• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI SMAN 14 BANDUNG : Survey Pada Siswa Kelas XI IPS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI SMAN 14 BANDUNG : Survey Pada Siswa Kelas XI IPS."

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

Lia Anggraeni, 2014

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI SMAN 14

BANDUNG

(Survey Pada Siswa Kelas XI IPS)

Skripsi

Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Sarjana

Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh :

Lia Anggraeni ( 0901584 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)
(3)
(4)

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI SMAN 14 BANDUNG

(Survei Pada Siswa Kelas XI IPS)

Lia Anggraeni

Pembimbing : Drs. H. Ajang Mulyadi, M.M

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di SMAN 14 Bandung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menguji pengaruh tentang kompetensi guru dan motivasi belajar siswa kelas XI IPS pada mata pelajaran akuntansi di SMAN 14 Bandung beserta pengaruhnya.

Desain penelitian ini menggunakan metode survey dan verifikatif. Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu siswa kelas XI IPS berjumlah 104 siswa. Hal ini dikarenakan teknik pengambilan data yang digunakan yaitu teknik sampling jenuh. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis korelasi ganda dan pengolahan data menggunakan bantuan program SPSS V.21 for windows.

Gambaran kompetensi guru pada mata pelajaran akuntansi adalah kompetensi pedagogik dan kompetensi sosial berada dalam kategori tinggi sedangkan kompetensi kepribadian dan kompetensi profesional berada dalam kategori sedang. Adapun gambaran motivasi belajar siswa berada dalam kategori sedang.

Berdasarkan analisis data yang yang telah dilakukan menggunakan analisis korelasi ganda maka diperoleh gambaran pengaruh kompetensi guru secara simultan dan parsial. Pengaruh kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional, dan kompetensi sosial positif terhadap motivasi belajar siswa sebesar 0,370 atau 37%, sedangkan 63% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain. Sedangkan pengaruh kompetensi guru secara parsial yaitu kompetensi pedagogik berpengaruh negatif terhadap motivasi belajar sebesar 25,70%, kompetensi kepribadian berpengaruh negatif terhadap motivasi belajar sebesar 9,79%, kompetensi profesional berpengaruh positif terhadap motivasi belajar sebesar 29,81%, dan kompetensi sosial berpengaruh negatif terhadap motivasi belajar sebesar 15,84%.

(5)

Lia Anggraeni, 2014

THE INFLUENCE OF TEACHER’S COMPETENCE TOWARDS STUDENT

LEARNING MOTIVATION OF ACCOUNTING SUBJECT IN CLASS XI IPS SMAN 14 BANDUNG

( Survey On Grade Students XI IPS )

Lia Anggraeni

Supervisor : Drs . H. Ajang Mulyadi, M.M

ABSTRACT

The research was conducted at SMAN 14 Bandung. The purpose of this research is to describe and examine the effect of the teacher’s competence and student’s learning motivation on accounting subjects in SMAN 14 Bandung, Social Sciences Class Grade XI.

This research uses survey and verification method. Populations and samples used in this research are students of class XI IPS with 104 students. This is due to the usage of saturated sampling technique as data collecting techniques. The techniques of data analysis which is used are multiple correlation analysis and data processing using SPSS V.21 for windows.

The teacher’s competence in accounting subjects are pedagogical competence and social competence, and it’s in the top category while personal competence and professional competence are in a mediocre category. The picture of the students' motivation is in the medium category.

The data analysis that has been done using multiple correlation analysis, results a picture of the influence of the teacher competence, simultaneously and partially. Influence of pedagogical competence, personal competence, professional competence, and social competence positively affect student’s motivation by 0,370 or 37 %, the other 63 % is influenced by other factors. While the influence of partial teacher’s competence which is pedagogical competence, negatively affect motivation by 25,70 % , personal competence negatively affect motivation by 9,79 %, professional competence has a positive effect on learning motivation by 29,81 %, and the effect of social competence negatively affect student’s motivation by 15,84 % .

