• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Perkembangan dan Peranan Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Ciamis.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sejarah Perkembangan dan Peranan Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Ciamis."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

viii

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Nama : Ranny Wijaya

Program Studi : S-1 Sastra China

Judul : Sejarah Perkembangan dan Peranan Majelis

Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) di Ciamis

Skripsi ini berisi tentang sejarah perkembangan MAKIN Ciamis serta peranannya terhadap masyarakat di Kabupaten Ciamis. Analisis dari skripsi ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara serta kuisioner. MAKIN Ciamis didirikan dengan tujuan untuk menghimpun seluruh penganut agama Khonghucu yang ada di Kabupaten Ciamis. Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto,hak-hak etnis Tionghoa telah dibatasi, agama Khonghucu juga tidak diakui secara hukum di Indonesia. Sejak saat itu, seluruh kegiatan penganut agama Khonghucu tidak dapat dilaksanakan. Para penganut agama Khonghucu di Ciamis juga terkena dampaknya. Mereka hanya bisa melakukan ibadat secara diam-diam, dan segala bentuk aktivitas sosial dan budaya yang biasa dilakukan terpaksa dihentikan. Memasuki tahun 2000, setelah agama Khonghucu mendapat pengakuan secara hukum di Indonesia, seluruh aktivitas sosial dan budaya MAKIN Ciamis yang sempat terhenti kini dapat berjalan kembali.

Kata kunci:

(2)

ABSTRACT

Name : Ranny Wijaya

Program of study : S-1 Sastra China

Title : The History of Development and Role of

Majelis Agama Khonghucu Indoneisa (MAKIN) at

Ciamis

This essay contains about the history of Ciamis MAKIN development and also role for all people at Ciamis District. Analysis of this essay use descriptive qualitative method, the technique of data aggregation use interview and questionnaire method. Makin Ciamis was established with the purpose to gather all members of Confucian Religion at Ciamis District. At the period of the President Soeharto, Chinese ethnic’s rights had been limited, Confucian Religion also no avowed legally in Indonesia. Since then, all activities of Confucians could not be done. The Confucians at Ciamis also got hit by the impact. They could only do religious service quietlly, and all kind of social activities and culture that could be done perforce to be stopped. Entering the year of 2000, after Confucian Religion got avowal legally in Indonesia, all activities of social and culture of Ciamis MAKIN which have ever stopped now can back to work.

Keywords:

(3)

x

Universitas Kristen Maranatha

摘要

姓 : 林小华

专业 : 中文系

论文题目 : MAKIN在Ciamis 县的历史发展和这个孔教教会在社

会的角色

本论文的内容是印尼全国孔教教会 MAKIN 在 Ciamis 县的历史发展 和这个孔教教会在社会的角色 这篇论文使用了定性研究,收集数据 的方法是访谈法和问卷调查法 MAKIN Ciamis 的成立 要是 了组 织 Ciamis 县所有的孔教徒 Suharto 当总统的时候限制印尼华裔的权 利,儒教也没得到法律上的认可 自从那以 ,印尼孔教所有的活动 没法公开举行 Ciamis的孔教徒也受到影响 他们只能秘密地做礼拜, 孔 教 的 所有 社 会活 动和 文 化 活动 都 勉强 停止 2000 , 孔 教受到 印 尼法律认可之 ,孔教的社会活动和文化活动才能公开举行

关键词:

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

2.3Pengertian Majelis ... 8

2.4PengertianAgama ... 8

2.5Latar Belakang Lahirnya Agama Khonghucu... 9

2.5.1 Perkembangan Agama Khonghucu di Indonesia ... 11

2.5.2 Agama Khonghucu Zaman Orde Baru ... 13

(5)

