• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN BENCANA KEBAKARAN HUTAN (Studi Kasus Kebakaran Hutan wilayah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kehutanan Aceh pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN BENCANA KEBAKARAN HUTAN (Studi Kasus Kebakaran Hutan wilayah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kehutanan Aceh pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN

BENCANA KEBAKARAN HUTAN

(Studi Kasus Kebakaran Hutan wilayah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kehutanan Aceh

pada Kesatuan Pengelolaan Hutan

Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan)

Muttaqin1, Taqwaddin Husin2, Safrida3

1) Magister Ilmu Kebencanaan Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2) Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh 23111, Indonesia

3) Fakultas Pertanian, jurusan Agribisnis, Universitas Syiah Kuala, Darussalam,BNA Email: muttaqin2712@gmail.com

Abstract: TAHURA area (Forest Park) Pocut Meurah Intan, with an area of about ± 6,220 Ha located in seulawah fires caused by the burning of land. This study aims to discuss the role of the community in the prevention and control of forest fires and menbahas society strengthening in overcoming the fires in the area TAHURA Pocut Meurah Intan. This study used qualitative research methods are analyzed. The research concluded that community efforts to prevent and control forest fire in TAHURA Pocut Meurah Intan been done by the people, adopting the habits and local knowledge. Community involvement in forest protection is a part of forest fire mitigation area TAHURA Pocut Meurah Intan. Strengthening communities around TAHURA the catastrophic forest fires do with socialization awareness about the disastrous forest fires and community involvement in the exploitation of non-timber forest products in the area TAHURA to improving the local economy that is expected to change the habits of people around TAHURA to clear land by burning.

Keywords: Community Participation, forests fire

Abstrak: Kawasan TAHURA (Taman Hutan Raya) Pocut Meurah Intan, dengan luas sekitar ± 6.220 Ha yang terletak di kawasan Seulawah terjadi kebakaran yang disebabkan karena pembakaran lahan. Penelitian ini bertujuan membahas peran masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan menbahas penguatan masyarakat dalam penaggulangan kebakaran hutan yang terjadi di kawasan TAHURA Pocut Meurah Intan. penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa upaya masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di TAHURA Pocut Meurah Intan telah dilakukan oleh masyarakat dengan menerapkan kebiasaan-kebiasaan dan kearifan lokal. Pelibatan masyarakat dalam pengamanan hutan merupakan salah satu bagian dari upaya mitigasi bencana kebakaran hutan dikawasan TAHURA Pocut Meurah Intan. Penguatan masyarakat disekitar TAHURA terhadap bencana kebakaran hutan dilakukan dengan sosialisasi penyadartahuan tentang bencana kebakaran hutan dan pelibatan masyarakat dalam pemanfaatan hasil hutan non kayu di kawasan TAHURA untuk peningkatan ekonomi masyarakat yang diharapkan dapat merubah kebiasaan masyarakat sekitar TAHURA untuk membuka lahan dengan cara membakar.

Kata Kunci : Peran Serta Masyarakat, Pembakaran Hutan

PENDAHULUAN

Provinsi Aceh secara geografis berada pada 1º40'-6º30' LU,94º 40' - 98º 30' BT memiliki luas wilayah 58.375.63 km2 (22,538.96 mil²) yang terdiri dari 5 Kota dan 18 Kabupaten dengan jumlah penduduk sebanyak 4,494,410 jiwa. Aceh memiliki sumber daya alam yang besar, baik di

darat, laut maupun udara. Luas hutan Aceh merupakan modal pembangunan untuk kesejahteraan rakyat aceh. Kesejahteraan tersebut akan tercapai apabila ada keseimbangan antara kelestarian sumber daya alam dan kepentingan ekonomi manusia serta pemanfaatan sumber daya alam harus terkendali dan terarah.

(2)

Volume 2, No. 1, Febuari 2015 - 29 Salah satu bencana non alam antara lain

kebakaran hutan/lahan. Bencana kebakaran hutan adalah suatu keadaan dimana hutan dilanda api sehingga berakibat timbulnya kerugian ekosistem dan terancamnya kelestarian lingkungan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana pada pasal 31 huruf (b) tentang aspek penganggulangan bencana di sektor pelestarian lingkungan hidup. Upaya pencegahan Kebakaran Hutan merupakan suatu bentuk usaha perlindungan hutan agar kebakaran hutan yang berdampak negatif tidak meluas.

