanah

Berdasarkan

tekstur

tanahnya,

sebagian besar merupakan jenis tanah PMK

(Podsolik erah Kuning) sekitar 10,5 juta

hektar, sebagaian berupa brown forest litosol

dan organosol serta OGH (Orgosol Grey

Humus) sekitar dua juta hektar. Tingkat

kepekaan terhadap erosi berkisar antara sangat

peka sampai dengan cukup peka.

Berdasarkan hasil survei, di 8 desa

yang berbatasan langsung dengan Malaysia

maka diketahui bahwa penyebaran jenis tanah

adalah Komplek Podsolik Merah Kuning

(PMK), Latosol, Litosol seluas 103.902,66 ha

dan PMK seluas 97.504,79 ha. Bentuk

fisiografi lahan antara lain pegunungan

patahan dan dataran. Adapun bahan induknya

untuk PMK, Latosol dan Litosol adalah batuan

endapan dan batuan beku (Gambar 2)

Sistem lahan

Dalam kajian analisis lahan mengacu pada

Peta System Lahan RePPProt (1987) dengan

skala 1:250.000. konsep dasar RePPProt

mendasar pada “Ecoligical Principle”yang

saling ketergantunganyang erat antara tipe

batuan, hidro-klimatologi, landform, tanah dan

organisme.Peta sistem lahan yang ada di

sepanjang desa-desa perbatasan (Gambar 3)

Kondisi pemanfaatan ruang

Kawasan konversi

Kawasan

konservasi

di

wilayah

perbatasan terdiri dari Taman Nasional, Cagar

Alam (CA), Hutan Lindung dan Taman Wisata

Alam luas keseluruhan yang ada di wilayah

perbatasan adalah ± 1.080.550 ha terletak di

sebagian Kabupaten Sambas, Landak dan

Kapuas Hulu.

Hak

penguasaan

hutan/ijin

usaha

pemanfaatan hasil hutan kayu (IUPHHK)

Terdapat beberapa perusahaan

yang

memiliki seluruh atau sebagian areal di

kawasan perbatasan dengan luas 277.240 ha.

Berdasarkan hasil pengamatan dan informasi

dari Dinas Kehutanan,

ternyata semua

IUPHHK hanya aktif secara administrasi,

artinya sudah tidak mendapatkan target

produksi tahunan.

Hutan tanaman produksi

Secara umum, kondisi HTI yang ada,

tidak cukup bagus. Terdapat 3 perusahaan

yang

mempunyai

sebagian

pencadangan

arealnya di wilayah perbatasan seluas 322.220

ha.

(5)

363230363230363230632

Gambar 4. Peta lahan perkebunan desa

perbatasan Kabupaten

Sintang

Gambar 6. Peta penutup lahan desa

perbatasan Kabupaten Sintang

Gambar 5. Peta fungsi kawasan desa

perbatasan Kabupaten Sintang

A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A Idai Uwak Bagau Ras au Muak an Ng W ak Gedang Kebe r au Pangk up Semarih Semudik Semawang Ngeliyai SENANING Secangkul Engk e rooh Sungaibulu Sungaibuah Lubukpantak Tintengdagas Marakai Panjai Nangahentalo oi HLB HPT HP HPT PLK HPT HLB PLK PLK HPT PLK HPT HLB HP HLB PLK HLB PLK PLK PLK PLK HLB PLK PLK HLB HP PLK PLK HPT HP 0°4 0' 0°40 ' 0°5 0' 0°50 ' 1°0 0' 1°00 ' 1°1 0' 1°10 ' 110°50' 110°50' 111°00' 111°00' 111°10' 111°10' 111°20' 111°20' 111°30 ' 111°30 ' 111°40' 111°40' 480 00 0 480 00 0 490 00 0 490 00 0 500 00 0 500 00 0 51 0 00 0 51 0 00 0 520 00 0 520 00 0 530 00 0 530 00 0 540 00 0 540 00 0 550 00 0 550 00 0 560 00 0 560 00 0 570 00 0 570 00 0 580 00 0 580 00 0 70000 70000 80000 80000 90000 90000 100 00 0 1000 00 110 00 0 11 00 00 120000 1200 00 130000 130000 3 0 3 69 Kilometers N