xii

Universitas Kristen Maranatha

2.6Pengertian Sosial dan Budaya ... 14

3. DATA DAN PEMBAHASAN ... 16

3.1Latar Belakang Berdirinya MAKIN Ciamis ... 16

3.2Lambang MAKIN... 20

3.3Visi dan Misi MAKIN Ciamis... 22

3.4Perkembangan MAKIN Ciamis ... 23

3.5Peranan MAKIN Ciamis ... 29

3.5.1 Peranan MAKIN Ciamis di Bidang Sosial ... 29

3.5.2 Donor Darah ... 30

3.5.3 Menabur Benih Ikan ... 31

3.5.4 Mengunjungi Panti Jompo ... 33

3.5.5 Pelayanan Kedukaan ... 33

3.5.6 Membantu Masyarakat yang Tertimpa Bencana ... 33

3.5.7 Ziarah ke Makam Etnis Tionghoa yang Tidak Terawat ... 33

3.5.8 Mengadakan Arisan MAKIN Ciamis ... 33

3.5.9 Mengadakan Pengajaran Bahasa Mandarin Secara Sukarela ... 34

3.6 Peranan MAKIN Ciamis di Bidang Budaya ... 34

3.6.1 Perayaan Tahun Baru Imlek ... 35

3.6.2 Barongsai Memeriahkan HUT RI di Ciamis... 36

4. SIMPULAN DAN SARAN ... 38

4.1 Simpulan ... 38

4.2 Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 42

BUKU ... 42

WEB ... 43

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Khong Kauw Hwee (Kelenteng Hok Tek Bio) Ciamis ... 16

Gambar 3.2 Lambang MAKIN ... 20

Gambar 3.3 Gedung MAKIN Ciamis tampak Depan ... 26

Gambar 3.4 Peresmian Gedung Makin Ciamis ... 27

Gambar 3.5 Kelenteng Hok Tek Bio Ciamis 8 November 1996 ... 28

Gambar 3.6 Batu Tulis Renovasi Kelenteng Hok Tek Bio Ciamis ... 28

Gambar 3.7 Kelenteng Hok Tek Bio Ciamis masa kini ... 29

Gambar 3.8 Kegiatan Bakti Sosial HUT MAKIN Ciamis ... 31

Gambar 3.9 Penebaran Benih Ikan ... 32

Gambar 3.10 Sembahyang King Hoo Ping (静和 ) ... 35

(7)

xiv

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Pertanyaan Wawancara ... 45

Lampiran 2: Contoh Hasil Wawancara ... 46

Lampiran 3: Contoh Kuisioner untuk umat MAKIN Ciamis ... 49

Lampiran 4: Contoh Kuisioner untuk umat non-MAKIN Ciamis ... 50

Lampiran 5: Struktur Kepengurusan MAKIN Ciamis ... 51

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya

akan keanekaragaman etnis, budaya, adat-istiadat serta agama. Diantara

banyaknya agama yang ada di Indonesia, seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu,

Budha, agama Khonghucu juga termasuk didalamnya. Di Indonesia, keberadaan

agama Khonghucu diperkirakan dimulai pada pertengahan abad ke-17, dibawa

oleh orang-orang Tionghoa yang merantau ke Indonesia, dengan menyebut

dirinya pemeluk agama Khonghucu. (Junaidy Sugianto, 2014, hlm 46).

Orang Tionghoa yang datang ke Indonesia membawa agama Sam Kauw

(Tridharma) yang mengandung tiga unsur : Budha, Tao dan Khonghucu. Ajaran

Tridharma adalah ajaran yang diajarkan dan disempurnakan oleh seorang tokoh,

misalnya Budha oleh Sidharta Gautama yang meninggalkan kekayaan duniawi

dan pergi bertapa demi mencapai kesempurnaan (nirwana), Tao yang

disempurnakan oleh Lao-Tze yang mengajarkan cara manusia bertindak atau

mengacu kepada sifat-sifat atau kebajikan yang bersifat naluriah dan alami,

sedangkan Khonghucu adalah ajaran yang disempurnakan oleh Kong zi bersama

muridnya yang mengajarakan norma-norma kehidupan manusia, mementingkan

akhlak yang mulia dengan menjaga hubungan antara manusia di langit dengan

manusia di bumi dengan baik. Penganutnya diajar supaya tetap mengingat nenek

moyang seolah-olah roh mereka hadir di dunia ini. Ajaran ini merupakan susunan

falsafah dan etika yang mengajar bagaimana manusia bertingkah laku.

