PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERDASARKAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS BUDAYA MANDAILING UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA
SMP NEGERI 2 PANYABUNGAN
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
HAFRIDA HANUM NIM: 8146171031
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRACT
HAFRIDA HANUM. Development of Teaching Materials Based on Contextual Learning Used Mandailing Culture to Improve Students Mathematical Reasoning Skills and Self Efficacy of SMP Negeri 2 Panyabungan
Thesis. Medan. Study Program of Mathematics Education Postgraduate State University of Medan. 2016.
This study aimed to describe: 1) The effectiveness of teaching materials based on contextual learning used mandailing culture (PK-BBM) developed; 2) Practicality Teaching Material based on PK-BBM developed; 3) an increase of students mathematical reasoning skill of SMPN 2 Panyabungan using teaching materials based on PK-BBM developed; 4) an increase students self efficacy of SMPN 2 Panyabungan using teaching materials based on PK-BBM developed; and 5) The prosedure of students’ answers in solving problem of mathematical reasoning abilities. This research was a development. This research was conducted in two phase,the first phase of development of teaching materials based on the PK-BBM using four-D model of development, and the second phase of testing of teaching materials based on the PK-BBM developed in class VII/3 and VII/4 SMPN 2 Panyabungan. From the first and second test results trials obtained: 1) teaching materials based on PK-BBM developed effective, effective in terms: a) student learning mastery classically, b) student activity within a predetermined tolerance limits; c) students’ response to the components of teaching materials and activities learning is positive; 2) teaching materials based on PK-BBM developed practical, practical in terms: a) assessment experts/practitioners teaching materials developed components that could otherwise be applied; b) observation component of teaching materials has been meet very high category; 3) an increased mathematical reasoning skills students using teaching materials based on the PK-BBM developed; 4) an increased self-efficacy of students using teaching materials based on the PK-BBM developed; and 5) the students’ answer on test II trials better than I.
iii ABSTRAK
HAFRIDA HANUM. Pengembangan Bahan Ajar Berdasarkan
Pembelajaran Kontekstual Berbasis Budaya Mandailing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis dan Sel Efficacy siswa SMP Negeri 02 Panyabungan. Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Medan.2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) Efektivitas Bahan Ajar berdasarkan pembelajaran kontekstual berbasis budaya Mandailing (PK-BBM) yang dikembangkan; 2) Kepraktisan Bahan Ajar berdasarkan PK-BBM yang dikembangkan 3) Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa SMPN 2 Panyabungan dengan menggunakan bahan ajar berdasarkan PK-BBM yang dikembangkan; 4) Peningkatan self efficacy siswa dengan menggunakan bahan ajar berdasarkan PK-BBM yang dikembangkan; dan 5) Proses jawaban siswa dalam menyelesaikan soal-soal kemampuan penalaran matematis. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, yakni tahap pertama pengembangan bahan ajar berdasarkan PK-BBM dengan menggunakan model pengembangan 4-D, dan tahap kedua mengujicobakan bahan ajar berdasarkan PK-BBM yang dikembangkan di kelas VII/3 dan VII/4 SMPN 2 Panyabungan. Dari hasil uji coba I dan uji coba II diperoleh: 1) Bahan ajar berdasarkan PK-BBM yang dikembangkan efektif, ditinjau dari: a) ketuntasan belajar siswa secara klasikal; b) aktivitas siswa dalam batas toleransi yang telah ditetapkan; c) respon siswa terhadap komponen-komponen bahan ajar dan kegiatan pembelajaran positif; 2) Bahan Ajar berdasarkan PK-BBM yang dikembangkan praktis, ditinjau dari: a) penilaian ahli/praktisi komponen bahan ajar yang dikembangkan tersebut dinyatakan dapat diterapkan; b) hasil pengamatan keterlaksanaan komponen bahan ajar telah memenuhi kategori sangat tinggi dan lembar observasi keterlaksanaan komponen bahan ajar telah dapat dikatakan baik; 3) Terdapat peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa dengan menggunakan bahan ajar berdasarkan PK-BBM yang dikembangkan; 4) Terdapat peningkatan self efficacy siswa dengan menggunakan bahan ajar berdasarkan PK-BBM yang dikembangkan; dan 5) proses jawaban siswa pada uji coba II lebih baik dari uji coba I.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Pengembangan Bahan
Ajar Berdasarkan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Budaya Mandailing
untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis dan Self EfficacySiswa
SMP Negeri 2 Panyabungan”. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai pembawa risalah umat.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dengan keikhlasan dan ketulusan, baik langsung maupun tidak langsung
sampai terselesainya tesis ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal
atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan khususnya peneliti sampaikan
kepada:
1. Secara khusus dan istimewa penulis mengucapkan terima kasih dan hormat
kepada orangtua Ayahanda H. Ridwan Yacob dan Ibunda Hj. Hamidah Lubis
untuk semua kasih sayang, doa, motivasi, jerih payah serta dukungan penuh
untuk setiap langkah dalam menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tesis ini.
Semoga Allah selalu memberi kesehatan dan murah rezeki pada kedua orang
tuaku, aamiin.
2. Suamiku tercinta Handri Mardianto, S.E untuk semua dukungan, doa, motivasi,
pengertian, jerih payah, dan kesabaran yang luar biasa dalam mendukung
perkuliahan dan penulisan tesis ini. Terima kasih karena selalu berada di
iv
3. Anak-anakku tersayang Faizan Wafi Shuja dan Fathan Al-Habib Shuja. Kalian
adalah motivasi terbesar dalam penyelesaian perkuliahan dan penulisan tesis ini.
Semoga kelak kalian akan mengikuti jejak Ibunda.
4. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd selaku pembimbing I dan Bapak Prof. Dr.
Asmin, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu di
sela-sela kesibukannya untuk memberikan banyak ilmu, bimbingan, arahan dan
saran-saran yang sangat berarti bagi penulis dan penyusunan tesis ini sampai selesai.
5. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd; Bapak Prof. Dr. Muktar, M.Pd; dan Bapak
Prof. Dr. Pargaulan Siagian, M.Pd selaku narasumber yang telah banyak
memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan dan
menjadi motivator dalam penyelesaian tesis ini.
6. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Dr. Mulyono, M.Si selaku
Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana
UNIMED serta Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si selaku Staf Program Studi
Pendidikan Matematika.
7. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Direktur dan Asisten Direktur I
Program Pascasarjana UNIMED.
8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika Program Pascasarjana
UNIMED yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang bermakna
kepada penulis selama menjalani pendidikan
9. Seluruh staf pegawai di lingkungan Pascasarjana UNIMED
10. Kepada saudara kandungku Hafrizal Shiddiq, Hafriani Umaya, Hafrina Ainun
dan Hafrisyah Maulana dan para sepupu Lobe, Ian, Sangkot, Farid dan semua
keluarga besar yang senantiasa memberikan perhatian, dukungan, kasih sayang
11. Kepada Bapak Drs. Rizal Efendi selaku kepala sekolah dan Ibu Yuliana, S.Pd
selaku guru mata pelajaran kelas VII SMP Negeri 2 Panyabungan serta seluruh
dewan guru yang telah memberikan kesempatan dan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
12. Teman seperjuanganku: Hera, Nadrah, Yusi, Ainsah, Yessi, Ciah, Apriadani,
Nova, Aufa, yang telah memberikan dorongan, semangat, serta bantuan. Semoga
kita semua diberikan keberhasilan, kesuksesan di masa depan.
13. Sahabat semua yang telah memberikan semangat dan inspirasi, serta rekan-rekan
mahasiswa pendidikan matematika angkatan XXIII khususnya untuk teman
seperjuangan kelas Dikmat A-3 Tahun 2014.