PETA LAHAN PERKEBUNAN DESA PERBATA SAN KABU PATEN SIN TANG

KETERANGAN :

Penc. Kebun K elapa Sawit Fungsi Kawasan Batas Desa Jalan AKampung A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A Idai Uwak B agau Ra sau Muakan Ng W ak G ed ang K eber au P angk up S em ar ih Sem ud ik S em awa ng Ngeliya i SE NA NING S ec an gkul

E ngk erooh Sun gai bul u

Sun gai buah Lubukp antak

Tin ten gdag as

Mar aka i Panj ai

Na ngah entalo oi 0°40' 0°40' 0°5 0' 0°5 0' 1°0 0' 1°0 0' 1°1 0' 1°1 0' 11 0°50' 11 0°50' 111°00 ' 111°00 ' 111°10 ' 111°10 ' 111 °2 0' 111 °2 0' 11 1°30' 11 1°30' 111°40 ' 111°40 ' 48 0 00 0 48 0 00 0 49 0 00 0 49 0 00 0 50 0 00 0 50 0 00 0 51 0 00 0 51 0 00 0 52 0 00 0 52 0 00 0 53 0 00 0 53 0 00 0 54 0 00 0 54 0 00 0 55 0 00 0 55 0 00 0 56 0 00 0 56 0 00 0 57 0 00 0 57 0 00 0 58 0 00 0 58 0 00 0 70000 70000 80000 80000 90000 90000 100 000 10 0000 11000 0 11 0000 120000 12 0000 13000 0 13 0000 3 0 36 9 Kilo meters N PET A V EG ETA SI LA H A N DESA P ERB A T A SA N K A BU PA T EN S IN TANG Vegetasi Hutan Lahan Ke ring Pri mer Hutan Mangrove Primer Hutan Rawa Pri mer Hutan Lahan Ke ring Sek under Hutan Mangrove Sekunde r Hutan Rawa Sek under Hutan Tanaman Perkebunan Permukiman Pertambangan Pertanian Laha n Kering Pertanian Laha n Kering Campu ran Rawa Sawah Semak/Belukar Belukar Rawa Tambak Tanah Terbuka Transmigrasi Tubuh Air No Data Batas Desa Jalan AKampung KET ER AN G AN :

Transmigrasi

Beberapa pencadangan untuk kegiatan

transmigrasi

juga

terdapat

di

wilayah

perbatasan Sintang seluas 7.660 ha.

Perkebunan

Berdasarkan

Laporan

Perkembangan

Perkebunan Besar di Provinsi Kalimantan

Barat, maka perusahaan yang mempunyai

sebagian atau seluruh areal pencadangan di

wilayah

perbatasan

(Peta

penyebaran

perkebunan Gambar 4).

Status lahan

a.

Status kawasan dan penutupan lahan

Berikut ini adalah status lahan kawasan di

desa-desa sepanjang perbatasan kabupaten

Sintang

(Gambar

5)

berdasarkan

Peta

Penunjukan Kawasan Hutan dan Pertanian

Propinsi Kalimantan Barat SK Menhut no.259

tahun 2000.

Lahan

yang

dapat

dimanfaatkan

berdasarkan fungsi kawasan adalah status

lahan

APL,

sementara

HPK

dapat

dimanfaatkan dengan persyaratan khusus.

Dalam kajian ini, analisis lahan yang dapat

dimanfaatkan dibatasi hanya pada lahan

dengan

status

fungsi

kawasan

APL.

