• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis dan Usulan Fasilitas Fisik, Lingkungan Fisik dan Tata Letak Fasilitas Fisik Di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD.R.Syamsudin,SH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis dan Usulan Fasilitas Fisik, Lingkungan Fisik dan Tata Letak Fasilitas Fisik Di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD.R.Syamsudin,SH."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

v

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Rumah sakit merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks. Semakin luas pelayanan kesehatan dan fungsi suatu rumah sakit, maka semakin kompleks peralatan dan fasilitas yang dibutuhkan. Salah satu area pelayanan yang berada di rumah sakit adalah Instalasi Gawat Darurat (IGD). IGD memegang peranan penting karena melayani pasien yang berada dalam keadaan gawat dan terancam nyawanya.

RSUD.R.Syamsudin, SH merupakan salah satu rumah sakit tipe B yang berlokasi di Jl. Rumah Sakit No.1 kota Sukabumi, Jawa Barat. Berdasarkan data yang dimiliki oleh pihak rumah sakit, terjadi kenaikan jumlah pasien yang berkunjung ke IGD sebesar 15-20% selama periode 2007-2013. Namun, kondisi ini belum ditunjang sepenuhnya dengan penyediaan kelengkapan dan keergonomisan fasilitas fisik bagi pasien di ruang triase, ruang resusitasi non bedah, ruang tindakan bedah dan ruang intermediate ward.

Kegiatan pengamatan ini bertujuan untuk menganalisis dan memperbaiki kondisi fasilitas fisik dan lingkungan fisik agar sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan, yaitu Kepmenkes RI No. 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat di rumah sakit dan Kepmenkes Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengidentifikasi fasilitas fisik yang sudah tersedia apakah sudah memenuhi semua persyaratan baik dilihat dari segi ketersediaan dan jumlah. Selain itu, dilakukan pengukuran terhadap lingkungan fisik dan pengumpulan data-data pendukung lainnya.

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa fasilitas fisik di keempat ruangan belum memenuhi persyaratan, belum ditata dengan baik dan belum dilengkapi dengan penyediaan rambu-rambu keselamatan (safety sign) yang baik dan benar. Selain itu, terjadi kelebihan kapasitas pasien yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara jumlah pasien yang dirawat di IGD dengan area ruangan yang digunakan. Hasil pengukuran lingkungan fisik tidak sesuai dengan ambang batas yang ditentukan. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara ventilasi, luas ruangan dan manusia yang ada di ruangan tersebut sehingga menghambat proses sirkulasi udara. Kondisi ini dapat mengurangi kenyamanan dan menghambat pelayanan pada pasien yang dirawat di IGD.

Oleh karena itu, dilakukan perancangan terhadap tata letak fasilitas fisik yang terbagi menjadi tiga skenario, yaitu perancangan tata letak fasilitas fisik dengan menggunakan fasilitas fisik lama, perancangan tata letak fasilitas fisik dengan menggunakan fasilitas fisik baru, dan perancangan tata letak fasilitas fisik dengan menggunakan fasilitas fisik baru serta penambahan luas ruangan. Berdasarkan hasil penilaian terhadap ketiga skenario yang telah dibuat, dapat diketahui bahwa skenario optimal untuk keempat ruangan tersebut adalah dengan menggunakan fasilitas fisik baru serta penambahan luas ruangan. Selain itu, dilakukan usulan penambahan kelengkapan fasilitas fisik di keempat ruangan agar sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan dan usulan penambahan kipas angin dan pemasangan rambu-rambu keselamatan (safety sign).

(2)

viii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Cover ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1-1 1.1Latar Belakang Masalah ... 1-1 1.2Identifikasi Masalah ... 1-3 1.3Batasan dan Asumsi ... 1-4 1.4Perumusan Masalah ... 1-5 1.5Tujuan Penelitian ... 1-5 1.6Manfaat Penelitian ... 1-6 1.7Sistematika Penulisan ... 1-7 BAB 2 STUDI PUSTAKA ... 2-1 2.1 Pengertian... 2-1 2.2 Instalasi Gawat Darurat ... 2-2 2.3 Lingkup Sarana Pelayanan IGD ... 2-3 2.4 Persyaratan Instalasi Gawat Darurat ... 2-5 2.5 Lingkungan Fisik ... 2-7 2.6 Peraturan Perundang-undangan dan Keputusan Menteri Kesehatan RI yang

(3)

ix

Universitas Kristen Maranatha 2.8 Data Antropometri ... 2-24 2.9 Rambu-rambu Keselamatan (safety sign) ... 2-25 2.9.1 Pengelompokan Rambu-rambu Keselamatan (safety sign) ... 2-26 2.9.2 Petunjuk Pemasangan Rambu ... 2-26 2.9.3 Jenis Rambu Keselamatan ... 2-27 2.9.4 Pedoman Umum Rambu Keselamatan ... 2-28 2.9.5 Pedoman Standar Simbol Rambu ... 2-29 2.9.6 Layout Rambu-rambu Keselamatan ... 2-33 BAB 3 SISTEMATIKA PENELITIAN ... 3-1

3.1Flowchart Penelitian ... 3-1 3.2Keterangan Flowchart ... 3-4 3.3Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 3-5 3.4Sumber Data... 3-6 3.5Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 3-6 BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... 4-1 4.1PENGUMPULAN DATA ... 4-1 4.1.1 Sejarah Umum RSUD.R.Syamsudin,SH ... 4-1 4.1.2 Struktur Organisasi ... 4-4 4.1.3 Uraian Tugas masing-masing bagian di Instalasi Gawat Darurat

(IGD) ... 4-5 4.1.4 Pembagian Jam Kerja dan Shift Kerja ... 4-8 4.1.5 Gambaran Umum Aktivitas yang dilakukan di Instalasi Gawat

Darurat ... 4-9 4.1.6 Data Kunjungan Pasien IGD Periode tahun 2007-2013 ... 4-23 4.1.7 Daftar Fasilitas Fisik Saat Ini di IGD ... 4-23 4.1.8 Kesesuaian Fasilitas Fisik yang ada pada saat ini dengan Standar

(Kepmenkes RI No. 856/menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat) ... 4-32 4.1.9 Data Hasil Pengukuran Lingkungan Fisik di IGD Periode

(4)

x

Universitas Kristen Maranatha 4.1.11 Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan di IGD ... 4-48 4.1.12 Safety sign yang ada pada saat ini di IGD ... 4-51 4.1.13 Tata Letak penempatan Fasilitas Fisik Saat Ini di IGD ... 4-54 4.2PENGOLAHAN DATA ... 4-57 4.2.1 Perhitungan Laju Kedatangan Pasien yang Datang ke IGD per hari . 4-57 4.2.2 Perhitungan Rasio Cross Sectional untuk Kebutuhan Stetcher di

Ruang Triase, Resusitasi Non Bedah dan Ruang Tindakan Bedah .... 4-57 4.2.3 Perhitungan Rasio Cross Sectional untuk Kebutuhan Tempat Tidur

di ruang Intermediate Ward ... 4-58 4.2.4 Perhitungan Luas Ruang Triase saat ini dan Luas Ruang Triase

Standar berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 856/menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat ... 4-58 4.2.5 Perhitungan Lampu Ideal Untuk Ruang IGD ... 4-59 BAB 5 ANALISIS ... 5-1

5.1Analisis Fasilitas Fisik Saat Ini ... 5-1 5.2Analisis Lingkungan Fisik Saat Ini ... 5-17 5.3Analisis Tata Letak Penempatan Fasilitas Fisik Saat Ini ... 5-24 5.4Analisis Tata Letak Penempatan Lingkungan Fisik Saat Ini ... 5-27 5.5Analisis Fasilitas Fisik dibandingkan dengan Persyaratan yang berlaku... 5-34 5.6Analisis Lingkungan Fisik dibandingkan dengan Persyaratan yang berlaku ... 5-34 5.7Analisis Rambu-rambu Keselamatan Kerja (safety sign) ... 5-53 5.8Analisis Alat Pelindung Diri yang digunakan saat ini ... 5-58 BAB 6 USULAN ... 6-1

6.1Usulan Perancangan Tata Letak Fasilitas Fisik dan Lingkungan Fisik Untuk Masing-masing Ruangan di Instalasi Gawat Darurat ... 6-1

6.1.1 Ruang Triase ... 6-1 6.1.1.1Analisis Kelebihan dan Kekurangan Masing-masing

Skenario untuk Ruang Triase ... 6-12 6.1.2 Ruang Resusitasi Non Bedah ... 6-13

(5)

xi

Universitas Kristen Maranatha 6.1.2.1Analisis Kelebihan dan Kekurangan Masing-masing

Skenario untuk Ruang Resusitasi Non Bedah ... 6-23 6.1.3 Ruang Tindakan Bedah ... 6-24