14. Semua pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang
telah memberikan dukungan do’a dan motivasi yang diberikan selama ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang baik atas bantuan dan
bimbingan yang diberikan. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan penulis
berharap semoga tesis ini dapat memberi sumbangan dalam memperkaya khasanah
ilmu dalam bidang pendidikan dan menjadi masukan bagi penelitian lebih lanjut.
vi
2.1.1. Jenis-Jenis Penalaran Matematis ... 21
2.1.2. Indikator Penalaran Matematis ... 25
2.2 Self-Efficacy ... 27
2.3. Model Pembelajaran Kontekstual ... 30
2.3.1. Komponen Pembelajaran Kontekstual ... 31
2.3.2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual ... 36
2.3.3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kontekstual .... 38
2.4. Budaya ... 39
2.4.1. Budaya Mandailing ... 41
2.4.2. Model Pembelajaran Kontekstual Berbasis Budaya ... 46
2.5 Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran Kontekstual Berbasis Budaya ... 49
2.6. Pengembangan Bahan Ajar... 52
2.6.1. Jenis Bahan Ajar ... 53
2.6.2. Konsep Dasar Pengembangan Bahan Ajar ... 58
2.7 Kualitas Bahan Ajar ... 62
2.8. Model Pengembangan Bahan Ajar ... 69
2.8.1. Tahap Pendefinisian (Define) ... 69
2.8.2. Tahap Perancangan (Design) ... 70
2.8.3. Tahap Pengembangan (Develop) ... 71
2.8.4. Tahap Penyebaran (Disseminate) ... 72
3.5 Prosedur Pengembangan Bahan Ajar ... 90
3.6.2 Lembar Validasi Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 99
3.6.3 Lembar Validasi Angket Self-Efficacy Matematis Siswa ... 100
3.6.4 Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 100
3.6.5 Instrumen Self-Efficacy ... 102
3.6.6 Angket Respon Siswa ... 103
3.6.7 Proses Jawaban Siswa ... 104
3.7 Teknik Analisis Data ... 104
3.7.1 Analisis Data Lembar Validasi Bahan Ajar ... 105
3.7.2 Lembar Data Kepraktisan Bahan Ajar ... 107
3.7.3 Analisis Data Efektifitas Bahan Ajar ... 108
3.7.4 Analisis Data Peningkatan Kemampuan Penalaran Siswa ... 111
3.7.5 Analisis Data Peningkatan Self-efficacy Siswa ... 111
3.7.6 Analisis Data Proses Jawaban Siswa ... 112
3.8 Indikator Keberhasilan Bahan Ajar Menggunakan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Budaya Mandailing ... 113
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 115
4.1.1 Deskripsi Tahap Pengembangan Bahan Ajar ... 116
4.1.1.1 Deskripsi Tahap Pendefinisian (Define) ... 116
4.1.1.2 Deskripsi Tahap Perancangan (Design) ... 126
4.1.1.3 Deskripsi Tahap Pengembangan (Develop)... 154
4.1.1.4 Deskripsi Tahap Penyebaran ... 158
4.1.2 Deskripsi Kepraktisan Bahan Ajar berdasarkan PK-BBM yang dikembangkan ... 158
4.1.2.1 Analisis Efektivitas Bahan ajar berdasarkan PK-BBM pada Uji Coba I ... 158
4.1.3 Deskripsi Efektivitas Bahan Ajar berdasarkan PK-BBM yang dikembangkan ... 163
4.1.3.1 Analisis Efektivitas bahan ajar Pberdasarkan PK-BBM pada Uji coba I ... 163
4.1.4 Deskripsi Hasil Angket Self Efficacy pada Uji Coba I... 170
4.1.5 Analisis Kepraktisan Bahan Ajar berdasarkan PK-BBM pada Uji Coba II ... 172
4.1.6 Analisis Efektivitas Bahan Ajar berdasarkan PK-BBM pada Uji coba II ... 175
4.1.7 Deskripsi Hasil Angket Self Efficacy pada Uji Coba II ... 183
viii
4.1.9 Deskripsi Peningkatan Self Efficacy Siswa Setelah Penerapan Bahan Ajar berdasarkan PK-BBM yang dikembangkan ... 186 4.1.10 Deskripsi Proses Jawaban Siswa ... 188 4.1.10.1 Analisis Proses Jawaban Siswa pada Tes Kemampuan
Penalaran Matematis ... 188 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 215 4.2.1 Efektifitas Komponen Bahan Ajar berdasarkan PK-BBM
yang dikembangkan ... 215 4.2.2 Kepraktisan Komponen Bahan Ajar berdasarkan PK-BBM
yang dikembangkan ... 221 4.2.3 Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis
menggunakan Bahan Ajar berdasarkan PK-BBM yang dikembangkan ... 223 4.2.4 Peningkatan Self Efficacy Siswa Menggunakan Bahan Ajar
berdasarkan PK-BBM yang dikembangkan ... 226 4.2.5 Proses Jawaban Siswa dalam Menyelesaikan Soal-Soal
Kemampuan Penalaran Matematis ... 228 4.3 Keterbatasan Penelitian ... 229 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 230 5.2 Saran ... 231
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian one shot case study ... 95
Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 100
Tabel 3.3 Interpretasi Validasi Tes ... 101
Tabel 3.4 Interpretasi Reliabilitas Tes ... 102
Tabel 3.5 Kisi-kisi Angket Self-Efficacy ... 102
Tabel 3.6 Skor Alternatif Jawaban Angket Self-efficacy ... 103
Tabel 3.7 Tingkat Kevalidan Bahan Ajar ... 106
Tabel 3.8 Keefektifan Aktivitas Siswa ... 110
Tabel 3.9 Kriteria Proses Jawaban Kemampuan Penalaran Matematis ... 112
Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Wawancara tentang Self Efficacy Siswa ... 120
Tabel 4.2 Analisis Tugas Materi Perbandingan pada LAS ... 122
Tabel 4.3 Analisis Tugas Materi Perbandingan pada RPP dan Buku Siswa ... 123
Tabel 4.4 Sub Topik dan Tujuan Pembelajaran setiap Pertemuan ... 125
Tabel 4.5 Kisi-kisi Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 127
Tabel 4.6 Kisi-Kisi Angket Self Efficacy ... 129
Tabel 4.7 Media dan Alat Bantu Pembelajaran Materi Perbandingan ... 130
Tabel 4.8 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 139
Tabel 4.9 Hasil Validasi Buku Siswa (BS) ... 141
Tabel 4.10 Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ... 145
Tabel 4.11 Hasil Validasi Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 147
Tabel 4.12 Rangkuman Anava Analisis Hoyt ... 148
Tabel 4.13 Hasil Validasi Self Efficacy Siswa Setiap Butir Soal ... 148
Tabel 4.14 Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Penalaran Matematis ... 150
Tabel 4.15 Validitas Butir Angket Self Efficacy ... 150
Tabel 4.16 Revisi Buku Siswa ... 154
Tabel 4.17 Rata-rata Nilai Pengamatan Keterlaksanaan Komponen Bahan Ajar Uji Coba I ... 160
x
Tabel 4.19 Deskripsi Hasil Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Uji Coba I ... 164 Tabel 4.20 Tingkat Penguasaan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa
Hasil Posttest Uji Coba I ... 164 Tabel 4.21 Tingkat Ketuntasan Klasikal Kemampuan Penalaran
Matematis pada Uji Coba I ... 165 Tabel 4.22 Persentase Rata-rata Waktu Ideal Waktivitas Siswa Uji CobaI .... 166 Tabel 4.23 Hasil Analisis Respon Siswa Uji Coba I ... 168 Tabel 4.24 Rerata Skor Uji Coba I Self Efficacy Siswa Tiap Indikator ... 171 Tabel 4.25 Rata-rata Nilai Pengamatan Keterlaksanaan Komponen
Bahan Ajar Uji Coba II ... 172 Tabel 4.26 Reliabilitas Instrumen Bahan Ajar Berdasarkan PK-BBM
padaUji Coba II ... 174 Tabel 4.27 Deskripsi Hasil Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Uji
Coba II ... 176 Tabel 4.28 Tingkat Penguasaan Kemampuan Penalaran Matematis Hasil
Posttest Uji Coba II ... 176 Tabel 4.29 Tingkat Ketuntasan Klasikal Kemampuan Penalaran
Matematis pada Uji Coba II ... 177 Tabel 4.30 Persentase Rata-Rata Waktu Ideal Aktivitas Siswa Uji CobaII .... 178 Tabel 4.31 Hasil Analisis Respon Siswa Uji Coba II ... 180 Tabel 4.32 Rerata Skor Uji Coba II Self Efficacy Siswa Tiap Indikator ... 183 Tabel 4.33 Deskripsi Hasil Kemampuan Penalaran Matematis ... 184 Tabel 4.34 Rata-rata Kemampuan Penalaran Matematis Siswa untuk
Tiap Indikator ... 185 Tabel 4.35 Rata-rata Skor Uji Coba I dan Uji Coba II Self Efficacy
