• Tidak ada hasil yang ditemukan

Miskonsepsi Ninja Dalam Film Kamui Gaiden dan Goemon.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Miskonsepsi Ninja Dalam Film Kamui Gaiden dan Goemon."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

v Universitas Kristen Maranatha

序論

忍術 修 士 作成さ 隠蔽 芸術 あ そ 時 神 仏教

支持者 間 矛盾 あ そ 仏教 支持者 脱出 原因 あ そ

後 忍術技術 武術 占 術を組 合わ 忍者 そ 忍術を修行

者 あ そ 敵 動 をスパ 大名 使用さ

忍者 用 を実行 クションを こ 敵 正確

い し し 画 中 忍者 い 間 あ 本論文

画 カ 外伝 ゴエ ン 忍者 誤解 い 説 し

こ 論文 カ 外伝 ゴエ ン 忍者 誤解 分析

題し あ

本論

歴史 忍者 譜代相伝 術を身 付 そ ク

ス 分 一 目 忍 あ 忍 最初 忍術 訓練を受 者

目 中忍 言う者 中忍 あ 忍術 訓練を受 者 使命

関わ 合い い 最高 ベ 忍者 忍 忍 鮮 忍者

言う者 大名 使用さ 忍者 女 忍者 あ そ 名 ノ一

(2)

忍者 主 仕 隠密 人を殺 使命 少 い あ 忍者

昼間時 変装 変装中 忍者 敵 情報をあ 完璧 変装 形を

い そう こ 忍者 情報を集 こ 誰

気 い 忍者 真夜中 使命を遂行 忍び装束を着用 忍

び装束を使用 暗い夜 忍者 隠 そ 忍者 夜 時 敵 物を盗

隠密

カ 外伝 ゴエ ン 歴史 中 書 い 忍者

概念 比較し 間 い あ 忍者 知識 世代 世代へ 受 継 し

し カ 外伝 カ 貧しい 忍者 一方 ゴ

エ ン 画 ゴエ ン 織田信長 収集さ 服部半蔵

訓練を受 画 中 誤解 常 殺 忍者 主 仕 あ

見え こ 画 両方 忍者 常 刀 殺し い 実際

主 タスク 敵 スパ あ

結論

本研究 結果 以 結果 見 :

画 忍者 概念 間 い あ そ シス 言う 真似

(3)

vii Universitas Kristen Maranatha 化 最初 忍者 主 仕 隠密 敵 動 を探 こ

あ 忍者 概念 科学 発 少し 変化し い 画

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………... i

DAFTAR ISI ……… iii

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah ……….……… 1

1. 2 Pembatasan Masalah ………... 5

1. 3 Tujuan Penelitian ……….. 6

1. 4 Metode Penelitian ……….……….... 6

1. 5 Organisasi Penulisan ………. 8

BAB II NINJA 2. 1 Sejarah Ninja ….……….…10

2. 2 Organisasi Ninja ……… 14

2. 3 Ninja Dalam Suatu Misi ……….………16

2. 3. 1 Penampilan Ninja ………..……… 17

2. 3. 2 Keahlian Ninja ………. 21

(5)

iv Universitas Kristen Maranatha BAB III MISKONSEPSI NINJA DALAM FILM KAMUI GAIDEN DAN

GOEMON

3.1 Organisasi Ninja ……….………… 30

3.2 Pekerjaan Ninja ……….. 33

3.3 Penampilan Ninja ……… 36

3. 4 Keahlian Ninja ……….… 45

BAB IV KESIMPULAN ……… 59

SINOPSIS ………….…….……….. v

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Ilmu bela diri adalah ilmu yang muncul untuk mempertahankan diri dari

serangan musuh. Jepang merupakan salah satu negara yang menciptakan ilmu bela

diri yang akhirnya terbagi dalam tiga kategori. Kategori pertama adalah ilmu bela diri

untuk dipertandingkan atau turnamen seperti karate, kendo, judo, dan sumo. Kategori

kedua adalah ilmu bela diri yang diperuntukkan untuk mempertahankan diri, yaitu

aikido dan jujitsu. Kategori ketiga adalah seni bela diri yang digunakan untuk

bersembunyi yaitu ninjutsu.

