• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan 6.1.1.1 Isu Strategis Pengembangan Permukiman - DOCRPIJM 2397a8126d BAB VI06 1 BAB Bangkim pdf.compressed

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "6.1.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan 6.1.1.1 Isu Strategis Pengembangan Permukiman - DOCRPIJM 2397a8126d BAB VI06 1 BAB Bangkim pdf.compressed"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

ASPEK T EK N I S PERSEK T OR

6.1 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun pedesaan pada hakekatnya untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan pedesaan yang layak huni (livible), aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan.

Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial. Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah, proses penyelenggaraan lahan, pengembangan ekonomi kota, serta penciptaan sosial budaya di perkotaan.

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.

6.1.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan 6.1.1.1 Isu Strategis Pengembangan Permukiman

Berbagaiisu strategis nasionalyang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah:

 Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

 Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumahtangga kumuh perkotaan.

 Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.

 Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.

 Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.

 Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi

(2)

6.2 PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

6.2.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

Dinamika Kota Langsa yang sangat cepat baik secara sosial ekonomi maupun perkembangan bentuk fisik menuntut adanya pedoman penataan ruang dalam pemanfaatan, pengawasan maupun pengendalian perkembangan kota. Dalam hal ini produk perencanaan tataruang harus lebih bersifat operasional, terutama pada kawasan-kawasan yang memiliki karakteristik khusus seperti kawasan yang dimungkinkan mengalami percepatan perkembangan, kawasan cagar budaya dan kawasan yang berpotensi menjadi icon kota. Rencana tata ruangtersebut perlu lebih didetailkan menjadi Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, yang lebih ditekankan bagaimana desain suatu kawasan, agar penataannya sesuai dengan arahan rencana tata ruang kota baik secara mikro maupun makro kawasan serta sesuai dengan karakteristik kawasan tersebut.

Tabel 6.11 Isu Strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan

No. Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis di Kota Langsa

(1) (2) (3)

1. Penataan Lingkungan dan Permukiman

a. Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

b. Kebutuhan akan Ruang Publik dan RTH dan terbatasnya lahan yang tersedia

c. Pemukiman Ilegal yang memerlukan perhatian semua Pihak

2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

a. Penyediaan Data Bangunan Berdasrkan Ijin dan Fungsi b. Bangunan Gedung dan Rumah Negara Memenuhi persyaratan

Keselamatan, Keamanan dan kenyamanan c. Penertiban Izin.

3. Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

a. Pembardayaan ekonomi dengan Pembentukan Keompok b. Memberikan Akses dan Kemudahan untuk MBR

B. Kondisi Eksisting

Tabel 6.12 Peraturan Daerah/Peraturan Walikota terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan

No. Perda/Pergub/Perwal/Keputusan Walikota Amanat KebijakanDaerah Jenis Produk Pengaturan No/Tahun Perihal

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Qanun Aceh Nomor. 2 Tahun 2013

Perubahan Atas QANUN Aceh Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pengalokasian TDBH-MIGAS Bumi Dan Penggunaan Dana OTSUS

Qanun Provinsi

2. Qanun Aceh Nomor. 19 Tahun 2013 RTRW ACEH

3. Qanun Kota Langsa Nomor. 12 Tahun 2013 RTRW Kota Langsa

4. Peraturan Walikota Nomor. 75 Tahun 2013 RTBL Kota Langsa

5. Qanun Kota Langsa Nomor. 7 Tahun 2014 Perda BG Kota Langsa

(3)

7. Peraturan Walikota Langsa Nomor. 45 Tahun 2014 Penjabaran APBK TA. 2015

8. Keputusan Walikota Nomor. 523/663/2014

Penetapan Lokasi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh di Kota Langsa

SK Walikota

9. Keputusan Walikota RTH SK Walikota

6.2.2. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh Kab/Kota, hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010, seperti yang telah dijelaskan pada Subbab 8.2.1. Pada Permen PU No.8 tahun 2010, dijabarkan kegiatan dari Direktorat PBL meliputi:

a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) diperkotaan.

Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, luas minimal RTH yang harus ada pada kawasan permukiman adalah sebesar 30%. Dari luas tersebut 20% diantaranya adalah RTH Publik dan sebesar 10% adalah untuk RTH Private. Ruang terbuka hijau publik adalah RTH yang dimiliki atau dikelola oleh Pemerintah Kota Langsa yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Sedangkan Ruang terbuka hijau privat adalah RTH milik institusi tertentu atau orang perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan.

Ruang terbuka hijau merupakan komponen berwawasan lingkungan, yang mempunyai arti sebagai suatu lansekap, hardscape, taman atau ruang rekreasi dalam lingkup urban. Rencana kawasan RTH di Kota Langsa terdiri atas RTH publik dan RTH privat.

(1) RTH publik dengan luas kurang lebih 1.371,33 Ha dan/atau 24,92 persen dari luas kawasan perkotaan meliputi RTH hutan kota seluas 50,01 Ha, RTH Fasilitas Olah Raga dan Taman seluas 61,32 Ha, RTH Jalur Hijau seluas 21,98 Ha, RTH Sempadan Jalan seluas 70,18 Ha, RTH Sempadan Sungai seluas 670,21 Ha, RTH Sempadan Pantai seluas 205,70 Ha, RTH Sempadan Pipa Gas seluas 19,86 Ha, RTH Sempadan Kereta Api seluas 59,60 Ha, RTH Sempadan SUTT seluas 151,17 Ha, RTH semapadan aset Sumber Daya Air seluas 27,15 Ha, RTH Taman Kota seluas 1,90 Ha, RTH Taman Hutan Kota seluas 5,98 Ha dan RTH Tempat Pemakaman Umum seluas 26,27 Ha.

(4)

Tabel 6.13 Luasan RTH dalm Wilayah Kota Langsa

Eksisting Luas Ha Persentase Rencana Luas Ha Persentase

Fasilitas Olahraga Dan Taman 40.98 1.47 Fasilitas Olahraga Dan Taman 60.86 1.45

Hutan Kota 9.60 0.35 Taman Hutan Raya 47.25 1.13

Jalur Hijau --- Jalur Hijau 22.95 0.55

Sempadan Jalan 7.58 0.27 Sempadan Jalan 71.49 1.70

Sempadan Pantai --- Sempadan Pantai 202.11 4.81

Sempadan Pipa Gas --- Sempadan Pipa Gas 2.58 0.06

Sempadan Rel KA --- Sempadan Rel KA 80.53 1.92

Sempadan Sungai 15.18 0.55 Sempadan Sungai 545.71 13.00

Sempadan SUTT --- Sempadan SUTT 143.23 3.41

Sempadan Waduk --- Sempadan Waduk 46.28 1.10

Taman Hutan Kota 6.00 0.22 Taman Hutan Kota 6 0.14

Taman Kota 1.27 0.05 Taman Kota 1.31 0.03

RTH 0.00 RTH 2.22 0.05

TPU 14.97 0.54 TPU 26.2 0.62

RTH Privat 278.01 10.00 RTH Privat 419.93 10.00

TOTAL 373.59 13.44 1678.65 39.97

- RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)

(5)

Banyak berkembangnya PKL (baik PKL makanan, PKL servis dan asesoris kendaraan, maupun PKL buah), lalu lintas yang padat, hunian perkampungan padat, facade bangunan dan papan reklame yang tidak teratur serta mix fungsi kawasan perdagagan dan jasa serta hunian yang mulai berkembang mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungandan keindahan kawasan, yang merupakan isu utama Kawasan tersebut.

Berdasarkan hal-hal di atas maka kawasan tersebut perlu direncanakan lebih detail, baikaktifitas maupun desain rinci yang dituangkan dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.Sehingga diharapkan produk Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Peukan Langsa – Blang Pase dan kawasan di sekitarnya bisa dijadikan acuan bagi pengimplementasian penataandi kawasan tersebut.

Tabel 6.14 SPM Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

No SPM

Indikator Nilai

1. PenataanBangunan Dan Lingkungan

Izin Mendirikan

Bangunan (IMB) Terlayaninyamasyarakat dalampengurusan IMB di kabupaten/ kota. 100 %

2. Harga StandarBangunan Gedung Negara (HSBGN

Tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara di

kabupaten/kota. 100 %

3. Tersedianya luasan RTH public sebesar20% dari luas wilayah kota/ Kawasan

perkotaan. 25 %

Tabel 6.15 Kebutuhan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

BLOK ASPEK SUB PROGRAM UNIT SATUAN

TAHUN

Jalan A. Yani • Penataan jalur pedestrian lebar 1,8 meter

430 Meter √ Dinas

(6)

BLOK ASPEK SUB PROGRAM UNIT SATUAN

660 Meter √ Dinas

PU

660 Meter √ Dinas

(7)
(8)

BLOK ASPEK SUB PROGRAM UNIT SATUAN

5. Jln. T. Zein • Penataan areal

parkir 460 Meter √

• Penataan berm

hijau 106 Meter √

6. Jln. Kereta

(9)

BLOK ASPEK SUB PROGRAM UNIT SATUAN

lampu (5 gang) 40 Unit

(10)

BLOK ASPEK SUB PROGRAM UNIT SATUAN

TAHUN

PELAKSANAAN INSTANSI

1 2 3 4 5

di

Sempadan Sungai Baroh Langsa Lama

lebar 3 meter

• Pemasangan lampu taman

• Penanaman

pohon

• Penataan RTH sempadan Sungai Baroh Langsa Lama

102

Disesuaikan dengan kondisi lapangan

6.2.3. Program-Program dan Kriteria Kesiapan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari: a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman;

b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara; c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan.