Siswa ... 187 Tabel 4.36 Kritetia Penyelesaian jawaban siswa pada tes kemampuan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.5 Perbandingan banyaknya gordang dengan pemain gordang ... 47
Gambar 2.6 Perbandingan banyaknya garis berwarna ... 48
Gambar 3.1 Prosedur penelitian pengembangan Perangkat Pembelajaran Menggunakan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Budaya Mandailing ... 97
Gambar 4.1 Hasil Analisis Konsep untuk Materi Perbandingan ... 122
Gambar 4.2 Tampilan Cover Buku Siswa ... 133
Gambar 4.3 KD, Indikator Pembelajaran dan Kata Kunci ... 133
Gambar 4.4 Tampilan Peta Konsep Perbandingan ... 134
Gambar 4.5 Tampilan Matei Perbandingan ... 135
Gambar 4.6 Tampilan Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ... 136
Gambar 4.7 Sebelum dan setelah validasi RPP I oleh Validator I ... 140
Gambar 4.8 Sebelum dan setelah validasi RPP I oleh Validator II ... 140
Gambar 4.9 Sebelum dan setelah validasi RPP I oleh Validator II ... 141
Gambar 4.10 Sebelum dan setelah validasi RPP I oleh Validator IV ... 141
Gambar 4.11 Sebelum dan setelah validasi Buku Siswa oleh Validator I ... 143
Gambar 4.12 Sebelum dan setelah validasi Buku Siswa oleh Validator I ... 143
Gambar 4.13 Sebelum dan setelah validasi Buku Siswa oleh Validator II ... 143
Gambar 4.14 Sebelum dan setelah validasi Buku Siswa oleh Validator II ... 144
Gambar 4.15 Sebelum dan setelah validasi Buku Siswa oleh Validator III ... 144
Gambar 4.16 Sebelum dan setelah validasi LAS oleh Validator I ... 146
Gambar 4.17 Sebelum dan setelah validasi LAS oleh Validator III ... 146
Gambar 4.18 Sebelum dan setelah validasi LAS oleh Validator IV ... 147
Gambar 4.19 Sebelum dan setelah validasi LAS oleh Validator V ... 147
Gambar 4.20 Keterlaksanaan Komponen Bahan Ajar Uji Coba I untuk Setiap Pertemuan ... 160
Gambar 4.21 Rata-Rata Keterlaksanaan Komponen Bahan Ajar Pembelajaran Keseluruhan Untuk Uji Coba I ... 160
Gambar 4.22 Persentase Reliabilitas Keterlaksanaan Bahan Ajar berdasarkan PK-BBM untuk Setiap Pertemuan pada Uji CobaI ... 162
Gambar 4.23 Rata-rata Persentase Reliabilitas Keterlaksanaan Bahan Ajar berdasarkan PK-BBM pada Uji Coba I ... 162
Gambar 4.24 Gambar 4.24. Tingkat Kemampuan Penalaran Matematis Hasil Posttest Uji Coba I ... 165
Gambar 4.25 Persentase Ketuntasan Klasikal Kemampuan Penalaran Matematis Siswa pada Uji Coba I ... 165
xii
Gambar 4.27. Rata-rata Skor Self Eficacy Taip Indikator Uji Coba I ... 171 Gambar 4.28 Keterlaksanaan komponen Bahan Ajar Uji Coba II untuk
setiap Pertemuan ... 173 Gambar 4.29 Rata-rata Keterlaksanaan Komponen Bahan Ajar untuk
Keseluruhan Uji Coba II ... 173 Gamabr 4.30 Persentase Reliabilitas Keterlaksanaan Komponen Bahan Ajar
Berdasarkan PK-BBM untuk setiap Pertemuan pada Uji Coba II ... 174 Gambar 4.31 Persentase Reliabilitas Keterlaksanaan Bahan Ajar PK-BBM
pada Uji Coba II ... 175 Gambar 4.32 Tingkat Kemampuan Penalaran Matematis Hasil Posttest uji
Coba II ... 177 Gambar 4.33 Persentase Ketuntasan Klasikal Kemampuan Penalaran
Matematis Siswa pada Uji Coba II ... 177 Gambar 4.34 Diagram Persentase Waktu Ideal Aktivitas Siswa Uji Coba II ... 179 Gambar 4.35 Rata-rata Skor Self Efficacy Tiap Indikator Uji Coba II ... 183 Gambar 4.36 Rata-rata Kemampuan Penalaran Matematis untuk Setiap
Indikator ... 186 Gambar 4.37 Diagram self Efficacy Siswa Uji Coba I dan Uji Coba II ... 187 Gambar 4.38 Contoh proses jawaban siswa butir soal 1a kategori baik
aspek membuat dan menyelidiki dugaan matematis pada uji coba I ... 189 Gambar 4.39 Contoh proses jawaban siswa butir soal 1a kategori baik spek
membuat dan menyelidiki dugaan matematis pada uji coba II .... 189 Gambar 4.40 Contoh proses jawaban siswa butir soal 1a kategori cukup
aspek membuat dan menyelidiki dugaan matematis pada uji coba I ... 190 Gambar 4.41 Contoh proses jawaban siswa butir soal 1a kategori cukup
aspek membuat dan menyelidiki dugaan matematis pada uji coba II ... 190 Gambar 4.42 Contoh proses jawaban siswa butir soal 1a kategori kurang
baik aspek membuat dan menyelidiki dugaan matematis pada uji coba I ... 190 Gambar 4.43 Contoh proses jawaban siswa butir soal 1b kategori baik
aspek menemukan pola pada suatu gejala matematis pada uji coba I ... 191 Gambar 4.44 Contoh proses jawaban siswa butir soal 1b kategori baik
aspek menemukan pola pada suatu gejala matematis pada uji coba II ... 191 Gambar 4.45 Contoh proses jawaban siswa butir soal 1b kategori cukup
aspek menemukan pola pada suatu gejala matematis uji coba I ... 192 Gambar 4.46 Contoh proses jawaban siswa butir soal 1b kategori cukup
aspek menemukan pola pada suatu gejala matematis uji coba II ... 192 Gambar 4.47 Contoh proses jawaban siswa butir soal 1b kategori kurang
Gambar 4.48 Contoh proses jawaban siswa butir soal 1c kategori baik aspek menarik kesimpulan dari pernyataan uji coba I ... 193 Gambar 4.49 Contoh proses jawaban siswa butir soal 1c kategori baik
aspek menarik kesimpulan dari pernyataan uji coba II ... 194 Gambar 4.50 Contoh proses jawaban siswa butir soal 1c kategori cukup
aspek menarik kesimpulan dari pernyataan uji coba I ... 194 Gambar 4.51 Contoh proses jawaban siswa butir soal 1c kategori cukup
aspek menarik kesimpulan dari pernyataan uji coba II ... 194 Gambar 4.52 Contoh proses jawaban siswa butir soal 1d kategori baik
aspek memeriksa kesahihan suatu argumen uji coba I ... 195 Gambar 4.53 Contoh proses jawaban siswa butir soal 1d kategori baik
aspek memeriksa kesahihan suatu argumen uji coba II ... 195 Gambar 4.54 Contoh proses jawaban siswa butir soal 1d kategori cukup
aspek memeriksa kesahihan suatu argumen uji coba I ... 196 Gambar 4.55 Contoh proses jawaban siswa butir soal 1d kategori cukup
aspek memeriksa kesahihan suatu argumen uji coba II ... 196 Gambar 4.56 Contoh proses jawaban siswa butir soal 1d kategori kurang
baik aspek memeriksa kesahihan suatu argumen uji coba I ... 196 Gambar 4.57 Contoh proses jawaban siswa butir soal 2a kategori baik
aspek membuat dan menyelidiki dugaan matematis uji coba I ... 197 Gambar 4.58 Contoh proses jawaban siswa butir soal 2a kategori baik
aspek membuat dan menyelidiki dugaan matematis uji coba II ... 197 Gambar 4.59 Contoh proses jawaban siswa butir soal 2a kategori cukup
aspek membuat dan menyelidiki dugaan matematis uji coba I ... 197 Gambar 4.60 Contoh proses jawaban siswa butir soal 2a kategori cukup
aspek membuat dan menyelidiki dugaan matematis uji coba II ... 198 Gambar 4.61 Contoh proses jawaban siswa butir soal 2a kategori kurang
baik aspek membuat dan menyelidiki dugaan matematis uji coba I ... 198 Gambar 4.62 Contoh proses jawaban siswa butir soal 2a kategori kurang
baik aspek membuat dan menyelidiki dugaan matematis uji coba II ... 198 Gambar 4.63. Contoh proses jawaban siswa butir 2b kategori baik aspek
menemukan pola pada suatu gejala matematis uji coba I ... 199 Gambar 4.64. Contoh proses jawaban siswa butir 2b kategori baik aspek
menemukan pola pada suatu gejala matematis uji coba II ... 199 Gambar 4.65. Contoh proses jawaban siswa butir 2b kategori cukup aspek
menemukan pola pada suatu gejala matematis uji coba I ... 199 Gambar 4.66. Contoh proses jawaban siswa butir 2b kategori cukup aspek
menemukan pola pada suatu gejala matematis uji coba II ... 200 Gambar 4.67. Contoh proses jawaban siswa butir 2b kategori kurang baik
aspek menemukan pola pada suatu gejala matematis uji coba I ... 200 Gambar 4.68. Contoh proses jawaban siswa butir 2c kategori baik aspek
