• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN ECOLITERACY UNTUK BERPIKIR HOLISTIK SISWA DI SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDEKATAN ECOLITERACY UNTUK BERPIKIR HOLISTIK SISWA DI SEKOLAH DASAR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

237 Pendekatan Ecoliteracy untuk Berpikir Holistik Siswa di Sekolah Dasar Wina Dwi Puspitasari, Roni Rodiyana

PENDEKATAN ECOLITERACY UNTUK BERPIKIR HOLISTIK SISWA DI

SEKOLAH DASAR

Wina Dwi Puspitasari, Roni Rodiyana Universitas Majalengka

winad1211@gmail.com ronirodiyana@gmail.com

ABSTRAK

Latar belakang penelitian adalah mempersiapkan anak berpikir holistik di era digital, tujuan yang ingin dicapai adalah ingin mengetahui penerapan pendekatan ecoliteracy di enam sekolah dasar di Majalengka, serta ingin mengetahui berpikir holistik siswa setelah menggunakan pendekatan

ecoliteracy. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hasil penelitian secara keseluruhan pada tindakan 1, 2, dan 3 mengalami peningkatan secara baik yaitu mencapai target yang diharapkan. Adapun rata-rata siswa secara akhir yaitu 85,7, hal tersebut sudah memenuhi target dari indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu sebesar rata-rata ≥ 80. Lalu secara sikap siswa sudah baik dalam berkomunikasi, berkolaborasi, bekerjasama, dan mulai muncul sikap kreatif, inovatif, serta kompetitif.

(2)

238 Pendekatan Ecoliteracy untuk Berpikir Holistik Siswa di Sekolah Dasar Wina Dwi Puspitasari, Roni Rodiyana

PENDAHULUAN

Latar belakang dari penelitian ini adalah bagaimana cara mempersiapkan anak sedini mungkin untuk menghadapi era digital yang sangat canggih dan sangat berkembang pada saat ini, revolusi industri 4.0 memberikan inovasi yang baik tetapi juga ada dampak negatif baik secara fisik maupun psikis, secara fisik timbulnya pemanasan global, perubahan iklim yang tidak teratur, hutan yang ditebang untuk lahan pertanian, industri serta perumahan, adanya bencana banjir, longsor, dan kekeringan, itu semua merupakkan respon dari alam terhadap manusia yang memperlakukan alam secara tidak wajar. Kemudian masalah secara psikis yaitu hubungan sosial manusia seperti adanya pergeseran etika sosial dalam pergaulan, dimana tindakan acuh tak acuh seseorang karena lebih fokus pada gadget daripada membangun sebuah komunikasi/percakapan, sehingga seseorang lebih banyak menggunakan gadget (phubbing=phone snubbing) daripada bergerak atau berolahraga dan pada akhirnya akan menimbulkan seseorang yang obesitas. Masalah ini semua perlu adanya kesadaran dari semua orang, dan perlu adanya tindakan preventif dari sejak anak usia dini, kemudian hasil observasi peneliti dalam melaksanakan berbagai penelitian di sekolah dasar tahun 2018 di kabupaten majalengka terutama di kecamatan majalengka dan kecamatan kasokandel yang notabenenya termasuk sekolah dasar di perkotaan yang hampir mayoritas anak dibekali smartphone oleh orang tuanya, terlihat bahwa kurangnya kemampuan anak dalam berkomunikasi, berkolaborasi, bekerjasama dan minimnya sikap kreatif, inovatif, serta kompetitif siswa.

Revolusi industri 4.0 akan berdampak secara umum kepada aspek lingkungan anak, hal ini harus menjadi

bahan perhatian pendidik dengan mengedepankan pendekatan ecoliteracy

bagi peserta didik, karena ecoliteracy

relevan dengan permasalahan yang dikemukakan di atas. Pendekatan

ecoliteracy ini perlu diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah dasar yang sudah menggunakan pembelajaran tematik hampir di semua kelas. Pendekatan ecoliteracy dapat dimasukan dalam kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, serta ekstrakurikuler. Pendekatan ecoliteracy

dalam pembelajaran tematik akan mendorong siswa untuk berpikir holistik, karena fokus pembelajarannya yaitu menstimulus siswa melihat sesuatu secara keseluruhan, tidak bagian per bagian serta untuk mengembangkan potensi anak yang mencakup potensi sosial, emosi, intelektual, moral/karakter, kreatifitas, dan spiritual (Megawangi, 2005). Menurut Sudrajat (2008) berpikir holistik merupakan pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitas, makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan, dan nilai-nilai kemanusiaan seperti kasih sayang dan perdamaian. Dalam menangani berbagai macam masalah yang ada di lingkungan, tentu membutuhkan sosok orang yang bijaksana, seseorang dikatakan bijaksana ketika seseorang itu sudah mampu berpikir secara holistik, hal ini senada dengan pernyataan Miller (2005) yaitu

“Thinking holistically means trying to teach the whole person as a human soul which includes mind, body, emotions, and spirit”.