Masing-masing dari ketiga agama ini mempercayai dan menghormati adanya Nabi sebagai

panutan mereka, mempercayai adanya dewa-dewi (misal Budha : dewa bumi,

dewa langit, Tao : Dewi Jiu Tian Xuan Nu, Khonghucu : Hok Tek Ceng Sin

(9)

2

Universitas Kristen Maranatha Welas Asih)). Berbeda dengan agama Kristen yang mengajarkan bagaimana

hubungan dengan Tuhan dan dengan sesama manusia.

Namun dalam perjalanannya, kehadiran agama-agama yang dibawa oleh

orang Tionghoa ini ternyata tidak selalu mendapat sambutan baik oleh negara.

Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, umat Khonghucu di

Indonesia terikat oleh beberapa huru-hara politis dan telah digunakan untuk

beberapa kepentingan politis. Pada 1965, Soekarno mengeluarkan sebuah

keputusan presiden No. 1/Pn.Ps/1965 1/Pn.Ps/1965, di mana agama resmi di

Indonesia menjadi enam, termasuk agama Khonghucu.

Tahun 1967, Soekarno digantikan oleh Soeharto, menandai era Orde Baru.

Di bawah pemerintahan Soeharto, perundang-undangan anti Tiongkok telah

diberlakukan demi keuntungan dukungan politik dari orang-orang, terutama

setelah kejatuhan PKI, yang diklaim telah didukung oleh Tiongkok. Soeharto

mengeluarkan instruksi presiden No. 14/1967, mengenai kultur Tionghoa,

peribadatan, perayaan Tionghoa, serta menghimbau orang Tionghoa untuk

mengubah nama asli mereka. Bagaimanapun, Soeharto mengetahui bagaimana

cara mengendalikan Tionghoa Indonesia. Pada tahun yang sama, Soeharto

menyatakan bahwa “Khonghucu berhak mendapatkan suatu tempat pantas di

dalam negeri” di depan konferensi Asosiasi Khung Chiao Hui Indonesia (PKTHI).

Pada tahun 1969, UU No. 5/1969 dikeluarkan, menggantikan keputusan

presiden tahun 1967 mengenai enam agama resmi. Namun, hal ini berbeda dalam

praktiknya. Pada 1978, Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Instruksi Presiden

(INPRES) No.1470/1978, menyatakan di Indonesia hanya berlaku 5 (lima) agama,

tidak termasuk agama Khonghucu. Kemudian diterbitkan Surat Edaran Menteri

Dalam Negeri No. 477/74054/ BA.01.2/ 4683/95 tanggal 18 November 1978

antara lain menyatakan bahwa agama yang diakui oleh pemerintah yaitu Islam,

Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha.Pada tanggal 27 Januari 1979, dalam suatu

pertemuan kabinet, dengan kuat memutuskan bahwa Khonghucu bukanlah suatu

agama. Keputusan Menteri Dalam Negeri telah dikeluarkan pada tahun 1990 yang

menegaskan bahwa hanya ada lima agama resmi di Indonesia.

Karenanya, status agama Konghucu di Indonesia pada era Orde Baru tidak

(10)

3

Tionghoa menjadi tidak berstatus sebagai pemeluk salah satu dari 5 agama yang

diakui. Untuk menghindari dituduh sebagai atheis dan komunis, pemeluk

kepercayaan tadi kemudian diharuskan untuk memeluk salah satu agama yang

diakui, mayoritas menjadi pemeluk agama Kristen atau Budha. Praktik ini telah

diterapkan di banyak sektor, termasuk dalam kartu tanda penduduk, pendaftaran

perkawinan, dan bahkan dalam pendidikan kewarga negaraan di Indonesia yang

hanya mengenalkan lima agama resmi.

Setelah reformasi Indonesia tahun 1998, ketika kejatuhan Soeharto,

Abdurrahman Wahid dipilih menjadi presiden yang keempat. Presiden mencabut

instruksi presiden No. 14/1967 dan keputusan Menteri Dalam Negeri tahun 1978.

Agama Khonghucu kini secara resmi dianggap sebagai agama di Indonesia.

