Lia Anggraeni, 2014
PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI SMAN 14
BANDUNG
(Survey Pada Siswa Kelas XI IPS)
Skripsi
Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Sarjana
Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun oleh :
Lia Anggraeni ( 0901584 )
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI SMAN 14 BANDUNG
(Survei Pada Siswa Kelas XI IPS)
Lia Anggraeni
Pembimbing : Drs. H. Ajang Mulyadi, M.M
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di SMAN 14 Bandung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menguji pengaruh tentang kompetensi guru dan motivasi belajar siswa kelas XI IPS pada mata pelajaran akuntansi di SMAN 14 Bandung beserta pengaruhnya.
Desain penelitian ini menggunakan metode survey dan verifikatif. Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu siswa kelas XI IPS berjumlah 104 siswa. Hal ini dikarenakan teknik pengambilan data yang digunakan yaitu teknik sampling jenuh. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis korelasi ganda dan pengolahan data menggunakan bantuan program SPSS V.21 for windows.
Gambaran kompetensi guru pada mata pelajaran akuntansi adalah kompetensi pedagogik dan kompetensi sosial berada dalam kategori tinggi sedangkan kompetensi kepribadian dan kompetensi profesional berada dalam kategori sedang. Adapun gambaran motivasi belajar siswa berada dalam kategori sedang.
Berdasarkan analisis data yang yang telah dilakukan menggunakan analisis korelasi ganda maka diperoleh gambaran pengaruh kompetensi guru secara simultan dan parsial. Pengaruh kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional, dan kompetensi sosial positif terhadap motivasi belajar siswa sebesar 0,370 atau 37%, sedangkan 63% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain. Sedangkan pengaruh kompetensi guru secara parsial yaitu kompetensi pedagogik berpengaruh negatif terhadap motivasi belajar sebesar 25,70%, kompetensi kepribadian berpengaruh negatif terhadap motivasi belajar sebesar 9,79%, kompetensi profesional berpengaruh positif terhadap motivasi belajar sebesar 29,81%, dan kompetensi sosial berpengaruh negatif terhadap motivasi belajar sebesar 15,84%.
Lia Anggraeni, 2014
THE INFLUENCE OF TEACHER’S COMPETENCE TOWARDS STUDENT
LEARNING MOTIVATION OF ACCOUNTING SUBJECT IN CLASS XI IPS SMAN 14 BANDUNG
( Survey On Grade Students XI IPS )
Lia Anggraeni
Supervisor : Drs . H. Ajang Mulyadi, M.M
ABSTRACT
The research was conducted at SMAN 14 Bandung. The purpose of this research is to describe and examine the effect of the teacher’s competence and student’s learning motivation on accounting subjects in SMAN 14 Bandung, Social Sciences Class Grade XI.
This research uses survey and verification method. Populations and samples used in this research are students of class XI IPS with 104 students. This is due to the usage of saturated sampling technique as data collecting techniques. The techniques of data analysis which is used are multiple correlation analysis and data processing using SPSS V.21 for windows.
The teacher’s competence in accounting subjects are pedagogical competence and social competence, and it’s in the top category while personal competence and professional competence are in a mediocre category. The picture of the students' motivation is in the medium category.
The data analysis that has been done using multiple correlation analysis, results a picture of the influence of the teacher competence, simultaneously and partially. Influence of pedagogical competence, personal competence, professional competence, and social competence positively affect student’s motivation by 0,370 or 37 %, the other 63 % is influenced by other factors. While the influence of partial teacher’s competence which is pedagogical competence, negatively affect motivation by 25,70 % , personal competence negatively affect motivation by 9,79 %, professional competence has a positive effect on learning motivation by 29,81 %, and the effect of social competence negatively affect student’s motivation by 15,84 % .
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………...i
KATA PENGANTAR ……….………iii
UCAPAN TERIMA KASIH ………...iv
DAFTAR ISI ………....v
DAFTAR TABEL ……….…viii
DAFTAR GAMBAR ………...xi
BAB I PENDAHULUAN………...1
1.1 Latar Belakang Masalah ………..1
1.2 Rumusan Masalah ……….………..8
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ………8
1.4 Kegunaan Penelitian ………9
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kompetensi Guru ………10
2.1.1 Definisi Kompetensi ………...10
2.1.2 Kompetensi guru ………11
2.1.3 Kompetensi Pedagogik ………...12
2.1.4 Kompetensi Kepribadian ……...……….14
2.1.5 Kompetensi Profesional ………...17
2.1.6 Kompetensi Sosial ………..18
2.2 Hubungan antar Kompetensi ………...20
Lia Anggraeni, 2014
2.2.2 Hubungan Kompetensi Pedagogik dengan Kompetensi Profesional…....20
2.2.3 Hubungan Kompetensi Pedagogik dengan Kompetensi Sosial ………....21
2.2.4 Hubungan Kompetensi Kepribadian dengan Kompetensi Profesional….22 2.2.5 Hubungan Kompetensi Kepribadian dengan Kompetensi Sosial ………23
2.2.6 Hubungan Kompetensi Profesional dengan Kompetensi Sosial…...……23
2.2.7 Hubungan Kompetensi Guru dengan Motivasi Belajar……….24
2.3 Teori Belajar ………26
2.3.1 Pengertian Belajar ……….26
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ………..27
2.3.3 Prinsip-prinsip Belajar ………..29
2.4 Motivasi Belajar ………...30
2.4.1 Pengertian Motivasi Belajar ……….30
2.4.2 Fungsi dan Tujuan Motivasi ……….34
2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi ………34
2.4.5 Teknik Pemberian Motivasi ………..35
2.4.6 Indikator Motivasi……….36
2.6 Penelitian Terdahulu ………36
2.7 Kerangka Pemikiran ………38
2.8 Hipotesis ………..45
BAB III METODE PENELITIAN ……….46
3.1 Desain Penelitian………..46
3.2 Operasionalisasi Variabel ………47
3.4 Teknik Pengumpulan Dataa ……….55
3.5 Teknik Pengujian Instrumen ………56
3.51 Uji Validitas ………...56
3.52 Uji Reliabilitas ………...66
3.7 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ………..71
BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN ……….76
4.1 Gambaran Objek Penelitian ………...76
4.1.1 Sejarah Sekolah ………...76
4.1.2 Visi & Misi ………..77
4.2 Deskripsi Penelitian ………...79
4.2.1 Gambaran Umum Kompetensi Guru ………...79
4.2.2 Gambaran Kompetensi Pedagogik Guru (Variabel X1) ………..81
4.2.3 Gambaran Kompetensi Kepribadian Guru (Variabel X2) ………….…..87
4.2.4 Gambaran Kompetensi Profesional Guru (Variabel X3) …………...…..93
4.2.5 Gambaran Kompetensi Sosial (Variabel X4) ………..96
4.2.6 Gambaran Motivasi Belajar Siswa (Y) ………..100
4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ………...109
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ………...120
4.4.1 Pengaruh Kompetensi Pedagogik Terhadap Motivasi Belajar ………..120
4.4.2 Pengaruh Kompetensi Kepribadian Terhadap Motivasi Belajar ……...121
4.4.3 Pengaruh Kompetensi Profesional Terhadap Motivasi Belajar ………123
4.4.4 Pengaruh Kompetensi Sosial Terhadap Motivasi Belajar ………..124
4.4.5 Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Motivasi Belajar ………126
BAB V KESIMPULAN & SARAN ………...128
5.1 Kesimpulan ………128
Lia Anggraeni, 2014
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Gambaran Sementara Motivasi Belajar Siswa ………...4