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah secara umum rencana penelitian

ini adalah “Bagaimana membentuk

berpikir holistik siswa di revolusi industri 4.0 dengan pendekatan

ecoliteracy dalam pembelajaran tematik di

(3)

239 Pendekatan Ecoliteracy untuk Berpikir Holistik Siswa di Sekolah Dasar Wina Dwi Puspitasari, Roni Rodiyana

Tujuan khusus pada penelitian yang ingin dicapai adalah ingin mengetahui penerapan pendekatan

ecoliteracy di sekolah dasar, serta ingin mengetahui berpikir holistik siswa setelah menggunakan pendekatan

ecoliteracy.

Urgensi penelitiannya yaitu mengedepankan kemampuan berpikir

Higher Order Thinking Skills terutama kemampuan berpikir holistik, dimana mengarahkan anak kepada kemampuan untuk bisa berpikir multipersfektif, sehingga mendorong anak untuk mampu berpikir secara bijaksana dalam menangani berbagai macam masalah pada era revolusi industri 4.0 ini.

KAJIAN LITERATUR

Berpikir Holistik Siswa di Era Revolusi Industri 4.0

Di sekolah dasar kemampuan berpikir kritis dan kreatif selalu dikedepankan hal itu sesuai dengan tesis peneliti yang melakukan penelitian tentang kemampuan dua berpikir ini, tetapi pada era revolusi industri 4.0 hal yang paling penting diterapkan terhadap anak sekolah dasar adalah kemampuan berpikir holistik, karena ruang lingkupnya cukup luas dan mengarahkan anak kepada kemampuan untuk bisa berpikir multipersfektif, sehingga mendorong anak untuk mampu berpikir secara bijaksana dalam menangani berbagai macam masalah yang datang, hal ini senada dengan pernyataan Ruggerio dalam Othman (2002) yaitu “…a holistik thinking model fits a broader range of thinking situations than does a creative model or a critical model”. Lebih lanjut Locke, dkk. (2013)

mengatakan “…designing education for the purpose of creating an ecological literacy community is one of the most important needs of today's society both at global and local levels”.

Menurut Miller, et al. (2005)

holistic education attempts to nurture the development of the whole person. This includes the intellectual, emotional, physical, social, aesthetic, and spiritual. Kemudian menurut Rubiyanto (2010) juga menyatakan bahwa berpikir holistik adalah upaya membangun seluruh aspek pembelajaran yang mencakup spiritual, moral, imajinatif, intelektual, budaya, estetika, emosi, fisik pada siswa secara utuh dan seimbang yang mengarahkan seluruh aspek tersebut ke arah pencapaian sebuah kesadaran tentang hubungannya dengan Tuhan. Lalu menurut Mahmoudi dalam Scott Forbes

(2012) menyatakan bahwa “The goal of holistic education is best encapsulated by the term ‘ultimacy’ as, (1) the highest state of being that a human can aspire to, either as a stage of development (e.g. enlightenment), as a moment of life that is the greatest but only rarely experienced by anyone (e.g. grace), or as a phase of life that is common in the population but usually rare in any particular individual’s life (e.g., Maslow’s peakexperience); and (2) a concern or engagement that is the greatest that a person can aspire to (e.g., being in service to something sacred). These two meanings can overlap or intertwine”.

Berdasarkan beberapa

pernyataan di atas, maka dapat diambil kesimpulan tentang berpikir holistik siswa dimana penekanan berpikir holistik menekankan pada perkembangan manusia seutuhnya dimana didalamnya terdapat aspek intelektual, emosional, fisik, sosial, estetika, dan spritual. Lalu adanya peningkatan hubungan secara vertikal antara individu dengan Tuhan serta hubungan antar manusia, serta pembelajaran holistik yang menekankan pada tanggung jawab terhadap pemeliharaan lingkungan sekitar.