Profil Kawasan RTBL.

1. Penataan Bangunan KSN Kawasan Central Bussiness Distric (CBD)

Gambar 6.5. Peta KSN Kawasan Central Bussiness Distric (CBD)

(11)

Kota Langsa merupakan salah satu kawasan yang didorong perkembangannya, yang menjadi kawasan budi daya yang di golongkan sebagai zona B1: yaitu kawasan perkotaan peruntukan industri pengolahan hasil perkebunan, kawasan peruntukan kegiatan pertahanan dan keamanan, kawasan perdagangan dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat di Kawasan Perbatasan Negara.

Pusat perbelanjaan skala layanan kota (CBD) seluas 207,27 Ha, dengan jenis perdagangan berupa pertokoan, pasar regional (pusat grosir) dan pusat perbelanjaan lainya yang dilengkapi dengan kegiatan jasa seperti Bank dan kantor swasta lainya.

Gambar 6.6. Masterplan Kawasan Study

Gambar 6.7. Masterplan Rencana Tata Bangunan

(12)

Gambar 6.8. Masterplan Rencana Tata Hijau dan Ruang Hijau

Gambar 6.9. Masterplan Rencana Identitas Lingkungan

(13)

Gambar 6.10. Masterplan Rencana Orientasi Lingkungan

Berdasarkan Dokumen Rencana Tata Bangunan Kota Langsa, adapun pembagian kawasan prioritas sebagai berikut:

Gambar 6.11. Kawasan Rencana RTBL

Tabel 8.12 Luasan RTH dalm Wilayah Kota Langsa

Kawasan didominasi fungsi pelayanan kepada

masyarakatt berupa Kantor Pemerintah.

PKL pada koridor jalan pada siang hari dan terutama malam hari menjadi potensi sebagai generator kegiatan

(14)

Gambar 6.12. Rencana Kawasan Penataan CBD I & II

2. Penataan Bangunan KSN Kawasan Jl. Teuku Umar, Jl. Terminal Lama, Jl. Agussalim Gambar 6.13. Kawasan Rencana RTBL Kawasan Jl. Teuku Umar, Jl. Terminal Lama, Jl. Agussalim

LOKASI PENATAAN BANGUNAN KSN Bangunan KSN Kawasan Jl. Teuku Umar, Jl. Terminal Lama, Keterangan

Skenario Penataan kawasan

PKLmerupakan generator Kawasan yang bernilai penting bagi hidupnya kegiatan ekonomi masyarakat.Perlu penataan dan strategi pengembangan dan peningkatan pelayanan PKL pada kawasan tanpa mengurangi kewibawaan area pendopo dan Lapangan merdeka sebagai Simbol Pemerintah. Nilai ekonomi PKL & masyarakat dapat ditingkatkan dengan fasilitas infrastruktur yang baik dan system manajemen yang tertib. Potensi permeabilitas yang dimiliki koridor jalan pada kawasan dapat dikembangkan menjadi konsep pedestrian block. Pedestrian Block dengan fungsi utama PKL

(15)

Gambar 6.14 Rencana PSD Jalan Jl. Teuku Umar, Jalan Terminal Lama, Jalan Agussalim

3. RTBL Kawasan Desa Telaga Tujuh (Kawasan Kumuh)

Gambar 6.15 RTBL Kawasan Desa Telaga Tujuh (Kawasan Kumuh)

RTBL Kawasan Pulau Pusong Desa Telaga Tujuh (Kawasan Kumuh) Keterangan

Skenario Penataan kawasan

(16)

4. RTBL Kawasan Industri Kec. Langsa Baro

Gambar 6.16 RTBL Kawasan Industri Kec. Langsa Baro

5. Desain Kawasan Pusat Kota

Gambar 6.17 RTBL Kawasan Pusat Kota RTBL Kawasan

Industri Kec. Langsa Baro

Keterangan

(17)

Perencanaan elemen fisik dan nonfisik guna membentuk lingkungan yang berskala manusia pemakainya, pada suatu ruang public berupa ruas jalan yang akan memperkuat karakter suatu block perencanaan yang lebih besar. Strategi revitalisasi yang digunakan untuk dapat menciptakan sense of place

pada ruang terbuka Koridor Jalan Ahmad Yani Kota Langsa adalah dengan memperkuat dan menciptakan kegiatan maupun elemen daya tarik fisik sebagai katalis untuk memberikan vitalitas, kemudian diikuti dengan pengaturan aksesibilitas agar tercipta pencapaian yang aman dan nyaman menuju dan di dalam kawasan dan penataan kondisi visual ruang terbuka. Pada bab ini strategi tersebut diuraikan dalam konsep perancangan yang meliputi:

a. Konsep penentuan jaringan elemen daya tarik kawasan, berupa kegiatan serta elemen buatan yang berfungsi sebagai generator kegiatan kawasan.

b. Konsep aksesibilitas menuju kawasan dan antar kegiatan untuk mendapatkan pencapaian yang aman dan nyaman baik bagi pejalan kaki maupun dengan kendaraan bermotor.

c. Konsep visual dan vegetasi ruang terbuka dengan memperjelas hirarki ruang untuk memberikan pengalaman ruang dengan skala manusia.

(18)

Gambar 6.18 Desain Kawasan Pusat Kota :Revit Jalan A. Yani, Pusat Jajanan Kuliner,

RTH

(19)

Tabel 6.16 Ususlan Program dan Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan

No. Program / Kegiatan APBN APBD Prov APBD Kab Masyarakat Swasta CSR Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Penyusunan Qanun Pengelolaan RTH - - 75,000 - - - 75,000

2. Finalisasi RDTR Kawasan Langsa Baro (Qanun

RDTR Langsa Baro) - - 120,000 - - - 120,000

3. Finalisasi RDTR Kawasan Langsa Timur (QanunRDTR Langsa Timur) - - 120,000 - - - 120,000

4. RISPK Bangunan Gedung - 600,000 - - - - 600,000

5. Finalisasi RDTR Kawasan Langsa Lama (QanunRDTR Langsa Lama) - - 120,000 - - - 120,000

6. Finalisasi RDTR Kawasan Langsa Barat (Qanun

RDTR Langsa Barat) - - 120,000 - - - 120,000

7. RTBL Kawasan Langsa Baro 800,000 - - - 800,000

8. Desain Kawasan Pusat Kota 800,000 - - - 800,000

9. MP Kawasan MinaPolitan - - 1,000,000 - - - 1,000,000

10. RDTR Kawasan Langsa Timur - - 500,000 - - - 500,000

11. RDTR Kawasan Langsa Lama - - 500,000 - - - 500,000

12. RDTR Kawasan Langsa Barat - - 500,000 - - - 500,000

13. RDTR Kawasan Langsa Kota - - 500,000 - - - 500,000

14. Identivikasi dan Evaluasi RTRW - - 500,000 - - - 500,000

15. Revisi RTRW - - 1,000,000 - - - 1,000,000

16. Penyusunan Dokumen Lingkungan Kawasan

Industri Kuala Langsa - - 1,200,000 - - - 1,200,000

17. Penyusunan Dokumen Lingkungan Kawasan

Industri Langsa Baro - 1,200,000 - - - - 1,200,000

18. Penataan Bangunan KSN Kws. CBD Tahap I 5,000,000 - - - 5,000,000

19. Penataan Bangunan KSN Kws. CBD Tahap II 7,000,000 - - - 7,000,000

20. Penataan Bangunan Kawasan Pusat Kota Tahap I 10,000,000 - - - 10,000,000

21. Penataan Bangunan Kawasan Pusat Kota Tahap II 10,000,000 - - - 10,000,000

(20)

22. PSD Revitalisasi Kawasan Kota Langsa Jalan Jend.A. Yani (Sp. Komodor - Sp. Tugu) Tahap I - - 3,500,000 - - - 3,500,000

23 PSD Revitalisasi Kawasan Kota Langsa Jalan Jend.

A. Yani (Sp. Komodor - Sp. Tugu) Tahap II - - 2,000,000 - - - 2,000,000

24 PSD Revitalisasi Kawasan Kota Langsa Jalan Jend.A. Yani (Sp. Komodor - Sp. Tugu) Tahap III 5,000,000 - - - 5,000,000

25 PSD Revitalisasi Kawasan kota Langsa Jl.Pasar

Ikan-JL.Agussalim 7,000,000 - - - 7,000,000

26 Pembangunan Tugu Sp. Comodore Kota Langsa - - 2,000,000 - - - 2,000,000

27 Pembangunan Tugu Sp. Lantas Kota Langsa - - 2,000,000 - - - 2,000,000

28 Penyediaan Infrastruktur Kawasan MinapolitanTahap I 10,000,000 - - - 10,000,000

29 Penyediaan Infrastruktur Kawasan Minapolitan

Tahap II 15,000,000 - - - 15,000,000

30 Penataan RTH (Taman Sungai Lueng) - - 800,000 - - - 800,000

31 Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Langsa Kota - - 2,500,000 - - - 2,500,000

32 Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Langsa Baro 5,000,000 - - - 5,000,000

JUMLAH 75,600,000 1,800,000 19,055,000 - - - 96,455,000

(21)

Tabel 6.21. Usulan Program dan Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kota Langsa

SUMBER PENDANAAN x Rp.

