• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "6.1. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN PERMUKIMAN"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

6.1. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

6.1.1. ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Berdasarkan dokumen RP2KP, isu strategis dalam hal pembangunan perumahan permukiman Kota Serang yang mendesak ditangani antara lain:

Lingkungan Permukiman Kumuh

Secara umum permukiman di Kota Serang dapat dibedakan dalam tipologi yaitu perumahan dan permukiman di wilayah perkotaan, wilayah perdesaan dan wilayah bersejarah. Pada type perumahan dan permukiman di wilayah perkotaan terdapat bagian wilayahnya yang termasuk dalam kawasan cagar budaya, karena didalamnya terdapat bangunan peninggalan zaman kolonial Belanda yang tersebar di Kecamatan Serang (Kelurahan Serang dan Kota Baru) serta Kecamatan Kasemen (Desa Banten). Type perumahan dan permukiman di wilayah perkotaan yang dikategorikan urban terdapat di sekitar jalan/jalur utama antar kecamatan atau kota. Sedangkan type perumahan dan permukiman di wilayah pesisir dikategorikan rural karena jauh dari jalur transportasi sebagaimana terdapat disepanjang wilayah pesisir Kota Serang.

Pada umumnya pengembangan perumahan di wilayah Kota Serang dilaksanakan baik secara individu oleh masyarakat maupun dengan keikutsertaan pihak swasta (pengembang). Beberapa kawasan perumahan yang telah dibangun oleh Pihak Swasta diantaranya, adalah Komplek Perumahan Ciceri Indah, Ciceri Permai, Permata Serang, Taman Puri, Taman Widya Asri, Taman Cimuncang, Taman Lopang Indah, Bumi Serang Damai, Titan Arum, Bumi Agung Permai I, Bumi Agung Permai II, Taman Banten Lestari, Taman Mutiara Indah, Banten Indah Permai, Persada Banten, Citra Gading, Puri Serang Hijau, Banjar Asri, Taman Graha Asri, Griya Permata Asri dan sebagainya.

ASPEK PER SEKTOR

BAB

(2)

Pola permukiman ibu kota kecamatan yang berada di sekitar jalur utama Serang-Jakarta mengikuti alur jalan yang ada dengan kondisi bangunan sebagian besar permanen dan semi permanen. Pola permukiman di wilayah perdesaan mengelompok pada satuan lahan non pertanian yang kurang produktif dengan kondisi bangunan umumnya semi permanen. Pola permukiman di wilayah pesisir tersebar tidak beraturan dan sporadis sehingga bentuk permukiman mengikuti pola jaringan jalan utama yang ada. Selengkapnya mengenai sebaran kondisi perumahan dan sebaran permukiman di Kota Serang dapat dilihat pada tabel 4.1 dan gambar 4.1 berikut.

Tabel 4.1

Jumlah Rumah Berdasarkan Kondisi di Kota Serang

No Kecamatan

Jumlah Rumah (Unit) Semi

Permanen Permanen Total

1 Serang 980 33.474 34.454 2 Taktakan 540 13.478 14.018 3 Kasemen 7.651 10.322 18.419 4 Walantaka 606 14.038 14.644 5 Cipocok Jaya 5.049 7.388 12.437 6 Curug 1.072 8.642 9.714 JUMLAH 15.898 87.342 103.686

Sumber : Bappeda Kota Serang, 2008

6.1.2. KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial. Untuk mencapai hal tersebut terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di tingkat Kota (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman.

Pertumbuhan bangunan cenderung cepat dan dikuatirkan bisa melenceng dari konsep pembentukan kawasan kota yang tanggap terhadap fungsi masa kini sedangkan Pola penanganan kawasan koridor Jalan Raya Pandeglang & Jalan

(3)

Palima Raya pada saat ini belum mendukung terbentuknya Kawasan kota yang baik karena belum ada kegiatan dan sarana prasarana yang mendukung pengembangan kota baru di daerah ini yang cukup signifikan

Bentuk dan dimensi Bangunan

Beberapa bangunan di kota Serang dan kawasan perencanaan pada khususnya masih merupakan bangunan kelas rendah yang berkisar antara 2-3 lantai, walaupun ada beberapa bangunan yang mencapai 4 lantai. Biasanya bangunan bertingkat sedang tersebut fungsinya sebagai ruko .

Pada awal perkembangannya, bangunan yang terdapat di kiri dan kanan Jalan Serang Lama merupakan bangunan perumahan dan sebagian penginapan, warung atau kios (ruko). Bentuk bangunan awal tersebut dicirikan sbb:

Bentuk atap : atap perisai.

Posisi bangunan relatif jauh dari jalan (dengan kondisi saat ini, berjarak maksimal 10m dari bahu jalan)

Lebar bangunan berkisar antara 8 – 12m.

G

Gaammbbaarr 22..1111.. TTiippoollooggii BBaanngguunnaann

Seiring dengan perkembangan kawasan ini maka dilakukan beberapa penyesuaian kebutuhan seperti pelebaran jalan, pembuatan trotoar, saluran irigasi, saluran drainase, tiang listrik dan telepon.

(4)

lebarnya sesuai dengan lebar kavling, mengingat kebutuhan fungsi dan harga tanah.

Hampir seluruh bangunan yang ada di dalam Area Perencanaan saat ini memiliki bentuk bangunan kotak (rectangular). Hal ini terjadi karena beberapa kemungkinan:

Orientasi ke Arah jalan yang berbentuk garis lurus membujur dari arah Timur ke Barat begitupun sebaliknya

Efisiensi lahan karena harga tanah di dalam kawasan yang relatif sangat tinggi. Fleksibilitas, dengan bentuk kotak bangunan menjadi lebih mudah mengalami penyesuaian bila bangunan mengalami perubahan fungsi.

Ketinggian bangunan memiliki variasi yang cukup tinggi. Beberapa bangunan memiliki ukuran yang sangat besar (misalnya perkantoran Provinsi Banten), akan tetapi rata-rata bangunan yang ada dalam kawasan berukuran relatif kecil. Beberapa bangunan memiliki ketinggian 2-4 lantai, akan tetapi sebagian besar merupakan bangunan 1 lantai.

Arsitektur Bangunan

Pembahasan Arsitektur Bangunan dibagi dalam dua kelompok yaitu berdasarkan relasi antara bangunan satu dengan yang lain dan penampilan dari masing-masing bangunan sebagai obyek aristektur.

Secara keseluruhan dalam kawasan ini terdapat dua jenis relasi antar bangunan, yaitu :

 Relasi pertama yang ditampilkan oleh kelompok bangunan tradisional atau dalam konteks kawasan ini bangunan-bangunan yang relatif berusia tua atau merupakan karakter bangunan yang mewakili kondisi setempat. Relasi antar bangunan ditentukan oleh sistem nilai yang hidup dalam kelompok masyarakat tradisional banten yang seperti masyarakat pedesaan pada umumnya cenderung berorientasi ke dalam karena mengutamakan kebersamaan (komunalisme). Sistem nilai mereka ini termanifestasi dalam lingkungan permukiman yang membentuk klaster-klaster kecil dikelilingi oleh perkebunan dan ladang tempat mencari mata pencaharian.

 Adapun relasi bangunan yang lain diwakili oleh bangunan-bangunan baru yang dimiliki oleh masyarakat yang menganut sistem nilai yang berbeda yaitu

(5)

cenderung individualistis. Hal ini termanifestasi dalam bangunan-bangunan yang tidak lagi membentuk klaster-klaster tetapi membentuk garis linier atau pola grid yang kaku.

Adapun dari penampilan bangunan sebagai obyek arsitektur, terlihat bahwa dalam kawasan ini tidak terdapat pedoman pembangunan. Setiap bangunan boleh secara bebas mencari dan menentukan bentuk dan wajah. Akibatnya secara kolektif bangunan-bangunan yang ada dengan penampilan yang berbeda-beda tidak dapat membentuk karakter terhadap lingkungannya.

Kepadatan Bangunan

Kepadatan bangunan diperhitungkan atas jumlah unit bangunan terhadap lahan terbangun (built-up area). Dari pengamatan lapangan dan dibantu foto udara, cukup jelas bahwa terdapat konsentrasi bangunan yakni di area permukiman penduduk, sedangkan pada koridor jalan didapati jumlah bangunan berlantai lebih dari satu dan cenderung padat .

Untuk wilayah selatan Jalan Raya Pandeglang dan sepanjang Jalan Palima Raya, kondisi bangunan relatif tidak padat . Di bagian tengah wilayah perencanaan, masih tersisa beberapa ruang kosong yang dalam waktu relatif singkat akan segera berubah menjadi perumahan atau tempat usaha dengan tingkat kepadatan tinggi. Sehingga wacana tentang pengembangan landed housing pada masa mendatang seharusnya mulai digantikann dengan vertikal housing (perumahan bersusun)

Morfologi Kawasan

a. Urban Morphology

Urban Morphology adalah sebuah pendekatan untuk memahami keterkaitan antara bentuk dan struktur dengan makna dari kawasan perencanaan, bentuk dan struktur (keterkaitan spesifik antara bangunan-bangunan, ruang terbuka dan jalan). Makna dalam hal ini dibatasi pengertiannya sebagai fungsi yang ada atau yang

berlangsung dalam kawasan.

Berdasarkan peta (foto udara) serta hasil pengamatan visual langsung di lapangan, dapat diambil suatu hipotesa bahwa di dalam wilayah pengamatan terdapat beberapa bentuk dan struktur yaitu: linier (susunan bangunan yang berjajar mengikuti jalan), klaster/cluster (susunan bangunan yang mengelompok membentuk sebuah pelataran atau ruang terbuka) dan grid (kelompok bangunan yang tersusun dalam pola grid/ papan catur). Ditemui bentuk dan struktur yang lain atau gabungan dari 3 bentuk dan struktur tersebut.