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………...i

KATA PENGANTAR ……….………iii

UCAPAN TERIMA KASIH ………...iv

DAFTAR ISI ………....v

DAFTAR TABEL ……….…viii

DAFTAR GAMBAR ………...xi

BAB I PENDAHULUAN………...1

1.1 Latar Belakang Masalah ………..1

1.2 Rumusan Masalah ……….………..8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ………8

1.4 Kegunaan Penelitian ………9

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kompetensi Guru ………10

2.1.1 Definisi Kompetensi ………...10

2.1.2 Kompetensi guru ………11

2.1.3 Kompetensi Pedagogik ………...12

2.1.4 Kompetensi Kepribadian ……...……….14

2.1.5 Kompetensi Profesional ………...17

2.1.6 Kompetensi Sosial ………..18

2.2 Hubungan antar Kompetensi ………...20

(7)

Lia Anggraeni, 2014

2.2.2 Hubungan Kompetensi Pedagogik dengan Kompetensi Profesional…....20

2.2.3 Hubungan Kompetensi Pedagogik dengan Kompetensi Sosial ………....21

2.2.4 Hubungan Kompetensi Kepribadian dengan Kompetensi Profesional….22 2.2.5 Hubungan Kompetensi Kepribadian dengan Kompetensi Sosial ………23

2.2.6 Hubungan Kompetensi Profesional dengan Kompetensi Sosial…...……23

2.2.7 Hubungan Kompetensi Guru dengan Motivasi Belajar……….24

2.3 Teori Belajar ………26

2.3.1 Pengertian Belajar ……….26

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ………..27

2.3.3 Prinsip-prinsip Belajar ………..29

2.4 Motivasi Belajar ………...30

2.4.1 Pengertian Motivasi Belajar ……….30

2.4.2 Fungsi dan Tujuan Motivasi ……….34

2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi ………34

2.4.5 Teknik Pemberian Motivasi ………..35

2.4.6 Indikator Motivasi……….36

2.6 Penelitian Terdahulu ………36

2.7 Kerangka Pemikiran ………38

2.8 Hipotesis ………..45

BAB III METODE PENELITIAN ……….46

3.1 Desain Penelitian………..46

3.2 Operasionalisasi Variabel ………47

(8)

3.4 Teknik Pengumpulan Dataa ……….55

3.5 Teknik Pengujian Instrumen ………56

3.51 Uji Validitas ………...56

3.52 Uji Reliabilitas ………...66

3.7 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ………..71

BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN ……….76

4.1 Gambaran Objek Penelitian ………...76

4.1.1 Sejarah Sekolah ………...76

4.1.2 Visi & Misi ………..77

4.2 Deskripsi Penelitian ………...79

4.2.1 Gambaran Umum Kompetensi Guru ………...79

4.2.2 Gambaran Kompetensi Pedagogik Guru (Variabel X1) ………..81

4.2.3 Gambaran Kompetensi Kepribadian Guru (Variabel X2) ………….…..87

4.2.4 Gambaran Kompetensi Profesional Guru (Variabel X3) …………...…..93

4.2.5 Gambaran Kompetensi Sosial (Variabel X4) ………..96

4.2.6 Gambaran Motivasi Belajar Siswa (Y) ………..100

4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ………...109

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ………...120

4.4.1 Pengaruh Kompetensi Pedagogik Terhadap Motivasi Belajar ………..120

4.4.2 Pengaruh Kompetensi Kepribadian Terhadap Motivasi Belajar ……...121

4.4.3 Pengaruh Kompetensi Profesional Terhadap Motivasi Belajar ………123

4.4.4 Pengaruh Kompetensi Sosial Terhadap Motivasi Belajar ………..124

4.4.5 Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Motivasi Belajar ………126

BAB V KESIMPULAN & SARAN ………...128

5.1 Kesimpulan ………128

(9)

Lia Anggraeni, 2014

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Gambaran Sementara Motivasi Belajar Siswa ………...4

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ………...50

Tabel 3.2 Populasi dan Sampel ………...50

Tabel 3.3 Data Siswa Kelas XI IPS SMAN 14 Bandung ………..56

Tabel 3.4 Teknik Pengumpulan Data ……….57

Tabel 3.3 Penilai Numerical Scale ………..58

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Variabel X1 (Kompetensi Pedagogik) ……….60