(4)

240 Pendekatan Ecoliteracy untuk Berpikir Holistik Siswa di Sekolah Dasar Wina Dwi Puspitasari, Roni Rodiyana

Pendekatan Ecoliteracy dengan Pembelajaran Tematik

Era revolusi industri 4.0 merupakan tantangan yang sangat berat dihadapi guru. Jika guru tidak mengubah cara mendidik, maka sebentar lagi guru akan mengalami kesulitan besar atau mungkin perannya dapat digantikan dengan teknologi. Paradigma sebelumnya bahwa guru adalah segalanya sumber belajar bagi siswa, tetapi lupa untuk mengakui bahwa guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar siswa pada saat ini. Guru zaman sekarang harus terus belajar meningkatkan kompetensi sehingga mampu menghadapi peserta didik generasi Z atau generasi milenial ini, guru harus lebih adaptif, mampu menginspirasi, memberikan sugesti, dan memotivasi siswa agar mampu bersaing di era revolusi industri 4.0 ini, kalau tidak maka pendidikan kita akan terus tertinggal dibandingkan dengan negara lain yang telah siap menghadapi perubahan besar ini. Penjelasan tadi cukup menggambarkan betapa rumitnya sistem dan strategi yang perlu dipersiapkan di lingkungan pendidikan kita. Sebuah pekerjaan rumah yang harus direlevansikan dengan perubahan zaman ini yang meliputi perubahan dari sisi budaya, sistem, dan sumber daya. Oleh sebab itu, sudah selayaknya hal itu dipersiapkan dengan sungguh-sungguh, bukan dibiarkan berlalu dengan sendirinya.

Bagi pendidik pendekatan

ecoliteracy sebagai sebuah paradigma baru yang dipopulerkan oleh Fritjof Capra tahun 1995 bersama para praktisi lain menggagas gerakan dalam upaya kepedulian terhadap lingkungan dan bertujuan meningkatkan kesadaran ekologis masyarakat. Ecological literacy

(ecoliteracy) adalah istilah yang digunakan oleh Capra untuk menggambarkan manusia yang telah

mencapai tingkat kesadaran tinggi akan pentingnya lingkungan hidup (Keraf, 2013). Pendekatan ecoliteracy ini perlu diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah dasar yang sudah menggunakan pembelajaran tematik hampir di semua kelas. Pendekatan ecoliteracy dapat dimasukan dalam kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, serta ekstrakurikuler. Menurut Apandi (2019) contoh sederhana dalam kegiatan intrakurikuler yaitu dalam mata pelajaran agama seperti mengaitkan pentingnya menjaga lingkungan dengan berbagai keterangan dari kitab suci; lalu pada mata pelajaran PKn yaitu merelevansikan antara menjaga alam dengan sikap nasionalisme seseorang; kemudian pada mata pelajaran MIPA seperti diajak untuk berkebun atau melakukan gerakan penghijauan baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya; selanjutnya pada mata pelajaran IPS seperti mempelajari karakteristik bentang alam, masalah seputar pencemaran dan dampaknya terhadap lingkungan serta kehidupan manusia; dan pada mata pelajaran bahasa siswa diminta untuk membuat karya apa saja yang isinya kampanye menjaga dan melestarikan lingkungan alam; serta pada mata pelajaran seni budaya dan prakarya guru bisa mendorong siswa mengekspresikan cinta akan lingkungan dengan berbagai karya seninya; hingga pada mata pelajaran olahraga siswa diajak untuk berolah raga sembari mengitari lingkungan alam. Pada kegiatan kokurikuler, guru dapat memberikan tugas membuat laporan, kampanye, serta media untuk menguatkan materi yang telah dipelajari oleh siswa pada kegiatan intrakurikuler. Terakhir pada kegiatan ekstrakurikuler bisa dilakukan melalui kegiatan pramuka, kelompok pecinta alam, karya ilmiah remaja, kelompok seni, dan

(5)

241 Pendekatan Ecoliteracy untuk Berpikir Holistik Siswa di Sekolah Dasar Wina Dwi Puspitasari, Roni Rodiyana

sebagainya. Dalam menerapkan

ecoliteracy, guru memasukan kegiatan

ecoliteracy dalam setiap pembelajaran tematik yang ada di setiap kelas di sekolah dasar. Dengan menerapkan prinsip ekologi dalam setiap pembelajaran tematik di kelas, maka akan dapat menumbuhkan rasa simpati siswa terhadap lingkungan.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan peneliti adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau classroom action research, model penelitiannya adalah model Elliot