Berdasarkan analisis overlapping peta Fungsi

Kawasan dan peta Penyebaran Kebun Sawit,

diperoleh lahan sisa yang dapat dimanfaatkan

dalam status APL untuk seluruh desa di

sepanjang perbatasan kabupaten Sintang

seluas 26.840,78 Ha.Status lahan yang ada saat

ini di desa-desa perbatasan Kabupaten Sintang

sebagian besarnya merupakan Hutan Lindung

Bakau (HLB), Hutan Produksi Terbatas (HPT)

dan Hutan Produksi (HP), selain itu juga

terdapat Areal Penggunaan Lain (APL)

sehingga jumlah totalnya adalah 197.583,81

hektar. Namun dari status lahan-lahan yang

tersebut di atas, sebagian lahannya juga dalam

status pencadangan atau milik perkebunan

swasta yaitu seluas 39.662,06 ha, sehingga

lahan yang tersisa sekitar 157.921,75 ha.

Dengan adanya status lahan sebagai kawasan

konservasi yaitu Hutan Lindung Bakau, Hutan

Produksi Terbatas dan Hutan Produksi, maka

lahan yang masih dapat dimanfaatkan oleh

masyarakat perbatasan adalah Lahan sisa

untuk APL yaitu seluas 26.840,78 ha.

Berdasarkan Peta Penutupan Lahan di

sepanjang desa-desa perbatasan kabupaten

Sanggau (Gambar 6) maka penutupan

lahannya terdiri dari ; Hutan Lahan Kering

Sekunder (Hs), Hutan Rawa Sekunder (Hrs),

Pertanian Lahan Kering Campuran (PLKc),

Semak Belukar (B), Tanah Terbuka (T),

Pemukiman (Pm), Hutan Lahan Kering Primer

(Hp), Tubuh Air (A), Awan, (Aw), Belukar

Rawa (Br), Perkebunan (Pk), Hutan Rawa

Primer (Hrp) dan Hutan Mangrove Sekunder

(Hms).

Kriteria

lahan

yang

sudah/pernah

diusahakan

ditentukan

berdasarkan

peta

Penutupan Lahan sebagai lahan : pemukiman,

A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A Idai Uw ak Bagau Rasau Muakan Ng W a k G edang K eber au P angk u p S em ar ih S em udi k S em awa ng Ng eli yai SE NA NIN G Sec angku l

E ngk ero oh S ung aibu lu

S unga ibu ah Lubukp antak

Tinteng dagas

Ma r akai P anj ai

Nang ahen tal ooi

0°4 0' 0 °40' 0°50' 0°5 0' 1°0 0' 1°0 0' 1°1 0' 1°10' 110°50 ' 110°50 ' 111°00 ' 111°00 ' 11 1°10' 11 1°10' 11 1°20' 11 1°20' 11 1°30' 11 1°30' 11 1°40' 11 1°40' 48 0 00 0 48 0 00 0 49 0 00 0 49 0 00 0 50 0 00 0 50 0 00 0 51 0 00 0 51 0 00 0 52 0 00 0 52 0 00 0 53 0 00 0 53 0 00 0 54 0 00 0 54 0 00 0 55 0 00 0 55 0 00 0 56 0 00 0 56 0 00 0 57 0 00 0 57 0 00 0 58 0 00 0 58 0 00 0 700 00 7 0000 80000 80000 90000 90000 10000 0 10 0000 11000 0 11 0000 12000 0 12 0000 130000 130000 Fungsi Kaw as an Hu tan Lindu ng Bak au Hu tan Prod uk si Hu tan Prod uk si Konve rsi Hu tan Prod uk si Ter bata s Perta nia n Laha n Ker ing Tam anwis ata Alam Jalan Batas De sa AKampung KE TE RANGAN : 3 0 36 9 K ilo me ters N PETA FU N GS I K A W A SA N D ESA P ER B A TA SA N K AB U PA TEN SINTA N G

(6)

33

Gambar 8. Peta sistem lahan sisa lahan

untuk pertanian dan perkebunan

desa perbatasan Kabupaten

Sintang

perkebunan, pertanian lahan kering, pertanian

lahan kering campuran, tanah terbuka,

semak/belukar dan belukar rawa.

