ASPEK T EK N I S PERSEK T OR
6.1 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun pedesaan pada hakekatnya untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan pedesaan yang layak huni (livible), aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan.
Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial. Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah, proses penyelenggaraan lahan, pengembangan ekonomi kota, serta penciptaan sosial budaya di perkotaan.
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.
6.1.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan 6.1.1.1 Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Berbagaiisu strategis nasionalyang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah:
Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumahtangga kumuh perkotaan.
Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.
Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.
Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.
Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi
6.2 PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
6.2.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
Dinamika Kota Langsa yang sangat cepat baik secara sosial ekonomi maupun perkembangan bentuk fisik menuntut adanya pedoman penataan ruang dalam pemanfaatan, pengawasan maupun pengendalian perkembangan kota. Dalam hal ini produk perencanaan tataruang harus lebih bersifat operasional, terutama pada kawasan-kawasan yang memiliki karakteristik khusus seperti kawasan yang dimungkinkan mengalami percepatan perkembangan, kawasan cagar budaya dan kawasan yang berpotensi menjadi icon kota. Rencana tata ruangtersebut perlu lebih didetailkan menjadi Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, yang lebih ditekankan bagaimana desain suatu kawasan, agar penataannya sesuai dengan arahan rencana tata ruang kota baik secara mikro maupun makro kawasan serta sesuai dengan karakteristik kawasan tersebut.
Tabel 6.11 Isu Strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan
No. Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis di Kota Langsa
(1) (2) (3)
1. Penataan Lingkungan dan Permukiman
a. Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
b. Kebutuhan akan Ruang Publik dan RTH dan terbatasnya lahan yang tersedia
c. Pemukiman Ilegal yang memerlukan perhatian semua Pihak
2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
a. Penyediaan Data Bangunan Berdasrkan Ijin dan Fungsi b. Bangunan Gedung dan Rumah Negara Memenuhi persyaratan
Keselamatan, Keamanan dan kenyamanan c. Penertiban Izin.
3. Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
a. Pembardayaan ekonomi dengan Pembentukan Keompok b. Memberikan Akses dan Kemudahan untuk MBR
B. Kondisi Eksisting
Tabel 6.12 Peraturan Daerah/Peraturan Walikota terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan
No. Perda/Pergub/Perwal/Keputusan Walikota Amanat KebijakanDaerah Jenis Produk Pengaturan No/Tahun Perihal
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Qanun Aceh Nomor. 2 Tahun 2013
Perubahan Atas QANUN Aceh Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pengalokasian TDBH-MIGAS Bumi Dan Penggunaan Dana OTSUS
Qanun Provinsi
2. Qanun Aceh Nomor. 19 Tahun 2013 RTRW ACEH
3. Qanun Kota Langsa Nomor. 12 Tahun 2013 RTRW Kota Langsa
4. Peraturan Walikota Nomor. 75 Tahun 2013 RTBL Kota Langsa
5. Qanun Kota Langsa Nomor. 7 Tahun 2014 Perda BG Kota Langsa
7. Peraturan Walikota Langsa Nomor. 45 Tahun 2014 Penjabaran APBK TA. 2015
8. Keputusan Walikota Nomor. 523/663/2014
Penetapan Lokasi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh di Kota Langsa
SK Walikota
9. Keputusan Walikota RTH SK Walikota
6.2.2. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh Kab/Kota, hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010, seperti yang telah dijelaskan pada Subbab 8.2.1. Pada Permen PU No.8 tahun 2010, dijabarkan kegiatan dari Direktorat PBL meliputi:
a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) diperkotaan.
Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, luas minimal RTH yang harus ada pada kawasan permukiman adalah sebesar 30%. Dari luas tersebut 20% diantaranya adalah RTH Publik dan sebesar 10% adalah untuk RTH Private. Ruang terbuka hijau publik adalah RTH yang dimiliki atau dikelola oleh Pemerintah Kota Langsa yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Sedangkan Ruang terbuka hijau privat adalah RTH milik institusi tertentu atau orang perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan.
Ruang terbuka hijau merupakan komponen berwawasan lingkungan, yang mempunyai arti sebagai suatu lansekap, hardscape, taman atau ruang rekreasi dalam lingkup urban. Rencana kawasan RTH di Kota Langsa terdiri atas RTH publik dan RTH privat.
(1) RTH publik dengan luas kurang lebih 1.371,33 Ha dan/atau 24,92 persen dari luas kawasan perkotaan meliputi RTH hutan kota seluas 50,01 Ha, RTH Fasilitas Olah Raga dan Taman seluas 61,32 Ha, RTH Jalur Hijau seluas 21,98 Ha, RTH Sempadan Jalan seluas 70,18 Ha, RTH Sempadan Sungai seluas 670,21 Ha, RTH Sempadan Pantai seluas 205,70 Ha, RTH Sempadan Pipa Gas seluas 19,86 Ha, RTH Sempadan Kereta Api seluas 59,60 Ha, RTH Sempadan SUTT seluas 151,17 Ha, RTH semapadan aset Sumber Daya Air seluas 27,15 Ha, RTH Taman Kota seluas 1,90 Ha, RTH Taman Hutan Kota seluas 5,98 Ha dan RTH Tempat Pemakaman Umum seluas 26,27 Ha.
Tabel 6.13 Luasan RTH dalm Wilayah Kota Langsa
Eksisting Luas Ha Persentase Rencana Luas Ha Persentase
Fasilitas Olahraga Dan Taman 40.98 1.47 Fasilitas Olahraga Dan Taman 60.86 1.45
Hutan Kota 9.60 0.35 Taman Hutan Raya 47.25 1.13
Jalur Hijau --- Jalur Hijau 22.95 0.55
Sempadan Jalan 7.58 0.27 Sempadan Jalan 71.49 1.70
Sempadan Pantai --- Sempadan Pantai 202.11 4.81
Sempadan Pipa Gas --- Sempadan Pipa Gas 2.58 0.06
Sempadan Rel KA --- Sempadan Rel KA 80.53 1.92
Sempadan Sungai 15.18 0.55 Sempadan Sungai 545.71 13.00
Sempadan SUTT --- Sempadan SUTT 143.23 3.41
Sempadan Waduk --- Sempadan Waduk 46.28 1.10
Taman Hutan Kota 6.00 0.22 Taman Hutan Kota 6 0.14
Taman Kota 1.27 0.05 Taman Kota 1.31 0.03
RTH 0.00 RTH 2.22 0.05
TPU 14.97 0.54 TPU 26.2 0.62
RTH Privat 278.01 10.00 RTH Privat 419.93 10.00
TOTAL 373.59 13.44 1678.65 39.97
- RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)
Banyak berkembangnya PKL (baik PKL makanan, PKL servis dan asesoris kendaraan, maupun PKL buah), lalu lintas yang padat, hunian perkampungan padat, facade bangunan dan papan reklame yang tidak teratur serta mix fungsi kawasan perdagagan dan jasa serta hunian yang mulai berkembang mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungandan keindahan kawasan, yang merupakan isu utama Kawasan tersebut.
Berdasarkan hal-hal di atas maka kawasan tersebut perlu direncanakan lebih detail, baikaktifitas maupun desain rinci yang dituangkan dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.Sehingga diharapkan produk Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Peukan Langsa – Blang Pase dan kawasan di sekitarnya bisa dijadikan acuan bagi pengimplementasian penataandi kawasan tersebut.
Tabel 6.14 SPM Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
No SPM
Indikator Nilai
1. PenataanBangunan Dan Lingkungan
Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) Terlayaninyamasyarakat dalampengurusan IMB di kabupaten/ kota. 100 %
2. Harga StandarBangunan Gedung Negara (HSBGN
Tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara di
kabupaten/kota. 100 %
3. Tersedianya luasan RTH public sebesar20% dari luas wilayah kota/ Kawasan
perkotaan. 25 %
Tabel 6.15 Kebutuhan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
BLOK ASPEK SUB PROGRAM UNIT SATUAN
TAHUN
Jalan A. Yani • Penataan jalur pedestrian lebar 1,8 meter
430 Meter √ Dinas
BLOK ASPEK SUB PROGRAM UNIT SATUAN
660 Meter √ Dinas
PU
660 Meter √ Dinas
BLOK ASPEK SUB PROGRAM UNIT SATUAN
5. Jln. T. Zein • Penataan areal
parkir 460 Meter √
• Penataan berm
hijau 106 Meter √
6. Jln. Kereta
BLOK ASPEK SUB PROGRAM UNIT SATUAN
lampu (5 gang) 40 Unit
BLOK ASPEK SUB PROGRAM UNIT SATUAN
TAHUN
PELAKSANAAN INSTANSI
1 2 3 4 5
di
Sempadan Sungai Baroh Langsa Lama
lebar 3 meter
• Pemasangan lampu taman
• Penanaman
pohon
• Penataan RTH sempadan Sungai Baroh Langsa Lama
102
Disesuaikan dengan kondisi lapangan
6.2.3. Program-Program dan Kriteria Kesiapan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari: a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman;
b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara; c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan.