(6)

Dari beberapa altematif wujud tersebut akan dapat diidentifikasi makna (yang diwakili oleh fungsi) yang ada di sana. Ada beberapa makna yang dominan yaitu

komersial, permukiman atau campuran/gabungan dari 2 fungsi sekaligus.

Ditemukan keterkaitan spesifik antara wujud dan makna: Bentuk/struktur linier akan terkait dengan makna komersial, Bentuk/struktur kluster akan terkait dengan makna permukiman .

Hipotesa ini akan mendukung perumusan usulan pengembangan kawasan. Dimulai dari fungsi (= makna) maka bentuk/struktur fisiknya akan menyesuaikan dengan fungsi tersebut. Misalnya untuk fungsi komersial maka bentuk/struktur fisiknya adaiah linier. Demikian juga kalau fungsi yang kita usulkan permukiman modern, maka susunan bangunannya adaiah grid.

Karena wilayah perencanaan merupakan satu kesatuan kawasan pengembangan yang menganut pola pengembangan koridor dan pola pengembangan blok , maka dalam melakukan identifikasi taksonomi dari urban morphology, adalah meliputi susunan yang berbentuk linier dan grid.

b. Urban Typology

Urban Typology lebih melihat bagian-bagian dari bangunan dan makna yang diwakilinya. Apabila bagian bangunan yang akan dianalisa adaiah façade, maka hipotesanya akan ada jenis facade tertentu (misalnya kotak-kotak) yang mewakili makna (fungsi) komersial. Atau bisa juga kita ambil bentuk atap. Misalnya bentuk atap segitiga / pelana memaknai fungsi permukiman . Hal-hal lain yang dapat diambii sebagai penentu tipologi adaiah bentuk ruang terbuka, warna bangunan, bentuk bangunan, material utama, dan sebagainya.

Apabila hasil dari pendekatan urban typology ini digabungkan dengan pendekatan Urban Morphology maka kita akan mendapatkan dasar untuk mengusulkan pengembangan kawasan, yaitu meliputi : fungsi, susunan antara bangunan, ruang terbuka, jalan, dan bentuk bangunan. Disamping itu juga akan mendukung pembagian kawasan ke dalam beberapa bagian (sub-kawasan).

Elemen Kawasan

Menurut teori Citra Kota (The Image of The City) dari Kevin Lynch, pembentuk citra kawasan mempunyai lima elemen yaitu :

(7)

a. Paths (Jalur)

Merupakan rute-rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk melakukan pergerakan secara umum ; dalam hal ini adalah Jalan Raya Pandeglang dan Jalan Palima Raya sebagai elemen yang paling penting dalam citra kawasan dan membentuk skeleton kawasan. Dalam hal ini termasuk juga jejalur pedestrian yang terdapat pada area permukiman.

b. Edges (Tepian)

Merupakan elemen linear yang tidak dipakai / dilihat sebagai path. Biasanya berada pada batas antara dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai pemutus linear, yang dalam hal ini adalah minimal 100 meter sebagai batas fisik koridor wilayah pengamatan.

c. District (Wilayah)

Merupakan kawasan-kawasan kota dalam skala dua dimensi yang memiliki ciri khas yang mirip (bentuk, pola dan wujudnya) dan khas pula dalam batasnya, dimana orang merasa harus mengakhiri atau memulainya, yakni Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B), Kawasan Rekreasi Waterboom, dan area pemukiman.

d. Nodes (Simpul)

Merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis di mana arah atau aktivitasnya saling bertemu dan dapat diubah ke arah atau aktivitas lain, yaitu Persimpangan Sempu, Persimpangan Tembong, Persimpangan Palima, dan Persimpangan Petir . Namun tidak setiap persimpangan jalan adalah node. Yang menentukan adalah citra place-nya. Atau dalam pemahaman lain bahwa node tercipta karena adanya kegiatan yang dominan pada lokasi dimaksud.

e. Landmarks (Tetenger)

Merupakan titik referensi seperti elemen node, tetapi orang tidak masuk ke dalamnya karena bisa dilihat dari luar dan sebagai bentuk visual yang menonjol dari kawasan, seperti Masjid Raya KP3B. Sebagai suatu kawasan pengembangan RTBL tentunya diharapkan ada landmark yang cukup signifikan dan bisa mewakili makna dari keseluruhan kawasan.

(8)

Tolak ukur tercapainya keseimbangan lingkungan di Kawasan perencanaan adalah seberapa besar daya dukung lingkungan alam dapat merespon positip kegiatan budidaya yang ada. Pengembangan permukiman di wilayah recharge area, pembuangan limbah rumah tangga tanpa treatment, minimnya sumur resapan air hujan, dan lain – lain mengindikasikan kuat tentang semakin rentannya daya dukung lahan akibat penetrasi kegiatan yang hanya berorientasi ekonomi.

Kecepatan dan Ruang

Ruang hanya dapat dialami sebagai suatu sintesis dari indera - indera manusia : penglihatan, rabaan, pendengaran, gerakan dan penciuman. Pengalaman ruang sepenuhnya tergantung pada kapasitas inderawi dalam memahami ruang. Lissitzky merumuskan empat cara memandang ruang dari berbagai cara sehingga citra dan ilusi ruang dapat diperoleh. Persepsi ruang dapat direduksi menjadi ruang planimetrik atau dua dimensional, ruang tiga dimensional, ruang irrasional atau empat dimensional dan ruang imajiner. Persepsi terhadap ruang merupakan sintesis dari keempat fenomena ini.

Salah satu aspek dominan mempengaruhi perencanaan RTBL Kawasan Koridor Jalan Raya Pandeglang dan Jalan Palima Raya adalah keterkaitan antara aspek Kecepatan atau Speed dengan Ruang Manusia atau Human

Space dan Kecepatan menjadi salah satu aspek yang menentukan dalam penataan koridor jalan pada lokasi kajian selain aspek keamanan dan kenyamanan. Kecepatan akan mempengaruhi persepsi pengendara mengenal ruang yang ada di sekelilingnya. Kecepatan sangat berpengaruh pada kemampuan manusia menangkap citra. Sebagai contoh manusia dapat mengenal bentuk, tekstur dan warna daun di dalam taman suatu rumah. Namun dalam perjalanan, dengan kecepatan sedang (20 – 60 km/jam) ia hanya dapat mengenal outline bentuk dan warna tanaman dan pada kecepatan tinggi (>60 km/jam) ia hanya dapat mengenal warna sekumpulan tanaman saja. Kecepatan juga sangat dipengaruhi oleh penataan bangunan dan lansekap.

Pada Penataan Bangunan, alignment atau kelurusan bangunan akan berpengaruh pada kesan menekan, atau leluasa, jarak bangunan yang teratur akan memberikan rasa tenang, bukan ‘galau’ atau chaos. Penataan vegetasi, yang mempunyai unsur warna, tekstur, bentuk dan dimensinya dapat dimanfaatkan untuk pembentuk suasana, mengarahkan pergerakan, menunjukkan orientasi.

Dari disiplin teknik lalu lintas pun, aspek kecepatan akan memberikan warna pada ragam kecepatan kendaraan, jenis simpangan, kebijakan bagi pedestrian dan

(9)

volume yang akhirnya menentukan kebutuhan akan fasilitas yang mengakomodasinya.

6.1.2.1 PERMASALAHAN DAN TANTANGAN

Permukiman selain merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, juga mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam perannya sebagai pusat

pendidikan keluarga, persemaian budaya, dan peningkatan kualitas generasi yang akan datang, serta merupakan pengejawantahan jati diri. Terwujudnya

kesejahteraan rakyat dapat ditandai dengan meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat, antara lain melalui pemenuhan kebutuhan papannya. Dengan demikian upaya menempatkan bidang permukiman dan infrastruktur sebagai salah satu sektor prioritas dalam pembangunan manusia Indonesia yang seutuhnya adalah sangat strategis.

Persoalan permukiman dan infrastukrur di Indonesia sesungguhnya tidak terlepas dari dinamika yang terjadi dalam kehidupan masyarakat maupun kebijakan pemerintah di dalam mengelola permukiman dan infrastruktur. Penyusunan strategi untuk penyelenggaraan permukiman dan infrastruktur, sesungguhnya secara lebih komprehensif telah dilakukan sejak Pelita V dalam bentuk

Kebijaksanaan dan Strategi Nasional Perumahan, namun penekanannya masih terbatas kepada aspek perumahan saja. Dalam perjalanannya, acuan tersebut dirasakan kurang sesuai lagi dengan berbagai perkembangan permasalahan yang semakin kompleks, sehingga diperlukan pengaturan dan penanganan perumahan dan permukiman yang lebih terintegrasi. Sehingga untuk itu perlu disusun suatu kebijakan dan strategi baru yang cakupannya dapat meliputi bidang permukiman dan infrastruktur perkotaan sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Bidang sarana dan prasarana memiliki peranan yang sangat penting dalam mendukung aktivitas ekonomi, sosial, budaya, serta kesatuan dan persatuan bangsa, terutama sebagai modal dasar dalam memfasilitasi interaksi dan

komunikasi di antara kelompok masyarakat, serta mengikat dan menghubungkan antarwilayah. Pengembangan sarana dan prasarana sumber daya air ditujukan untuk mendukung ketahanan pangan nasional dan penyediaan air untuk berbagai keperluan masyarakat, seperti air minum, pembangkit tenaga listrik dan

pengendalian banjir yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Demikian pula, sarana dan prasarana lainnya, seperti jalan, jembatan, prasarana dan sarana dasar permukiman yang merupakan modal esensial masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sosial-ekonominya. Selain itu,

(10)

yang ditujukan untuk menjamin kelancaran arus informasi baik untuk mendukung kegiatan pemerintahan, perekonomian, maupun sosial.

