• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN SILIKA MESOPORI MCM-48 TERMODIFIKASI 3-AMINOPROPILTRIMETOKSISILAN SEBAGAI ADSORBEN LOGAM BERAT Ni(II)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN SILIKA MESOPORI MCM-48 TERMODIFIKASI 3-AMINOPROPILTRIMETOKSISILAN SEBAGAI ADSORBEN LOGAM BERAT Ni(II)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pemanfaatan Silika Mesopori MCM-48 Termodifikasi 3-Aminopropiltrimetoksisilan Sebagai Adsorben Logam Berat Ni(II)

Mashyta Dwi Pratiwia, Paulina Tabab, Yusafir Halab a

Laboratorium Kimia Fisika, Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin

b

Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin, jl. Perintis Kemerdekaan KM 10 Tamalanrea, Makassar, Indonesia 90245

ABSTRAK

Penelitian modifikasi silika mesopori MCM-48 menggunakan senyawa 3-APTMS telah berhasil dilakukan yang dikarakterisasi menggunakan Difraksi Sinar-X (XRD) dan

spektrofotometer FTIR. Hasil modifikasinya (NH2-MCM-48) dapat digunakan untuk

mengadsorpsi ion logam Ni(II). Adsorpsi ion Ni(II) dipelajari dengan variasi waktu kontak, pH, dan konsentrasi. Isotermal yang digunakan untuk mempelajari adsorpsi ion Ni(II) oleh

NH2-MCM-48 yaitu isotermal Langmuir dan Freundlich. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

adsorpsi ion Ni(II) oleh NH2-MCM-48 sesuai dengan reaksi orde satu semu dan mengikuti

isotermal Langmuir dengan nilai kapasitas adsorpsi sebesar 25,4453 mg/g atau 0,4334 mmol/g. Adapun isotermal Freundlich diperoleh nilai kapasitas adsorpsi sebesar 11,8905 mg/g atau 0,2025 mmol/g.

Kata kunci: Adsorpsi, MCM-48, NH2-MCM-48, Ni(II)

ABSTRACT

The research of modification of MCM-48 mesophorous silica by using 3-APTMS compunds has been successfully done which were characterized by using X-Ray Diffraction

(XRD) and FTIR spectrophotometer. The modification results (NH2-MCM-48) can be used to

adsorb metals ion Ni(II). The adsorption ion Ni(II) was studied by the various contact time, pH,

and concentration. The isothermal adsorption which is used to study ion Ni(II) by NH2-MCM-48

is isothermal Langmuir and Freundlich. The result of the research shows that the adsorption of

ion Ni(II) by NH2-MCM-48 in accordance with one orde reaction and in accordance with the

Langmuir isothermal with adsorption capacity value of 25,4453 mg/g or 0,4334 mmol/g, while the Freundlich isotherm obtains the adsorption capacity value of 11,8905 mg/g or mmol/g.

Key words: Adsorption, MCM-48, NH2-MCM-48, Ni(II)

PENDAHULUAN

Pencemaran logam berat akibat limbah industri merupakan salah satu masalah serius yang terjadi di lingkungan perairan. Hal ini disebabkan karena logam berat dalam perairan tidak dapat didegradasi

secara biologi dan akan terakumulasi ke lingkungan, mengendap di dasar perairan membentuk senyawa kompleks bersama

bahan organik dan anorganik, serta

(2)

hidup di perairan tersebut (Rochyatun dan Rozak, 2007). Nikel merupakan salah satu logam berat yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Pada konsentrasi

toksik, nikel dapat meracuni darah,

mengganggu sistem pernapasan, merusak jaringan, selaput lendir, dan mengubah sistem sel dan kromosom (Sabilu, 2010).

Beberapa metode dapat digunakan untuk mengatasi logam berat yang ada di perairan salah satunya adalah metode

adsorpsi (Sediawan, 2000). Untuk

melakukan adsorpsi dibutuhkan adsorben, dan salah satu adsorben yang saat ini menjadi perhatian para peneliti adalah

material berpori. Berdasarkan ukuran

porinya material berpori terbagi menjadi tiga kelas yakni material mikropori dengan ukuran diameter pori kurang dari 2 nm, mesopori dengan ukuran diameter pori 2 sampai 50 nm dan makropori dengan ukuran diameter pori lebih dari 50 nm.