Profil Kawasan RTBL.
1. Penataan Bangunan KSN Kawasan Central Bussiness Distric (CBD)
Gambar 6.5. Peta KSN Kawasan Central Bussiness Distric (CBD)
Kota Langsa merupakan salah satu kawasan yang didorong perkembangannya, yang menjadi kawasan budi daya yang di golongkan sebagai zona B1: yaitu kawasan perkotaan peruntukan industri pengolahan hasil perkebunan, kawasan peruntukan kegiatan pertahanan dan keamanan, kawasan perdagangan dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat di Kawasan Perbatasan Negara.
Pusat perbelanjaan skala layanan kota (CBD) seluas 207,27 Ha, dengan jenis perdagangan berupa pertokoan, pasar regional (pusat grosir) dan pusat perbelanjaan lainya yang dilengkapi dengan kegiatan jasa seperti Bank dan kantor swasta lainya.
Gambar 6.6. Masterplan Kawasan Study
Gambar 6.7. Masterplan Rencana Tata Bangunan
Gambar 6.8. Masterplan Rencana Tata Hijau dan Ruang Hijau
Gambar 6.9. Masterplan Rencana Identitas Lingkungan
Gambar 6.10. Masterplan Rencana Orientasi Lingkungan
Berdasarkan Dokumen Rencana Tata Bangunan Kota Langsa, adapun pembagian kawasan prioritas sebagai berikut:
Gambar 6.11. Kawasan Rencana RTBL
Tabel 8.12 Luasan RTH dalm Wilayah Kota Langsa
Kawasan didominasi fungsi pelayanan kepada
masyarakatt berupa Kantor Pemerintah.
PKL pada koridor jalan pada siang hari dan terutama malam hari menjadi potensi sebagai generator kegiatan
Gambar 6.12. Rencana Kawasan Penataan CBD I & II
2. Penataan Bangunan KSN Kawasan Jl. Teuku Umar, Jl. Terminal Lama, Jl. Agussalim Gambar 6.13. Kawasan Rencana RTBL Kawasan Jl. Teuku Umar, Jl. Terminal Lama, Jl. Agussalim
LOKASI PENATAAN BANGUNAN KSN Bangunan KSN Kawasan Jl. Teuku Umar, Jl. Terminal Lama, Keterangan
Skenario Penataan kawasan
PKLmerupakan generator Kawasan yang bernilai penting bagi hidupnya kegiatan ekonomi masyarakat.Perlu penataan dan strategi pengembangan dan peningkatan pelayanan PKL pada kawasan tanpa mengurangi kewibawaan area pendopo dan Lapangan merdeka sebagai Simbol Pemerintah. Nilai ekonomi PKL & masyarakat dapat ditingkatkan dengan fasilitas infrastruktur yang baik dan system manajemen yang tertib. Potensi permeabilitas yang dimiliki koridor jalan pada kawasan dapat dikembangkan menjadi konsep pedestrian block. Pedestrian Block dengan fungsi utama PKL
Gambar 6.14 Rencana PSD Jalan Jl. Teuku Umar, Jalan Terminal Lama, Jalan Agussalim
3. RTBL Kawasan Desa Telaga Tujuh (Kawasan Kumuh)
Gambar 6.15 RTBL Kawasan Desa Telaga Tujuh (Kawasan Kumuh)
RTBL Kawasan Pulau Pusong Desa Telaga Tujuh (Kawasan Kumuh) Keterangan
Skenario Penataan kawasan
4. RTBL Kawasan Industri Kec. Langsa Baro
Gambar 6.16 RTBL Kawasan Industri Kec. Langsa Baro
5. Desain Kawasan Pusat Kota
Gambar 6.17 RTBL Kawasan Pusat Kota RTBL Kawasan
Industri Kec. Langsa Baro
Keterangan
Perencanaan elemen fisik dan nonfisik guna membentuk lingkungan yang berskala manusia pemakainya, pada suatu ruang public berupa ruas jalan yang akan memperkuat karakter suatu block perencanaan yang lebih besar. Strategi revitalisasi yang digunakan untuk dapat menciptakan sense of place
pada ruang terbuka Koridor Jalan Ahmad Yani Kota Langsa adalah dengan memperkuat dan menciptakan kegiatan maupun elemen daya tarik fisik sebagai katalis untuk memberikan vitalitas, kemudian diikuti dengan pengaturan aksesibilitas agar tercipta pencapaian yang aman dan nyaman menuju dan di dalam kawasan dan penataan kondisi visual ruang terbuka. Pada bab ini strategi tersebut diuraikan dalam konsep perancangan yang meliputi:
a. Konsep penentuan jaringan elemen daya tarik kawasan, berupa kegiatan serta elemen buatan yang berfungsi sebagai generator kegiatan kawasan.
b. Konsep aksesibilitas menuju kawasan dan antar kegiatan untuk mendapatkan pencapaian yang aman dan nyaman baik bagi pejalan kaki maupun dengan kendaraan bermotor.
c. Konsep visual dan vegetasi ruang terbuka dengan memperjelas hirarki ruang untuk memberikan pengalaman ruang dengan skala manusia.
Gambar 6.18 Desain Kawasan Pusat Kota :Revit Jalan A. Yani, Pusat Jajanan Kuliner,
RTH
Tabel 6.16 Ususlan Program dan Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan
No. Program / Kegiatan APBN APBD Prov APBD Kab Masyarakat Swasta CSR Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Penyusunan Qanun Pengelolaan RTH - - 75,000 - - - 75,000
2. Finalisasi RDTR Kawasan Langsa Baro (Qanun
RDTR Langsa Baro) - - 120,000 - - - 120,000
3. Finalisasi RDTR Kawasan Langsa Timur (QanunRDTR Langsa Timur) - - 120,000 - - - 120,000
4. RISPK Bangunan Gedung - 600,000 - - - - 600,000
5. Finalisasi RDTR Kawasan Langsa Lama (QanunRDTR Langsa Lama) - - 120,000 - - - 120,000
6. Finalisasi RDTR Kawasan Langsa Barat (Qanun
RDTR Langsa Barat) - - 120,000 - - - 120,000
7. RTBL Kawasan Langsa Baro 800,000 - - - 800,000
8. Desain Kawasan Pusat Kota 800,000 - - - 800,000
9. MP Kawasan MinaPolitan - - 1,000,000 - - - 1,000,000
10. RDTR Kawasan Langsa Timur - - 500,000 - - - 500,000
11. RDTR Kawasan Langsa Lama - - 500,000 - - - 500,000
12. RDTR Kawasan Langsa Barat - - 500,000 - - - 500,000
13. RDTR Kawasan Langsa Kota - - 500,000 - - - 500,000
14. Identivikasi dan Evaluasi RTRW - - 500,000 - - - 500,000
15. Revisi RTRW - - 1,000,000 - - - 1,000,000
16. Penyusunan Dokumen Lingkungan Kawasan
Industri Kuala Langsa - - 1,200,000 - - - 1,200,000
17. Penyusunan Dokumen Lingkungan Kawasan
Industri Langsa Baro - 1,200,000 - - - - 1,200,000
18. Penataan Bangunan KSN Kws. CBD Tahap I 5,000,000 - - - 5,000,000
19. Penataan Bangunan KSN Kws. CBD Tahap II 7,000,000 - - - 7,000,000
20. Penataan Bangunan Kawasan Pusat Kota Tahap I 10,000,000 - - - 10,000,000
21. Penataan Bangunan Kawasan Pusat Kota Tahap II 10,000,000 - - - 10,000,000
22. PSD Revitalisasi Kawasan Kota Langsa Jalan Jend.A. Yani (Sp. Komodor - Sp. Tugu) Tahap I - - 3,500,000 - - - 3,500,000
23 PSD Revitalisasi Kawasan Kota Langsa Jalan Jend.
A. Yani (Sp. Komodor - Sp. Tugu) Tahap II - - 2,000,000 - - - 2,000,000
24 PSD Revitalisasi Kawasan Kota Langsa Jalan Jend.A. Yani (Sp. Komodor - Sp. Tugu) Tahap III 5,000,000 - - - 5,000,000
25 PSD Revitalisasi Kawasan kota Langsa Jl.Pasar
Ikan-JL.Agussalim 7,000,000 - - - 7,000,000
26 Pembangunan Tugu Sp. Comodore Kota Langsa - - 2,000,000 - - - 2,000,000
27 Pembangunan Tugu Sp. Lantas Kota Langsa - - 2,000,000 - - - 2,000,000
28 Penyediaan Infrastruktur Kawasan MinapolitanTahap I 10,000,000 - - - 10,000,000
29 Penyediaan Infrastruktur Kawasan Minapolitan
Tahap II 15,000,000 - - - 15,000,000
30 Penataan RTH (Taman Sungai Lueng) - - 800,000 - - - 800,000
31 Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Langsa Kota - - 2,500,000 - - - 2,500,000
32 Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Langsa Baro 5,000,000 - - - 5,000,000
JUMLAH 75,600,000 1,800,000 19,055,000 - - - 96,455,000
Tabel 6.21. Usulan Program dan Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kota Langsa
SUMBER PENDANAAN x Rp.