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ………...50
Tabel 3.2 Populasi dan Sampel ………...50
Tabel 3.3 Data Siswa Kelas XI IPS SMAN 14 Bandung ………..56
Tabel 3.4 Teknik Pengumpulan Data ……….57
Tabel 3.3 Penilai Numerical Scale ………..58
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Variabel X1 (Kompetensi Pedagogik) ……….60
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Variabel X2 (Kompetensi Kepribadian) ………..62
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Variabel X3 (Kompetensi Profesional) ………...62
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Variabel X4 (Kompetensi Sosial) ………63
Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Variabel Y (Motivasi Belajar) ……….64
Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Variabel X1 (Kompetensi Pedagogik) ……….65
Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Variabel X2 (Kompetensi Kepribadian) ………66
Tabel 3.11 Hasil Uji Validitas Variabel X3 (Kompetensi Profesional) ……….67
Tabel 3.12 Hasil Uji Validitas Variabel X4 (Kompetensi Sosial) ………..67
Tabel 3.13 Hasil Uji Validitas Variabel Y (Motivasi Belajar) ………...68
Tabel 4.2 Gambaran Umum Kompetensi Guru ………..88
Tabel 4.3 Gambaran Kompetensi Pedagogik Guru ………90
Tabel 4.4 1. Memahami Peserta Didik Secara Mendalam ………91
Tabel 4.5 2. Merancang Pembelajaran termasuk Memahami Landasan Pendidikan91 Tabel 4.6 3. Melaksanakan Pembelajaran……… 93
Tabel 4.7 4. Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Pendidikan ………94
Tabel 4.8 5. Mengembangkan Peserta Didik Mengaktualisasikan Berbagai Potensinya………..95
Tabel 4.9 Gambaran Umum Kompetensi Kepribadian Guru ………96
Tabel 4.10 1. Kepribadian yang Mantap dan Stabil ………..97
Tabel 4.11 2.Kepribadian yang Dewasa ………98
Tabel 4.13 3. Kepribadian yang Arif ……….99
Tabel 4.14 4. Kepribadian yang Berwibawa ………..100
Tabel 4.15 5. Berakhlak Mulia ……….………..101
Tabel 4.15 Gambaran Umum Kompetensi Profesional ………102
Tabel 4.16 1. Menguasai Substansi Yang Terkait Bidang ………..103
Tabel 4.17 2. Memahami metode dan struktur keilmuan ………...104
Tabel 4.18 Gambaran Umum Kompetensi Sosial ……….. 104
Tabel 4.19 1. Mampu Berkomunikasi dan Bergaul dengan Peserta Didik ………107
Tabel 4.20 2. Mampu Berkomunikasi dan Bergaul dengan sesama Pendidik …...108
Tabel 4.21 3. Mampu Berkomunikasi dan Bergaul dengan Orangtua/wali ……..109
Tabel 4.22 Gambaran Motivasi Belajar Siswa ……….………...111
Lia Anggraeni, 2014
Tabel 4.24 2. Frekuensi Kegiatan ………..113
Tabel 4.25 3. Persistensi ………114
Tabel 4.26 4. Ketabahan, Keuletan, dan Kemampuannya dalam Menghadapi Rintangan untuk Mencapai Tujuan ………..115
Tabel 4.27 5. Devosi dan Pengorbanan Untuk Mencapai Tujuan ………..116
Tabel 4.28 6. Tingkat Aspirasi yang Hendak Dicapai dengan Kegiatan yang Dilakukan ………...116
Tabel 4.29 7. Tingkat Kualifikasi Prestasi, Produk, Output, yang Dicapai dari Kegiatannya ………...117
Tabel 4.30 8. Arah Sikapnya Terhadap Suatu Sasaran Kegiatan ………118
Tabel 4.31 Coefficients ………..………...119
Tabel 4.32 Uji Korelasi Antar Variabel ………..………..121
Tabel 4.33 Interpretasi Koefisien Korelasi ………..………124
Tabel 4.34 R Square Variabel ………..……….127
Tabel 4.35 Uji F ………..………..128
Tabel 4.36 Uji t ………..………...130
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Hierarki Kebutuhan Maslow ………...35 Gambar 2.2 Model Hubungan Antar Variabel………46
Gambar 3.1 Model Penelitian………..78
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini pendidikan merupakan salah satu prioritas utama yang dapat
dijadikan sebagai tolak ukur dalam membangun kemajuan suatu Negara. Pendidikan
bertransformasi untuk membangun manusia yang berkualitas baik dari segi ilmu
pengetahuan dan teknologi serta karakter bangsa itu sendiri. Kunci utama kemajuan
suatu bangsa ditentukan oleh pendidikan. Oleh karena itu, kemajuan tersebut dapat
dicapai melalui pendidikan yang berkualitas.
Ketatnya persaingan yang timbulkan atas efek dari globalisasi menjadi sebuah
tantangan bagi dunia pendidikan, tak terkecuali di Indonesia. Oleh karena itu,
diperlukan suatu upaya untuk menyiasati hal tersebut. Selain sumber daya alam,
sumber daya manusia yang berkualitas pun memiliki peranan yang cukup strategis
dalam membenahi permasalahan yang mencuat.
Pendidikan merupakan salah satu garda terdepan yang dapat meningkatkan
kualitas hidup dan pembangunan atas suatu bangsa. Karena dari dunia pendidikan
inilah muncul bibit-bibit baru yang memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk
mengubah kemajuan bangsa itu sendiri.
Sayangnya, hari ini kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah. Hal ini
peringkat ke-69. Berdasarkan data, perkembangan pendidikan Indonesia masih
tertinggal bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Menurut
Education For All Global Monitoring Report 2011 yang dikeluarkan oleh UNESCO setiap tahun berisi hasil pemantauan pendidikan dunia, dari 127 negara, Education
Development Index (EDI) Indonesia berada pada posisi ke-69, dibandingkan Malaysia (65) dan Brunei (34) (http://indonesiaberkibar.org/id/fakta-pendidikan).
Fakta lainnya disebutkan oleh Human Development Index (HDI) (dalam Mulyasa,
2012:3) bahwa Indonesia menempati peringkat 108 tahun 1998, peringkat 109 tahun
1999, dan ranking 111 tahun 2004 dari 174 negara yang diteliti.
Pendidikan yang berkualitas tergantung dari sebuah proses pembelajaran yang
terjadi di dalamnya. Dimana semua komponen yang berhubungan dengan aktivitas
tersebut memiliki kaitan yang erat sehingga dapat menciptakan output yang
diinginkan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Uno (2010 : 15) belajar adalah :
Pemerolehan pengalaman baru oleh seseorang dalam bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap, sebagai akibat adanya proses dalam bentuk interaksi belajar terhadap suatu objek (pengetahuan), atau melalui suatu penguatan (reinforcement) dalam bentuk pengalaman terhadap suatu objek yang ada dalam lingkungan belajar.
Dalam melaksanakan proses belajar tentunya dibutuhkan suatu tujuan yang
hendak dicapai. Adapun tujuan belajar menurut Hamalik (2010 : 73) yaitu :
Tujuan belajar dalam proses pembelajaran merupakan hal yang penting.
Karena sistem pembelajaran menjadi titik tolak dalam merancang sistem yang efektif.
Secara khusus kepentingan itu terletak pada ( Hamalik, 2010 : 75 ) :
1. Untuk menilai hasil pembelajaran; 2. Untuk membimbing siswa belajar; 3. Untuk merancang sistem pembelajaran;
4. Untuk melakukan komunikasi dengan guru-guru lain dalam meningkatkan proses pembelajaran; dan
5. Untuk melakukan kontrol terhadap pelaksanaan dan keberhasilan program pembelajaran.
Dalam proses belajar terdapat faktor-faktor y ang mempengaruhi siswa. Salah
satunya adalah motivasi belajar siswa itu sendiri. Menurut Purwanto (2011:71),
“motivasi adalah pendorongan suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi
tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu
sehingga mencapai hasilnya atau tujuan tertentu.” Perbuatan belajar terjadi karena
adanya motivasi yang mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Namun,
terkadang motivasi siswa perlu dirangsang dari luar sehingga menimbulkan motivasi
belajar.