menarik kesimpulan dari pernyataan uji coba I ... 201 Gambar 4.69. Contoh proses jawaban siswa butir 2c kategori baik aspek
xiv
Gambar 4.70. Contoh proses jawaban siswa butir 2c kategori cukup aspek menarik kesimpulan dari pernyataan uji coba I ... 202 Gambar 4.71. Contoh proses jawaban siswa butir 2c kategori cukup aspek
menarik kesimpulan dari pernyataan uji coba II ... 202 Gambar 4.72. Contoh proses jawaban siswa butir 2c kategori kurang baik
aspek menarik kesimpulan dari pernyataan uji coba I ... 202 Gambar 4.73. Contoh proses jawaban siswa butir 2c kategori kurang baik
aspek menarik kesimpulan dari pernyataan uji coba II ... 202 Gambar 4.74. Contoh proses jawaban siswa butir 2d kategori baik aspek
memeriksa kesahihan suatu argumen uji coba I ... 203 Gambar 4.75. Contoh proses jawaban siswa butir 2d kategori baik aspek
memeriksa kesahihan suatu argumen uji coba II ... 203 Gambar 4.76. Contoh proses jawaban siswa butir 2d kategori cukup aspek
memeriksa kesahihan suatu argumen uji coba I ... 204 Gambar 4.77. Contoh proses jawaban siswa butir 2d kategori cukup aspek
memeriksa kesahihan suatu argumen uji coba II ... 204 Gambar 4.78. Contoh proses jawaban siswa butir 2d kategori kurang baik
aspek memeriksa kesahihan suatu argumen uji coba I ... 204 Gambar 4.79. Contoh proses jawaban siswa butir 2d kategori kurang baik
aspek memeriksa kesahihan suatu argumen uji coba II ... 204 Gambar 4.80. Contoh proses jawaban siswa butir 3a kategori baik aspek
membuat dan menyelidiki dugaan matematis uji coba I ... 205 Gambar 4.81. Contoh proses jawaban siswa butir 3a kategori baik aspek
membuat dan menyelidiki dugaan matematis uji coba II ... 205 Gambar 4.82. Contoh proses jawaban siswa butir 3a kategori cukup aspek
membuat dan menyelidiki dugaan matematis uji coba I ... 206 Gambar 4.83. Contoh proses jawaban siswa butir 3a kategori cukup aspek
membuat dan menyelidiki dugaan matematis uji coba II ... 206 Gambar 4.84. Contoh proses jawaban siswa butir 3a kategori kurang baik
aspek membuat dan menyelidiki dugaan matematis uji coba I .... 206 Gambar 4.85. Contoh proses jawaban siswa butir 3a kategori kurang baik
aspek membuat dan menyelidiki dugaan matematis uji coba II ... 206 Gambar 4.86. Contoh proses jawaban siswa butir 3b kategori baik aspek
menemukan pola pada suatu gejala matematis uji coba I ... 207 Gambar 4.87. Contoh proses jawaban siswa butir 3b kategori baik aspek
menemukan pola pada suatu gejala matematis uji coba II ... 207 Gambar 4.88. Contoh proses jawaban siswa butir 3b kategori cukup aspek
menemukan pola pada suatu gejala matematis uji coba I ... 208 Gambar 4.89. Contoh proses jawaban siswa butir 3b kategori cukup aspek
menemukan pola pada suatu gejala matematis uji coba II ... 208 Gambar 4.90. Contoh proses jawaban siswa butir 3b kategori kurang baik
aspek menemukan pola pada suatu gejala matematis uji coba I ... 208 Gambar 4.91. Contoh proses jawaban siswa butir 3b kategori kurang baik
Gambar 4.92. Contoh proses jawaban siswa butir 3c kategori baik aspek menarik kesimpulan uji coba I ... 209 Gambar 4.93. Contoh proses jawaban siswa butir 3c kategori baik aspek
menarik kesimpulan uji coba II ... 209 Gambar 4.94. Contoh proses jawaban siswa butir 3c kategori cukup aspek
menarik kesimpulan uji coba I ... 210 Gambar 4.95. Contoh proses jawaban siswa butir 3c kategori cukup aspek
menarik kesimpulan uji coba II ... 210 Gambar 4.96. Contoh proses jawaban siswa butir 3c kategori kurang baik
aspek menarik kesimpulan uji coba I ... 210 Gambar 4.97. Contoh proses jawaban siswa butir 3c kategori kurang baik
aspek menarik kesimpulan uji coba II ... 211 Gambar 4.98. Contoh proses jawaban siswa butir 3d kategori baik aspek
memeriksa kesahihan suatu argumen uji coba I ... 211 Gambar 4.99. Contoh proses jawaban siswa butir 3d kategori baik aspek
memeriksa kesahihan suatu argumen uji coba II ... 212 Gambar 4.100. Contoh proses jawaban siswa butir 3d kategori cukup aspek
memeriksa kesahihan suatu argumen uji coba I ... 212 Gambar 4.101. Contoh proses jawaban siswa butir 3d kategori cukup aspek
memeriksa kesahihan suatu argumen uji coba II ... 212 Gambar 4.102. Contoh proses jawaban siswa butir 3d kategori kurang baik
aspek memeriksa kesahihan suatu argumen uji coba I... 213 Gambar 4.103. Contoh proses jawaban siswa butir 3d kategori kurang baik
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Dewasa ini tidak mungkin lagi menutup diri dari pengaruh globalisasi, oleh
karena itu pendidikan berkewajiban mempersiapkan generasi baru yang sanggup
menghadapi tantangan global yang akan datang dan untuk menghadapi arus
globalisasi diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang siap menghadapi dan
berdaya saing dengan bangsa lain di masa depan. Menurut Tirtarahardja
(2008:153) pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam mengantisipasi
masa depan, karena pendidikan selalu diorientasikan pada penyiapan peserta didik
untuk berperan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, peran pendidikan
dalam menghadapi masa depan erat kaitannya dengan pembelajaran. Dimana
kualitas pendidikan berhubungan dengan kualitas pembelajaran.
Pembelajaran merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan siswa
dalam mencapai tujuan belajar di bawah bimbingan, arahan dan motivasi guru.
Dengan demikian pembelajaran adalah proses yang menuntut siswa untuk aktif
melakukan sejumlah aktivitas dalam membangun pengetahuannya sendiri,
sehingga pembelajaran bukanlah proses yang didominasi oleh guru. Walaupun
demikian guru tetap memegang peran utama dalam pembelajaran, karena ditangan
gurulah kurikulum, sumber belajar, sarana dan prasarana, serta iklim
pembelajaran menjadi sesuatu yang berarti bagi kehidupan peserta didik. Oleh
karena itu, kemampuan diri dan kesiapan guru dalam melaksanakan tugas-tugas
profesional dapat dan harus dikembangkan dari waktu ke waktu secara
2
pembelajaran (RPP) yang baik, seorang guru seyogyanya mampu
mengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan desain dan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai untuk memudahkan belajar. Degeng (Harijanto, 2007:217)
menyatakan bahwa: “salah satu kegiatan awal dalam meningkatkan pembelajaran
adalah merancang bahan ajar yang mengacu pada suatu model pengembangan
agar memudahkan belajar”. Dengan demikian pengembangan bahan ajar sudah
selayaknya dikembangkan oleh guru saat ini.
Adapun alasan mengapa penting mengembangkan bahan ajar dikarenakan
untuk menghindari kebiasaan guru menyajikan materi dari satu sumber belajar
saja seperti buku teks, hal ini dapat membahayakan siswa karena siswa akan
memahami sesuatu dari satu sudut pandang saja. Hal ini senada dengan pendapat
Abidin (2014:264) yang menyatakan bahan ajar yang disediakan tentu saja masih
harus dikembangkan dan dikreasikan oleh guru agar kebiasaan guru menyajikan
materi dari satu sumber dapat dihindari, karena hal ini membahayakan siswa
sebab siswa dipaksa memahami sesuatu berdasarkan salah satu sudut pandang
padahal di sisi lain, kurikulum 2013 hendak membentuk lulusan yang mampu
berpikir kritis, kreatif dan multiperspektif. Selain itu pengembangan bahan ajar
yang dilakukan guru secara lebih khusus telah dirancang dan disusun berdasarkan
pengetahuan dan keterampilan yang akan diajarkan sehingga dapat disesuaikan
dengan indikator yang ingin dicapai.