6.1.3.1Analisis Kelebihan dan Kekurangan Masing-masing Skenario untuk Ruang Tindakan Bedah ... 6-34 6.1.4 Ruang Intermediate Ward Ruang ... 6-35

6.1.4.1Analisis Kelebihan dan Kekurangan Masing-masing Skenario untuk Ruang Intermediate Ward ... 6-45 6.2Perhitungan Jumlah Lampu untuk Skenario 3 ... 6-46 6.2.1 Analisis Perhitungan Jumlah Lampu Skenario 3 ... 6-47 6.3Penilaian Skenario ... 6-47 6.4Layout Usulan Ruang IGD setelah dilakukan Perubahan Tata Letak Ruangan... 6-50

6.4.1 Diagram Aliran Layout Usulan ... 6-51 6.4.1.1Analisis Diagram Aliran Layout Usulan ... 6-55 6.4.2 Rencana Lokasi untuk Ruangan yang dipindahkan (Ruang Poli

Jiwa, Poli VCT metadhon, Laboratorium Satelit, IW, dan Kasir Rawat Inap) ... 6-50 6.5Usulan Perlengkapan Fasilitas Fisik yang belum tersedia saat ini agar sesuai

dengan Kepmenkes RI No. 856/menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat ... ... 6-59 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 7-1

7.1Kesimpulan ... 7-1 7.2Saran ... 7-5 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(6)

xii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Tabel Halaman

2.1 Ambang Batas Beban Bunyi Bagi Pendengaran 2 - 8 2.2 Tingkat Pencahayaan rata-rata, rederasi dan temperatur warna

yang direkomendasikan 2 - 15

2.3 Indeks Pencahayaan menurut Jenis Ruangna atau Unit 2 - 15 2.4 Indeks Kebisingan Menurut Ruangan atau Unit 2 - 21 2.5 Antropometri Dimensi Tubuh masyarakat Indonesia 2 - 25 2.6 Pedoman Warna , Simbol dan Tulisan Rambu Keselamatan

2 - 28 2.7 Pedoman Bentuk Geometeri dan Maksudnya untuk Rambu

Keselamatan 2 - 28

2.8 Contoh Bentuk Geometeri dan Maksudnya untuk Rambu

Keselamatan 2 - 29

4.1 Data Umum RSUD.R.Syamsudin,SH 4 - 1

4.2 Visi, Misi, Strategi dan Arah Kebijakan

RSUD.R.Syamsudin,SH 4 - 2

4.3 Instalasi yang terdapat di RSUD.R.Syamsudin,SH 4 - 3 4.4 Pembagian Shift Kerja dan Jumlah Tenaga Kerja 4 - 9 4.5 Pengelompokkan Triase Instalasi Gawat Darurat 4 - 9 4.6 Data Kunjungan Pasien Instalasi Gawat Darurat Periode

Januari 2007- Desember 2013 4 - 23 4.8 Tabel Daftar Fasilitas Fisik pada saat ini ditempatkan di

Instalasi Gawat Darurat 4 - 32

4.8 Tabel Daftar Fasilitas Fisik pada saat ini ditempatkan di

Instalasi Gawat Darurat (lanjutan) 4 - 33

4.9 Titik Pengamatan dan Keterangan Prasarana Lingkungan

(7)

xiii

Universitas Kristen Maranatha

Tabel Judul Tabel Halaman

4.10 Titik Pengamatan dan Keterangan Prasarana Lingkungan Fisik

yang ada di Ruang Triase 2 4 - 37

4.11 Titik Pengamatan dan Keterangan Prasarana Lingkungan Fisik

yang ada di Ruang Resusitasi Non Bedah 4 - 38

4.12 Titik Pengamatan dan Keterangan Prasarana Lingkungan Fisik

yang ada di Ruang Tindakan Bedah 4 - 39

4.13 Titik Pengamatan dan Keterangan Prasarana Lingkungan Fisik

yang ada di Ruang Intermediate Ward 4 - 40

4.14 Data Lingkungan Fisik Ruang Triase 1 (Pencahayaan) 4 - 41 4.15 Data Lingkungan Fisik Ruang Triase 1 (Temperatur) 4 - 41 4.16 Data Lingkungan Fisik Ruang Triase 1 (Kelembaban) 4 - 42 4.17 Data Lingkungan Fisik Ruang Triase 1 (Kebisingan) 4 - 42 4.18 Data Lingkungan Fisik Ruang Triase 2 (Pencahayaan) 4 - 42 4.19 Data Lingkungan Fisik Ruang Triase 2 (Temperatur) 4 - 43 4.20 Data Lingkungan Fisik Ruang Triase 2 (Kelembaban) 4 - 43 4.21 Data Lingkungan Fisik Ruang Triase 2 (Kebisingan) 4 - 43 4.22 Data Lingkungan Fisik Ruang Resusitasi Non- Bedah

(Pencahayaan) 4 - 44

4.23 Data Lingkungan Fisik Ruang Resusitasi Non- Bedah

(Temperatur) 4 - 44

4.24 Data Lingkungan Fisik Ruang Resusitasi Non- Bedah

(Kelembaban) 4 - 44

4.25 Data Lingkungan Fisik Ruang Resusitasi Non- Bedah

(Kebisingan) 4 - 44

4.26 Data Lingkungan Fisik Ruang Tindakan Bedah (Pencahayaan) 4 - 45 4.27 Data Lingkungan Fisik Ruang Tindakan Bedah (Temperatur) 4 - 45 4.28 Lingkungan Fisik Ruang Tindakan Bedah (Kelembaban) 4 - 45 4.29 Data Lingkungan Fisik Ruang Tindakan Bedah (Kebisingan) 4 - 46 4.30 Data Lingkungan Fisik Ruang Intermediate Ward (Pencahayaan) 4 - 46 4.31 Data Lingkungan Fisik Ruang Intermediate Ward (Temperatur) 4 - 46 4.32 Data Lingkungan Fisik Ruang Intermediate Ward (Kelembaban) 4 - 46 4.33 Data Lingkungan Fisik Ruang Intermediate Ward (Kebisingan) 4 - 47 4.34 Jenis Kecelakaan Kerja di Instalasi Gawat Darurat Tahun 2012 4 - 47 4.35 Jenis Kecelakaan Kerja di Instalasi Gawat Darurat Tahun 2013 4 - 48

4.36 Masker yang digunakan saat ini di IGD 4 - 48

(8)

xiv

Universitas Kristen Maranatha

Tabel Judul Tabel Halaman

4.39 Rambu-rambu waspada yang tersedia saat ini di IGD 4 - 51 4.40 Rambu-rambu Bahaya yang tersedia di IGD 4 - 52 4.41 Rambu-rambu Informasi yang tersedia di IGD 4 - 53 4.42 Laju Kedatangan Pasien Rata-Rata Per Bulan IGD 4 - 57 4.43 Perhitungan Lampu Ideal untuk Ruang IGD 4 - 59 4.44 Perbandingan Lampu saat ini dan Lampu Ideal berdasarkan

Perhitungan untuk Ruang IGD 4 - 60

5.1 Perbedaan Spesifikasi Stetcher 5 - 1

5.2 Tabel Kesesuaian kondisi saat ini dengan Persyaratan yang

berlaku (Lokasi) 5 - 35

5.3 Tabel Kesesuaian kondisi saat ini dengan Persyaratan yang

berlaku (Desain dan Tata Ruang) 5 - 38

5.4 Tabel Kesesuaian kondisi saat ini dengan Persyaratan yang

berlaku (Ventilasi dan Sistem Pencahayaan) 5 - 41 5.5 Tabel Kesesuaian kondisi saat ini dengan Persyaratan yang

berlaku (Sistem Sanitasi dan Lantai) 5 - 43 5.6 Tabel Kesesuaian kondisi saat ini dengan Persyaratan yang

berlaku (Dinding, Atap, Langit-langit dan Jendela) 5 - 47

5.7

Tabel Kesesuaian kondisi saat ini dengan Persyaratan yang berlaku (Fasilitas Pemadam Kebakaran, Sistem Proteksi Petir, Jaringan Instalasi, Sistem Kelistrikan, dan Sistem Gas Medik

dan Vakum Medik) 5 - 49

5.8

Tabel Kesesuaian kondisi saat ini dengan Persyaratan yang berlaku (Lalu Lintas Antar Ruangan dan Sistem

Pengkondisian Udara) 5 - 51

6.1 Kelebihan dan Kekurangan Kondisi Aktual, Skenario 1,

Skenario 2 dan Skenario3 Ruang Triase 6 - 10 6.1 Kelebihan dan Kekurangan Kondisi Aktual, Skenario 1,

Skenario 2 dan Skenario 3 Ruang Triase (lanjutan) 6 - 11 6.2 Kelebihan dan Kekurangan Kondisi Aktual, Skenario 1,

