v Universitas Kristen Maranatha
Abstrak
vi Universitas Kristen Maranatha
Abstract
vii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR BAGAN ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiiii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 5
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 5
1.3.1 Maksud Penelitian ... 5
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Kegunaan Penelitian ... 6
viii Universitas Kristen Maranatha
1.4.2 Kegunaan Praktis ... 6
1.5 Kerangka Pikir ... 7
1.6 Asumsi ... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Orientasi Masa Depan ... 15
2.1.1 Komponen Orientasi Masa Depan ... 17
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Orientasi Masa Depan ... 19
2.2 Masa Remaja ... 23
2.2.1 Definisi dan Karakteristik Masa Remaja ... 23
2.2.2 Perkembangan Kognitif ... 23
2.2.3 Masalah Pada Masa Remaja ... 25
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 26
3.2 Skema Rancangan Penelitian ... 26
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 26
3.3.1 Variabel Penelitian ... 26
3.3.2 Definisi Operasional ... 27
3.4 Alat Ukur ... 28
3.4.1 Kisi-Kisi Alat Ukur ... 28
3.4.2 Prosedur Pengisian ... 29
ix Universitas Kristen Maranatha
3.4.4 Data Pribadi dan data penunjang ... 32
3.4.5 Validitas Alat Ukur ... 32
3.4.6 Reliabilitas Alat Ukur ... 33
3.5 Populasi Sasaran ... 34
3.5.1 Populasi Sasaran ... 34
3.5.2 Teknik Penarikan Sampel ... 34
3.6 Teknik Analis Data ... 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Responden ... 37
4.2 Gambaran Hasil Penelitian ... 38
4.3 Pembahasan ... 40
BAB V SARAN DAN KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ... 46
5.2 Saran ... 47
5.2.1 Saran Teoritis ... 47
5.2.2 Saran Praktis ... 47
DAFTAR PUSTAKA ... 49
x Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR BAGAN
xi Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Alat ukur ... 29
Table 3.2 Skala Penilaian Alat Ukur Komponen Motivational dan Behavioral ... 30
Tabel 3.3 Skala Penilaian Alat Ukur Komponen Cognitive Representation ... 30
Tabel 3.4 Kriteria Sub Komponen Motivational dan Behavioral ... 31
Tabel 3.5 Kriteria Sub Komponen Cognitive Representation ... 31
Tabel 3.6 Kriteria Validitas ... 33
Tabel 3.7 Kriteria Reliabilitas ... 34
Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 37
Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Kelas ... 37
xii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A : Kata Pengantar Lampiran B : Lembar Persetujuan
Lampiran C : Identita Subjek dan Data Penunjang
Lampiran D : Kuesioner Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan Lampiran E : Validitas dan Reliabilitas
Lampiran F : Data Utama Lampiran G: Cross Tab
1 Universitas Kristen Maranatha BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting dalam meningkatkan kualitas hidup manusia. Pendidikan telah diatur dalam sistem pendidikan nasional yang ditetapkan melalui Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 dan ditetapkan pada tanggal 27 Maret 1989. Dalam undang-undang ini disebutkan bahwa penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan dalam jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah (www.dikti.go.id). Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui belajar-mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan. Jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau professional yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian (www.setkab.go.id).
Universitas Kristen Maranatha 2
seperti masa depan pekerjaan, pendidikan, membentuk keluarga, membentuk identitas, dan juga memengaruhi orang untuk mengembangkan dirinya merupakan hal yang penting (Keating, 1990). Membuat perencanaan dan menentukan keputusan tentang kehidupan selanjutnya merupakan konsep dari orientasi masa depan. Menurut Seginer (2009), Orientasi masa depan adalah “model masa depan” bagi seseorang yang menjadi dasar untuk menyusun tujuan, rencana, mengeksplorasi pilihan dan membuat komitmen, serta membimbing jalan perkembangan seseorang. Dalam orientasi masa depan terdapat tiga domain yaitu pendidikan, pekerjaan dan karir, perkawinan dan keluarga. Seseorang membangun masa depan mereka sesuai dengan norma-norma, nilai-nilai dan kondisi kehidupan yang berlaku dalam lingkungan pergaulannya. Terdapat tiga komponen orientasi masa depan. Ketiga komponen tersebut bersifat independen namun memiliki keterkaitan. Tiga komponen dari orientasi masa depan yaitu motivational, cognitive representation dan behavioral (Seginer, 2009).
