• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Gratitude pada Warga Binaan Kasus Pelanggaran Napza di Lembaga Pemasyarakatan "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Gratitude pada Warga Binaan Kasus Pelanggaran Napza di Lembaga Pemasyarakatan "X" Bandung."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk memeroleh gambaran mengenai Gratitude pada warga binaan kasus pelanggaran NAPZA di Lembaga Pemasyarakatan “X” Bandung. Variabel yang diteliti adalah Gratitude. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui derajat Gratitude pada warga binaan kasus

pelanggaran NAPZA di lembaga pemasyarakaan “X” Bandung. Asumsi dari

penelitian ini adalah area Gratitude adalah simple of abundance, simple appreciation, dan appreciation for other. Faktor yang memengaruhi Gratitude adalah faktor sosial, persepsi individu yang mendasari suatu hal yang diberikan, dan faktor ekonomi.

Penelitian ini dilakukan berdasarkan teori Gratitude dari Robbert A. Emmons, 2007. Secara psikologis, Gratitude dapat di artikan sebagai perasaan yang menyenangkan yang terjadi ketika kita menerima keuntungan dari orang lain. Sifat dari gratitude adalah kesiapan atau kecenderungan untuk merespon segala perilaku orang lain dengan melihat dari sisi baik dan perbuatan baik yang dilakukan orang lain, dan sebagai konsenkuensi dari menginginkan untuk mengembalikan kebaikan yang pernah dilakukan. Gratitude diukur dengan melihat setiap area dari Gratitude, yaitu, simple of abundance, simple appreciation, dan appreciation for other.

Penelitian ini dilakukan pada warga binaan kasus pelanggaran NAPZA di

Lembaga Pemasyarakatan “X” Bandung. Metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan teknik survey. Alat ukur yang digunakan menggunakan kuesioner yang dimodifikasi oleh peneliti, dari alat ukur GRAT Scale yang dibuat oleh Watskin pada tahun 2003. Data yang diperoleh menggunakan SPSS 20.0. Pengujian validitas alat ukur GRAT Scale ini menggunakan teknik rank spearman, sedangkan reliabilitas menggunakan teknik alpha Cronbach. Reliabilitas alat ukur 0.881

(2)

Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

This research was conducted to get description about Gratitude of the inmates in violations of drugs cases at Correctional Institution ”X” in Bandung. Variable in this research is Gratitude. The assumption of this research is the area of Gratitude is simple of abundance, simple appreciation, and appreciation for

other. The factors of Gratitude, there are social factor, person’s perception which is based something given by other, and economic factor.

Research based on Gratitude theory from Robbert A. Emmons, 2007. Psychologically, Gratitude can be interpreted as a pleasure feeling wich is happened when we receive advantage from other. The virtue of gratitude is a readiness or predisposi-tion to respond to the actions of others by seeing the goodness and benevolence in them, and consequently desiring to return acknowl-edging tokens of benefit. Gratitude measured by every area of Gratitude- simple of abundance, simple appreciation, and appreciation for other.

Research instrument that researcher used is questionnaire that has been modified by researcher from GRAT Scale that made by Watskin in 2003. The research method that researcher used in this research is descriptive method with survey technic. The result then analyzed with SPSS 20.0. The validity of Gratitude instrument was tested with Rank Spearman technic and the reliability with alpha Cronbach technic. The reliability is 0.881.

Based on data analysis, researcher get description about level of Gratitude of prisoners in cases of Violations of drug inmates of Correctional

Facility ”X” in Bandung, that is classified as high is 58% and classified as low is

42%. The conclusion that researcher get from all of the respondents, most of

prisoners in cases of Violations of drug inmates of Correctional Facility ”X” in

(3)

i

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 13

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 13

1.4 Kegunaan Penelitian ... 13

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 13

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 14

1.5 Kerangka Pemikiran ... 14

1.6 Asumsi Penelitian ... 22

BAB II ... 23

TINJAUAN PUSTAKA ... 23

(4)

ii

Universitas Kristen Maranatha

2.2 Gratitude is Recognizing and Acknowledging ... 24

2.3 Area Gratitude ... 25

2.4 Faktor yang Memengaruhi Gratitude ... 26

2.5 Gratitude is Embodied ... 28

2.6 Proses Gratitude Dalam Diri Pria ... 32

2.7 Definisi Warga Binaan ... 33

BAB III ... 34

METODE PENELITIAN ... 34

3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 34

3.2 Bagan Rancangan Penelitian ... 34

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 35

3.4 Alat Ukur ... 36

3.4.1 Alat Ukur Gratitude ... 36

3.4.2 Norma Alat ukur ... 41

3.4.3 Data Penunjang ... 41

3.4.4 Validitas dan Reliabilitas ... 42

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 45

3.5.1 Populasi Sasaran ... 45

3.5.2 Karakteristik Sampel ... 45

3.6 Teknik Analisis ... 46

BAB IV ... 47

(5)