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Variabel X2 (Kompetensi Kepribadian) ………..62

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Variabel X3 (Kompetensi Profesional) ………...62

Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Variabel X4 (Kompetensi Sosial) ………63

Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Variabel Y (Motivasi Belajar) ……….64

Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Variabel X1 (Kompetensi Pedagogik) ……….65

Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Variabel X2 (Kompetensi Kepribadian) ………66

Tabel 3.11 Hasil Uji Validitas Variabel X3 (Kompetensi Profesional) ……….67

Tabel 3.12 Hasil Uji Validitas Variabel X4 (Kompetensi Sosial) ………..67

Tabel 3.13 Hasil Uji Validitas Variabel Y (Motivasi Belajar) ………...68

(10)

Tabel 4.2 Gambaran Umum Kompetensi Guru ………..88

Tabel 4.3 Gambaran Kompetensi Pedagogik Guru ………90

Tabel 4.4 1. Memahami Peserta Didik Secara Mendalam ………91

Tabel 4.5 2. Merancang Pembelajaran termasuk Memahami Landasan Pendidikan91 Tabel 4.6 3. Melaksanakan Pembelajaran……… 93

Tabel 4.7 4. Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Pendidikan ………94

Tabel 4.8 5. Mengembangkan Peserta Didik Mengaktualisasikan Berbagai Potensinya………..95

Tabel 4.9 Gambaran Umum Kompetensi Kepribadian Guru ………96

Tabel 4.10 1. Kepribadian yang Mantap dan Stabil ………..97

Tabel 4.11 2.Kepribadian yang Dewasa ………98

Tabel 4.13 3. Kepribadian yang Arif ……….99

Tabel 4.14 4. Kepribadian yang Berwibawa ………..100

Tabel 4.15 5. Berakhlak Mulia ……….………..101

Tabel 4.15 Gambaran Umum Kompetensi Profesional ………102

Tabel 4.16 1. Menguasai Substansi Yang Terkait Bidang ………..103

Tabel 4.17 2. Memahami metode dan struktur keilmuan ………...104

Tabel 4.18 Gambaran Umum Kompetensi Sosial ……….. 104

Tabel 4.19 1. Mampu Berkomunikasi dan Bergaul dengan Peserta Didik ………107

Tabel 4.20 2. Mampu Berkomunikasi dan Bergaul dengan sesama Pendidik …...108

Tabel 4.21 3. Mampu Berkomunikasi dan Bergaul dengan Orangtua/wali ……..109

Tabel 4.22 Gambaran Motivasi Belajar Siswa ……….………...111

(11)

Lia Anggraeni, 2014

Tabel 4.24 2. Frekuensi Kegiatan ………..113

Tabel 4.25 3. Persistensi ………114

Tabel 4.26 4. Ketabahan, Keuletan, dan Kemampuannya dalam Menghadapi Rintangan untuk Mencapai Tujuan ………..115

Tabel 4.27 5. Devosi dan Pengorbanan Untuk Mencapai Tujuan ………..116

Tabel 4.28 6. Tingkat Aspirasi yang Hendak Dicapai dengan Kegiatan yang Dilakukan ………...116

Tabel 4.29 7. Tingkat Kualifikasi Prestasi, Produk, Output, yang Dicapai dari Kegiatannya ………...117

Tabel 4.30 8. Arah Sikapnya Terhadap Suatu Sasaran Kegiatan ………118

Tabel 4.31 Coefficients ………..………...119

Tabel 4.32 Uji Korelasi Antar Variabel ………..………..121

Tabel 4.33 Interpretasi Koefisien Korelasi ………..………124

Tabel 4.34 R Square Variabel ………..……….127

Tabel 4.35 Uji F ………..………..128

Tabel 4.36 Uji t ………..………...130

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hierarki Kebutuhan Maslow ………...35 Gambar 2.2 Model Hubungan Antar Variabel………46

Gambar 3.1 Model Penelitian………..78

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini pendidikan merupakan salah satu prioritas utama yang dapat

dijadikan sebagai tolak ukur dalam membangun kemajuan suatu Negara. Pendidikan

bertransformasi untuk membangun manusia yang berkualitas baik dari segi ilmu

pengetahuan dan teknologi serta karakter bangsa itu sendiri. Kunci utama kemajuan

suatu bangsa ditentukan oleh pendidikan. Oleh karena itu, kemajuan tersebut dapat

dicapai melalui pendidikan yang berkualitas.