Silika mesopori merupakan salah satu contoh dari material mesopori dan salah satu famili silika mesopori adalah M41S

yang terdiri atas MCM-41 (Mobil

Composition of Matter number 41) yang

mempunyai struktur heksagonal dengan ukuran pori 1,5 sampai 10 nm, MCM-48

(Mobil Composition of Matter number 48)

yang mempunyai struktur kubik dengan kelompok ruang yang memiliki saluran mesopori rumit membentuk sistem saluran tiga dimensi (Taba, 2001), dan MCM-50

(Mobil Composition of Matter number 50)

yang mempunyai struktur lamelar dan tidak stabil dimana material ini mudah berubah menjadi amorf jika dipanaskan (Sutrisno, dkk., 2005). Silika mesopori MCM-48 memiliki kelebihan dengan adanya saluran tiga dimensinya yang memudahkan partikel masuk ke dalam interior material karena pori-porinya tidak berbatas pada satu arah (Taba, 2001) sehingga masalah yang ditimbulkan oleh adanya pemblokiran dapat diatasi.

Beberapa modifikasi telah dilakukan untuk meningkatkan kapasitas adsorpsi dari

MCM-48 dengan senyawa anorganik

maupun organik. Menurut beberapa hasil penelitian, penambahan gugus fungsi pada permukaan material silika dapat menjadi

pengkompleks logam berat seperti

penambahan gugus amino pada MCM-48

dapat menggunakan senyawa yang

mengandung gugus amino seperti

3-aminopropil trietoksisilan (3-APTES)

(Pirouzmand, dkk., 2008) dan menggunakan

senyawa 3-aminopropil trimetoksisilan

(3-APTMS) (Wang, dkk., 2007). Senyawa 3-APTMS lebih berpotensi digunakan dalam modifikasi MCM-48 dibanding senyawa 3-APTES karena ukuran senyawa 3-APTMS lebih kecil daripada senyawa 3-APTES sehingga memudahkan masuk ke dalam pori MCM-48.

Berdasarkan prinsip Hard Soft Acid

Base (HSAB), MCM-48 yang dimodifikasi

dengan gugus amino (-NH2) yang bersifat

basa keras, dapat mengikat logam berat yang bersifat asam keras, tetapi Buhani (2009) melaporkan bahwa silika yang dimodifikasi

dengan gugus amino juga dapat

mengadsorpsi ion Ni(II) yang bersifat

borderline.

METODE PENELITIAN Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah setiltrimetilamonium bromida (CTAB), Ludox HS40, Triton

X-100, natirum hidroksida, akuades,

akuabides, 3-aminopropiltrimetoksisilan

(3-APTMS) yang diperoleh dari, etanol,

asam klorida, Ni(NO3)2.6H2O, asam asetat,

kertas saring Whatman 42, kertas pH universal, toluena, kloroform dan asam nitrat.

Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian yaitu peralatan gelas yang biasa

(3)

digunakan dalam laboratorium kimia, neraca

analitik (Ohauss), magnetic stirrer, hotplate

stirrer, oven, termometer, cawan porselin,

pompa vakum, penyaring Buchner, pH meter, Spektrofotometer Serapan Atom,

Spektrofotometer Fourier Transform

Infrared (FTIR) dan X-ray Diffraction

(XRD).