Skenario 2 dan Skenario3 Ruang Resusitasi Non Bedah 6 - 21 6.2

Kelebihan dan Kekurangan Kondisi Aktual, Skenario 1, Skenario 2 dan Skenario3 Ruang Resusitasi Non Bedah (lanjutan)

6 - 22

6.3 Kelebihan dan Kekurangan Kondisi Aktual, Skenario 1,

Skenario 2 dan Skenario3 Ruang Tindakan Bedah 6 - 32 6.3 Kelebihan dan Kekurangan Kondisi Aktual, Skenario 1,

Skenario 2 dan Skenario3 Ruang Tindakan Bedah (lanjutan) 6 - 33 6.4 Kelebihan dan Kekurangan Kondisi Aktual, Skenario 1,

(9)

xv

Universitas Kristen Maranatha

Tabel Judul Tabel Halaman

6.4

Kelebihan dan Kekurangan Kondisi Aktual, Skenario 1, Skenario 2 dan Skenario3 Ruang Intermediate Ward (lanjutan)

6 - 44 6.5 Perhitungan Jumlah Lampu untuk Skenario 3 Ruang IGD 6 - 46 6.6 Perbandingan Lampu di Skenario 3 dan Lampu Ideal

berdasarkan Perhitungan untuk Ruang IGD 6 - 47 6.7 Concept Scoring Skenario 1, Skenario 2 dan Skenario3 Ruang

IGD 6 - 48

6.8 Tabel Usulan Fasilitas Fisik di ruang Triase, Resusitasi Non

bedah, Tindakan Bedah dan Intermediate Ward 6 - 52 6.8 Tabel Usulan Fasilitas Fisik di ruang Triase, Resusitasi Non

bedah, Tindakan Bedah dan Intermediate Ward (lanjutan) 6 - 53 6.8 Tabel Usulan Fasilitas Fisik di ruang Triase, Resusitasi Non

bedah, Tindakan Bedah dan Intermediate Ward (lanjutan) 6 - 54 6.8 Tabel Usulan Fasilitas Fisik di ruang Triase, Resusitasi Non

bedah, Tindakan Bedah dan Intermediate Ward (lanjutan) 6 - 55 6.8 Tabel Usulan Fasilitas Fisik di ruang Triase, Resusitasi Non

bedah, Tindakan Bedah dan Intermediate Ward (lanjutan) 6 - 56 6.8 Tabel Usulan Fasilitas Fisik di ruang Triase, Resusitasi Non

bedah, Tindakan Bedah dan Intermediate Ward (lanjutan) 6 - 57 6.8 Tabel Usulan Fasilitas Fisik di ruang Triase, Resusitasi Non

bedah, Tindakan Bedah dan Intermediate Ward (lanjutan) 6 - 58 6.8 Tabel Usulan Fasilitas Fisik di ruang Triase, Resusitasi Non

bedah, Tindakan Bedah dan Intermediate Ward (lanjutan) 6 - 59 6.8 Tabel Usulan Fasilitas Fisik di ruang Triase, Resusitasi Non

(10)

xvi

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Gambar Halaman

2.1 Tingkat Kebisingan dan Efeknya 2-7

2.2 Gambar Tingkat Kenyamanan Kelembaban dan Temperatur 2 - 9

2.3 Zona Kenyamanan Temperatur 2 - 10

2.4 Pencahayaan yang direkomendasikan untuk berbagai

pekerjaan 2 - 11

2.5 Pencahayaan yang direkomendasikan untuk berbagai

pekerjaan 2 - 12

2.6 Pedoman Standar Simbol Rambu 2 - 29

2.7 Contoh rambu-rambu larangan 2 - 30

2.8 Contoh rambu-rambu Kewajiban 2 - 30

2.9 Contoh rambu-rambu Larangan 2 - 31

2.10 Contoh rambu-rambu Pemadam Api 2 - 32

2.11 Contoh rambu-rambu Zona Aman 2 - 32

2.12 Contoh rambu-rambu Informasi Umum 2 - 33

2.13 Contoh rambu-rambu Keselamatan Alat Tubuh 2 - 33 2.13 Contoh rambu-rambu Keselamatan Alat Tubuh (lanjutan) 2 - 34

2.14 Layout rambu-rambu keselamatan 2 - 34

3.1 Flowchart Penelitian 3 - 1

3.1 Flowchart Penelitian (lanjutan) 3 - 2

3.1 Flowchart Penelitian (lanjutan) 3 - 3

4.1 Struktur Organisasi RSUD.R.Syamsudin,SH 4 - 4 4.2 Struktur Organisasi Instalasi Gawat Darurat (IGD)

RSUD.R.Syamsudin,SH 4 - 4

4.3 Alur Kedatangan dan Pelayanan Pasien di IGD 4 - 10 4.4 Pengelolaan Pasien di Instalasi RSUD.R.Syamsudin,SH 4 - 11 4.5 Sistem Informasi Manajemen Pengelolaan Pasien

RSUD.R.Syamsudin,SH 4 - 12

4.6 Layout Keseluruhan IGD RSUD.R.Syamsudin,SH 4 - 13 4.7 Diagram Alir Pasien Gawat Darurat IGD

RSUD.R.Syamsudin,SH 4 - 14

4.8 Diagram Alir Pasien Gawat Non Darurat IGD

RSUD.R.Syamsudin,SH 4 - 15

4.9 Diagram Alir Pasien Non Gawat Darurat IGD

RSUD.R.Syamsudin,SH 4 - 16

4.10 Diagram Alir Pasien Non Gawat Non Darurat IGD

(11)

xvii

Universitas Kristen Maranatha

Gambar Judul Gambar Halaman

4.11 Gedung Intensive Care Unit 4 - 20

4.12 Kondisi Ruang Triase 1 4 - 22

4.13 Kondisi Ruang Observasi yang digunakan oleh pasien di ruang

Intermediate Ward 4 - 22

4.14 Kondisi Ruang Triase 2 4 - 22

4.15 Kondisi Ruang Intermediate Ward 4 - 22

4.16 Kondisi Ruang Tindakan Bedah 4 - 23

4.17 Ruang Resusitasi Non-Bedah 4 - 24

4.18 Lampu neon merk Phillips Tornadoyang digunakan di ruang IGD 4 - 36 4.19 Penerangan alami yang digunakan di triase 1 4 - 36 4.20 Jendela mati dan ventilasi yang digunakan di ruang triase 1 4 - 36 4.21 Kipas angin yang digunakan di ruang IGD 4 - 36

4.22 AC yang digunakan di triase 2 4 - 37

4.23 Jendela dan ventilasi di ruang Resusitasi Non-bedah 4 - 38

4.24 Ventilasi di ruang Tindakan Bedah 4 - 39

4.25 Exhaust filter di ruang Tindakan Bedah 4 - 40 4.26 Jendela mati dan ventilasi di ruang Intermediate Ward 4 - 41

4.27 Masker yang digunakan di IGD 4 - 49

4.28 Sarung tangan yang saat ini digunakan pada saat tindakan

medis di IGD 4 - 50

4.29 Baju Kerja yang saat ini digunakan oleh perawat di IGD 4 - 51

4.30 Rambu-rambu waspada 4 - 52

4.31 Rambu-rambu Bahaya 4 - 52

4.32 Rambu-rambu Informasi yang berada di IGD 4 - 53 4.40 Tata Letak Penempatan Fasilitas Fisik Saat ini di Ruang triase 1 4 - 54 4.41 Tata Letak Penempatan Fasilitas Fisik Saat ini di Ruang Triase 2 4 - 55 4.42 Tata Letak Penempatan Fasilitas Fisik Saat ini di Ruang Resusitasi