Orientasi masa depan merupakan hal yang penting bagi siswa yang akan melalui masa transisi, di mana setiap remaja secara normatif diharapkan mempersiapkan diri untuk menghadapi apa yang ada di masa depan. Oleh karena itu, orientasi masa depan sangat relevan bagi seseorang yang sedang berkembang atau mengalami transisi (Seginer & Halabi-Kheir, 1998). Sebuah survey menyebutkan bahwa banyak siswa yang masih bingung dengan masa depan mereka di perguruan tinggi, sehingga siswa menjadi ikut-ikutan teman agar ketika kuliah sudah memiliki teman yang telah dikenal. Kebingungan siswa ada pula
Universitas Kristen Maranatha 3
ditentukan orang tua, bukan kemauan dan minat anaknya
(http://edukasi.kompasiana.com). Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan
bahwa masih banyak siswa yang mengalami kebingungan karena belum
mengetahui apa tujuan mereka melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan
belum membuat perencanaan tentang melanjutkan pendidikan ke perguruan
tinggi. Kebingungan yang dialami oleh siswa merupakan gambaran ketidak
jelasan pada komponen motivational dan cognitive representation.
Peneliti melakukan survey di SMAN “X” Cimahi. Berdasarkan wawancara peneliti pada guru BK kelas II SMAN “X” Cimahi, sekolah tersebut memiliki program unggulan yang salah satu program tersebut yaitu meningkatkan daya serap ke perguruan tinggi. Kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan daya serap ke perguruan tinggi yaitu adanya kegiatan orientasi jurusan dan orientasi perguruan tinggi. Orientasi jurusan dan orientasi perguruan tinggi dilakukan dalam bentuk konsultasi pribadi yang dilakukan di ruang BK. Orientasi jurusan dan orientasi perguruan tinggi diberikan pada siswa kelas dua, supaya siswa dapat membayangkan masa depan mereka sedini mungkin dan saat di kelas tiga bisa fokus dengan UAN. Bimbingan konseling di berikan untuk mempersiapkan siswa untuk menghadapi masa depan mereka setelah lulus SMA. Menurut guru BK kelas II SMAN “X” Cimahi, setiap tahun fenomena yang muncul dari para siswa siswi yaitu kesulitan untuk menentukan dan memilih melanjutkan ke perguruan tinggi atau tidak.
Universitas Kristen Maranatha 4
pendidikan ke perguruan tinggi atau tidak. Dari 200 siswa tersebut, 120 siswa bingung karena perbedaan program studi yang mereka pilih berbeda dengan pilihan orang tua. Sisanya sebanyak 80 siswa bingung akan melanjutkan ke perguruan tinggi atau tidak karena belum mengetahui minat diri, kurang informasi dan kurangnya gambaran mengenai pendidikan di perguruan tinggi.
Berdasarkan hasil survey peneliti kepada 40 siswa kelas II SMAN “X” Cimahi mengenai orientasi masa depan mereka, diperoleh data sebanyak 18 siswa yang akan melanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi setelah lulus SMA. Siswa yang akan melanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi sudah memiliki rencana mempersiapkan diri untuk masuk ke perguruan tinggi dengan cara giat belajar, mempersiapkan mental, belajar buku soal-soal ujian saringan masuk ke perguruan tinggi, mengikuti bimbingan belajar dan mengandalkan pelajaran yang sudah di pelajari saat di kelas. Dari hasil survey tersebut dapat disimpulkan bahwa 18 siswa sudah memiliki tujuan setelah lulus SMA akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. hal tersebut menggambarkan komponen motivational siswa tinggi. siswa juga memiliki rencana persiapan diri untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. hal tersebut menggambarkan komponen cognitive representation siswa tinggi. selain itu siswa telah melakukan kegiatan yang mendukung dirinya untuk mempersiapkan pendidikan ke perguruan tinggi. hal tersebut menggambarkan komponen behavioral siswa tinggi.
Universitas Kristen Maranatha 5
kurang yakin diri dan kurangnya informasi mengenai perguruan tinggi. hal tersebut menggambarkan bahwa siswa memiliki tiga komponen orientasi masa depan bidang pendidikan yang rendah. Sisanya, sebanyak tujuh (7) siswa lebih tertarik untuk mencari pekerjaan dan berwirausaha.