Santrock (2007 : 509) menyatakan bahwa “motivasi adalah aspek penting dari
pengajaran dan pembelajaran. Murid yang tidak punya motivasi tidak akan berusaha
keras untuk belajar. Murid yang bermotivasi tinggi senang ke sekolah dan menyerap
proses belajar.”
Hal yang dipaparkan diatas menjelaskan bahwa motivasi merupakan elemen
penting dalam proses belajar agar siswa terdorong untuk mencapai tujuan
tumbuh di kalangan siswa belum muncul ke permukaan. Hal ini dapat dilihat dari
data pra penelitian yang dibagikan pada siswa XI IPS SMAN 14 Bandung.
Tabel 1.1
Gambaran Sementara Motivasi Belajar Siswa Alternatif Jawaban Skala Frekuensi Persentasi
Positif tertinggi 5 27 12,86%
Positif tinggi 4 43 20,48%
Positif sedang 3 87 41,43 %
Positif rendah 2 31 14,76 %
Positif terendah 1 22 10,48 %
Jumlah 210 100%
Sumber : Pra Penelitian di SMAN 14 Bandung (Data diolah)
Pra penelitian ini untuk mengungkap gambaran motivasi belajar siswa kelas
XI IPS di SMAN 14 Bandung mengenai kecenderungan siswa dalam menyempatkan
waktunya untuk belajar akuntansi, tingkat aspirasi, arah sikap, ketertarikan siswa
terhadap akuntansi, dan kemampuan siswa dalam memahami akuntansi.
Berdasarkan tabel 1.1 tentang gambaran motivasi belajar siswa kelas XI IPS
SMAN 14 Bandung menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa termasuk ke dalam
golongan sedang dengan persentase sebesar 41,43%. Motivasi yang tergolong sedang
ini menunjukkan kecenderungan siswa dalam melakukan aktivitas yang berhubungan
dengan mata pelajaran akuntansi masih belum begitu mendalam.
Hal tersebut pun diakui oleh siswa kelas XI IPS SMAN 14 Bandung saat
diwawancarai oleh peneliti. Meskipun diakui bahwa mereka telah memiliki
ketertarikan terhadap mata pelajaran akuntansi, namun hal tersebut belum dapat
belajar mata pelajaran akuntansi diakui masih sangat jarang bahkan tidak pernah
dilakukan. Tingkat ketabahan dan keuletan siswa dalam menghadapi kesulitan pun
belum terlihat begitu tinggi. Jika dihadapkan pada soal akuntansi yang dianggap sulit,
siswa lebih memilih untuk menunggu guru akuntansi membahas soal secara
bersama-sama di kelas. Pada akhirnya siswa memang menyadari bahwa motivasi belajar
mereka terhadap akuntansi belum tumbuh secara utuh.
Melihat masalah tersebut maka perlu ada upaya untuk mengatasinya. Salah
satunya adalah dengan membenahi motivasi belajar siswa. Apabila motivasi belajar
siswa tidak tumbuh secara tepat maka kesadaran siswa untuk melakukan perbuatan
belajar dan mencapai keberhasilan pembelajaran tidak akan optimal. Hal ini sesuai
dengan yang diungkapkan oleh Hamalik (2010 : 108) bahwa “motivasi dapat
menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar siswa. Belajar tanpa
motivasi sulit untuk mencapai keberhasilan optimal.” Oleh karena itu, motivasi
menjadi salah satu salah satu faktor yang turut menentukan pembelajaran yang
efektif.
Dalam hal ini peran guru sebagai tenaga pendidik memiliki peranan penting
untuk mendongkrak motivasi belajar siswa agar tercapainya keberhasilan program
pembelajaran. Seorang guru menjadi tolok ukur dunia pendidikan.
Kualitas seorang guru merupakan salah satu komponen penting dalam dunia
pendidikan. Hal tersebut karena kualitas seorang guru akan menentukan dan memberi
pengaruh besar terhadap kualitas pendidikan. Seorang guru haruslah menjadi figur
tenaga pengajar, seorang guru juga harus mampu mendidik, mengarahkan, menjadi
fasilitator, dan motivator siswanya agar mampu maju dan berkembang sesuai dengan
cita-cita mereka sendiri.
Dalam kaitannya dengan motivasi belajar siswa, guru merupakan salah satu
motor penggerak yang dapat menimbulkan motivasi belajar pada siswa. Karena
menurut Mulyasa “untuk meningkatkan kualitas pembelajaran guru harus mampu
membangkitkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan
pembelajaran.” Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki peran dalam
meningkatkan pendidikan yang terencana dan berkala. Dalam menjalankan perannya
tersebut guru harus selalu melakukan perkembangan atas dirinya sendiri baik itu dari
aspek kompetensi maupun keterampilannya. Adapun kompetensi yang harus dimiliki
dan dikembangkan oleh guru menurut UU No.14 Tahun 2005 terdiri atas kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
Menurut Mulyasa (2012:58) :
Eloknya setiap guru memiliki rasa ingin tahu, mengapa dan bagaimana peserta didik belajar dan menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi belajar lingkungannya. Hal tersebut akan menambah pemahaman dan wawasan guru sehingga memungkinkan proses pembelajaran berlangsung lebih efektif dan optimal, karena pengetahuan tentang kejiwaan anak yang berhubungan dengan masalah pendidikan bisa dijadikan sebagai dasar dalam memberikan motivasi kepada peserta didik sehingga mau dan mampu belajar sebaik-baiknya.
Oleh karena itu guru yang dibekali kompetensi pedagodik, kepribadian,
profesional, dan sosial mampu untuk mengerahkan kemampuannya dalam
Guru dapat membangkitkan motivasi belajar peserta didik dengan menjadikan
dirinya sebagai sosok yang inspiratif dan menciptakan iklim pembelajaran yang
kondusif dalam kegiatan belajar. Karena menurut pernyataan Gary dan Margaret
(dalam Mulyasa, 2012:21) bahwa :
Guru yang efektif dan kompeten secara profesional memiliki karakteristik sebagai berikut : (1) memiliki kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif, (2) kemampuan mengembangkan strategi dan manajemen pembelajaran, (3) memiliki kemampuan memberikan umpan balik (feedback), dan penguatan (reinforcement), dan (4) memiliki kemampuan untuk peningkatan diri.
Hal ini serupa pun dinyatakan oleh Naim (2011:171) bahwa, “perpaduan
antara guru yang inspiratif dan suasana pembelajaran akan menjadi dimensi inspiratif
semakin menemukan momentum untuk mengkristal dan membangun energi
perubahan positif dalam diri setiap siswa.” Perubahan positif inilah yang akan
menimbulkan motivasi belajar dalam diri siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Mulyasa (2012:58) bahwa “motivasi dapat menyebabkan terjadinya suatu perubahan
energi yang ada pada diri manusia, baik yang menyangkut kejiwaan, perasaan,
maupun emosi, dan kemudian bertindak atau melakukan sesuatu untuk mencapai
tujuan.”
Oleh karena itu, guru dapat menjadi salah satu faktor yang memiliki peran
penting dalam mengarahkan dan membangkitkan motivasi belajar siswa agar dapat
dapat tumbuh dengan baik.
Maka berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Motivasi
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka masalah mengenai
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran kompetensi guru mata pelajaran akuntansi di
SMAN 14 Bandung.
2. Bagaimana gambaran motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
akuntansi di SMAN 14 Bandung.
3. Bagaimana pengaruh kompetensi guru terhadap motivasi belajar siswa
pada mata pelajaran akuntansi di SMAN 14 Bandung.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui gambaran kompetensi guru mata pelajaran akuntansi di
SMAN 14 Bandung.
2. Untuk mengetahui gambaran motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
akuntansi di SMAN 14 Bandung.
3. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi guru terhadap motivasi belajar
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritis
Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis serta menguji
kebenaran teori mengenai adanya pengaruh kompetensi guru terhadap
motivasi belajar siswa. Selain itu untuk memberikan sumbangan
pemikiran dalam upaya peningkatan kualitas belajar siswa.