iii

4.1 Gambaran Sampel Penelitian ... 47

4.1.1 Gambaran Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 47

4.1.2 Gambaran Sampel Penelitian Berdasarkan Usia ... 48

4.1.3 Gambaran Sampel Penelitian Berdasarkan Pekerjaan dan Taraf Ekonomi ... 48

4.2 Hasil Penelitian ... 50

4.2.1 Derajat Gratitude pada Warga Binaan di Lembaga Pemasyarakatan “X” Bandung ... 50

4.2.4 Tabulasi Silang antara gratitude dengan Appreciation for others. ... 53

4.3 Pembahasan ... 54

BAB V ... 70

SIMPULAN DAN SARAN ... 70

5.1 Simpulan ... 70

5.2 Saran ... 71

5.2.1 Saran Teoritis ... 71

5.2.2 Saran Praktis ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73

DAFTAR RUJUKAN ... 74

(6)

iv

Universitas Kristen Maranatha DAFAR TABEL

Tabel 3.4.1.1 Tabel area dan nomor item GRAT Scale Tabel 3.4.1.2 Penilaian jawaban responden

Tabel 3.4.2.1 Kategori

Table 4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.1.3 Gambaran responden berdasarkan pekerjaan dan taraf ekonomi Tabel 4.2.1 Derajat gratitude pada warga binaan di lembaga pemasyarakatan

“X” Bandung

Tabel 4.2.2 Derajat gratitude dengan sense of abudance pada warga binaan di lembaga pemasyarakatan “X” Bandung

Tabel 4.2.3 Derajat gratitude dengan simple appreciation pada warga binaan di lembaga pemasyarakatan “X” Bandung

Tabel 4.2.4 Derajat gratitude dengan appreciation for others pada warga binaan di lembaga pemasyarakatan “X” Bandung

(7)

v

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Definisi NAPZA dan Jenis-Jenis NAPZA LAMPIRAN B Kuesioner Gratitude (GRAT Scale) LAMPIRAN C Uji Validitas Alat Ukur

LAMPIRAN D Uji Reliabilitas Alat Ukur

LAMPIRAN E Tabulasi Silang Antara Gratitude dengan Faktor-Faktor yang Memengaruhi

(8)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kasus pelanggaran hukum yang terjadi di Indonesia banyak jenisnya, salah satunya penyalahgunaan NAPZA (narkotika, psikotropika dan zat adiktif). Guna menanggulangi hal tersebut maka para pelaku pelanggaran tersebut harus mendapatkan hukuman yang sesuai dengan peraturan pemerintah, yaitu hukum pidana berdasarkan undang-undang yang berlaku. Warga binaan adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di lembaga pemasyarakatan. (UU nomor 21 tahun 2013 ayat 6).

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semisintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangnya rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini. (UU nomor 35 tahun 2009 pasal 1 ayat 1)

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan sintesis, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku (UU nomor 5 tahun 1997 pasal 1 ayat 1)

(9)

1333 orang (2013). Berdasarkan data yang ada, menunjukkan jumlah yang signifikan terhadap peningkatan jumlah warga binaan yang ada pada lembaga pemasyarakatan “X” Bandung.

Warga binaan kasus pelanggaran NAPZA adalah warga binaan yang tertangkap baik sebagai pecandu, pembuat (bandar), ataupun pengedar. Pecandu Narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada narkotika, baik secara fisik maupun psikis. (UU no 35 tahun 2009 pasal 1 ayat 13). Pembuat (bandar) adalah individu yang melakukan kegiatan atau proses penyediaan, mengolah, membuat, menghasilkan, mengemas, dan / atau mengubah bentuk narkotika termasuk mengekstrasi, mengkonversi, atau merakit narkotika untuk memproduksi obat (UU no 22 tahun 1997 pasal 1 ayat 5). Peredaran adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan penyaluran atau penyerahan psikotropika, baik dalm rangka perdagangan, bukan perdagangan maupun pemindahtanganan (UU no 5 tahun 1997 pasai 1 ayat 6). Setelah tertangkap, warga binaan akan mendapatkan hukuman pidana sesuai dengan pasal Undang-Undang yang berlaku. Lama masa hukuman pidana yang didapatkan warga binaan bervariasi sesuai dengan berapa banyak warga binaan tersebut terjerat pasal dalam Undang-Undang.