Sehubungan dengan fenomena yang di dapat disekolah tersebut, maka peneliti tertarik untuk memperoleh gambaran mengenai orientasi masa depan di bidang pendidikan yang dilihat berdasarkan komponen OMD pada siswa kelas II
SMAN “X” Cimahi.
1.2Identifikasi Masalah
Bagaimana orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa kelas II SMAN “X” Cimahi.
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai komponen orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa kelas II SMAN “X” Cimahi.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Universitas Kristen Maranatha 6
komponen motivational, cognitive representation, dan behavioral pada siswa kelas II SMAN “X” Cimahi.
1.4Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Memberikan informasi yang diharapkan dapat memperkaya penelitian dan pemahaman kajian ilmu Psikologi Pendidikan terutama mengenai orientasi masa depan bidang pendidikan.
Memberi informasi tambahan atau referensi bagi peneliti selanjutnya dan mendorong penelitian lain untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut, khususnya yang berhubungan dengan orientasi masa depan bidang pendidikan.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Memberi informasi pada pihak sekolah (guru bimbingan konseling, kepala sekolah dan wali kelas) mengenai tinggi atau rendah komponen orientasi masa depan bidang pendidikan dan informasi tersebut dapat digunakan untuk berkonsultasi dengan anak dan orang tuanya mengenai orientasi masa depannya.
Universitas Kristen Maranatha 7
dan evaluasi dengan lebih terarah, optimis dan dapat menentukan orientasi masa depan yang jelas.
1.5Kerangka Pikir
Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk mempersiapkan siswa kelas II SMAN “X” Cimahi menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut sebagai perguruan tinggi. Masih banyaknya siswa yang mengalami kebingungan dan belum membuat perencanaan tentang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, membuat siswa kelas II SMAN “X” Cimahi dituntut untuk membuat perencanaan untuk masuk ke perguruan tinggi. Membuat perencanaan dan menentukan keputusan tentang kehidupan selanjutnya merupakan konsep dari orientasi masa depan.
Universitas Kristen Maranatha 8
Motivational yaitu dorongan yang ada di dalam diri siswa untuk mengarahkan cara berpikir siswa untuk menghadapi orientasi masa depan bidang pendidikan. Motivational terdiri dari tiga sub komponen yaitu value, expectance dan control. Value berkaitan dengan pentingnya siswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan kesesuaian minat yang ada pada siswa dengan bidang pendidikan yang diinginkan. Expectance terkait dengan keyakinan siswa tentang tercapainya cita-cita yang sesuai dengan tujuan dan perencanaan yang sudah dibuat dalam menghadapi orientasi masa depan bidang pendidikan. Control berkaitan dengan keyakinan siswa pada kemampuan yang ada pada dirinya dalam menghadapi orientasi masa depan bidang pendidikan. Apabila siswa merasa bahwa melanjutkan masa depan di bidang pendidikan merupakan hal yang penting, yakin dengan tercapainya cita-cita yang diinginkan dan yakin dengan kemampuan yang ada pada dirinya, maka komponen motivational siswa akan jelas dan dapat mengarahkan cara berpikir siswa untuk menghadapi orientasi masa depan bidang pendidikan. Sebaliknya, jika siswa merasa melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi tidak penting, tidak yakin dengan tercapainya cita-cita saat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau tidak yakin dengan kemampuan yang dimiliki, maka komponen motivational siswa menjadi tidak jelas dan dapat menghambat siswa dalam melalui komponen cognitive representation dan menghambat siswa dalam mengarahkan perilaku untuk menghadapi orientasi masa depan di bidang pendidikan. Sehingga orientasi masa
Universitas Kristen Maranatha 9
Komponen motivational siswa menjadi tidak jelas dapat dikarenakan adanya faktor yang memengaruhi proses merealisasikan orientasi masa depan bidang pendidikan siswa yaitu konteks kepribadian dan hubungan dengan orang tua, saudara dan teman sebaya (Seginer, 2009). Konteks kepribadian yang memengaruhi komponen motivational siswa yaitu self esteem dan optimism. Self esteem dapat memberikan rasa puas dalam diri siswa dan mendorong berbagai perilaku untuk menghadapi orientasi masa depan di bidang pendidikan. Evaluasi diri siswa yang positif berdampak langsung pada sub komponen value, expectance dan control untuk keberhasilan siswa dalam menghadapi orientasi masa depan bidang pendidikan (Eccles, Alder, & Meece, 1984; Wegfield, 1994 dalam Seginer, 2009). Melalui self esteem yang positif maka ketika siswa menghadapi orientasi masa depannya di bidang pendidikan, siswa yakin akan tercapainya harapan, tujuan dan rencana yang sudah dibuat untuk menghadapi orientasi masa depan di bidang pendidikan dan yakin dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Optimism digunakan siswa untuk menetapkan harapan yang tinggi dan secara aktif menghindari berpikir banyak tentang apa yang mungkin terjadi. Siswa yang menetapkan harapan yang tinggi dan sesuai dengan kemampuan diri, maka siswa dapat menentukan tujuan dan harapan mereka dengan mudah terkait orientasi masa depan di bidang pendidikan.