2. Secara praktis
a. Bagi Peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti
mengenai gambaran serta pengaruh kompetensi guru akuntansi dan
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi. Hal ini juga
dapat menjadi bekal bagi peneliti ketika melaksanakan proses
pembelajaran pada mata pelajaran akuntansi.
b. Bagi guru-guru, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk
dapat terus memotivasi belajar siswa dan mengasah kompetensi guru
serta menjadi bahan evaluasi ke depannya sehingga dapat membawa
dampak positif dalam meningkatkan kinerja guru.
c. Bagi Sekolah, hasil penelitian dapat menjadi bahan evaluasi dan
inovasi dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dan kompetensi
guru dalam proses pembelajaran.
d. Bagi LPTK, hasil penelitian menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi
sehingga terus meningkatkan kualitas dalam mencetak guru-guru
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian tentang pengaruh kompetensi guru terhadap motivasi belajar siswa
ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode survei dan verifikatif.
Menurut Prasetyo, B & Jannah, L (2010:143) :
Penelitian survei merupakan suatu penelitian kuantitatif dengan menggunakan pertanyaan terstruktur/sistematis yang sama kepada banyak orang, untuk kemudian seluruh jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan dianalisis. Pertanyaan tersruktur/sistematis tersebut dikenal dengan istilah kuesioner.
Menurut Neuman (dalam Prasetyo,B & Jannah, L, 2010:143 “kuesioner
berisikan daftar pertanyaan yang mengukur variabel-variabel, hubungan diantara
variabel yang ada, atau juga pengalaman atau opini dari responden.”
Menurut Hasan (2006:22) “metode penelitian verifikatif merupakan penelitian
yang bertujuan untuk menguji kebenaran sesuatu dalam bidang yang telah ada
sebelumnya.”
Maka berdasarkan pengertian di atas peneliti menarik kesimpulan bahwa
metode yang tepat untuk penelitian ini metode survei, karena data yang diperoleh
dilakukan pada sejumlah sampel dengan menggunakan angket. Dalam penelitian ini
Lia Anggraeni, 2014
kompetensi guru akuntansi yang terdiri atas kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial dan tingkat motivasi
belajar siswa di SMAN 14 Bandung. Selanjutnya hasil dari data persepsi tersebut
diverifikasi apakah sesuai dengan hipotesis yang diajukan sesuai dengan data yang
diperoleh dilapangan.
3.2 Operasionalisasi Variabel
Menurut Sugiyono (2010:38) variabel penelitian adalah suatu atribut atau nilai
dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Pada penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu independen yang selanjutnya
kita sebut sebagai variabel (X) atau variabel independen dan variabel (Y) yang
selanjutnya kita sebut sebagai variabel dependen.
a.Variabel independen sering juga disebut variabel bebas. Menurut Sugiyono
(2010:61) variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat). Adapun variabel independen dalam penelitian ini dibagi menjadi
empat dimensi yaitu kompetensi pedagogik (sebagai variabel X1), adalah
kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran, kompetensi kepribadian
(sebagai variabel X2) adalah kemampuan guru untuk memiliki kepribadian
yang dapat dijadikan teladan meliputi sikap yang dewasa, sopan, santun, dan
kemampuan guru dalam menguasai pembelajaran secara mendalam, dan
kompetensi sosial (sebagai variabel X4) adalah kemampuan guru dalam
berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan di sekitarnya meliputi
siswa, sesama guru, dan masyarakat
b.. Variabel dependen atau (Y) sering juga disebut sebagai variabel terikat.
Menurut Sugiyono (2010:61) variabel dependen adalah yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa yaitu dorongan yang
berasal dari dalam maupun luar diri siswa untuk bergerak melakukan sesuatu
guna mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang ingin dicapai.
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
No. Variabel Dimensi Indikator Skala No Item
1. Independent
(X)
“Kompetensi
Guru”
Kompetensi
pedagogik
2.1 Memahami peserta didik secara mendalam yaitu :
a. Memahami peserta didik dengan memanfaatkan
prinsip-prinsip perkembangan koginitif
b. Memahami peserta didik dengan memanfaatkan
prinsip-prinsip perkembangan kepribadian c. Mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik
Lia Anggraeni, 2014
2.2 Merancang pembelajaran termasuk memahami landasanpendidikan untuk kepentingan pembelajaran yaitu :
a. Memahami landasan pendidikan
b. Menerapkan teori
dan belajar
pembelajaran
c. Menentukan strategi pembelajaran
berdasarkan
karakteristik peserta didik kompetensi yang akan dicapai materi ajar
d. Menyusun rancangan pembelajaran
berdasarkan strategi yang dipilih
4
2.3Melaksanakan pembelajaran yaitu :
a. Menata latar (setting) pembelajaran
b. Melaksanakan
pembelajaran yang kondusif
5,6,7,8,9
2.4Merancang dan
Melaksanakan evaluasi pembelajaran yaitu :
a. Merancang dan melaksanakan
evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode
b. Menganalisis hasil evaluasi proses dan
hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning) c. Memanfaatkan hasil
penilaian
pembelajaran untuk perbaikan kualitas program
pembelajaran secara umum
2.5 Mengembangkan peserta didikuntuk
mengaktualisasi berbagai potensinya yaitu :
a. Memfasilitasi peserta
didik untuk
pengembangan berbagai potensi akademik
b. Memfasilitasi peserta
didik untuk
mengembangkan berbagai potensi non akademik
c. Memfasilitasi peserta
didik untuk
mengembangkan berbagai potensi akademik
12,13
Kompetensi
kepribadian
1.1 Kepribadian yang
mantap dan stabil yaitu : a. Bertindak sesuai
dengan norma hukum
b. Bertindak sesuai dengan norma sosial c. Bangga sebagai guru d. Memiliki konsistensi
dalam bertindak
Lia Anggraeni, 2014
sesuai dengan norma 1.2 Kepribadian yang dewasa yaitu:
a. Menampilkan
kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik
b. Memiliki etos kerja sebagai guru
16
1.3 Kepribadian yang arif yaitu :
a. Menampilkan
tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik,sekolah,masyar akat
b. Menunjukkan
keterbukaan dalam berfikir dan bertindak
17
1.4 Kepribadian yang berwibawa yaitu :
a. Memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik
b. Memiliki perilaku yang disegani
18,19,20,21
1.5 Berakhlaq mulia yaitu : a. Bertindak sesuai
dengan norma religious (iman, taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong) b. Memiliki perilaku
yang diteladani peserta didik
22
Kompetensi
professional
3.1 Menguasai substansi keilmuan yang terkait bidang studi yaitu :
a. Memahami materi
ajar yang ada dalam kurikulum sekolah b. Memahami struktur
konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar
c. Memahami
hubungan konsep antar mata pelajaran terkait
d. Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari
3.2 Memahami struktur dan metode keilmuan yaitu : Menguasai langkah- langkah penelitian kajian kritis untuk
memperdalam pengetahuan
atau materi bidang studi
27
Kompetensi
sosial
4.1 Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif denga peserta didik yaitu:
a. Berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik
4.2Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan
a. Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan
4.3 Mampu berkomunikasi
Lia Anggraeni, 2014
dan bergaul secara efektif dengan orangtua/wali peserta didik dan
masyarakat sekitar yaitu : a. Berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. 2. Dependent
(Y)
“Motivasi
Belajar
Siswa”
a. Durasi kegiatan (berapa lama kemampuan
penggunaan
waktunya untuk melakukan kegiatan) b. Frekuensi kegiatan
(berapa sering dilakukan dalam periode waktu tertentu)
c. Persistensinya
(ketepatan dan kelekatannya pada tujuan kegiatan) d. Ketabahan, keuletan,
dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan atau kesulitan untuk mencapai tujuan
e. Devosi dan
pengorbanan untuk mencapai tujuan f. Tingkat aspirasinya
yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan g. Tingkat kualifikasi
prestasi, produk, output yang dicapai dari kegiatannya h. Arah sikapnya
Interval 31,32,33
,34,35,36,
37,38,39,
40,41,42,
terhadap sesuatu sasaran kegiatan.