Ninjutsu yang dikenal masyarakat pada zaman Heian (794 -1185) adalah seni

bersembunyi yang diciptakan oleh para pendeta agama Budha agar terhindar dari para

pendukung Shinto yang tidak menginginkan adanya agama lain di Jepang. Ilmu

ninjutsu kemudian digabungkan dengan ilmu astrologi, teknik bertarung dan teknik

memata-matai. Para daimyo, tuan tanah di Jepang yang berkuasa pada saat itu,

memperkerjakan ahli ninjutsu untuk memata-matai, mencuri, serta membunuh,

karena orang yang mempelajari ninjutsu mempunyai keahlian dalam infiltrasi dan

espionasi. Sejak saat itu orang yang mempelajari ninjutsu disebut 忍者 ninja. Kanji

(nin) berarti kesabaran atau ketidak terlihatan dan kanji (sha) berarti orang.

(7)

2

Universitas Kristen Maranatha dalam bertindak sehingga ketika beroperasi, orang-orang tidak merasakan

kehadirannya. Di masa sekarang, ninjutsu masih banyak diminati meskipun seni bela

diri ini merupakan produk kebudayaan yang sudah lama ada. Pada masa sekarang

orang yang mempelajarinya tidak lagi disebut sebagai ninja melainkan ninjutsuka.

Pada tahun 1916, dibuat Film “Koga Unôn Ninjutsu Kogaryû” yang merupakan film ninja pertama dan semenjak tahun 1960 banyak film ninja

bermunculan. Namun konsep ninja yang ditampilkan dalam film menjadi bias karena

peranan ninja dalam film dibuat menjadi fantasi. Oleh karena itu, banyak penonton

yang menganggap ninja sebagai tokoh super yang mempunyai ilmu menghilang atau

menjadi pohon ketika diserang. Seorang ninja biasanya tidak beroperasi saat siang

hari. Malam hari merupakan waktu yang tepat untuk beroperasi karena, dapat

menggunakan kegelapan sebagai kamuflase sehingga memperkecil kemungkinan

untuk tertangkap.1

Tidak hanya film Jepang saja yang mengambil unsur ninja sebagai

penggambaran karakter. Film-film Hollywood pun kerap mengadopsi gambaran ninja

untuk sebuah karakter. Misalnya film “Batman Begins” menggunakan prinsip ninja yang mengutamakan kesabaran dan ketidak-terlihatan. Sedangkan Ian Fleming

pengarang film serial “James Bond” mendatangi Masaaki Hatsumi untuk mempelajari cara ninja memata-matai dan mempelajari senjata ninja. Di Jepang, film yang

menggunakan tokoh ninja sebagai peran yaitu, “Azumi I” & “Azumi II”, “Shinobi”, “Goemon”, dan “Kamui Gaiden”. Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis

1

(8)

menggunakan film “Kamui Gaiden” yang disutradarai oleh Youichi Sai dan film “Goemon” yang disutradarai oleh Kazuaki Kiriya sebagai data.

Film “Kamui Gaiden” menampilkan ninja bernama Kamui. Dalam film tersebut, ia merasa tidak sanggup lagi menjadi anggota dalam organisasi tersebut.

Satu-satunya cara yang dapat melepas status ninja seseorang adalah kematian.

Namun, Kamui memilih untuk melarikan diri dari organisasinya yang menyebabkan

dia diburu oleh ninja lain siang dan malam. Tetapi dengan keahliannya memasang

perangkap, ia dapat mudah menggagalkan niat ninja lain untuk menangkapnya.

Kamui ditampilkan sebagai ninja yang hebat dalam duel, memiliki kecepatan dalam

melompat dan menghindari serangan, serta memiliki kemampuan mengelabui musuh.

Kamui mengelabui musuhnya dengan cara menjadi pohon ketika diserang, dan dia

memiliki kemampuan untuk membuat dirinya menjadi dua ketika duel berlangsung.

Dengan kekuatan itu Kamui menjadi sulit untuk dikalahkan.