TAHURA Pocut Meurah Intan, dengan luas sekitar ± 6.220 Ha yang terletak di kawasan Seulawan Agam belum optimal dalam pengelolaan dan pemanfaatan kawasan TAHURA dapat kita lihat pada musim kemarau, sebagian besar kawasan TAHURA Pocut Meurah Intan ini terjadi kebakaran yang disebabkan karena kebakaran hutan atau pembakaran lahan.

Manfaat dari Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan yang telah dilakukan oleh masyarakat, sehingga akan menjadi bahan masukan dan alternatif pertimbangan dalam penyempurnaan strategi penyusunan program pengelolaan kawasan, khususnya yang berhubungan dengan peran masyarakat dalam mencegah dan menggulangi kebakaran hutan yang selalu terjadi di wilayah UPTD Dinas Kehutanan Aceh Kesatuan Pengelolaan Hutan TAHURA Pocut Meurah Intan.

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam penanggulangan kebakaran hutan perlu adanya suatu pengorganisasian masyarakat untuk mencegah maupun menanggulangi bencana kebakaran hutan oleh karena itu masyarakat harus memiliki peran serta dalam pencehagan dan penanggulangan

bencana. Peran serta disini dapat diartikan ialah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. (Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana Pasal 1 ayat 7) dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan pasal 50 ayat 3 huruf (d) yaitu setiap orang dilarang melakukan pembakaran hutan dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Pengrusakan Hutan.

Pembakaran dalam pengertian ini didefiniskan sebagai tindakan kesengajaan membakar yang dilakukan masyarakat dalam mengelola lahan untuk kegiatan pertanian/perladangan mereka. Sedangkan kebakaran menurut Dharmawan (2003) mendefinisikan sebagai suatu proses pembakaran yang menyebar secara bebas, tidak tertekan yang mengkonsumsi bahan bakar seperti : serasah, rumput, humus, ranting-ranting kayu mati, tiang, gulma, semak, dedaunan serta pohon-pohon segar.

Sedangkan Hadi (1999) menggolongkan tingkat peran serta masyarakat dalam program pembangunan menjadi delapan tingkatan berdasarkan kadar kekuatan masyarakat dalam memberikan pengaruh perencanaan atau yang lebih dikenal dengan delapan jenjang peran serta masyarakat (eight rungs on the ladder of citizen participation), yaitu : (a) manipulation atau manipulasi, (b) therapy atau penyembuhan, (c) informing atau pemberian informasi, (d) consultation atau konsultasi, (e) placation atau penunjukan, (f) partnership atau kemitraan, (g) delegated power atau pelimpahan kekuasaan dan (h) citizen control atau masyarakat yang mengontrol.

(3)

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang dianalisis secara deskriptif dan preskriptif. Penelitian deskriptif dilakukan untuk mengkaji kenyataan lapangan guna mendapatkan gambaran faktual dan akurat tentang obyek yang akan diteliti. Menurut Arikunto (1998) penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu termasuk hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses- proses yang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Dalam proses penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati serta memanfaatkan informan untuk dapat mengungkapkan data yang dikaji.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah secara Purposive Sampling (yaitu mengambil atau memilihan sampel dengan terlebih dahulu menentukan sampel yang akan di ambil) dan memilih desa untuk penelitian karena berbatasan langsung dengan kawasan TAHURA.

Analisis data yang digunakan terhadap data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif ini adalah menggunakan analisis data secara induktif. Proses analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data yang dihimpun melalui wawancara dan observasi lapangan maupun dokumen resmi dari beberapa instansi terkait. Setelah ditelaah dan dipelajari kemudian digeneralisasikan kedalam suatu kesimpulan yang bersifat umum yang didasarkan pada fakta-fakta empiris di lokasi penelitian.

Lokasi penelitian yang dipilih adalah Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Pidie karena kawasan tersebut masih memiliki kawasan hutan yang luas, tetapi mulai mengalami penyusutan karena kebakaran hutan dan lahan.