1.000,-TAHUN

Indikator Output LOKASI APBN APBD

PROV.

APBD KAB/KOTA

MASYA

RAKAT SWASTA CSR 2015 2016 2017 2018 2019

Rincian Rp. MURNI PHLN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

KEGIATA

N : PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PELAKSANAAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN, GEDUNG DAN RUMAH NEGARA

2 Peraturan Penataan Bangunan

2.1 Penyusunan Rancangan UU dan RPP Bidang Penataan Bangunan & Lingkungan 1 Penyusunan Qanun Pengelolaan RTH Kota

Langsa 1.00 RUU/RPP - - 75,000 - - - 2015

2 Finalisasi RDTR Kawasan Langsa Baro (Qanun RDTR Langsa Baro)

Langsa

Baro 1.00 RUU/RPP - - 120,000 - - - 2015

3 Finalisasi RDTR Kawasan Langsa Timur (Qanun RDTR Langsa Timur)

Langsa

Timur 1.00 RUU/RPP - - 120,000 - - - 2017

4 RISPK Bangunan Gedung LangsaKota 1.00 RUU/RPP

- 600,000 - - - - 2017

5 Finalisasi RDTR Kawasan Langsa Lama (Qanun RDTR Langsa Lama)

Langsa

Lama 1.00 RUU/RPP - - 120,000 - - - 2018

6 Finalisasi RDTR Kawasan Langsa Barat (Qanun RDTR Langsa Barat)

Langsa

Barat 1.00 RUU/RPP - - 120,000 - - - 2019

3 Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Bangunan Gedung 3.4 Pembinaan Penataan Kawasan

1 RTBL Kawasan Langsa Baro Langsa

Baro 1.00 Lap 800,000 - - - 2016

2 Desain Kawasan Pusat Kota Langsa

Kota 1.00 Lap 800,000 - - - 2017

3 MP Kawasan MinaPolitan Langsa

Barat, Timur 1.00 Lap - - 1,000,000 - - - 2016

4 RDTR Kawasan Langsa Timur LangsaTimur 1.00 Lap - - 500,000 - - - 2016

5 RDTR Kawasan Langsa Lama LangsaLama 1.00 Lap - - 500,000 - -

-6 RDTR Kawasan Langsa Barat Langsa

Barat 1.00 Lap - - 500,000 - - - 2018

(22)

7 RDTR Kawasan Langsa Kota Langsa

Kota 1.00 Lap - - 500,000 - - - 2017

8 Identivikasi dan Evaluasi RTRW Kota

Langsa 1.00 Lap - - 500,000 - - - 2017

9 Revisi RTRW LangsaKota 1.00 Lap - - 1,000,000 - - - 2018

3.6 Fasilitasi Penguatan Kapasitas Masyarakat dan Dunia Usaha 1 Penyusunan Dokumen Lingkungan

Kawasan Industri Kuala Langsa

Langsa

Barat 1.00 Lap - - 1,200,000 - - - 2016

2 Penyusunan Dokumen Lingkungan Kawasan Industri Langsa Baro

Langsa

Baro 1.00 Lap - 1,200,000 - - -

-6 Penyelenggaraan Penataan Bangunan

6.1 Penataan Bangunan Kawasan Strategis Nasional

1 Penataan Bangunan KSN Kws. CBD Tahap I

2 Penataan Bangunan KSN Kws. CBD Tahap II

Langsa

Barat 1

Kawasa

n 7,000,000 - - - 2017

3 Penataan Bangunan Kawasan Pusat KotaTahap I LangsaKota Kawasan 10,000,000 - - - - - 2018

4 Penataan Bangunan Kawasan Pusat Kota Tahap II

PSD Revitalisasi Kawasan Kota Langsa Jalan Jend. A. Yani (Sp. Komodor - Sp. Tugu) Tahap I

PSD Revitalisasi Kawasan Kota Langsa Jalan Jend. A. Yani (Sp. Komodor - Sp. Tugu) Tahap II

PSD Revitalisasi Kawasan Kota Langsa Jalan Jend. A. Yani (Sp. Komodor - Sp. Tugu) Tahap III

Kota

Langsa 1 Unit 5,000,000 - - - 2018

8 PSD Revitalisasi Kawasan kota Langsa Jl.Pasar Ikan-JL.Agussalim

Kota

Langsa 1 Unit 7,000,000 - - - 2017

9 Pembangunan Tugu Sp. Comodore KotaLangsa LangsaKota 1 Unit - - - - - - 2016

10 Pembangunan Tugu Sp. Lantas Kota Langsa

Kota

Langsa 1 Unit - - 2,000,000 - - - 2016

11 Penyediaan Infrastruktur Kawasan Minapolitan Tahap I

Kota

Langsa 1 Unit 10,000,000 - - - 2018

(23)

12 Penyediaan Infrastruktur KawasanMinapolitan Tahap II

Langsa Barat, Gp. Lhok Banie

1 Unit 15,000,000 - - - - - 2019

13 Penataan Bangunan Kebun Raya 13.1 Penataan RTH

1 Penataan RTH (Taman Sungai Lueng)

Kec. Langsa Timur, Gp.

Sungai Lueng

1 Ha

- - 800,000 - - - 2016

13.3 Penataan Kota Hijau

1 Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Langsa Kota

Langsa Kota, Gp. PB. Blang Pase

1 Ha

- - 2,500,000 - - - 2016

2 Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Langsa Baro

Langsa Baro, Gp. Alue Dua

1 Ha

5,000,000 - - - 2017

JUMLAH 75,600,000 1,800,000 19,055,000

(24)

6.3 SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM) 6.3.1 Isu Strategis

A. Isu Strategis Pengembangan SPAM

Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya Indonesia untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum. Isu ini didapatkan melalui serangkaian konsultasi dan diskusi dalam lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum khususnya Direktorat Jenderal Cipta Karya. Isu-isu strategis tersebut adalah:

1. Peningkatan Akses Aman Air Minum; 2. Pengembangan Pendanaan;

3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan;

4. Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan; 5. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum;

6. Rencana Pengamanan Air Minum;

7. Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat; dan

8. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah Teknis dan Penerapan Inovasi Teknologi

Setiap kabupaten/kota perlu melakukan identifikasi isu strategis yang ada di daerah masing-masing mengingat isu strategis.

Terdapat isu isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya Kota Langsa untuk mencapai target pembangunan air minum:

 Peningkatan Akses Aman Air Minum karena Daya Dukung Lingkungan Semakin Terbebani oleh Pertumbuhan Penduduk dan Urbanisasi

 PDAM Tidak Dikelola Dengan Prinsip Kepengusahaan

 Kualitas Air Belum Memenuhi Syarat Air Minum

 Keterbatasan Pembiayaan Mengakibatkan Rendahnya Investasi Dalam Penyediaan Air Minum

 Kelembagaan Pengelolaan Air Minum Yang Ada Sudah Tidak Memadai Lagi Dengan Perkembangan Saat Ini

 Kemitraan Pemerintah dan Swasta Dalam Penyediaan Air Minum Kurang Berkembang

 Kemitraan Pernerintah dan Masyarakat Dalam Penyediaan Air Minum Kurang Berkembang

(25)

6.3.2 Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM Kota Langsa

Terkait dengan Kondisi Eksisting Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum di kota secara umum adalah:

1. ASPEK TEKNIS

Pengembangan air bersih di Kota Langsa dirancang untuk mencapai tujuan peningkatan cakupan pelayanan seluruh lapisan masyarakat melalui penataan jaringan air minum memanfaatkan sumber air baku yang ada. Namun demikian berdasarkan data awal yang diperoleh cakupan pelayanan air minum pada daerah pelayanan yang ada di Kota Langsa baru mencapai 33,67 % dari jumlah penduduk sebesar 154.722 jiwa. Tentunya hal itu masih sangat jauh dari harapan untuk pemerataan pemakaian air bagi penduduk yang ada di Kota Langsa pada saat ini. Berdasarkan hasil pengolahan data dan perencanaan pengembangan air bersih pada jangka tahun menengah yaitu pada tahun 2019 jumlah penduduk terlayani sebanyak 176.045 jiwa dengan tingkat pelayanan direncanakan sudah mencapai 100%. Dan untuk jangka panjang yaitu pada tahun 2034 jumlah penduduk terlayani sebanyak 236.259 jiwa dengan tingkat pelayanan mencapai 100 %.

Berdasarkan pertimbangan diatas, maka rencana pengembangan air minum di Kota Langsa adalah sebagai berikut:

1. Penataan sistem jaringan sampai tahun 2019 diarahkan untuk meningkatkan pelayanan di daerah yang saat ini sudah terdapat sistem jaringan air minum meliputi wilayah dengan mengutamakan daerah-daerah potensial yang dimiliki setiap kecamatan yang ada di Kota Langsa yaitu sebagai berikut :

a. Kecamatan Langsa Kota; b. Kecamatan Langsa Baro; c. Kecamatan Langsa Lama; d. Kecamatan Langsa Barat; dan e. Kecamatan Langsa Timur.

Sumber air yang digunakan adalah masih diharapkan dari Krueng Langsa dan Waduk Alue GampU sebagai sumber alternatif bagi penyuplai sumber air Instasi Pengulahan Air (IPA) Keumuning.