(10)

Universitas Kristen Maranatha | 3 positif dan negatif. Ketika warga binaan melihat hukuman dari sudut pandang yang positif, warga binaan akan menyadari kesalahannya, lalu kemudian akan muncul gratitude dalam diri warga binaan dan akan membuat warga binaan melakukan hal yang positif dan berhenti melakukan penyalahgunaan NAPZA. Ketika warga binaan melihat hukuman pidana tersebut dari sudut pandang yang negatif, individu tersebut akan sulit untuk menyadari kesalahannya, dan untuk memunculkan gratitude, juga akan sulit dan cenderung untuk mengulang perilaku negatif-nya, yaitu melakukan penyalahgunaan NAPZA.

Berdasarkan undang-undang nomor 18 tahun 1981 pasal 22, jenis penahanan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu penahanan rumah, penahanan kota, dan penahanan rumah tahanan negara. Penahanan rumah tahanan negara biasa dikenal dengan lembaga pemasyarakatan.

Lembaga pemasyarakatan memiliki banyak jenisnya, ada lembaga pemasyarakatan untuk berbagai macam kasus, dimana semua kasus yang melanggar hukum di jadikan satu dan ada juga yang hanya untuk satu kasus pidana. Salah satu lembaga pemasyarakatan yang menangani satu kasus pidana adalah lembaga pemasyarakatan yang khusus menangani kasus pelanggaran NAPZA. Dalam lembaga pemasyarakatan ini, semua orang yang melakukan pelanggaran NAPZA, baik bandar, pengedar, pecandu atau pemakai NAPZA ditahan dalam lembaga pemasyarakatan jenis ini.

(11)

di tahan di pihak kepolisian sambil menunggu berkas lengkap. Setelah berkas lengkap, akan dikirim ke kantor kejaksaan lalu warga binaan akan dipindahkan ke kantor kejaksaan dan menjadi tahanan kejaksaan untuk menunggu proses sidang. Setelah proses sidang, akan diputuskan berapa lama hukuman yang harus dijalani. Kemudian, warga binaan akan ditempatkan di lembaga pemanyarakatan yang umum (dimana semua kasus pelanggaran hukum ada). Setelah itu warga binaan harus menunggu surat keputusan apakah akan dipindahkan atau harus menjalani hukuman di lembaga pemasyarakatan tersebut. Biasanya, warga binaan dengan kasus pelanggaran NAPZA, akan di pindahkan dalam lembaga pemasyarakatan yang khusus menangani kasus pelanggaran NAPZA, seperti lembaga pemasyarakatan “X” ini.

(12)

Universitas Kristen Maranatha | 5 Warga binaan akan merasa apa yang mereka miliki selalu kurang dan membuat mereka mencari yang lebih. Ketika hal yang dicari tidak ada, akan memunculkan stress dan membuat mereka memakai narkotika lagi. Pemakaian narkotika ini dimaksuskan untuk menghilangkan stress dalam diri mereka. Pemakaian nakotika dilakukan secara terus menerus yang menyebabkan mereka akan semakin ketergantungan pada narkotika. Ketergantungan ini biasa dikenal dengan sebutan adiksi. Kegiatan mengonsumsi narkotika merupakan suatu tindakan yang melanggar hukum. Warga binaan yang tertangkap, saat pertama kali akan memunculkan perasaan tidak terima dan merasa segalanya akan berakhir. Warga binaan juga merasa bahwa hidup mereka sia-sia dan merasa tidak bisa melakukan apapun juga.

Perasaan bersalah yang muncul, akan membuat mereka mengetahui dan menyadari kesalahan yang telah diperbuat. Warga binaan akan mulai untuk menerima hukuman yang diberikan. Saat mulai menerima apa yang mereka punya selama ada didalam penjara, seperti kegiatan yang diadakan oleh lembaga pemasyarakatan, memanfaatkan waktu ibadah dan lainnya, akan memunculkan perasaan gratitude. Perasaan tersebut akan membuat warga binaan mulai untuk keluar dari “dunia” itu, dan mulai untuk mengembangkan diri menjadi lebih positif dan mulai untuk berhenti menggunakan NAPZA.