Universitas Kristen Maranatha 10
dapat membantu siswa, memantau dan memberi penjelasan mengenai dampak baik dan buruk dari sebuah perilaku. Siswa yang menjalin hubungan positif akan merasa dirinya kompoeten dengan mendapat dukungan dari lingkungan sekitarnya dalam menghadapi orientasi masa depan bidang pendidikan, sehingga siswa merasa bahwa melanjutkan masa depan di bidang pendidikan merupakan hal yang penting, yakin dengan tercapainya cita-cita yang diinginkan dan yakin dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Jika motivasi siswa jelas, siswa mengarahkan cara berpikirnya untuk menghadapi orientasi masa depannya di bidang pendidikan.
Cognitive representation merupakan cara berpikir siswa yang sudah terbentuk untuk mengarahkan siswa bertindak menghadapi orientasi masa depannya di bidang pendidikan. Representasi kognitif terdiri dari dua sub komponen yaitu hopes dan fears. Hopes yang berkaitan dengan seberapa sering siswa memikirkan harapan tentang masa depan bidang pendidikan. Fears berkaitan dengan seberapa sering siswa memikirkan ketakutan saat menjalani masa depan bidang pendidikan. Apabila siswa sering memikirkan harapan dan ketakutan tentang masa depan bidang pendidikan, maka siswa dapat menemukan jalan keluar dari konflik tentang harapan dan ketakutan yang muncul dalam pikiran mereka. Sebaliknya, jika siswa jarang memikirkan harapan dan ketakutan yang ada didalam pikiran mereka, maka siswa akan mengalami kesulitan untuk menentukan jalan keluar dari konflik yang muncul dalam pikiran mereka.
Universitas Kristen Maranatha 11
sub komponen yaitu exploration dan commitment. Exploration mengenai pilihan masa depan bidang pendidikan pada siswa kelas II SMAN “X” Cimahi dengan mencari saran, mengumpulkan informasi, dan mencari kesesuaian karakteristik dan keadaan hidup. Commitment merupakan pengambilan keputusan yang diambil oleh siswa yang menunjukkan bahwa mereka telah membuat sebuah komitmen untuk menjalankan masa depannya di bidang pendidikan. Apabila siswa dapat mengeksplorasi program studi yang akan dipilih dengan mencari saran, mengumpulkan informasi, dan mencari tau kesesuaian karakteristik dan keadaan hidup dan siswa yakin dengan keputusan yang diambil yaitu menjalankan masa depannya di bidang pendidikan, maka orientasi masa depan bidang pendidikan
siswa kelas II SMAN “X” Cimahi menjadi jelas.
Universitas Kristen Maranatha 12
Faktor yang memengaruhi ketiga komponen orientasi masa depan yaitu, psychological empowerment. Psychological empowerment merupakan kemampuan siswa untuk mengatasi hambatan melalui sumber daya yang ada didalam dirinya untuk mengatasi rintangan sosial (Zimmerman, 2000 dalam Seginer, 2009). Siswa yang merasa diri berdaya atau mampu mengadapi orientasi masa depannya di bidang pendidikan yaitu siswa percaya dengan kekuatan yang dimiliki untuk menghadapi masa depan dan siswa merasa melanjutkan masa depan di bidang pendidikan merupakan hal yang penting, yakin dengan cita-cita yang diinginkan dan yakin dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Apabila siswa memiliki komponen motivational, cognitive representation dan behavioral yang jelas, maka siswa kelas II SMAN “X” Cimahi memiliki orientasi masa depan bidang pendidikan yang jelas. Apabila salah satu atau lebih dari ketiga komponen orientasi masa depan tidak jelas, maka siswa kelas II
1 Universitas Kristen Maranatha 1.6Asumsi
Orientasi masa depan pada siswa kelas II SMAN “X” Cimahi di bentuk oleh tiga komponen yang saling berkesinambungan yaitu komponen motivational, cognitive representation dan behavioral.