2. Penataan sistem jaringan sampai tahun 2019 akan memanfaatkan potensi air baku yang dimiliki diarahkan : a. Untuk meningkatkan pelayanan pada daerah yang sudah ada sistem jaringan.

b. Pengembangan jangkauan pelayanan pada daerah-daerah yang mempunyai tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi namun sistem jaringan air minum masih sangat sedikit.

(26)

terutama di bagian hulu hulu kawasan yang masih memiliki jenis batuan dengan akuifer tinggi dan vegetasi utuh, termasuk kemungkinan pemanfaatan air tanah.

Outline Plan ini disusun untuk Kota Langsa. Pada outline plan ini disusun penanganan jangka menengah dan penanganan jangka panjang. Pada penanganan jangka menengah akan dilanjutkan dengan pembuatan Detailed Engineering Design. Untuk mencukupi kebutuhan air bersih yang ada di Kota Langsa perlu dilakukan kajian mengenai SPAM Regional yang mencakup wilayah Aceh Timur, Aceh Tamiang, dan Kota Langsa, jika di masa yang akan datang terjadi penurunan debit air pada sumber air baku yang ada pada instalasi pengolahan air yang dituntut untuk mecari sumber air baku yang baru yang ada diluar kota Langsa, dikarenakan sumber air yang ada di Kota Langsa sudah tidak mencukupi.

a. Intake

Bangunan intake direncanakan untuk memperbaiki bangunan yang ada, untuk dapat mengoptimalkan jumlah air yang akan diproduksi di Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPA) yang baru. Akan dilakukan pembuatan pengaman tebing Intake agar supaya tidak terjadi lagi longsoran tanah, sehingga endapan tanah/lumpur tidak mengganggu intake dan debit air yang diambil/disadap akan sesuai yang diharapkan. Debit air yang diambil akan di sesuaikan untuk kebutuhan air bersih penduduk yang ada di Kota Langsa pada periode jangka waktu perencanaan menengah yaitu pada tahun 2019, dan periode perencanaan jangka panjang yaitu pada tahun 2034.

b. Transmisi

Jaringan pipa transmisi berupa pipa PVC berdiameter 300 mm, air dialirkan dengan pompa dari lokasi intake ke rencana lokasi Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang berdekatan dengan IPA yang lama. Dari IPA air dialirkan ke reservoir distribusi yang selanjutnya dialirkan ke daerah pelayanan air bersih, termasuk Kuala Langsa dan Pelabuhan serta kearah Alue Merbo.

c. Produksi

Unit produksi sistem yang akan dikembangkan ini dilengkapi dengan Instalasi Pengolahan Air (IPA) baru berkapasitas 210 lt/dt pada periode jangka waktu perencanaan menengah yaitu pada tahun 2019, dan periode perencanaan jangka panjang yaitu pada tahun 2034 akan di tambah lagi Instalasi Pengolahan Air (IPA) baru berkapasitas 140 lt/dt . Waktu operasi produksi direncanakan optimal selama 24 jam/hari, sehingga dapat mencukupi jumlah kebutuhan air bersih di daerah pelayanan.

d. Distribusi dan Sambungan Langganan  Pengembangan jaringan distribusi

(27)

Pengembangan jaringan distribusi terutama ditujukan untuk melayani daerah-daerah potensial pelayanan.

 Penambahan sambungan langganan

Penambahan sambungan langganan dilakukan secara bertahap untuk memenuhi kebutuhan air sesuai dengan skenario dan proyeksi kebutuhan air yang ditetapkan sampai dengan tahun 2034.

Gambar 6.19 Peta Situasi Existing Jaringan Perpiaan Kota Langsa

Sumber: Bappeda Kota Langsa

(28)

Tabel 6.17 Jumlah Pelanggan PDAM Kota Langsa Tahun 2014

Sumber: PDAM Kota Langsa 2014

Gambar 6.20 Epanet Jaringan Perpiaan Kota Langsa Sumber: RISPAM Kota Langsa 2014

(29)

pelanggan inaktif. Total jumlah pelanggan PDAM tahun 2012 di kota Langsa adalah sebesar 10.506 pelanggan dengan jumlah air yang disalurkan sebanyak 1,630,774 m3.

2. PENDANAAN

Hasil survey terhadap 100 responden yang ada di seluruh kota langsa yang dilakukan secara random yang masing-masing untuk setiap Kecamatan diwakili 20 kuisioner. Untuk Kecamatan Langsa Barat 18 orang atau 90% responden menyatakan kemauannya untuk berlangganan. Sebanyak 1 orang atau 5% menyatakan ketidakmauannya untuk berlangganan, serta 1 orang atau 5% tidak memberikan tanggapan. Untuk Kecamatan Langsa Timur 14 orang atau 70% responden menyatakan kemauannya untuk berlangganan. Sebanyak 6 orang atau 30% menyatakan ketidakmauannya untuk berlangganan. Untuk Kecamatan Langsa Kota 20 orang atau 100%. Untuk Kecamatan Langsa Lama 19 orang atau 95% responden menyatakan kemauannya untuk berlangganan. Sebanyak 1 orang atau 5% menyatakan ketidakmauannya untuk berlangganan. Untuk Kecamatan Langsa Baro 13 orang atau 65% responden menyatakan kemauannya untuk berlangganan. Sebanyak 5 orang atau 25% menyatakan ketidakmauannya untuk berlangganan, serta 2 orang atau 10% tidak memberikan tanggapan. Jika di rata-ratakan jumlah penduduk yang berminat untuk berlangganan air bersih yang disalurkan oleh PDAM Tirta Keumuneng berjumlah 84 orang atau 84 %, Serta sisanya tidak berminat.

Dari responden yang menyatakan tidak ingin berlangganan air memberikan alasan seperti:

• Kontinuitas air tidak menentu

• Sumber air lain lebih murah

• Tingkat Kekeruhan Air yang tinggi.

Data tingkat pendapatan merupakan informasi yang cukup penting dalam memperkirakan kemampuan membayar air bersih serta menentukan keberlanjutan usaha suatu badan usaha seperti PDAM. Berdasarkan hasil survey tingkat pendapatan responden terlihat dalam Tabel 6.1 berikut.

Tabel 6.18 Tingkat Pendapatan Responden

No Tingkatan Pendapatan Jumlah %

1 Rp. 500.000 s.d 1.000.000 2 2,00

2 Rp. 1.000.000 s.d 1.500.000 2 2,00

3 Rp. 1.500.000 s.d 2.000.000 10 10,00

4 Rp. 2.000.000 s.d 2.500.000 41 41,00

5 > Rp. 2.500.000 45 45,00

(30)

Survey kebutuhan air bersih ini juga dilakukan kepada masyarakat di daerah yang belum mempunyai sistem jaringan air bersih seperti di Kecamatan Langsa Barat, Kecamatan Langsa Lama, serta ada beberapa Desa yang ada di Kecamatan di Kota Langsa. Aspek yang diteliti menyangkut kebutuhan air yang paling banyak digunakan, kuantitas dan sumber air eksisting, minat berlangganan serta kemampuan berlangganan

masyarakat. Pemakaian air yang paling banyak digunakan oleh responden di sekitar lokasi survey adalah untuk mandi/cuci (100%) serta masak/minum sebesar 70%. Sumber air untuk memenuhi kebutuhan air sehari hari berasal dari sumur galian (90%). Sebagian besar responden (40%) menganggap sumber air yang telah ada saat ini sudah mencukupi, sedangkan 60% responden menganggap sumber air yang telah ada saat ini tidak

mencukupi. Hal ini dikarenakan sumber air yang ada tidak dapat digunakan untuk keperluan masak/minum disebabkan kualitasnya tidak sesuai untuk digunakan untuk kebutuhan tersebut. Untuk memenuhi kebuhan air untuk masak/minum responden biasanya membeli air dengan cara eceran.

Hasil survey terhadap 100 responden di Kota Langsa sebanyak 84 orang atau 84% responden menyatakan kemauannya untuk berlangganan. Serta sebanyak 16 orang atau 16% menyatakan ketidakmauannya untuk berlangganan. Dari 16% responden yang menyatakan tidak ingin berlangganan air memberikan alasan seperti:

• Kontinuitas air tidak menentu

• Sumber air lain lebih murah

• Tidak mampu membayar iuran bulanan

• Belum ada jaringan PDAM

• Biaya sambungan mahal

Berikut adalah hasil pendapat masyarakat yang ada di daerah tersebut yang menyangkut pembangunan sistem jaringan air bersih seperti terlihat pada Tabel 6.19 sampai dengan Tabel 6.21 pada Halaman 47.

Tabel 6.19 Estimasi Total Pendapatan Masyarakat

(31)

Gambar l 6.21 Estimasi Total Pendapatan

Sumber: RISPAM Kota Langsa 2014

Jika dirata-rata kan jumlah peminat untuk berlangganan air bersih dari PDAM sangat tinggi, dan dapat

disimpulkan dengan bobot prioritas pengembangan SPAM untuk Kota Langsa dengan memperhitungkan aspek teknis, sosial ekonomi dan lingkungan seperti dapat dilihat pada Grafik 6.22. berikut.