Adapun alasan lain betapa pentingnya pengembangan bahan ajar bagi guru
diuraikan Kemendiknas (Abidin, 2014:264) sebagai berikut:
3
referensi; (4). Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar; (5). Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan peserta didik karena peserta didik akan merasa lebih percaya kepada gurunya; (6). Menambahkan angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.
Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis
besar terdiri atas pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dipelajari siswa
dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Bahan ajar
merupakan bagian dari sumber belajar. Hamdani (2011: 120) menyatakan “bahan
ajar adalah segala bentuk bahan atau materi yang disusun secara sistematis yang
digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar sehingga tercipta lingkungan suasana yang memungkinkan siswa
untuk belajar”.
Bahan ajar memiliki fungsi penting bagi pembelajaran. Baik bagi guru
maupun bagi siswa. Bagi guru bahan ajar sebagai pedoman guru yang akan
mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus
merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa.
sedangkan fungsi bahan ajar bagi siswa sebagai pedoman siswa yang akan
mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus
merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasai. Selain itu,
bahan ajar yang dikembangkan dapat menjadi alat evaluasi
pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran. Malihat hal ini, pengembangan bahan
ajar menjadi sangat penting dilakukan oleh guru. Oleh sebab itu, guru seyogyanya
mengembangkan bahan ajarnya sendiri sehingga ia akan mampu melaksanakan
4
bahan ajar harus mengacu pada suatu model pengembangan tertentu agar
dihasilkan bahan ajar yang baik.
Bahan ajar yang baik memiliki kriteria valid, praktis dan efektif. Menurut
Nieveen (2007:26) terdapat kriteria dalam menentukan kualitas hasil
pengembangan bahan ajar yaitu (1) validity (valid); (2) practivally (praktis) dan
(3) effectiveness (efektif). Sehingga dapat dinyatakan bahwa bahan ajar yang
berkualitas adalah yang memenuhi ketiga aspek tersebut. Validitas diperoleh dari
validasi perangkat oleh pakar (expert) dan teman sejawat berisikan validasi isi
(content), konstruk dan bahasa. Selanjutnya kepraktisan berarti bahwa bahan ajar
dapat diterapkan oleh guru sesuai dengan yang direncanakan dan mudah dipahami
oleh siswa. Sedangkan keefektifan dilihat dari hasil penilaian autentik yang
meliputi penilaian terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar.
Namun kenyataan dilapangan, guru belum mengembangkan bahan ajar
yang memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif. Guru umumnya menggunakan
buku teks dari penerbit sebagai satu-satunya sumber belajar yang dirancang untuk
dipasarkan secara luas, dimana gaya penulisan pada buku teks umumnya naratif
tetapi tidak komunikatif, sangat padat, tidak memiliki mekanisme untuk
mengumpulkan umpan balik dari pembaca sehingga siswa cenderung malas untuk
membaca dan pembelajaran menjadi kurang menarik.
Bahan ajar bagi guru memberikan manfaat antara lain, menghemat waktu
guru dalam mengajar, mengubah peran guru dari seorang pengajar menjadi
seorang fasilitator dan meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif
dan interaktif. Bahan ajar bagi siswa juga memiliki manfaat diantaranya membuat
5
belajar mandiri dan memberikan kemudahan dalam mempelajari setiap
kompetensi yang harus dikuasai.
Bahan ajar merupakan hal yang sangat penting untuk dikembangkan
sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya matematika. Pada
pembelajaran matematika, materi yang diajarkan umumnya merupakan
objek-objek yang abstrak. Pemilihan bahan ajar yang baik dan tepat dapat menunjang
pemahaman siswa dalam mempelajari objek-objek abstrak tersebut. Untuk itu,
Bahan ajar matematika haruslah bersifat sistematis artinya disusun secara urut
sehingga memudahkan siswa memahami konteks dan konsep dalam mempelajari
matematika. Hamdani (2011;217) mengemukakan jenis bahan ajar meliputi:
“(1) bahan ajar dalam bentuk cetak, misalnya lembar kerja siswa (LKS),
handout, buku, modul, brosur, leaflet, wilchart, dan lain-lain; (2) bahan
ajar berbentuk audio visual, misalnya film. Video dan VCD; (3) bahan ajar berbentuk audio, misalnya kaset, radio, CD audio; (4) visual, misalnya foto, gambar, model/maket; (5) multimedia, misalnya CD interaktif,
computer based learning, internet”.
Dari beberapa jenis bahan ajar yang dipaparkan di atas, bahan ajar yang
dapat dikembangkan oleh guru adalah bahan ajar cetak yaitu buku. Buku adalah
bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan. Buku yang baik adalah buku
yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik, sederhana dan mudah
dimengerti, disajikan secara menarik serta dilengkapi dengan gambar dan
keterangannya, isi buku juga menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan ide
penulisnya. Depdikbud No. 58 (2014:419) menyatakan “buku matematika
biasanya ditulis dengan tujuan untuk membantu para pembacanya memahami
konsep-konsep matematika”. Untuk itu, buku pelajaran matematika sebaiknya
6
matematika dan membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, inovatif dan kreatif.
Namun berdasarkan observasi penulis di SMP Negeri 2 Panyabungan, guru
belum mengembangkan bahan ajar matematika sendiri, guru masih menggunakan
buku teks matematika dari penerbit yang penyajian materi tersusun dari: 1)
definisi (pengertian konsep); 2); contoh soal; dan 3) latihan soal. Dimana kegiatan
awal pada buku teks matematika diawali dengan menjelaskan pengertian (definisi)
suatu konsep dalam matematika. Kemudian, memberikan contoh penerapan
konsep tersebut, dan diakhiri dengan memberikan soal latihan. Selain itu, buku
teks matematika yang digunakan memuat soal-soal rutin sehingga tidak
menantang siswa untuk melakukan kegiatan refleksi, eksperimen, eksplorasi,
inkuiri, konjektur, dan generalisasi. Tidak hanya itu, dalam pembelajaran di kelas
guru lebih cenderung menghabiskan materi yang terdapat pada buku teks dari
pada mengikuti RPP yang telah disusun, akibatnya tujuan pembelajaran tidak
maksimal terpenuhi.
Hal ini membuat siswa sukar/sulit mengembangkan kemampuan
matematikanya. Pada hakekatnya matematika merupakan suatu alat untuk
mengembangkan cara berpikir, pada proses belajar matematika terjadi proses
berpikir. Untuk itu, pengembangan buku ajar matematika sebaiknya memuat
aktivitas belajar yang dapat melatih kemampuan berpikir dan bernalar dalam
memahami dan memecahkan masalah matematika. Depdiknas (Shadiq, 2004:3)
menyatakan “materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal
yang tidak dapat dipisahkan, yakni materi matematika dipahami melalui penalaran
7
ini berarti penalaran matematika adalah fondasi untuk mendapatkan dan
menkonstruk pengetahuan matematika. Dengan demikian kemampuan penalaran
merupakan aspek yang penting yang harus dikuasai siswa dalam belajar
matematika.
Namun setelah dilakukan observasi awal di SMP Negeri 2 Panyabungan
menunjukkan bahwa kemampuan penalaran matematika siswa masih rendah,
terlihat dari soal cerita yang diberikan pada siswa yaitu:
1. Seorang penjahit memerlukan 10 meter kain untuk membuat 8 potong baju.
Jika ada pesanan sebanyak 100 potong baju yang sama. Berapa meter kainkah
yang diperlukan penjahit tersebut?
Dari observasi awal penelitian, peneliti mendapatkan jawaban soal tersebut
dari salah satu siswa seperti pada gambar 1.1. berikut.
Gambar 1.1. Jawaban siswa
Dari jawaban siswa tersebut, tampak siswa belum menggunakan penalaran
dengan baik. Siswa belum bisa membedakan satuan panjang dan satuan jumlah,
sehingga pola jawaban siswa salah dan kesimpulannya juga salah. Beberapa siswa
juga menjawab namun tidak tuntas dan akhirnya menyerah karena kebingungan.