(13)

menyalahkan dirinya sendiri dan sulit untuk memunculkan perasaan

gratitude, sehingga, sulit untuk mengembangkan diri menjadi lebih positif.

Hal itu menyebabkan warga binaan memiliki kecenderungan yang besar untuk terus melakukan pelanggaran NAPZA. Sehingga sering kali banyak yang sudah keluar, masuk lagi dalam lembaga pemasyarakatan dengan kasus yang sama, yaitu melakukan pelanggaran NAPZA.

Panjangnya proses hukum yang harus dijalani, membuat warga binaan akan menimbulkan rasa bersalah. Hal tersebut setelah beberapa lama, akan membuat invidu tersebut mulai menerima hukuman dan merasa hukuman tersebut harus tetap dijalani, yang kemudian individu dapat beradaptasi dengan siatuasi dan kondisi yang ada. Ketika individu tersebut melihat kondisi tersebut dari sisi yang positif, akan membuat individu sadar atas kesalahan yang dia perbuat dan akan memunculkan perasaan bersyukur dan berusaha untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik, salah satunya dengan berhenti melakukan penyalahgunaan NAPZA.

(14)

Universitas Kristen Maranatha | 7 Banyak hal yang pihak lembaga pemasyarakatan lakukan sebagai upaya yang bertujuan untuk rehabilitasi warga binaan di sana. Pihak lembaga pemasyarakatan mengadakan berbagai kegiatan, seperti kegiatan pramuka, membuat komunitas yang di beri nama TC (Therapy Community),

sharing bersama panti rehabilitasi narkotika (seperti Rumah Cemara),

rampak gendang, angklung, pengajian, renungan pagi, kebaktian rutin, teater, memberikan keterampilan seperti membuat lemari, kursi, sangkar burung, menjahit baju anak. Mereka juga diajarkan untuk berkebun dan merawat binatang peliharaan yang ada disana seperti burung dan iguana. Banyaknya hal positif yang diberikan oleh pihak lembaga pemasyarakatan, dapat membantu untuk memunculkan gratitude dalam diri individu.

Gratitude merupakan dasar bagi individu untuk mengembangkan diri

(15)

kehidupan mental yang ada didalam dirinya menjadi netral. Itu sebabnya

gratitude memerlukan permenungan dan pemikiran.

Individu yang sudah memunculkan perasaan gratitude dalam dirinya, akan terlibat dari satu atau lebih kegiatan yang ada disana. Meskipun kegiatan tersebut bukan sebuah kegiatan yang besar, tetapi ketika mereka menghargai kesempatan yang diberikan pihak lembaga pemasyarakatan dan mereka menyadari bahwa hal tersebut dapat mengembangkan diri mereka lebih positif. Hal tersebut merupakan salah satu cara individu menunjukkan perasaan gratitude yang dimiliki oleh warga binaan.

(16)

Universitas Kristen Maranatha | 9 Sehingga, sangat penting untuk menimbulkan perasaan gratitude dalam diri individu, karena dengan munculnya perasaan gratitude, akan membantu lembaga pemasyarakatan untuk membuat berbagai kegiatan yang dapat membantu warga binaan untuk mengembangkan diri dan merupakan sebagai upaya dalam pengembangan proses rehabilitasi.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan pada warga binaan di lembaga pemasyarakatan “X” di Bandung dengan menggunakan metode

wawancara para enam orang warga binaan, diperoleh data bahwa sebanyak 13 (50%) warga binaan memandang bahwa hukuman merupakan suatu hal yang sudah seharusnya diterima karena merupakan konsekuensi dari kesalahan yang pernah dilakukan. Mereka juga merasa dengan berada di lembaga pemasyarakatan ini, mereka dapat berubah menjadi orang yang lebih baik dan menyadari kesalahan yang pernah dilakukan sebelumnya. Juga mereka mengatakan bahwa mereka dapat berpikir ke masa depan dan merencanakan masa depan, karena sebelumnya mereka tidak pernah berpikir mengenai masa depan. Sebanyak tujuh (17%) orang warga binaan merasa bahwa hukuman itu merupakan sebuah takdir yang seharusnya diterima.

(17)

hukuman ini. Mereka merasa bahwa mereka merupakan korban dari ketidakadilan beberapa pihak.