Adapted from Hopkins yang dilaksanakan di enam sekolah dasar di Kabupaten Majalengka, menurut Abidin (2011) model PTK yang dikembangkan oleh Elliot dalam pelaksanaannya terdiri dari beberapa siklus dan satu siklusnya terdapat beberapa tindakan. Alasan peneliti mengambil metode PTK karena peneliti ingin meningkatkan kesadaran

ecoliteracy siswa, sebab pada hakikatnya PTK merupakan suatu proses dimana adanya proses antara guru dan siswa untuk melakukan perbaikan, perubahan, dan peningkatan dalam pembelajaran yang lebih baik. Instrumen penelitian yang akan digunakan terdiri dari lembar observasi siswa, lembar wawancara, lembar kerja siswa, alat tes evaluasi, studi dokumentasi, dan lembar catatan lapangan. Hasil dari penelitian ini adalah siswa mampu berpikir holistik secara optimal serta siswa paham, sadar, dan mampu melakukan aksi akan betapa pentingnya menjaga lingkungan alam sekitar. Berikut ini disajikan mengenai rancangan perlakuannya:

Berdasarkan gambar yang terdapat di atas antara komponen yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan. Hubungan tersebut akan membangun sebuah pembelajaran yang disusun secara berulang untuk dapat menghasilkan sebuah perbaikan dalam pembelajaran.

Teknik analisis data dengan menggunakan data secara kualitatif ditunjang dengan data kuantitatif, yaitu: 1. Data kualitatif

Seleksi dan reduksi data, klasifikasi data, deskripsi data, dan interpretasi data.

2. Data kuantitatif

Data kuantitatif diawali dengan mengumpulkan data-data yang bersifat kuantitatif dari hasil penelitian. Data-data kuantitatif yang diolah melalui analisis kuantitatif bersumber dari hasil tes dan nontes yang dilakukan selama penelitian berlangsung. Analisis data pada penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memeroleh data sebagai bukti akurat dalam penelitian tindakan kelas yang dilakukan. Selain itu, sebagai langkah dalam memeroleh kesimpulan apakah ada perbaikan dalam hasil sesuai dengan target yang ditetapkan dengan menggunakan tindakan yang direncanakan dan diujicobakan.

(6)

242 Pendekatan Ecoliteracy untuk Berpikir Holistik Siswa di Sekolah Dasar Wina Dwi Puspitasari, Roni Rodiyana

3. Rumus untuk mencari nilai tes proses dan tes evaluasi, serta lembar observasi siswa:

a. Rumus mencari nilai Tes Proses dan Tes Evaluasi

𝑁 = 𝑆𝑘𝑜𝑟

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙× 100

Keterangan:

N = Nilai yang diperoleh

Skor = Skor yang dihasilkan

Skor ideal = Skor maksimal

b. Untuk menilai lembar observasi siswa dengan menggunakan rumus dan rentang sebagai berikut:

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 × 100

c. Rumus mencari nilai akhir:

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 =𝑁1 + 𝑁2 + 𝑁3

3 × 100

Keterangan:

𝑁1 = Nilai dari Tes Proses 𝑁2 = Nilai dari Tes Evaluasi 𝑁3 = Nilai dari Hasil Observasi Siswa

No. Rentang Nilai Kriteria 1. 81% – 100% Baik Sekali 2. 61% – 80% Baik 3. 41% – 60% Cukup 4. 21% – 40% Kurang 5. 1% – 20% Kurang Sekali Sumber: (Arikunto, 2010: 30) PEMBAHASAN

Penelitian ini memberikan gambaran tentang pendekatan ecoliteracy dalam pembelajaran tematik di sekolah dasar sebagai upaya pembentukan berpikir holistik siswa untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Capaian yang sudah diperoleh mencapai 100 % dari agenda penelitian yang dijadwalkan. Penelitian ini bertujuan untuk pembentukan berpikir holistik siswa dengan menggunakan pendekatan ecoliteracy di SDN Leuwikidang, SDN

Majalengka Kulon I, SDN Majalengka Kulon V, SDN Tarikolot I, SDN Tarikolot II, serta SDN Cikasarung. Pembelajaran dilaksanakan selama dua kali pertemuan, yaitu dengan melakukan tindakan 1, tindakan 2 dan tindakan 3 di setiap sekolahnya, dengan tiga tindakan ini ternyata kemampuan berpikir holistik siswa dengan pendekatan ecoliteracy ini cukup baik.