Proses jawaban siswa menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam
Siswa tidak bisa
membedakan satuan
8
memahami konsep dan bernalar sehingga penyelesaian masalah menjadi tidak
tepat dan salah. Dari 40 siswa hanya 15 orang atau sekitar 37% yang menjawab
benar, 19 orang (48%) yang menjawab salah dan 6 orang (15%) tidak menjawab.
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan penalaran siswa terhadap soal yang
diberikan masih rendah.
Menurut Nurdalilah (2012:111) “Penalaran adalah suatu cara berpikir yang
menghubungkan antara dua hal atau lebih berdasarkan sifat dan aturan tertentu
yang telah diakui kebenarannya dengan menggunakan langkah-langkah
pembuktian hingga mencapai suatu kesimpulan”. Kemampuan penalaran
merupakan salah satu dari kemampuan matematis yang merupakan faktor penting
yang harus dikembangkan pada taraf kognitif siswa sehingga mempengaruhi hasil
belajar matematika siswa. Dikarenakan siswa dapat membangun pemahaman
matematika dengan menggunakan penalaran. Menurut Russel (Gunhan, 2014:2)
“penalaran yang buruk mengakibatkan kurangnya pemahaman akan
permasalahan. Siswa yang tidak memiliki pemahaman tentang apa yang harus
dilakukan dan bagaimana memecahkan masalah cenderung menambah,
mengurangi, mengalikan atau membagi semua angka yang mereka lihat tanpa
berfikir dan menalar terlebih dahulu”.
Selain melihat pentingnya kemampuan penalaran matematis siswa dalam
pembelajaran, aspek lain yang perlu juga dikembangkan adalah kepercayaan diri
(self efficacy) siswa. Bandura (1998:2) mendefenisikan self-efficacy sebagai
keyakinan seseorang tentang kemampuan mereka untuk menghasilkan kinerja
9
bagaimana seseorang merasa, berfikir, memotivasi diri dan berperilaku.
Self-efficacy memiliki katerkaitan dengan prestasi dan motivasi siswa.
Seseorang yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan meningkatkan
prestasi dan hasil belajarnya karena dengan self-efficacy yang tinggi seseorang
akan mampu menghadapi permasalahan sulit dengan menganggapnya sebagai
tantangan yang harus dikuasai bukan sebagai ancaman yang harus dihindari.
Sebaliknya, seseorang yang memiliki self-efficacy rendah akan meragukan
kemampuan mereka dan cenderung menghindari permasalahan yang sulit
sehingga mudah menyerah dan menyebabkan kegagalan.
Dalam pembelajaran matematika apabila seorang siswa merasa mampu
dalam mengerjakan suatu masalah matematika akan berdampak pada keberhasilan
siswa dalam menyelesaikan masalah tersebut dengan baik. Bandura (1998:11)
menyatakan keyakinan siswa akan kemampuan mereka menguasai kegiatan
akademik mempengaruhi aspirasi, tingkat ketertarikan, dan prestasi akademik
mereka. Oleh karena itu, self-efficacy merupakan faktor internal pada psikologi
diri seorang siswa yang berdampak pada keyakinan yang dimiliki siswa agar
berhasil dalam proses pembelajaran.
Namun dari hasil wawancara peneliti terhadap guru matematika di SMP
Negeri 2 Panyabungan mengenai self-efficacy siswa terhadap pembelajaran
matematika. Menunjukkan siswa kurang tertantang untuk menyelesaikan masalah
yang sulit, siswa cenderung menyerah dan malas untuk menyelesaikan masalah
matematika non rutin. Selain itu, siswa cenderung cemas/takut saat guru
10
membuat siswa cenderung pasif dan takut salah untuk mencoba menyelesaikan
masalah matematika.
Hal tersebut menunjukkan bahwa self-efficacy siswa rendah dan perlu
pembenahan akan hal itu, karena self-efficacy yang baik akan memberikan
motivasi belajar yang baik pula. Bouchey dan Harter (Tansil, 2009:1)
mengungkapkan bahwa seorang siswa yang memiliki mathematic academic self -
efficacy yang baik dalam pelajaran matematika berpengaruh terhadap prestasi
individu itu sendiri. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa self-efficacy yang
dimiliki seorang siswa mampu mendukung kemampuan matematisnya.
Untuk mengembangkan self-efficacy dan kemampuan matematis siswa
dalam hal ini kemampuan penalaran matematis, maka perlu mendesain
pembelajaran di kelas yang mampu merubah sikap siswa terhadap matematika
menjadi lebih baik sehingga berakibat pada baiknya kemampuan penalaran
matematis siswa dan self-efficacy siswa. Untuk itu kemampuan guru menjadi
faktor eksternalnya. Guru memegang peran utama dalam pembelajaran,
khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah.
Pembelajaran matematika merupakan serangkaian aktivitas terencana yang
dilakukan siswa untuk mencapai tujuan tertentu dibawah bimbingan, arahan, dan
motivasi guru. Sejalan dengan pengertian ini, pembelajaran matematika tidak
dapat dilakukan dengan asal-asalan melainkan harus dilakukan secara terencana
dengan baik. Oleh karena itu, pengembangan bahan ajar hendaknya dilakukan
sejalan dengan model pembelajaran yang akan diterapkan di kelas. Sehingga
bahan ajar tidak hanya berupa sajian materi melainkan menuntun siswa bekerja
11
Salah satu model pembelajaran yang menuntut keaktifan siswa adalah
pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and
learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka masing-masing. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran
berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan
transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses pembelajaran lebih
dipentingkan dari pada hasil. Debdikbud No 58 (2014:357) menyatakan terdapat
tiga konsep pembelajaran kontekstual yang harus dipahami, yaitu: (1).
pembelajaran kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk
menemukan materi; (2). pembelajaran kontekstual mendorong agar siswa dapat
menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan
nyata; dan (3). pembelajaran konstektual mendorong siswa untuk menerapkan
pengetahuannya dalam kehidupan.
Pembelajaran kontekstual merupakan satu konsepsi pengajaran dan
pembelajaran yang membantu guru mengaitkan bahan subjek yang dipelajari
dengan situasi dunia sebenarnya dan memotivasikan pembelajar untuk membuat
kaitan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan harian mereka
sebagai ahli keluarga, warga masyarakat, dan pekerja. Hal ini diperlukan agar
pengalaman belajar siswa dapat berguna nantinya untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapi pada dunia nyatanya.
Disamping pembelajaran kontekstual mengaitkan materi yang dipelajari
12
matematika dengan budaya lokal. Sehingga secara tidak langsung melalui belajar
matematika apresiasi siswa terhadap budayanya tidak luntur dan siswa dapat
lebih mengenal dan menghargai budayanya sendiri. Hal ini menjadi penting,
karena dengan memasukkan budaya ke dalam pembelajaran matematika selain
dapat memotivasi siswa untuk belajar juga dapat membentuk karakter positif
siswa yang mencerminkan nilai-nilai budaya.
Namun faktanya guru belum maksimal mengaitkan antara materi
matematika dengan karakteristik budaya lokal. Hal ini tampak dari hasil
pengamatan peneliti terhadap pembelajaran matematika di SMP Negeri 2
Panyabungan. Pengajaran yang dilakukan guru di sekolah tersebut masih terlalu
bersifat formal belum mengaitkan materi matematika dengan karakteristik budaya
lokal. Padahal melalui pembelajaran kontekstual yang berbasis budaya, siswa
dapat belajar matematika melalui budaya atau mengenal budaya melalui belajar
matematika. Sehingga untuk mensosialisasikan budaya lokal kepada generasi
muda sebagai bentuk pelestarian budaya bangsa sebagai jati diri dan identitas
bangsa Indonesia, secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pembelajaran
kontekstual berbasis budaya.
Untuk mendukung pembelajaran yang terintegrasi dengan budaya lokal
maka perlu dikembangkan bahan ajar yang mampu menumbuhkan apresiasi
siswa terhadap budaya lokal itu sendiri. Dalam pengembangan bahan
pembelajaran yang terintegrasi terhadap budaya lokal maka desain
pembelajarannya berangkat dari tema budaya lokal. Adapun salah satu budaya
lokal yang terdapat di Sumatera Utara dan peneliti jadikan rujukan adalah Budaya
13
Banyak materi matematika dapat dikaitkan dengan budaya Mandailing,
salah satunya materi perbandingan. Dengan memperkenalkan produk tradisional
yang menjadi ciri khas seperti ulos dan gordang sambilan, dapat disajikan
menjadi materi pembelajaran matematika sehingga secara tidak langsung melalui
belajar matematika, siswa dapat diperkenalkan pada kebudayaan Mandailing.