Sebanyak 24 (66%) warga binaan menerima dan mengakui bahwa hukuman sebagai suatu hal yang sudah seharusnya ditanggung. Dalam hal ini, mereka mengatakan bahwa hukuman yang diterima merupakan balasan atas kesalahan yang pernah diperbuat. Sebanyak 13 (50%) warga binaan tidak menyadari manfaat dari pemberian hukuman tersebut. Warga binaan merasa bahwa hukuman yang ada tidak membuat banyak orang jera dan berhenti melakukan penyalahgunaan NAPZA karena didalam lembaga pemasyarakatan masih banyak juga orang yang tetap menggunakan NAPZA.

Diperoleh juga data bahwa saat pertama kali mereka harus masuk dalam lembaga pemasyarakatan, mereka merasa bahwa dunia mereka seakan akan runtuh, penuh ketakutan, penuh dengan rasa bersalah, dan merasa tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Dengan berjalannya waktu, mereka akan mulai untuk beradaptasi dengan keadaan yang ada didalam lembaga pemasyarakatan. Ketika mereka sudah beradaptasi mereka dapat memutuskan untuk terus berada dalam kondisi psikologis yang negatif yang akan cenderung sulit untuk memunculkan perasaan gratitude atau berada dalam kondisi yang positif yang akan memunculkan perasaan gratitude.

(18)

Universitas Kristen Maranatha | 11 kasus pelanggaran NAPZA yang telah menjalani hukuman pidana dalam lembaga pemasyarakatan “X” Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana derajat gratitude pada warga binaan kasus pelanggaran NAPZA yang ada didalam lembaga pemasyarakatan “X” di Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian adalah untuk memperoleh gambaran mengenai

gratitude berdasarkan area sense of abundance, simple appreciation, dan

appreciation for others.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai derajat gratitude pada warga binaan kasus pelanggaran NAPZA di lembaga pemasyarakatan “X” Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1Kegunaan Teoritis

Memberikan informasi mengenai gratitude pada warga binaan dalam

(19)

 Memberikan informasi bagi peneliti lain yang berminat melakukan

penelitian lebih lanjut mengenai gratitude.

1.4.2Kegunaan Praktis

 Untuk memberikan informasi pada bagian pembinaan di lembaga

pemasyarakatan “X” di Bandung guna mengembangkan metode pembinaan dan konseling.

 Sebagai informasi untuk mengembangkan program konselingx yang akan

diberikan pada warga binaan yang ada di lembaga pemasyarakatan “X” di Bandung.

1.5 Kerangka Pemikiran

Gratitude merupakan kesadaran bahwa individu adalah penerima

(20)

Universitas Kristen Maranatha | 13 Individu tidak dapat mengubah perputaran mental menjadi netral dan mempertahankan gaya hidup bersyukur. Itu sebabnya gratitude memerlukan permenungan dan pemikiran.

Penelitian menunjukkan bahwa emosi merupakan bagian dari perasaan, yang secara mendalam merupakan suasana dari mood, atau sebagai affective traits (Rosenberg, 1998). Istilah affective traits dalam hal ini merujuk pada bagaimana kemungkinan individu menunjukkan pengalamann emosinya. Dengan demikian, affective traits dari gratitude menjadi sebuah gagasan dalam sebuah predisposisi terhadap pengalamann

gratitude tersebut. Seorang yang bersyukur mungkin tidak akan mengalami

perasaan bersyukur pada setiap situasi, tetapi akan memiliki pengalamann bersyukur pada suatu situasi tertentu.

Kehidupan emosional individu berpengaruh terhadap moral yang mereka miliki, kehidupan interpersonal, dan penghayatan terhadap kejadian buruk, sehingga pengalaman dan pengekspresian gratitude akan diuji secara penuh. Dalam hal ini, kehidupan emosional warga binaan kasus pelanggaran NAPZA di pemasyarakatan “X” Bandung akan memengaruhi moral yang mereka miliki, kehidupan interpersonal, dan penghayatan terhadap kejadian buruk sebelum masuk dalam lembaga pemasyarakatan dan setelah masuk dalam lembaga pemasyarakatan.

Pada warga binaan kasus pelanggaran NAPZA di pemasyarakatan “X”

(21)

abundance, simple appreciation, dan appreciation for others, importance of

expressing gratitude.

Sense of abundance merupakan keadaan dimana individu merasa tidak

berkekurangan meskipun memiliki sedikit hal, tetapi mereka memiliki keinginan yang besar dalam dirinya untuk tetap merasa bahwa semua hal tersebut cukup bagi dirinya. Dalam lembaga pemasyarakatan “X” di

Bandung, warga binaan merasa bahwa dalam hal materi mereka tidak merasa berkekurangan, karena mereka sesama teman saling membantu dan para petugas sering kali memberi seperti makanan, rokok, ataupun uang. Lalu adapula warga binaan yang merasa tidak berkekurangan dengan keluarganya, karena keluarga sering mengunjungi minimal dua hari sekali.