Ketatnya persaingan yang timbulkan atas efek dari globalisasi menjadi sebuah

tantangan bagi dunia pendidikan, tak terkecuali di Indonesia. Oleh karena itu,

diperlukan suatu upaya untuk menyiasati hal tersebut. Selain sumber daya alam,

sumber daya manusia yang berkualitas pun memiliki peranan yang cukup strategis

dalam membenahi permasalahan yang mencuat.

Pendidikan merupakan salah satu garda terdepan yang dapat meningkatkan

kualitas hidup dan pembangunan atas suatu bangsa. Karena dari dunia pendidikan

inilah muncul bibit-bibit baru yang memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk

mengubah kemajuan bangsa itu sendiri.

Sayangnya, hari ini kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah. Hal ini

(14)

peringkat ke-69. Berdasarkan data, perkembangan pendidikan Indonesia masih

tertinggal bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Menurut

Education For All Global Monitoring Report 2011 yang dikeluarkan oleh UNESCO setiap tahun berisi hasil pemantauan pendidikan dunia, dari 127 negara, Education

Development Index (EDI) Indonesia berada pada posisi ke-69, dibandingkan Malaysia (65) dan Brunei (34) (http://indonesiaberkibar.org/id/fakta-pendidikan).

Fakta lainnya disebutkan oleh Human Development Index (HDI) (dalam Mulyasa,

2012:3) bahwa Indonesia menempati peringkat 108 tahun 1998, peringkat 109 tahun

1999, dan ranking 111 tahun 2004 dari 174 negara yang diteliti.

Pendidikan yang berkualitas tergantung dari sebuah proses pembelajaran yang

terjadi di dalamnya. Dimana semua komponen yang berhubungan dengan aktivitas

tersebut memiliki kaitan yang erat sehingga dapat menciptakan output yang

diinginkan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Uno (2010 : 15) belajar adalah :

Pemerolehan pengalaman baru oleh seseorang dalam bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap, sebagai akibat adanya proses dalam bentuk interaksi belajar terhadap suatu objek (pengetahuan), atau melalui suatu penguatan (reinforcement) dalam bentuk pengalaman terhadap suatu objek yang ada dalam lingkungan belajar.

Dalam melaksanakan proses belajar tentunya dibutuhkan suatu tujuan yang

hendak dicapai. Adapun tujuan belajar menurut Hamalik (2010 : 73) yaitu :

(15)

Tujuan belajar dalam proses pembelajaran merupakan hal yang penting.

Karena sistem pembelajaran menjadi titik tolak dalam merancang sistem yang efektif.

Secara khusus kepentingan itu terletak pada ( Hamalik, 2010 : 75 ) :

1. Untuk menilai hasil pembelajaran; 2. Untuk membimbing siswa belajar; 3. Untuk merancang sistem pembelajaran;

4. Untuk melakukan komunikasi dengan guru-guru lain dalam meningkatkan proses pembelajaran; dan

5. Untuk melakukan kontrol terhadap pelaksanaan dan keberhasilan program pembelajaran.

Dalam proses belajar terdapat faktor-faktor y ang mempengaruhi siswa. Salah

satunya adalah motivasi belajar siswa itu sendiri. Menurut Purwanto (2011:71),

“motivasi adalah pendorongan suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi

tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu

sehingga mencapai hasilnya atau tujuan tertentu.” Perbuatan belajar terjadi karena

adanya motivasi yang mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Namun,

terkadang motivasi siswa perlu dirangsang dari luar sehingga menimbulkan motivasi

belajar.

Santrock (2007 : 509) menyatakan bahwa “motivasi adalah aspek penting dari

pengajaran dan pembelajaran. Murid yang tidak punya motivasi tidak akan berusaha

keras untuk belajar. Murid yang bermotivasi tinggi senang ke sekolah dan menyerap

proses belajar.”