3.3 Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2010:117) populasi adalah “wilayah generalisasi yang
terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, dan kemudian ditarik suatu
kesimpulan.” Berdasarkan pengertian tersebut maka populasi dalam penelitian ini
adalah siswa kelas XI IPS SMAN 14 Bandung. Sedangkan sampel menurut
Sugiyono (2010:117:5) adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut”
Dalam penelitian ini sampel yang akan digunakan adalah sama dengan
populasinya yaitu siswa kelas XI IPS SMAN 14 Bandung. Dan karena jumlah
populasi dan sampelnya sama, maka dengan demikian penelitian ini menggunakan
metode sensus. Metode sensus disebut juga sampling jenuh. Hal ini dilakukan bila
jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin
membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil (Sugiyono, 2010:124).
Alasan dipilihnya seluruh populasi untuk dijadikan sampel karena data yang diambil
sebanyak 104 siswa sudah dianggap representatif (mewakili) untuk dilakukan
Lia Anggraeni, 2014
Tabel 3.2
Data Siswa Kelas XI IPS SMAN 14 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014
Kelas Jumlah Siswa
XI IPS 1 35
XI IPS 2 35
XI IPS 3 34
Jumlah 104
Sumber : Absensi Kelas XI IPS SMAN 14 Bandung 2013/2014
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2010:193) terdapat dua hal utama yang mempengaruhi
data hasil penelitian yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan
data. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber,
dan berbagai cara. Bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei
(kuesioner) yang dilakukan secara langsung kepada siswa kelas XI IPS di SMAN 14
Bandung.
Adapun instrumen kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan skala numerik. Skala ini menggunakan dua buah nilai ekstrim dan
subjek diminta untuk menentukan responnya diantara dua nilai tersebut yang
disediakan dengan angka-angka numerik (Jogiyanto, 2009:67).
Data yang diperoleh adalah data interval dan biasanya skala ini digunakan
untuk mengukur sikap karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang. Kuesioner
disini memberikan seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab
dapat memberi jawaban, pada rentang jawaban yang positif sampai dengan negatif.
Hal ini tergantung pada persepsi responden kepada yang dinilai.
Tabel 3.3 Penilai Skala Numerik
Sering dilakukan Tidak pernah dilakukan
Adapun tahapan penelitian survei menurut Isaac dan Michael (dalam Sukardi,
2004:196) yaitu sebagai berikut :
1. Menentukan tujuan dan skope survei
2. Mendesain angket atau petunjuk wawancara
3. Mengetes instrumen untuk mengidentifikasi dan memperbaiki item yang berkurang relevan, dan mencapai format yang baik, mudah ditabulasi dan dianalisis
4. Jika menggunakan wawancara sebaiknya dibuat guide-nya, dilakukan oleh orang-orang yang terlatih
5. Yakinkan bahwa instrumen harus memiliki karakteristik jelas, simpel, dan langsung berkaitan dengan permasalahannya
6. Menggunakan program komputer yang relevan dan efisien
7. Mempertimbangkan sifat-sifar penting dari responden yang menjadi sasaran utamanya ketika survei dilaksanakan dan analisis data dilakukan 8. Bayangkan variasi hasil yang mungkin muncul dari penelitian survei,
termasuk efek yang mungkin mengejutkan.
3.5 Teknik Pengujian Instrumen
3.5.1 Uji Validitas
Dalam penelitian yang menggunakan metode survei dan instrumen khusus
yang digunakan berupa angket, sehingga dibutuhkan pengujian validitas dan
reliabilitas. Metode pengujian instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Lia Anggraeni, 2014
antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Analisis ini
digunakan jika data yang diperoleh data berbentuk interval/ratio. Adapun rumus
korelasi Produk Moment Pearson sebagai berikut :
(Arikunto, 2009:72)
Keterangan :
rxy = Nilai korelasi ProductMoment Pearson
= Jumlah skor item
= Jumlah skor total item n = Jumlah responden
Hasil perhitungan rxy dengan rtabel untuk kriteria kelayakan adalah sebagai
berikut dimana :
1. Jika nilai rxy > nilai rtabel maka hasil perhitungan dinyatakan valid
2. Jika nilai rxy ≤nilai rtabel maka hasil perhitungan dinyatakan tidak valid
Pengujian instrumen dalam penelitian ini dilakukan sebanyak 2 kali. Hal ini
disebabkan oleh adanya beberapa pernyataan yang tidak valid pada beberapa
indikator yang dilakukan pada pengujian pertama. Oleh karena itu, peneliti
melakukan pengujian instrumen yang kedua untuk mendapatkan pernyataan yang
valid dari seluruh indikator.
Uji validitas kuesioner dalam penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan
coba pertama berjumlah 43 item. Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan
menggunakan software SPSS V.21.0 for windows.
Berikut merupakan hasil pengujiian instrumen penelitian pertama dari tiap
variabel yaitu variabel kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional, kompetensi sosial, dan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran
akuntansi.
Berdasarkan perhitungan uji validitas untuk variabel kompetensi pedagogik
(X1) dapat dilihat pada tabel 3.4 sebagai berikut.
Tabel 3.4
Hasil Uji validitas Variabel X1 (Kompetensi Pedagogik)
No Item Lama
No Item Baru
Nilai Korelasi (rxy)
R tabel (n=30, α=5%)
Keputusan
1 1 0,025 0,301 Tidak Valid
2 2 0,641 0,301 Valid
3 3 0,367 0,301 Valid
4 4 0,509 0,301 Valid
5 5 0,225 0,301 Tidak Valid
6 6 0,366 0,301 Valid
7 7 0,372 0,301 Valid
8 8 0,026 0,301 Tidak Valid
9 9 0,558 0,301 Valid
10 10 0,554 0,301 Valid
11 11 0,434 0,301 Valid
12 12 0,059 0,301 Tidak Valid
13 13 0,150 0,301 Tidak Valid
14 14 0,106 0,301 Tidak Valid
Sumber: Data diolah
Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa dari 14
Lia Anggraeni, 2014
dinyatakan valid yaitu item nomor : 2, 3, 4, 6, 7, 9, 10, dan 11. Sedangkan jumlah
pernyataan yang tidak valid berjumlah 6 buah yaitu item nomor : 1, 5, 8, 12, 13, dan
14.
Pernyataan yang tidak memenuhi kriteria atau yang tidak valid tersebut
kemudian diujikan kembali 30 responden yang berbeda. Peneliti pun memberikan 4
pernyataan tambahan untuk beberapa indikator pada pengujian instrumen kedua
sehingga jumlah pernyataan yang diujikan kembali untuk variabel kompetensi
pedagogik sebanyak 18 buah. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya
pernyataan yang tidak valid dari suatu indikator.
Berdasarkan perhitungan uji validitas untuk variabel kompetensi kepribadian
[image:35.612.115.530.260.634.2](X2) dapat dilihat pada tabel 3.5 sebagai berikut.
Tabel 3.5
Hasil Uji validitas Variabel X2 (Kompetensi Kepribadian)
No Item Lama
No Item Baru
Nilai Korelasi (rxy)
R tabel (n=30, α=5%)
Keputusan
15 19 0,406 0,301 Valid
16 20 0,574 0,301 Valid
17 21 0,414 0,301 Valid
18 22 0,579 0,301 Valid
19 23 0,308 0,301 Valid
20 24 0,339 0,301 Valid
21 25 0,757 0,301 Valid
22 26 0,736 0,301 Valid
23 27 0,363 0,301 Valid
Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa dari 9 pernyataan
yang disebarkan kepada 30 responden, keseluruhannya dinyatakan valid yaitu yaitu
item nomor : 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, dan 23.