Sintesis Silika Mesopori MCM-48

Silika mesopori MCM-48 disintesis dengan menggunakan Metode Ryoo yang dimodifikasi (Taba, 2001) sebagai berikut: 14,3 gram larutan Ludox HS40 dicampur dengan 45,25 gram larutan NaOH 1M. Campuran diaduk selama 2 jam sambil dipanaskan pada suhu 80 °C. Campuran surfaktan dibuat dengan melarutkan 6,12 gram CTAB dan 1,34 gram Triton X-100 secara bersamaan dalam 83,47 gram akuades sambil dipanaskan. Setelah larutan sodium tetrasilikat dan larutan surfaktan dingin, kedua larutan tersebut dicampurkan dengan cepat di dalam botol polipropilen. Botol langsung ditutup dan dikocok kuat selama 15 menit. Campuran gel yang dihasilkan kemudian dipanaskan pada kondisi statis pada suhu 100 °C selama 24 jam. Tahap ini mesofase surfaktan silika dibentuk. Botol yang berisi campuran sekali-sekali dikocok untuk menghindari pemisahan dari mesofase pada tahap awal pemanasan. Setelah itu campuran reaksi didinginkan pada suhu kamar dan ditambahkan asam asetat 30 % ke dalam campuran untuk mengatur pH sampai 10. Pada saat pH telah mencapai 10, campuran dipanaskan lagi pada suhu 100 °C selama 24 jam kemudian didinginkan pada suhu kamar. MCM-48 yang terbentuk disaring, dicuci dengan akuades, dan dikeringkan dalam oven pada suhu 120 °C. Untuk menghilangkan surfaktan, dilakukan pencucian menggunakan campuran HCl-etanol dimana 1 gram MCM-48 dicuci dengan 25 ml HCl 0,1 M dalam larutan etanol 50 % sambil diaduk selama 30 menit

pada suhu kamar. Pencucian diulang tiga kali lagi kemudian campuran disaring. Endapannya dicuci dengan air suling dan dikeringkan pada suhu 100 °C. Silika

mesopori MCM-48 dikarakterisasi

menggunakan XRD dan FTIR.

Modifikasi Silika Mesopori MCM-48

Modifikasi MCM-48 menggunakan metode Jonshon (2001) dalam Pirouzmand dkk. (2008), yaitu sebanyak 1 gram MCM-48 ditambahkan 50 mL toluena dan diaduk selama 1 jam. Kemudian 1,3 gram

3-APTMS ditambahkan dan direfluks

selama 2 jam. Hasil refluks disaring dan padatannya dicuci dengan toluena dan kloroform kemudian dikeringkan pada suhu kamar. Padatan yang dihasilkan

merupakan NH2-MCM-48 yang selanjutnya

dikarakterisasi dengan FTIR dan XRD.

Penentuan pH Optimum Adsorpsi

NH2-MCM-48 sebanyak 0,1 gram

dimasukkan ke dalam erlenmeyer berbeda

yang berisi 50 mL Ni2+ 20 ppm, campuran

diaduk selama 480 menit dengan variasi pH 3, 4, 5, 6, dan 7. Campuran tersebut kemudian disaring menggunakan penyaring vakum. Absorbansi filtrat diukur dengan

menggunakan spektrofotometer serapan

atom.

Penentuan Waktu Optimum Adsorpsi

NH2-MCM-48 sebanyak 0,1 gram

dimasukkan ke dalam erlenmeyer berbeda

yang berisi 50 mL Ni2+ 20 ppm pada kondisi

pH optimum. Campuran diaduk dengan magnetik stirer selama 30 menit lalu disaring. Absorbansi filtrat diukur dengan

menggunakan spektrofotometer serapan

atom. Percobaan diulang dengan variasi waktu pengadukan berturut-turut 30, 60, 120, 240, 300, dan 360 menit.

(4)

Penentuan Kapasitas Adsorpsi

NH2-MCM-48 sebanyak 0,1 gram

dimasukkan ke dalam 5 erlenmeyer berbeda

yang berisi 50 mL larutan Ni2+ dengan

variasi konsentrasi 20, 40, 80, 160, dan 320 ppm pada kondisi pH optimum. Larutan kemudian diaduk selama waktu optimum. Campuran kemudian disaring menggunakan penyaring vakum. Absorbansi filtrat diukur

dengan menggunakan spektrofotometer

serapan atom. Kapasitas adsorpsi ditentukan dengan menggunakan isotermal adsorpsi

yaitu dengan model Langmuir dan

Freundlich.