46 Universitas Kristen Maranatha BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian terhadap 78 siswa kelas II SMAN “X” Cimahi, maka dapat diambil kesimpulan mengenai orientasi masa
depan bidang pendidikan, sebagai berikut :
1. Berdasarkan data yang di peroleh, terdapat delapan interaksi antar komponen yang menggambarkan orientasi masa depan bidang pendidikan siswa kelas II SMAN “X” Cimahi.
2. Mayoritas siswa kelas II SMAN “X” Cimahi, memiliki gambaran orientasi masa depan bidang pendidikan yang tidak jelas dengan komponen motivational, cognitive representation dan behavioral yang rendah yaitu sebanyak 23 siswa (29,49%).
3. Terdapat 5,13% (empat siswa kelas II) SMAN “X” Cimahi memiliki gambaran orientasi masa depan bidang pendidikan yang jelas dengan komponen motivational, cognitive representation dan behavioral yang tinggi.
4. Sebanyak 94,87% (74 siswa kelas II) SMAN “X” Cimahi memiliki gambaran
orientasi masa depan bidang pendidikan yang tidak jelas dan sebanyak 5,13% (empat siswa kelas II) SMAN “X” Cimahi memiliki gambaran orientasi masa
Universitas Kristen Maranatha 47
5. Faktor-faktor yang memiliki keterkaitan terhadap jelas tidak jelasnya orientasi masa depan bidang pendidikan siswa kelas II SMAN “X” Cimahi adalah self esteem, optimism, self agency dan psychological empowerment.
6. Faktor-faktor seperti interpersonal relationship with parent, sibling dan peers tidak memiliki keterkaitan terhadap jelas atau tidak jelasnya orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa kelas II SMAN “X” Cimahi.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak yang berkepentingan.
5.2.1 Saran Teoritis
1. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian mengenai orientasi masa depan bidang pendidikan dalam bentuk profil agar hasil penelitian lebih mendalam.
2. Peneliti lain yang hendak melakukan penelitian lanjutan mengenai orientasi masa depan dapat menambahkan jumlah item mengenai komponen cognitive representation.
5.2.2 Saran Praktis
Universitas Kristen Maranatha 48
orientasi perguruan tinggi dan menjalankan program tersebut secara konsisten.
2. Wali kelas dan guru bimbingan konseling dapat menyarankan orang tua siswa untuk membantu dan mengarahkan anaknya sesuai dengan minat dan tujuan mereka setelah lulus SMA, seperti jurusan dan fakultas apa saja yang dapat mereka jalani di masa mendatang.
49 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : Grasindo Indonesia.
Freidenberg, Liza. 1995. Psychological Testing : Design, Analysis, and Use. United States of America : A Simon & Schauster Company.
Kumar, R. 1999. Reasearch Methodology: A Step-By-step Guide For Beginner. New Delhi : Sage publications.
Nurmi, Erik. 1989. Adolescent’ Orientation To The Future : Development of Interest and Plans, and Related Attributions and Affects in the Life Span Context. Helsinki, Commentationes Scientriarium Socialum
Santrock, John W. 2004. Live-Span Development. Ninth Edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Seginer, R. 2009. Future Orientation: Developmental and Ecological Perspectives. New York: Springer.
49 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN
Departemen Pendidikan Tinggi. 2009. Undang-undang No. 2 Tahun 1989. Senin, 25 Maret 2013. http://archive.web.dikti.go.id/
Natasha, Vicky. 2008. Studi Deskriptif Tentang Profil Orientasi Masa Depan Domain Pendidikan Dan Pekerjaan Pada Siswa Kelas XII SMF K “X” Di Kota Bandung.
Seginer, R. 2003. Adolescent Future Orientation: An Integrated Cultural and Ecological Perspective. International Association for Cross-Cultural Psychology. 11 Februari 2013. http://dx.doi.org/10.9707/.
Tim Penulis. 2009. Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Edisi Revisi III. Bandung Sekertariat Kabinet Republik Indonesia. 2012. Peraturan Perundang-Undangan.
Senin, 25 Maret 2013. http://sipuu.setkab.go.id
Tim Balitbang Depdiknas, 2014. Profil SMAN 4 Cimahi. Minggu, 7 September. 2014. http://sma4cimahi.sch.id/.