Simple appreciation merujuk pada hal yang langsung dapat dirasakan

individu tersebut. Hal tersebut mengacu pada kebahagiaan dalam hidup mereka yang segera tersedia bagi kebanyakan orang. Dalam lembaga pemasyarakatan, kebahagiaan sederhana yang dirasakan oleh warga binaan seperti dukungan, pada saat sedang lebaran ada keluarga yang berkunjung, pada saat ulang tahun ada yang mengucapkan selamat, saat ulang tahun lembaga pemasyarakatan ada banyak hiburan. Dengan ada teman yang mau mendengarkannya untuk bercerita, hal tersebut sudah merupakan suatu hal yang berarti bagi warga binaan. Warga binaan yang memiliki simple

appreciation yang tinggi cenderung akan lebih mudah untuk merasakan

(22)

Universitas Kristen Maranatha | 15 binaan yang memiliki simple appreciation yang rendah, akan cenderung lebih sulit untuk merasakan pengalaman perasaan gratitude, karena mereka sulit untuk melihat hal yang sederhana sebagai sesuatu yang positif dan berarti.

Appreciation for others merupakan faktor analisis yang mendukung

struktur dari individu yang bersyukur, karena perasaan bersyukur merupakan suatu hal yang khas dalam ekspresi sosial. Individu yang mampu untuk menghargai apa yang diberikan orang lain memungkinkan untuk menunjukkan gratitude terhadap hal tersebut dan percaya bahwa menunjukkan rasa terimakasih itu merupakan suatu hal yang penting. Berdasarkan pentingnya sumber kebaikan pada orang lain. Warga binaan merasa bahwa kebaikan yang diberikan orang lain sangat penting, karena warga binaan mengatakan bahwa didalam lembaga pemasyarakatan mereka pasti bergantung pada orang lain. Oleh karena itu, bantuan sekecil apapun yang diberikan orang lain sangatlah berharga, terutama ketika sedang membutuhkan bantuan tersebut.

Importance of expressing gratitude, merujuk pada pentingnya bagi

individu untuk mengekspresikan gratitude-nya dengan berbagai cara. Dalam hal ini, warga binaan dapat mengekspresikan rasa bersyukurnya terhadap apa yang mereka dapatkan dalam lembaga pemasyarakatan “X” Bandung.

(23)

Berdasarkan kriteria GRAT Scale (Watkins, 2003), importance of

expressing gratitude tidak diukur secara khusus, tetapi menjadi bagian dari

faktor yang ketiga, yaitu appreciation for other. Sehingga area yang diukur menggunakan GRAT Scale adalah area sense of abundance, simple

appreciation, dan appreciation for others.

(24)

Universitas Kristen Maranatha | 17 Faktor kedua yaitu, persepsi individu yang mendasari suatu hal yang diberikan. Ketika suatu hal yang menyenangkan diberikan, cenderung akan memunculkan perasaan gratitude. Sedangkan bila sesuatu hal yang buruk yang diberikan kepada individu, dan kemungkinan dimotivasi oleh dorongan terhadap adanya sesuatu yang menghukum atau merugikan bagi diri sendiri dan orang lain. Hal tersebut merupakan suatu penghalang yang signifikan bagi individu untuk merasakan dan menunjukkan perasaan

gratitude. Dalam hal ini, ketika warga binaan memersepsi hal yang

diberikan didalam lembaga pemasyarakatan secara positif akan memuncul perasaan gratitude dalam diri mereka. Tetapi ketika warga binaan mempersepsi apa yang diberikan sebagai sesuatu yang menghukum atau sebagai sesuatu yang merugikan bagi dirinya sendiri dan orang orang lain, akan sulit untuk menghasilkan gratitude pada diri warga binaan.

(25)

ekonomi yang mereka miliki, seperti sulitnya mencari pekerjaan, penghasilan yang tidak sesuai, usaha yang bangkrut, dan lainnya. Masalah yang ada membuat mereka memilih pekerjaan yang sederhana tetapi dapat meningkatkan ekonomi mereka dengan cepat. Sebagai pengedar atau penjual narkoba, mereka akan dapat meningkatkan taraf ekonominya dengan cepat karena harga narkoba yang dijual mahal dan banyak orang yang sudah kecanduan akan membeli barangnya. Hal itu yang menyebabkan warga binaan banyak yang memilih untuk menjadi penjual atau pengedar, selain untuk memenuhi kebutuhan mereka untuk dapat membeli narkotika, juga untuk meningkatkan taraf ekonomi yang selama ini menyebabkan

stress dalam diri warga binaan.Warga binaan yang memiliki gratitude akan

memiliki emosi yang positif yang akan mengarahkan pada perilaku yang positif.