Isotermal Langmuir

qe = Efektivitas adsorpsi (mg/g)

Ce = Konsentrasi kesetimbangan adsorbat

(mg/L) Qo = Kapasitas adsorpsi (mg/g) b = Intensitas adsorpsi (L/mg) Isotermal Freundlich ( ) qe = Efektivitas adsorpsi (mg/g)

Ce = Konsentrasi kesetimbangan adsorbat

(mg/L)

k = Kapasitas adsorpsi (mg/g) n = Intensitas adsorpsi

Hasli dan Pembahasan

Pola difraksi sinar-X MCM-48 pada Gambar 1. menunjukkan adanya puncak 2

theta yang kuat pada 2,4° dengan indeks

Miller 211 yang merupakan puncak khas dari MCM-48 (Zhao, dkk., 2012).

Untuk mengetahui gugus fungsi yang

terdapat pada MCM-48 dan NH2-MCM-48

maka karakterisasi dilakukan dengan

menggunakan FTIR yang dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 1. Pola difraksi sinar-X MCM-48

Gambar 2. Spektra (A) MCM-48 sebelum pencucian, (B) MCM-48 setelah pencucian 4

kali, (C) NH2-MCM-48

Pada spektra MCM-48 sebelum pencucian (Gambar 2A) terdapat pita

serapan dengan bilangan gelombang

3444,84 cm-1 yang merupakan vibrasi OH

dari gugus Si-OH. Hal ini didukung oleh pita serapan dengan bilangan gelombang

960,55 cm-1 dan 576,72 cm-1 yang

merupakan vibrasi Si-O dari Si-OH. Pita

serapan dengan bilangan gelombang

1064,71 cm-1, 792 cm-1, dan 453,27 cm-1

merupakan vibrasi dari regangan asimetris, regangan simetris, dan menekuk dari Si-O-Si. Pita serapan dengan bilangan

gelombang 2920,23 cm-1 dan 2850,79 cm-1

merupakan vibrasi regangan asimetris dan

simteris dari CH yang merupakan peak dari

surfaktan yang didukung oleh gugus metilen

(-CH2) pada bilangan gelombang 1481,33

cm-1. 0 50 100 150 200 250 2.5 5.0 7.5 10.0 2 In te n si ta s 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5 4 3 ,7 5 5 7 6 .7 2 4 6 2 .9 2 5 7 4 .7 9 6 9 4 .3 7 7 9 2 .7 4 1 0 8 3 .9 9 1 3 8 8 .7 5 1 4 9 0 .9 7 1 5 6 0 .41 1 6 4 3 .3 5 2 8 8 5 .5 1 2 9 3 1 .5 1 3 3 6 7 .7 1 C 4 6 6 .7 7 8 0 0 .4 6 9 6 2 .4 8 1 0 89.7 8 1 4 5 6 .2 6 1 6 3 5 .6 4 3 4 4 6 .7 9 4 5 3 .2 7 7 9 2 .7 4 9 6 0 .5 5 1 0 6 4 .7 1 1 2 2 4 .8 0 1 4 8 1 .3 3 1 6 4 5 .2 8 2 8 5 0 .7 9 2 9 2 0 .2 3 3 4 4 4 .8 7 B A Bilangan Gelombang (cm-1) T % 0 5 10 15 20 0 1000 2000 3000 4000 5000

(5)

Pada spektra MCM-48 setelah pencucian 4 kali menggunakan HCl-etanol (Gambar 2B), intensitas CH berkurang yang menunjukkan hilangnya surfaktan. Pita

serapan dengan bilangan gelombang

1224,80 cm-1, dan 1064,71cm-1 bergeser ke

bilangan gelombang lebih besar yang menunjukkan adanya kontraksi kisi dengan hilangnya surfaktan (Taba, 2001).

