• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bioremediasi limbah merkuri dengan menggunakan mikroba pada lingkungan yang tercemar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bioremediasi limbah merkuri dengan menggunakan mikroba pada lingkungan yang tercemar"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

139

BIOREMEDIASI LIMBAH MERKURI DENGAN MENGGUNAKAN MIKROBA PADA LINGKUNGAN YANG TERCEMAR

Yani Suryani

Abstrak

Merkuri merupakan salah satu jenis polutan yang bersifat toksik. Merkuri menimbulkan masalah serius bagi kesehatan manusia, seperti bioaccumulation merkuri dalam otak dan ginjal pada akhirnya mengarah pada penyakit neurologis. Baik tanaman maupun bakteri merupakan agens biologi penting yang dapat digunakan untuk bioremediasi, maka beberapa tahun terakhir ini bidang mikrobiologi terapan dan biologi molekular menjadi dasar pengembangan teknologi bioremediasi dengan memanfaatkan bakteri yang dapat mereduksi merkuri. Merkuri merupakan unsur yang sangat beracun bagi semua makhluk hidup , baik itu dalam bentuk unsur tunggal (logam) ataupun dalam bentuk persenyawaan. Merkuri umumnya terdiri dari tiga bentuk yaitu elemen merkuri (Hg0), ion merkuri (Hg2+), dan merkuri organik kompleks. Bioremediasi adalah penggunaan organisme hidup, terutama mikroorganisme, untuk mendegradasi kontaminan lingkungan ke dalam bentuk yang kurang beracun. Secara umum teknik bioremediasi terbagi dua in situ (on-site), dapat dilakukan langsung di lokasi tanah tercemar dan ex situ (off-site). Jenis-jenis bioremediasi adalah sebagai berikut biostimulasi, bioaugmentasi dan bioremediasi intrinsic. Sejumlah bakteri resisten terhadap merkuri telah diisolasi dari berbagai jenis lingkungan. Umumnya bakteri tersebut termasuk dalam kelompok baik bakteri Gram negatif maupun Gram positif. Beberapa bakteri aerobik dan fakultatif mengkatalisasi proses reduksi Hg(II) menjadi Hg(0) seperti Bacillus, Pseudomonas, Corynebacterium, Micrococcus dan Vibrio. Pseudomonas maltophilia dapat mereduksi Cr6+ yang bersifat mobile dan toksik menjadi bentuk immobile dan nontoksik Cr3+ serta meminimumkan mobilitas ion toksik lainnya di lingkungan seperti Hg2+, Pb2+ dan Cd2+.

Kata kunci:bioremediasi,mikroba,limbah merkuri, in , ex situ.

A. Pendahuluan

Pembangunan kawasan industri di daerah-daerah pertanian dan sekitarnya menyebabkan berkurangnya luas areal pertanian, pencemaran tanah dan badan air yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil/produk pertanian, terganggunya kenyamanan dan kesehatan manusia atau makhluk hidup lain. Kerusakan akibat kegiatan pertambangan adalah berubah atau hilangnya bentuk

permukaan bumi (landscape), terutama pertambangan yang dilakukan secara terbuka (opened mining) meninggalkan lubang-lubang besar di permukaan bumi.

Logam berat merupakan jenis polutan yang terdistribusi secara luas di dalam tanah dan mendapat perhatian secara khusus karena sifatnya yang tidak dapat terdegradasi serta dapat bertahan lama di dalam lingkungan. Limbah padat dan atau cair yang dihasilkan dari

(2)

140 berbagai proses industri dan pertambangan mengandung logam berat toksik (Essa et.al, 2002). Termasuk logam berat yang sering mencemari habitat lingkungan diantaranya yaitu Cr, Cd, As Pb dan Hg (Merkuri). Merkuri ini merupakan salah satu jenis polutan yang bersifat toksik (Santi dan Goenadi, 2009). Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Selid, et.al (2009) bahwa merkuri adalah unsur yang sangat beracun yang banyak tersebar di atmosfer, litosfer, dan air permukaan. Merkuri menimbulkan masalah serius bagi kesehatan manusia, seperti bioaccumulation merkuri dalam otak dan ginjal pada akhirnya mengarah pada penyakit neurologis.