Mengintegrasikan budaya Mandailing terhadap pembelajaran matematika
diharapkan lebih mendorong siswa termotivasi belajar, dan lebih mencintai serta
menghargai budaya tanah air. Sebagaimana Hiebert dan Capenter (Tandililing,
2013:2) mengingatkan kepada semua pihak bahwa pengajaran matematika di
sekolah dan matematika yang ditemukan anak dalam kehidupan sehari-hari sangat
berbeda. Oleh karena itu pembelajaran matematika sangat perlu memberikan
muatan/menjembatani antara matematika dalam dunia sehari-hari yang berbasis
pada budaya lokal dengan matematika sekolah.
Dengan melihat pentingnya pengembangan bahan ajar berdasarkan
pembelajaran kontekstual yang terintegrasi dengan budaya lokal dalam hal ini
budaya Mandailing, penulis merasa perlu untuk merealisasikan upaya tersebut
dalam suatu penelitian dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Berdasarkan
Pembelajaran Kontekstual Berbasis Budaya Mandailing untuk
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis dan Self-efficacy Siswa
14
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat di identifikasikan
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Guru belum mengembangkan bahan ajar yang memenuhi kriteria valid,
praktis dan efektif. Guru umumnya menggunakan buku teks dari penerbit
sebagai satu-satunya sumber belajar yang dirancang untuk dipasarkan secara
luas.
2. Guru belum mengembangkan bahan ajar matematika sendiri, guru masih
menggunakan buku teks matematika dari penerbit.
3. Dalam pembelajaran di kelas guru lebih cenderung menghabiskan materi
yang terdapat pada buku teks dari pada mengikuti RPP yang telah disusun,
akibatnya tujuan pembelajaran tidak maksimal terpenuhi.
4. Kemampuan penalaran matematis siswa SMP Negeri 2 Panyabungan dalam
menyelesaikan masalah matematika masih rendah.
5. Terdapat kesalahan-kesalahan dalam proses jawaban siswa dalam memahami
konsep dan bernalar sehingga penyelesaian masalah menjadi tidak tepat.
6. Sikap self-efficacy siswa SMP Negeri 2 Panyabungan masih rendah.
7. Proses pembelajaran di kelas masih di dominasi oleh guru.
8. Pembelajaran yang dilakukan guru di sekolah masih terlalu bersifat formal
15
1.3 Batasan Masalah
Masalah yang teridentifikasi di atas merupakan masalah yang cukup luas
dan kompleks, agar penelitian ini lebih fokus dan mencapai tujuan, maka penulis
membatasi masalah pada:
1. Guru belum mengembangkan bahan ajar matematika berbasis budaya
Mandiling yang memenuhi kriteria efektif.
2. Guru belum mengembangkan bahan ajar matematika berbasis budaya
Mandiling yang memenuhi kriteria praktis.
3. Kemampuan penalaran matematis siswa SMP Negeri 2 Panyabungan dalam
menyelesaikan masalah matematika masih rendah.
4. Terdapat kesalahan-kesalahan dalam proses jawaban siswa dalam memahami
konsep dan bernalar sehingga penyelesaian masalah menjadi tidak tepat.
5. Sikap self-efficacy siswa SMP Negeri 2 Panyabungan masih rendah.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, masalah utama dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana efektivitas bahan ajar berdasarkan pembelajaran kontekstual
berbasis budaya Mandailing terhadap siswa SMP Negeri 2 Panyabungan?
2. Bagaimana kepraktisan bahan ajar berdasarkan pembelajaran kontekstual
berbasis budaya Mandailing terhadap siswa SMP Negeri 2 Panyabungan?
3. Bagaimana peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa SMP Negeri
2 Panyabungan melalui bahan ajar berdasarkan pembelajaran kontekstual
16
4. Bagaimana peningkatan self-efficacy siswa SMP Negeri 2 Panyabungan
melalui bahan ajar berdasarkan pembelajaran kontekstual berbasis budaya
Mandailing?
5. Bagaimana proses jawaban siswa melalui bahan ajar berdasarkan
pembelajaran kontekstual berbasis budaya Mandailing?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan efektivitas bahan ajar berdasarkan pembelajaran kontekstual
berbasis budaya Mandailing terhadap siswa SMP Negeri 2 Panyabungan?
2. Mendeskripsikan kepraktisan bahan ajar berdasarkan pembelajaran
kontekstual berbasis budaya Mandailing terhadap siswa SMP Negeri 2
Panyabungan?
3. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa SMP
Negeri 2 Panyabungan melalui bahan ajar berdasarkan pembelajaran
kontekstual berbasis budaya Mandailing?
4. Mendeskripsikan peningkatan self-efficacy siswa SMP Negeri 2 Panyabungan
melalui bahan ajar berdasarkan pembelajaran kontekstual berbasis budaya
Mandailing?
5. Mendeskripsikan proses jawaban siswa melalui bahan ajar berdasarkan
17
1.6Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan banyak manfaat kepada banyak
pihak dan menjadi masukan berarti bagi pembaharuan pembelajaran. Manfaat
yang diperoleh adalah sebagai berikut.
1. Bagi siswa, dengan pengembangan bahan ajar matematika melalui model
pembelajaran kontekstual berbasis budaya Mandailing diharapkan tercipta
sikap belajar positif dan kreatif.
2. Bagi guru, sebagai masukan dalam mengimplementasikan pengembangan
bahan ajar matematika melalui model pembelajaran kontekstual berbasis
budaya Mandailing untuk materi yang lain, yang relevan diajarkan dengan
model tersebut.
3. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman dalam
pengembangan bahan ajar pembelajaran matematika melalui model
kontekstual berbasis budaya Mandailing untuk meningkatkan kemampuan
penalaran matematis siswa dan self-efficacy siswa.
4. Sebagai bahan perbandingan dan referensi bagi pembaca atau peneliti
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y. (2014). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung:Refika aditama.
Arends, R, I. (2008). Learning to Teach. Terjemahan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Arikunto, S. (2007). Dasar-Dasar EvaluasiPendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Arisetyawan, A., dkk. (2014). Study of Ethnomathematics : A lesson from the Baduy Culture Andika Arisetyawan1 International Journal of Education
and Research Vol. 2 No. 10. (online)
(http://www.ijern.com/journal/2014/October-2014/54.pdf. Diakses 1
November 2016)
Asmin. & Abil, M. (2014) Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan
Analisis Klasik dan Modern. Medan: Larispa.
Asrul., dkk. (2015) Evaluasi Pembelajaran. Medan: Citapustaka Media
Bandura, A. (1998). Self-efficacy: Toward a Unifying Theory of Behavioral
Change. Stanford University. (online)
(http://www.uky.edu/~eushe2/Bandura/Bandura1977PR.pdf. Di akses 20 Oktober 2015)
Bani, A. (2011). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran
Penemuan Terbimbing, SPs UPI, Bandung. ISSN 1412-565X (online)
(http://jurnal.upi.edu/file/2-Asmar_Bani.pdf. Di akses 20 februari 2016) Buto, Z. A. (2010). Implikasi Teori Pembelajaran Jerome Bruner dalam Nuansa
Pendidikan Modern. Millah Jurnal Studi Agama, Vol. 10. ISSN 1412-0992. (http://journal.uii.ac.id, diakses pada 10 februari 2016)
Chasanah, S, L., dkk. (2015). Deskripsi Self-Efficacy Berpikir Kritis Matematis
Siswa dalam Pembelajaran Socrates Kontekstual. Jurnal Pendidikan
Matematika Unila, Vol. 3 No. 4. (online) (http://jurnal.fkip.unila.ac.id/
diakses 20 februari 2016)
Depdikbud. (2014). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 58
Lampiran III Pedoman Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Depdikbud
Ekowati, C., dkk. (2015). The Application of Contextual Approach in Learning Mathematics to Improve Students Motivation At SMPN 1 Kupang. International Education Studies; Vol. 8, No. 8. ISSN 1913-9020 E-ISSN
1913-9039. (online) (http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1070817.pdf. Diakses
234
Gunham, B,C. (2014). A Case Study on the Investigation of Reasoning Skills in
Geometry. South African Journal of Education (online)
(http://www.scielo.org.za/pdf/saje/v34n2/17.pdf diakses 20 februari 2016)
Hrp, I. (2014). Peningkatan Kemampuan Penalaran Logis dan Pemecahan
Masalah Siswa SMA Laksamana Martadinata Melalui Pendekatan
Kontekstual. Tesis tidak diterbitkan. Medan: PPs Unimed.