Tantangan Bidang Permukiman dan Infrastruktur

Penyamaan persepsi mengenai hakekat perumahan dan permukiman masih menjadi tantangan yang mendasar, mengingat bahwa berbagai persoalan

penyelenggaraan perumahan dan permukiman sesungguhnya muncul dari adanya perbedaan sudut pandang para pelaku pembangunan tentang hakekat dan makna perumahan dan permukiman itu sendiri. Hal tersebut tercermin antara lain dari kebijakan dan strategi operasional yang dipilih oleh masing-masing pelaku, dan tidak mudah untuk secara efektif dapat dikoordinasikan. Kebijakan dan strategi nasional penyelenggaraan perumahan dan permukiman sangat bertumpu pada falsafah dan hakekat perumahan dan permukiman itu sendiri, yang antara lain adalah sebagai berikut:

1. Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia disamping pangan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Selain berfungsi sebagai pelindung terhadap gangguan alam/cuaca dan makhluk lainnya, rumah juga memiliki peran sosial budaya sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya dan nilai kehidupan, penyiapan generasi muda, dan sebagai manifestasi jatidiri. Dalam kerangka hubungan ekologis antara manusia dan lingkungannya maka terlihat jelas bahwa kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang sangat dipengaruhi oleh kualitas perumahan dan permukimannya.

2. Pembangunan perumahan diyakini juga mampu mendorong lebih dari seratus macam kegiatan industri yang berkaitan dengan bidang perumahan dan permukiman, sehingga penyelenggaraan perumahan dan permukiman sangat berpotensi di dalam menggerakkan roda ekonomi dan upaya penciptaan lapangan kerja produktif. Sebaliknya kegiatan industripun semestinya dapat dilihat sebagai titik tolak untuk menangani permasalahan perumahan dan permukiman, terutama di kawasan-kawasan yang berkembang sebagai sentra atau koridor industri. Produktivitas dan efisiensi industri seyogyanya juga dapat ditingkatkan secara seimbang dan selaras dengan penanganan permasalahan perumahan dan permukiman bagi para pekerja industri.

3. Bagi banyak masyarakat Indonesia terutama golongan menengah ke bawah, rumah juga dapat merupakan barang modal (capital goods), karena dengan asset rumah ini mereka dapat melakukan kegiatan ekonomi di dalam mendukung kehidupan dan penghidupannya.

(11)

Karenanya, permasalahan perumahan dan permukiman tidak dapat dipandang sebagai permasalahan fungsional dan fisik semata, tetapi lebih kompleks lagi sebagai permasalahan yang berkaitan dengan dimensi kehidupan bermasyarakat yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, teknologi, ekologi maupun politik. Perbedaan-perbedaan sudut pandang yang ada sesungguhnya bukan untuk dipertentangkan, tetapi sebagai suatu upaya untuk memperkaya tinjauan agar dapat lebih memandang persoalan perumahan dan permukiman secara lebih holistik. Kesadaran akan adanya keragaman tersebut penting, karena hal tersebut dapat melahirkan alternatif-alternatif strategi penyelenggaraan di bidang

perumahan dan permukiman untuk menuju Visi yang diinginkan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan suatu konsep tentang perumahan dan permukiman yang lebih sistemik dan mampu mengakomodasikan perkembangan aspirasi yang ada. Kesamaan persepsi tersebut diperlukan agar dapat menjadi titik tolak bagi penyelenggaraan perumahan dan permukiman yang lebih

komprehensif dan sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-masing lembaga penyelenggaranya. Upaya untuk merangkum pandangan-pandangan di atas telah dirumuskan secara konseptual dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, yang menyatakan bahwa :

Perumahan adalah :

Kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.

Permukiman adalah :

Bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

6.1.3 ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Kota Serang mempunyai kedudukan yang sangat strategis karena berada di jalur utama penghubung lintas Jawa-Sumatera. Kota Serang juga dilintasi jalan negara lintas Jakarta-Merak serta dilintasi jalur kereta api lintas Jakarta-Merak. Selain itu pula Kota Serang merupakan pintu gerbang atau transit perhubungan darat antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.

(12)

Wilayah Kota Serang didasarkan pada kecenderungan perkembangan wilayah yang dipengaruhi oleh faktor-faktor potensi wilayah, homogenitas wilayah, aksesibilitas dan keterbatasan fisik yang dapat dikembangkan. Berdasarkan kecenderungan tersebut struktur tata ruang Kota Serang adalah sebagai berikut :

Wilayah Serang bagian tengah cenderung berkembang sebagai pusat

pemerintahan, permukiman perkotaan pelayanan perdagangan dan jasa, pusat koleksi dan distribusi terpusat di Kecamatan Serang dan Cipocokjaya dengan wilayah pendukungnya adalah Kecamatan Kasemen.

Wilayah Serang bagian Selatan cenderung berkembang membentuk pusat

pertumbuhan baru terutama pada wilayah yang berdekatan dengan kawasan KP3B (Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten), selain itu kegiatan permukiman baik yang dibangun oleh masyarakat secara pribadi maupun oleh pengembang diperkirakan akan semakin pesat, keberadaan permukiman di wilayah selatan dapat menarik kegiatan perdagan dan jasa untuk melayanai segala kebutuhan masyarakat. Simpul utama bagi pertumbuhan di wilayah Serang Bagian Selatan diperkirakan berada di Kecamatan Curug dan sekitarnya.

Wilayah Serang bagian barat cenderung berkembang dengan kegiatan

utama, pusat permukiman, perdagangan dan jasa, potensi pertanian lahan kering, kawasan lindung, kawasan pariwisata. Simpul pertumbuhan Serang Barat adalah Kecamatan Taktakan.

Wilayah Serang bagian timur cenderung berkembang dengan fungsi utama

sebagai kawasan perdagangan dan jasa, permukiman perkotaan, pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, perkebunan. Pusat pertumbuhannya adalah Cipocok Jaya. Sebagai wilayah pendukungnya adalah Kecamatan Walantaka.

Wilayah Serang Bagian Utara cenderung berkembang dengan dominasi

kegiatan permukiman sekaligus pula berfungsi sebagai daerah penyangga dari kegiatan perdagangan dan jasa di wilayah tengah Kota Serang dengan kegiatan perdagangan skala kecil.

 Berdasarkan hal tersebut maka dapat dinilai bahwa kecenderungan permukiman Kota Serang lebih banyak dipengaruhi oleh adanya faktor penarik seperti adanya kegiatan industri, pemerintah, maupun perdagangan, dengan kata lain keberadaan permukiman di Kota Serang lebih bersifat alami karena adanya bangkitan kegiatan.

(13)

1. Kawasan Permukiman Padat Perdagangan dan Jasa

Kawasan permukiman padat perdagangan dan jasa merupakan kawasan yang memiliki karakteristik permukiman sebagai berikut:

a. Lokasi permukiman merupakan Kawasan padat perkotaan b. Merupakan kawasan strategis ekonomi kota

c. Beberapa daerah merupakan CBD (Central Distric Development)core

d. Beberapa kawasan permukiman perkotaan masih belum memperhatikan estetika visual lingkungan permukiman.

Luas kawasan permukiman padat perdagangan dan jasa terdiri dari beberapa kecamatan dan kelurahan antara lain:

Rencana pemanfaatan ruang kawasan perdagangan/jasa meliputi :

 Pusat Perdagangan regional diarahkan di Pasar Rau dan Pasar Lama serta Pasar Induk di Desa Kalodran Kecamatan Walantaka.

 Pusat Perdagangan kota diarahkan di sekitar Royal di Kelurahan Kota Baru serta di sekitar Jl. Juhdi, Jl. Veteran, Jl. Jend. Susdirman.

 Kawasan Jl. Arteri dan kolektor baik primer maupun sekunder diarahkan sebagai kawasan Perdagangan dan jasa.

 Kawasan perdagangan modern skala wilayah pengembangan diarahkan di tengah pusat kota dan sekitar kawasan Tol Serang Timur (Desa Penancangan).

(14)

Lampiran 2 : Peta Sebaran Permukiman oleh Developer Cipocokjaya Ciceriindah Sempugedang Pamupukan Jamakakletak Jamakamesjid Malangnengah Cipari Bojot Cibeo Cipocung Pasirhuni Legokmasjid Gintung Legok Ilir Cibuntung Tembonggrujugan Pasirasem Pasirkelapa Kadongkelan Sarongge Satu Sarongge Dua Waru Selatan Palenam Kalitangung Sarongge Tiga Cikamal Pakelmasjid Pudak Kabul Cigintung Kubangasem Pule Pabuaran Babakan Ci Banten Waru Utara Kubang Lor Cideheng Ci Waka Kedayon Jagabaya Waru Tengah Palima Kubang Kemanisanunggul Koper Purutjawa Purutsunda Ciemas Klampisan Andamui Kemanisan Sudimara Nancang Ulanica Ci Geplak Nancangwaringin Nancang Wetan Ulanica Kidul Cikampak Kramat Palimasindangsari Bulakah Lembaga Cilingcing Nancangwaringin Kidul Kampungbaru Gowok Gowoksentul Boru Ujungtebu Pelopor Wetan Kaduciung Ciracas Jagarayu Karanganyarleutik Pandean Sepangwaru Karodangan Kandangkurung Cimoyan Sepangsempu Liobata Tanengko Cibarang Sepangbaru Kuranji Kidul Cipanas Jagaraya Kidul Karanganyar Gelam Ciemas Jagaraya Lor Sepang Lor Sepang Sepangmasjid Perumnas Kuranji Kaujonbaru Kebonjahe