Lahan sisa yang dapat dimanfaatkan

dalam

Status

Fungsi

Kawasan

APL

sebagiannya sudah/pernah diusahakan dan

sebagiannya lagi belum. Total lahan yang

sudah/pernah diusahakan dalam Status Fungsi

Kawasan APL merupakan lahan APL seluas

24.957,12 Ha dan belum diusahakan (tanah

terbuka, belukar rawa, rawa) seluas 1.883,66

Ha (Tabel 3.15). Hal ini dapat dilihat dari peta

Penutupan Lahan yang di-overlapping-kan

dengan peta Fungsi Kawasan dan peta

Penyebaran Kebun Sawit (Gambar 7).

Lahan yang sudah/pernah diusahakan ini

dapat merupakan tanah dengan status milik

masyarakat dan/atau tanah negara.

Berdasarkan peta Penutupan Lahan yang

di-overlapping-kan

dengan

peta

Fungsi

Kawasan dan peta Penyebaran Kebun Sawit,

lahan sisa yang sudah/pernah diusahakan

terdapat juga di luar Fungsi Kawasan APL

seluas 50.908,07 Ha. Apabila lahan ini dapat

dimanfaatkan juga sebagai lahan usaha

masyarakat, maka akan diperoleh total lahan

yang dapat diusahakan seluas 77.748,85 Ha

dengan Status Fungsi Kawasan APLdan Luar

APL

Status lahan pada masyarakat

Lahan yang dapat dimanfaatkan yang

sudah dimiliki masyarakat sebagai lahan usaha

umumnya tidak memiliki surat-menyurat

tentang kepemilikan tanah, kecuali lahan

untuk pemukiman sudah ada yang mempunyai

Sertifikat dan Surat Keterangan Tanah (SKT).

Potensi dan kesesuaian lahan

Potensi lahan di desa-desa sepanjang

perbatasan

kabupaten

Sintang

dianalisis

berdasarkan peta tanah, peta topografi dan peta

sistem

lahan

yang

dipadukan

dengan

karakteristik lahan hasil survei. Berdasarkan

analisis sistem lahan pada lahan sisa yang

dapat dimanfaatkan pada Status Fungsi

Kawasan APL, ternyata lahan yang berpotensi

diusahakan hanya 22.887,98 Ha, sisanya

6.537,01 Ha harus dikonservasi.

Lahan

yang

berpotensi

diusahakan

tersebut

dianalisis

karakteristik

system

lahannya sehingga diperoleh kesesuaian lahan

untuk komoditas tanamannya.

Berdasarkan

hasil

pengamatan

di

lapangan dan analisis kesesuaian lahan maka

diperoleh

beberapa

sistem

lahan

dan

kesesuaiannya

untuk

beberapa

komoditi

(Tabel 7).

Gambar 7. Peta sisa lahan untuk pertanian

dan perkebunan desa perbatasan

(7)

34

Tabel 7. Sistem lahan dan kesesuaian lahan di kawasan perbatasan Kabupaten Sintang

No Kecamatan / Desa

Sistem Lahan

Lereng

(%) Drainase pH Luas (Ha) Kesesuaian Komoditi

1 Ketungau Tengah Gut Jaya bakti

BPD PDH TBA TWB BRW > 60 40-60 > 60 26-40 >26-40 Baik-sedang Baik-sedang Baik-sedang Baik-sedang Baik-sedang Agak Rendah Agak Rendah Sedang Rendah Agak Rendah 3.934,122 54,159 870,287 1.997,739 12.930,93 Konservasi

TWH 16-25 Baik-sedang Agak Rendah 3.766,163 Karet, Kelapa sawit, Durian, Nenas, Lada, Kopi, dan Kelapa