Upaya penanggulangan bahaya pencemaran yang diakibatkan oleh merkuri telah banyak dilakukan. Berdasarkan asumsi bahwa baik tanaman maupun bakteri merupakan agens biologi penting yang dapat digunakan untuk bioremediasi, maka beberapa tahun terakhir ini bidang mikrobiologi terapan dan biologi molekular menjadi dasar pengembangan teknologi bioremediasi dengan memanfaatkan bakteri yang dapat mereduksi merkuri.

B. Merkuri

Logam merkuri (Hg) adalah salah satu trace element yang mempunyai sifat

cair pada temperatur ruang dengan spesifik gravity dan daya hantar listrik yang tinggi. merkuri di industri ini untuk memudahkan (sebagai katalis) proses pencampuran logam dengan logam lainnya, contohnya dalam proses ekstraksi logam emas dan logam campuran untuk gigi.

 Sifat Fiska-Kimia Merkuri

Secara umum logam merkuri mempunyai sifat-sifat sebagai berikut yaitu berwujud cair pada suhu kamar (250 C) dengan titik beku paling rendah sekitar 390 C. Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan logam yang lain.Tahanan listrik yang dimiliki sangat rendah, sehingga menempatkan merkuri sebagai logam yang sangat baik untuk menghantarkan daya listrik.Dapat melarutkan bermacam-macam logam untuk membentuk alloy yang disebut dengan amalgam. Merupakan unsur yang sangat beracun bagi semua makhluk hidup , baik itu dalam bentuk unsur tunggal (logam) ataupun dalam bentuk persenyawaan (Palar, 1994).Merkuri umumnya terdiri dari tiga bentuk yaitu elemen merkuri (Hg0), ion merkuri (Hg2+), dan merkuri organik kompleks (Selid et.al, 2009).

(3)

141

 Siklus Merkuri di Dalam Lingkungan Siklus merkuri di alam dimediasi oleh proses geologi dan biologi. Bentuk utama merkuri di atmosfer adalah uap merkuri (Hgo) yang mudah menguap dan dioksidasi menjadi ion merkuri (Hg2+) sebagai hasil dari interaksi terhadap ozon dengan adanya air. Kebanyakan merkuri yang masuk ke lingkungan perarian adalah Hg2+.

Organisme predator yang ada di tingkat paling atas dalam rantai makanan umumnya memiliki konsentrasi merkuri lebih tinggi, yang dikenal sebagai bentuk organik metylmerkuri. Umumnya bentuk kimia merkuri yang terpapar pada manusia adalah uap merkuri Hgo dan senyawa metylmerkuri yang merupakan racun yang sangat kuat bagi semua organisma hidup. Adanya kontaminasi limbah logam berat mengakibatkan beberapa bakteri, jamur dan tanaman telah berevolusi sehingga memiliki mekanisme resistensi terhadap beberapa bentuk zat kimia yang berbeda. Bakteri memainkan peran penting dalam siklus global merkuri dalam lingkungan sekitar. Berkenaan dengan bakteri resistensi terhadap merkuri dan peran bakteri tersebut dalam silus merkuri telah dipelajari secara ekstensif (Osborn et al., 1997 at Nascimento and Edmar, 2003).

C. Bioremediasi

Bioremediasi merupakan proses penguraian limbah organik atau anorganik polutan secara biologi dalam kondisi terkendali dengan tujuan mengontrol, mereduksi atau bahkan mereduksi bahan pencemar dari lingkungan. Menurut definisi (Vidali, 2001), bioremediasi adalah penggunaan organisme hidup, terutama mikroorganisme, untuk mendegradasi kontaminan lingkungan ke dalam bentuk yang kurang beracun.

Bioremediasi terjadi karena enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan tersebut, disebut biotransformasi. Pada banyak kasus, biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan beracun terdegradasi, strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak berbahaya dan tidak beracun. Pendekatan umum untuk meningkatkan kecepatan biotransformasi atau biodegradasi adalah dengan cara seeding dan feeding.

Secara umum teknik bioremediasi terbagi dua in situ (on-site), dapat dilakukan langsung di lokasi tanah tercemar dan ex situ (off-site) yaitu tanah tercemar digali dan dipindahkan ke dalam

(4)

142 penampungan yang lebih terkontrol. Lalu diberi perlakuan khusus dengan memakai mikroba.