Non-Bedah 4 - 55

4.43 Tata Letak Penempatan Fasilitas Fisik Saat ini di Ruang Tindakan

Bedah 4 - 56

4.44 Tata Letak Penempatan Fasilitas Fisik Saat ini di Ruang

Intermediate Ward 4 - 56

5.1 Pengaman stetcher dengan tiang besi pengahalang 5 – 2 5.2 Pengaman stetcher tanpa tiang besi penghalang 5 - 2

(12)

xviii

Universitas Kristen Maranatha

Gambar Judul Gambar Halaman

5.4 Stetcher dengan tiang infus 5 - 2

5.5 Stetcher tanpa tempat untuk tabung oksigen 5 – 2

5.6 Kerusakan pada matras stetcher ruang triase 5 – 2 5.7 Stetcher tanpa pengaturan ketinggian sandaran kepala 5 – 3

5.8 Contoh kursi roda dengan tiang infus 5 – 4

5.9 Tiang Infus yang berkarat 5 – 5

5.10 Meja Operasi/ tindakan bedah di ruang tindakan bedah 5 – 12 5.11 Pengaman tempat tidur dengan tiang besi pengahalang 30 cm di

ruang Intermediate ward 5 – 15

5.12 Pengaman tempat tidur dengan tiang besi pengahalang 20 cm di

ruang Intermediate ward 5 – 15

5.13 Jendela yang di cat warna buram di ruang triase 2 5 – 18

5.14 Warna tembok di ruang triase 2 5 – 19

5.15 Warna tembok di ruang tindakan bedah 5 - 19 5.16 Tanda Arah yang menunjukkan Lokasi IGD dari Jalan Raya (Siang

hari) 5 – 35

5.17 Tanda Arah yang menunjukkan Lokasi IGD dari Jalan Raya

(Malam hari) 5 – 35

5.18 Area Drop OffAmbulance yang ditutup oleh Triplek 5 – 36 5.22 Kucing yang masuk ke area/ gedung IGD 5 – 43 5.23 Mobil yang parkir di area drop off ambulans 5 – 44 5.24 Keluarga pasien yang merokok di area drop off ambulans rumah

sakit 5 – 44

5.25 Lantai yang berlubang dan permukaannya tidak rata di ruang triase

1 5 – 45

5.26 Lantai yang terbuka di ruang Tindakan Bedah 5 – 45 5.27 Pertemuan antara dinding dengan lantai yang siku-siku dan

menyimpan debu di ruang triase 1 5 – 46

5.28 Pertemuan antara dinding dengan dinding yang siku-siku dan

permukaannya tidak rata di ruang resusitasi non bedah 5 – 47

5.29 APAR di ruang observasi IGD 5 – 49

(13)

xix

Universitas Kristen Maranatha

Gambar Judul Gambar Halaman

6.8 Skenario 2 R. Resusitasi Non-Bedah IGD 6 - 16

6.9 Skenario 3 R. Resusitasi Non-Bedah IGD 6 - 20

6.10 Skenario 1 R. Tindakan Bedah 6 - 25

6.11 Usulan Meja tindakan/ meja operasi Tindakan Bedah 6 - 26

6.12 Skenario 2 R. Tindakan Bedah 6 - 27

6.13 Skenario 3 R. Tindakan Bedah 6 - 31

6.14 Skenario 1 R.Intermediate Ward 6 - 36

6.15 Contoh tempat tidur yang diusulkan di R.Interediate Ward 6 - 37

6.16 Skenario 2 R.Intermediate Ward 6 - 39

6.17 Skenario 3 R.Interediate Ward 6 - 42

6.18 Layout Usulan Ruang IGD 6 - 50

(14)

MENTERI

TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TENTANG

ALAT PELINDUNG DIRI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 3, Pasal 4 ayat (1), Pasal 9, Pasal 12, Pasal 13, dan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja perlu diatur mengenai alat pelindung diri;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a perlu diatur dengan Peraturan Menteri;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 Dari Republik Indonesia Untuk Seluruh Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4);

2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional Nomor 120 Mengenai Hygiene Dalam Perniagaan Dan Kantor-Kantor (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2889);

(15)

4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279);

5. Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan;

6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun 2009;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI.

Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.

2. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.

3. Pengusaha adalah:

a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;

b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;

c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.

4. Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.

(16)

6. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan yang selanjutnya disebut Pengawas Ketenagakerjaan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan dalam Jabatan Fungsional Pengawas Ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

7. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang ditunjuk oleh Menteri.

Pasal 2

(1) Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat kerja.

(2) APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku.

(17)

Pasal 3

(1) APD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 meliputi: a. pelindung kepala;

b. pelindung mata dan muka; c. pelindung telinga;

d. pelindung pernapasan beserta perlengkapannya; e. pelindung tangan; dan/atau

f. pelindung kaki.

(2) Selain APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk APD: a. pakaian pelindung;

b. alat pelindung jatuh perorangan; dan/atau c. pelampung.

(3) Jenis dan fungsi APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.

Pasal 4 (1) APD wajib digunakan di tempat kerja di mana:

a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan;

b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar, korosif, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi atau bersuhu rendah;

c. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau di mana dilakukan pekerjaan persiapan;

d. dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan;

e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan batu-batuan, gas, minyak, panas bumi, atau mineral lainnya, baik di permukaan, di dalam bumi maupun di dasar perairan;

(18)

g. dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun, bandar udara dan gudang;

h. dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air; i. dilakukan pekerjaan pada ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan; j. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah; k. dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting;

l. dilakukan pekerjaan dalam ruang terbatas tangki, sumur atau lubang;

m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran;

n. dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;

o. dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan telekomunikasi radio, radar, televisi, atau telepon;

p. dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset yang menggunakan alat teknis;

q. dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air; dan

r. diselenggarakan rekreasi yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik. (2) Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan atau Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat mewajibkan penggunaan APD di tempat kerja selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 5

Pengusaha atau Pengurus wajib mengumumkan secara tertulis dan memasang rambu-rambu mengenai kewajiban penggunaan APD di tempat kerja.

Pasal 6

(1) Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai atau menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya dan risiko.

(2) Pekerja/buruh berhak menyatakan keberatan untuk melakukan pekerjaan apabila APD yang disediakan tidak memenuhi ketentuan dan persyaratan.

Pasal 7

(19)

a. identifikasi kebutuhan dan syarat APD;

b.pemilihan APD yang sesuai dengan jenis bahaya dan kebutuhan/kenyamanan pekerja/buruh;

c. pelatihan;

d. penggunaan, perawatan, dan penyimpanan; e. penatalaksanaan pembuangan atau pemusnahan; f. pembinaan;

g. inspeksi; dan

h. evaluasi dan pelaporan.

Pasal 8

(1) APD yang rusak, retak atau tidak dapat berfungsi dengan baik harus dibuang dan/atau dimusnahkan.

(2) APD yang habis masa pakainya/kadaluarsa serta mengandung bahan berbahaya, harus dimusnahkan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan.

(3) Pemusnahan APD yang mengandung bahan berbahaya harus dilengkapi dengan berita acara pemusnahan.

Pasal 9

Pengusaha atau pengurus yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 4, dan Pasal 5 dapat dikenakan sanksi sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970. 5

Pasal 10

Pengawasan terhadap ditaatinya Peraturan Menteri ini dilakukan oleh Pengawas Ketenagakerjaan.

Pasal 11

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri ini diundangkan dengan penempatan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

(20)

MENTERI

TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

ttd

(21)

Lampu penerangan merupakan komponen penting di dalam ruangan / rumah kita. Tanpa lampu, ruangan kita akan terasa mati dan gelap. Lampu bisa menghidupkan suasana ruangan kita. Namun penggunaan lampu yang berlebihan juga tidak baik, sebab saat ini kita sedang digalakkan penghematan energi termasuk penggunaan lampu di ruangan / rumah kita. Selain itu penggunaan lampu secara berlebihan juga akan membuat tagihan listrik kita membengkak. Pada kesempatan ini kami berusaha untuk menguraikan rumus menghitung kebutuhan jumlah lampu di ruangan / rumah kita agar tidak berlebihan maupun kurang.

Pada dasarnya dalam perhitungan jumlah titik lampu pada suatu ruang dipengaruhi oleh benyak faktor, antara lain : dimensi ruang, kegunaan / fungsi ruang, warna dinding, type armature yang akan digunakan, dan masih banyak lagi.

Menurut SNI, daya pencahayaan maksimum untuk beberapa ruang berbeda-beda. Berikut kami sajikan data daya pencahayaan maksimum untuk beberapa ruangan, yaitu :

Ruang Kantor / Industri = 15 watt/ m2. Rumah = 10 watt/m2.

Toko = 20-40 watt/m2. Hotel = 10-30 watt/m2. Sekolah = 15-30 watt/m2. Rumah Sakit = 10-30 watt/m2.

Kita kembali lagi ke bahasan apabila kita akan menghitung jumlah titik lampu ruangan di rumah kita. Maka rumusnya :

�= �����

����������

Keterangan :

N = Jumlah titik lampu

E = Kuat penerangan (Lux), rumah atau apartemen standar 100lux - 250lux L = Panjang ruangan

W = Lebar ruangan

Q = Total lumen lampu (w x L/w: daya lampu x luminous efficacy lamp dapat dilihat pada box lampu yang dibeli)

LLF (Light Loss Factor) = Faktor cahaya hilang rumah atau apartemen standardnya 0,7-0,8

CU (Coeffesien of utilization) = Faktor pemanfaatan rumah atau apartemen (50% - 65%)

(22)

Contoh Perhitungan :

Untuk ruang keluarga sebesar 4m x 8m dan jenis lampu yang digunakan adalah tipe TL 40 watt, berapa titik lampu yang harus dipasang?