Hal yang dipaparkan diatas menjelaskan bahwa motivasi merupakan elemen

penting dalam proses belajar agar siswa terdorong untuk mencapai tujuan

(16)

tumbuh di kalangan siswa belum muncul ke permukaan. Hal ini dapat dilihat dari

data pra penelitian yang dibagikan pada siswa XI IPS SMAN 14 Bandung.

Tabel 1.1

Gambaran Sementara Motivasi Belajar Siswa Alternatif Jawaban Skala Frekuensi Persentasi

Positif tertinggi 5 27 12,86%

Positif tinggi 4 43 20,48%

Positif sedang 3 87 41,43 %

Positif rendah 2 31 14,76 %

Positif terendah 1 22 10,48 %

Jumlah 210 100%

Sumber : Pra Penelitian di SMAN 14 Bandung (Data diolah)

Pra penelitian ini untuk mengungkap gambaran motivasi belajar siswa kelas

XI IPS di SMAN 14 Bandung mengenai kecenderungan siswa dalam menyempatkan

waktunya untuk belajar akuntansi, tingkat aspirasi, arah sikap, ketertarikan siswa

terhadap akuntansi, dan kemampuan siswa dalam memahami akuntansi.

Berdasarkan tabel 1.1 tentang gambaran motivasi belajar siswa kelas XI IPS

SMAN 14 Bandung menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa termasuk ke dalam

golongan sedang dengan persentase sebesar 41,43%. Motivasi yang tergolong sedang

ini menunjukkan kecenderungan siswa dalam melakukan aktivitas yang berhubungan

dengan mata pelajaran akuntansi masih belum begitu mendalam.

Hal tersebut pun diakui oleh siswa kelas XI IPS SMAN 14 Bandung saat

diwawancarai oleh peneliti. Meskipun diakui bahwa mereka telah memiliki

ketertarikan terhadap mata pelajaran akuntansi, namun hal tersebut belum dapat

(17)

belajar mata pelajaran akuntansi diakui masih sangat jarang bahkan tidak pernah

dilakukan. Tingkat ketabahan dan keuletan siswa dalam menghadapi kesulitan pun

belum terlihat begitu tinggi. Jika dihadapkan pada soal akuntansi yang dianggap sulit,

siswa lebih memilih untuk menunggu guru akuntansi membahas soal secara

bersama-sama di kelas. Pada akhirnya siswa memang menyadari bahwa motivasi belajar

mereka terhadap akuntansi belum tumbuh secara utuh.

Melihat masalah tersebut maka perlu ada upaya untuk mengatasinya. Salah

satunya adalah dengan membenahi motivasi belajar siswa. Apabila motivasi belajar

siswa tidak tumbuh secara tepat maka kesadaran siswa untuk melakukan perbuatan

belajar dan mencapai keberhasilan pembelajaran tidak akan optimal. Hal ini sesuai

dengan yang diungkapkan oleh Hamalik (2010 : 108) bahwa “motivasi dapat

menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar siswa. Belajar tanpa

motivasi sulit untuk mencapai keberhasilan optimal.” Oleh karena itu, motivasi

menjadi salah satu salah satu faktor yang turut menentukan pembelajaran yang

efektif.

Dalam hal ini peran guru sebagai tenaga pendidik memiliki peranan penting

untuk mendongkrak motivasi belajar siswa agar tercapainya keberhasilan program

pembelajaran. Seorang guru menjadi tolok ukur dunia pendidikan.

Kualitas seorang guru merupakan salah satu komponen penting dalam dunia

pendidikan. Hal tersebut karena kualitas seorang guru akan menentukan dan memberi

pengaruh besar terhadap kualitas pendidikan. Seorang guru haruslah menjadi figur

(18)

tenaga pengajar, seorang guru juga harus mampu mendidik, mengarahkan, menjadi

fasilitator, dan motivator siswanya agar mampu maju dan berkembang sesuai dengan

cita-cita mereka sendiri.