Ada 4 teknik dasar yang biasa digunakan dalam bioremediasi:

 Stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi tercemar) dengan penambahan nutrien, pengaturan kondisi redoks, optimasi pH.

 Inokulasi (penanaman)

mikroorganisme di lokasi tercemar, yaitu mikroorganisme yang memiliki kemampuan biotransformasi khusus.

 Penerapan immobilized enzymes.

 Penggunaan tanaman

(phytoremediation) untuk

menghilangkan atau mengubah pencemar.

Jenis-jenis bioremediasi adalah sebagai berikut biostimulasi, bioaugmentasi dan bioremediasi intrinsic. Faktor yang mempengaruhi optimalisasi proses bioremediasi meliputi adanya populasi mikroba yang mampu menurunkan polutan, keberadaan kontaminan terhadap populasi mikroba, faktor-faktor lingkungan (jenis tanah, suhu, pH, adanya oksigen atau akseptor elektron lainnya, dan nutrisi ) (Vidali, 2001).

D. Bioremediasi Merkuri

Upaya penanggulangan bahaya pencemaran yang diakibatkan oleh merkuri telah banyak dilakukan. Berdasarkan asumsi bahwa baik tanaman maupun bakteri merupakan agens biologi penting yang dapat digunakan untuk bioremediasi, maka beberapa tahun terakhir ini bidang mikrobiologi terapan dan biologi molekular menjadi dasar pengembangan teknologi bioremediasi dengan memanfaatkan bakteri yang dapat mereduksi merkuri. Hasil penelitian Benyehuda et al. (2003) menunjukkan respons penghambatan pertumbuhan yang sangat bervariasi dari bakteri aerobik kemoheterotrop yang diisolasi dari dasar permukaan sedimen di dalam medium pepton – tripton – yeast - glukosa (PTYG) dengan kertas cakram yang mengandung 2 µmol Cr(VI), 50 nmol Hg(II), dan 500 nmol Pb(II). Hal ini diduga karena bakteri Gram positif dan Gram negatif secara prinsip memiliki perbedaan satu dengan lainnya dalam hal interaksi dengan logam (Giller et al., 1998). Bakteri Gram negatif menunjukkan toleransi terhadap logam yang lebih besar daripada Gram positif karena memiliki struktur dinding sel yang lebih kompleks yang mampu mengikat dan

(5)

143 mengimobilisasi ion logam termasuk Hg2+.

Ahmad et al. (2005) mengemukakan

bahwa kemampuan bakteri

menghasilkan polisakarida ekstraselular dapat melindungi sel dari pengaruh toksik logam berat. Hasil penelitiannya memberikan indikasi bahwa bakteri heterotrof yang ditumbuhkan di dalam medium yang mengandung merkuri dengan konsentrasi 150-200 µg/g akan mengalami penurunan viabilitas setelah 21 hari inkubasi. Kontaminasi yang diakibatkan oleh logam berat di alam tidak bersifat bio degradable. Namun demikian, sejumlah logam berat dan metaloid pengkontaminan penting bersifat kurang larut dan lebih volatil dalam bentuk tereduksi apabila dibandingkan dalam bentuk teroksidasi. Reaksi reduksi merkuri merupakan salah satu contoh reaksi reduksi logam larut menjadi bentuk volatil dengan persamaan reaksi sebagai berikut:

Hg(II) + [H2] → Hg(0) + 2 H -Merkuri yang terdapat dalam limbah atau waste di perairan umum diubah oleh aktifitas mikroorganisme menjadi komponen methyl merkuri (CH3-Hg) yang memiliki sifat racun dan daya ikat yang kuat disamping kelarutannya yang tinggi terutama dalam tubuh hewan air.

Hal tersebut mengakibatkan merkuri terakumulasi melalui proses

bioakumulasi dan biomagnifikasi dalam jaringan tubuh hewan-hewan air, sehingga kadar merkuri dapat mencapai level yang berbahaya baik bagi kehidupan hewan air maupun kesehatan manusia, yang makan hasil tangkap hewan-hewan air tersebut. Sanusi (1980) mengemukakan bahwa terjadinya proses akumulasi merkuri di dalam tubuh hewan air, karena kecepatan pengambilan merkuri (up take rate) oleh organisme air lebih cepat dibandingkan dengan proses ekskresi.