1. Tindakan 1

a. Perencanaan Tindakan 1

Perencanaan dalam penelitian tindakan kelas merupakan bagian terpenting. Perencanaan merupakan pijakan awal yang akan dilaksanakan dalam tindakan. Perencanaan yang dibuat oleh peneliti harus semaksimal mungkin sehingga pembelajaran pada tindakan 1 berjalan dengan baik. Sehingga peneliti menyusun silabus, menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan menyusun instrumen penelitian.

b. Pelaksanaan Tindakan 1

Pelaksanaan tindakan tindakan 1 didasarkan pada hasil perencanaan pada tindakan 1. Hal ini dikarenakan pelaksanaan tindakan merupakan aplikasi dari perencanaan yang dibuat oleh peneliti. Pelaksanaan tindakan 1 selama 6 hari yaitu 16 Maret 2020 di SDN Leuwikidang, 17 Maret 2020 di SDN Majalengka Kulon I, 18 Maret 2020 di SDN Majalengka Kulon V, 19 Maret 2020 di SDN Tarikolot I, 20 Maret 2020 di SDN Tarikolot II, dan 23 Maret 2020 di SDN Cikasarung. Seluruh pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ecoliteracy. c. Observasi Tindakan 1

Setelah melaksanakan

pembelajaran dengan pendekatan ecoliteracy, langkah selanjutnya dalam penelitian ini adalah melakukan tes kemampuan berpikir holistik siswa. Soal disesuaikan dengan indikator tes kemampuan berpikir holistik. Berikut ini

(7)

243 Pendekatan Ecoliteracy untuk Berpikir Holistik Siswa di Sekolah Dasar Wina Dwi Puspitasari, Roni Rodiyana

disajikan hasil tes kemampuan berpikir holistik pada tindakan 1:

Tabel

Hasil Kemampuan Berpikir Holistik Siswa Tindakan 1

No Nama Sekolah Rata-rata T1 1 SDN Leuwikidang 64,6 2 SDN Majalengka Kulon I 68,9 3 SDN Majalengka Kulon V 70,2 4 SDN Tarikolot I 66,7 5 SDN Tarikolot II 69,5 6 SDN Cikasarung 67,4

Dari tabel di atas bisa dilihat dari rata-rata tindakan 1 bahwa enam sekolah belum mencapai standar minimal keberhasilan klasikal yaitu rata-rata ≥ 80, semua sekolah ada dalam rentang predikat cukup, sehingga penelitian masih perlu diberikan tindakan lagi. d. Refleksi Tindakan 1

Setelah melaksanakan tindakan pada tindakan 1, kemudian peneliti bersama observer berkumpul di ruang guru dengan tujuan melaksanakan refleksi untuk perbaikan-perbaikan pada pembelajaran selanjutnya. Pada tahap refleksi peneliti mengadakan analisis proses pembelajaran yang sudah dilakukan, kemudian mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam proses pembelajaran, kemudian merumuskan alternatif tindakan yang akan dilaksanakan selanjutnya.

2. Tindakan 2

a. Perencanaan Tindakan 2

Peneliti membuat rancangan penelitian tindakan yaitu berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Pelaksanakan tindakan pada tindakan tindakan 2 akan dilakukan dalam satu pertemuan. Berdasarkan hasil survei dan pengamatan peneliti pada penelitian bahwa siswa kurang mampu dalam menguasai materisehingga nilai siswa masih tergolong rendah. Setelah mengkaji dan mempertimbangkan hasil

pengamatan yang diperoleh, diduga bahwa hal ini disebabkan karena belum terbiasa dengan menggunakan pendekatan ecoliteracy. Dalam kesempatan ini peneliti akan merencanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ecoliteracy yang dilaksanakan tindakan 2 dengan berpedoman pada Kurikulum 2013. b. Pelaksanaan Tindakan 2