Pada penelitian ini digunakan 2 jenis data yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan, yaitu dengan melakukan wawancara langsung dengan pihak terkait.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan mengumpulkan sumber tertulis atau dokumen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Masyarakat sekitar TAHURA mempunyai penghasilan utama dalam bidang pertanian /peladang. Hal ini disebabkan keadaan tanah yang sangat subur mengingat di sekitar TAHURA terdapat gunung berapi yaitu gunung selawah agam. masyarakat sekitar TAHURA juga memiliki pekerjaan sampingan berupa peternakan,

Keba karan Hutan /Laha n Peran masyarakat dalam Pencegahan dan penanggulangan kebakaran Hutan Penguatan masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan Data dan Fakta di lapanga n Kebi jaka n Terk ait Bahan masukan dan alternatif program pengelolaan kawasan TAHURA Analisi s Data Terkait Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian

(4)

Volume 2, No. 1, Febuari 2015 - 31 berdagang, menampung hasil pertanian, pengrajin,

serta pengembangan industri hasil pertanian. Keterlibatan masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran hut an dan lahan sebagai bagian pelaksanaan kebijakan Sterilisasi wilayah TAHURA dari Asap Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan memunculkan program pelibatan masyarakat yang bersifat top-down melalui pembetukan satuan kerja Pengamanan Hutan.

Antisipasi kebakaran di lahan perkebunan telah diupayakan dilakukan pencegahan oleh masyarakat itu sendiri. Pencegahan dilakukan melalui suatu kesepakatan antar masyarakat peladang maupun peraturan desa, suatu aturan lokal yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.

Aturan yang telah disepakati dan dijalankan oleh masyarakat tersebut telah menjadi kearifan lokal masyarakat disekitar TAHURA yang hingga saat ini terus di jaga dan dilaksanakan oleh masyarakat.

Selain itu sosialisasi pencegahan kebakaran hutan kepada masyarakat merupakan salah satu upaya strategis untuk melakukan pembinaan, penyuluhan, serta pengawasan dalam upaya pencegahan kebakaran hutan.

Penguatan masyarakat dalam program HKm (Hutan Kemasyarakatan) juga menjadi salah satu strategi khusus pemerintah untuk menanggulagi kebakaran hutan yang disebabkan adanya pembukaan lahan pertanian oleh masyarakat di sekitar TAHURA. Program HKm ini mengedepankan peran masyarakat untuk dapat berpartisipasi langsung di kawasan hutan dengan dukungan penuh dari pemerintah, baik itu lahan, maupun dalam pembiayaannya secara langsung.

Dari hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa peran masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan bencana kebakaran hutan dilakukan sendiri oleh masyarakat dengan kebiasaan-kebiasaan yang menjadi kearifan lokal masyarakat di sekitar

kawasan TAHURA. Kebiasaan-kebasaan seperti membuat aturan gampong, membuat parit batas api merupakan kearifan lokal yang hidup dalam keseharian masyarakat sekitar TAHURA tanpa adanya campur tangan dari pemerintah sebagai pengelola dari kawasan TAHURA itu sendiri.

keterlibatan masyarakat sekitar TAHURA sebagai bagian dari penguatan masyarakat dalam program kerja pemerintah seperti pembentukan satuan kerja pengamanan hutan, program sosialalisasi kebakaran hutan dalam teori Hadi (1999) berada pada tingkatan informing dan consultation dimana keterlibatan masyarakat hanya sekedar subjek dari program kerja yaitu sekedar formalitas yang menungkinkan masyarakat untuk mendengar dan memiliki hak untuk memberikan suara, namun pendapat mereka belum tentu menjadi bahan pengambilan keputusan. Sementara keterlibatan masyarakat di 3 Gampong Sukadamai, Sukamulia, dan Sare Aceh pemanfaatan hasil hutan non kayu di kawasan TAHURA dalam teori Hadi sudah pada tingkatan partnership. Pada tingkatan ini masyarakat sudah menjadi bagian dari program kerja pemerintah. Tingkatan partnership memberikan masyarakat ruang untuk bernegosiasi dan terlibat dalam pengambilan keputusan pemegang kekuasaan.

Mengingat keberhasilan pengelolaan hutan dalam kawasan TAHURA memerlukan keterpaduan antara peran pemerintah dan peran masyarakat khususnya dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan sebagai upaya mitigasi bencana kebakaran hutan. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan yang dilakukan masyarakat dalam kawasan TAHURA pada faktanya telah berkembang sejak lama sebagai bagian dari kebiasaan hidup masyarakat sekitar TAHURA sehingga hal tersebut haruslah dijadikan potensi yang perlu dikembangkan, selain tentunya sebagai upaya pemerintah untuk mitigasi bencana kebakaran hutan.