Diketahui :

E : Karena ruang keluarga butuh lebih terang nilainya 250 lux. L : 8m; W:4m; LLF:0,8; CU:65%; n:1

Q : Untuk lampu TL 40 watt mempunyai Luminous Efficacy Lamp sebesar 75 Lm/w (ada di box lampu)

(23)

�= �����

����������

�= 250 � 8 � 4 3000 � 0,8 � 0,65� 1=

8000 1560= 5,13

Jadi, Jumlah titik lampu di ruang keluarga anda, idealnya harus sejumlah 5 buah. Demikian, Mari kita cek bersama jumlah lampu di rumah kita masing-masing. Apakah terlalu berlebihan atau malah kurang. Semoga bermanfaat....

Sumber : http://www.mediaproyek.com/2013/07/mari-belajar-menghitung-kebutuhan.html

Contoh Perhitungan dari m2 ke ft2

Sumber : http://www.metric-conversions.org/area/square-meters-to-square-feet.htm

(24)

Sumber : http://www.rapidtables.com/calc/light/watt-to-lux-calculator.htm Contoh konversi watt to lumen

Sumber :

(25)

1 - 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Rumah sakit merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks (mixed input multiple product), karena tidak saja menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat berupa rawat jalan, rawat inap dan beberapa pemeriksaan penunjang, tetapi juga merupakan tempat pendidikan, penelitian kedokteran dan kesehatan. Semakin luas pelayanan kesehatan dan fungsi suatu rumah sakit, maka semakin kompleks peralatan dan fasilitas yang dibutuhkan. Dalam rangka mendukung tujuan rumah sakit yang memiliki kualitas pelayanan kesehatan yang juga memenuhi kebutuhan keselamatan pasien (patient safety), maka dibutuhkan faktor-faktor pendukung seperti sumber daya yang menunjang, baik dari alat-alat kesehatan yang digunakan (harus canggih dan modern) maupun dari sumber daya manusia yang memadai dalam hal keterampilan, keahlian dalam pengoperasian alat, maupun dilihat dari fasilitas fisik (sarana dan prasarana) rumah sakit itu sendiri.

Dalam konteks kebijakan, Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit Pasal 7-17, 40 mengamanatkan bahwa : ”Persyaratan lokasi, bangunan, prasarana…, dan peralatan Rumah sakit harus memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggaraan rumah sakit“. Implementasi tersebut bukan hanya dijadikan sebagai aturan normatif, tetapi menjadi bagian dari upaya dan tugas keseharian seluruh elemen yang ada di lembaga tersebut.

(26)

BAB 1 Pendahuluan

Laporan Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha 1 - 2

Berdasarkan data profil kunjungan pasien di RSUD.R.Syamsudin,SH terjadi peningkatan jumlah pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD), kecenderungan kenaikan kunjungan periode Januari 2007- Desember 2013 adalah sebesar 15-20% setiap tahunnya. Mengingat rumah sakit ini merupakan rumah sakit utama yang melayani pasien tidak hanya dari kota Sukabumi, melainkan dari kota Cianjur, Bogor, kabupaten Sukabumi dan kota-kota lainnya, maka dibutuhkan keseimbangan aksesibilitas (dilihat dari aspek geografis dan ekonomi), pemerataan (equity) dan kesinambungan (sustainability) pelayanan yang diberikan dan fasilitas yang memadai dan memenuhi persyaratan yang ada. Namun, kondisi di IGD pada saat ini, belum ditunjang sepenuhnya dengan penyediaan kelengkapan dan keergonomisan fasilitas fisik sesuai dengan persyaratan kesehatan yang berlaku tentang standar Instalasi Gawat Darurat. Kondisi tersebut terjadi di beberapa ruangan, seperti di ruang triase, ruang resusitasi non bedah, ruang tindakan bedah dan ruang Intermediate Ward (ruangan tunggu sebelum pasien pindah ke ruang perawatan di instalasi rawat inap). Hal tersebut akan berpengaruh kepada pelayanan kesehatan yang diberikan dan aspek kenyamanan yang dirasakan oleh pasien yang berada di IGD. Hasil pengukuran mengenai lingkungan fisik (kelembaban, temperatur, pencahayaan dan kebisingan) yang telah dilakukan oleh pihak rumah sakit menunjukkan bahwa keempat komponen tersebut tidak sesuai dengan aturan yang berlaku (Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan lingkungan rumah sakit. Jika dilihat dari aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), dapat diketahui bahwa terjadi kenaikan kasus kecelakaan kerja pada periode 2011-2013 yang menimpa perawat yang bekerja di IGD dan belum adanya penyediaan rambu-rambu keselamatan (safety sign) yang sesuai dengan fungsinya serta belum ditata di tempat yang semestinya.

(27)

BAB 1 Pendahuluan

Laporan Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha 1 - 3

1.2 Identifikasi Masalah

Penyebab timbulnya permasalahan ketidaksesuaian fasilitas fisik dan lingkungan fisik kerja yang terjadi di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD.R.Syamsudin, SH dapat diidentifikasikan ke dalam beberapa faktor berikut:

1) Kondisi peningkatan jumlah pasien yang dirawat di IGD tidak sebanding dengan ukuran ruang perawatan yang tersedia saat ini di IGD.

2) Lokasi poliklinik rawat jalan, kasir rawat inap, laboratorium satelit, Intermediate Ward kebidanan, terletak di samping pintu masuk IGD sehingga menyebabkan ruang tunggu keluarga pasien IGD digunakan untuk ruang tunggu pasien poliklinik rawat jalan dan apotek.

3) Ketidaksesuaian jenis rambu-rambu keselamatan (safety sign) dan kurangnya jumlah rambu keselamatan (safety sign) yang ada pada saat ini dengan standar keselamatan dan kesehatan kerja.

4) Kurangnya pemanfaatan ruangan yang ada untuk dapat menampung pasien yang dirawat di IGD.

5) Adanya stetcher dan tempat tidur pasien yang belum ergonomis dan berpotensi menimbulkan kecelakaan pada pasien.

6) Kurangnya ketersediaan ventilasi untuk sirkulasi udara di ruang triase, ruang resusitasi non bedah, ruang tindakan bedah dan ruang Intermediate Ward.

7) Kurangnya perawatan/maintanance terhadap fasilitas fisik yang ada di ruang triase, ruang resusitasi non bedah, ruang tindakan bedah dan ruang Intermediate Ward.

8) Kurangnya pengetahuan dan kesadaran petugas dalam menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) secara lengkap sesuai dengan jenis pekerjaan dan tingkat resiko/hazard yang dapat ditimbulkan akibat pekerjaan tersebut. 9) Kurangnya pengorganisasian, pelaksanaan (implementasi) dan

(28)

BAB 1 Pendahuluan

Laporan Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha 1 - 4

1.3 Batasan dan Asumsi

Pada kegiatan penelitian ini, pengamat menerapkan batasan masalah yang bertujuan agar penelitian ini memiliki ruang lingkup pembahasan yang lebih khusus dan tidak melebar. Adapun batasan yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Pada kegiatan penelitian ini, pengamat akan melakukan pengumpulan dan pengolahan data di Instalasi Gawat Darurat periode Januari 2011- Desember 2013.

2. Penelitian lebih difokuskan pada 4 ruangan di instalasi Gawat Darurat, yaitu ruang triase, ruang resusitasi non bedah, ruang tindakan bedah dan ruang Intermediate Ward.

3. Pengamat hanya melakukan penelitian terhadap kondisi fasilitas fisik dan lingkungan fisik kerja di ruang triase, ruang resusitasi non bedah, ruang tindakan bedah dan ruang Intermediate Ward seperti temperatur, pencahayaan, kelembaban dan kebisingan periode 27 Desember 2013 - 29 Desember 2013.

4. Pengamat menggunakan data antropometri 2x lebar bahu orang Indonesia yang digunakan untuk jarak antar stetcher dan jarak antar tempat tidur pasien. (Sumber : Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya Edisi Kedua. Surabaya : Guna Widya)

5. Pengamat menjadikan keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, serta Kepmenkes RI No. 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat di rumah sakit sebagai parameter/landasan dalam pembuatan usulan perancangan fasilitas fisik dan lingkungan fisik kerja di IGD.

Adapun, untuk asumsi yang diberikan pada saat proses penelitian ini berlangsung adalah sebagai berikut:

(29)

BAB 1 Pendahuluan

Laporan Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha 1 - 5

2. Semua fasilitas fisik yang tersedia di IGD dalam kondisi baik.

1.4Perumusan Masalah

Dari penyusunan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penulis melakukan perumusan masalah sebagai berikut :

1. Berapa kapasitas pasien yang dapat ditampung di ruang IGD pada saat ini?

2. Berapa prosentase pasien yang dilayani setiap harinya di ruang IGD saat ini?

3. Bagaimana kesesuaian kondisi fasilitas fisik saat ini di ruang IGD kaitannya terhadap persyaratan yang telah ditentukan?

4. Bagaimana usulan perbaikan fasilitas fisik yang dapat dilakukan di ruang IGD agar yang sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan?