Pelaksanaan tindakan tindakan 2 didasarkan pada hasil perencanaan pada tindakan 2. Hal ini dikarenakan pelaksanaan tindakan merupakan aplikasi dari perencanaan yang dibuat oleh peneliti. Pelaksanaan tindakan 1 selama 6 hari yaitu 26 Maret 2020 di SDN Leuwikidang, 27 Maret 2020 di SDN Majalengka Kulon I, 28 Maret 2020 di SDN Majalengka Kulon V, 30 Maret 2020 di SDN Tarikolot I, 31 Maret 2020 di SDN Tarikolot II, dan 1 April 2020 di SDN Cikasarung. Seluruh pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ecoliteracy. c. Observasi Tindakan 2

Pengamatan dilakukan untuk mengetahui kegiatan siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Untuk memperoleh hasil pengamatan yang akurat dan menyeluruh, peneliti dibantu oleh seorang guru yang bertindak sebagai observer dan dalam menjalankan tugas pengamatan menggunakan lembaran observasi. Setelah melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan ecoliteracy, langkah selanjutnya dalam penelitian ini adalah melakukan tes kemampuan berpikir holistik siswa. Soal disesuaikan dengan indikator tes kemampuan berpikir holistik. Berikut ini disajikan hasil tes kemampuan berpikir holistik pada tindakan 2:

(8)

244 Pendekatan Ecoliteracy untuk Berpikir Holistik Siswa di Sekolah Dasar Wina Dwi Puspitasari, Roni Rodiyana

Tabel

Hasil Kemampuan Berpikir Holistik Siswa Tindakan 2

No Nama Sekolah Rata-rata T2 1 SDN Leuwikidang 77,2 2 SDN Majalengka Kulon I 80,5 3 SDN Majalengka Kulon V 82,6 4 SDN Tarikolot I 79,8 5 SDN Tarikolot II 78,4 6 SDN Cikasarung 81,7

Dari tabel di atas bisa dilihat dari rata-rata tindakan 2 bahwa enam sekolah belum mencapai standar minimal keberhasilan klasikal yaitu rata-rata ≥ 80, semua sekolah ada dalam rentang predikat baik, sehingga penelitian masih perlu diberikan tindakan lagi.

d. Refleksi Tindakan 2

Sebagai bahan refleksi, data yang diperoleh melalui pengamatan terhadap siswa dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi dan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: siswa melakukan kegiatan sesuai yang diperintahkan guru namun sebagian siswa yang pasif belum mampu meningkatkan kemampuan berpikir holistiknya. Dari hasil pengamatan bahwa kategori kegiatan siswa berada pada kategori cukup, hal ini artinya perlu perbaikan, siswa belum menggunakan waktu dengan efektif dan efisien dalam kegiatan pembelajaran, mereka masih sering ramai dan bercanda dengan teman lain, pendekatan ecoliteracy yang tepat dapat memicu pengembangan potensi dan kreativitas siswa dalam belajar serta dapat peduli terhadap lingkungan.

3. Tindakan 3

a. Perencanaan Tindakan 3

Sama seperti perencanaan kegiatan tindakan 2 dalam merencanakan tindakan tindakan 3 peneliti membuat rancangan penelitian

tindakan yaitu berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Perencanaan pada tindakan 3 ini disesuaikan dengan berbagai macam masalah yang ada dalam hasil dari kegiatan tindakan 1 dan tindakan 2, yang tentu saja didalamnya masih banyak masalah yang harus diperbaiki di tindakan 3 ini, terutama nilai hasil akhir dari berpikir holistik ini masih belum mencapai indikator keberhasilan klasikal yaitu rata-rata minimal 80. Hal ini menjadi sebuah tantangan tersendiri dari peneliti untuk bagaimana kiranya bisa mengoptimalkan pembelajaran pada tindakan ketiga ini. Tindakan ketiga ini perlu disepakati bersama terutama dengan anggota peneliti dan guru yang ada di setiap sekolah terutama 6 sekolah yang dijadikan penelitian ini. Berbagai macam persiapan dan strategi selalu dioptimalkan terutama menggunakan pendekatan ecoliteracy. Pendekatan ecoliteracy ini disusun dengan seoptimal mungkin yang nantinya dibentuk disesuaikan dengan kondisi yang ada di sekolah terutama ini bagaimana caranya supaya literasi akan lingkungan anak ini bisa baik, dan hal ini dijadikan indikator untuk membentuk bagaimana berpikir holistik siswa ini bisa terbangun dengan baik, karena pendekatan ecoliteracy ini merupakan bagian dari bagaimana cara siswa berpikir secara menyeluruh tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitar, bukan hanya berpikir tentang bagaimana pembelajaran di kelas, teori yang ada, kemudian kemampuan berpikir kognisi saja, tapi ini menekankan kepada cara berpikir menyeluruh atau berpikir holistik untuk supaya mereka mengenal memahami akan pentingnya menjaga, melestarikan lingkungan yang ada di sekitar anak khususnya lingkungan yang ada di sekolahnya masing-masing.