LWW 2 - 8 Baik Rendah 19.504,14 Karet, Kelapa sawit, Nenas, Lada, Kopi, Umbi-umbian, Kelapa, Kakao Swadaya BRW MPT PDH TBA >26-40 40-60 40-60 > 60 Baik-sedang Baik-sedang Baik-sedang Baik-sedang Agak Rendah Agak Rendah Agak Rendah Sedang 6.608,218 296.535 2.200,583 1.954,16 Konservasi TWH TDR 16-25 16-25 Baik-sedang Baik-sedang Agak Rendah Agak Rendah 7.184,648 1.123,438

Karet, Kelapa sawit, Durian, Nenas, Lada, Kopi, dan Kelapa

LWW 2 - 8 Baik Rendah 8.059,256 Karet, Kelapa sawit, Durian, Nenas, Lada, Kopi, Umbi-umbian, Kelapa, Kakao

BLI < 2 Buruk Agak Rendah 356,159 Karet* Kelapa Sawit, Durian,

Umbi-umbian,Nenas, Padi, Tebu dan Kelapa Wana bakti BRW MPT PDH TBA >26-40 40-60 40-60 > 60 Baik-sedang Baik-sedang Baik-sedang Baik-sedang Agak Rendah Agak Rendah Agak Rendah Sedang 10.652,8 367,972 1.803,27 357,392 Konservasi TWH TDR 16-25 16-25 Baik-sedang Baik-sedang Agak Rendah Agak Rendah 5.460,967 183,405

Karet, Kelapa sawit, Durian, Nenas, Lada, Kopi, dan Kelapa

2 Ketungau Hulu Jasa

LWW 2 - 8 Baik Rendah 8.662,04 Karet, Kelapa sawit, Durian, Nenas, Lada, Kopi, Umbi-umbian, Kelapa, Kakao

BRW LPN TBA >26-40 > 60 > 60 Baik-sedang Baik-sedang Baik-sedang Agak Rendah Agak Rendah Sedang 6.662,494 253,01 1.338,058 Konservasi

TWH 16-25 Baik-sedang Agak Rendah 1.584,171 Karet, Kelapa sawit, Durian, Nenas, Lada, Kopi, dan Kelapa

Nanga Bayan LWW 2 - 8 Baik Rendah 10.778,89 Karet, Kelapa sawit, Durian, Nenas, Lada, Kopi, Umbi-umbian, Kelapa, Kakao

BPD BRW > 60 >26-40 Baik-sedang Baik-sedang Agak Rendah Agak Rendah 1.449,763 8.853,605 Konservasi

TWH 16-25 Baik-sedang Agak Rendah 1.218,759 Karet, Kelapa sawit, Durian, Nenas, Lada, Kopi, dan Kelapa

Rasau LWW 2 - 8 Baik Rendah 3.088,342 Karet, Kelapa sawit, Durian,

Nenas, Lada, Kopi, Umbi-umbian, Kelapa, Kakao

BRW LPN MPT >26-40 > 60 40-60 Baik-sedang Baik-sedang Baik-sedang Agak Rendah Agak Rendah Agak Rendah 13.912,59 4,099 1.302,761 Konservasi

(8)

35

Lanjutan Tabel 7. Sistem lahan dan kesesuaian lahan di kawasan perbatasan Kabupaten Sintang

No Kecamatan / Desa

Sistem Lahan

Lereng

(%) Drainase pH Luas (Ha) Kesesuaian Komoditi

TWH 16-25 Baik-sedang Agak Rendah 1.166,532 Karet, Kelapa sawit, Durian, Nenas, Lada, Kopi, dan Kelapa

Senaning LWW 2 - 8 Baik Rendah 11.757,95 Karet, Kelapa sawit, Durian,

Nenas, Lada, Kopi, Umbi-umbian, Kelapa, Kakao

BRW MPT >26-40 40-60 Baik-sedang Baik-sedang Agak Rendah Agak Rendah 7.098,676 5.091,574 Konservasi