(5)

Berdasarkan hasil penelitian beberapa kebijakan yang dapat dikembangkan sebagai bahan masukan dan alternatif dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dalam kawasan TAHURA sebagai berikut memadukan kebijakan dan kepentingan pemerintah dengan kearifan yang ada pada masyarakat melalui pengelolaan kawasan hutan secara partisipatif. Meningkatan keterampilan masyarakat dalam upaya penanggulangan kebakaran hutan melalui pelatihan-pelatihan yang menjadikan masyarakat sebagai bagian pelaksanaan, baik dalam perumusan meteri maupun dalam pelaksanaannya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Upaya masyarakat dalam pencegahan dan

penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di TAHURA Pocut Meurah Intan telah dilakukan oleh masyarakat dengan kebiasaan-kebiasaan dan kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat di sekitar TAHURA.

2. Upaya penguatan masyarakat di sekitar TAHURA terhadap bencana kebakaran hutan dilakukan dengan sosialisasi penyadartahuan tentang bencana kebakaran hutan dan keterlibatan masyarakat dalam pemanfaatan hasil hutan non kayu di kawasan TAHURA. Saran.

Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, perlu dikemukakan saran yang berkaitan dengan hasil penelitian ini, yaitu :

1. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam mencegah dan menanggulangi kebakaran lahan diperlukan suatu komitmen dan koordinasi yang solid dari pemerintah, terutama dalam pelaksanaan program dan

kegiatan yang mendukung tercapainya tujuan akhir yang diinginkan yaitu berkurangnya kejadian kebakaran hutan dan lahan atau jika memungkinkan dihilangkan sama sekali. 2. Peningkatan pengetahuan dan kesadaran

masyarakat akan dampak kebakaran lahan, meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pengolahan lahan, peningkatan ketrampilan masyarakat dalam upaya penanggulangan kebakaran lahan, peningkatan sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran lahan, serta pengembangan komoditi perkebunan yang cocok dengan lahan tersebut.

3. Diharapkan kepada pemerintah untuk melibatkan masyarakat disekitar TAHURA dalam setiap penyusunan maupun pelaksanaan program kerja yang dilaksanakan di kawasan TAHURA, agar masyarakat memiliki hubungan langsung dengan TAHURA sehingga masyarakat berperan aktif dalam menjaga hutan dalam kawasan TAHURA.

DAFTAR PUSTAKA

Adriansyah, A. 2004, Hubungan Sentralisasi dengan Bentuk dan Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Proyek P2MPD di Kecamatan Cisayong Kabupaten Tasikmalaya, Tesis Program Pasca Sarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro, Semarang.

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Penerbit Rieka Cipta. Jakarta.

Degeng,I. N. S. 1989. Ilmu Pengajaran : Taksonomi variabel. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, Proyek Pengembangan lembaga Pendidikan Tenaga kependidikan.

(6)

Volume 2, No. 1, Febuari 2015 - 33 Pengendalian Kebakaran Lahan dan

Bencana Asap, Makalah Seminar Lokakarya Pengendalian Kebakaran Lahan dan Hutan serta Penanggulangan Bencana Asap. Banjarmasin 30 Mei 2007.

Dharmawan, U. 2003. Pengaruh Penggunaan Api dalam Penyiapan Lahan Terhadap Emisi Gas Rumah Kaca : Studi Kasus Pada Penerapan Teknik Pembakaran Dengan Sedikit Asap di Areal Gambut Kabupaten Pelalawan Riau. Tesis

Program Studi Ilmu

Lingkungan.Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia. Jakarta.

Dinas Kehutanan Aceh. 2006. Site Plan TAHURA Pocut Meurah Intan. PT. Wanamukti Mandiri.