Dalam kaitannya dengan motivasi belajar siswa, guru merupakan salah satu

motor penggerak yang dapat menimbulkan motivasi belajar pada siswa. Karena

menurut Mulyasa “untuk meningkatkan kualitas pembelajaran guru harus mampu

membangkitkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan

pembelajaran.” Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki peran dalam

meningkatkan pendidikan yang terencana dan berkala. Dalam menjalankan perannya

tersebut guru harus selalu melakukan perkembangan atas dirinya sendiri baik itu dari

aspek kompetensi maupun keterampilannya. Adapun kompetensi yang harus dimiliki

dan dikembangkan oleh guru menurut UU No.14 Tahun 2005 terdiri atas kompetensi

pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

Menurut Mulyasa (2012:58) :

Eloknya setiap guru memiliki rasa ingin tahu, mengapa dan bagaimana peserta didik belajar dan menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi belajar lingkungannya. Hal tersebut akan menambah pemahaman dan wawasan guru sehingga memungkinkan proses pembelajaran berlangsung lebih efektif dan optimal, karena pengetahuan tentang kejiwaan anak yang berhubungan dengan masalah pendidikan bisa dijadikan sebagai dasar dalam memberikan motivasi kepada peserta didik sehingga mau dan mampu belajar sebaik-baiknya.

Oleh karena itu guru yang dibekali kompetensi pedagodik, kepribadian,

profesional, dan sosial mampu untuk mengerahkan kemampuannya dalam

(19)

Guru dapat membangkitkan motivasi belajar peserta didik dengan menjadikan

dirinya sebagai sosok yang inspiratif dan menciptakan iklim pembelajaran yang

kondusif dalam kegiatan belajar. Karena menurut pernyataan Gary dan Margaret

(dalam Mulyasa, 2012:21) bahwa :

Guru yang efektif dan kompeten secara profesional memiliki karakteristik sebagai berikut : (1) memiliki kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif, (2) kemampuan mengembangkan strategi dan manajemen pembelajaran, (3) memiliki kemampuan memberikan umpan balik (feedback), dan penguatan (reinforcement), dan (4) memiliki kemampuan untuk peningkatan diri.

Hal ini serupa pun dinyatakan oleh Naim (2011:171) bahwa, “perpaduan

antara guru yang inspiratif dan suasana pembelajaran akan menjadi dimensi inspiratif

semakin menemukan momentum untuk mengkristal dan membangun energi

perubahan positif dalam diri setiap siswa.” Perubahan positif inilah yang akan

menimbulkan motivasi belajar dalam diri siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Mulyasa (2012:58) bahwa “motivasi dapat menyebabkan terjadinya suatu perubahan

energi yang ada pada diri manusia, baik yang menyangkut kejiwaan, perasaan,

maupun emosi, dan kemudian bertindak atau melakukan sesuatu untuk mencapai

tujuan.”

Oleh karena itu, guru dapat menjadi salah satu faktor yang memiliki peran

penting dalam mengarahkan dan membangkitkan motivasi belajar siswa agar dapat

dapat tumbuh dengan baik.

Maka berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merasa tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Motivasi

(20)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka masalah mengenai

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran kompetensi guru mata pelajaran akuntansi di

SMAN 14 Bandung.

2. Bagaimana gambaran motivasi belajar siswa pada mata pelajaran

akuntansi di SMAN 14 Bandung.

3. Bagaimana pengaruh kompetensi guru terhadap motivasi belajar siswa

pada mata pelajaran akuntansi di SMAN 14 Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui gambaran kompetensi guru mata pelajaran akuntansi di

SMAN 14 Bandung.

2. Untuk mengetahui gambaran motivasi belajar siswa pada mata pelajaran

akuntansi di SMAN 14 Bandung.

3. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi guru terhadap motivasi belajar

(21)

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis serta menguji

kebenaran teori mengenai adanya pengaruh kompetensi guru terhadap

motivasi belajar siswa. Selain itu untuk memberikan sumbangan

pemikiran dalam upaya peningkatan kualitas belajar siswa.