Gambar 6.22 Estimasi Total Pendapatan

(32)

3. KELEMBAGAAN

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Keumuneng Kota Langsa Merupakan Badan Usaha Milik Pemerintah Kota Langsa yang didirikan berdasrkan Qanun Kota Langsa Nomor 6 Tahun 2005 Tentang Pendirian dan Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Keumuneng Kota Langsa. Aset PDAM Tirta Keumuneng Kota Langsa pada awal pendirian berasal dari PDAM Tirta Peusada Kabupaten Aceh Timur , sejalan dengan pemekaran Kota Langsa dari Kabupaten Aceh Timur.

o Struktur Organisasi

Struktur Organisasi PDAM Tirta Keumuneng Kota Langsa didasarkan pada Qanun Kota Langsa No 6 Tahun 2005 tanggal 23 September 2005 tentang Pendirian dan Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja PDAM Tirta Keumueneng Kota Langsa.

Susunan Organisasi PDAM Tirta Keumueneng Kota Langsa per 31 Desember 2012 sebagai berikut

(1) Badan / Dewan Pengawas

Pengangkatan Badan/Dewan Pengawas berdasarkan keputusan Walikota Langsa Nomor 182/769/2012 tanggal 1 Maret 2012 tentang penunjukan dan pengangkatan Dewan Pengawas PDAM Tirta

Keumuneng Kota Langsa periode 2012 – 2015, dengan susunan : Ketua merangkap anggota : M. Basyir, SH, MH.

Sekretasis merangkap anggota : Ir. T.M. Tarkun, MM

Anggota : Sumardi

(2) Direktur

Direktur PDAM Tirta Keumueneng Kota Langsa yaitu Sdr. Marzuki, SE, diangkat berdasarkan Keputusan Walkota Langsa Nomor 307/821.2/2012 tanggal 28 Mai 2012 tentang penunjukan Direktur PDAM Kota Langsa Periode 2012 – 2016.

(3) Pejabat Struktural

• Bagian ADM dan Keuangan

 Kepala Bagian ADM dan Keuangan : Hardi Ibrahim, SE

 Kepala sub bagian keuangan : Nadiah, SE

 Kepala sub bagian umum dan personalia : Mirsal, SE

 Kepala sub bagian rekening / pembukuan : Zainal Abidin, SE

(33)

• Bagian teknik operasional

 Kepala bagian teknik operasional : Edy Jusri

 Kepala sub bagian produksi : M. Sugiarto

 Kepala sub bagian transmisi/distribusi : Mariadi

 Kepala sub bagian perencana : Ir. Iskandar

 Kepala sub bagian perawatan : Mariadi

• Unit

 Kepala UPT Sei Lhueng : Jalaluddin

(4) Jumlah Pegawai Tetap dan Tidak Tetap per 31 Desember 2012 sebenyak 80 orang dengan rincian :

No Pendidikan Pegawai

Tetap

Pegawai Tidak Tetap

Jumlah

1 Sarjana / S1 13 - 13

2 Diploma 3 / D3 3 - 3

3 S L T A 53 - 53

4 S L T P 1 2 3

5 S D 5 3 8

Jumlah 75 5 80

Tabel 6.20 Jumlah Pegawai Sumber: PDAM Kota Langsa 2014

4. Kebutuhan SDM

PDAM Tirta Keumueneng Kota Langsa mempunyai posisi yang unique baik di Langsa maupun di antara PDAM lain di Aceh. Keunikan tersebut terletak pada:

a. Air yang diproduksi oleh PDAM Tirta Keumeuneng sudah siap minum b. Sudah mulai tertatanya kualifikasi SDM yang mempunyai kompetensi.

5. Rencana Pengembangan SDM

Sumber daya manusia adalah subjek kunci bagi suksesnya perusahaan dalam mencapai visi dan misi yang diembannya. Di semua lini bagian/unit dalam perusahaan, SDM mengharuskan diri menjadi aktor utama penentu skenario kinerja yang selama ini dikembangkannya sendiri.

(34)

Namun sejalan dengan perubahan dan tuntutan kemajuan sebagaimana Visi & Misi PDAM Tirta Keumeuneng, maka senantiasa mutlak diperlukan kompetensi SDM yang selalu terbaharukan. Sumber daya manusia (SDM) yang merupakan sumber pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan ini senantiasa harus terus diasah oleh perusahaan dari waktu ke waktu dalam mengembangkan keahliannya agar memiliki keunggulan kompetitif.

6. Langkah Perencanaan Pengembangan Kompetensi SDM

Pengelolaan kompetensi Sumber Daya Manusia, dimaksud adalah manivestasi dari fungsi fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan serta dengan evaluasi/pengendalian.

(1) Pemetaan

Berpijak dari visi dan misi perusahaan, kemudian diterjemahkan ke dalam strategi pengelolaan SDM, kemudian diimplementasikan menjadi standard kompetensi tertentu yang harus dipenuhi oleh SDM.

Visi untuk menjadi sebuah perusahaan yang terbaik, harus terimplementasi secara tegas dalam strategi SDM yang dapat menjamin pencapaian visi. Diantaranya adalah ; persyaratan layak untuk (tetap) dapat menjadi karyawan PDAM, terlebih pula untuk menduduki sesuatu struktur jabatan tertentu. Program pengembangan SDM diarahkan pada strategi SDM berkualitas; diimbangi dengan sistem kompensasi, pembinaan karier, dan pembinaan kualitas SDM sejalan dengan strategi perusahaan.

Untuk tujuan ini, pemetaaan kompetensi karyawan yang sudah dilaksanakansejauh ini perlu semakin dimantapkan dan selalu dicek ulang secara periodik.Pemetaan kompetensi karyawan dan atau pejabat ini adalah merupakan rancangan kompetensi yang dibangun perusahaan, yang meliputi kompetensi inti dan kompetensi pendukung, melalui program assessment center.

Rasionalitasnya, bahwa perubahan lingkungan berupa rising quality services dari masyarakat pelanggan dan calon pelanggan yang sangat cepat akanmembuat PDAM akan menghadapi tuntutan untuk meningkatkan kemampuan inovatif, dengan membangun modal organisasi yang memiliki inovasi tanpa akhir. Manajemen dan organisasi yang lebih adaptif pada kebutuhan lingkungan yang makin maju, dengan cara pandang yang lebih memadai di dalam melihat keseluruhan modal yang bisa mendukung proses inovasi dalam perusahaan.

(35)

Secara garis besar terdapat empat komponen modal organisasi yang mendukung inovasi, yakni: a. Modal Sosial

b. Modal Strutural c. Modal

d. Modal Fisik

Ibarat sebuah gunung es, yang muncul dipermukaan adalah kinerja keuangan, fisik, dan struktur perusahaan sedangkan kinerja yang berupa social capital tersebut berada di bawah air. Social capital, didalamnya mengakomodir potensi potensi modal modal lain, diantaranya : modal manusia (kecakapan,kecerdasan, ketrampilan, ketabahan, moral dan emosi) Dalam upaya membangun (yang sifatnya tentu tak pernah berhenti dan selalu berubah) bagi sebuah perusahaan yang kompetitif semacam PDAM Kota Langsa, maka peranan modal sosial semakin penting. Banyak kontribusimodal sosial untuk kesuksesan yang diperlukan Perusahaan. Pola komunikasi melalui teknologi informasi akan membawa konsekwensi semakin berkurangnya kontak berhadapan muka (face to face relationship) di antara karyawan, maka modal sosial sebagai bagian dari modal yang wujudnya abstrak akan semakin menonjol peranannya.

Konsep modal sosial di PDAM ini dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok. Yaitu, pertama pada jaringan hubungan sosial (social net-work), yang kedua pada karakteristik (traits) yang melekat (embedded) pada diri individu karyawan yang terlibat dalam sebuah interaksi pekerjaan. Dan tensi capital social akan semakin tinggi diperlukan sejalan dengan jabatan yang diampunya.

Pertama, modal sosial disini adalah kumpulan dari hubungan yang aktif diantara karyawan: rasa percaya, saling pengertian dan kesamaan nilai dan perilaku yang mengikat karyawan dalam sebuah jaringan kerja dan perusahaan yang memungkinkan adanya kerjasama. Jaringan hubungan sosial yang diikat oleh kepemilikan informasi (misalnya TI), rasa percaya, saling memahami, dan kesamaan nilai, dan saling mendukung. Modal sosial akan semakin kuat apabila organisasi perusahaan memiliki jaringan hubungan kerjasama, baik di internal organisasi, maupun hubungan kerjasama yang bersifat antar organisasi atau instansional. Jaringan kerjasama yang sinergistik yang merupakan modal sosial akan memberikan banyak manfaat bagi pengembangan kehidupan usaha PDAM sebagai entitas bisnis.

(36)

(2) Seleksi kualifikasi dan klasifikasi serta sertifikasi atas kompetensi

Setelah pemetaan kompetensi diketahui, PDAM Kota Langsa harus melakukan seleksi kualifikasi dan klasifikasi serta sertifikasi atas kompetensi tersebut, melalui penentuan bidang -bidang kompetensi inti yang menjadi core- utama berdasar Visi perusahaan, maupun bidang kompetensi pendukung melalui program spesialisasi. Dalam konteks spesialisasi SDM, bahwa salah satu difinisi Manajemen, yang harus dipenuhi adalah proses memimpin karyawan dengan tujuan mengendalikannya dalam perusahaan. Perhatian dan cara pengendalian bagi setiap manajer adalah impersonal (terbebas dari persoalan perorangan/pribadi) dan satu bentuk operasional yang terpenting adalah dengan melakukan spesialisasipekerjaan. Dalam konteks ini, bertolak dari implementasi Permendagri nomor 2 tahun 2007 tentang Organisasi & Kepegawaian PDAM yang masih perlu ditindaklanjuti lebih operasional adalah:

a. Spesialisasi secara tepat setiap karyawan.

b. Kompetensi setiap karyawan semakin direlevankan dengan spesialisasinya.