Harijanto, M. (2007). Pengembangan Bahan Ajar untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran Program Pendidikan Pembelajar Sekolah Dasar. Didaktika,
Vol.2 No.1 Maret 2007: 216-226. (online)
(https://utsurabaya.files.wordpress.com/2010/08/harijanto1-pengembangan-bahan-ajar-sd.pdf diakses 20 februari 2016)
Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka setia
Herimanto & Winarno. (2008). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Solo: Bumi Aksara.
Herman. (2012). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Pengajaran
Langsung untuk Mengajarkan Materi Kesetimbangan Benda Tegar. Jurnal
Sains dan Pendidikan Fisika, (Online), Jilid 8 Nomor 1, April 2012 hlm 1-11, (http://digilib.unm.ac.id, diakses 08 Oktober 2015).
Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran
Abad 21. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Juliana, N. (2015) Ragam Hias Ulos Sadum Mandailing. Jurnal Keluarga Sehat
Sejahtera Vol. 13. (online) (http://digilib.unimed.ac.id. Diakses 20
Desember 2015)
Johar, R., dkk. (2006). Bahan Ajar, Strategi Belajar Mengajar. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala
Kartika, E., dkk. (2015) Analisis Self-Efficacy Berpikir Kritis Siswa dengan Pembelajaran Socrates Kontekstual. Jurnal Pendidikan Matematika Unila,
Vol. 3 No. 4 (online) (http://jurnal.fkip.unila.ac.id diakses 18 Januari 2016)
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2001). Survei International PISA. (Online), (http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-international-timss. Diakses 15 Desember 2015)
Matondang, I.A. (2013). Udan Potir: Simbolik Ekologis Gordang Sambilan dan Lingkungan Alam. Lakon: Jurnal kajian sastra dan budaya. (online), vol. 1 dan 2 (http://repository.petra.ac.id diakses 4 November 2015).
235
Nieveen, N. (2007). An Introduction to Education Design Research. China:The
east China Normal University. (online)
(http://www.slo.nl/downloads/2009/Introduction_20to_20education_20desi gn_20research.pdf. Diakses 15 Desember 2015)
Noer, S,H. (2012). Self-Efficacy Mahasiswa Terhadap Matematika. Makalah dipresentasikan dalam seminar Nasional matematika dan pendidikan
matematika FMIPA UNY. Yogyakarta. (online). (http://eprints.uny.ac.id,
diakses 15 Januari 2016).
Nurdalilah., dkk. (2012) Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematika dan Pemecahan Masalah pada Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Konvensional di SMA Negeri 1 Kualuh Selatan. Jurnal
Pendidikan Matematika PARADIKMA, (online), Vol 6 Nomor 2, hal 109-11,
(http://jurnal.unimed.ac.id. Diakses 15 Januari 2016)
Nuridawani., dkk. (2015). Peningkatan Kemampuan Penalaran dan Kemandirian Belajar Siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) melalui Pendekatan. Jurnal Didaktik Matematika ISSN: 2355-4185. Banda Aceh: Universitas Syah
Kuala. (online) (http://www.jurnal.unsyiah.ac.id. Diakses 20 Desember
2015)
Permendikbud No. 104. (2014). Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik
pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Mengengah. Jakarta: Debdikbud
Patmawati, D., dkk. (----).Pembelajaran Segitiga Dengan Pendekatan Kontekstual Berbasis Karakter Di Kelas VII Smp Negeri 3 Banda Aceh Tahun Pelajaran
2012/2013. Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 6 Nomor 2.
(online) (http.//unimed.ac.id. Diakses 1 November 2016)
Prastowo, A. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Yogyakarta: Diva Press.
Purwanto, Y., dkk. (2015). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kontekstual pada
Materi Himpunan Berbantuan Video Pembelajaran. Jurnal Pendidikan
Matematika FKIP Univ. Muhammandiyah Metro. ISSN 2442-5419 Vol, 4,
No. 1 (2015) 67-77 (online) (http://fkip.ummetro.ac.id. Diakses 15 Januari
2016)
Riyanto, B. (2011). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Prestasi Matematika dengan Pendekatan Konstruktivisme Pada Siswa Sekolah
Menengah Atas. Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 5. No.2 Juli 2011
(online) (http://ejournal.unsri.ac.id. Diakses 15 Desember 2015)
Rosa, M. & Orey, D. C. (2011). Ethnomathematics: the cultural aspects of mathematics. Revista Latinoamericana de Etnomatemática, Vol. 4 No. 2. (online) (http://www.redalyc.org/pdf/2740/274019437002.pdf. Diakses 1 November 2016)
Sariningsih, R. (2014). Peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa SMA
236
Pendidikan MatematikaProgram Pasca Sarjana STKIP Siliwangi Bandung
Volume 1, ISSN 2355-0473. (online)
Shadiq, F. (2004) Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. Disampaikan
pada Diklat Instruktur/Pengembangan Matematika SMA Jenjang Dasar
Tanggal 6 s.d 19 Agustus 2014 di PPPG Matematika, (online),
(http://p4tkmatematika.org/downloads/sma/pemecahanmasalah.pdf. Diakses 15 Oktober 2015)
Sinaga, B. (2007). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan
Masalah Berbasis Budaya Batak (PBM-B3). Disertasi tidak diterbitkan.
Surabaya: Program Pacasarjana Universitas Negeri Surabaya.
Sofnidar. (2012). Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan Matematika I dengan Pendekatan Kontekstual. Jurnal Edumatica ISSN: 2088-2157 Volume 02
Nomor 02 Oktober 2012, (online)
Sugiono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suparman, M.A. (2014) Desain Instruksional Modern. Jakarta: Erlangga
Susanto, J. (2012). Pengembangan perangkat pembelajaran berbasis lesson study dengan kooperatif tipe Numbered Heads Together untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA di SD. Journal of Primary education ISSN
2252-6404. Semarang. (online) (online) (http://journal.unnes.ac.id. Diakses
15 Oktober 2015)
Takari, M. (2009). Ulos dan Sejenisnya Dalam Budaya Batak Di Sumatera Utara:
Makna, Fungsi Dan Teknologi. Makalah Pada Seminar Antar Bangsa
Tenunan Nusantara, Di Kuantan, Pahang, Malaysia.(Online)
(http://www.etnomusikologiusu.com/uploads/1/8/0/0/180034/takariulos.pdf. Diakses 15 Oktober 2015)
Tandililing, E. (2013). Pengembangan Pembelajaran Matematika Sekolah dengan
Pendekatan Etnomatematika Berbasis Budaya Lokal Sebagai Upaya untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika di Sekolah. Yogyakarta:
UNY. ISBN : 978 – 979 – 16353 – 9 – 4 (online) (https://core.ac.uk/download/files/335/18454285.pdf. Diakses 15 oktober 2015)
Tansil, S., dkk. (2009). Reflected Appraisals dan Mathematic Academic Self-Efficacy pada Siswa SMA. Surabaya: Anima, Indonesian Psychological
Journal 2009, vol. 24, No. 2, 183-188. (online)
(http://repository.ubaya.ac.id. Diakses 20 januari 2016)
Thiagarajan, S., Semmel, D. S., & Semmel, M. I. (1974). Instructional
Development for Training Teachers of Exceptional Children: A sourcebook.
237
Tirtarahardja, U. (2008). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Goup.
Wahyuni, A. (2013). Peran Etnomatematika Dalam Membangun Karakter Bangsa. Yogyakarta: UNY. ISBN : 978 – 979 – 16353 – 9 – 4 (online) (https://core.ac.uk/download/files/335/18454275.pdf. Diakses 15 Desember 2015)
Warwick, J (2008). Mathematical Self Efficacy and Student Engagement in the
Mathematics classroom. London. MSOR Connections Vol 8 No 3 August –
October 2008 (online)
(http://aces.shu.ac.uk/support/staff/employability/resources/MSOR_8331_w arwickj_mathselfefficacy.pdf. Diakses pada 1 November 2016)
Widjaja, W (2013). The Use Of Contextual Problems To Support Mathematical
Learning. IndoMS-JME, Volume 4, No 2. (online)
(http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1078956.pdf. Diakses 1 November 2016) Zedan, R (2014). Environment Learning as a Predictor of Mathematics
Self-Efficacy and Math Achievement. American International Journal of Social
Science Vol 3 No 6. (online) (http://www.aijssnet.com. Diakses 1
Novemver 2016)
Zulkosky, K. (2009). Self-Efficacy : A consept Analysis. Journal Compilation.
Nursing Forum Volume 44, No.2. (online)