1
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Desa Tolokan adalah salah satu wilayah di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah yang memiliki angka kasus diare tertinggi. Data Profil Kesehatan Puskesmas Getasan tahun 2014, menunjukkan bahwa terdapat 84 temuan kasus diare. Berdasarkan data tersebut, peneliti melakukan survei awal pada bulan Juli 2015 bersamaan dengan praktek komunitas ke salah satu dusun di Desa Tolokan yaitu Dusun Kebonan. Observasi dilakukan kurang lebih selama 1 bulan. Hasil observasi yang didapatkan adalah lingkungan rumah baik di dalam maupun di luar terlihat kurang bersih akibat sampah yang berserakan, selokan yang memiliki banyak sampah, tempat penampungan air yang terlihat belum bersih, makanan yang sering dikerumuni lalat, warga yang sering tidak mencuci tangan sehabis beraktivitas di ladang maupun di kebun, serta masih ada warga yang belum memiliki jamban. Hal inilah yang menyebabkan peneliti memperkirakan penyebab tingginya kasus diare ini akibat perilaku warga yang kurang menjaga kebersihan dan juga kesehatan lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan sekitar.
dengan air bersih dan sabun, memberantas jentik nyamuk dengan menguras bak mandi, dan memakai jamban sehat (Riskesdas, 2013). Merujuk pada indikator PHBS di atas maka dapat dilhat bahwa masih ada beberapa hal yang belum terpenuhi yaitu: (1) tidak memiliki jamban, (2) jarang mencuci tangan setelah beraktivitas (berladang dan berkebun), dan (3) jarang untuk membersihkan tempat penampungan air. Padahal warga setempat sudah sering kali mengikuti sosialisasi terkait PHBS dari Dinas Kesehatan yang bekerjasama dengan seluruh perangkat Desa.
Pernyataan ini dibenarkan oleh kepala Dusun Kebonan saat diwawancarai oleh peneliti pada tanggal 8 Juli 2015. Menurutnya, persoalan kesehatan warga Dusun Kebonan umumnya disebabkan oleh kebiasaan dalam budaya masyarakat Jawa yang menganggap jika penyakit belum mengakibatkan seseorang berhenti beraktivitas, maka mereka akan terus bekerja. Artinya, jika penyakit tersebut tidak dirasakan berbahaya atau sampai menghambat aktivitas, maka itu bukan masalah besar yang harus ditakutkan; meskipun mereka aktif mengikuti sosialisasi tentang PHBS dan ancaman penyakit akibat tidak diterapkannya PHBS.
(DBD) menunjukkan adanya peningkatan dari tahun 2012 - 2014, seperti gambar berikut ini:
Di samping itu, hasil penelitian Gomo dkk., (2013) mengungkapkan bahwa PHBS seseorang atau masyarakat, ditentukan oleh sudut pandang (persepsi), pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari masyarakat yang bersangkutan. Tanpa disadari persepsi dan perilaku-perilaku hidup bersih dan sehat yang tidak sesuai, akan menimbulkan kelompok-kelompok berisiko tinggi. Bagi mereka yang memiliki persepsi mengenai PHBS yang tidak sesuai dengan konsep sehat sakit, hal tersebut secara langsung dapat berakibat fatal pada tingkat kesehatan individu serta masyarakat.
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%
[image:3.516.85.449.118.586.2]2012 2013 2014
Gambar 1. Prevalensi Penyakit Terkait PHBS Kabupaten Semarang Tahun 2012-2014
TBC Diare DBD
Penjelasan di atas memicu keingintahuan terkait persepsi warga tentang PHBS dan apakah persepsi ini menentukan keputusan warga untuk menerapkan PHBS. Judul penelitian ini adalah “Persepsi Warga Mengenai Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Di
Dusun Kebonan, Getasan”.
1.2. Fokus Penelitian
Berdasarkan kajian latar belakang tersebut maka fokus penelitian yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah “Bagaimana persepsi warga mengenai perilaku hidup bersih dan
sehat di Dusun Kebonan, Getasan”.
1.3. Signifikansi dan Keunikan Penelitian
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan persepsi warga mengenai PHBS di Dusun Kebonan, Getasan.
1.5 Manfaaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis a. Bidang Ilmu Keperawatan
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi bidang ilmu Promosi Kesehatan dan Pendidikan Keperawatan di tanah air.
b. Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan bagi peneliti selanjutnya dalam mengetahui serta mengembangkan penelitian intervensi untuk mengendalikan persepsi masyarakat mengenai PHBS yang tidak sesuai.
1.5.2 Manfaat Praktis
a. Masyarakat
Menambah pengetahuan masyarakat dalam memahami PHBS sesuai konsep sehat sakit.
b. Layanan Kesehatan