Dyah, P. M. U. 2008. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan Dana kontigensi pada pembangunan Jalan lingkungan, studi kasus : kelurahan gedawang banyumanik Semarang. Tesis Program Pasca Sarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro, Semarang. Hadi, S. P. 1999. Peran serta Masyarakat dan

Keterbukaan Informasi dalam Proses Amdal. Makalah pada Seminar Partisipasi Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses Amdal.Jakarta 3 – 4 Pebruari 1999. Harthayasa, I. M. D. 2002. Partsispasi

Masyarakat dalam Perencanaan Sungai Badung sebagai Obyek Wisata Air ”City Tour” di Kota Denpasar. Tesis. Magister Ilmu Lingkungan Undip, Semarang.

Hardiati, E. S. 2007. Peran Serta Masyarakat dalam Pemeliharaan Kebersihan dan Keteduhan Kota Pati. Tesis. Program Magister Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Undip. Semarang.

Hinger, J. D., dan Thomas L. W. 2003, Manajemen Strategis (Terjemahan), Penerbit Andi,Yogyakarta.

Irawan, D. 2003. Peran Serta Masyarakat dalam Penyedian Sarana Perkotaan melalui Community Contact di Kota Pontianak, Tesis Program Pasca Sarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro, Semarang.

Kementerian Kehutanan. 2013. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam,. Prosedur Tetap Pengendalian Kebakaran Hutan. Moleong, L. J. 2002. Metodologi Penelitian

Kualitatif. PT.Remaja Rosdakarya. Bandung.

Reigeluth, C. M. 1983. Instructioanl-design

theories and models: An overview of

their current status. Volume I. New

Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.

Syam, H. N. 2005. Model-model Pemberdayaan Masyarakat, Pustaka Pesantren, Yogyakarta.

Sihono. 2003. Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Prasarana Pasca Peremajaan Lingkungan Pemukiman di Mojosongo Surakarta, Tesis Program Pasca Sarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro, Semarang. Thoha, M. 2002. Perilaku Organisasi : Konsep

Dasar dan Aplikasinya, Jakarta, Penerbit PT Raja Grafindo Persada. PPS SP ITB. 2010. Konsepsi Pemberdayaan Masyarakat. Bahan Kuliah

Purbathin Hadi. Agus. 2010. Konsep Pemberdayaan, Partisipasi Dan

(7)

Kelembagaan Dalam Pembangunan. Yayasan Agribisnis / Pusat PengembanganMasyarakat Agrikarya (PPMA).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 41 Tahun1999 Tentang Kehutanan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 18 Tahun 2013 Tentang P3H (Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 39

Tahun 2014 Tentang Perkebunan. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor :

P.12/Menhut-II/2009 Tentang Pengendalian Kebakaran Hutan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan atau Lahan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan dan Pelestarian Hutan.

Peraturan Daerah Provinsi Aceh Nomor 46 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan.

Peraturan Gubernur Nomor 20 tahun 2013 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Kehutanan Aceh.

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 95/kpts-II/2001. 2001. Perubahan nama TAHURA Pocut Meurah Intan menjadi TAHURA Pocut Merah Intan.

Qanun Pemerintah Aceh Nomor : 5 Tahun 2010 tentang Penanggulangan Bencana.

Referensi

Dokumen terkait

Mereka percaya bahwa feng shui dapat dijadikan acuan dalam memilih lokasi bisnis sehingga lokasi yang baik mendatangkan keuntungan bagi bisnis, misalnya lebih banyak

|jejakseribupena.com, Soal dan Solusi Simak UI Matematika IPA, 2013

Distribusi frekuensi kejadian limfadenitis TB berdasarkan jenis kelamin JenisKelamin * LimfadenitisTB

Dari analisis ragam pada Tabel 1 menunjukan kombinasi perlakuan tata letak penanaman bujur sangkar dengan benih, umur bibit 6 dan 9 hari setelah semai serta

Banyuasin Tahun Anggaran 2014, berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung Nomor.. 10.04/PP.I/Disbun-01/2014 Tanggal 23 Mei 2014 dan Surat Penetapan Penyedia

Dari pengujian hipotesis penelitian, diperoleh hasil Subjective norms memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Willingness dalam berwakaf, karena

Efek peningkatan kadar CO , kekeringan, serangan 2 penyakit, hujan, dan evolusi gulma disampaikan dalam artikel ini untuk meningkatkan kesadaran petani, perusahaan

Perangkat sumber yang sudah dirancang untuk mengatur jalannya perintah logic yang pertama masuk ke rangkaian buffer Rx, perintah yang dilakukannya dengan menunjukan