5. Apa tindakan manajerial yang sudah dilakukan saat ini di ruang IGD dalam merawat fasilitas fisik yang dimiliki?

6. Bagaimana kesesuaian kondisi lingkungan fisik saat ini di ruang IGD kaitannya terhadap persyaratan yang telah ditentukan?

7. Bagaimana usulan perbaikan lingkungan fisik yang dapat dilakukan di ruang IGD agar yang sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan? 8. Bagaimana kesesuaian pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) kaitannya terhadap persyaratan yang telah ditentukan?

9. Bagaimana kesesuaian pemilihan jenis rambu-rambu keselamatan (safety sign) yang digunakan dan penempatan rambu-rambu keselamatan (safety sign) yang ada pada saat ini di ruang IGD kaitannya terhadap persyaratan yang telah ditentukan?

1.5 Tujuan Penelitian

(30)

BAB 1 Pendahuluan

Laporan Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha 1 - 6

1. Mengevaluasi dan melakukan tindakan antisipasi guna mencegah over capacity yang terjadi di ruang IGD.

2. Menganalisis proporsi pasien yang harus dilayani di ruang IGD agar tidak terjadi penumpukan pasien.

3. Mengevaluasi kondisi fasilitas fisik saat ini di ruang IGD dikaitkan dengan persyaratan yang telah ditentukan.

4. Memberikan usulan perbaikan untuk memperbaiki fasilitas fisik di ruang IGD agar sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.

5. Mengevaluasi keefektifan tindakan manajerial yang telah dilakukan dalam kaitannya perawatan terhadap fasilitas fisik yang dimiliki agar dapat lebih baik di masa yang akan datang.

6. Mengevaluasi kondisi lingkungan fisik saat ini di ruang IGD dikaitkan dengan persyaratan yang telah ditentukan.

7. Memberikan usulan perbaikan untuk memperbaiki lingkungan fisik di ruang IGD agar sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.

8. Menganalisis kesesuaian pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) agar sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.

9. Mengevaluasi kesesuaian pemilihan jenis rambu-rambu keselamatan (safety sign) yang digunakan dan penempatan rambu-rambu keselamatan (safety sign) yang ada pada saat ini di ruang IGD kaitannya terhadap persyaratan yang telah ditentukan

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan diperoleh setelah kegiatan penelitian ini berakhir, yaitu:

(31)

BAB 1 Pendahuluan

Laporan Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha 1 - 7

2. Pihak rumah sakit dapat melakukan tindakan yang harus dilakukan untuk mengantisipasi proporsi pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) agar tidak terjadi penumpukan pasien.

3. Pihak rumah sakit dapat mengevaluasi kesesuaian kondisi fasilitas fisik saat ini di ruang IGD dikaitkan dengan persyaratan yang telah ditentukan. 4. Membantu kepala Instalasi Gawat Darurat dalam merancang usulan

perbaikan untuk memperbaiki fasilitas fisik di ruang IGD agar sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.

5. Membantu rumah sakit khususnya kepala Instalasi Gawat Darurat dalam mengevaluasi tindakan manajerial yang telah dilakukan khususnya yang berkaitan dengan perawatan fasilitas fisik yang dimiliki saat ini.

6. Pihak rumah sakit dapat melakukan tindakan yang harus dilakukan dalam memperbaiki kondisi lingkungan fisik saat ini di ruang IGD dikaitkan dengan persyaratan yang telah ditentukan.

7. Membantu kepala Instalasi Gawat Darurat dalam merancang usulan perbaikan untuk memperbaiki lingkungan fisik di ruang IGD agar sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.

8. Pihak rumah sakit dapat melakukan tindakan yang harus dilakukan dalam memperbaiki pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di ruang IGD agar sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.

9. Memberikan usulan kepala Instalasi Gawat Darurat dalam kaitannya penempatan rambu-rambu keselamatan (safety sign) yang tepat sesuai dengan jenis dan tata letak penempatan rambu-rambu keselamatan (safety sign) tersebut.

1.7 Sistematika Penulisan

Laporan tugas akhir ini terdiri atas enam bab, yang akan dijelaskan sebagai berikut :

 BAB 1 PENDAHULUAN

(32)

BAB 1 Pendahuluan

Laporan Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha 1 - 8

 BAB 2 STUDI PUSTAKA

Bab kedua berisi tentang teori-teori yang berkaitan dengan persyaratan fasilitas fisik, lingkungan fisik kerja di Instalasi Gawat Darurat (IGD) menurut peraturan perundangan yang berlaku, data antropometri, dan rambu-rambu keselamatan (safety sign).

 BAB 3 SISTEMATIKA PENELITIAN

Bab ketiga menjelaskan tentang sistematika penelitian berupa flowchart penelitian yang menggambarkan proses penelitian dari awal hingga akhir. Pada bagian ini penulis memberikan gambaran mengenai metode dan jenis penelitian yang digunakan untuk mengambil data yang ada di lapangan. Selain itu, dalam bab ini dijelaskan pula tempat jenis dan teknik pengumpulan data, sumber data serta teknik pengolahan dan analisis data.

 BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

(33)

BAB 1 Pendahuluan

Laporan Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha 1 - 9

 BAB 5 ANALISIS

Berisikan analisis mengenai analisis fasilitas fisik saat ini, analisis lingkungan fisik saat ini, analisis tata letak penempatan fasilitas fisik saat ini, analisis tata letak penempatan lingkungan fisik saat ini, analisis fasilitas fisik dibandingkan dengan persyaratan yang berlaku, analisis lingkungan fisik dibandingkan dengan persyaratan yang berlaku, analisis rambu-rambu keselamatan kerja (safety sign), dan analisis Alat Pelindung Diri yang digunakan saat ini.

 BAB 6 USULAN

Berisikan usulan perancangan tata letak fasilitas fisik, lingkungan fisik dan safety sign untuk ruang IGD, perhitungan jumlah lampu untuk skenario 3, penilaian skenario ruang IGD, layout usulan IGD setelah dilakukan perubahan tata letak ruangan, dan usulan perlengkapan fasilitas fisik yang belum tersedia saat ini agar sesuai dengan Kepmenkes RI No. 856/menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat.

 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

(34)

7-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Instalasi Gawat Darurat RSUD.R.Syamsudin, SH dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

 Pada saat ini, kapasitas tempat tidur pasien yang dapat ditampung di ruang triase adalah sebanyak enam buah stetcher, ruang resusitasi non bedah dua buah stetcher, ruang tindakan bedah dua buah meja operasi/ tempat tidur tindakan dan satu buah stetcher, serta empat buah tempat tidur pasien di ruang Intermediate Ward.

 Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa jumlah pasien yang berkunjung ke IGD adalah sebanyak 220 pasien/ hari. Selain itu, dari total pasien yang ada, prosentase pasien yang harus dilayani di IGD adalah sebesar 45% untuk kategori pasien non gawat darurat, dan 30 % untuk pasien gawat darurat dan gawat non darurat. Sedangkan, 25% merupakan pasien non gawat non darurat/ false emergency yang masih bisa dilayani di poliklinik 24 jam.

 Terjadi over capacity yang ada di ruang triase, ruang resusitasi non bedah dan ruang intermediate ward. Adanya over capacity ini disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah kunjungan pasien selama periode 2007-2013 sebanyak 15- 20%. Selain itu, kondisi peningkatan kunjungan pasien ini tidak diimbangi terhadap peningkatan dalam penyediaan area ruangan yang digunakan untuk merawat dan melayani pasien.

 Ketersediaan fasilitas fisik yang ada di ruang triase, ruang resusitasi non bedah, ruang tindakan bedah, dan ruang intermediate ward saat ini belum sesuai dengan persyaratan menurut keputusan Menteri Kesehatan Nomor 856/ menkes/SK/IX/ 2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat.

(35)

BAB 7 Kesimpulan dan Saran

Laporan Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha 7-2

856/menkes/SK/IX/2009. Pertama, adanya keterbatasan sumber daya modal yang dimiliki oleh pihak RSUD.R.Syamsudin, SH dalam memenuhi semua persyaratan, karena adanya tingkatan prioritas dalam pemenuhan kebutuhan fasilitas fisik. Kedua, kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh kepala Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang mengecek ketidaktersediaan fasilitas fisik yang ada masing-masing ruangan IGD.

 Hasil pengukuran mengenai lingkungan fisik (kelembaban, temperatur, pencahayaan dan kebisingan) menunjukkan bahwa keempat komponen tersebut melebihi ambang batas yang ditentukan sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

 Kondisi ruang triase, ruang resusitasi non bedah, ruang tindakan bedah dan ruang intermediate ward pada saat ini menunjukkan bahwa tingkat pencahayaan berada dibawah ambang batas yang ditentukan. Hal tersebut disebabkan oleh faktor tata letak penempatan lingkungan fisik yang ada. Temperatur ruangan dan kelembaban memiliki nilai yang tinggi. Faktor penyebabnya adalah ketidakseimbangan antara ventilasi yang ada dengan luas ruangan dan manusia yang ada di ruangan tersebut sehingga menghambat proses sirkulasi udara. Sedangkan, Tingkat kebisingan yang tinggi disebabkan oleh ketidakseimbangan luas ruangan dengan jumlah orang dan kebisingan dari fasilitas fisik yang digunakan.