(3) Gap / Kesenjangan

Melakukan penilaian ulang terhadap kompetensi SDM yang saat ini telah dimiliki oleh perusahaan. Kemudian dibandingkan dengan pemetaan kompetensi yang telah dibuat, sehingga akan dapat diketahui gap/kesenjangan antara kompetensi yang saat ini dengan yang seharusnya dipersyaratkan.

(4) Pelatihan

Disebutkan pula dalam Undang Undang nomor 13 tahun 2003 tentangKetenagakerjaan, Bab V Pasal 9 dinyatakan bahwa Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan. Pasal 11 menyebutkan bahwa setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau meningkatkan dan/atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya melalui pelatihan kerja, sedangkan Pasal 12 menegaskan bahwa pengusaha diwajibkan dan bertanggung jawab atas peningkatan dan/atau pengembangan kompetensi pekerjanya melalui pelatihan kerja dan peningkatan dan/atau pengembangan kompetensi serta menjadi hak pekerja. Dengan melalui pelatihan berbasis kompetensi sangat diyakini akan mampu mendukung terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas yang memiliki modal intelektual dan profesionalisme yang menjamin kelangsungan suatu perusahaan serta melaksanakan misi untuk mencapai visi perusahaan.

(5) Implementasi Program

(37)

menyebabkan pengorbanan biaya yang lebih besar bilamana bidang kerja tersebut stidak ditangani oleh SDM yang memiliki kompetensi kualifikasi sebagaimana seharusnya.

Sejalan dengan pola pemahaman, serta persepektif tersebut diatas, maka dalam program perencanaan 5 tahun kedepan (2014-2019) diperlukan agenda kegiatan kegiatan dibidang pengembangan SDM, sekurangnya antara lain:

- Program evaluasi kinerja karyawan 360° (tigaratus enam puluh derajat), untuk tahun 2015 - Program pemetaan ulang kompetensi kinerja karyawan, untuk tahun 2016

- Program pelatihan ketrampilan teknis (technical skill), untuk tahun 2017

- Program Assessment Center untuk tahun 2018

- Program pelatihan ketrampilan manajemen (managerial skill) untuk tahun 2019

- Program perampingan karyawan (pertahun), yang modusnya diselaraskan dengan program program tersebut diatas (evaluasi kinerja, pemetaan, pelatihan & assessment center).

Yang perlu disampaikan terkait kondisi eksisting kelembagaan SPAM adalah:

1. Organisasi Tata Laksana Penyelenggara SPAM baik untuk jaringan perpipaan maupun bukan perpipaan.

2. Sumber daya manusia penyelenggara SPAM;

3. Rencana Kerja Kelembagaan; dan

4. Monitoring dan Evaluasi Pengkajian Kelembagaan SPAM.

6.3.3 Analisis Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum

Kebutuhan sistem penyediaan air minum terjadi karena adanya gap antara kondisi yang ada saat ini

dengan target yang akan dicapai pada kurun waktu tertentu.

(38)

Kondisi pelayanan air minum secara nasional sebesar 47, 71%, dilihat dari proporsi penduduk terhadap

sumber air minum terlindungi (akses aman) yang mencakup 49,82% di perkotaan dan 45,72 di perdesaan.

Analisis kebutuhan sistem penyediaan air minum di Kota Langsa seperti tergambarkan pada grafik diatas.

1. Dari debit rata-rata Bulanan dan debit andalan 90% sungai Krueng Langsa dengan Probabilitas

80% adalah untuk debit minimum 0,47 m3/dt yang terjadi pada bulan Juli dan debit andalan

maksimum adalah 1,41 m3/dt yang terjadi pada bulan Desember.

2. Kurangnya pelayanan PDAM Tirta Keumuneng Kota Langsa dalam memenuhi kebutuhan air

bersih disebabkan oleh kapasitas produksi yang lebih kecil dari demand (kebutuhan) dan

kehilangan air sewaktu pendistribusian.

3. Hasil proyeksi pertumbuhan penduduk menunjukkan untuk jangka menengah yaitu pada tahun

2019, jumlah penduduk Kota Langsa berjumlah 176.045 jiwa, dan untuk proyeksi pertumbuhan

penduduk Kota Langsa untuk jangka Panjang yaitu pada tahun 2034, jumlah penduduk Kota

Langsa berjumlah 236.259 jiwa.

4. Kebutuhan air bersih Kota Langsa untuk keperluan domestik untuk jangka waktu menengah

yaitu pada tahun 2019 adalah 14.613m3/hari. Kebutuhan air bersih Kota Langsa untuk keperluan

domestik untuk jangka waktu panjang yaitu pada tahun 2034 adalah 26.934 m3/hari. Kebutuhan

air bersih Kota Langsa untuk keperluan non-domestik untuk jangka waktu menengah pada

tahun 2019 adalah 3010 m3/hari. Dan Kebutuhan air bersih Kota Langsa untuk keperluan

non-domestik untuk jangka waktu panjang yaitu pada tahun 2034 adalah 4.040m3/hari.

5. Dari analisa kebutuhan air, perlu adanya peningkatan kapasitas produksi pada Instalasi

Pengolahan Air PDAM Tirta Keumuning dari 180 l/d menjadi 516 l/d sampai dengan tahun

perencanaan yaitu pada tahun 2034. Perencanaan sistem jaringan air minum PDAM Kota

Langsa dilakukan pada seluruh jaringan PDAM yang ada di Kota langsa. Perencanaan dimulai

dengan memetakan

6.3.4 Program-Program dan Kriteria Penyiapan, serta Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan SPAM

6.3.4.1 Program-Program Pengembangan SPAM

Program SPAM Sistem Penyediaan Air Minum dikembangkan oleh Pemerintah Kota Langsa mengacu pada Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) yang disusun berdasarkan:

 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota;  Rencana pengelolaan Sumber Daya Air;  Kebijakan dan Strategi Pengembangan SPAM;

(39)

 Kondisi Kota dan Rencana Pengembangan SPAM.

6.3.4.2 Skema Kebijakan Pendanaaan

A. Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan SPAM

Adapun skema kebijakan pendanaan pengembangan SPAM adalah tergambar dalam tabel 8.28

Tabel 6.21 Skema Kebijakan Pendananaan Pengembangan SPAM

Kegiatan SPAM

Air

Baku Unit Produksi

Transmisi dan Distribusi (SR dan HU)

KOTA APBN APBD, PDAM,

KPS, (APBN)

APBN, PDAM, KPS, APBN (MBR)

IKK APBN APBN APBN (s.d. Hidran Umum)

Desa Rawan Air APBN APBN APBN (s.d. Hidran Umum)

Desa dengan air baku mudah (Pamsimas)

APBN APBN, APBD,

Masyarakat

PAMSIMAS (APBN : 70%, APBD : 10%, dan Masyarakat : 20%.

• Semua sistem yang sudah jadi dikelola oleh pemda/PDAM/Masyarakat;

• Keikutsertaan Pemda/PDAM/Masyarakat dalam proses pembangunan adalah keharusan;

• HU = Hidran Umum;

• SR = Sambungan rumah;

• MBR = Masyarakat Berpenghasilan Rendah.

Gambar 6.23 Pembagian Kewenangan Pengembangan SPAM

8.3.5. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM A. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM

Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan SPAM disusun berdasarkan paket-paket

(40)

tersebut memperhatikan kebutuhan air minum berkaitan dengan pengembangan atau pembangunan sektor dan

kawasan unggulan.

Gambar 6.24 Rencana Jaringan Air Minum Kota Langsa

Sumber: RTRW Kota Langsa 2012-2032

B. Pembiayaan Proyek Pengembangan SPAM

Pembiayaan proyek perlu disusun berdasarkan klasifikasi tanggung jawab masing-masing Pemerintah

Kabupaten/Kota, Pemerintah Pusat, Swasta dan Masyarakat. Jika ada indikasi program pengembangan SPAM

(41)

Tabel 6.22 Pembiayaan Proyek Kegiatan SPAM Kota Langsa

No. Program / Kegiatan APBN APBD Prov APBD Kota Masyarakat Swasta CSR Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Bisnis Plan PDAM Kota Langsa 500,000 - - - 500,000

2 Pendampingan PDAM - 500,000 - - - - 500,000

3 Optimalisasi SPAM Kota Langsa 1,000,000 - - - 1,000,000

4 Bantuan Manajemen PDAM 1,000,000 - - - 1,000,000

5 Jaringan Distribusi Utama Langsa Timur 1,000,000 - - - 1,000,000

6 Pembangunan Jaringan dan Prasarana Air Bersih - 2,000,000 - - - - 2,000,000

7 Penggantian Watermeter Pelanggan Tahap I - 2,000,000 - - - - 2,000,000

8 Penggantian Watermeter Pelanggan Tahap II - 2,000,000 - - - - 2,000,000

9 Penggantian Watermeter Pelanggan - 2,000,000 - - - - 2,000,000

11 Jaringan Distribusi Acesorries dan Sambungan

Rumah - - 2,100,000 - - - 2,100,000

11 Jaringan Distribusi Utama Langsa Lama 3,000,000 - - - 3,000,000

12 Jaringan Distribusi Acesorries dan Sambungan

Rumah - - 2,000,000 - - - 2,000,000

13 Jaringan Distribusi Utama Langsa Baro 20,000,000- - -

20,000,000-14 Pembangunan SPAM Kota Langsa (PembuatanParaset/Intake ) 5,000,000 - - - 5,000,000

15 Jaringan Distribusi Acesorries dan Sambungan

Rumah - - 2,000,000 - - - 2,000,000

16 Jaringan Distribusi Acesorries dan Sambungan

Rumah - - 2,000,000 - - - 2,000,000

17 Jaringan Distribusi Kawasan Kumuh Langsa I - - 2,000,000 - - - 2,000,000

18 Jaringan Distribusi Kawasan Kumuh Langsa 2,4 - - 2,000,000 - - - 2,000,000

19 Jaringan Distribusi Kawasan Kumuh Langsa 5 - - 2,000,000 - - - 2,000,000

20 Jaringan Distribusi Kuala Langsa - Telaga Tujuh

Kawasan Kumuh Langsa 3 (Lintas Perairan) 5,000,000 - - - 5,000,000

(42)

Tabel 6.21. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM Kota Langsa

NO

Output

VOL SATU AN

SUMBER PENDANAAN x Rp.