Berdasarkan perhitungan uji validitas untuk variabel kompetensi profesional
(X3) dapat dilihat pada tabel 3.6 sebagai berikut.
Tabel 3.6
Hasil Uji validitas Variabel X3 (Kompetensi Profesional)
No Item Lama No Item Baru Nilai Korelasi (rxy) R tabel (n=30, α=5%) Keputusan
24 28 0,670 0,301 Valid
25 29 0,650 0,301 Valid
26 30 0,774 0,301 Valid
27 31 0,596 0,301 Valid
28 32 0,452 0,301 Valid
Sumber: Data diolah
Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa dari 5 pernyataan
yang disebarkan kepada 30 responden, keseluruhannya dinyatakan valid yaitu item
nomor : 24, 25, 26, 27, dan 28.
Adapun perhitungan uji validitas untuk variabel kompetensi sosial (X4) dapat
[image:36.612.114.524.251.432.2]dilihat pada tabel 3.7 sebagai berikut.
Tabel 3.7
Hasil Uji validitas Variabel X4 (Kompetensi Sosial)
No Item Lama No Item Baru Nilai Korelasi (rxy) R tabel (n=30, α=5%) Keputusan
29 33 0,753 0,301 Valid
30 34 0,791 0,301 Valid
31 35 0,856 0,301 Valid
Lia Anggraeni, 2014
Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa dari 3 pernyataan
yang disebarkan kepada 30 responden, keseluruhannya dinyatakan valid yaitu item
nomor : 29, 30, dan 31.
Adapun perhitungan uji validitas untuk variabel motivasi belajar (Y) dapat
[image:37.612.114.528.250.520.2]dilihat pada tabel 3.8 sebagai berikut.
Tabel 3.8
Hasil Uji validitas Variabel Y (Motivasi Belajar)
No Item Lama
No Item Baru
Nilai Korelasi (rxy)
R tabel (n=30, α=5%)
Keputusan
32 36 0,296 0,301 Tidak Valid
33 37 0,704 0,301 Valid
34 38 0,657 0,301 Valid
35 39 0,730 0,301 Valid
36 40 0,273 0,301 Tidak Valid
37 41 0,444 0,301 Valid
38 42 0,658 0,301 Valid
39 43 0,566 0,301 Valid
40 44 0,726 0,301 Valid
41 45 0,815 0,301 Valid
42 46 0,399 0,301 Valid
43 47 0,739 0,301 Valid
Sumber: Data diolah
Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa dari 12
pernyataan yang disebarkan kepada 30 responden, hanya 10 pernyataan yang
dinyatakan valid yaitu item nomor : 33, 34, 35, 37, 38, 39, 40, 41, 42, dan 43.
Sedangkan jumlah pernyataan yang tidak valid berjumlah 2 buah yaitu item nomor :
32 dan 36. Pernyataan yang tidak memenuhi kriteria atau yang tidak valid tersebut
pernyataan tambahan pada pengujian instrumen kedua sehingga jumlah pernyataan
berjumlah 16 buah. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya pernyataan yang
tidak valid pada sebuah indikator.
Selanjutnya merupakan hasil pengujian instrumen penelitian kedua dari tiap
variabel yaitu variabel kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional, kompetensi sosial, dan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran
akuntansi.
Berdasarkan perhitungan uji validitas untuk variabel kompetensi pedagogik
(X1) dapat dilihat pada tabel 3.9 sebagai berikut.
Tabel 3.9
Hasil Uji validitas Variabel X1 (Kompetensi Pedagogik)
No Item Lama
No Item Baru
Nilai Korelasi (rxy)
R tabel
(n=30, α=5%) Keputusan
1 1 0,469 0,276 Valid
2 2 0,657 0,276 Valid
3 3 0,535 0,276 Valid
4 4 0,486 0,276 Valid
5 5 0,642 0,276 Valid
6 6 0.537 0,276 Valid
7 7 0,522 0,276 Valid
8 0,267 0,276 Tidak Valid
9 8 0,704 0,276 Valid
10 9 0,668 0,276 Valid
11 0,219 0,276 Tidak Valid
12 10 0,376 0,276 Valid
13 0,358 0,276 Valid
14 11 0,460 0,276 Valid
15 0,277 0,276 Valid
16 0,141 0,276 Tidak Valid
Lia Anggraeni, 2014
18 13 0,688 0,276 Valid
Sumber: Data diolah
Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa dari 18
pernyataan yang disebarkan kepada 30 responden, hanya 13 pernyataan yang
dinyatakan valid yaitu item nomor : 1,2,3,4,5,6,7,9,10,12,14,17, dan 18. Sedangkan
jumlah pernyataan yang tidak valid berjumlah 5 buah yaitu item nomor : 8, 11, 13,
15, dan 16. Pernyataan yang tidak memenuhi kriteria atau yang tidak valid tersebut
kemudian dapat dihilangkan sehingga jumlah pernyataan yang memenuhi kriteria
validitas berjumlah 13 pernyataan.
Berdasarkan perhitungan uji validitas untuk variabel kompetensi kepribadian
(X2) dapat dilihat pada tabel 3.10 sebagai berikut.
Tabel 3.10
Hasil Uji validitas Variabel X2 (Kompetensi Kepribadian)
No Item Lama
No Item Baru
Nilai Korelasi (rxy)
R tabel
(n=30, α=5%) Keputusan
19 14 0,391 0,276 Valid
20 15 0,492 0,276 Valid
21 16 0,836 0,276 Valid
22 17 0,563 0,276 Valid
23 18 0,523 0,276 Valid
24 19 0,784 0,276 Valid
25 20 0,698 0,276 Valid
26 21 0,842 0,276 Valid
27 22 0,704 0,276 Valid
Sumber: Data diolah
Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa dari 9 pernyataan
yang disebarkan kepada 30 responden, keseluruhannya dinyatakan valid yaitu item
Berdasarkan perhitungan uji validitas untuk variabel kompetensi profesional
(X3) dapat dilihat pada tabel 3.12 sebagai berikut.
Tabel 3.12
Hasil Uji validitas Variabel X3 (Kompetensi Profesional)
No Item Lama
No Item Baru
Nilai Korelasi (rxy)
R tabel
(n=30, α=5%) Keputusan
28 23 0,770 0,276 Valid
39 24 0,724 0,276 Valid
30 25 0,424 0,276 Valid
31 26 0,717 0,276 Valid
32 27 0,526 0,276 Valid
Sumber: Data diolah
Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa dari 5 pernyataan
yang disebarkan kepada 30 responden, keseluruhannya dinyatakan valid yaitu item
nomor : 28, 29, 30, 31, dan 32.
Adapun perhitungan uji validitas untuk variabel kompetensi sosial (X4) dapat
dilihat pada tabel 3.13 sebagai berikut.
Tabel 3.13
Hasil Uji validitas Variabel X4 (Kompetensi Sosial)
No Item Lama No Item Baru Nilai Korelasi (rxy) R tabel (n=30, α=5%)
Keputusan
33 28 0,725 0,276 Valid
34 29 0,643 0,276 Valid
35 30 0,850 0,276 Valid
Lia Anggraeni, 2014
Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa dari 3 pernyataan
yang disebarkan kepada 30 responden, keseluruhannya dinyatakan valid yaitu item
nomor : 33, 34, dan 35.
Adapun perhitungan uji validitas untuk variabel motivasi belajar (Y) dapat
[image:41.612.115.526.251.578.2]dilihat pada tabel 3.14 sebagai berikut.