Komplek Kejaksaan Kencana Tembong Dalung Karundang Wakap Ciracasindah Bukitcaracaspermai Telaga Sayabulu Tumaritisindah Karundang Lor Pamunculan Karundangkolektor Karundangmasjid Kahuripan Pelopor Kaong Barat Cibetung Banten Girang Komplek Depag Kubang Wetan Ciwaru Kidul Neglasari Kubang Sempusaroja Benggalamesjid P. Kambing Sewor Banjarsari Bojonghonje Tegaljering Bangkalok Nangkabugang Pengasinan Cikoneng Kreo Panunggulan Cidadap Lebak Malangnengahkarodan Singapadu Selatan Singapadu Utara Jamgelapa Kubang Mundingjalu Mayongko Kaliteng Kubanglilo Sandiang Prapatan Pasartinggar Tinggar Cipetelanggar Cidadap Wetan Cipetemesjid Cipeteumbul Mengger Ci Pari Curug Cipicung Ci Watek Bojongsalam Jagaraksa Cipicung Wetan Cipelah Dahu Gowok Cicalung Krasikan Kampungbuah Bumiriangindah Limpar Kali Curug Bengkeng Cicae Rancayomas Cilaku Kampungjengkol Cibunyu Pamarian Komplek Pemda Jeranak Curug Cigemuk Ciwatek Cikacung Cisangku Ciwatekpasir Tambulutan Cidadap Bobojong Gadaraha Cibonteng Cimareng Selatan Nyapahpasar Cipandu Cati Babakan Bojong Cimareng Barat Bunyu Sendang Cibogo Nyapahkiara Nyapahmesjid Katepeng Katepeng Selatan Cimareng Timur Nyapahkantor Cimareng Tengah Tegalsari Turus Turuskresik Ciwirudukuh Ciwiru Ciwirujeruk Cidangur Cimareng Utara Ciwirujungklang Cilingsir Lor Lipatik Cilingsir Kidul Ciwirutambakan Tamiang Lipatik Timur Cirongge Cigoong Cimoncol Cimoncolkubang Cimoncolkubang Pengasinan Lebakdukuh Kalok Pasuluhan Walantaka Turusmesjid Tonjong Pedali

Cigerem Cibajo Silebutegal Ciwunisumurwungan Sukabungah Ciwuni Cinonok Kemanggisan Ciconde Pabuaran Kebonsawo Frisenkiara Citerep Ampian Pipitanindah Winong Tanjakan Jelupang Bongorsaripermai Tegaljeruk Kelebut Komplek Kartika Cibebek Mayabon Kaong Timur Lebak Cilembu Komplek Griyaserang Tegalduren Cijawa Permata Ciwaru Cilowang Pulojajar Cinagar Butimanik Kubang Beberan Benda Ciwaru Wetan Tegalasem Ci Geplak Bogeg Cengkok Kedawung Cigebug Simanggukecil Ci Waka Simanggu Jaha K. Sekunderciwaka Pokuncen Sadik Paju Pesanggrahan Walantaka Cibadak Flawad Timur Flawadtegal Gelam Waduk Ciwaka Pipitan Tegalkembang Cirogol Ampel Ciruaskiara Citeureupkiara Cibeutik Jelalang DESA BANTEN KEL. KALIGANDU KEL. SUMURPECUNG KEL. CIPOCOKJAYA KECAMATAN WARINGINKURUNG KECAMATAN PABUARAN KEL. TEMBONG KEL. GELAM DESA PANCALAKSANA KECAMATAN CURUG DESA SUKAJAYA DESA CILAKU DESA KURANJI DESA SEPANG DESA CILOWONG DESA PANCUR

DESA TAKTAKAN KEL. KAGUNGAN KEL. LONTARBARU KEL. SERANG KEL. DALUNG KEL. KARUNDANG KEL. CIPARE KECAMATAN CIPOCOKJAYA KECAMATAN BAROS DESA SAYAR DESA KAMANISAN DESA SUKAWANA DESA LIA'LANG DESA KALANGANYAR DESA UMBULTENGAH KECAMATAN TAKTAKAN DESA PANGGUNGJATI KEL. LOPANG KEL. KOTA KEL. CIMUNCANG DESA KASEMEN DESA TAMANBARU DESA DRANGONG KEL. UNYUR KECAMATAN SERANG DESA KASUNYATAN KECAMATAN KRAMATWATU KECAMATAN KRAGILAN DESA TINGGAR DESA SUKALAKSANA DESA CURUGMANIS DESA CURUG DESA CIPETE DESA NYAPAH DESA LEBAKWANGI DESA CIGOONG DESA TEGALSARI DESA WALANTAKA

DESA PASULUHAN DESA PABUARAN DESA PIPITAN KEL. BANJARAGUNG KEL. BANJARSARI KEL. SUKAWANA KEL. PENANCANGAN DESA KALODRAN DESA PAGERAGUNG KECAMATAN WALANTAKA DESA KIARA DESA TERITIH DESA KEPUREN KEL. TRONDOL DESA MESJIDPRIYAYI DESA KILASAN DESA WARUNGJAUH KECAMATAN KASEMEN DESA BENDUNG DESA TERUMBU DESA PENGAMPELAN KECAMATAN CIRUAS DESA MARGALUYU DESA SAWAHLUHUR BARU P. KAMBING P. DUA Batas Kabupaten/Kota Batas Pantai Batas Kecamatan Ibukota Kecamatan Jalan Nasional Jalan Provinsi Jalan Kabupaten/Kota Batas Desa Jalan Tol Jalan Kereta Api

93 20 000 620000 630000 640000 93 30 00 0

PETA SEBARAN PERMUKIMAN OLEH DEVELOPER 10 1 4 13 9 2 3 5 6 7 12 11 14 8 20 18 16 19 25 23 24 21 26 15 22 17 27 28 29 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KECAMATAN SERANG

Taman Widya Asri Taman Puri Indah Taman Graha Asri Taman Lopang Indah Banten Indah Permai Bumi Agung Permai Taman Banten Lestari Mandala Citra Kota Serang Baru Titam Arum KECAMATAN TAKTAKAN

11TAman Alam Lestari 12Taman Wijaya Permai 13Permata Safira Regency

14Prima Sepang Indah 15Griya Permata Asri

20Puri Kartika Banjarsari 16Citra Gading 17Serang Hijau 18Griya Serang Asri 19Nuansa Alam Banjar Estate KECAMATAN TAKTAKAN

21Taman Krisna Serang 22Banjarsari Permai 23Griya Reang Indah 24Permata Banjarsari 25Bumi Mutiara Serang 26Bumi Serang Timur 27Puri Angrek Serang KECAMATAN WALANTAKA

28Perumahan Korem KECAMATAN CURUG 29Perumahan Inti Perdana

CITRA GADING SERANG HIJAU KECAMATAN CIPOCOK JAYA

PERMASALAHAN 1. Jumlah Penduduk : 66.754 Jiwa 2. Tingkat Kepadatan : 2.116 Jiwa/Km2 3. Tingkat Kesejahteraan : Keluarga Sejahtera Tingkat III 33,87% 4. Jumlah Rumah : 12.437 Unit 5. Kondisi Fisik Rumah : 76,4% Permanen, 23,6% Semi Permanen. 6. Kawasan Kumuh : 2 Kelurahan (69 KK)

BUMI PRAJA ASRI KECAMATAN CURUG

PERMASALAHAN 1. Jumlah Penduduk : 42.346 Jiwa 2. Tingkat Kepadatan : 854 Jiwa/Km2 3. Tingkat Kesejahteraan : Keluarga Sejahtera Tingkat III 71,4% 4. Jumlah Rumah : 9.714 Unit 5. Kondisi Fisik Rumah : 86% Permanen, 14% Semi Permanen. 6. Kawasan Kumuh : Tidak Ada

-KECAMATAN TAKTAKAN

PERMASALAHAN 1. Jumlah Penduduk : 63.762 Jiwa 2. Tingkat Kepadatan : 1.315 Jiwa/Km2 3. Tingkat Kesejahteraan : Keluarga Sejahtera Tingkat II 35,9% 4. Jumlah Rumah : 18.419 Unit 5. Kondisi Fisik Rumah : 74 Permanen, 26% Semi Permanen 6. Kawasan Kumuh : 3 Kawasan Kumuh (110 KK)

TAMAN PIPITAN INDAH PURI ANGGREK SERANG KECAMATAN WALANTAKA

PERMASALAHAN 1. Jumlah Penduduk : 61.451 Jiwa 2. Tingkat Kepadatan : 970 Jiwa/Km2 3. Tingkat Kesejahteraan : Keluarga Sejahtera Tingkat II 55,5% 4. Jumlah Rumah : 14.644 Unit 5. Kondisi Fisik Rumah : 94,8% Permanen, 5,2% Semi Permanen. 6. Kawasan Kumuh : 1 Kawasan Kumuh (5 KK)

(15)

A. Kompleksitas Permasalahan Permukiman di Kota Serang

Perkembangan Kota Serang cukup pesat diiringi dengan tingginya tingkat pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana kota, tidak terkecuali dengan perumahan dan permukiman. Selain itu sebaran penduduk yang tidak merata, dilihat dari kepadatan penduduk yang tidak sama dengan per-wilayah.