2. Secara praktis

a. Bagi Peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti

mengenai gambaran serta pengaruh kompetensi guru akuntansi dan

motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi. Hal ini juga

dapat menjadi bekal bagi peneliti ketika melaksanakan proses

pembelajaran pada mata pelajaran akuntansi.

b. Bagi guru-guru, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk

dapat terus memotivasi belajar siswa dan mengasah kompetensi guru

serta menjadi bahan evaluasi ke depannya sehingga dapat membawa

dampak positif dalam meningkatkan kinerja guru.

c. Bagi Sekolah, hasil penelitian dapat menjadi bahan evaluasi dan

inovasi dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dan kompetensi

guru dalam proses pembelajaran.

d. Bagi LPTK, hasil penelitian menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi

sehingga terus meningkatkan kualitas dalam mencetak guru-guru

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian tentang pengaruh kompetensi guru terhadap motivasi belajar siswa

ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode survei dan verifikatif.

Menurut Prasetyo, B & Jannah, L (2010:143) :

Penelitian survei merupakan suatu penelitian kuantitatif dengan menggunakan pertanyaan terstruktur/sistematis yang sama kepada banyak orang, untuk kemudian seluruh jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan dianalisis. Pertanyaan tersruktur/sistematis tersebut dikenal dengan istilah kuesioner.

Menurut Neuman (dalam Prasetyo,B & Jannah, L, 2010:143 “kuesioner

berisikan daftar pertanyaan yang mengukur variabel-variabel, hubungan diantara

variabel yang ada, atau juga pengalaman atau opini dari responden.”

Menurut Hasan (2006:22) “metode penelitian verifikatif merupakan penelitian

yang bertujuan untuk menguji kebenaran sesuatu dalam bidang yang telah ada

sebelumnya.”

Maka berdasarkan pengertian di atas peneliti menarik kesimpulan bahwa

metode yang tepat untuk penelitian ini metode survei, karena data yang diperoleh

dilakukan pada sejumlah sampel dengan menggunakan angket. Dalam penelitian ini

(23)

Lia Anggraeni, 2014

kompetensi guru akuntansi yang terdiri atas kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial dan tingkat motivasi

belajar siswa di SMAN 14 Bandung. Selanjutnya hasil dari data persepsi tersebut

diverifikasi apakah sesuai dengan hipotesis yang diajukan sesuai dengan data yang

diperoleh dilapangan.

3.2 Operasionalisasi Variabel

Menurut Sugiyono (2010:38) variabel penelitian adalah suatu atribut atau nilai

dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Pada penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu independen yang selanjutnya

kita sebut sebagai variabel (X) atau variabel independen dan variabel (Y) yang

selanjutnya kita sebut sebagai variabel dependen.

a.Variabel independen sering juga disebut variabel bebas. Menurut Sugiyono

(2010:61) variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen

(terikat). Adapun variabel independen dalam penelitian ini dibagi menjadi

empat dimensi yaitu kompetensi pedagogik (sebagai variabel X1), adalah

kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran, kompetensi kepribadian

(sebagai variabel X2) adalah kemampuan guru untuk memiliki kepribadian

yang dapat dijadikan teladan meliputi sikap yang dewasa, sopan, santun, dan

(24)

kemampuan guru dalam menguasai pembelajaran secara mendalam, dan

kompetensi sosial (sebagai variabel X4) adalah kemampuan guru dalam

berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan di sekitarnya meliputi

siswa, sesama guru, dan masyarakat

b.. Variabel dependen atau (Y) sering juga disebut sebagai variabel terikat.