(36)

BAB 7 Kesimpulan dan Saran

Laporan Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha 7-3

 Adanya keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh pihak RSUD.R.Syamsudin, SH dalam memenuhi persyaratan yang berlaku, misalnya dalam penyediaan dana yang digunakan untuk melengkapi fasilitas fisik yang belum tersedia saat ini. Pihak rumah sakit khususnya di bidang sarana dan prasarana memiliki tingkat prioritas dalam pemenuhan kebutuhan.

 Kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh kepala Instalasi Gawat Darurat yang mengecek ketidaktersediaan fasilitas fisik yang ada masing-masing ruangan IGD.

 Belum adanya kebijakan dari pihak rumah sakit tentang peralatan yang dimiliki oleh masing-masing ruangan di IGD maupun ruangan terkait seperti ruang rawat inap di instalasi rawat inap, sehingga pada beberapa kasus ditemukan bahwa terdapat fasilitas fisik yang terbawa oleh ruangan lain dan tidak dikembalikan karena tidak ada penjelasan/ keterangan mengenai inventaris alat tersebut.

(37)

BAB 7 Kesimpulan dan Saran

Laporan Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha 7-4

papan pengumuman agar keluarga pasien tidak ikut masuk ke dalam ruangan dan dipersilahkan untuk menunggu di ruang tunggu keluarga pasien.

 Implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di lingkungan Instalasi Gawat Darurat, khususnya di ruang triase, ruang resusitasi non bedah, ruang tindakan bedah dan ruang intermediate ward belum dapat memenuhi semua persyaratan tentang pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di rumah sakit. Hal ini ditandai dengan kurangnya penempatan rambu-rambu keselamatan (safety sign) yang baik dan benar dalam tata cara peletakan maupun dalam penyampaian informasi, peringatan akan bahaya dan rambu-rambu untuk menjaga kewaspadaan

 Kurangnya ketersediaan rambu-rambu keselamatan (safety sign) di ruang triase, ruang resusitasi non bedah, ruang tindakan bedah dan ruang intermediate ward disebabkan oleh kurangnya sumberdaya manusia dan juga pengawasan dari Instalasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) yang menangani keselamatan dan kesehatan kerja di RSUD.R.Syamsudin, SH-Sukabumi. Jumlah tenaga pengawas yang ada saat ini sangat kurang sehingga pihak pengawas tidak bisa melakukan pengawasan terhadap seluruh instalasi yang ada di rumah sakit.

 Dengan adanya rambu-rambu keselamatan (safety sign) dapat mengingatkan perawat maupun pasien dan keluarga pasien untuk selalu waspada akan terjadinya kecelakaan (kecelakaan bisa terjadi kapan saja, dimana saja dan kepada siapa saja). Penyediaan rambu-rambu keselamatan (safety sign) juga merupakan bentuk komitmen dari pihak rumah sakit untuk selalu menjaga dan mengikuti aturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berlaku dan mengutamakan keselamatan kerja (safety first).

(38)

BAB 7 Kesimpulan dan Saran

Laporan Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha 7-5

kasus kecelakaan kerja. Dibutuhkan kesadaran dan kerjasana untuk menjaga setiap komponen kegiatan dari timbulnya kasus kecelakaan kerja.

7.2 Saran

Saran untuk Pihak Manajemen Rumah Sakit

- Pihak manajemen mempertimbangkan dalam melakukan tata ulang terhadap fasilitas fisik dan lingkungan fisik yang tertuang dalam skenario usulan yang telah diberikan dalam rangka menciptakan suatu sistem kerja yang baik, nyaman dan aman bagi pasien, pengunjung IGD, maupun perawat dan dokter yang melakukan aktivitas di gedung/area IGD.

- Pihak manajemen mempertimbangkan untuk penyediaan jumlah alat bantu penghawaan mekanis seperti AC, kipas angin, maupun exhaust filter guna membantu dalam sirkulasi udara di dalam ruangan.

- Pihak manajemen mempertimbangkan untuk pembelian lahan yang dapat dipergunakan untuk perluasan area/gedung IGD, yaitu dengan pembelian tanah lapangan tenis dan juga wisma yang berada di Jl. Rumah sakit.

- Pihak manajemen, khususnya yang bertanggung jawab di IGD melakukan pengecekan terhadap inventaris fasilitas fisik yang ada pada saat ini di masing-masing ruangan. Selain itu, diperlukan adanya suatu aturan Standar Operational Procedure (SOP) agar perawat/ dokter menggunakan fasilitas fisik yang ada di ruangan masing-masing dan tidak meminjam ke ruangan lain yang ada di IGD. Hal ini bertujuan agar inventaris fasilitas fisik tidak tercampur/hilang antara ruangan satu dengan ruangan lain di IGD.

(39)

BAB 7 Kesimpulan dan Saran

Laporan Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha 7-6

- Pihak manajemen mempertimbangkan untuk menambah area ruang tunggu bagi keluarga pasien IGD yang nyaman dan dilengkapi dengan fasilitas penunjang seperti kantin, televisi, kursi tunggu yang memadai. Hal ini bertujuan agar keluarga pasien yang menunggu pasien tidak ikut ke dalam ruangan karena hal ini akan mengganggu pelayanan pada pasien dan menimbulkan adanya penularan penyakit/ cross infection.

- Pihak manajemen mempertimbangkan usulan untuk memberikan himbauan bagi keluarga pasien yang dirawat di IGD untuk tidak ikut masuk ke dalam ruangan pasien, guna mencegah keluarga pasien yang menginap di dalam ruangan, membawa perlengkapan tidur, dan menambah kebisingan di dalam ruangan, sehingga dapat menganggu proses penyembuhan pasien dan pelayanan pada pasien lain. Adapun himbauan yang dapat dilakukan adalah dengan memasang papan pengumuman di pintu masuk IGD serta himbauan lisan (langsung) baik dari perawat ataupun satpam.

- Pihak manajemen mempertimbangkan untuk menambah area parkir yang terletak di Jl. Rumah Sakit agar dapat menampung lebih banyak kendaraan, baik roda dua maupun roda empat.

- Pihak manajemen mempertimbangkan untuk dilakukan perekrutan satpam yang bertugas 24 jam di area drop off ambulans agar jika ada pasien yang datang dapat langsung membantu membawa pasien.

- Pihak manajemen mempertimbangkan untuk merelokasi ruang poliklinik Jiwa dan Poliklinik VCT metadon ke gedung Poliklinik, kasir rawat inap di gedung Instalasi Rawat Inap serta laboratorium satelit di gedung penunjang satelit agar terdapat area untuk melakukan perluasan ruangan di IGD.

(40)

BAB 7 Kesimpulan dan Saran

Laporan Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha 7-7

intermediate ward, karena pada beberapa fasilitas fisik yang dimiliki seperti stetcher pasien, tiang infus, tabung oksigen dan fasilitas fisik lain dalam keadaan berkarat, sehingga dikhawatirkan dapat mengurangi kenyamanan pasien pada saat berada di IGD.

- Pihak manajemen khususnya yang bertanggung jawab di IGD melakukan perawatan/maintanance secara berkala terhadap alat bantu penghawaan mekanis/ buatan (lingkungan fisik) yang berada di setiap ruangan di IGD, khususnya ruang triase, ruang resusitasi non bedah, ruang tindakan bedah, dan ruang intermediate ward, karena pada beberapa alat bantu penghawaan mekanis/ buatan seperti exhaust filter, AC, kipas angin dan ventilasi yang berdebu sehingga dikhawatirkan dapat mengganggu kesehatan manusia yang berada di ruangan tersebut.

- Pihak manajemen khususnya yang bertanggung jawab di IGD melakukan perawatan/maintanance secara berkala terhadap Alat Pelindung Diri (APD) dan rambu-rambu keselamatan (safety sign). - Pihak manajemen disarankan untuk selalu melakukan evaluasi,

perbaharuan, komunikasi serta sosialisasi SOP yang telah dibuat pada perawat dalam mencegah agar kecelakaan kerja akibat kelalaian tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) secara lengkap tidak terulang di kemudian hari.

- Pihak manajemen disarankan untuk membuat dan memasang rambu-rambu keselamatan (safety sign) di setiap ruangan di IGD, area drop off ambulans, dan tempat strategis lainnya baik itu berupa rambu-rambu informasi, peringatan bahaya maupun waspada.