Berdasarkan masalah tersebut, maka muncul permasalahan permukiman padat dan kumuh di wilayah perkotaan dan perdagangan, yang nimbulkan permasalahan sebagai berikut:

Kawasan kumuh menurut Prof. DR. Pasurdi Suparlan adalah kawasan dimana rumah/hunian dan kondisi lingkungan masyarakat di kawasan tersebut sangat buruk kualitasnya. Rumah maupun sarana dan prasarana yang ada tidak sesuai dengan standar yang berlaku, baik standar kebutuhan, kepadatan bangunan, persyaratan rumah sehat, kebutuhan sarana air bersih, sanitasi maupun persyaratan kelengkapan prasarana jalan, ruang terbuka, serta kelengkapan fasilitas sosial lainnya.

Kawasan permukiman kumuh sebagian besar terdapat di wilayah perkotaan dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi dan pada umumnya menempati kawasan-kawasan yang strategis seperti dekat dengan pusat kota, dekat dengan pusat perdagangan dan jasa namun ada juga kawasan kumuh disekitar pesisir pantai dan perdesaan, pada umumnya penduduk yang mendiami kawasan kumuh bermata pencaharian sebagai pedagang kecil, nelayan dan buruh tani dengan tingkat pendapatan relatif kecil. Kondisi bangunan di kawasan kumuh kurang representatif dan kurang terawat dengan baik karena

ketidakmampuan warganya. Secara keseluruhan terdapat sekitar 12.602 Ha kawasan kumuh yang tersebar di masing-masing kecamatan di Kota Serang yang didiami oleh sekitar 2015 rumah. Kawasan kumuh terluas terdapat di Kecamatan Taktakan, Serang dan Cipocokjaya, yang masuk dalam wilayah pusat Kota Serang.

Masih cukup banyak rumah penduduk di Kota serang yang kondisinya dibawah standar, baik keselamatan, kesehatan maupun keindahan. Beberapa penyebab masih banyaknya rumah tidak layak huni di Kota serang adalah sebagai berukut:

1. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat masih rendah; 2. Kemampuan ekonomi masyarakat masih rendah; 3. Akses Pembiayaaan perumahan masih cukup rumit; 4. Penghuni rumah bukan pemilik sendiri.

Kondisi perumahan yang tidak layak huni di sebagian wilayah Kota Serang diperparah oleh kondisi prasarana permukiman yang belum memadai, seperti kurangnya fasilitas air bersih, jalan setapak/jalan lingkungan yang rusak/tanah, belum berjalannya mekanisme penanganan sampah serta kurangnya sarana drainase mikro sehingga masih terjadi

(16)

genangan atau banjir pada lokasi-lokasi tertentu. Selain kesadaran untuk membangun rumah yang layak huni, kesadaran masyarakat Kota Serang untuk memelihara sarana dan prasarana lingkungan perumahan dan permukiman masih sangat rendah. Selengkapnya mengenai sebaran permukiman kumuh serta luasannya dapat dilihat pada tabel 4.3 dan 4.4 serta gambar 4.3.

Tabel 4.3

Sebaran Permukiman Kumuh dan Squatter di Kota Serang

No. Desa/Kelurahan

Jumlah KK (orang)

Jumlah

Kaw. Kumuh Bantaran

Sungai Kaw Teg.Tinggi

KECAMATAN SERANG 1. Sumur Pecung - - 14 14 2. Cipare 215 24 - 239 3. Serang - - 16 16 4. Kagungan - 36 74 110 5. Kota Baru 243 9 - 252 6. Cimuncang 585 - - 585 7. Unyur 114 81 - 195 8. Kaligandu - - 4 4 9. Terondol 96 - 102 198 Jumlah 1.253 150 210 1.613

KECAMATAN CIPOCOK JAYA

1. Penancangan - - 44 44 2. Tembong - 13 12 25 Jumlah - 13 56 69 KECAMATAN KASEMEN 1. Bendung 45 - - 45 2. Masjid Priyayi 45 - - 45 3. Terumbu 45 - - 45 4. Banten 6 116 - 122 5. Kilasah 51 - - 51 Jumlah 192 116 - 308 KECAMATAN TAKTAKAN 1. Panggung Jati - - 71 71 2. Lialang - - 32 32

(17)

No. Desa/Kelurahan

Jumlah KK (orang)

Jumlah

Kaw. Kumuh Bantaran

Sungai Kaw Teg.Tinggi

3. Umbul Tengah - - 7 7

Jumlah - - 110 110

KECAMATAN WALANTAKAN

1. Pager Agung - - 5 5

Jumlah - - 5 5

Sumber : Bappeda Kota Serang, 2010

Tabel 4.4

Lokasi dan Luas Kawasan Kumuh di Kota Serang

No Kecamatan Luas (ha) Lokasi

1 Serang 3.621 Pasar Lama, Kantin, Kebon Sawo, Jiwantaka, Pegantungan, Lialang, Umbul Tengah, Taktakan, Drangong,

PanggungJati, Kuranji, Pancur, Karang Anyar, Kasemen,

2 Taktakan 3.745 Warung Jaud, Kepuren, Kalodran, Pangarangan, Kilasah, Kasemen

3 Kasemen 340

4 Walantaka 1.585

5 Cipocok Jaya 2.701

6 Curug 610

JUMLAH 12.602

(18)

6.2 Usulan Pembangunan Permukiman

6.2.1 Sistem Infrastruktur Permukiman Yang Diusulkan

A. Air Minum

Kualitas air minum bagi penduduk juga amat menentukan kualitas kehidupan manusia. Pemerintah telah menetapkan air minum sehat dengan tiga persyaratan pokok yakni : memenuhi syarat fisik, syarat kimiawi, dan syarat bakteriologis. Aspek kualitas air minum jelas telah menjadi perhatian dalam menetapkan ada tidaknya permasalahan lingkungan hidup, khususnya bila ditinjau dari segi kesehatan lingkungan. Banyak kasus penyakit saluran pencernaan terutama penyakit Diare, Disentri, dan lain-lain. yang terjadi karena kualitas air minum dan air bersih yang tidak sehat.

Sistem pelayanan air perpipaan Kota Serang memanfaatkan mata air Citaman (80 l/dt) dan Sukacai (60 l/dt) sebagai air baku, yang dialirkan secara gravitasi ke wilayah pelayanan setelah melalui unit aerasi untuk menghilangkan CO2 agresifnya. Kelurahan-kelurahan di wilayah Kota

Serang yang telah dilayani sistem distribusi air perpipaan adalah Kelurahan Serang, Cipare, Cimuncang, Lopang, Kota Baru, Kagungan, Lontar, Kaligandu, Sumur Pecung, Cipocok Jaya, Panancangan, Unyur, dan Taman Baru.

Di samping melalui pelayanan PDAM, sebagian penduduk memenuhi kebutuhan air bersih dan minumnya dari sumur dangkal yang

kualitasnya cukup baik dan selalu tersedia sepanjang tahun. Sumber air individual tersebut hampir merata di seluruh wilayah kota terutama di Kelurahan Lopang, Sumur Pecung, dan Cimuncang. Gambaran

pelayanan air bersih perpipaan di Kota Serang disajikan pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8

Pelayanan Air Bersih Perpipaan Kota Serang Tahun 2008

No Jenis Pemakaian Jumlah

Sambungan Pemakaian Air M3/bulan Lt/unit/hari 1 Rumah tanggga 7.032 101.260,80 586 2 Kran umum 33 4.950 5.197 3 Perdagangan 366 9.992 985

(19)

No Jenis Pemakaian Jumlah Sambungan Pemakaian Air M3/bulan Lt/unit/hari 4 Perkantoran 48 3.991 2.772 5 Hotel 10 280 1.120 6 Industri 11 54 900 7 Rumah sakit 2 7.412 103.900 8 Puskesmas 3 234 10.972 9 Sekolah 21 4.851 1.066 10 Masjid 44 3.561.20 24.456 11 Fasilitas sosial 36 1.140 3.567 12 Jumlah 7.606 137,726 148.753

Sumber : PDAM Serang, 2007

Tabel 3.9

Jumlah Ketersediaan Air Bersih di Kota Serang

Kecamatan Jumlah

KK

Persediaan Air Bersih Jumlah Diperiksa Jumlah KK Memiliki % SERANG 61.925 46.495 32.848 74,10 TAKTAKAN 20.501 12.581 8.141 64,71 CIPOCOK JAYA 18.454 - - - CURUG 10.310 8.315 5.476 65,86 WALANTAKA 24.954 12.461 6.730 55,53 KASEMEN 22.129 8.496 3.737 43,98 TOTAL 158.273 88.348 56.932 60,84

Sumber : Bappeda Kota Serang, 2008.

B. Air Limbah

Pembuangan tinja, sampah rumah tangga, dan air kotor pada hakekatnya juga merupakan permasalahan lingkungan. Oleh sebab itu keadaan jamban yang memenuhi syarat kesehatan, tempat pengumpulan dan pembuangan sampah yang memenuhi syarat. Serta penyediaan saluran

(20)

diperhatikan dalam upaya menangani masalah lingkungan hidup. Persayaratan bahan baku untuk jamban, pembuangan sampah dan pembuangan air kotor rumah tangga telah ditetapkan pula oleh pemerintah (Departeman Kesehatan), antara lain tidak boleh berbau, tidak menjadi perkembangbiakan serangga, dan tidak mencemari air permukaan dan air tanah. Kondisi pembuangan kotoran atau limbah yang memenuhi persyaratan kesehatan ini juga akan menjadi bagian yang penting untuk menjaga keserasian lingkungan hidup. Seperti yang ada di kecamatan cipocok dan serang masih belum memiliki pembuangan tinja, sampah rumah tangga dan air kotor yang permanen, sebagai contoh di Kecamatan Cipocok Jaya Kelurahan Karundang lingkungan Cidadap (Rw 03 / Rt 02 & 03) dan Kelurahan Penancangan lingkungan Dangder (Rw 06 / Rt 01) dan di Kecamatan Serang kelurahan Kaligandu lingkungan Sumur Sana (Rw 05 / Rt 02 ) dan di Kelurahan Sumur Pecung lingkungan Muncung ( Rw 02 / Rt 01).