Setelah MCM-48 dimodifikasi

menggunakan senyawa 3-APTMS (Gambar 2C) terlihat adanya perubahan bilangan gelombang yaitu munculnya pita serapan

dengan bilangan gelombang 2931,80 cm-1

dan 2885,51 cm-1 yang merupakan vibrasi

CH pada rantai propil dalam 3-APTMS serta

pada bilangan gelombang 1490,97 cm-1 yang

merupakan vibrasi dari gugus metilen

(-CH2). Pita serapan dengan bilangan

gelombang 3367,71 cm-1 merupakan vibrasi

NH dalam gugus NH2. Setelah dimodifikasi

pita serapan pada bilangan gelombang

960,55 cm-1 yang merupakan vibrasi Si-O

dari Si-OH berkurang karena berkurangnya gugus silanol akibat masuknya senyawa amin (3-APTMS) dan terbentuk serapan

pada bilangan gelombang 1560,41 cm-1 dan

1388,75 cm-1 yang menunjukkan vibrasi NH

primer dan CN (Younesi, dkk., 2009).

pH Optimum Adsorpsi Ion Ni(II) Oleh NH2-MCM-48

Jumlah ion Ni(II) yang teradsorpsi

oleh NH2-MCM-48 dapat dilihat pada

Gambar 3.

Berdasarkan Gambar 3 jumlah ion Ni(II) yang teradsorpsi meningkat dari pH 3 sampai 4, namun pada pH 5, 6, dan 7 jumlah ion yang teradsorpsi mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa adsorpsi ion Ni(II) baik dilakukan pada suasana asam. Dapat dilihat pada jumlah Ni(II) yang di

adsorpsi (qe) pada pH 3 yaitu 8,6741 mg/g

kemudian pada pH 4 mengalami

peningkatan sebesar 8,8499 mg/g dan setelah itu pada pH 5, 6, dan 7 mengalami

penurunan berturut-turut sebesar 8,6358 mg/g, 8,1949 mg/g, dan 7,7205 mg/g.

Gambar 3. Hubungan antara jumlah ion

Ni(II) yang diadsorpsi (qe) oleh

NH2-MCM-48 dengan pH larutan.

Pada pH rendah ion Ni(II) yang di adsorpsi lebih kecil karena pada kondisi ini terjadi protonasi pada atom N dalam gugus

amin dari adsorben NH2-MCM-48 yang

dapat membentuk NH3 (Younesi, dkk.,

2009). Sedangkan pada pH yang lebih tinggi permukaan adsorben bermuatan negatif yang menguntungkan dalam proses adsorpsi, akan tetapi ion logam mudah terhidrolisis

sehingga terbentuk endapan spesies

hidroksida logam Ni(OH)2. Dari penelitian

ini diperoleh pH optimum untuk adsorpsi

ion Ni oleh NH2-MCM-48 yaitu pada pH 4

dan digunakan untuk penelitian ke tahap selanjutnya.

Waktu Optimum dan Kinetika Adsorpsi Ion Ni(II) Oleh NH2-MCM-48

Jumlah ion Ni(II) yang teradsorpsi

oleh NH2-MCM-48 dapat dilihat pada

Gambar 4.

Berdasarkan Gambar 4 adsorpsi ion Ni(II) meningkat dengan bertambahnya waktu kontak antara adsorben dan ion Ni(II). Hal ini dapat dilihat dari jumlah ion

Ni(II) yang di adsorpsi (qe) dimana pada

waktu kontak 30 menit jumlah ion Ni(II) yang diadsorpsi adalah 4,0575 mg/g. Jumlah ion Ni(II) kemudian terus meningkat dengan bertambahnya waktu dan pada waktu kontak

7,6 7,8 8,0 8,2 8,4 8,6 8,8 9,0 0 2 4 6 8 qe (mg /g ) pH

(6)

300 menit jumlah ion Ni(II) yang di adsorpsi adalah 12,4601 mg/g. Setelah 300 menit,

nilai qe mengalami penurunan yang

disebabkan karena permukaan adsorben telah jenuh. Kondisi ini sesuai dengan konsep adsorpsi yang menyatakan bahwa semakin lama waktu kontak antara adsorben dengan adsorbat maka akan semakin banyak adsorbat yang teradsorpsi, namun jumlah adsorbat yang terjerap akan mencapai batas maksimum pada waktu tertentu dimana adsorben tidak dapat lagi mengadsorpsi adsorbat. Dari penelitian ini, diperoleh waktu kontak optimum untuk adsorpsi ion

Ni(II) oleh NH2-MCM-48 yaitu selama 300

menit yang akan digunakan untuk penelitian ke tahap selanjutnya.