Film kedua yang akan penulis analisis adalah film “Goemon”. Film “Goemon” menceritakan tentang seorang ninja yang bernama Ishikawa Goemon. Ia merupakan seorang ninja pencuri yang suka membagikan hasil curiannya kepada

rakyat miskin, dan senang menolong orang yang mengalami kesusahan. Dalam film

“Goemon”, Ishikawa Goemon digambarkan sebagai ninja yang gagah berani namun tak bertuan karena kematian Oda Nobunaga. Dia dengan bebas melakukan apa saja

dan kadang suka seenaknya. Tapi dibalik sifat seenaknya, Goemon pun pintar dalam

menyusup ke dalam istana dan hebat dalam pertarungan jarak dekat berkat

(9)

4

Universitas Kristen Maranatha Saizo. Saizo adalah ninja teman seperjuangan Goemon. Ia pun mendapat latihan sama

dengan guru yang sama yaitu Hanzo Hattori. Dengan begitu kemampuan Saizo dan

Goemon pun tidak jauh berbeda. Hanya saja, Saizo memiliki tuan yaitu Ishida

Mitsunari. Mereka berdua sama-sama hebat dalam pertempuran dan mengandalkan

teknik menggunakan pedang untuk membunuh lawannya ketika bertarung. Pertemuan

Goemon dengan Saizo terjadi ketika Goemon dan Saizo diangkat anak oleh Oda

Nobunaga dan dilatih sebagai ninja oleh Hanzo Hatori.

Dari kedua film tersebut terdapat miskonsepsi tentang peranan ninja jika

dibandingkan dengan ninja dalam referensi sejarah. Miskonsepsi yang paling jelas

terlihat adalah dari cara ninja beroperasi. Ninja di kedua film tersebut, lebih

menunjukan pertarungan dengan cara konfrontasi langsung, dan hal tersebut tidak

dilakukan oleh para ninja berdasarkan buku sejarah. Ninja sebaiknya menunggu

malam hari untuk memasuki wilayah musuh dengan tidak terlihat sehingga

menghindari konfrontasi. Masih ada miskonsepsi tentang ninja dari cara beroperasi

yang akan penulis bahas di bab selanjutnya.

Penulis menggunakan film “Kamui Gaiden” dan “Goemon” sebagai data karena dalam kedua film ini dipertunjukan karakter ninja sebagai pembunuh tetapi

masih mempunyai figur seorang ninja. Dengan begitu, penulis dapat mengambil

contoh pembiasan konsep dalam film dibandingkan dalam buku yang membahas

tentang ninja.

(10)

lahir pada tanggal 15 Februari 1932 di Tokyo Jepang. Sanpei Shirato merupakan

penulis sekaligus mangaka (komikus) yang sebagian besar karyanya berupa kritik

sosial. Karya Sanpei Shirato banyak yang diadaptasi dari film dan anime lain,

contohnya “Ninja Bugeichō” yang diadaptasi dari “Band of Ninja karya Nagisa Oshima.

Film “Goemon” diadopsi dari sejarah ninja pencuri dari klan Iga, Ishikawa Goemon. Ishikawa Goemon sering dijuluki sebagai “Robin Hood” versi Jepang karena memiliki kesamaan sebagai pencuri yang membagi-bagikan hasil curiannya

kepada rakyat miskin. Film Goemon merupakan film karya Kazuaki Kiriya dan

disutradarai oleh dia sendiri. Kazuaki Kiriya yang bernama asli Kazuhiro Iwashita

baru menyutradarai dua film. Film pertamanya adalah “Casshern”.

Berdasarkan Film Kamui Gaiden dan Goemon, penulis ingin mencoba

menjelaskan apa yang menjadi miskonsepsi tentang ninja melalui cara beroperasi.

Kategori Cara ninja beroperasi dapat dilihat dari cara berpakaian dan strategi yang

dipakai oleh para ninja pada film dibandingkan dengan yang tertera dalam referensi

sejarah serta organisasi ninja.

1.2

Pembatasan Masalah

Dalam penulisan karya tulis ini, penulis akan membatasi masalah mengenai

(11)

6

Universitas Kristen Maranatha dengan ninja berdasarkan sejarah dengan menggunakan metode komparatif dan

pendekatan historis.

1.3

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk meluruskan

gambaran tentang ninja yang dibuat fantasi dalam film dengan menggunakan ninja

yang muncul dalam buku sejarah. Dalam film, ninja digambarkan sebagai tokoh yang

mempunyai kekuatan magis sehingga masyarakat umum menganggap bahwa ninja

adalah fiksi. Dengan memberikan gambaran tentang ninja yang tertera dalam

referensi buku sejarah, pembaca akan mengerti maksud dari miskonsepsi ninja yang

dibuat dalam film. Dalam film tersebut banyak miskonsepsi yang dapat diambil

sebagai contoh kemudian diluruskan dengan menggunakan perbandingan yang tertera

dalam buku sejarah.