1.000,-TAHUN

RAKAT. SWASTA CSR 2015 2016 2017 2018 2019

Rincian Rp. MURNI PHLN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

KEGIATAN : PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGEMBANGAN PELAKSANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM 3 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan SPAM

3.1 Fasilitasi Penguatan Kapasitas Pemda

1 Bisnis Plan PDAM Kota Langsa Kota

Langsa 1.00 lap 500,000 - - - 2015

3.3 Pengawasan dan Evaluasi Kinerja bidang SPAM

2 Pendampingan PDAM Kota

Langsa 1.00 lap - 500,000 - - - - 2016

4 SPAM PDAM Terfasilitasi 4.1 Bantuan Program PDAM

1 Optimalisasi SPAM Kota Langsa Kota

Langsa 1.00 PDAM 1,000,000 - - - 2016

2 Bantuan Manajemen PDAM Kota

Langsa 1.00 PDAM 1,000,000 - - - 2017

4.2 Pengembangan Jaringan SPAM MBR

1 Jaringan Distribusi Utama Langsa Timur Langsa

Timur 1.00 PDAM 1,000,000 - - - 2016

6 SPAM Non PDAM Terfasilitasi 6.1 Bantuan Program Non PDAM

1 Pembangunan Jaringan dan Prasarana Air Bersih

Kota

Langsa 1.00 Kws - 2,000,000 - - - - 2016

2 Penggantian Watermeter Pelanggan Tahap I

Langsa

Kota 1.00 kws. - 2,000,000 - - - - 2017

3 Penggantian Watermeter PelangganTahap II LangsaKota 1.00 kws. - 2,000,000 - - - - 2018

4 Penggantian Watermeter Pelanggan Langsa

Barat 1.00 kws. - 2,000,000 - - - - 2019 2019 2019 2019 2019

(43)

7 SPAM Perkotaan 7.1 SPAM IKK

2 Jaringan Distribusi Acesorries danSambungan Rumah LangsaKota 1.00 ltr/dt - - 2,100,000 - - - 2016

3 Jaringan Distribusi Utama Langsa Lama Langsa

Lama 1.00 ltr/dt 3,000,000 - - - 2017

4 Jaringan Distribusi Acesorries dan Sambungan Rumah

Kota

Langsa 1.00 ltr/dt - - 2,000,000 - - - 2017

Jaringan Distribusi Utama Langsa Baro Kota Langsa 40 ltr/dt 20,000,000 2018

Pembangunan SPAM Kota Langsa

(Pembuatan Paraset/Intake ) Kota Langsa 40 ltr/dt 5,000,000 2018

5 Jaringan Distribusi Acesorries danSambungan Rumah LangsaKota 1.00 ltr/dt - - 2,000,000 - - - 2018

6 Jaringan Distribusi Acesorries dan Sambungan Rumah

Kota

Langsa 1.00 ltr/dt - - 2,000,000 - - - 2019

9 SPAM di Kawasan Khusus

9.1 SPAM Kawasan Kumuh Perkotaan 1 Jaringan Distribusi Kawasan Kumuh

Langsa I

Kota

Langsa 1.00 ltr/dt - - 2,000,000 - - - 2017

2 Jaringan Distribusi Kawasan Kumuh Langsa 2,4

Kota

Langsa 1.00 ltr/dt - - 2,000,000 - - - 2018

3 Jaringan Distribusi Kawasan KumuhLangsa 5 Kota

Langsa 1.00 ltr/dt - - 2,000,000 - - - 2019

9.3 SPAM Kawasan Rawan Air/Perbatasan/Pulau Terluar 1

Jaringan Distribusi Kuala Langsa - Telaga Tujuh Kawasan Kumuh Langsa 3 (Lintas Perairan)

Langsa

Barat 20.00 ltr/dt 5,000,000 - - - -

-2019

JUMLAH 36,500,000 8,500,000 14,100,000

(44)

PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

6.4 (PLP)

Mengacu pada Permen PU Nomor. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman mempunyai tugas

melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang kebijakan, pengaturan,

perencanaan, pembinaan, pengawasan, pengembangan dan standardisasi teknis di bidang air limbah, drainase

dan persampahan permukiman.

Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 656, Direktorat Pengembangan

Penyehatan Lingkungan Permukiman menyelenggarakanfungsi:

a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan air limbah, drainase dan persampahan;

b. pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan air limbah, drainase dan persampahan

termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

c. pembinaan investasi di bidang air limbah dan persampahan;

d. penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan kelembagaan dan peran serta

masyarakat di bidang air limbah, drainase dan persampahan; dan

e. pelaksanaan tata usaha direktorat.

6.4.1. Air Limbah

6.4.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Pengelolaan Air Limbah A. Arahan Kebijakan Pengelolaan Air Limbah

Beberapa peraturan perundangan yang mengatur pengelolaan air limbah, antara lain:

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.Pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya

kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan,

transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.

2. Undang -Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Pasal 21 ayat (2) butir d mengamanatkan pentingnya pengaturan prasarana dan sarana sanitasi dalam upaya perlindungan dan pelestarian sumber air.

3. PeraturanPemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Peraturan ini mengatur penyelenggaraan prasarana dan sarana air limbah permukiman secara terpadu dengan

penyelenggaraan sistem penyediaan air minum.

4. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air Pengaturan Sarana dan Prasarana Sanitasi dilakukan salah satunya melalui pemisahan antara jaringan drainase dan jaringan

pengumpul air limbah pada kawasan perkotaan.

5. PeraturanMenteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang. Mensyaratkan tersedianya sistem air limbah setempat yangmemadai dan

(45)

6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 02/MENKLH/I/1998 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan Mengamanatkan bahwa Pengolahan yang dilakukan terhadap air buangan dimaksudkan agar air

buangan tersebut dapat dibuang ke badan air penerima menurut standar yang diterapkan, yaitu standar

aliran (stream standard) dan standar efluen (effluent standard).

B. Lingkup Pengelolaan Air Limbah

Air Limbah dimaksud disini adalah air limbah permukiman (Municipal Wastewater) yang terdiri atas air limbah

domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan

permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya

(B3). Air buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan

terhadap kualitas lingkungan sehingga perlu dilakukan pengolahan.

Pengolahan air limbah permukiman di Indonesia ditangani melalui dua sistem yaitu sistem setempat (onsite)

ataupun melalui sistem terpusat (offsite). Sanitasi sistem setempat (onsite) adalah sistem dimana fasilitas

pengolahan air limbah berada dalam batas tanah yang dimiliki dan merupakan fasilitas sanitasi individual

sedangkan sanitasi sistem terpusat (offsite) adalah sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah dipisahkan

dengan batas jarak dan mengalirkan air limbah dari rumah- rumah menggunakan perpipaan (sewerage) ke

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

6.4.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan Air Limbah Permukiman A. Isu Strategis Pengembangan Air Limbah Permukiman

Tabel 6.23 Isu Strategis Pengembangan Air Limbah Permukiman dalam Wilayah Kota Langsa

Isu Strategis

1 - Perlu Percepatan ( Need for Speed) untuk peningkatan cakupan dan

akses masyarakat untuk layanan air limbah melalui sistem on-site maupuan off-site

2 - Masih terdapat masyarakat MBR/ miskin yang tidak memiliki sarana dan

prasarana yang layak dan memenuhi standar

3 - Kondisi Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah belum Memadai

4 - Belum terintergrasinya perencananaan Air Limbah Skala Kawasan

5 - Belum adanya bidang teknis ataupun organisasi / UPTD yang menangani

pengelolaan limbah domestik (Regulator dan Operator)

6 - I nstitusi terkait sanitasi belum mampu bergerak maksimal dalam

(46)

7 - Kapasitas SDM terkait Pengelolaan Limbah yang terbatas

8 - Kebutuhan akan Perangkat Hukum dan Dukungan Kebijakan Pemerintah

Daerah mengenai pengembangan Sistem Pengelolaan Air limbah

9 - Tingkat Kepedulian/ kesadaran masyarakat maupun swata terkait

pentingnya pengelolaan Air limbah masih relatif rendah

1 0

- Terbatasnya Sumber Pendanaan Pemerintah Daerah guna penyediaan

saran dan prasarana Sistem pengeloaan Air limbah

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Air Limbah Permukiman

1. Aspek teknis

Langsamerupakan Kota Kecil

dengan jumlah penduduk dibawah 200 ribu

jiwa, dimana untuk Sistem Pengelolaan

Air limbah (SPAL) masih belum memiliki sistem off Site baik

untuk komunal maupun sistem terpusat. Tingkat kemapanan masyarakat

secara sosial sangat mempengaruhi dengan prilaku hidup sehat, masih

adanya masyarakat yang belum memiliki tanki septic dan kondisi kekinian masyarakat kawasan pesisir yang

melakukan Buang Air besar dengan fasilitas seadanya.