Kultur Tionghoa dan semua yang terkait dengan aktivitas Tionghoa kini diizinkan

untuk dipraktekkan. Warga Tionghoa Indonesia dan pemeluk Khonghucu kini

dibebaskan untuk melaksanakan ajaran dan tradisi mereka. Seperti agama lainnya

di Indonesia yang secara resmi diakui oleh negara, maka Tahun Baru Imlek telah

menjadi hari libur keagamaan resmi.

Kini Majelis Agama Konghucu Indonesia (MAKIN) tersebar di berbagai

berbagai kota besar seperti Surabaya, Yogyakarta, Jakarta, Surakarta dan

Bandung, juga ada salah satunya di Kabupaten Ciamis. MAKIN Ciamis ini tidak

hanya sebuah majelis yang menaungi dan mengatur seluruh kegiatan umat

Khonghucu di Ciamis, tetapi juga memiliki peranan yang cukup besar dalam

bidang sosial maupun budayanya.

Berangkat dari kenyataan tersebut, maka penulis tertarik untuk membuat

penelitian yang berjudul “Sejarah Perkembangan dan Peranan Majelis Agama

Khonghucu Indonesia (MAKIN) Ciamis.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasakan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, ada dua

permasalahan yang ingin diteliti oleh penulis di dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana sejarah dan perkembangan MAKIN Ciamis?

(11)

4

Universitas Kristen Maranatha 1.3 Tujuan Penelitian

Ada beberapa tujuan yang hendak dicapai penulis dalam penelitiannya ini,

yaitu:

1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan MAKIN Ciamis.

2. Untuk mengetahui peran MAKIN Ciamis bagi warga sekitar.

1.4 Manfaat Penelitian

Ada dua kategori manfaat yang diperoleh penulis dengan adanya

penelitian ini, yaitu:

1. Secara teoritis

Penulis berharap dapat berbagi wawasan pengetahuan baik bagi penulis

maupun bagi masyarakat luas mengenai sejarah perkembangan Majelis

Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Ciamis.

2. Secara praktis

Penulis berharap hasil penelitian dapat menanamkan kesadaran terhadap

siapa saja untuk saling menghormati dan hidup rukun antar etnis dan juga

dapat dipergunakan untuk membantu melestarikan budaya Tionghoa.

1.5 Metode Penelitian

1.5.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Menurut

Jonathan Sarwono (2006:257), pendekatan kualitatif menekankan pada makna,

penalaran, definisi suatu kondisi tersebut (dalam konteks tertentu), dan penelitian

ini lebih mementingkan pada proses dibandingkan hasil akhir. Penelitian kualitatif

merupakan penelitian yang berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat,

kepercayaan orang yang akan diteliti dan semuanya tidak dapat diukur dengan

angka. Pada pendekatan kualitatif, data bersifat deskriptif, maksudnya data dapat

berupa gejala-gejala yang dikategorikan ataupun dalam bentuk lainnya seperti

(12)

5

(Sarwono, 2006:259). Selain dengan metode kualitatif, penelitian ini juga dibantu

dengan metode dokumentasi, supaya diperoleh gambaran dan jawaban yang jelas

dari permasalahan yang diajukan.

1.5.2. Tempat dan Waktu Penelitian

1.5.2.1 Tempat

Tempat penelitian yang dipilih di Jalan Ampera No. 17 Ciamis, Jawa Barat.

Kabupaten Ciamis yang dihuni oleh mayoritas penduduk muslim ini menjadikan

para etnis Tionghoa kurang dapat berperan aktif dengan masyarakat sekitar.

Tetapi dengan adanya MAKIN Ciamis ini dari sisi budaya menjadikan sarana dan

wadah untuk mengajak, memperkenalkan, melestarikan dan mempertahankan

warisan budaya etnis Tionghoa, menjadikan lokasi tersebut sangat cocok untuk

dijadikan lokasi pengamatan penelitian bidang kebudayaan Tionghoa.

1.5.2.2 Waktu

Waktu penelitian akan dilaksanakan dari bulan Agustus 2015 hingga

Desember 2015.