TWH 16-25 Baik-sedang Agak Rendah 2,471 Karet, Kelapa sawit, Durian, Nenas, Lada, Kopi, dan Kelapa

Sungai Seria LWW 2 - 8 Baik Rendah 16.622,45 Karet, Kelapa sawit, Durian, Nenas, Lada, Kopi, Umbi-umbian, Kelapa, Kakao

BRW MPT TBA >26-40 40-60 > 60 Baik-sedang Baik-sedang Baik-sedang Agak Rendah Agak Rendah Sedang 707,531 4.771,676 726,692 Konservasi

TWH 16-25 Baik-sedang Agak Rendah 565,568 Karet, Kelapa sawit, Durian, Nenas, Lada, Kopi, dan Kelapa

Tabel 8. Luas lahan dapat dimanfaatkan dengan status PLK yang berpotensi diusahakan dan

kesesuaian lahannya.

No Kabupaten Jlh Kec Jlh Desa

Lahan Berpotensi Diusahakan (Ha)

Kesesuaian Lahan untuk

Komoditas Tanaman yang Mempunyai Kesamaan pada Setiap Desa

1 Sintang 2 8 22.887,98 Karet, Kelapa Sawit, Kelapa, Durian, Nenas, Lada, Kopi, Umbi-umbian, Kakao

Keterangan: *perbaikan drainase untuk daerah yang flat < 2% dan berdrainase buruk.

Pada Tabel 8 ditunjukkan kesesuaian

lahan

untuk

komoditas

tanaman

yang

mempunyai kesamaan pada setiap desa

perbatasan. Tanaman karet, kelapa sawit dan

kakao sesuai untuk dikembangkan di

desa-desa

sepanjang

perbatasan

di

wilayah

kabupaten.

SIMPULAN

Lahan usaha masyarakat di desa-desa

sepanjang perbatasan Kabupaten Sintang

umumnya

belum

mempunyai

surat

kepemilikan tanah. Lahan sisa yang dapat

dimanfaatkan berada dalam status fungsi

kawasan APL seluas 26.840,78 Ha tersebar di

desa-desa

sepanjang

perbatasan

dengan

kondisi yang sudah/pernah diusahakan seluas

24.957,12 Ha dan yang belum diusahakan

seluas 1.883,66 Ha. Lahan dengan Status

Fungsi Kawasan APL yang berpotensi untuk

diusahakan

dan

dimanfaatkan

bagi

pengembangan komoditas pertanian seluas

22.887,98 Ha dan harus dikonservasi seluas

6.537,01 Ha. Lahan di Luar Status Fungsi

Kawasan

APL

namun

sudah/pernah

diusahakan seluas 50.908,07 Ha. Apabila

lahan ini dapat dimanfaatkan, maka luas total

lahan di Dalam dan Luar status APL yang

dapat diusahakan seluas 77.748,85 Ha.

Pemanfaatan

lahan

dan

perolehan

hak

kepemilikan tanah diprioritaskan pada lahan

dalam status APL yang berpotensi untuk

pengembangan komoditas pertanian seluas

22.887,98 Ha.

Menyelesaikan masalah kepastian status

hukum lahan di desa-desa di sepanjang

perbatasan antara Departemen Kehutanan,

Badan Pertanahan Nasional dan Departemen

Pertahanan dan Keamanan serta antar Kedua

Negara khususnya yang terkait dengan

Koordinat Batas. Pengadaan sertifikat tanah

secara gratis dengan prioritas lahan yang

sudah diusahakan dalam Status Fungsi

Kawasan APL dan kesesuaian lahannya

berpotensi untuk pengembangan komoditas

pertanian

atau

perkebunan.