Sungai Cibanten yang mengalir dari arah selatan ke utara, pada dasarnya menjadi tempat pembuangan terakhir dari berbagai saluran air

kotor/limbah rumah tangga, perkantoran, pasar, fasilitas pelayanan umum, maupun industri (terutama industri kecil dan rumah tangga). Hal ini disebabkan saluran drainase kota pada umumnya juga difungsikan sebagai saluran pembuangan limbah cair. Dalam jangka penjang kondisi ini akan merusak lingkungan. Adapun saluran limbah yang ada

(berfungsi juga sebagai pendukung drainase) pada kawasan pusat kota telah memakai saluran tertutup. Tetapi masih banyak pula yang

menggunakan sistem terbuka, khususnya pada daerah-daerah pinggiran kota. Arah aliran dari rumah-rumah melalui saluran quartier, yang sebagian merupakan saluran tertutup, terus mengalir melalui saluran-saluran tersier ke saluran-saluran sekunder, kemudian masuk ke saluran-saluran induk yang mengalir ke arah utara melalui Sungai Cibanten sebagai tempat pembuangan akhir.

Limbah permukiman yang berupa limbah tinja umumnya dikelola secara on site dengan sistem cubluk (septicktank) secara mandiri. Bagi masyarakat yang belum memiliki septicktank sendiri (utamanya pada permukiman padat) disediakan MCK bersama. Kota Serang perlu memiliki IPLT (Instalasi Pengolah Limbah Tinja) guna mengelola

(21)

limbah permukiman secara lebih baik. Khusus limbah industri besar (yang mungkin mengandung B3) telah diolah terlebih dahulu dalam IPAL sesuai dengan arahan pengelolaan lingkungan yang ada.

C. Sampah

Pengelolaan persampahan di Kota Serang saat ini ditangani oleh Seksi Pengelolaan Sampah Bidang Tata Kota yang berada di bawah Dinas Pekerjaan Umum Kota Serang. Untuk saat ini pengelolaan persampahan di Kota Serang masih terbatas pada sebagian wilayah perkotaan Serang, yang terdiri dari 4 kecamatan Kasemen, Taktakan, Cipocok Jaya, dan Serang. Jumlah Penduduk dari 4 kecamatan yang dilayani berjumlah  384.795 jiwa (tahun 2003) dimana baru 21% penduduk terlayani yaitu 80.807 jiwa, diketahui timbulan sampah pada tahun 2003 sebanyak 365,2 m3 dan 70% diantaranya adalah sampah domestik sedang sisanya 30% merupakan sampah dari non domestik (pasar, toko dan lain-lain). Jenis sampah yang ada 75% adalah sampah organik dan 25% sampah anorganik.

Sumber sampah di Kota Serang dapat dibagi menjadi tujuh kategori yaitu :

1. permukiman, yang terdiri dari perumahan mewah, sedang, rendah dan kumuh. 2. Jalan umum, yang terdiri dari jalan-jalan protokol, jalan-jalan lingkungan.

3. Wilayah komersial, yang terdiri dari pusat perbelanjaan, pertokoaan, perkantoran, hotel, rumah makan, dll.

4. Pasar dan kios, yaitu wilayah kegiatan pasar baik dinas maupun maksimal beserta kios-kios disekelilingnya.

5. Fasilitas umum, yaitu terminal bus & angkutan umum, rumah sakit, sekolah,dll 6. Kawasan Perindustrian

7. Kawasan Pertanian & Perkebunan

Khusus wilayah permukiman, proses pewadahan dan pengumpulan sampah merupakan swadaya masyarakat yang dikelola oleh Ketua Rukun Warga (RW) sedangkan dari Tempat Pengolahan Sampah Sementara (TPSS) sampai di Tempat Pengolahan Akhir (TPSA), dikelola oleh SDK3 - DPU Kota Serang. Demikian juga dengan Pasar, pengumpulan dari kios-kios dikelola oleh UPTD, sedangkan dari TPSS ke TPSA oleh SDK3 - DPU Kota Serang.

Penanganan sampah di Kota Serang, secara umum menggunakan sistem off site dan on site. Sistem off site (pengangkutan) terutama dilakukan pada kawasan perdagangan dan permukiman padat perkotaan. Fasilitas pengelolaan sampah terdiri dari bak sampah atau tong-tong sampah sebagai tempat pengumpulan sementara yang kemudian diangkut

(22)

dengan gerobak dan truk menuju TPA., yang berlokasi di Desa Panggungjati Kecamatan Taktakan.

Volume sampah yang paling banyak terdapat di Pasar Rau, di Jalan Hasanuddin, dan dari rumah tangga, sedangkan cara pengangkutannya dilakukan sehari 2 kali yang ditagani oleh Dinas Kebersihan. Sarana angkutan sampah yang ada di Kota Serang, terdiri dari 35 buah gerobak sampah, 3 buah truk terbuka besar, 18 buah dump truk besar, 6 buah Arm Roll besar, 5 buah motor pengangkut sampah (cator) dan sejumlah tenaga kerjanya yang terdiri dari supir, pengangkut, penyapu, dan sebagainya.

Sistem on site masih dilakukan masyarakat pinggiran dengan memasukkan sampah pada lubang-lubang/tempat-tempat yang dibuat sendiri oleh penduduk kemudian ditimbun atau dibakar.

Tabel 3.10

Timbulan dan jumlah sampah yang terangkut ke TPA

No Lokasi Jumlah lokasi Timbulan (m3/hari) Sampah terangkut (m3/hari) 1 Perumahan

a. Sederhana & menengah 50.091,36 20.036,54 b. Pasang surut

2 Sarana kota

a. Jalan arteri dan kolektor 7,2 7,2

b. Pasar 675 252 c. Pertokoan 18,04 18,04 d. Kantor 36,39 36,39 e. Sekolah 13,74 12,37 f. Terminal 25,6 23,04 g. Pelabuhan penumpang h. Stasiun KA 1 0,5 0,5 i. Rumah Sakit 3 j. Taman kota 12 2 2 k. Hutan kota - 3 Perairan terbuka a. Sungai utama 0,5 0,4 b. Saluran terbuka 2 1,6 4 Pantai Wisata

(23)

No Lokasi Jumlah lokasi Timbulan (m3/hari) Sampah terangkut (m3/hari) 5 Lokasi Lainnya Total 16 50.872,33 20.390,08 Tabel 3.11 Penanganan Sampah

No Penanganan Volume Prosentase

1 Diangkut Petugas

a. Diangkut ke TPA 252 m3/hari 40 %

b. 4 perumahan 20 m3/hari 2 Diolah : - a. Kompos 100 kg/bulan b. Daur ulang - c. Incenerator - 3 Tidak terangkut - Tabel 3.12

Sarana Tempat Pemindahan Sampah

No Tempat Pemindahan Jumlah

1 TPS 33

2 Transfer Depo/Kontainer 28 kontainer

3 Transfer Station -

Tabel 3.13

Alat Angkut Sampah Kota Serang

No Jenis Alat Angkut Jumlah Kapasitas

(M3) Ritasi

Masih Beroperasi

Ya Tidak

1 Gerobak sampah 35 1 2 

2 Truk terbuka besar 3 6 2 

(24)

4 Mini truk - - -

5 Truk compactor besar - - -

6 Truk compactor kecil - - -

7 Dump truck besar 18 7 2 

8 Dump truck kecil - - -

9 Arm roll besar 6 3 3 

10 Arm roll kecil - - -

11 Trailer container - - -

12 Kapal penangkap sampah - - -

13 Mobil pengangkut sampah - - -

14 Motor pengangkut sampah (Cator) 5 1,5 3 

6.2.2 KRITERIA PERSIAPAN DAERAH

Dalam pengembangan permukiman di Kota Serang, kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:

1. Master Plan Drainase Kota Serang (2002) 2. Master Plan Air Bersih Kota Serang (2005)

3. Rencana Teknis Sistem Penyaluran Air Limbah (SPAL) Kota Serang Tahap I (2006)

4. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D)Kota Serang (2002 dan 2008).

5. Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan Kawasan Kumuh Kota Serang (2011)

6. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Tahun 2011-2031 (2012) 7. Buku Sanitasi Putih (BPS), dan Strategi Sanitasi Kota (SSK), (2011)

8. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman (RP2KP),(2012)

6.2.3 USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN

A. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman

Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan, maka disusunlah usulan program dan kegiatan. Usulan program dan kegiatan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan kriteria kesiapan daerah. Selengkapnya usulan program pengembangan permukiman Kota Serang.

(25)

a. PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Dalam penataan bangunan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan, antara lain: 1. Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung

 Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana.

 Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian.

 Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan.

2. Permasalahan dan tantangan di bidang Gedung dan Rumah Negara

 Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan.

 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien.

 Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik. 3. Tantangan Penataan Bangunan

 Amanat Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUGB, bahwa semua Bangunan Gedung harus layak fungsi pada Tahun 2010.

Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan dan Gedung dan Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, serta pedoman pelakanaan lebih detail di bawahnya mengamanatkan bahwa penyelenggaraan Bangunan Gedung merupakan kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan Gedung Negara dan Rumah Negara yang merupakan kewenangan Pusat.

Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman menggarisbawahi bahwa peningkatan kualitas lingkungan permukiman dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan bertahap, mengacu pada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai penjabaran Rencana Tata Ruang Wilayah) yang harus disusun oleh pemerintah daerah secara komprehensif, akomodatif dan responsive.