1.5.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis pakai adalah dengan survei

lapangan yang dilakukan dengan observasi, wawancara, dan kuesioner. Penulis

mewawancarai 5 orang dan memberikan kuesioner kepada 30 orang. Wawancara

akan ditujukan kepada Ketua MAKIN Ciamis, seorang sekretaris MAKIN Ciamis,

dua orang Jiao Sheng (penyebar agama) serta HUMAS MAKIN. Selanjutnya

kuisioner akan ditujukan kepada 30 orang yang terdiri dari 15 orang penganut

agama Khonghucu termasuk kaum muda, dan 15 orang umat beragama lain yang

aktif dalam kegiatan sosial maupun budaya Khonghucu. Penulis juga akan

mengamati dari perkembangan apa saja yang terjadi dalam MAKIN serta

(13)

6

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Pembatasan Penelitian

Menganalisa segala sesuatu yang berhubungan dengan agama Khonghucu

tentunya bukan hal yang mudah untuk diteliti dan sangat luas aspeknya, sehingga

tidak memungkinkan bagi penulis untuk meneliti keseluruhannya. Berdasarkan

masuknya agama Khonghucu di berbagai wilayah di Indonesia tentu memiliki

sejarahnya masing-masing. Penganut agama Khonghucu yang tersebar ini juga

salah satunya sampai ke Ciamis, dan mendirikan kelenteng yang ada di Jalan

Ampera II No. 17 Ciamis, Jawa Barat. Oleh karena itu, penulis membatasi

masalah dengan meneliti lebih lanjut mengenai sejarah perkembangan dan

(14)

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Ciamis

merupakan suatu organisasi tempat berhimpunnya penganut agama

Khonghucu di Ciamis yang didirikan dibawah naungan Majelis Tinggi

Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) Pusat di Jakarta.

Berdasarkan keterangan dari mantan ketua MAKIN Ciamis Bapak

Sugiman, pada tahun 1954 MAKIN Ciamis memiliki kurang lebih 278

umat, sedangkan data terakhir tahun 2015 hanya tercatat sebanyak 112

umat. Pengurangan umat ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, salah

satunya adalah ketika zaman Orde Baru tahun 1967 Presiden Soeharto

mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) No. 14/1967 yang melarang

segala bentuk aktivitas mengenai kultur Tionghoa, perayaan Tionghoa

serta peribadatan, sehingga agama Khonghucu di Indonesia tidak diakui

secara hukum dan menyebabkan sebagian umat Khonghucu Ciamis

berpindah ke agama lain.

Sejak berdirinya MAKIN Ciamis telah mengalami sebanyak

tujuh kali pergantian kepengurusan. Struktur organisasi MAKIN Ciamis

sejak periode tahun 1954–2002 memiliki perbedaan dengan struktur

organisasi periode tahun 2003–2015. Hal tersebut terkait adanya

penambahan program kerja seperti bidang peribadatan dan pendidikan

dengan ditambahkannya kegiatan sekolah Minggu bagi anak-anak,

bidang kepemudaan dan olahraga dengan adanya kegiatan olahraga rutin

seperti badminton bagi umat Khonghucu Ciamis, bidang kewanitaan dan

pembinaan anak dengan mengadakan seminar wanita dan kesenian anak,

bidang kedukaan dengan menyediakan fasilitas rumah duka dan mobil

(15)

39

Universitas Kristen Maranatha Seiring dengan penambahan program kerja, peranan MAKIN

Ciamis di bidang sosial dan budaya juga meningkat. Peranan MAKIN

Ciamis sebelum memasuki Orde baru hanya meliputi kegiatan bakti

sosial, menebar benih ikan dan membantu masyarakat korban bencana.

Peranan MAKIN Ciamis dalam bidang budaya juga hanya meliputi

Perayaan Imlek dengan barongsai dan naga (liong) secara tertutup

hanya untuk umat Khonghucu.

Tetapi sejak menjelang tahun 2000-an peranan MAKIN Ciamis

di bidang sosial lebih banyak mengadakan interaksi dengan masyarakat

seperti donor darah, pemeriksaan dan pengobatan gratis, kunjungan ke

panti jompo, pelayanan kedukaan, membersihkan makam etnis Tionghoa

yang tidak terawat, arisan dan mengadakan pengajaran Bahasa Mandarin

secara sukarela. Begitu pula peranan MAKIN Ciamis di bidang budaya.