Tabel 3.14
Hasil Uji validitas Variabel Y (Motivasi Belajar)
No Item Lama
No Item Baru
Nilai Korelasi (rxy)
R tabel (n=30, α=5%)
Keputusan
36 -0,002 0,276 Tidak Valid
37 31 0,992 0,276 Valid
38 32 0,595 0,276 Valid
39 33 0,405 0,276 Valid
40 34 0,672 0,276 Valid
41 35 0,610 0,276 Valid
42 0,257 0,276 Tidak Valid
43 36 0,472 0,276 Valid
44 37 0,661 0,276 Valid
45 38 0,507 0,276 Valid
46 39 0,438 0,276 Valid
47 40 0,690 0,276 Valid
48 41 0,661 0,276 Valid
49 42 0,802 0,276 Valid
50 43 0,538 0,276 Valid
51 44 0,5233 0,276 Valid
Sumber: Data diolah
Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa dari 16
pernyataan yang disebarkan kepada 30 responden, hanya 14 pernyataan yang
dan 51. Sedangkan jumlah pernyataan yang tidak valid berjumlah 2 buah yaitu item
nomor : 36 dan 42. Pernyataan yang tidak memenuhi kriteria atau yang tidak valid
tersebut kemudian dapat dihilangkan sehingga jumlah pernyataan yang memenuhi
kriteria validitas berjumlah 14 pernyataan.
3.5.2 Reliabilitas
Menurut Arikunto, S (2009:86), “suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf
kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka
pengertian reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan tes.”
Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun
internal. Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis
konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu.
Dalam penelitian kali ini, penulis menghitung uji reliabilitas dengan
menggunakan rumus Alpha :
Arikunto,S (2009:109)
Keterangan :
r11 = Reliabilitas yang dicari n = Jumlah item
Lia Anggraeni, 2014
Untuk mencari nilai varians per item digunakan rumus varians sebagai
Arikunto, S (2009:110) Keterangan :
= Harga varians tiap butir
= Jumlah kuadrat jawaban responden dan setiap item = Jumlah skor seluruh responden dari setiap item N = Jumlah responden
Kemudian untuk mencari nilai varian total maka menggunakan rumus sebagai berikut :
Arikunto, S (2009:112)
Keterangan :
= Harga varians total
= Jumlah kuadrat skor total responden ( ) = Jumlah skor total responden
N = Jumlah responden
Setelah diperoleh nilai rxy dikonsultasikan dengan rtabel dengan taraf
signifikansi 5%. Adapun kriteria pengujian instrumen dapat dikatakan reliabel adalah
dengan ketentuan :
1. Jika r11 > rtabel, maka hasil perhitungan dinyatakan reliabel
2. Jika r11 ≤ rtabel, maka hasil perhitungan dinyatakan tidak reliabel
Uji reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan
kuesioner kepada 30 responden. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan
Berdasarkan pengujian instrumen pertama, didapatkan hasil perhitungan
reliabilitas variabel kompetensi pedagogik didapatkan hasil perhitungan sebesar
0,625. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel r product moment dengan
diperoleh harga rtabel untuk 30 responden adalah 0,301 dengan α=5%. Karena rhitung >
rtabel maka pernyataan dalam kuesioner tersebut dinyatakan reliabel pada taraf
kepercayaan 95%.
Uji reliabilitas pada variabel kompetensi kepribadian didapatkan hasil
perhitungan sebesar 0,702. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel r
product moment dengan diperoleh harga rtabel untuk 30 responden adalah 0,301
dengan α=5%. Karena rhitung > rtabel maka pernyataan dalam kuesioner tersebut
dinyatakan reliabel pada taraf kepercayaan 95%.
Uji reliabilitas pada variabel kompetensi profesional didapatkan hasil
perhitungan sebesar 0,746. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel r
product moment dengan diperoleh harga rtabel untuk 30 responden adalah 0,301dengan α=5%. Karena rhitung > rtabel maka pernyataan dalam kuesioner tersebut
dinyatakan reliabel pada taraf kepercayaan 95%.
Uji reliabilitas pada variabel kompetensi sosial didapatkan hasil perhitungan
sebesar 0,823. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel r product moment
dengan diperoleh harga rtabel untuk 30 responden adalah 0,301dengan α=5%. Karena
rhitung > rtabel maka pernyataan dalam kuesioner tersebut dinyatakan reliabel pada taraf
Lia Anggraeni, 2014
Uji reliabilitas pada variabel motivasi belajar didapatkan hasil perhitungan
sebesar 0,749. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel r product moment
dengan diperoleh harga rtabel untuk 30 responden adalah 0,301 dengan α=5%. Karena
rhitung > rtabel maka pernyataan dalam kuesioner tersebut dinyatakan reliabel pada taraf
kepercayaan 95%.
Oleh karena itu, seluruh item pernyataan kuesioner pada pengujian instrumen
pertama yang disebarkan kepada 30 responden dapat dikategorikan reliabel karena
rhitung > rtabel.
Adapun pada pengujian instrumen kedua, hasil perhitungan reliabilitas
variabel kompetensi pedagogik didapatkan hasil perhitungan sebesar 0,733. Hasil
tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel r product moment dengan diperoleh
harga rtabel untuk 30 responden adalah 0,276 dengan α=5%. Karena rhitung > rtabel maka
pernyataan dalam kuesioner tersebut dinyatakan reliabel pada taraf kepercayaan 95%.
Uji reliabilitas pada variabel kompetensi kepribadian didapatkan hasil
perhitungan sebesar 0,734. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel r
product moment dengan diperoleh harga rtabel untuk 30 responden adalah 0,276
dengan α=5%. Karena rhitung > rtabel maka pernyataan dalam kuesioner tersebut
dinyatakan reliabel pada taraf kepercayaan 95%.
Uji reliabilitas pada variabel kompetensi profesional didapatkan hasil
perhitungan sebesar 0,753. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel r
dengan α=5%. Karena rhitung > rtabel maka pernyataan dalam kuesioner tersebut
dinyatakan reliabel pada taraf kepercayaan 95%.
Uji reliabilitas pada variabel kompetensi sosial didapatkan hasil perhitungan
sebesar 0,796. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel r product moment
dengan diperoleh harga rtabel untuk 30 responden adalah 0,276 dengan α=5%. Karena
rhitung > rtabel maka pernyataan dalam kuesioner tersebut dinyatakan reliabel pada taraf
kepercayaan 95%.
Uji reliabilitas pada variabel motivasi belajar didapatkan hasil perhitungan
sebesar 0,735. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel r product moment
dengan diperoleh harga rtabel untuk 30 responden adalah 0,276 dengan α=5%. Karena
rhitung > rtabel maka pernyataan dalam kuesioner tersebut dinyatakan reliabel pada taraf
kepercayaan 95%.
Oleh karena itu, seluruh item pernyataan kuesioner yang disebarkan kepada
30 responden dapat dikategorikan reliabel karena rhitung > rtabel.
3.6 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Uji Normalitas data
Data sebelum diolah menggunakan pengujian infarensi parametrik
maupun non parametrik harus diuji normalitas. Pengujian normalitas data
bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi penelitian
masing-masing variabel penelitian. Apabila data berdistribusi normal maka
Lia Anggraeni, 2014
dilihat dari grafik plot linier dan histogram. Priyatno (2009:144) menyatakan
bahwa beberapa metode uji normalitas yaitu dengan melihat penyebaran data
pada sumber diagonal pada grafik normal P-P Plot of regression standardized
residual. Jika titik-titik menyebar sekitar garis dan mengikuti garis diagonal
maka nilai residual tersebut telah normal.
Dengan demikian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk
menentukan data berdistribusi normal dilihat apabila tersebar mengikuti garis
normal. Sebaliknya jika data yang tersebut tidak mengikuti garis normal maka
data tersebut dikatakan tidak berdistribusi normal. Dalam penelitian ini, uji
normalitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS V.21.0 for
windows.
2. Analisis Korelasi Berganda
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
korelasi berganda. Menurut Hasan (2003:270) bahwa :
Korelasi linear berganda merupakan alat ukur mengenai hubungan yang terjadi antara variabel terikat (variabel Y) dan dua atau lebih variabel bebas (X1, X2, …, Xk). Analisis korelasinya menggunakan tiga koefisien korelasi yaitu koefisien determinasi berganda, koefisien korelasi berganda, dan koefisien korelasi parsial.