(9)

245 Pendekatan Ecoliteracy untuk Berpikir Holistik Siswa di Sekolah Dasar Wina Dwi Puspitasari, Roni Rodiyana

Pelaksanaan tindakan tindakan 3 didasarkan pada hasil perencanaan pada tindakan 3. Hal ini dikarenakan pelaksanaan tindakan merupakan aplikasi dari perencanaan yang dibuat oleh peneliti. Pelaksanaan tindakan 1 selama 6 hari yaitu 4 April 2020 di SDN Leuwikidang, 6 April 2020 di SDN Majalengka Kulon I, 7 April 2020 di SDN Majalengka Kulon V, 8 April 2020 di SDN Tarikolot I, 9 April 2020 di SDN Tarikolot II, dan 11 April 2020 di SDN Cikasarung. Seluruh pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ecoliteracy. c. Observasi Tindakan 3

Pengamatan dilakukan untuk mengetahui kegiatan siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Setelah melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan ecoliteracy, langkah selanjutnya dalam penelitian ini adalah melakukan tes kemampuan berpikir holistik siswa. Soal disesuaikan dengan indikator tes kemampuan berpikir holistik. Berikut ini disajikan hasil tes kemampuan berpikir holistik pada tindakan 3:

Tabel

Hasil Kemampuan Berpikir Holistik Siswa Tindakan 3

No Nama Sekolah Rata-rata T3 1 SDN Leuwikidang 82,5 2 SDN Majalengka Kulon I 85,7 3 SDN Majalengka Kulon V 88,4 4 SDN Tarikolot I 83,8 5 SDN Tarikolot II 86,6 6 SDN Cikasarung 87,4

Dari tabel di atas bisa dilihat dari rata-rata tindakan 3 bahwa enam sekolah sudah di atas standar minimal keberhasilan klasikal yaitu rata-rata ≥ 80, semua sekolah ada dalam rentang predikat baik. Aktivitas yang mengalami peningkatan diantaranya adalah perhatian siswa, siswa dapat berdiskusi

dengan baik terhadap masalah yang diberikan oleh guru.

d. Refleksi Tindakan 3

Dari analisis hasil penelitian tindakan 3 secara keseluruhan baik pada pelaksanaan tindakan 1, dan 2 diperoleh data berupa hasil kegiatan siswa pada tindakan 3 sudah meningkat, hal ini berarti kegiatan siswa sudah berhasil mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan sebelumnya yaitu kategori baik. Hasil tes kemampuan berpikir holistik selama tindakan 3 sudah mencapai target yang diharapkan. Adapun rata-rata nilai siswa secara keseluruhan pada tindakan 3 ini sebesar 85,7. Hal tersebut sudah memenuhi target dari indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu sebesar rata-rata ≥

80.

Berdasarkan hasil refleksi tindakan 3 ini menunjukan bahwa hasil observasi pelaksanaan tindakan 3 melalui pendekatan ecoliteracy untuk meningkatkan kemampuan berpikir holistik siswa sudah berhasil karena seluruh indikator keberhasilan telah terpenuhi. Oleh sebab itu, penelitian tindakan kelas ini tidak perlu dilanjutkan karena pada tindakan 3 penelitian tindakan kelas sudah berhasil.

Berdasarkan pemaparan dan analisis data maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan ecoliteracy untuk meningkatkan kemampuan berpikir holistik siswa dengan melihat aspek hasil observasi dan aspek tes kemampuan berpikir holistik siswa telah mencapai indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan. Sehingga penelitian ini tidak dilanjutkan pada tindakan berikutnya.