1.000,-TAHUN
Indikator Output LOKASI APBN APBD
PROV.
APBD KAB/KOTA
MASYA
RAKAT SWASTA CSR 2015 2016 2017 2018 2019
Rincian Rp. MURNI PHLN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
KEGIATA
N : PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PELAKSANAAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN, GEDUNG DAN RUMAH NEGARA
2 Peraturan Penataan Bangunan
2.1 Penyusunan Rancangan UU dan RPP Bidang Penataan Bangunan & Lingkungan 1 Penyusunan Qanun Pengelolaan RTH Kota
Langsa 1.00 RUU/RPP - - 75,000 - - - 2015
2 Finalisasi RDTR Kawasan Langsa Baro (Qanun RDTR Langsa Baro)
Langsa
Baro 1.00 RUU/RPP - - 120,000 - - - 2015
3 Finalisasi RDTR Kawasan Langsa Timur (Qanun RDTR Langsa Timur)
Langsa
Timur 1.00 RUU/RPP - - 120,000 - - - 2017
4 RISPK Bangunan Gedung LangsaKota 1.00 RUU/RPP
- 600,000 - - - - 2017
5 Finalisasi RDTR Kawasan Langsa Lama (Qanun RDTR Langsa Lama)
Langsa
Lama 1.00 RUU/RPP - - 120,000 - - - 2018
6 Finalisasi RDTR Kawasan Langsa Barat (Qanun RDTR Langsa Barat)
Langsa
Barat 1.00 RUU/RPP - - 120,000 - - - 2019
3 Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Bangunan Gedung 3.4 Pembinaan Penataan Kawasan
1 RTBL Kawasan Langsa Baro Langsa
Baro 1.00 Lap 800,000 - - - 2016
2 Desain Kawasan Pusat Kota Langsa
Kota 1.00 Lap 800,000 - - - 2017
3 MP Kawasan MinaPolitan Langsa
Barat, Timur 1.00 Lap - - 1,000,000 - - - 2016
4 RDTR Kawasan Langsa Timur LangsaTimur 1.00 Lap - - 500,000 - - - 2016
5 RDTR Kawasan Langsa Lama LangsaLama 1.00 Lap - - 500,000 - -
-6 RDTR Kawasan Langsa Barat Langsa
Barat 1.00 Lap - - 500,000 - - - 2018
7 RDTR Kawasan Langsa Kota Langsa
Kota 1.00 Lap - - 500,000 - - - 2017
8 Identivikasi dan Evaluasi RTRW Kota
Langsa 1.00 Lap - - 500,000 - - - 2017
9 Revisi RTRW LangsaKota 1.00 Lap - - 1,000,000 - - - 2018
3.6 Fasilitasi Penguatan Kapasitas Masyarakat dan Dunia Usaha 1 Penyusunan Dokumen Lingkungan
Kawasan Industri Kuala Langsa
Langsa
Barat 1.00 Lap - - 1,200,000 - - - 2016
2 Penyusunan Dokumen Lingkungan Kawasan Industri Langsa Baro
Langsa
Baro 1.00 Lap - 1,200,000 - - -
-6 Penyelenggaraan Penataan Bangunan
6.1 Penataan Bangunan Kawasan Strategis Nasional
1 Penataan Bangunan KSN Kws. CBD Tahap I
2 Penataan Bangunan KSN Kws. CBD Tahap II
Langsa
Barat 1
Kawasa
n 7,000,000 - - - 2017
3 Penataan Bangunan Kawasan Pusat KotaTahap I LangsaKota Kawasan 10,000,000 - - - - - 2018
4 Penataan Bangunan Kawasan Pusat Kota Tahap II
PSD Revitalisasi Kawasan Kota Langsa Jalan Jend. A. Yani (Sp. Komodor - Sp. Tugu) Tahap I
PSD Revitalisasi Kawasan Kota Langsa Jalan Jend. A. Yani (Sp. Komodor - Sp. Tugu) Tahap II
PSD Revitalisasi Kawasan Kota Langsa Jalan Jend. A. Yani (Sp. Komodor - Sp. Tugu) Tahap III
Kota
Langsa 1 Unit 5,000,000 - - - 2018
8 PSD Revitalisasi Kawasan kota Langsa Jl.Pasar Ikan-JL.Agussalim
Kota
Langsa 1 Unit 7,000,000 - - - 2017
9 Pembangunan Tugu Sp. Comodore KotaLangsa LangsaKota 1 Unit - - - - - - 2016
10 Pembangunan Tugu Sp. Lantas Kota Langsa
Kota
Langsa 1 Unit - - 2,000,000 - - - 2016
11 Penyediaan Infrastruktur Kawasan Minapolitan Tahap I
Kota
Langsa 1 Unit 10,000,000 - - - 2018
12 Penyediaan Infrastruktur KawasanMinapolitan Tahap II
Langsa Barat, Gp. Lhok Banie
1 Unit 15,000,000 - - - - - 2019
13 Penataan Bangunan Kebun Raya 13.1 Penataan RTH
1 Penataan RTH (Taman Sungai Lueng)
Kec. Langsa Timur, Gp.
Sungai Lueng
1 Ha
- - 800,000 - - - 2016
13.3 Penataan Kota Hijau
1 Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Langsa Kota
Langsa Kota, Gp. PB. Blang Pase
1 Ha
- - 2,500,000 - - - 2016
2 Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Langsa Baro
Langsa Baro, Gp. Alue Dua
1 Ha
5,000,000 - - - 2017
JUMLAH 75,600,000 1,800,000 19,055,000
6.3 SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM) 6.3.1 Isu Strategis
A. Isu Strategis Pengembangan SPAM
Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya Indonesia untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum. Isu ini didapatkan melalui serangkaian konsultasi dan diskusi dalam lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum khususnya Direktorat Jenderal Cipta Karya. Isu-isu strategis tersebut adalah:
1. Peningkatan Akses Aman Air Minum; 2. Pengembangan Pendanaan;
3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan;
4. Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan; 5. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum;
6. Rencana Pengamanan Air Minum;
7. Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat; dan
8. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah Teknis dan Penerapan Inovasi Teknologi
Setiap kabupaten/kota perlu melakukan identifikasi isu strategis yang ada di daerah masing-masing mengingat isu strategis.
Terdapat isu isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya Kota Langsa untuk mencapai target pembangunan air minum:
Peningkatan Akses Aman Air Minum karena Daya Dukung Lingkungan Semakin Terbebani oleh Pertumbuhan Penduduk dan Urbanisasi
PDAM Tidak Dikelola Dengan Prinsip Kepengusahaan
Kualitas Air Belum Memenuhi Syarat Air Minum
Keterbatasan Pembiayaan Mengakibatkan Rendahnya Investasi Dalam Penyediaan Air Minum
Kelembagaan Pengelolaan Air Minum Yang Ada Sudah Tidak Memadai Lagi Dengan Perkembangan Saat Ini
Kemitraan Pemerintah dan Swasta Dalam Penyediaan Air Minum Kurang Berkembang
Kemitraan Pernerintah dan Masyarakat Dalam Penyediaan Air Minum Kurang Berkembang
6.3.2 Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM Kota Langsa
Terkait dengan Kondisi Eksisting Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum di kota secara umum adalah:
1. ASPEK TEKNIS
Pengembangan air bersih di Kota Langsa dirancang untuk mencapai tujuan peningkatan cakupan pelayanan seluruh lapisan masyarakat melalui penataan jaringan air minum memanfaatkan sumber air baku yang ada. Namun demikian berdasarkan data awal yang diperoleh cakupan pelayanan air minum pada daerah pelayanan yang ada di Kota Langsa baru mencapai 33,67 % dari jumlah penduduk sebesar 154.722 jiwa. Tentunya hal itu masih sangat jauh dari harapan untuk pemerataan pemakaian air bagi penduduk yang ada di Kota Langsa pada saat ini. Berdasarkan hasil pengolahan data dan perencanaan pengembangan air bersih pada jangka tahun menengah yaitu pada tahun 2019 jumlah penduduk terlayani sebanyak 176.045 jiwa dengan tingkat pelayanan direncanakan sudah mencapai 100%. Dan untuk jangka panjang yaitu pada tahun 2034 jumlah penduduk terlayani sebanyak 236.259 jiwa dengan tingkat pelayanan mencapai 100 %.
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka rencana pengembangan air minum di Kota Langsa adalah sebagai berikut:
1. Penataan sistem jaringan sampai tahun 2019 diarahkan untuk meningkatkan pelayanan di daerah yang saat ini sudah terdapat sistem jaringan air minum meliputi wilayah dengan mengutamakan daerah-daerah potensial yang dimiliki setiap kecamatan yang ada di Kota Langsa yaitu sebagai berikut :
a. Kecamatan Langsa Kota; b. Kecamatan Langsa Baro; c. Kecamatan Langsa Lama; d. Kecamatan Langsa Barat; dan e. Kecamatan Langsa Timur.