1.4

Metode Penelitian

Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis menggunakan metode Komparatif

dan pendekatan Historis.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode komparatif diartikan sebagai

metode untuk menentukan kekerabatan bahasa dengan membandingkan bentuk kata

seasal yang bertujuan merekonstruksi bahasa purba. Dalam metode komparatif,

(12)

“Goemon”. Kemudian, data yang telah diambil, diproses dengan cara ditonton untuk dibandingkan kedalam referensi sejarah. Data yang telah diproses dibandingkan

dengan referensi sejarah untuk dicari kebenarannya. Dengan kata lain, penulis harus

menafsirkan dahulu data-datanya kemudian membandingkan dengan referensi sejarah

tertulis untuk diambil sebuah kebenaran yang terjadi di masa lalu2.

Penelitian komparatif juga berfungsi untuk menyelidiki kemungkinan

hubungan sebab akibat dengan cara berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang

ada3.

Menurut Kuntowijoyo, sejarah adalah sebuah rekonstruksi masa lalu dengan

memaparkan fakta secara diakronis, ideografis, unik, dan empiris. Diakronis berarti

berhubungan dengan waktu karena sejarah melewati proses waktu. Ideografis berarti

sejarah yang menceritakan masa lalu dan mengacu kepada sesuatu yang terjadi pada

waktu itu. Dikatakan unik karena berisi penelitian hal yang unik. Empiris berarti

kejadiannya nyata dan dapat dipertanggung jawabkan dengan bukti yang ada4.

Dengan kata lain, pendekatan historis berarti memaparkan sesuatu dengan

bukti sejarah sebagai landasan yang dapat dibuktikan kebenarannya dengan logis.

Menurut W.J.S. Poerwadarminta dalam bukunya yang berjudul "Kamus Umum

Bahasa Indonesia", sejarah adalah kejadian dan perisiwa yang benar-benar terjadi

(13)

8

Universitas Kristen Maranatha pada masa lampau5. Oleh karena itu, sejarah sangat berhubungan dengan waktu.

Hal-hal yang terjadi dalam sejarah dapat dikatakan unik karena dalam kehidupan

sekarang, beberapa kegiatan yang terkandung dalam sejarah sudah tidak dilakukan

lagi. Menurut Marcus Tullius Cicero (106-43 SM) seorang filsuf romawi dalam

bukunya “Pro Publio Sestio” memaparkan sejarah adalah sebagai berikut:

“History is the witness that testifies to the passing of time; it illuminates

reality, vitalizes memory, provides guidance in daily life, and brings us tidings of

antiquity.”

“Sejarah adalah saksi yang menjabarkan waktu yang telah berlalu: itu mengiluminasikan kenyataan, mempertajam memori, menyediakan panduan dalam kehidupan sehari-hari dan mengajari kita menghargai sisi keantikan6.”

Dengan begitu sejarah dapat menjadi saksi atas suatu peristiwa atau kejadian

pada masa lalu. Dengan bukti sejarah, kejadian pada masa lalu dapat dibayangkan

sehingga memudahkan kita untuk melihat suatu gambaran tentang masa lalu.

(14)

Bab I Pendahuluan, yang membahas tentang latar belakang masalah,

pembatasan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan organisasi penulisan.

Bab II terbagi ke dalam tiga sub bab yang akan membahas tentang sejarah

ninja, organisasi ninja, dan ninja dalam tugas.

Bab III merupakan analisis penelitian yang menjelaskan miskonsepsi ninja

dalam film dibandingkan dengan ninja dalam referensi sejarah.

(15)

59

Universitas Kristen Maranatha

BAB IV

KESIMPULAN

Ninja sering dijadikan sebuah karakter dalam film, tetapi konsep ninja

tersebut mengalami pembiasan. Oleh karena itu penulis mengambil tema miskonsepsi

ninja yang didapat melalui film “Kamui Gaiden” dan “Goemon”. Film tersebut juga

dijadikan sebagai pembatasan masalah. Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah

meluruskan konsep ninja pada film sehingga masyarakat luas mengerti maksud dari

miskonsepsi ninja yang dibuat dalam film.

