1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota Surakarta adalah kota besar yang mempunyai jumlah penduduk 557.251 jiwa pada tahun 2013 dan mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat sekitar 4,9% sampai 5,4% pada tahun 2012. Kondisi tersebut mendorong semakin banyaknya pergerakan yang dilakukan manusia ataupun barang. Meningkatnya perekonomian di Kota Surakarta tidak didukung sarana dan prasarana yang memadai, sehingga pergerakan manusia dan barang tidak dapat berjalan secara optimal. Pertumbuhan kendaraan bermotor di Kota Surakarta 7,5% per tahun tidak didukung dengan pertambahan kapasitas jalan untuk melayani laju kendaraan. Menurut Tim Penilai Wahana Tata Nugraha (WTN), salah satu permasalahan lalu lintas di Kota Surakarta adalah jaringan jalan lingkar yang saat ini masih minim, sehingga kendaraan dalam bertonase berat masih melintas melalui jalan dalam kota. Hal ini menimbulkan banyak permasalahan lalu lintas pada beberapa ruas jalan tertentu terutama saat jam sibuk. Permasalahan yang terjadi di ruas jalan dapat menyebabkan tidak optimalnya kinerja simpang.
Titik kemacetan di Kota Surakarta terletak pada Jalan Yos Sudarso, ruas yang mengalami kemacetan adalah Utara Simpang Coyudan, Selatan Simpang Coyudan sampai perempatan Kali Larangan, dan pada ruas Jalan Dr. Radjiman dari Pasar Klewer sampai Matahari Singosaren. Puncak kemacetan terjadi pada akhir pekan saat jam puncak siang, kemacetan yang terjadi pada Jalan Yos Sudarso berdampak pada simpang Nonongan yang terletak di Jalan Slamet Riyadi. Simpang Nonongan merupakan akses dari Kota Surakarta menuju Wonogiri atau sebaliknya, sehingga volume lalu lintas pada simpang ini padat.
2
sebelumnya berjalan di lajur kiri dipindahkan ke lajur kanan, begitu juga sebaliknya. Skenario ini hanya dilakukan di atas kertas, dengan kata lain tidak diterapkan secara langsung di lapangan. Meskipun demikian data yang digunakan adalah data arus lalu lintas pada kondisi existing, atau saat tidak ada pembalikan arah. Skenario pembalikan arah arus lalulintas akan dimulai pada ruas jalan Yos Sudarso Simpang Nonongan kemudian akan dilakukan juga pada ruas jalan Yos Sudarso Simpang Coyudan dan setelah itu akan dilakukan bagian jalinan (weaving) pada Jl. Komodor Yos Sudarso–Jl. Kalilarang.
Atas dasar permasalahan tersebut, maka peneliti mencoba meneliti dan membandingkan antara kinerja simpang bersinyal pada kondisi existing dengan kinerja simpang bersinyal setelah terjadi pembalikan arah arus lalu lintas. Parameter yang digunakan untuk perbandingan adalah derajat kejenuhan dan tundaan kedua kondisi simpang, sedangkan metode yang digunakan adalah MKJI 1997 dan HCM 2000.
B. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang yang telah disajikan di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
1) Bagaimana kinerja simpang kondisi existing?
2) Bagaimana kinerja simpang setelah mengalami pembalikan arah arus lalu lintas?
3) Manakah kinerja simpang yang paling optimal antara kondisi existing dengan pembalikan arah arus lalu lintas?
4) Apakah pembalikan arah arus lalu lintas dapat diterapkan pada lengan simpang Jalan Yos Sudarso?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk:
1) Mengetahui kinerja simpang pada kondisi existing.
3
3) Mengetahui kinerja simpang yang lebih optimal antara kondisi existing dengan kondisi setelah pembalikan arah arus lalu lintas.
4) Mengetahui apakah pembalikan arah arus lalu lintas dapat diterapkan di lengan Jalan Yos Sudarso.
D. Batasan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan, maka dibuat batasan masalah sebagai berikut:
1) Lokasi penelitian yaitu di simpang bersinyal Nonongan, pertemuan antara Jalan Slamet Riyadi dengan Jalan Yos Sudarso dan Jalan K. H. Ahmad Dahlan.
2) Skenario pembalikan arah arus lalu lintas diasumsikan, tidak diterapkan secara langsung di lapangan. Maka diperlukan data lalu lintas dan asumsi yang dapat dipakai untuk skenario pembalikan arah arus lalu lintas. Data lalu lintas sama dengan data lalu lintas kondisis existing, sedangkan asumsi yang digunakan untuk pembalikan arah arus lalu lintas antara lain:
a) Gerakan RTOR, karena setelah pembalikan arah arus lalu lintas terdapat gerakan RTOR, maka perhitungan RTOR diasumsikan sama dengan perhitungan LTOR untuk metode MKJI 1997.
b) Gerakan LTOR, untuk metode HCM 2000 perhitungan gerakan LTOR diasumsikan seperti gerakan RTOR.
c) Data HCM 2000 yang dapat diasumsikan adalah faktor penggunaan lajur, diasumsikan dengan distribusi lalu lintas yang seragam di seluruh lengan pendekat.
4) Volume lalu lintas diambil saat jam puncak siang dan dalam analisis digunakan satu jam terpadat.
4
E. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini: 1) Manfaat bagi instansi terkait.
a) Memberikan informasi tentang kapasitas dan kinerja simpang kepada pemerintah atau instansi terkait, sehingga dapat mengoptimalkan kinerja simpang.
b) Memberikan solusi baru dalam memecahkan masalah yang terjadi pada simpang.
c) Sebagai kajian tentang pembalikan arah arus lalu lintas d) Sebagai tolok ukur menentukan kinerja simpang bersinyal. 2) Manfaat bagi masyarakat.
a) Memberikan pengetahuan cara menentukan kinerja simpang.
b) Sebagai sosialisasi jika pembalikan arah arus lalu lintas dilaksanakan. 3) Manfaat bagi mahasiswa.
a) Memberikan pengetahuan untuk penelitian terkait.
b) Memberikan pengetahuan cara menghitung kinerja simpang bersinyal. 4) Manfaat bagi penulis.