Sumber air yang digunakan adalah masih diharapkan dari Krueng Langsa dan Waduk Alue GampU sebagai sumber alternatif bagi penyuplai sumber air Instasi Pengulahan Air (IPA) Keumuning.
2. Penataan sistem jaringan sampai tahun 2019 akan memanfaatkan potensi air baku yang dimiliki diarahkan : a. Untuk meningkatkan pelayanan pada daerah yang sudah ada sistem jaringan.
b. Pengembangan jangkauan pelayanan pada daerah-daerah yang mempunyai tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi namun sistem jaringan air minum masih sangat sedikit.
terutama di bagian hulu hulu kawasan yang masih memiliki jenis batuan dengan akuifer tinggi dan vegetasi utuh, termasuk kemungkinan pemanfaatan air tanah.
Outline Plan ini disusun untuk Kota Langsa. Pada outline plan ini disusun penanganan jangka menengah dan penanganan jangka panjang. Pada penanganan jangka menengah akan dilanjutkan dengan pembuatan Detailed Engineering Design. Untuk mencukupi kebutuhan air bersih yang ada di Kota Langsa perlu dilakukan kajian mengenai SPAM Regional yang mencakup wilayah Aceh Timur, Aceh Tamiang, dan Kota Langsa, jika di masa yang akan datang terjadi penurunan debit air pada sumber air baku yang ada pada instalasi pengolahan air yang dituntut untuk mecari sumber air baku yang baru yang ada diluar kota Langsa, dikarenakan sumber air yang ada di Kota Langsa sudah tidak mencukupi.
a. Intake
Bangunan intake direncanakan untuk memperbaiki bangunan yang ada, untuk dapat mengoptimalkan jumlah air yang akan diproduksi di Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPA) yang baru. Akan dilakukan pembuatan pengaman tebing Intake agar supaya tidak terjadi lagi longsoran tanah, sehingga endapan tanah/lumpur tidak mengganggu intake dan debit air yang diambil/disadap akan sesuai yang diharapkan. Debit air yang diambil akan di sesuaikan untuk kebutuhan air bersih penduduk yang ada di Kota Langsa pada periode jangka waktu perencanaan menengah yaitu pada tahun 2019, dan periode perencanaan jangka panjang yaitu pada tahun 2034.
b. Transmisi
Jaringan pipa transmisi berupa pipa PVC berdiameter 300 mm, air dialirkan dengan pompa dari lokasi intake ke rencana lokasi Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang berdekatan dengan IPA yang lama. Dari IPA air dialirkan ke reservoir distribusi yang selanjutnya dialirkan ke daerah pelayanan air bersih, termasuk Kuala Langsa dan Pelabuhan serta kearah Alue Merbo.
c. Produksi
Unit produksi sistem yang akan dikembangkan ini dilengkapi dengan Instalasi Pengolahan Air (IPA) baru berkapasitas 210 lt/dt pada periode jangka waktu perencanaan menengah yaitu pada tahun 2019, dan periode perencanaan jangka panjang yaitu pada tahun 2034 akan di tambah lagi Instalasi Pengolahan Air (IPA) baru berkapasitas 140 lt/dt . Waktu operasi produksi direncanakan optimal selama 24 jam/hari, sehingga dapat mencukupi jumlah kebutuhan air bersih di daerah pelayanan.
d. Distribusi dan Sambungan Langganan Pengembangan jaringan distribusi
Pengembangan jaringan distribusi terutama ditujukan untuk melayani daerah-daerah potensial pelayanan.
Penambahan sambungan langganan
Penambahan sambungan langganan dilakukan secara bertahap untuk memenuhi kebutuhan air sesuai dengan skenario dan proyeksi kebutuhan air yang ditetapkan sampai dengan tahun 2034.
Gambar 6.19 Peta Situasi Existing Jaringan Perpiaan Kota Langsa
Sumber: Bappeda Kota Langsa
Tabel 6.17 Jumlah Pelanggan PDAM Kota Langsa Tahun 2014
Sumber: PDAM Kota Langsa 2014
Gambar 6.20 Epanet Jaringan Perpiaan Kota Langsa Sumber: RISPAM Kota Langsa 2014
pelanggan inaktif. Total jumlah pelanggan PDAM tahun 2012 di kota Langsa adalah sebesar 10.506 pelanggan dengan jumlah air yang disalurkan sebanyak 1,630,774 m3.
2. PENDANAAN
Hasil survey terhadap 100 responden yang ada di seluruh kota langsa yang dilakukan secara random yang masing-masing untuk setiap Kecamatan diwakili 20 kuisioner. Untuk Kecamatan Langsa Barat 18 orang atau 90% responden menyatakan kemauannya untuk berlangganan. Sebanyak 1 orang atau 5% menyatakan ketidakmauannya untuk berlangganan, serta 1 orang atau 5% tidak memberikan tanggapan. Untuk Kecamatan Langsa Timur 14 orang atau 70% responden menyatakan kemauannya untuk berlangganan. Sebanyak 6 orang atau 30% menyatakan ketidakmauannya untuk berlangganan. Untuk Kecamatan Langsa Kota 20 orang atau 100%. Untuk Kecamatan Langsa Lama 19 orang atau 95% responden menyatakan kemauannya untuk berlangganan. Sebanyak 1 orang atau 5% menyatakan ketidakmauannya untuk berlangganan. Untuk Kecamatan Langsa Baro 13 orang atau 65% responden menyatakan kemauannya untuk berlangganan. Sebanyak 5 orang atau 25% menyatakan ketidakmauannya untuk berlangganan, serta 2 orang atau 10% tidak memberikan tanggapan. Jika di rata-ratakan jumlah penduduk yang berminat untuk berlangganan air bersih yang disalurkan oleh PDAM Tirta Keumuneng berjumlah 84 orang atau 84 %, Serta sisanya tidak berminat.
Dari responden yang menyatakan tidak ingin berlangganan air memberikan alasan seperti:
• Kontinuitas air tidak menentu
• Sumber air lain lebih murah
• Tingkat Kekeruhan Air yang tinggi.
Data tingkat pendapatan merupakan informasi yang cukup penting dalam memperkirakan kemampuan membayar air bersih serta menentukan keberlanjutan usaha suatu badan usaha seperti PDAM. Berdasarkan hasil survey tingkat pendapatan responden terlihat dalam Tabel 6.1 berikut.
Tabel 6.18 Tingkat Pendapatan Responden
No Tingkatan Pendapatan Jumlah %
1 Rp. 500.000 s.d 1.000.000 2 2,00
2 Rp. 1.000.000 s.d 1.500.000 2 2,00
3 Rp. 1.500.000 s.d 2.000.000 10 10,00
4 Rp. 2.000.000 s.d 2.500.000 41 41,00
5 > Rp. 2.500.000 45 45,00
Survey kebutuhan air bersih ini juga dilakukan kepada masyarakat di daerah yang belum mempunyai sistem jaringan air bersih seperti di Kecamatan Langsa Barat, Kecamatan Langsa Lama, serta ada beberapa Desa yang ada di Kecamatan di Kota Langsa. Aspek yang diteliti menyangkut kebutuhan air yang paling banyak digunakan, kuantitas dan sumber air eksisting, minat berlangganan serta kemampuan berlangganan
masyarakat. Pemakaian air yang paling banyak digunakan oleh responden di sekitar lokasi survey adalah untuk mandi/cuci (100%) serta masak/minum sebesar 70%. Sumber air untuk memenuhi kebutuhan air sehari hari berasal dari sumur galian (90%). Sebagian besar responden (40%) menganggap sumber air yang telah ada saat ini sudah mencukupi, sedangkan 60% responden menganggap sumber air yang telah ada saat ini tidak
mencukupi. Hal ini dikarenakan sumber air yang ada tidak dapat digunakan untuk keperluan masak/minum disebabkan kualitasnya tidak sesuai untuk digunakan untuk kebutuhan tersebut. Untuk memenuhi kebuhan air untuk masak/minum responden biasanya membeli air dengan cara eceran.
Hasil survey terhadap 100 responden di Kota Langsa sebanyak 84 orang atau 84% responden menyatakan kemauannya untuk berlangganan. Serta sebanyak 16 orang atau 16% menyatakan ketidakmauannya untuk berlangganan. Dari 16% responden yang menyatakan tidak ingin berlangganan air memberikan alasan seperti:
• Kontinuitas air tidak menentu
• Sumber air lain lebih murah
• Tidak mampu membayar iuran bulanan
• Belum ada jaringan PDAM
• Biaya sambungan mahal
Berikut adalah hasil pendapat masyarakat yang ada di daerah tersebut yang menyangkut pembangunan sistem jaringan air bersih seperti terlihat pada Tabel 6.19 sampai dengan Tabel 6.21 pada Halaman 47.