Peranan MAKIN Ciamis dalam bidang budaya bertujuan untuk

memperkenalkan serta melestarikan kebudayaan Tionghoa, serta turut

meningkatkan rasa nasionalisme dan tenggang rasa antar umat beragama

di Ciamis.

MAKIN Ciamis menyadari bahwa di tengah arus globalisasi ini,

banyak generasi muda masa kini yang sudah mulai kehilangan jati diri

sebagai etnis Tionghoa, kurangnya rasa cinta terhadap budaya sendiri

sehingga mereka mulai melepaskan kebudayaan leluhurnya. Oleh sebab

itu, MAKIN Ciamis berupaya untuk mengadakan kegiatan-kegiatan

yang mendorong kepedulian dan semangat cinta budaya Tionghoa yang

tidak hanya melibatkan kalangan orang tua etnis Tionghoa dan pemeluk

agama Khonghucu saja, tetapi juga turut melibatkan kalangan muda

etnis Tionghoa seluruh wilayah Ciamis baik agama Khonghucu maupun

non-Khonghucu untuk ikut serta dalam kegiatan MAKIN Ciamis. Oleh

karena itu, demi terwujudnya tujuan peranan di bidang budaya, MAKIN

Ciamis banyak mengadakan kerjasama dengan pihak lain. Misalnya

mengadakan acara Kirab budaya, barongsai dalam rangka memeriahkan

(16)

40

Ciamis yang ke-50 tahun yang diikuti oleh semua kalangan etnis

Tionghoa maupun non-Tionghoa.

4.2 Saran

Dalam 61 tahun berdirinya MAKIN Ciamis, masyarakat Ciamis

baik etnis Tionghoa maupun non-Tionghoa sudah merasakan kemajuan

pentingnya keberadaan MAKIN Ciamis ini. Dalam data yang terkumpul

melalui kuisioner, sebagian besar responden mengharapkan MAKIN

Ciamis untuk dapat lebih maju dan berkembang di masa yang akan

datang. MAKIN Ciamis ini diharapkan dapat menjembatani masyarakat

sipil melakukan aksi sosial bagi masyarakat luas, serta lebih inovatif

mengikuti perkembangan zaman dalam meningkatkan pelayanan

sosialnya. Selain itu, MAKIN Ciamis ini merupakan satu-satunya wadah

tempat berkumpulnya sebagian besar etnis Tionghoa yang ada di

Kabupaten Ciamis dan diharapkan dapat terus mempertahankannya.

MAKIN Ciamis juga diharapkan untuk melibatkan tidak hanya

orang dewasa, tetapi juga terus melibatkan generasi muda agama

Khonghucu Ciamis untuk selalu aktif dalam kegiatan pokok MAKIN

Ciamis dan melibatkan generasi muda non-Khonghucu untuk

berpartisipasi dalam acara sosial dan budaya yang diselenggarakan oleh

MAKIN Ciamis. Hal ini disarankan demi terciptanya kesatuan bagi

seluruh lapisan umat beragama, mempersiapkan generasi muda untuk

membangun Kabupaten Ciamis menjadi lebih baik lagi, mempersiapkan

generasi muda etnis Tionghoa menjadi calon-calon generasi etnis

Tionghoa masa depan yang kental akan budaya yang tidak hanya dapat

mengembangkan Kabupaten Ciamis saja, juga dapat membantu

(17)

41

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

I. BUKU

Endaswara, Suwardi. (2003). Metodologi Penelitian Kebudayaan.

Yogyakarta : Gajahmada University Press.

Soekanto, Soerjono. (2009). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta :

Rajawali Pers.

Suryadinata, Leo. (2010). Etnis Tionghoa Dan Nasionalisme Indonesia.

Jakarta : Kompas.

Jobathan, Sarwono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Yogjakarta : Graha Ilmu.

Ws.Indarto. (2009). Umat dan Lembaga Agama Khonghucu Indonesia

menuju abad 21.Solo : MATAKIN.

Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung :

PT. Remaja Rosdakarya.