Kadar merkuri di dalam tanah sangat bervariasi dan tergantung tingkat kedalaman khususnya pada tanah-tanah alami. Hal ini berarti bahwa kedalaman pengambilan contoh tanah merupakan suatu pedoman yang penting untuk memperoleh akurasi data. Pada tanah yang diolah, kadar merkuri dalam lapisan olah dengan kedalaman 0 - 20 cm cukup homogen karena adanya pengelolaan tanah (Alloway, 1995).

Berdasarkan Essa et al. (2002), ada 3 mekanisme bioremediasi terhadap merkuri yaitu metilasi, reduksi secara enzimatis, pengendapan dari ion Hg2+ sebagai HgS yang tidak larut sebagai hasil dari pembentukan gas H2S, atau biomineralisasi dari ion Hg2+ sebagai

(6)

144 komplek merkuri-fosfat yang tidak larut selain HgS. Menurut Nazaret et al. (1994) dalam Kiefer (2000), Enterobacter aerogenes melakukan bioremediasi dengan melakukan uptake reduksi terhadap ion Hg. Resistensi bakteri tersebut berdasarkan potensial redoks dimana sel mampu mereduksi ion Hg2+ menjadi Hg0 yang lebih tidak toksik bagi sel bakteri dengan bantuan enzim reduktase, sehingga Hg0 dapat meninggalkan sel melalui mekanisme difusi pasif maupun volatilisasi. Pada penelitian ini diduga Enterobacter aerogenes lebih banyak melakukan bioremediasi terhadap logam Hg secara reduksi enzimatis, karena tidak terjadi mekanisme efflux hingga jam ke-30.

Enterobacter aerogenes tidak dapat melakukan bioremediasi logam Hg dengan cara pembentukan HgS, karena bakteri tersebut tidak dapat menghasilkan gas H2S ketika dilakukan uji biokimia. Sedangkan mekanisme bioremediasi secara metilasi biasanya terjadi pada bakteri anaerob, dan belum pernah dilaporkan terjadi pada Enterobacter aerogenes. Bioremediasi logam Hg baik dengan variasi pH maupun suhu inkubasi, tidak tampak terjadinya mekanisme efflux. Hal ini diduga karena Hg0 yang

terbentuk selama proses remediasi keluar dari sel bakteri melalui proses volatilisasi.

Pendapat sejalan juga

mengungkapkan bahwa detoksifikasi merkuri dapat dilakukan menggunakan mikroorgansime resisten merkuri, misalnya bakteri resisten merkuri. Berbagai mekanisme detoksifikasi merkuri telah dilaporkan, seperti berkurangnya penyerapan ion merkuri karena pengurangan permeabilitas selular untuk ion Hg2+ (Pan-Hou et al., 1981 dalam Nascimento and Edmar, 2003 ), demethylation dari methylmercury oleh

Clostridium cochlearium T - 2P, yang melibatkan dekomposisi dan inaktivasi dari merkuri anorganik dengan hidrogen sulfida (H2S) (Pan-Hou dan Imura, 1981 dalam Nascimento and Edmar, 2003), metilasi merkuri oleh bakteri tertentu yang menggunakan metilasi sebagai resistensi atau detoksifikasi mekanisme (Trevor, 1986 dalam Nascimento and Edmar, 2003 ) dan penyitaan dari methylmercury (Silver dan Misra, 1984 dalam Nascimento and Edmar, 2003).

Jenis bakteri yang resisten terhadap logam berat mungkin berada di dalam tanah dan di lokasi tambang. Apabila bakteri tersebut dapat beradaptasi pada lingkungan dengan tingkat kontaminasi logam berat yang tinggi, maka

(7)

145 diasumsikan bahwa penggunaan bakteri tersebut sangat efektif dalam

meningkatkan reduksi logam

berat.Sejumlah bakteri resisten terhadap merkuri telah diisolasi dari berbagai jenis lingkungan. Umumnya bakteri tersebut termasuk dalam kelompok baik bakteri Gram negatif maupun Gram positif (Nascimento & Chartone-Souza, 2003 dalam Santi dan Goenadi, 2009). Beberapa bakteri aerobik dan fakultatif mengkatalisasi proses reduksi Hg(II) menjadi Hg(0) seperti Bacillus, Pseudomonas, Corynebacterium, Micrococcus dan Vibrio. Pseudomonas maltophilia dapat mereduksi Cr6+ yang bersifat mobile dan toksik menjadi bentuk immobile dan nontoksik Cr3+ serta meminimumkan mobilitas ion toksik lainnya di lingkungan seperti Hg2+, Pb2+ dan Cd2+.