Dalam perhitungan koefisien korelasi, peneliti menggunakan software
a. Menentukan korelasi ganda antara X1,X2, X3, X4, terhadap Y
Dengan rumusan hipotesis statistik :
Ho : R = 0 Kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional, dan kompetensi sosial guru berpengaruh
positif terhadap motivasi belajar siswa.
Ha : R ≠ 0 Kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional, dan kompetensi sosial guru tidak berpengaruh
positif terhadap motivasi belajar siswa
b. Menentukan koefisien korelasi parsial
1) Menentukan koefisien korelasi parsial antara Y dan X1 dengan
menganggap X2, X3, X4 sebagai konstan dalam bentuk rumus
sebagai berikut :
Sudjana (2002:385) 2) Menentukan koefisien korelasi parsial Y dan X2 dengan
menganggap X1, X3, X4 sebagai konstan dalam bentuk rumus
sebagai berikut :
Lia Anggraeni, 2014
3) Menentukan koefisien korelasi parsial Y dan X3 dengan
menganggap X1, X2, X4 sebagai konstan dalam bentuk rumus
sebagai berikut :
Sudjana (2002:385) 4) Menentukan koefisien korelasi parsial Y dan X4 dengan
menganggap X1, X2, X3 sebagai konstan dalam bentuk rumus
sebagai berikut :
Sudjana (2002:385)
Dengan rumusan hipotesis sebagai berikut :
a) Ho : ry1 = 0 Kompetensi pedagogik guru tidak berpengaruh positif
terhadap motivasi belajar siswa
Ha : ry1 > 0 Kompetensi pedagogik guru berpengaruh positif
terhadap motivasi belajar siswa
b) Ho : ry2 = 0 Kompetensi kepribadian guru tidak berpengaruh
positif terhadap motivasi belajar siswa
Ha : ry2 > 0 Kompetensi kepribadian guru berpengaruh positif
c) Ho : ry3 = 0 Kompetensi profesional guru tidak berpengaruh positif
terhadap motivasi belajar siswa
Ha : ry3 > 0 Kompetensi profesional guru berpengaruh positif
terhadap motivasi belajar siswa
d) Ho : ry4 = 0 Kompetensi sosial guru tidak berpengaruh positif
terhadap motivasi belajar siswa
Ha : ry4 > 0 Kompetensi sosial guru berpengaruh positif terhadap
motivasi belajar siswa
Kemudian diuji signifikansi koefisien korelasi parsial dengan rumus :
Sudjana (2002:386)
Dengan syarat pengambilan keputusan sebagai berikut :
a) Ho diterima dan Ha ditolak jika thitung ≤ ttabel
b) Ho ditolak dan Ha diterima jika thitung > ttabel
c. Menghitung Koefisien Determinasi
Menurut Hasan (2003:274), “koefisien determinasi atau koefisien
penentu parsial merupakan penentu antara dua variabel jika variabel lainnya
dianggap konstan, pada hubungan yang melibatkan lebih dari dua variabel.”
Adapun tujuan koefisien determinasi menurut Hasan (2003:274)
Lia Anggraeni, 2014
Dengan koefisien penentu parsial ini dapat diketahui besarnya sumbangan satu variabel bebas terhadap variasi atau naik turunnya nilai variabel terikat (Y), jika variabel bebas lainnya dianggap konstan. Dari koefisien penentu parsial inilah dapat diketahui faktorr yang dominan mempengaruhi variabel terikat (Y).
Besarnya koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
KD = (r)2 x 100%
Sudjana (2002:386)
Keterangan :
KD = Besarnya pengaruh variabel x terhadap y
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Kompetensi guru yang meliputi kompetensi pedagogik berada dalam kategori
tinggi, artinya menurut penilaian sebagian besar siswa guru sudah mampu
memahami peserta didik secara mendalam, merancang pembelajaran termasuk
memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, melaksanakan evaluasi pembelajaran, dan
mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensinya sesuai
dengan harapan siswa. Kompetensi kepribadian berada dalam ketegori
sedang, artinya menurut penilaian sebagian besar siswa, guru sudah cukup
mampu memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa dan arif, serta
berakhlak mulia sesuai dengan harapan siswa. Kompetensi profesional berada
dalam kategori sedang, artinya menurut penilaian sebagian besar siswa, guru
sudah cukup menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidangnya
dan memahami struktur dan metode keilmuan yang sesuai dengan harapan
Lia Anggraeni, 2014
kategori sedang. Sedangkan kompetensi sosial berada dalam kategori tinggi,
artinya menurut penilaian sebagian besar siswa, guru sudah mampu memiliki
kemampuan dalam berinteraksi dan bergaul dengan siswa, guru dan tenaga
kependidikan, serta orangtua/wali dan lingkungan masyarakat.
2. Motivasi belajar siswa kelas XI IPS di SMAN 14 Bandung berada dalam
kategori sedang, artinya menurut penilaian sebagian besar siswa, tingkat
motivasi belajar siswa belum begitu mendalam atau sedang.
3. Berdasarkan perhitungan statistik secara simultan (bersama-sama),
kompetensi pedagogik , kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan
kompetensi sosial guru akuntansi di SMAN 14 Bandung memiliki pengaruh
pengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa sebesar 37%. Sedangkan
pengaruh kompetensi guru secara parsial yaitu kompetensi pedagogik
berpengaruh negatif terhadap motivasi belajar sebesar 25,70%, kompetensi
kepribadian berpengaruh negatif terhadap motivasi belajar sebesar 9,79%,
kompetensi profesional berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa
sebesar 29,81% dan kompetensi sosial berpengaruh negatif terhadap motivasi
belajar sebesar 15,84%
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis menyampaikan beberapa
pihak yang memerlukan. Adapun saran yang penulis sampaikan adalah sebagai
berikut :
1. Bagi Sekolah
Penulis memberikan saran kepada pihak sekolah untuk memberikan
dukungan bagi peningkatan kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Hal
ini dapat dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya mengadakan
pelatihan untuk dapat memperbaharui dan meningkatkan kompetensi guru di
sekolah.
2. Bagi Guru Akuntansi
Guru akuntansi hendaknya senantiasa mempertahankan dan
meningkatkan yang dimilikinya yang meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Hal
ini semata-mata agar dapat tercapainya tujuan pembelajaran yang akan
berdampak langsung pada keberhasilan pendidikan.
Dari hasil gambaran umum, secara keseluruhan kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional yang dimiliki
oleh guru akuntansi di SMAN 14 Bandung berada dalam kategori sedang,
sedangkan kompetensi sosial berada dalam kategori tinggi.
Oleh karena itu, upaya yang perlu dilakukan oleh guru adalah dengan
Lia Anggraeni, 2014
tersebut. Misalnya dalam kompetensi pedagogi masih terdapat beberapa
indikator yang memiliki penilaian yang rendah dari siswa. Diantaranya adalah
guru belum begitu memahami peserta didik secara mendalam, merancang
pembelajaran termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan
pembelajaran, dan mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensinya. Hendaknya guru mencari tahu dan memperbaharui
ilmunya mengenai bagaimana cara agar dapat memahami peserta didik
dengan mencoba beberapa pendekatan yang dapat menciptakan hubungan
emosional antara keduanya, guru melakukan suatu terobosan dan
pengembangan baru dalam merancang pembelajaran termasuk memahami
landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran, dan guru senantiasa
mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya
baik di bidang akademik maupun non akademik yang berhubungan dengan
mata pelajaran akuntansi. Sehingga nantinya guru dapat meningkatkan gairah
dan motivasi belajar siswa.
Dalam kompetensi kepribadian, hendaknya guru selalu menjaga etika
dan akhlaknya sehingga siswa dapat meniru dan menjadikan guru sebagai
teladan. Namun berdasarkan hasil perolehan data masih ditemukan penilaian
dalam kategori rendah yang memiliki nilai tertinggi dibandingkan indikator
yang lainnya. Diantaranya adalah kepribadian yang dewasa, kepribadian yang