Tabel 6.19 Estimasi Total Pendapatan Masyarakat
Gambar l 6.21 Estimasi Total Pendapatan
Sumber: RISPAM Kota Langsa 2014
Jika dirata-rata kan jumlah peminat untuk berlangganan air bersih dari PDAM sangat tinggi, dan dapat
disimpulkan dengan bobot prioritas pengembangan SPAM untuk Kota Langsa dengan memperhitungkan aspek teknis, sosial ekonomi dan lingkungan seperti dapat dilihat pada Grafik 6.22. berikut.
Gambar 6.22 Estimasi Total Pendapatan
3. KELEMBAGAAN
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Keumuneng Kota Langsa Merupakan Badan Usaha Milik Pemerintah Kota Langsa yang didirikan berdasrkan Qanun Kota Langsa Nomor 6 Tahun 2005 Tentang Pendirian dan Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Keumuneng Kota Langsa. Aset PDAM Tirta Keumuneng Kota Langsa pada awal pendirian berasal dari PDAM Tirta Peusada Kabupaten Aceh Timur , sejalan dengan pemekaran Kota Langsa dari Kabupaten Aceh Timur.
o Struktur Organisasi
Struktur Organisasi PDAM Tirta Keumuneng Kota Langsa didasarkan pada Qanun Kota Langsa No 6 Tahun 2005 tanggal 23 September 2005 tentang Pendirian dan Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja PDAM Tirta Keumueneng Kota Langsa.
Susunan Organisasi PDAM Tirta Keumueneng Kota Langsa per 31 Desember 2012 sebagai berikut
(1) Badan / Dewan Pengawas
Pengangkatan Badan/Dewan Pengawas berdasarkan keputusan Walikota Langsa Nomor 182/769/2012 tanggal 1 Maret 2012 tentang penunjukan dan pengangkatan Dewan Pengawas PDAM Tirta
Keumuneng Kota Langsa periode 2012 – 2015, dengan susunan : Ketua merangkap anggota : M. Basyir, SH, MH.
Sekretasis merangkap anggota : Ir. T.M. Tarkun, MM
Anggota : Sumardi
(2) Direktur
Direktur PDAM Tirta Keumueneng Kota Langsa yaitu Sdr. Marzuki, SE, diangkat berdasarkan Keputusan Walkota Langsa Nomor 307/821.2/2012 tanggal 28 Mai 2012 tentang penunjukan Direktur PDAM Kota Langsa Periode 2012 – 2016.
(3) Pejabat Struktural
• Bagian ADM dan Keuangan
Kepala Bagian ADM dan Keuangan : Hardi Ibrahim, SE
Kepala sub bagian keuangan : Nadiah, SE
Kepala sub bagian umum dan personalia : Mirsal, SE
Kepala sub bagian rekening / pembukuan : Zainal Abidin, SE
• Bagian teknik operasional
Kepala bagian teknik operasional : Edy Jusri
Kepala sub bagian produksi : M. Sugiarto
Kepala sub bagian transmisi/distribusi : Mariadi
Kepala sub bagian perencana : Ir. Iskandar
Kepala sub bagian perawatan : Mariadi
• Unit
Kepala UPT Sei Lhueng : Jalaluddin
(4) Jumlah Pegawai Tetap dan Tidak Tetap per 31 Desember 2012 sebenyak 80 orang dengan rincian :
No Pendidikan Pegawai
Tetap
Pegawai Tidak Tetap
Jumlah
1 Sarjana / S1 13 - 13
2 Diploma 3 / D3 3 - 3
3 S L T A 53 - 53
4 S L T P 1 2 3
5 S D 5 3 8
Jumlah 75 5 80
Tabel 6.20 Jumlah Pegawai Sumber: PDAM Kota Langsa 2014
4. Kebutuhan SDM
PDAM Tirta Keumueneng Kota Langsa mempunyai posisi yang unique baik di Langsa maupun di antara PDAM lain di Aceh. Keunikan tersebut terletak pada:
a. Air yang diproduksi oleh PDAM Tirta Keumeuneng sudah siap minum b. Sudah mulai tertatanya kualifikasi SDM yang mempunyai kompetensi.
5. Rencana Pengembangan SDM
Sumber daya manusia adalah subjek kunci bagi suksesnya perusahaan dalam mencapai visi dan misi yang diembannya. Di semua lini bagian/unit dalam perusahaan, SDM mengharuskan diri menjadi aktor utama penentu skenario kinerja yang selama ini dikembangkannya sendiri.
Namun sejalan dengan perubahan dan tuntutan kemajuan sebagaimana Visi & Misi PDAM Tirta Keumeuneng, maka senantiasa mutlak diperlukan kompetensi SDM yang selalu terbaharukan. Sumber daya manusia (SDM) yang merupakan sumber pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan ini senantiasa harus terus diasah oleh perusahaan dari waktu ke waktu dalam mengembangkan keahliannya agar memiliki keunggulan kompetitif.
6. Langkah Perencanaan Pengembangan Kompetensi SDM
Pengelolaan kompetensi Sumber Daya Manusia, dimaksud adalah manivestasi dari fungsi fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan serta dengan evaluasi/pengendalian.
(1) Pemetaan
Berpijak dari visi dan misi perusahaan, kemudian diterjemahkan ke dalam strategi pengelolaan SDM, kemudian diimplementasikan menjadi standard kompetensi tertentu yang harus dipenuhi oleh SDM.
Visi untuk menjadi sebuah perusahaan yang terbaik, harus terimplementasi secara tegas dalam strategi SDM yang dapat menjamin pencapaian visi. Diantaranya adalah ; persyaratan layak untuk (tetap) dapat menjadi karyawan PDAM, terlebih pula untuk menduduki sesuatu struktur jabatan tertentu. Program pengembangan SDM diarahkan pada strategi SDM berkualitas; diimbangi dengan sistem kompensasi, pembinaan karier, dan pembinaan kualitas SDM sejalan dengan strategi perusahaan.
Untuk tujuan ini, pemetaaan kompetensi karyawan yang sudah dilaksanakansejauh ini perlu semakin dimantapkan dan selalu dicek ulang secara periodik.Pemetaan kompetensi karyawan dan atau pejabat ini adalah merupakan rancangan kompetensi yang dibangun perusahaan, yang meliputi kompetensi inti dan kompetensi pendukung, melalui program assessment center.
Rasionalitasnya, bahwa perubahan lingkungan berupa rising quality services dari masyarakat pelanggan dan calon pelanggan yang sangat cepat akanmembuat PDAM akan menghadapi tuntutan untuk meningkatkan kemampuan inovatif, dengan membangun modal organisasi yang memiliki inovasi tanpa akhir. Manajemen dan organisasi yang lebih adaptif pada kebutuhan lingkungan yang makin maju, dengan cara pandang yang lebih memadai di dalam melihat keseluruhan modal yang bisa mendukung proses inovasi dalam perusahaan.
Secara garis besar terdapat empat komponen modal organisasi yang mendukung inovasi, yakni: a. Modal Sosial
b. Modal Strutural c. Modal
d. Modal Fisik
Ibarat sebuah gunung es, yang muncul dipermukaan adalah kinerja keuangan, fisik, dan struktur perusahaan sedangkan kinerja yang berupa social capital tersebut berada di bawah air. Social capital, didalamnya mengakomodir potensi potensi modal modal lain, diantaranya : modal manusia (kecakapan,kecerdasan, ketrampilan, ketabahan, moral dan emosi) Dalam upaya membangun (yang sifatnya tentu tak pernah berhenti dan selalu berubah) bagi sebuah perusahaan yang kompetitif semacam PDAM Kota Langsa, maka peranan modal sosial semakin penting. Banyak kontribusimodal sosial untuk kesuksesan yang diperlukan Perusahaan. Pola komunikasi melalui teknologi informasi akan membawa konsekwensi semakin berkurangnya kontak berhadapan muka (face to face relationship) di antara karyawan, maka modal sosial sebagai bagian dari modal yang wujudnya abstrak akan semakin menonjol peranannya.
Konsep modal sosial di PDAM ini dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok. Yaitu, pertama pada jaringan hubungan sosial (social net-work), yang kedua pada karakteristik (traits) yang melekat (embedded) pada diri individu karyawan yang terlibat dalam sebuah interaksi pekerjaan. Dan tensi capital social akan semakin tinggi diperlukan sejalan dengan jabatan yang diampunya.
Pertama, modal sosial disini adalah kumpulan dari hubungan yang aktif diantara karyawan: rasa percaya, saling pengertian dan kesamaan nilai dan perilaku yang mengikat karyawan dalam sebuah jaringan kerja dan perusahaan yang memungkinkan adanya kerjasama. Jaringan hubungan sosial yang diikat oleh kepemilikan informasi (misalnya TI), rasa percaya, saling memahami, dan kesamaan nilai, dan saling mendukung. Modal sosial akan semakin kuat apabila organisasi perusahaan memiliki jaringan hubungan kerjasama, baik di internal organisasi, maupun hubungan kerjasama yang bersifat antar organisasi atau instansional. Jaringan kerjasama yang sinergistik yang merupakan modal sosial akan memberikan banyak manfaat bagi pengembangan kehidupan usaha PDAM sebagai entitas bisnis.