Untuk wilayah pusat kota masih ada nya kondisi konstruksi tanki septic rumah tangga yang tidak

standart,. Ditambah pembangunan tanki septic sangat beresiko dimana limbahBlack waterakan mempengaruhi kadar dan kandungan sumber air/sumur yang digunakan sebagai hajat hidup sehari-hari, karena gagal

konstruksi/kebocoran dan jarak dengan sumber air/sumur yang tidak memenuhi standar kesahatan.

Sumber air limbah dari kegiatan rumah tangga seperti dari urine, kegiatan mandi, mencuci peralatan

rumah tangga, mencuci pakaian serta kegiatan dapur lainnya, idealnya sebelum air limbah dibuang ke saluran

air harus diolah terlebih dahulu dalam tangki peresapan, sehingga tidak menimbulkan dampak, yaitu dampak

terhadap kehidupan biota air, dampak terhadap kualitas air tanah, dampak terhadap kesehatan, dampak

(47)

Gambar 6.25 Peta Zona Air Limbah Domestik Kota Langsa

Sumber: SSK Kota Langsa 2015 - 2019

.

Saat ini air limbah dari rumah tangga dialirkan ke saluran-saluran yang ada di sekitar wilayah

permukiman sampai ke badan air anak sungai dan sungai terdekat. Air Limbah

yang tidak dikelola dengan baik dapat berdampak sangat luas dan ini juga

disebabkan karena belum mampu meningkatkan dan mempertegas fungsi

sistem drainase dimana fungsi saluran drainase

perkotaan untuk sistem pematusan air hujan,

tetapi kondisi saat ini masih disatukan

dengan pembuangan air limbah rumah

tangga(grey water).

IPLT

Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT)

milik Pemerintah Kota Langsa yang berlokasi di Desa Simpang Wie,

Kecamatan Langsa Timur merupakan system existing, IPLT dibangun tahun 2007 oleh Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR NAD-Nias) dan

(48)

melakukan penyedotan limbah tinja (black water) menjadi salah satu factor yang mempengaruhi belum optimalnya pendaya gunaan Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT). Tahun 2015 Pemerintah Kota dengan

pembiayaan yang bersumber dari dana APBN melalui Satker PPLP Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian

Pekerjaan Umum, melakukan Review Design/Penyusunan DED IPLT Kota Langsang.

IPLT merupakan salah satu system yang pengelolaannya berada dibawah kewenangan SKPK Badan

Lingkungan Hidup dan Pertamanan (BLHKP) Kota Langsa, yang berada dibawah kendali operasi Bidang

Kebersihan. IPLT belum menjadi Lembaga teknis pelayanan yang berdiri sendiri selayaknya Unit Pelayanan

Teknis Daerah (UPTD) dikarakenakan faktor teknis dan non teknis. Sarana yang sudah ada tetapi masih

terkendala dalam optimalisasi fungsi yang berdaya guna secara ekonomis dan peningkatan kapasitas

operasional.

Selama ini untuk pelayanan limbah rumah tangga (black water) yang ditangani oleh truck tanki

pengangkut BLHK yang menghasil retribusi untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai mana diatur dalam

Qanun kota Langsa Nomor 01 Tahun 2012. Jadi BLHKP sebagai Regulator dan juga sebagai Operator. Kondisi Pelayanan Praktek pengurasan tangki septic rumah tangga di Kota Langsa baru mencapai 18 %(ehra).

Adapun Sumberdaya yang mengelola IPLT terdiri dari 3 PNS dan dan 9 Orang Karyawan dan Untuk

Sarana Pengangkut tersedia 1 Unit truck Tanki. Tahun 2015 Pemerintah Kota Langsa melalui Satker PPLP

Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sedang menyusun

Outline Plan Air Limbah Skala Kawasan dengan Pemanfaatan Dana APBN.

SANIMAS dan MCK ++

Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS) merupakan salah satu program pemerintah yang

dilaksanakan untuk peningkatan kualitas di bidang sanitasi khususnya pengelolaan air limbah dan penyediaan

Mandi Cuci Kakus (MCK) layak yang diperuntukkan bagi masyarakat yang tinggal di

kawasan padat kumuh miskin perkotaan dengan menerapkan pendekatan

berbasis masyarakat. Program ini dibentuk dalam rangka

membantu

pencapaian tujuan

Millenium Development Goals (MDGs) di tahun 2015

yakni pencapaian

akses sanitasi layak

(49)

Beberapa daerah memiliki akses sanitasi layak yang rendah, khususnya dalam penyedian MCK atau

jamban sehat. Beberapa diantaranya telah merintis pelaksanakan program SANIMAS yang pada

implementasinya dinamakan MCK ++.

MCK ++ adalah salah satu implementasi nyata untuk masyarakat dalam Wilayah Kota Langsa, yakni

sebagai bagian dari program Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS). Sejak Tahun 2012 sampai dengan

Tahun 2014 Pemerintah Kota Langsa telah melaksanakan Pembangunan MCK ++ di 15 titik lokasi Pada Wilayah

yang telah ditentukan, dimana Lokasi tersebut berpotensi sebagai wilayah rawan sanitasi. Pembanguan MCK++

yang sumber pendanaannya dari APBK Kota Langsa, dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Sanitasi.

Tahun 2015 Pemerintah Kota dengan pembiaayan yang bersumber dari dana APBN melalui Satker

PPLP Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, melakukan

penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Langsa Skala Kawasan, dan Pembangunan Sanitasi Berbasis

Masyarakat sejumlah 5 (unit) untuk lima lokasi yang telah ditetapkan.

Kondisi eksisiting pengembangan air limbah dalam Wilayah Kota Langsa secara teknis dapat ditampilkan

sebagaimana dicontohkan pada tabel-tabel berikut:

Tabel 6.24 Kapasitas Pelayanan Eksisting Skala Kota Langsa

No Jenis Satuan

Jumlah/ Kapasitas

Kondisi

Keterangan Berfungsi Tdk berfungsi

(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)

SPAL Setempat (Sistem Onsite) 1. Berbasis komunal

- MCK Komunal unit 15 15

2. Truk Tinja unit 2 1 1 (Rusak)

3. IPLT : kapasitas M3/hari 12 1 (Distorsi Fungsi)

SPAL Terpusat (Sistem Offsite)

1. Berbasis komunal Tahapan Pencanaan

- Tangki septik komunal >10KK unit - - -

-- IPAL Komunal unit - - -

-2. IPAL Kawasan/Terpusat Tahapan Pencanaan

- kapasitas M3/hari - - -

-- sistem - - -

(50)

G

am

b

ar

6

.2

6

D

S

S

A

ir

L

im

b

ah

S

um

be

r:

S

S

K

K

ota

L

an

gs

a

20

15

-20

19

Gambar

Tabel 8.12 Luasan  RTH dalm Wilayah Kota Langsa
Gambar  6.12. Rencana Kawasan Penataan CBD I & II
Gambar 6.14 Rencana PSD Jalan Jl. Teuku Umar,   Jalan Terminal  Lama,  Jalan Agussalim
Gambar  6.17 RTBL Kawasan Pusat Kota
+7

Referensi

Dokumen terkait

42 Pedagang kembali semula jangan ditata seperti yang sudah - sudah di pasar lain, contoh - contoh sudah ada yang penataan pada bubrah tidak jualan karena sepi akhirnya

Adapun beberapa strategi yang dapat diterapkan antara lain: pemerintah desa segera memetakan potensi ekowisata yang ada pada kawasan hutan Selelos dan merancang serta

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan nikmat-Nya, rahmat, karunia serta hidayah-Nya sehingga terselesainya Skripsi ini dengan judul: Pengaruh

Ditinjau dari hubungan antara perkembangan populasi ternak penghasil daging dengan jenis penyakit yang mewabah di Propinsi Sulawesi Tengah, belum menjadi permasalahan yang serius

Dari paparan diatas dapat diketahui bahwa penilaian kepala sekolah terhadap DP3 guru SMP Negeri 1 Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir yaitu kepala sekolah

Jadi berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan bahwa jenis- jenis hukuman dalam membentuk perilaku disiplin pada anak usia 5-6 tahun adalah bentuk hukuman yang

Hasil pengalaman kami dengan produk ini dan pengetahuan kami mengenai komposisinya kami menjangka tidak terdapat bahaya selagi produk ini digunakan dengan cara yang sesuai

Munculnya penelitian ini ditujukan untuk menemukan desain tingku briket batu bara yang lebih efisien dan lebih bersih. Efisien dari sisi karakterisasi pembakaran berarti