Warga binaan dengan derajat gratitude yang tinggi, akan memiliki emosi yang positif. Emosi yang positif akan terlihat dari bagaimana warga binaan menyikapi setiap siatuasi yang mereka alami didalam lembaga pemasyarakatan “X” di Bandung. Warga binaan akan merasa berkelimpahan ,menghargai setiap hal sederhana yang mereka dapatkan, menghargai setiap pemberian dari orang lain, dan warga binaan akan merasakan pentingnya mengekspresikan perasaan gratitude yang mereka miliki.

(26)

Universitas Kristen Maranatha | 19 didalam lembaga pemasyarakatan “X” di Bandung. Warga binaan tidak akan merasa berkelimpahan dan tidak merasa puas atas apa yang mereka miliki, warga binaan juga sulit untuk menghargai apa yang orang lain berikan pada mereka, dan warga binaan tidak merasa bahwa mengekspresikan perasaan gratitude yang mereka miliki itu penting.

Berdasarkan uraian di atas, dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

Warga binaan kasus pelanggaran NAPZA yang sedang menjalani hukuman

pidana di lembaga pemasyarakaan ”X” Bandung

Gratitude

Tinggi

Rendah Faktor yang memengaruhi gratitude:

1. Faktor sosial

2. Persepsi individu yang mendasari suatu hal yang diberikan

3. Faktor ekonomi.

Area Gratitude:

1. Sense of abundance

2. Simple appreciation

(27)

1.6 Asumsi Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan kerangka pikir dari penelitian ini dapat diasumsikan bahwa:

 Subjek penelitian ini adalah warga binaan kasus pelanggaran NAPZA

yang telah menjalani hukuman pidana minimal 3 tahun di lembaga pemasyarakatan “X” di Bandung.

Area gratitude yang diukur meliputi 3 area, yaitu sense of abundance,

simple appreciation, dan appreciation for other.

Faktor-faktor yang memengaruhi gratitude meliputi faktor sosial,

(28)

68 Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik simpulan mengenai gratitude pada warga binaan kasus pelanggaran NAPZA di lembaga pemasyarakatan “X” Bandung sebagai berikut:

1. Sebanyak 58 warga binaan (58%) memiliki gratitude tinggi. Artinya, warga binaan kasus pelanggaran NAPZA yang sudah menjalani hukuman pidana selama minimal tiga tahun di lembaga pemasyarakatan “X” Bandung cenderung memiliki derajat gratitude yang tinggi, dan

sisanya sebanyak 42 warga binaan (42%) kasus pelanggaran NAPZA yang sudah menjalani hukuman pidana selama minimal tiga tahun di

lembaga pemasyarakatan “X” Bandung memiliki gratitude yang rendah.

2. Semakin tinggi persentasi dari area-area gratitude, semakin tinggi hasil persentase gratitude pada warga binaan kasus pelanggaran NAPZA di lembaga pemasyarakatan “X” Bandung.

(29)

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap warga binaan kasus pelanggaran NAPZA di lembaga pemasyarakatan “X” Bandung, maka

beberapa saran yang dapat diberikan peneliti sebagai berikut:

5.2.1Saran Teoritis

1 Peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan peneliti lebih dalam mengenai faktor-faktor yang memengaruhi gratitude.

2 Peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian dengan variabel yang sama disarankan untuk meninjau kembali pembuatan kuesioner data utama serta data penunjang supaya benar-benar sesuai dengan karakteristik responden, agar kuesioner yang dipakai lebih tepat untuk mengukur derajat gratitude dengan faktor-faktor yang memengaruhinya.

3 Peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian dengan variabel yang sama sebaiknya mencari referensi lain intuk mendukung teori gratitude.

4 Peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian dengan variabel yang sama dapat melakukan penelitian dengan mengkorelasikan variabel lain seperti optimisme, karena menurut teori Emmons & Shelton (2002) optimisme memiliki keterkaitan dengan gratitude.