(2) Seleksi kualifikasi dan klasifikasi serta sertifikasi atas kompetensi
Setelah pemetaan kompetensi diketahui, PDAM Kota Langsa harus melakukan seleksi kualifikasi dan klasifikasi serta sertifikasi atas kompetensi tersebut, melalui penentuan bidang -bidang kompetensi inti yang menjadi core- utama berdasar Visi perusahaan, maupun bidang kompetensi pendukung melalui program spesialisasi. Dalam konteks spesialisasi SDM, bahwa salah satu difinisi Manajemen, yang harus dipenuhi adalah proses memimpin karyawan dengan tujuan mengendalikannya dalam perusahaan. Perhatian dan cara pengendalian bagi setiap manajer adalah impersonal (terbebas dari persoalan perorangan/pribadi) dan satu bentuk operasional yang terpenting adalah dengan melakukan spesialisasipekerjaan. Dalam konteks ini, bertolak dari implementasi Permendagri nomor 2 tahun 2007 tentang Organisasi & Kepegawaian PDAM yang masih perlu ditindaklanjuti lebih operasional adalah:
a. Spesialisasi secara tepat setiap karyawan.
b. Kompetensi setiap karyawan semakin direlevankan dengan spesialisasinya.
(3) Gap / Kesenjangan
Melakukan penilaian ulang terhadap kompetensi SDM yang saat ini telah dimiliki oleh perusahaan. Kemudian dibandingkan dengan pemetaan kompetensi yang telah dibuat, sehingga akan dapat diketahui gap/kesenjangan antara kompetensi yang saat ini dengan yang seharusnya dipersyaratkan.
(4) Pelatihan
Disebutkan pula dalam Undang Undang nomor 13 tahun 2003 tentangKetenagakerjaan, Bab V Pasal 9 dinyatakan bahwa Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan. Pasal 11 menyebutkan bahwa setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau meningkatkan dan/atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya melalui pelatihan kerja, sedangkan Pasal 12 menegaskan bahwa pengusaha diwajibkan dan bertanggung jawab atas peningkatan dan/atau pengembangan kompetensi pekerjanya melalui pelatihan kerja dan peningkatan dan/atau pengembangan kompetensi serta menjadi hak pekerja. Dengan melalui pelatihan berbasis kompetensi sangat diyakini akan mampu mendukung terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas yang memiliki modal intelektual dan profesionalisme yang menjamin kelangsungan suatu perusahaan serta melaksanakan misi untuk mencapai visi perusahaan.
(5) Implementasi Program
menyebabkan pengorbanan biaya yang lebih besar bilamana bidang kerja tersebut stidak ditangani oleh SDM yang memiliki kompetensi kualifikasi sebagaimana seharusnya.
Sejalan dengan pola pemahaman, serta persepektif tersebut diatas, maka dalam program perencanaan 5 tahun kedepan (2014-2019) diperlukan agenda kegiatan kegiatan dibidang pengembangan SDM, sekurangnya antara lain:
- Program evaluasi kinerja karyawan 360° (tigaratus enam puluh derajat), untuk tahun 2015 - Program pemetaan ulang kompetensi kinerja karyawan, untuk tahun 2016
- Program pelatihan ketrampilan teknis (technical skill), untuk tahun 2017
- Program Assessment Center untuk tahun 2018
- Program pelatihan ketrampilan manajemen (managerial skill) untuk tahun 2019
- Program perampingan karyawan (pertahun), yang modusnya diselaraskan dengan program program tersebut diatas (evaluasi kinerja, pemetaan, pelatihan & assessment center).
Yang perlu disampaikan terkait kondisi eksisting kelembagaan SPAM adalah:
1. Organisasi Tata Laksana Penyelenggara SPAM baik untuk jaringan perpipaan maupun bukan perpipaan.
2. Sumber daya manusia penyelenggara SPAM;
3. Rencana Kerja Kelembagaan; dan
4. Monitoring dan Evaluasi Pengkajian Kelembagaan SPAM.
6.3.3 Analisis Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum
Kebutuhan sistem penyediaan air minum terjadi karena adanya gap antara kondisi yang ada saat ini
dengan target yang akan dicapai pada kurun waktu tertentu.
Kondisi pelayanan air minum secara nasional sebesar 47, 71%, dilihat dari proporsi penduduk terhadap
sumber air minum terlindungi (akses aman) yang mencakup 49,82% di perkotaan dan 45,72 di perdesaan.
Analisis kebutuhan sistem penyediaan air minum di Kota Langsa seperti tergambarkan pada grafik diatas.
1. Dari debit rata-rata Bulanan dan debit andalan 90% sungai Krueng Langsa dengan Probabilitas
80% adalah untuk debit minimum 0,47 m3/dt yang terjadi pada bulan Juli dan debit andalan
maksimum adalah 1,41 m3/dt yang terjadi pada bulan Desember.
2. Kurangnya pelayanan PDAM Tirta Keumuneng Kota Langsa dalam memenuhi kebutuhan air
bersih disebabkan oleh kapasitas produksi yang lebih kecil dari demand (kebutuhan) dan
kehilangan air sewaktu pendistribusian.
3. Hasil proyeksi pertumbuhan penduduk menunjukkan untuk jangka menengah yaitu pada tahun
2019, jumlah penduduk Kota Langsa berjumlah 176.045 jiwa, dan untuk proyeksi pertumbuhan
penduduk Kota Langsa untuk jangka Panjang yaitu pada tahun 2034, jumlah penduduk Kota
Langsa berjumlah 236.259 jiwa.
4. Kebutuhan air bersih Kota Langsa untuk keperluan domestik untuk jangka waktu menengah
yaitu pada tahun 2019 adalah 14.613m3/hari. Kebutuhan air bersih Kota Langsa untuk keperluan
domestik untuk jangka waktu panjang yaitu pada tahun 2034 adalah 26.934 m3/hari. Kebutuhan
air bersih Kota Langsa untuk keperluan non-domestik untuk jangka waktu menengah pada
tahun 2019 adalah 3010 m3/hari. Dan Kebutuhan air bersih Kota Langsa untuk keperluan
non-domestik untuk jangka waktu panjang yaitu pada tahun 2034 adalah 4.040m3/hari.
5. Dari analisa kebutuhan air, perlu adanya peningkatan kapasitas produksi pada Instalasi
Pengolahan Air PDAM Tirta Keumuning dari 180 l/d menjadi 516 l/d sampai dengan tahun
perencanaan yaitu pada tahun 2034. Perencanaan sistem jaringan air minum PDAM Kota
Langsa dilakukan pada seluruh jaringan PDAM yang ada di Kota langsa. Perencanaan dimulai
dengan memetakan
6.3.4 Program-Program dan Kriteria Penyiapan, serta Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan SPAM
6.3.4.1 Program-Program Pengembangan SPAM
Program SPAM Sistem Penyediaan Air Minum dikembangkan oleh Pemerintah Kota Langsa mengacu pada Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) yang disusun berdasarkan:
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota; Rencana pengelolaan Sumber Daya Air; Kebijakan dan Strategi Pengembangan SPAM;
Kondisi Kota dan Rencana Pengembangan SPAM.
6.3.4.2 Skema Kebijakan Pendanaaan
A. Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan SPAM
Adapun skema kebijakan pendanaan pengembangan SPAM adalah tergambar dalam tabel 8.28
Tabel 6.21 Skema Kebijakan Pendananaan Pengembangan SPAM
Kegiatan SPAM
Air
Baku Unit Produksi
Transmisi dan Distribusi (SR dan HU)
KOTA APBN APBD, PDAM,
KPS, (APBN)
APBN, PDAM, KPS, APBN (MBR)
IKK APBN APBN APBN (s.d. Hidran Umum)
Desa Rawan Air APBN APBN APBN (s.d. Hidran Umum)
Desa dengan air baku mudah (Pamsimas)
APBN APBN, APBD,
Masyarakat
PAMSIMAS (APBN : 70%, APBD : 10%, dan Masyarakat : 20%.
• Semua sistem yang sudah jadi dikelola oleh pemda/PDAM/Masyarakat;
• Keikutsertaan Pemda/PDAM/Masyarakat dalam proses pembangunan adalah keharusan;
• HU = Hidran Umum;
• SR = Sambungan rumah;
• MBR = Masyarakat Berpenghasilan Rendah.
Gambar 6.23 Pembagian Kewenangan Pengembangan SPAM
8.3.5. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM A. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM
Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan SPAM disusun berdasarkan paket-paket
tersebut memperhatikan kebutuhan air minum berkaitan dengan pengembangan atau pembangunan sektor dan
kawasan unggulan.