Hoon, Chang Yau. (2012). Identitas Tionghoa Pasca-Suharto: Budaya,

Politik dan Media. (Budiawan, Penerjemah). Jakarta: Yayasan

Nabil dan LP3ES.

Jusuf, Tedy. (2000). Sekilas Budaya Tionghoa di Indonesia. Jakarta: PT.

Bhuana Ilmu Populer.

Suryadinata, Leo. (2002). Negara dan Etnis Tionghoa. Jakarta: Pustaka

LP3ES.

Drs. Hidajat Z.M. (1993). Masyarakat dan Kebudayaan Cina Indonesia.

Bandung : Tarsito.

(18)

42

Wibowo, I dan Thung Ju lan. (2010). Setelah Air mata kering. Jakarta:

Kompas.

Singarimbun, Masri. Effendi, Sofian.(1989). Metode Penelitian Survai.

Jakarta: LP3ES.

Paeni, Mukhlis. (2009). Sejarah Kebudayaan Indonesia Sistem Sosial.

Jakarta: Rajawali Pers.

Kamisa. (1997). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika.

Tim Penyusun Kamus. (1993). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka

Rosida T. (2006). Teknik Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: DSU.

II. WEBSITE

Meetabied.blogspot.co.id. (2013, 17 Febuari). Definisi

Perkembangan Menurut Para Ahli.Diperoleh 10 September 2015,

dari:http://meetabied.blogspot.co.id/2013/02/definisi-perkembangan-menurut-para-ahli.html

Scribd.com. (2015). Khonghucu Agama Atau Kepercayaan.

Diperoleh 12 September 2015,

dari

https://www.scribd.com/doc/48336485/Konghucu-Agama-Atau-Kepercayaan

Meandconfusius.com. (2010, 13 September). Genta/Bok Tok/Mu

Duo. Diperoleh 12 September 2015, dari

http://www.meandconfucius.com/2010/09/gentabok-tokmu-tuo.html

MATAKIN.wordpress.com. (2009, 1 Febuari). Agama Khonghucu.

Diambil 23 September 2015, dari

(19)

43

Universitas Kristen Maranatha

Kamiluszaman.blogspot.co.id. (2014, 13 Desember). Agama

Khonghucu. Diambil 23 September 2015, dari

http://kamiluszaman.blogspot.co.id/2014/12/agama-kong-hu-cu.html

spocjournal.com. (2013, 30 November). Tiong Hoa Hwee Koan.

Diambil 30 September 2015, dari

http://www.spocjournal.com/sejarah-history/428-tiong-hoa-hwee-koan-thhk.html

batarahutagalung.blogspot.co.id. (2006, 25 Juni). Ajaran

Khonghucu Diakui Kembali. Diambil 30 September 2015,

dari

Gambar

Gambar 3.1 Khong Kauw Hwee (Kelenteng Hok Tek Bio) Ciamis .............. 16

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang sudah dipaparkan diatas terbukti berhasil dikarenakan hipotesis terjawab, yaitu Penerapan Model Pembelajaran problem based learning dapat

Disamping itu penetapan Desa dan Desa Adat merupakan amanat Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa khususnya dalam Pasal 116, maka Peraturan Daerah

Daftar Personil Inti dengan membawa tanda pengenal bagi Perusahaan yang tidak menghadiri Klarifikasi hasil evaluasi ini dianggap menerima seluruh hasil keputusan

Suatu sistem informasi manajemen yang berbasis komputer terdiri dari manusia , perangkat keras , perangkat lunak , data dan prosedure-prosedure organisasi yang saling

Precondition Member berhasil melakukan login. Member pernah melakukan transaksi. Member memilih M enu/link ‘Historis Transaksi’. Sistem menampilkan halaman Historis Transaksi

Demikian yang dilakukan oleh warga belajar kaum perempuan program pelatihan pengelolaan sampah di Rumah Pintar Nur Aini, bahwa dengan melakukan kegiatan yang

Serta menghitung kandungan C dan N yang dimiliki air perasan singkong yang sebagai media penumbuh dan melakukan penelitian lanjutan dengan menguji kandungan

Rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel bintang dan non bintang November 2015 tercatat 1,35 hari, lebih singkat dibandingkan Oktober 2015 yang