Berdasarkan

(9)

36323036323036323062

lahannya maka komoditas perkebunan yang

berpotensi

untuk

dikembangkan

adalah

tanaman Karet. Peningkatan infrastruktur

jalan,

penerangan,

air

bersih

dan

telekomunikasi yang kurang memadai untuk

mendukung

percepatan

pembangunan

ekonomi masyarakat di desa-desa sepanjang

perbatasan sangat diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA

Centre for Soil and Agroklimate Research

Bogor. 1994. Evaluasi Lahan Untuk

Berbagai Penggunaan. PT. ANDAL

Agri Karya Prima Bogor.

Djaenudin, D. , Marwan H., Subagyo, Anny

M., dan N. Suharta. 2000. Versi ketiga.

2000. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk

Komoditas Pertanian. Badan Penelitian

dan

Pengembangan

Pertanian.

Departemen Pertanian. Bogor.

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1993.

Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan. Bogor.

Soil Survey Staff. 1998. Kunci Taksonomi

Tanah

.

Edisi kedua. Bahasa Indonesia.

1999. Pusat Penelitian Tanah dan

Agroklimat. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian. Bogor.

Tim Bappeda Propinsi Kalimantan Barat.

2002. Kondisi Sosial Ekonomi Daerah

Perbatasan Kalimantan Barat-Serawak.

Kerjasama

Bappeda

propinsi

Kalimantan Barat dengan Badan Pusat

Statistik Propinsi Kalimantan Barat.

Pontianak.

Tim

Badan

Pusat

Statistik

Propinsi

Kalimantan Barat. 2007. Kalimantan

Barat

dalam

Angka.

Indotama.

Pontianak.

Tim Dinas Perkebunan Propinsi Kalimantan

Barat. 2007. Rencana Pengembangan

Agribisnis Perkebunan di Wilayah

Perbatasan Kalimantan Barat

.

Dinas

Perkebunan Propinsi Kalimantan Barat.

Pontianak.

Tim Lembaga Penelitian Tanah Bogor. 1980.

Penjelasan Pemetaan Tanah. Lembaga

Penelitian Tanah. Bogor.

Gambar

Gambar 2.  Peta jenis tanah  desa perbatasan  Kabupaten Sintang
Gambar 6.   Peta penutup lahan  desa  perbatasan Kabupaten Sintang Gambar 5.   Peta fungsi kawasan desa
Gambar 7.  Peta sisa lahan  untuk pertanian  dan  perkebunan desa perbatasan  Kabupaten Sintang
Tabel 7. Sistem lahan dan kesesuaian lahan di kawasan perbatasan Kabupaten Sintang
+2

Referensi

Dokumen terkait

Positioning dari Sakacu adalah menjadikan Sakacu sebagai sandal jepit kekinian yamg dapat bersaing dengan produk lain dengan mengunggulkan warna serta gambar

Pasien penderita Hiperkolesterolemia di RSUD Dr.H.Abdoel Moeloek Bandar Lampung sebesar 84,0% Rerata kadar kolesterol total sebesar 247,44 mg/dl dan Besarnya koefisien korelasi

Pada penelitian ini ditemukan bahwa dari 50 subjek penelitian, median usia pasien berada pada kelompok usia dewasa, 31 pasien berjenis kelamin laki-laki, 34 pasien

Valitsin tähän tutkimukseen henkilöitä, joilla oli kokemusta tutkimuksen kohteena olevasta ilmiöstä eli he olivat omaishoitajia ja olivat osallistuneet

Penelitian ini menggunakan penginderaan jauh dalam pengumpulan data-data yang berkaitan dengan variabel potensi penyebab banjir, dan didukung oleh Sistem Informasi

Perusahaan mengharapkan agar hasil operasionalnya untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2014 pada umumnya sejalan dengan tren-tren yang dibahas pada

Pertama; Akta itu harus dibuat oleh dan atau dihadapan Pegawai atau Pejabat Umum yang ditunjuk oleh Undang-undang. Dalam ketentuan pasal 1869 KUH Perdata hanya mengatur