Gambar 6.24 Rencana Jaringan Air Minum Kota Langsa
Sumber: RTRW Kota Langsa 2012-2032
B. Pembiayaan Proyek Pengembangan SPAM
Pembiayaan proyek perlu disusun berdasarkan klasifikasi tanggung jawab masing-masing Pemerintah
Kabupaten/Kota, Pemerintah Pusat, Swasta dan Masyarakat. Jika ada indikasi program pengembangan SPAM
Tabel 6.22 Pembiayaan Proyek Kegiatan SPAM Kota Langsa
No. Program / Kegiatan APBN APBD Prov APBD Kota Masyarakat Swasta CSR Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Bisnis Plan PDAM Kota Langsa 500,000 - - - 500,000
2 Pendampingan PDAM - 500,000 - - - - 500,000
3 Optimalisasi SPAM Kota Langsa 1,000,000 - - - 1,000,000
4 Bantuan Manajemen PDAM 1,000,000 - - - 1,000,000
5 Jaringan Distribusi Utama Langsa Timur 1,000,000 - - - 1,000,000
6 Pembangunan Jaringan dan Prasarana Air Bersih - 2,000,000 - - - - 2,000,000
7 Penggantian Watermeter Pelanggan Tahap I - 2,000,000 - - - - 2,000,000
8 Penggantian Watermeter Pelanggan Tahap II - 2,000,000 - - - - 2,000,000
9 Penggantian Watermeter Pelanggan - 2,000,000 - - - - 2,000,000
11 Jaringan Distribusi Acesorries dan Sambungan
Rumah - - 2,100,000 - - - 2,100,000
11 Jaringan Distribusi Utama Langsa Lama 3,000,000 - - - 3,000,000
12 Jaringan Distribusi Acesorries dan Sambungan
Rumah - - 2,000,000 - - - 2,000,000
13 Jaringan Distribusi Utama Langsa Baro 20,000,000- - -
20,000,000-14 Pembangunan SPAM Kota Langsa (PembuatanParaset/Intake ) 5,000,000 - - - 5,000,000
15 Jaringan Distribusi Acesorries dan Sambungan
Rumah - - 2,000,000 - - - 2,000,000
16 Jaringan Distribusi Acesorries dan Sambungan
Rumah - - 2,000,000 - - - 2,000,000
17 Jaringan Distribusi Kawasan Kumuh Langsa I - - 2,000,000 - - - 2,000,000
18 Jaringan Distribusi Kawasan Kumuh Langsa 2,4 - - 2,000,000 - - - 2,000,000
19 Jaringan Distribusi Kawasan Kumuh Langsa 5 - - 2,000,000 - - - 2,000,000
20 Jaringan Distribusi Kuala Langsa - Telaga Tujuh
Kawasan Kumuh Langsa 3 (Lintas Perairan) 5,000,000 - - - 5,000,000
Tabel 6.21. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM Kota Langsa
NO
Output
VOL SATU AN
SUMBER PENDANAAN x Rp.
1.000,-TAHUN
RAKAT. SWASTA CSR 2015 2016 2017 2018 2019
Rincian Rp. MURNI PHLN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
KEGIATAN : PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGEMBANGAN PELAKSANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM 3 Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan SPAM
3.1 Fasilitasi Penguatan Kapasitas Pemda
1 Bisnis Plan PDAM Kota Langsa Kota
Langsa 1.00 lap 500,000 - - - 2015
3.3 Pengawasan dan Evaluasi Kinerja bidang SPAM
2 Pendampingan PDAM Kota
Langsa 1.00 lap - 500,000 - - - - 2016
4 SPAM PDAM Terfasilitasi 4.1 Bantuan Program PDAM
1 Optimalisasi SPAM Kota Langsa Kota
Langsa 1.00 PDAM 1,000,000 - - - 2016
2 Bantuan Manajemen PDAM Kota
Langsa 1.00 PDAM 1,000,000 - - - 2017
4.2 Pengembangan Jaringan SPAM MBR
1 Jaringan Distribusi Utama Langsa Timur Langsa
Timur 1.00 PDAM 1,000,000 - - - 2016
6 SPAM Non PDAM Terfasilitasi 6.1 Bantuan Program Non PDAM
1 Pembangunan Jaringan dan Prasarana Air Bersih
Kota
Langsa 1.00 Kws - 2,000,000 - - - - 2016
2 Penggantian Watermeter Pelanggan Tahap I
Langsa
Kota 1.00 kws. - 2,000,000 - - - - 2017
3 Penggantian Watermeter PelangganTahap II LangsaKota 1.00 kws. - 2,000,000 - - - - 2018
4 Penggantian Watermeter Pelanggan Langsa
Barat 1.00 kws. - 2,000,000 - - - - 2019 2019 2019 2019 2019
7 SPAM Perkotaan 7.1 SPAM IKK
2 Jaringan Distribusi Acesorries danSambungan Rumah LangsaKota 1.00 ltr/dt - - 2,100,000 - - - 2016
3 Jaringan Distribusi Utama Langsa Lama Langsa
Lama 1.00 ltr/dt 3,000,000 - - - 2017
4 Jaringan Distribusi Acesorries dan Sambungan Rumah
Kota
Langsa 1.00 ltr/dt - - 2,000,000 - - - 2017
Jaringan Distribusi Utama Langsa Baro Kota Langsa 40 ltr/dt 20,000,000 2018
Pembangunan SPAM Kota Langsa
(Pembuatan Paraset/Intake ) Kota Langsa 40 ltr/dt 5,000,000 2018
5 Jaringan Distribusi Acesorries danSambungan Rumah LangsaKota 1.00 ltr/dt - - 2,000,000 - - - 2018
6 Jaringan Distribusi Acesorries dan Sambungan Rumah
Kota
Langsa 1.00 ltr/dt - - 2,000,000 - - - 2019
9 SPAM di Kawasan Khusus
9.1 SPAM Kawasan Kumuh Perkotaan 1 Jaringan Distribusi Kawasan Kumuh
Langsa I
Kota
Langsa 1.00 ltr/dt - - 2,000,000 - - - 2017
2 Jaringan Distribusi Kawasan Kumuh Langsa 2,4
Kota
Langsa 1.00 ltr/dt - - 2,000,000 - - - 2018
3 Jaringan Distribusi Kawasan KumuhLangsa 5 Kota
Langsa 1.00 ltr/dt - - 2,000,000 - - - 2019
9.3 SPAM Kawasan Rawan Air/Perbatasan/Pulau Terluar 1
Jaringan Distribusi Kuala Langsa - Telaga Tujuh Kawasan Kumuh Langsa 3 (Lintas Perairan)
Langsa
Barat 20.00 ltr/dt 5,000,000 - - - -
-2019
JUMLAH 36,500,000 8,500,000 14,100,000
PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
6.4 (PLP)
Mengacu pada Permen PU Nomor. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang kebijakan, pengaturan,
perencanaan, pembinaan, pengawasan, pengembangan dan standardisasi teknis di bidang air limbah, drainase
dan persampahan permukiman.
Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 656, Direktorat Pengembangan
Penyehatan Lingkungan Permukiman menyelenggarakanfungsi:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan air limbah, drainase dan persampahan;
b. pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan air limbah, drainase dan persampahan
termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
c. pembinaan investasi di bidang air limbah dan persampahan;
d. penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan kelembagaan dan peran serta
masyarakat di bidang air limbah, drainase dan persampahan; dan
e. pelaksanaan tata usaha direktorat.
6.4.1. Air Limbah
6.4.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Pengelolaan Air Limbah A. Arahan Kebijakan Pengelolaan Air Limbah
Beberapa peraturan perundangan yang mengatur pengelolaan air limbah, antara lain:
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.Pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya
kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan,
transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.
2. Undang -Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Pasal 21 ayat (2) butir d mengamanatkan pentingnya pengaturan prasarana dan sarana sanitasi dalam upaya perlindungan dan pelestarian sumber air.
3. PeraturanPemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Peraturan ini mengatur penyelenggaraan prasarana dan sarana air limbah permukiman secara terpadu dengan
penyelenggaraan sistem penyediaan air minum.
4. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air Pengaturan Sarana dan Prasarana Sanitasi dilakukan salah satunya melalui pemisahan antara jaringan drainase dan jaringan
pengumpul air limbah pada kawasan perkotaan.
5. PeraturanMenteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang. Mensyaratkan tersedianya sistem air limbah setempat yangmemadai dan
6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 02/MENKLH/I/1998 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan Mengamanatkan bahwa Pengolahan yang dilakukan terhadap air buangan dimaksudkan agar air
buangan tersebut dapat dibuang ke badan air penerima menurut standar yang diterapkan, yaitu standar
aliran (stream standard) dan standar efluen (effluent standard).
B. Lingkup Pengelolaan Air Limbah
Air Limbah dimaksud disini adalah air limbah permukiman (Municipal Wastewater) yang terdiri atas air limbah
domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan
permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya
(B3). Air buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan
terhadap kualitas lingkungan sehingga perlu dilakukan pengolahan.