Penyelenggaraan pengembangan lingkungan permukiman perlu dilakukan secara komprehensif dengan berbasis konsep Tridaya melalui proses Pemberdayaan Masyarakat sesuai siklus P2KP.

(26)

i. KONDISI EKSISTING PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Kondisi eksisting penataan bangunan dan lingkungan memberikan gambaran mengenai peraturan daerah, kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara, serta capaian dalam pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan.

ii. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN

Dalam penataan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan, antara lain:

1. Permasalahan dan tantangan di bidang Penyehatan Lingkungan

 Masih adanya permukiman kumuh di Kota Serang.

 Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan bersejarah yang memiliki potensi wisata.

 Terjadinya degradasi kawasan strategis yang memiliki potensi ekonomi untuk mendorong pertumbuhan kota.

 Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olah raga dan lain-lain kurang diperhatikan.

2. Permasalahan dan Tantangan Di bidang Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan

 Jumlah Penduduk miskin yang semakin bertambah.

 Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran masyarakat.

 Belum dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan penetapan prioritas pembangunan di wilayahnya.

3. Tantangan Penataan Lingkungan

 Komitmen terhadap kesepakatan internasional MDGs, bahwa pada Tahun 2015, 200 Kabupaten/Kota bebas Kumuh, dan pada Tahun 2020 semua Kabupaten/Kota bebas Kumuh.

Permasalahan dan tantangan penataan bangunan dan lingkungan di Kota Serang dirinci berdasarkan aspek teknis, aspek kelembagaan, aspek pembiayaan, aspek peran serta masyarakat/swasta dan aspek lingkungan permukiman yang meliputi kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara serta kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan.

(27)

iii. ANALISIS KEBUTUHAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Analisis kebutuhan program dan kegiatan sektor penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada lingkup tugas Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk sektor penataan bangunan dan lingkungan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010.

Pada Permen PU No. 8 Tahun 2010, dijabarkan bahwa kegiatan penataan bangunan dan lingkungan meliputi:

1. Kegiatan penataan lingkungan permukiman

a. RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan) b. RISPK (Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran) c. Penataan lingkungan permukiman tradisional/bersejarah d. Standar Pelayanan Minimal (SPM)

2. Kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara

3. Kegiatan pemberdayaan komonitas dalam penanggulangan kemiskinan

Kebutuhan penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten/Kota…..untuk jangka waktu 5 tahun kedepan sebagaimana tergambarkan pada Tabel-6.21.

Tabel-6.19:

Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten/Kota…….. No Aspek Penataan Bangunan dan Lingkungan Permasalahan yang Dihadapi Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi I. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

1 Aspek Teknis 2 Aspek Kelembagaan 3 Aspek Pembiayaan 4 Aspek Peran Serta

Masyarakat/Swasta 5 Aspek Lingkungan

(28)

No Aspek Penataan Bangunan dan Lingkungan Permasalahan yang Dihadapi Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi II. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

1 Aspek Teknis 2 Aspek Kelembagaan 3 Aspek Pembiayaan 4 Aspek Peran Serta

Masyarakat/Swasta 5 Aspek Lingkungan

Permukiman

III. Kegiatan Pemberdayaan Komonitas dalam Penanggulangan Kemiskinan 1 Aspek Teknis

2 Aspek Kelembagaan 3 Aspek Pembiayaan 4 Aspek Peran Serta

Masyarakat/Swasta 5 Aspek Lingkungan

(29)

iv. KRITERIA PERSIAPAN DAERAH

Untuk mendukung program dan kegiatan penataan bangunan dan lingkungan di Kota Serang , kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi: 1. Dokumen masterplan……..di ……. dilaksanakan pada tahun …….

2. Dokumen DED …… di …… dilaksanakan pada tahun……. 3. Dokumen…….dst

4. Kesiapan lahan seluas ….ha di ….. untuk pembangunan……

5. Ketersediaan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) sebesar Rp……. Tahun…..untuk…….

6. ……..dst

v. USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN

Usulan prioritas program dan kegiatan sektor penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten/Kota……secara lebih rinci dituangkan ke dalam Tabel-6.22 dibawah ini.

(30)

Tabel-6.22:

Usulan Prioritas Kegiatan dan Pembiayaan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten/Kota………

N o Output Lokas i Vol Satua n

Sumber Dana Tahun

Indikator Output APBN APB

D Prov APBD Kab/K ota Masy Swasta CSR 1 2 3 4 5 Rincian Mur ni PHL N

(31)
(32)

b. SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM)

i. ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN SPAM

Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya Indonesia untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum. Isu-isu strategis dalam sektor pengembangan SPAM secara umum adalah:

1. Peningkatan Akses Aman Air Minum 2. Pengembangan Pendanaan

3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

4. Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan 5. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum

6. Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat

7. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah Teknis dan Penerapan Inovasi Teknologi

Kualitas air minum bagi penduduk juga amat menentukan kualitas kehidupan manusia. Pemerintah telah menetapkan air minum sehat dengan tiga persyaratan pokok yakni : memenuhi syarat fisik, syarat kimiawi, dan syarat bakteriologis. Aspek kualitas air minum jelas telah menjadi perhatian dalam menetapkan ada tidaknya permasalahan lingkungan hidup, khususnya bila ditinjau dari segi kesehatan lingkungan. Banyak kasus penyakit saluran pencernaan terutama penyakit Diare, Disentri, dan lain-lain. yang terjadi karena kualitas air minum dan air bersih yang tidak sehat.

Sistem pelayanan air perpipaan Kota Serang memanfaatkan mata air Citaman (80 l/dt) dan Sukacai (60 l/dt) sebagai air baku, yang dialirkan secara gravitasi ke wilayah pelayanan setelah melalui unit aerasi untuk menghilangkan CO2 agresifnya.

Kelurahan-kelurahan di wilayah Kota Serang yang telah dilayani sistem distribusi air perpipaan adalah Kelurahan Serang, Cipare, Cimuncang, Lopang, Kota Baru, Kagungan, Lontar, Kaligandu, Sumur Pecung, Cipocok Jaya, Panancangan, Unyur, dan Taman Baru. Di samping melalui pelayanan PDAM, sebagian penduduk memenuhi kebutuhan air bersih dan minumnya dari sumur dangkal yang kualitasnya cukup baik dan selalu tersedia sepanjang tahun. Sumber air individual tersebut hampir merata di seluruh wilayah kota terutama di Kelurahan Lopang, Sumur Pecung, dan Cimuncang. Gambaran pelayanan air bersih perpipaan di Kota Serang disajikan pada Tabel 3.8.

(33)

Tabel 3.8

Pelayanan Air Bersih Perpipaan Kota Serang Tahun 2008

No Jenis Pemakaian Jumlah

Sambungan Pemakaian Air M3/bulan Lt/unit/hari 1 Rumah tanggga 7.032 101.260,80 586 2 Kran umum 33 4.950 5.197 3 Perdagangan 366 9.992 985 4 Perkantoran 48 3.991 2.772 5 Hotel 10 280 1.120 6 Industri 11 54 900 7 Rumah sakit 2 7.412 103.900 8 Puskesmas 3 234 10.972 9 Sekolah 21 4.851 1.066 10 Masjid 44 3.561.20 24.456 11 Fasilitas sosial 36 1.140 3.567 12 Jumlah 7.606 137,726 148.753

Sumber : PDAM Serang, 2007

Tabel 3.9

Jumlah Ketersediaan Air Bersih di Kota Serang

Kecamatan Jumlah

KK

Persediaan Air Bersih Jumlah Diperiksa Jumlah KK Memiliki % SERANG 61.925 46.495 32.848 74,10 TAKTAKAN 20.501 12.581 8.141 64,71 CIPOCOK JAYA 18.454 - - - CURUG 10.310 8.315 5.476 65,86 WALANTAKA 24.954 12.461 6.730 55,53 KASEMEN 22.129 8.496 3.737 43,98 TOTAL 158.273 88.348 56.932 60,84

(34)

.

ii. KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN SPAM

Sistem penyediaan air minum dengan sistem perpipaan seperti telah diuraikan, Belum adanya RISPAM di Kota Serang,

iii. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN

Permasalahan yang dihadapi oleh Kota Serang dalam pengembangan SPAM dapat diuraikan sebagai berikut:

Kelurahan-kelurahan di wilayah Kota Serang yang telah dilayani sistem distribusi air perpipaan adalah Kelurahan Serang, Cipare, Cimuncang, Lopang, Kota Baru, Kagungan, Lontar, Kaligandu, Sumur Pecung, Cipocok Jaya, Panancangan, Unyur, dan Taman Baru. Di samping melalui pelayanan PDAM, sebagian penduduk memenuhi kebutuhan air bersih dan minumnya dari sumur dangkal yang kualitasnya cukup baik dan selalu tersedia sepanjang tahun. Sumber air individual tersebut hampir merata di seluruh wilayah kota terutama di Kelurahan Lopang, Sumur Pecung, dan Cimuncang

Berdasarkan permasalahan pengembangan SPAM diatas, selanjutnya dilakukan perumusan alternatif pemecahan permasalahan yang ada. Secara rinci analisis permasalahan dan alternatif pemecahan permasalahan dengan menyusun RISPAM.