Detoksifikasi merkuri oleh bakteri resisten merkuri terjadi karena bakteri resisten merkuri memiliki gen resisten merkuri, mer operon. Struktur mer operon berbeda untuk tiap jenis bakteri (Mann, 2009), yang mengubah Hg(II) menjadi Hg(0). Umumnya struktur mer operon terdiri dari gen metaloregulator (merR), gen transpor merkuri (merT,merP, merC), gen merkuri reduktase (merA) dan organomerkuri liase (merB). Model

mekanisme resisten merkuri bakteri gram negatif adalah sebagai berikut Hg(II) yang masuk periplasma terikat ke pasangan residu sistein MerP. Selanjutnya MerP mentransfer Hg(II) ke residu sistein MerT atau MerC. Akhirnya ion Hg menyeberang membran sitoplasma melalui proses reaksi pertukaran ligan menuju sisi aktif flavin disulfide oksidoreduktase, merkuri reduktase (MerA). Merkuri reduktase (MerA) mengkatalisis reduksi Hg (II) menjadi Hg (0) volatil dan sedikit reaktif (Rasmussen et.al, 2008). Akhirnya Hg(0) berdifusi di lingkungan sel untuk selanjutnya dikeluarkan dari sel. Bakteri yang hanya memiliki protein merkuri reduktase (MerA) disebut dengan bakteri resisten merkuri spektrum sempit. Beberapa bakteri selain memiliki protein merkuri reduktase (MerA) juga memiliki protein organomerkuri liase (MerB). MerB berfungsi dalam mengkatalisis pemutusan ikatan merkuri-karbon sehingga dihasilkan senyawa organik dan ion Hg yang berupa garam tiol. Bakteri yang memiliki kedua protein merkuri reduktase (MerA) dan organomerkuri liase (MerB) disebut dengan bakteri resisten merkuri spektrum luas.

Bentuk merkuri yang utama di dalam atmosfer adalah unsur merkuri

(8)

146 dalam bentuk (Hgo), yang mana mudah menguap dan dioksidasi menjadi ion merkuri (Hg2+,) secara fotokimia kebanyakan dari merkuri yang memasuki lingkungan akuatik dalam bentuk Hg2- (Gambar 1). Resistensi merkuri telah dipelajari secara intensif pada bakteri Gram negatif Pseudomonas aeruginosa,

dimana gen untuk resistensi merkuri berada pada suatu plasmid. Gen ini disebut gen mer yang diatur di dalam suatu operon dan dibawah kontrol dari protein regulator MeR (produk dari merR) (Gambar 2). MerR berfungsi seperti repressor dan suatu aktivator. Pada keadaan tidak adanya Hg2+, MerR mengikat kepada bagian operator dan adanya transkripsi dari mer TPCAD. Bagaimanapun, jika ada Hg2+ , membentuk suatu kompleks dengan MerR, yang kemudian berfungsi sebagai suatu activator dari transkripsi dari operon mer. Merkuri reduktase, menjadi produk dari gen merA. MerD, produk dari merD, juga memainkan suatu peran sebagai regulator, sedangkan mer menyandi suatu protein pengikat Hg2+ periplasmik. Protein ini, MerP mengikat Hg2+ dan memindahkannya kepada suatu membran protein MerT (produk merT), yang mengangkut Hg2+ ke dalam sel untuk direduksi merkuri reduktase. Hasil akhir

adalah reduksi Hg2+ menjadi Hgo, yang mudah menguap dan bebas dari sel.

Jenis-jenis mikroorganisme yang bersifat resisten terhadap merkuri Sulfbiobus solfataric,Pseudomonas putida Spi3, Pseudomonas stutzeri I b03, Pseudomonas fulva Spil 1

E. Kesimpulan

Pencemaran lingkungan merupakan keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena oleh kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial, penggunaan pestisida, masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan, kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah, air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping). Salah satu limbah zat kimia yaitu limbah logam berat. Mekuri merupakan salah satu logam berat yang sangat toksik.

Ada beberapa cara untuk mengurangi dampak dari pencemaran lingkungan limbah merkuri, diantaranya dengan bioremidiasi. Bioremediasi merupakan proses pembersihan

(9)

147 pencemaran lingkungan dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri).