Pengolahan air limbah permukiman di Indonesia ditangani melalui dua sistem yaitu sistem setempat (onsite)
ataupun melalui sistem terpusat (offsite). Sanitasi sistem setempat (onsite) adalah sistem dimana fasilitas
pengolahan air limbah berada dalam batas tanah yang dimiliki dan merupakan fasilitas sanitasi individual
sedangkan sanitasi sistem terpusat (offsite) adalah sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah dipisahkan
dengan batas jarak dan mengalirkan air limbah dari rumah- rumah menggunakan perpipaan (sewerage) ke
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
6.4.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan Air Limbah Permukiman A. Isu Strategis Pengembangan Air Limbah Permukiman
Tabel 6.23 Isu Strategis Pengembangan Air Limbah Permukiman dalam Wilayah Kota Langsa
Isu Strategis
1 - Perlu Percepatan ( Need for Speed) untuk peningkatan cakupan dan
akses masyarakat untuk layanan air limbah melalui sistem on-site maupuan off-site
2 - Masih terdapat masyarakat MBR/ miskin yang tidak memiliki sarana dan
prasarana yang layak dan memenuhi standar
3 - Kondisi Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah belum Memadai
4 - Belum terintergrasinya perencananaan Air Limbah Skala Kawasan
5 - Belum adanya bidang teknis ataupun organisasi / UPTD yang menangani
pengelolaan limbah domestik (Regulator dan Operator)
6 - I nstitusi terkait sanitasi belum mampu bergerak maksimal dalam
7 - Kapasitas SDM terkait Pengelolaan Limbah yang terbatas
8 - Kebutuhan akan Perangkat Hukum dan Dukungan Kebijakan Pemerintah
Daerah mengenai pengembangan Sistem Pengelolaan Air limbah
9 - Tingkat Kepedulian/ kesadaran masyarakat maupun swata terkait
pentingnya pengelolaan Air limbah masih relatif rendah
1 0
- Terbatasnya Sumber Pendanaan Pemerintah Daerah guna penyediaan
saran dan prasarana Sistem pengeloaan Air limbah
B. Kondisi Eksisting Pengembangan Air Limbah Permukiman
1. Aspek teknis
Langsamerupakan Kota Kecil
dengan jumlah penduduk dibawah 200 ribu
jiwa, dimana untuk Sistem Pengelolaan
Air limbah (SPAL) masih belum memiliki sistem off Site baik
untuk komunal maupun sistem terpusat. Tingkat kemapanan masyarakat
secara sosial sangat mempengaruhi dengan prilaku hidup sehat, masih
adanya masyarakat yang belum memiliki tanki septic dan kondisi kekinian masyarakat kawasan pesisir yang
melakukan Buang Air besar dengan fasilitas seadanya.
Untuk wilayah pusat kota masih ada nya kondisi konstruksi tanki septic rumah tangga yang tidak
standart,. Ditambah pembangunan tanki septic sangat beresiko dimana limbahBlack waterakan mempengaruhi kadar dan kandungan sumber air/sumur yang digunakan sebagai hajat hidup sehari-hari, karena gagal
konstruksi/kebocoran dan jarak dengan sumber air/sumur yang tidak memenuhi standar kesahatan.
Sumber air limbah dari kegiatan rumah tangga seperti dari urine, kegiatan mandi, mencuci peralatan
rumah tangga, mencuci pakaian serta kegiatan dapur lainnya, idealnya sebelum air limbah dibuang ke saluran
air harus diolah terlebih dahulu dalam tangki peresapan, sehingga tidak menimbulkan dampak, yaitu dampak
terhadap kehidupan biota air, dampak terhadap kualitas air tanah, dampak terhadap kesehatan, dampak
Gambar 6.25 Peta Zona Air Limbah Domestik Kota Langsa
Sumber: SSK Kota Langsa 2015 - 2019
.
Saat ini air limbah dari rumah tangga dialirkan ke saluran-saluran yang ada di sekitar wilayah
permukiman sampai ke badan air anak sungai dan sungai terdekat. Air Limbah
yang tidak dikelola dengan baik dapat berdampak sangat luas dan ini juga
disebabkan karena belum mampu meningkatkan dan mempertegas fungsi
sistem drainase dimana fungsi saluran drainase
perkotaan untuk sistem pematusan air hujan,
tetapi kondisi saat ini masih disatukan
dengan pembuangan air limbah rumah
tangga(grey water).
• IPLT
Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT)
milik Pemerintah Kota Langsa yang berlokasi di Desa Simpang Wie,
Kecamatan Langsa Timur merupakan system existing, IPLT dibangun tahun 2007 oleh Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR NAD-Nias) dan
melakukan penyedotan limbah tinja (black water) menjadi salah satu factor yang mempengaruhi belum optimalnya pendaya gunaan Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT). Tahun 2015 Pemerintah Kota dengan
pembiayaan yang bersumber dari dana APBN melalui Satker PPLP Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian
Pekerjaan Umum, melakukan Review Design/Penyusunan DED IPLT Kota Langsang.
IPLT merupakan salah satu system yang pengelolaannya berada dibawah kewenangan SKPK Badan
Lingkungan Hidup dan Pertamanan (BLHKP) Kota Langsa, yang berada dibawah kendali operasi Bidang
Kebersihan. IPLT belum menjadi Lembaga teknis pelayanan yang berdiri sendiri selayaknya Unit Pelayanan
Teknis Daerah (UPTD) dikarakenakan faktor teknis dan non teknis. Sarana yang sudah ada tetapi masih
terkendala dalam optimalisasi fungsi yang berdaya guna secara ekonomis dan peningkatan kapasitas
operasional.
Selama ini untuk pelayanan limbah rumah tangga (black water) yang ditangani oleh truck tanki
pengangkut BLHK yang menghasil retribusi untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai mana diatur dalam
Qanun kota Langsa Nomor 01 Tahun 2012. Jadi BLHKP sebagai Regulator dan juga sebagai Operator. Kondisi Pelayanan Praktek pengurasan tangki septic rumah tangga di Kota Langsa baru mencapai 18 %(ehra).
Adapun Sumberdaya yang mengelola IPLT terdiri dari 3 PNS dan dan 9 Orang Karyawan dan Untuk
Sarana Pengangkut tersedia 1 Unit truck Tanki. Tahun 2015 Pemerintah Kota Langsa melalui Satker PPLP
Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sedang menyusun
Outline Plan Air Limbah Skala Kawasan dengan Pemanfaatan Dana APBN.
• SANIMAS dan MCK ++
Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS) merupakan salah satu program pemerintah yang
dilaksanakan untuk peningkatan kualitas di bidang sanitasi khususnya pengelolaan air limbah dan penyediaan
Mandi Cuci Kakus (MCK) layak yang diperuntukkan bagi masyarakat yang tinggal di
kawasan padat kumuh miskin perkotaan dengan menerapkan pendekatan
berbasis masyarakat. Program ini dibentuk dalam rangka
membantu
pencapaian tujuan
Millenium Development Goals (MDGs) di tahun 2015
yakni pencapaian
akses sanitasi layak
Beberapa daerah memiliki akses sanitasi layak yang rendah, khususnya dalam penyedian MCK atau
jamban sehat. Beberapa diantaranya telah merintis pelaksanakan program SANIMAS yang pada
implementasinya dinamakan MCK ++.
MCK ++ adalah salah satu implementasi nyata untuk masyarakat dalam Wilayah Kota Langsa, yakni
sebagai bagian dari program Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS). Sejak Tahun 2012 sampai dengan
Tahun 2014 Pemerintah Kota Langsa telah melaksanakan Pembangunan MCK ++ di 15 titik lokasi Pada Wilayah
yang telah ditentukan, dimana Lokasi tersebut berpotensi sebagai wilayah rawan sanitasi. Pembanguan MCK++
yang sumber pendanaannya dari APBK Kota Langsa, dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Sanitasi.
Tahun 2015 Pemerintah Kota dengan pembiaayan yang bersumber dari dana APBN melalui Satker
PPLP Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, melakukan
penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Langsa Skala Kawasan, dan Pembangunan Sanitasi Berbasis
Masyarakat sejumlah 5 (unit) untuk lima lokasi yang telah ditetapkan.
Kondisi eksisiting pengembangan air limbah dalam Wilayah Kota Langsa secara teknis dapat ditampilkan
sebagaimana dicontohkan pada tabel-tabel berikut:
Tabel 6.24 Kapasitas Pelayanan Eksisting Skala Kota Langsa
No Jenis Satuan
Jumlah/ Kapasitas
Kondisi
Keterangan Berfungsi Tdk berfungsi
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)
SPAL Setempat (Sistem Onsite) 1. Berbasis komunal
- MCK Komunal unit 15 15
2. Truk Tinja unit 2 1 1 (Rusak)
3. IPLT : kapasitas M3/hari 12 1 (Distorsi Fungsi)
SPAL Terpusat (Sistem Offsite)
1. Berbasis komunal Tahapan Pencanaan
- Tangki septik komunal >10KK unit - - -
-- IPAL Komunal unit - - -
-2. IPAL Kawasan/Terpusat Tahapan Pencanaan
- kapasitas M3/hari - - -
-- sistem - - -
G
am
b
ar
6
.2
6
D
S
S
A
ir
L
im
b
ah
S
um
be
r:
S
S
K
K
ota
L
an
gs
a
20
15
-20
19