(35)

iv. KRITERIA PERSIAPAN DAERAH

Untuk mendukung program dan kegiatan pengembangan SPAM di Kota Serang, kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:

1. Dokemen Review Masterplan Air Bersih Kota Serang dilaksanakan pada tahun 2013 2. Dokumen Feasibility Study hasil-hasil/arahan dalam Masterplan Air Bersih Kota

Serang dilaksanakan pada tahun 2014

3. Dokumen DED sebagai penajaman Masterplan dan FS akan dilaksanakan mulai tahun 2015

4. Kesiapan lahan sesuai dengan FS dan DED untuk pembangunan SPAM dilaksanakan mulai tahun 2015

5. Ketersediaan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) disiapkan sesuai dengan hasil perhitungan dalam FS dan DED

v. USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN

Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan SPAM disusun berdasarkan paket-paket fungsional dan sesuai kebijakan prioritas program seperti pada RPJM. Penyusunan tersebut memperhatikan kebutuhan air minum berkaitan dengan pengembangan atau pembangunan sektor dan kawasan unggulan. Dengan demikian usulan sudah mencakup pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan pembangunan ekonomi. Usulan program yang diajukan akan disesuaikan dengan hasil analisis dan identifikasi yang telah dilakukan. Selain itu, perlu juga dicek keterpaduan dengan sektor-sektor lainnya. Usulan program diupayakan dapat mencerminkan besaran dan prioritas program, dan manfaatnya ditinjau dari segi fungsi, kondisi fisik, dan non-fisik antar kegiatan dan pendanaannya. Penjabaran program-program tersebut disesuaikan dengan struktur tatanan program RPJMN yang diwujudkan dalam paket-paket kegiatan/program.

Selain itu, pembiayaan pengembangan SPAM perlu disusun berdasarkan klasifikasi tanggung jawab masing- masing Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Pusat, Swasta dan Masyarakat. Jika ada indikasi program pengembangan SPAM yang melibatkan swasta perlu dilakukan kajian lebih mendalam untuk menentukan kelayakannya. Pembiayaan kegiatan pengembangan SPAM sebagaimana diusulkan dapat berasal dari dana

(36)

Pemerintahan Kabupaten/Kota, masyarakat, swasta, dan bantuan Pemerintah Pusat. Bantuan Pemerintah Pusat dapat berbentuk proyek biasa (pemerataan dalam pemenuhan prasarana sarana dasar), bantuan stimulan, dan bantuan proyek khusus (menurut pengembangan kawasan). Adapun jenis bantuan disesuaikan dengan tingkat kebutuhannya. Selengkapnya usulan program dan kegiatan pengembangan SPAM di Kota Serang

(37)

Tabel-6.39:

Usulan Prioritas Kegiatan dan Pembiayaan Pengembangan SPAM Kabupaten/Kota………

Peran serta masyarakat Kota Serang terkait dengan kepatuhan membayar retribusi air adalah dengan melakukan pembayaran retribusi air setiap bulan sesuai dengan jadwal dan tempat yang telah ditentukan. Sedangkan peran serta masyarakat dalam pengembangan SPAM,, dimana pelayanan air minum dengan menggunakan sistem non perpipaan. Peran serta yang dilakukan berupa perlindungan mata air, penarikan iuran pemeliharaan, dan pengembangan jaringan kerumah dari Hidran Umum, sehingga jumlah pelanggan/pengguna SPAM non perpipaan yang sebelumnya berjumlah 50 KK berkembang menjadi 100 pelanggan.

Peran serta masyarakat dalam pemeliharaan kualitas maupun kuantitas sumber air berupa pemeliharaan hutan disekitar wilayah mata air. Dalam pemeliharaan jaringan yang ada, peran serta masyarakat berupa bergotong dalam perbaikan pipa, pemeliharaan broncaptering, dan pengembangan jaringan pipa.

Rp. MURNI PLN HLN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

3 2415.006.000.000 SPAM DI KAWASAN MBR 3.c. 2415.006.003.000 OPTIMALISASI IKK

2415.006.003.112 Pembangunan

Pengembangan Sistem Kawasan Perpipaan (PDAM)

untuk MBR (DAK) 500,000 8,000,000 2015 Pemanfaatan Mata Air (DAK) 100,000 500,000 2013

100,000 2014 100,000 500,000 2015 100,000 500,000 2016 Pemanfaatan Mata Air (DAK) di Lokasi Kekeringan 60,000 1,180,000 2013

60,000 1,180,000 2014 60,000 1,180,000 2015 60,000 1,180,000 2016 Perencanaan Teknis dan Pengawasan Bidang Perkim

sektor Air Bersih Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan

Kebersihan 50,000 2013 50,000 2014 50,000 2015 50,000 2016 Pengembangan Sistem Perpipaan (PDAM) untuk MBR

(DAK) 300,000 1,000,000 2013 4 2415.007.000.000 SPAM DI IBU KOTA KECAMATAN(IKK)

4.a. 2415.007.001.000 SPAM DI IBUKOTA KECAMATAN (IKK) 2415.007.001.112 Pembangunan

Pengembangan SPAM - IKK Purbaratu - Pengadaan & pemasangan pipa distribusi

(2015-2016) 1,000,000 1,000,000 300,000 200,000 2014 5 2415.008.000.000 SPAM PERDESAAN

5.a. 2415.008.001.000 SPAM DI DESA RAWAN AIR /PESISIR/TERPENCIL 2415.008.001.112 Pembangunan

Pembangunan SPAM di Lokasi Rawan Kekeringan

- Pemanfaatan Mata Air (DAK) 100,000 500,000 2013 100,000 800,000 2014 300,000 1,500,000 2015 150,000 750,000 2016 - - - 610,000 - - - 3,180,000 1,000,000 - - 1,000,000 610,000 200,000 - - 1,980,000 - - - 1,010,000 - - - 11,180,000 - - - 360,000 - - - 2,430,000 - - - - - - - -Sub Total 2015 Sub Total 2016 Sub Total 2017 NO KODE AKUN URAIAN KEGIATAN

LOKASI

VOLUME SATUAN ANGGARANTAHUN

Kode Wilayah

DETAIL

LOKASI Masyarakat DAK

Total Sub Total 2013 Sub Total 2014 Harga Satuan SUMBER PENDANAAN x Rp. 1.000,-PDAM SWASTA APBN APBD PROV. APBD

(38)

c. PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

Ada berbagai teknik yang biasa dipakai untuk mengidentifikasi isu-isu strategis dan hambatan. Salah satunya adalah melalui analisis SWOT, sebuah teknik analisis yang sudah lazim dipraktikkan. Analisis SWOT terkait identifikasi isu-isu strategis dan hambatan bisa mengambil banyak teknik/jalan. Tetapi dari beberapa praktik di kota-kota, kita bisa mencatat satu pendekatan yang bisa dianggap best practice, yang bisa dipelajari pada penjelasan langkah-langkah di bagian ini.

Berikut adalah beberapa contoh isu-isu strategis:

- Pembangunan sistem sewerage dan IPAL. Dalam sebuah zona air limbah yang direncanakan akan dibangun sistem sewerage, diidentifikasi kemungkinan adanya hambatan ketersediaan lahan untuk pemasangan pipa air limbah. Misalnya, jarak antar rumah yang terlampau dekat menyebabkan tidak mungkin membuat galian (secara konvensional) untuk penanaman pipa air limbah tersebut. Berdasarkan identifikasi kemungkinan hambatan itu, maka perlu dicari cara lain guna mengatasi masalah sanitasi di daerah tersebut (misalnya: membuat subsistem tersendiri untuk kawasan tersebut, atau mencari opsi teknologi yang sesuai untuk kawasan itu.

- Pelayanan sampah. Salah satu komponen dalam pelayanan sampah yang baik dari sisi kesehatan dan lingkungan adalah tersedianya Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang memadai. Bila dalam kurun waktu 15–25 tahun ke depan, TPA yang ada saat ini tidak dapat digunakan lagi karena kapasitas yang ada sekarang sudah terbatas, maka isu kebutuhan TPA perlu diangkat. Lalu, tindakan antisipasinya perlu dipastikan menjadi bagian dari program dan kegiatan jangka menengah.

- Dan lainnya.

2.4.2.5 Perumusan Arah Pengembangan Sektor Sanitasi

Proses perumusan Arah Pengembangan Sektor Sanitasi Kota sebenarnya dimulai sejak penyusunan visi dan misi sanitasi kota, penetapan tujuan dan sasaran yang memberikan

kisi-kisi penetapan sistem sanitasi dan zona sanitasi (CA-05), serta penetapan tingkat layanan (CA-06). Selanjutnya, setelah Pokja berhasil merumuskan isu-isu strategis dan kemungkinan hambatan, mereka dapat merumuskan arah pengembangan sektor sanitasi di

Referensi

Dokumen terkait

1) Meningkatnya penyelesaian perkara. 2) Peningkatan aksebilitas putusan hakim. 3) Peningkatan efektivitas pengelolaan penyelesaian perkara. 4) Peningkatan aksesbilitas masyarakat

Bila terdapat dokumen Business Requirements List yang terpisah dari dokumen Functional Specification maka tuliskan disini ringkasannya.. Namun apabila tidak ada maka

(6) Untuk setiap naskah Perjanjian yang efektif berlaku sebelum Keputusan ini ditetapkan, dimungkinkan untuk diajukan bagi pencatatan di Unit Tata Usaha dan

Faktor-faktor penyebab terjadinya kredit macet di dunia perbankan antara lain: Stabilitas dan kinerja perekonomian yang memburuk yang menyebabkan kinerja dunia

Penelitian ini mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup ODHA (Orang dengan HIV dan AIDS) di Yayasan Lantera Minangkabau kota Padang tahun 2016. Desain

Berdasarkan uraian masalah yang telah dijelaskan maka perlu dibuat suatu aplikasi yang dapat menyelesaikan semua permasalahan tersebut dengan cara membuat sebuah

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara

Diharapkan partisipasi minimal 5 orang residen yang bertindak sebagai perwakilan masing-masing pusat pendidikan. Peserta diharapkan dapat saling berbagi dan berdis- kusi