SIMPULAN

Penelitian ini memberikan gambaran tentang pendekatan ecoliteracy dalam pembelajaran tematik di sekolah dasar sebagai upaya pembentukan berpikir

(10)

246 Pendekatan Ecoliteracy untuk Berpikir Holistik Siswa di Sekolah Dasar Wina Dwi Puspitasari, Roni Rodiyana

holistik siswa. Penelitian ini dilakukan di SDN Leuwikidang, SDN Majalengka Kulon I, SDN Majalengka Kulon V, SDN Tarikolot I, SDN Tarikolot II, serta SDN Cikasarung. Hasil penelitian secara keseluruhan mengalami peningkatan yaitu rata-rata siswa secara akhir yaitu 85,7, dan secara sikap siswa sudah baik dalam berkomunikasi, berkolaborasi, bekerjasama, dan mulai muncul sikap kreatif, inovatif, serta kompetitif di dalam proses pembelajaran di sekolah. DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. (2011). Penelitian Pendidikan dalam Gamita Pendidikan Sekolah Dasar dan PAUD. Bandung: Rizqi Press.

Apandi, Idris. (2019). Integrasi Ecoliteracy pada Kurikulum 2013. [Online].

Diakses dari

https://www.kompasiana.com/idri sapandi.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Barnes, James G. (2013). Secerets of Customer Relationship Management. Jakarta: Penerbit Andi.

Bruyere, B. L. (2008). The Effect of Environmental Education on the Ecological Literacy of First-Year College Students. Journal of Natural Resources & Life Sciences Education, 37, 20-26.

Euis. (2018). Mengutip survei International Center for Research on Women (ICRW) NGO Research. Keraf, A. S. (2013). Fritjof Capra tentang

Melek Ekologi Menuju Masyarakat Berkelanjutan. Jurnal Filsafat dan Teologi, 12 (1), 54-81.

Locke, S., Russo, R. O., & Montoya, C. (2013). Environmental Education and Eco-Literacy as Tools of Education for Sustainable Development. Journal of Sustainability Education, 4.

McBride, B. et. al. (2013). Environmental literacy, ecological literacy, ecoliteracy: What do we mean and how did we get here?. Ecosphere, 4 (5), 1-17.

Mahmoudi, Sirous, et. al. (2012). Holistic Education: An Approach for 21 Century.

Megawangi, Ratna. (2005). Pendidikan Holistik. Indonesia Heritage Foundation, 5-6.

Miller, John P., et al. (2005). Holistic Learning and Spirituality in Education. New York: State University of New York Press.

Othman, Nurliza. (2002). Thinking Skills - a Motivational Factor in ELT. Jurnal Pendidikan IPBA, 2 (5).

Rubiyanto, Nanik & Haryanto, Dany. (2010). Strategi Pembelajaran Holistik di Sekolah. Jakarta: Pustaka Pelajar. Schwab, Klaus. (2016). The Fourth

Industrial Revolution. New York: Crown Business.

Sudrajat, Akhmad. (2008). Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan Model Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Supriatna, Nana. (2016). Local Wisdom

in Constructing Students’

Ecoliteracy Through Ethnopedagogy and Ecopedagogy. Proceedings of the 1st UPI International Conference on Sociology Education (UPI ICSE 2015). 126-133.

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan teori sikap dan perilaku, maka semakin tinggi tingkat pendidikan dapat mempengaruhi individu dalam menentukan sikap dan perilaku untuk memilih dan

Untuk itu diperlukan suatu perancangan alat ukur yang lebih praktis yaitu mengukur nilai resistor, induktor dan kapasitor hanya dengan satu alat ukur,range

Dalam bab ini Penulis menguraikan dua hal yaitu yang pertama adalah kerangka teori yang melandasi penelitian serta mendukung di dalam memecahkan masalah yang di angkat

1) Mengurus dan mengelola hal-hal yang berkaitan dengan adat sehubungan dengan sako dan pusako. 2) Menyelesaikan perkara-perkara adat dan istiadat. 3) Mengusahakan perdamaian

Pelatihan ini akan memberikan tambahan pengetahuan dan keter- ampilan teknis bagi Anda dalam menyusun program-program CSR/investasi sosial sebagai bagian dari manajemen risiko

1) E-Learning sejalan dengan Rencana Strategis (Renstra) UGM yang dijabarkan dalam Rencana Operasional (Renop)-nya, juga relevan dengan cita-cita JTETI Fakultas

Penelitian lintas budaya pada ekspresi emosi wajah telah membuktikan secara meyakinkan bahwa terdapat suatu rangkaian ekspresi wajah yang bersifat universal dan berlaku di

Pesan Surat Edaran Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Ristek, Teknologi dan Pendidikan Tinggi menjelaskan bahwa kegiatan PKKBM, yang dulu dikenal