Sejumlah bakteri resisten terhadap merkuri telah diisolasi dari berbagai jenis lingkungan. Umumnya bakteri tersebut termasuk dalam kelompok baik bakteri Gram negatif maupun Gram positif. Beberapa bakteri aerobik dan fakultatif mengkatalisasi proses reduksi Hg(II) menjadi Hg(0) seperti Bacillus,

Pseudomonas, Corynebacterium,

Micrococcus dan Vibrio. Pseudomonas maltophilia dapat mereduksi Cr6+ yang bersifat mobile dan toksik menjadi bentuk immobile dan nontoksik Cr3+ serta meminimumkan mobilitas ion toksik lainnya di lingkungan seperti Hg2+, Pb2+ dan Cd2+..

F. Daftar Pustaka

Essa, A.M.M., L. E. Macaskie and N. L. Brown. Mechanisms of mercury bioremediation. Biochemical Society Transactions (2002) Volume 30, part 4

Ghosh, Amitava, Piyali C, Partha R, Somnath B, Tanushree N and Simli S. Bioremediation of Heavy Metals from Neem (Azadirachta Indica) Leaf Extract by Chelation with Dithizone. (A Protective and

Effective Method for

Pharmaceutical Industry). Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research. Volume 2, issue 1, Jan-March 2009.

Kiefer, N.2000. Mechanisms of Microbial Metal Resistance, B.Sc. Final Project, Dublin City University.

http://www.infrance.com/kiefer/litsu rvey.htm

Laksmita Prima SANTI & Didiek Hadjar GOENADI. Potensi Pseudomonas fluorescens strain KTSS untuk bioremediasi merkuri di dalam tanah. Menara Perkebunan, 2009, 77(2), 110-124.

Liu, Jian-xiao, Xiu Xiang-min, Tang Lin

and Zeng Guang-ming.

Determination of trace mercury in compost extract by inhibition based glucose oxidase biosensor. Trans. Nonferrous. Met.Soc. China 19 (2009) 235-240.

Mann, Jeffrey E. Recent advance in the development of Deinococcus spp. For use in bioremediation of mixed radioactive waste. Basic Biotechnology (2009) 5 :60-65

Nascimento, Andrea M.A and Edmar Chartone-Souza. Operon mer: Bacterial resistance to mercury and potential for bioremediation of contaminated environments. Genet. Mol. Res. 2 (1): 92-101 (2003)

Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta.

Ramussen, L.D., C. Zawasdsky, S.J Binnerup, G. Oregaard, S.J Soresnsen and N. Kroer. Cultivation of Hard-To-Culture Subsurface Mercury-Resistant Bacteria and Discovery of New merA Gene

Sequence. Applied and

Environmental Microbiology, June 2008. p. 3795-3803

Selid, Paul D., Hanying Xu, E. Michael Collins, Marla Striped FC and Julia X Z. Sensing Mercury for Biomedical and Environmental Monitoring. Sensor.2009.9.5446-5459

(10)

148 Vidali, M. Bioremediation. An overview.

Pure Appl. Chem., Vol. 73, No. 7,

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan menemukan agens hayati dari golongan bakteri yang dapat dikembangkan sebagai biopestisida terhadap 3 penyakit penting tanaman padi

Proses degradasi diazinon yang efektif dapat dilakukan selama 21 hari dengan penambahan kompos pada tanah sebesar 15-30% pada konsentrasi diazinon 1000 ppm.. Beberapa jenis

Tahap pertama pada penelitian ini adalah dilakukan laju pertumbuhan pada masing-masing mixed culture bakteri menggunakan media tumbuh nutrient broth (NB) (Merck, Germany).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat bakteria yang terpilih kemungkinan dapat digunakan sebagai agen bioremediasi karena mampu tumbuh dengan baik pada medium SBS cair dan

Tanah merupakan salah satu material penting dalam konstruksi yang selalu digunakan baik sebagai lapisan tanah dasar, tanah timbunan, dan lain sebagainya. Kekuatan tanah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Spirogyra mampu tumbuh dengan baik pada media pemeliharaan yang mengandung limbah cair kelapa sawit dengan konsentrasi 25 mL.L-1 perlakuan B.. Hal ini

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,