Dari hasil analisis film “Kamui Gaiden” dan “Goemon”, berdasarkan

landasan teori pada bab II, penulis dapat menyimpulkan adanya miskonsepsi pada

karakter ninja sebagai berikut:

1. Terdapat kesalahan konsep dalam organisasi ninja pada film “Kamui

Gaiden” dan “Goemon”. Dalam film “Kamui Gaiden” diceritakan bahwa

Kamui menjadi ninja karena miskin. Pada film “Goemon” diceritakan

bahwa Goemon sebagai pewaris ilmu ninja Hanzo Hattori yang tidak ada

hubungan darah dengan Goemon. Ilmu ninja atau ninjutsu diturunkan

secara turun temurun dari keluarga. Pada jaman dahulu, ninja tidak mau

sembarangan mengajarkan ilmunya kepada orang yang tidak dikenal

(16)

2. Adanya kesalahan konsep yang diterapkan pada karakter mengenai

pekerjaan ninja. Dalam kedua film tersebut, ninja digambarkan sebagai

pembunuh meski sebenarnya pekerjaan utama ninja adalah memata-matai

musuh.

3. Adanya miskonsepsi dilihat dari cara bertugas kunoichi pada film “Kamui

Gaiden” yang lebih memfokuskan kunoichi bertugas sebagai pembunuh.

Pada bab II, dijelaskan fungsi kunoichi adalah sebagai ninja yang

mengumpulkan informasi dari pihak musuh dengan berperan sebagai

gadis penggoda.

4. Miskonsepsi dari sudut penampilan ninja dapat dilihat dari penutup muka

pada peran Goemon tidak dipakai sesuai fungsinya. Ketika sedang

mencuri, Goemon memakai penutup muka sementara ketika melarikan

diri, Goemon melepaskan penutup mukanya. Fungsi dari penutup muka

adalah menyembunyikan identitas pribadi agar terhindar dari pencarian

yang dilakukan istana tersebut.

5. Penggunaan shinobi shozoku pada film “Goemon” dikenakan pada saat

siang hari. Sebenarnya, seperti yang telah dijelaskan pada bab II fungsi

dari shinobi shozoku adalah sebagai pakaian yang dapat menyembunyikan

diri ketika malam. Hal ini merupakan satu miskonsepsi karena tidak sesuai

(17)

61

Universitas Kristen Maranatha 6. Penyamaran ninja yang dibuka ditengah sebuah misi seperti yang

dilakukan oleh Fudo dalam film “Kamui Gaiden”, Hanzo Hattori dan

Saizo dalam film “Goemon” merupakan miskonsepsi. Seorang ninja tidak

boleh membuka tentang jati dirinya dalam kondisi apapun demi

kerahasiaan identitasnya.

7. Ametori no jutsu merupakan keahlian ninja yang disalah artikan menjadi

kesaktian ninja seperti pada film “Kamui Gaiden”. Ametori no jutsu hanya

sebuah trik yang dilakukan ninja untuk mengelabui para penjaga. Ametori

no jutsu dilakukan tergantung situasi dan kondisi.

8. Kesalahan konsep cara ninja membunuh dapat dilihat dari film “Kamui

Gaiden” dan “Goemon”. Dalam film “Kamui Gaiden” terdapat adegan

Sugaru hendak mencekik Kamui di rumahnya. Pada film “Goemon” tokoh

Goemon membunuh musuhnya dengan menggunakan pisau. Ninja tidak

menggunakan kekerasan untuk membunuh musuhnya berdasarkan buku

“Ninja The Invisible Assassins”. Racun merupakan barang yang tepat

untuk membunuh targetnya. Ketika musuh lengah, ninja meracuni musuh

yang akan dibunuhnya.

9. Dalam film “Goemon” dapat ditemukan adanya miskonsepsi dari tugas

ninja. Tugas ninja bukan untuk melindungi seseorang melainkan

memata-matai musuh. Melindungi seseorang akan membuat ninja berada di posisi

(18)

10.Adanya kesalahan konsep mengenai ninja yang mempunyai kekuatan

untuk melawan beribu-ribu pasukan seorang diri. Hal tersebut merupakan

miskonsepsi karena ninja menghindari konfrontasi langsung terhadap para

penjaga istana agar tidak tertangkap.

11.Penggunaan perangkap pada film “Kamui Gaiden” seharusnya tidak ada.

Ninja tidak membuat perangkap pada saat menjalankan tugas demi

menjaga kerahasiaan dirinya.

12.Adanya miskonsepsi terhadap penggunaan kaginawa untuk mengambil

barang atau berayun. Berdasarkan buku buku “Ninja The Invisible

Assassins”, kaginawa adalah alat yang membantu ninja untuk memanjat

dinding yang tidak terlalu tinggi.