Gambar 4. Hubungan antara jumlah ion

Ni(II) yang diadsorpsi (qe) oleh

NH2-MCM-48 dengan waktu adsorpsi.

Proses laju adsorpsi dapat

memberikan informasi mengenai jalur reaksi

adsorpsi ion Ni(II) oleh NH2-MCM-48.

Untuk mengetahui model kinetika adsorpsi

ion Ni(II) oleh NH2-MCM-48 digunakan

persamaan orde satu semu dan persamaan orde dua semu. Model kinetik adsorpsi yang

sesuai dapat ditentukan dengan

membandingkan nilai garis kuadran terkecil

R2 (Malik dalam Lawakka, 2005). Model

kinetik adsorpsi dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.

Gambar 6 menunjukkan nilai R2

yang diperoleh sebesar 0,9552 dengan nilai

tetapan kinetik k1 = 0,0082 menit-1 untuk

model kinetik orde satu semu sedangkan

pada Gambar 8 menunjukkan nilai R2 yang

diperoleh sebesar 0,9372 dengan nilai

tetapan kinetik k2 = 0,0007 menit-1 untuk

model kinetik orde dua semu. Nilai R2 untuk

kedua model tersebut lebih besar dari 0,9

tetapi nilai qe berdasarkan model kinetik

orde satu semu (11,2512 mg/g) lebih

mendekati nilai qe secara praktek (12,4601

mg/g) dibandingkan dengan nilai qe

berdasarkan orde dua semu (14,4300 mg/g). Data ini menunjukkan bahwa adsorpsi ion

logam Ni(II) oleh NH2-MCM-48 mengikuti

orde satu semu.

Gambar 5. Model kinetik orde satu semu untuk adsorpsi ion logam Ni(II) oleh

NH2-MCM-48.

Gambar 6. Model kinetik orde dua semu untuk adsorpsi ion logam Ni(II) oleh

NH2-MCM-48.

Kapasitas Adsorpsi Ion Ni(II) Oleh NH2-MCM-48

Untuk menentukan kapasitas

adsorpsi digunakan model isotermal

adsorpsi yang umum digunakan yaitu dengan model Langmuir dan Freundlich

dengan mengalurkan Ce/qe terhadap Ce

0,00 5,00 10,00 15,00 0 200 400 qe ( mg /g ) waktu (menit) y = -0,0036x + 1,0512 R² = 0,9552 0,00 0,50 1,00 0 100 200 300 log (q o -q t ) t(menit) y = 0,0693x + 6,1110 R² = 0,9372 0,00 10,00 20,00 30,00 0 100 200 300 t/q t (me nit .g /m g ) t (menit)

(7)

untuk persamaan Langmuir dan log qe

terhadap log Ce untuk persamaan

Freundlich. Dari intersep persamaan

Freundlich diperoleh nilai k yang

merupakan kapasitas adsorpsi dan dari slope

persamaan Langmuir diperoleh nilai Qo

yang berhubungan dengan kapasitas

adsorpsi. Kemudian dengan

membandingkan nilai garis kuadran terkecil, maka akan diperoleh isotermal adsorpsi yang sesuai. Gambar 7 dan Gambar 8 secara

berturut-turut menunjukkan isotermal

Langmuir dan isotermal Freundlich adsorpsi

ion Ni(II) oleh NH2-MCM-48.

Gambar 7. Kurva isotermal Langmuir

untukjk adsorpsi ion Ni(II) oleh

NH2-MCM-48.