5.2.2Saran Praktis

(30)

Universitas Kristen Maranatha | 70 mengikuti berbagai kegiatan yang diadakan oleh lembaga pemasyarakatan, seperti kegiatan kerohanian yang diadakan oleh lembaga pemasyarakatan, mengikuti kegiatan penyuluhan, Terapeutic Community (TC), dan melakukan konseling.

2 Bagi kepala Lembaga Pemasyarakatan “X” Bandung dan subseksi bimbingan kemasyarakatan dan perawatan untuk mengembangkan kegiatan dengan menyisipkan pemaknaan mengenai gratitude dan juga dengan memerhatikan kondisi psikollogis warga binaan yang sudah menjalani hukuman pidana selama tiga tahun yang ada didalam lembaga pemasyarakatan. Hal ini bertujuan untuk membantu warga binaan yang memiliki gratitude yang tinggi maupun yang rendah untuk mengembangkan diri.

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Corder, Gregory W. dan Dale I. Foreman. Nonparametric Statistics for Non

Statisticians. 2009. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Emmons, Robert A. dan Joanna Hill. 2001. Words of Gratitude For Mind, Body,

and Soul. USA

Emmons, Robert A. 2007. Thanks! How the New Science of Gratitude Can Make

You Happier. New York: Houghton Mifflin Company, Boston

Fitzpatrick, Anne R. 1983. Applied Psycholigical Measurement. USA: Applied Psycholigical Measurement Inc.

Kumar, Ranjit. 1999. Research Methodology. Carlifornia: SAGE Publication Inc. Warga binaantupulu, R. M. 2000. Kumpulan Beberapa Peraturan

Perundang-Undangan yang Berkaitan dengan Tugas-Tugas Kepolisian. Edisi keempat

Watkins, Philip C. dkk. 2003. “Gratitude and Happiness: Development of a

Measure of Gratitude, and Relationship With Subjective-Well Being”. USA: Eastern Washington University, Cheney, WA

Watkins, Philip C. dkk. 2003. Social Behavior And Personality. USA: Society Of Personality Inc.

Watkins, Philip C. dkk. 2014. Gratitude and the Good Life, Toward a Psychology

(32)

72 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Froh, Jeffrey J. 2010. Gratitude and well-being: A review and theoretical

integration. Hofstra University, United States

Geraghty, Adam W.A. 2010. Gratitude and well-being: A review and theoretical

integration. University of Southampton, United Kingdom

Giovanny, Valencia (valenciagiovanny_21793@yahoo.co.id). 17 April 2014.

Gratitude. E-mail kepada Philip Watkins (Philip. Watkins@mail.ewu.edu)

Giovanny, Valencia (valenciagiovanny_21793@yahoo.co.id). 17 April 2014.

Gratitude. E-mail kepada Michael McCullough (mikem@miami.edu)

Klein, Melanie. 1975. Envy and Gratitude and Other Works 1946–1963. The

International Psycho-Analytical Library

Wood, Alex M. 2010. Gratitude and well-being: A review and theoretical

Gambar

Tabel 3.4.2.1  Kategori

Referensi

Dokumen terkait

Alat analisis data menggunakan Struktural Equation Model (SEM). Hasil pengujian instrumen menyimpulkan bahwa semua variabel valid dan reliabel sebagai alat pengumpul

Sesuai dengan tema KKn-PPM yang diusulkan, yaitu Pengembangan Pertanian Siklus-Bio Terpadu untuk Peningkatan Produktivitas Ternak Sapi Melalui Pemberian Burger Pakan Sapi,

Pada skenario yang kedua ini, dengan menambahkan rectifier di belakang antena yang dihubungkan oleh konektor SMA dan kemudian titik yang akan diukur adalah pada

sosio demografi dan karakteristik finansial tidak mempengaruhi sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku menggunaan kartu kredit dikalangan pegawai UKSW. Diduga

Dari ketiga jenis formulasi tepung terigu dan daun singkong bubuk pada pembuatan nugget vegetarian jamur merang ini, formulasi TT:DSB 75:25 lebih direkomendasikan untuk

Setidaknya ada tiga tujuan utama dalam pengembangan model pembelajaran Cooperative learning, yaitu penerimaan terhadap setiap individu yang sedang belajar,

Apakah aplikasi Business Intelligence ini sudah dapat membantu Bapak/Ibu dalam melihat laporan secara cepat dan fitur-fitur yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan.

Berdasarkan penelitian dan perhitungan hasil penelitian yang sudah dilakukan, diperoleh simpulan hasil penelitian terdapat pengaruh yang signifikan kemampuan