- Pihak manajemen memberikan pengecekan kesehatan secara rutin dan menanggung biaya pengobatan kepada perawat dan dokter yang bekerja di IGD karena di khawatirkan terjadi kasus cross infection berupa penularan penyakit dari pasien.

(41)

BAB 7 Kesimpulan dan Saran

Laporan Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha 7-8

jam kerja yang panjang serta jenis pekerjaan yang beresiko tinggi. Pada saat ini perawat bertanggung jawab atas 10 pasien (idealnya 1 perawat bertanggung jawab atas 2 pasien).

- Pihak manajemen disarankan untuk menambah dokter jaga IGD, agar dapat melakukan pelayanan lebih cepat pada pasien, terutama pada saat melakukan triase. Pada saat ini jumlah dokter jaga IGD berjumlah dua orang, sehingga jika pasien yang datang lebih dari dua orang maka pasien harus menunggu terlebih dahulu sampai dokter selesai.

- Pihak manajemen menambah staff yang bertugas di instalasi yang membidangi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) karena pada saat ini jumlah staff K3RS berjumlah tiga orang sehingga tidak bisa memonitor setiap kegiatan dari ancaman kecelakaan kerja diseluruh instalasi yang ada di rumah sakit.

- Pihak manajemen memberikan pengetahuan dan menumbuhkan kesadaran kepada setiap karyawan yang bekerja di lingkungan rumah sakit untuk tidak takut melapor jika terjadi kecelakaan kerja sehingga pihak rumah sakit bisa mengetahui sejauh mana implementasi standar-standar kesehatan yang terlah diberlakukan dan melakukan evaluasi kebijakan-kebijakan yang telah diterapkan. Adapun pengetahuan yang diberikan adalah dengan memberikan training bagi karyawan.

- Pihak manajemen menerapkan patuh pada setiap aturan yang telah dibuat baik dalam upaya pencegahan maupun penanggulangan yang dilakukan guna meminimilisir timbulnya kecelakaan kerja.

Saran untuk Perawat

- Perawat menjalin kerjasama dan hubungan yang baik dengan pasien pada saat melakukan tindakan medis pada pasien dengan sikap yang ramah (Senyum, Sapa, Salam) sehingga proses pelayanan pada pasien dapat berjalan dengna lancar.

(42)

BAB 7 Kesimpulan dan Saran

Laporan Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha 7-9

dikembalikan/ menulis daftar pinjaman fasilitas fisik) dan mengembalikan dan menempatkan kembali fasilitas fisik tersebut ke tempatnya masing-masing.

- Perawat selaku front man di lapangan yang berhubungan langsung dengan pasien, diharapkan memberi sosialiasi/ pengertian kepada keluarga pasien agar tidak ikut ke dalam ruangan pada saat pasien dirawat di IGD, karena dikhawatirkan dapat mengganggu kegiatan pelayanan pada pasien.

- Perawat ikut serta dalam merawat fasilitas fisik dan lingkungan fisik yang ada pada saat ini di IGD.

- Perawat harus bersedia untuk melakukan setiap prosedur kerja yang telah di berlakukan oleh pihak manajemen pada saat melakukan pekerjaan, karena prosedur yang ada telah mengikuti aturan yang berlaku.

- Perawat harus bersedia mengikuti seluruh peraturan kerja yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen, karena selain untuk menjaga keselamatan pribadi juga kerja sama dari pihak-pihak yang terlibat di seluruh lingkungan rumah sakit dapat meminimalisir timbulnya kasus kecelakaan kerja.

- Perawat harus bersedia untuk selalu menggunakan APD secara lengkap dan benar tata cara penggunaannya dalam setiap kegiatan, karena hal tersebut merupakan upaya pencegahan yang dilakukan untuk mengurangi timbulnya kecelakaan kerja.

- Perawat harus mengetahui jalur evakuasi jika terjadi kecelakaan kerja/ bencana.

- Perawat harus mengetahui letak dan cara pemakaian alat-alat keselamatan pada saat kondisi darurat (contoh APAR).

- Perawat harus untuk selalu waspada terhadap potensi kecelakaan kerja yang dapat terjadi di masa yang akan datang.

(43)

BAB 7 Kesimpulan dan Saran

Laporan Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha 7-10

- Perawat harus dapat menyimpan APD ke tempat yang telah disediakan jika telah selesai digunakan.

- Perawat ikut berperan aktif dalam pengembangan fasilitas fisik/lingkungan fisik di IGD guna perbaikan di masa yang akan datang.

Saran untuk Penelitian Lanjutan

- Penelitian lanjutan mengenai perhitungan laju kedatangan pasien di Instalasi Gawat Darurat.

- Penelitian lanjutan mengenai analisis dan usulan fasilitas fisik dan lingkungan fisik kerja untuk seluruh ruangan yang ada di IGD.

- Penelitian lanjutan mengenai analisis dan usulan fasilitas fisik dan lingkungan fisik kerja untuk seluruh ruangan yang ada di RSUD.R.Syamsudin, SH.

- Penelitian lanjutan mengenai kontur lantai dan kemiringan sehingga tidak menyebabkan licin/ terjatuh di lorong-lorong RSUD.R.Syamsudin,SH.

(44)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. 2012. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Gawat Darurat. Departemen Kesehatan. Jakarta.

2. Keputusan Menteri Kesehatan Repulik Indonesia Nomor 856/Menkes/SK/IX/2009. 2009.

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009. Jakarta.

3. Departemen Kesehatan RI. 2008. Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2008. Departemen Kesehatan Bidang kesehatan. Jakarta.

4. Departemen Kesehatan RI. 2012. Pedoman Teknik Fasilitas Rumah Sakit Kelas B. Departemen Kesehatan. Jakarta.

5. Keputusan Menteri Kesehatan Repulik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009. Jakarta.

6. Undang-Undang Republik Indonesia No.159b Tahun 1988 tentang Rumah Sakit

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992. Jakarta.

7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992. Jakarta.

8. Keputusan Menteri Kesehatan Repulik Indonesia Nomor 29 Tahun 2012.

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012. Jakarta.

9. Keputusan Menteri Kesehatan Repulik Indonesia No. 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat di rumah sakit.

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992. Jakarta.

10.Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER.08/MEN/VII/2010 Pasal 1 tentang Alat Pelindung Diri.

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992. Jakarta.

11.Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya Edisi Kedua. Surabaya : Guna Widya.

12.Team Asisten Laboratorium APK & E Fakultas Teknik-Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha. (2014). Diktat Kumpulan Teori APK&E II 2014 Universitas Kristen Maranatha. Bandung.

(45)

Universitas Kristen Maranatha

http://cakrawijaya.blogspot.com/2009/04/tabel-simbol-rambu-rambu-keselamatan.html 27 November 2013 (21:17)

14.Universitas Sumatera Utara. 2011. Studi Pustaka.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28926/4/Chapter%20II.pdf 27

November 2013 (20:05)

15.Weimer Don. 1993. Handbook of Ergonomic and Human Factors Tables. Prentice Hall, Emglewood Cliffs, New Jersey.

16.http://www.mediaproyek.com/2013/07/mari-belajar-menghitung-kebutuhan.html 10 April

Gambar

Tabel Judul Tabel
Tabel Judul Tabel
Tabel Kesesuaian kondisi saat ini dengan Persyaratan yang
Tabel Usulan Fasilitas Fisik di ruang Triase, Resusitasi Non
+5

Referensi

Dokumen terkait

dikatakan semua formula mempunyai sifat alir yang baik, hal ini dikarenakan ukuran granul yang relatif besar mudah turun dan menata diri serta dengan adanya pengaruh pengetukan

Oleh karena produk sabun mandi padat digunakan oleh masyarakat luas, maka produk tersebut harus memiliki standar spesifikasi produk yang sesuai, sehingga dapat

PHP dan database MySQL, (2) metadata yang digunakan adalah Dublin Core, (3) Sistem belum terintegrasi sepenuhnya dengan sistem informasi kinerja karena masih dalam

1. Cinta adalah perasaan suci yang seharusnya dijaga kesuciannya yakni dengan menempuh jalan yang benar yaitu menikah. Pacaran hanya akan mengotori cinta itu sendiri dengan

Raja Ali Haji dalam Tuhfat an-Nafis meriwayatkan kejadian aneh terhadap jenazah Raja Haji setelah mangkat dalam keadaan syahid fisabilillah seperti berikut,

Jika dalam satu jam tempat parkir tersebut terisi penuh dan tidak ada kendaraan yang keluar atau masuk, hasil maksimum usaha jasa parkir tersebut selama 1 jam adalah.....

1.6.1 Hasil kajian dipercayai membantu dan meningkatkan kefahaman masyarakat umum dalam menangani masalah yang dihadapi berhubung pelaksanaan solat fardu supaya lebih

Anjing yang tidak terpelihara dengan baik, hidup di lingkungan yang tidak bersih dan memakan makanan yang terkontaminasi larva atau telur cacing akan menyebabkan