Gambar 8. Kurva isotermal Freundlich

untuk adsorpsi ion Ni(II) oleh

NH2-MCM-48.

Berdasarkan Gambar 7 dan Gambar

8, adsorpsi ion Ni(II) oleh NH2-MCM-48

memenuhi isotermal Langmuir dimana dapat

terlihat dari nilai kuadran terkecilnya (R2)

yang mendekati 1 yaitu sebesar 0,9820 sedangkan pada isotermal Freundlich nilai

R2 tidak mendekati 1 yaitu sebesar 0,8858.

Berdasarkan isotermal Langmuir nilai

kapasitas adsorpsi (Qo) ion Ni(II) oleh

NH2-MCM-48 yaitu 0,4334 mmol/g dengan

intensitas adsorpsi (b) sebesar 0,0714 L/mg.

Interaksi Ion Ni(II) dengan NH2-MCM-48

Interaksi ion Ni(II) dengan

NH2-MCM-48 dipelajari dengan

menggunakan FTIR. Gambar 9

menunjukkan spektra IR NH2-MCM-48

sebelum dan sesudah adsorpsi ion Ni(II).

Gambar 9. Spektra FTIR (A) NH2-MCM-48

dan (B) NH2-MCM-48 + ion Ni(II)

Pita serapan pada bilangan

gelombang 1560,41 cm-1 yang merupakan

vibrasi NH mengalami pergeseran bilangan

gelombang menjadi 1548,64 cm-1 setelah

adsorpsi yang menunjukkan adanya peranan

gugus NH2 dalam mengikat ion Ni(II)

melalui donor pasangan elektron. Hal ini ditunjang oleh adanya pergeseran pita serapan pada bilangan gelombang 3367,71

cm-1 menjadi 3442,94 cm-1 setelah adsorpsi.

Pita serapan pada bilangan gelombang

1388,75 cm-1 merupakan vibrasi CN

mengalami peningkatan intensitas setelah

adsorpsi yang disebabkan karena

meningkatnya kepolaran dalam struktur

NH2-MCM-48 yang diakibatkan karena ion

logam berikatan dengan NH2.

y = 0,0393x + 0,5504 R² = 0,9820 0,00 5,00 10,00 15,00 0 100 200 300 C e/qe Ce y = 0,1138x + 1,0752 R² = 0,8858 1,00 1,20 1,40 1,60 -1 0 1 2 3 log qe log Ce 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5 7 2 .8 6 6 9 0 .5 2 3 4 7 .1 9 4 6 4 .8 4 7 9 4 .6 7 1 0 8 5 .9 2 1 6 4 5 .2 8 1 3 8 2 .9 6 1 5 4 8 .6 4 2 8 8 3 .5 1 2 9 2 7 .9 4 3 4 4 2 .9 4 3 5 4 .9 0 4 6 2 .9 2 5 7 4 .7 9 6 9 4.3 7 7 9 2 .7 4 1 0 8 3 .9 9 1 3 8 8 .7 5 1 4 9 0 .9 7 1 5 6 0.4 1 1 6 4 3 .3 5 2 8 8 5 .5 1 2 9 3 1 .5 1 3 3 6 7 .7 1 B A Bilangan Gelombang (cm-1) T %

(8)

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa waktu kontak optimum

adsorpsi ion Ni(II) oleh NH2-MCM-48 yaitu

300 menit dengan pH optimum pada pH 4. Laju adsorpsi yang diperoleh memenuhi persamaan orde satu semu. Adsorpsi ion

Ni(II) oleh NH2-MCM-48 mengikuti

isotermal Langmuir dengan kapasitas

adsorpsi sebesar 0,4334 mmol/g.

Daftar Pustaka

Buhani, Narsito, Nuryono, dan Kunarti, E.S., 2009, Amino and Mercapto-Silica Hybrid for Cd(II) Adsorption

in Aqueous Solution, Indo. J.

Chem., 9 (2), 170-178.