13.Terdapat miskonsepsi dari segi penggunaan pion berupa ninja. Dalam film

“Goemon” terdapat bantuan dari ninja lain ketika Goemon hendak

menyerbu markas musuh. Ninja tidak akan membantu ninja lain dalam

sebuah misi kecuali telah menyepakati suatu perjanjian.

Miskonsepsi tersebut terjadi karena film ninja mengalami proses mimesis

yaitu peniruan. Dalam konteks ini, mimesis telah bercampur dengan kreatifitas. Pada

mulanya, ninja merupakan agen rahasia Jepang yang bertugas untuk memata-matai

(19)

63

Universitas Kristen Maranatha percampuran budaya. Dengan begitu, muncul sebuah konsep baru ninja dalam film

yang membuat ninja mengalami miskonsepsi16.

(20)

Daftar Pustaka

Adams, Andrew. Ninja The Invisible Assassins. Ohara Publication. 2008.

Cummins, Anthony. MA. Shinobi Soldiers an Investigation into The Ninja. US: Wordclay, 2009

C. Tang. Michael. Kisah-Kisah Kebijaksanaan China Klasik. Indonesia: Gramedia, 2004

Dreaeger, Donn F. Ninjutsu The Art of Invisibility. Tokyo: Charles E Tuttle Company, 1989.

Hatsumi, Masaki. Dr. Ninjutsu History and Tradition. US: Unique Publication, 1981.

Lung, Haha. Dr. The Black Science Ancient and Modern Technique of Ninja Mind Manipulation. Boulder, Colorado: Paladin Press, 2001.

(21)

ix

Universitas Kristen Maranatha http://www.kihon.com/articles/ninjutsu_in_007.html

http://www.fuckyeahninjas.com/

http://www.miccostumes.com/blog/wp-content/uploads/walter-spider.jpg

http://ecommerce.shinobikimonos.com.br/iga-bakama-brim

http://www.sengokudaimyo.com/katchu/katchu.ch11.html

http://www.yamasa.org/japan/english/destinations/mie/ueno_ninja.html

http://sambu-kyugu.com/images/h-011.jpg

http://thumbnail.image.rakuten.co.jp/@0_mall/taiko-center/cabinet/isyou/tekkou_1.jpg

http://www.yamatobudogu.com/v/vspfiles/photos/001-KAGETAB-KI-0.jpg

http://3016.jp/ninja/item.cgi?up_item5=otona-zukin

http://www.miccostumes.com/blog/wp-content/uploads/Kaginawa.jpg

http://home.datacomm.ch/blanca/NINJUTSU/Pics/Tekagi%2001.jpg

http://www.gungfu.com/media/products/uniforms/ninja-uniforms/uniforms-ninja-uniforms-a-ashiko-foot-spikes.jpg

http://www.pustakasekolah.com/pengertian-sejarah.html

Referensi

Dokumen terkait

Jadi dapat disimpulkan bahwa Jajan Pasar sebagai media stimulasi aspek perkembangan anak usia dini dalam pembelajaran bilingual sebagai salah satu metode

Salah satu ciri dari negara yang sedang berkembang adalah terjadinya perubahan- perubahan sebagai akibat daripada pelaksanaan pembangunan dan modernisasi. Proses

penggunaan model TGT pada materi operasi hitung bilangan bulat di kelas IV. MI Darussalam Blimbing Rejotangan” ini diharapkan

Tinjauan teori yang digunakan untuk menganalisis penelitian ini adalah: wacana humor, pola humor, pengertian pragmatik, peristiwa tutur, prinsip kerja sama (maksim

Implikasi terjadinya mutasi Sl33L sejauh pengetahuan penulis memang belum ada yang menjelaskannya" hanya mutasi L133V yang ditemukan pada isolat virus AI H5N1 dari

yang dapat menurunkan pH. Hal ini terbukti dari hasil pengukuran pH selama penelitian di keempat lokasi tersebut menghasilkan nilai pH kurang dari 7 yaitu sebesar 6 –

Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara manajemen waktu dengan pola asuh orang tua otoriter pada mahasiswa Bina Nusantara, karena nilai signifikansi (p) = 0.159 lebih besar

Lama tidur yang efektif menurut Kurina (2013), adalah 6 jam per hari. Bila rerata waktu tidur kurang dari 6 jam per hari dapat menyebabkan gangguan kesehatan sampai dengan