Lawakka, I., 2005, Adsorpsi Merah

Reaktif-1 oleh Karbon Aktif dari Tempurung Kenari sebagai Fungsi Waktu dan

Jumlah Adsorben, Skripsi tidak

dipublikasikan, Jurusan Kimia

FMIPA Universitas Hasanuddin,

Makassar.

Pirouzmand, M., Amini, M.M., and Safari, N., 2008, Immobilization of Iron

Tetrasulfophthalocyanine on

functionalized 48 and MCM-41 Mesoporous Silicas: Catalysts for

Oxidation of Styrene, J. Colloid

Interface Sci., 319 (1), 199-205.

Rochyatun, E., dan Rozak, A., 2007, Pemantauan Kadar Logam Berat dalam Sedimen di Perairan Teluk

Jakarta, Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia, 11 (1), 28-36.

Sabilu, K., 2010, Dampak Toksisitas Nikel Terhadap Kondisi Hematologi Ikan

Bandeng Chanos chanos Forsskal,

Studi Lanjut Respon Fisiologi,

Paradigma, 14 (2), 205-216.

Sediawan, W.B., 2000, Berbagai Teknologi

Proses Pemisahan, Jurusan Teknik

Kimia UGM, Yogyakarta.

Sutrisno, H., Arianingrum, R.,dan Ariswan,

2005, Silikat dan Titanium Silikat

Mesopori-Mesotruktur Berbasis

Struktur Heksagonal dan Kubik,

Jurnal Matematika dan Sains, 10 (2),

69-74.

Taba, P., 2001, Mesoporous Solids as

Adsorbent, PhD Thesis, The

University of New South Wales: Australia.

Wang, L., Li, J., Miao, X., Hao, Y., Zhao, J., and Sun, X., 2007, Synthesis

Amino-Functionalization of

Mesoporous Silica and Its

Adsorption of Cr(VI), J. Colloid

Interface Sci, 318 (1), 309-314.

Younesi, H., Heidari, A., and Mehraban, Z., 2009, Removal of Ni(II), Cd(II), and Pb(II) From a Ternary Aqueous Solution by Amino Functionalized Mesoporous and Nano Mesoporous

Silica, Chem. Eng. J., 153 (1),

70-79.

Zhao, Y.N., Li, S.X., and Han, C.S., 2012, Effect of Template Removal on

Synthesis of Organic-Inorganic

Hybrid Mesoporous MCM-48,

Gambar

Gambar 1. Pola difraksi sinar-X MCM-48
Gambar  3.  Hubungan  antara  jumlah  ion
Gambar  6  menunjukkan  nilai  R 2 yang  diperoleh  sebesar  0,9552  dengan  nilai  tetapan  kinetik  k 1   =  0,0082  menit -1   untuk
Gambar  8.  Kurva  isotermal  Freundlich

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Anggara, 2016) yang membandingkan antara pemberian paracetamol pre sirkumsisi dan ibuprofen post

Hasil penelitian efektivitas parasetamol untuk nyeri pasca operasi dinilai dari Visual Analog Scale menunjukan bahwa kelompok pasien yang diberikan parasetamol

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN HIAS ANTHURIUM ‘GELOMBANG CINTA’ ( Anthurium plowmanii ) PADA BEBERAPA KONSENTRASI BAP DAN FREKUENSI PEMBERIAN PUPUK DAUN.. (Ornamental Plant

Jumlah rumpun tanaman hidup setelah perendaman selama 10 hari dari varietas IR64 dan IR64 Sub-1 dengan lima cara pemberian pupuk N... dibandingkan dengan

Dari penjelasan di atas, sejumlah pertanyaan dapat disuguhkan, misalnya; benarkah ilmu pengetahuan sebagai bahan utama dari sebuah konsep pendidikan dalam Islam

Faktanya, UU Desa yang meskinya menjadi dorongan untuk mengembangkan sumberdaya desa yang berkelanjutan, masih terjadinya beberapa tumpang tindih program, seperti

Außerdem erfährt man, warum ausgerechnet diese vom Lehrpersonal verwendet werden, sowohl als auch, wie sich die gleichen Sozialformen auf die Studierenden auswirken