Menurut Sugiyono (2010:61) variabel dependen adalah yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependen

dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa yaitu dorongan yang

berasal dari dalam maupun luar diri siswa untuk bergerak melakukan sesuatu

guna mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang ingin dicapai.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

No. Variabel Dimensi Indikator Skala No Item

1. Independent

(X)

“Kompetensi

Guru”

Kompetensi

pedagogik

2.1 Memahami peserta didik secara mendalam yaitu :

a. Memahami peserta didik dengan memanfaatkan

prinsip-prinsip perkembangan koginitif

b. Memahami peserta didik dengan memanfaatkan

prinsip-prinsip perkembangan kepribadian c. Mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik

(25)

Lia Anggraeni, 2014

2.2 Merancang pembelajaran termasuk memahami landasanpendidikan untuk kepentingan pembelajaran yaitu :

a. Memahami landasan pendidikan

b. Menerapkan teori

dan belajar

pembelajaran

c. Menentukan strategi pembelajaran

berdasarkan

karakteristik peserta didik kompetensi yang akan dicapai materi ajar

d. Menyusun rancangan pembelajaran

berdasarkan strategi yang dipilih

4

2.3Melaksanakan pembelajaran yaitu :

a. Menata latar (setting) pembelajaran

b. Melaksanakan

pembelajaran yang kondusif

5,6,7,8,9

2.4Merancang dan

Melaksanakan evaluasi pembelajaran yaitu :

a. Merancang dan melaksanakan

evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode

b. Menganalisis hasil evaluasi proses dan

(26)

hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning) c. Memanfaatkan hasil

penilaian

pembelajaran untuk perbaikan kualitas program

pembelajaran secara umum

2.5 Mengembangkan peserta didikuntuk

mengaktualisasi berbagai potensinya yaitu :

a. Memfasilitasi peserta

didik untuk

pengembangan berbagai potensi akademik

b. Memfasilitasi peserta

didik untuk

mengembangkan berbagai potensi non akademik

c. Memfasilitasi peserta

didik untuk

mengembangkan berbagai potensi akademik

12,13

Kompetensi

kepribadian

1.1 Kepribadian yang

mantap dan stabil yaitu : a. Bertindak sesuai

dengan norma hukum

b. Bertindak sesuai dengan norma sosial c. Bangga sebagai guru d. Memiliki konsistensi

dalam bertindak

(27)

Lia Anggraeni, 2014

sesuai dengan norma 1.2 Kepribadian yang dewasa yaitu:

a. Menampilkan

kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik

b. Memiliki etos kerja sebagai guru

16

1.3 Kepribadian yang arif yaitu :

a. Menampilkan

tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik,sekolah,masyar akat

b. Menunjukkan

keterbukaan dalam berfikir dan bertindak

17

1.4 Kepribadian yang berwibawa yaitu :

a. Memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik

b. Memiliki perilaku yang disegani

18,19,20,21

1.5 Berakhlaq mulia yaitu : a. Bertindak sesuai

dengan norma religious (iman, taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong) b. Memiliki perilaku

yang diteladani peserta didik

22

Kompetensi

professional

3.1 Menguasai substansi keilmuan yang terkait bidang studi yaitu :

a. Memahami materi

(28)

ajar yang ada dalam kurikulum sekolah b. Memahami struktur

konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar

c. Memahami

hubungan konsep antar mata pelajaran terkait

d. Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari

3.2 Memahami struktur dan metode keilmuan yaitu : Menguasai langkah- langkah penelitian kajian kritis untuk

memperdalam pengetahuan

atau materi bidang studi

27

Kompetensi

sosial

4.1 Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif denga peserta didik yaitu:

a. Berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik

4.2Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan

a. Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan

4.3 Mampu berkomunikasi

(29)

Lia Anggraeni, 2014

dan bergaul secara efektif dengan orangtua/wali peserta didik dan

masyarakat sekitar yaitu : a. Berkomunikasi dan

bergaul secara efektif dengan orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. 2. Dependent

(Y)

“Motivasi

Belajar

Siswa”

a. Durasi kegiatan (berapa lama kemampuan

penggunaan

waktunya untuk melakukan kegiatan) b. Frekuensi kegiatan

(berapa sering dilakukan dalam periode waktu tertentu)

c. Persistensinya

(ketepatan dan kelekatannya pada tujuan kegiatan) d. Ketabahan, keuletan,

dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan atau kesulitan untuk mencapai tujuan

e. Devosi dan

pengorbanan untuk mencapai tujuan f. Tingkat aspirasinya

yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan g. Tingkat kualifikasi

prestasi, produk, output yang dicapai dari kegiatannya h. Arah sikapnya

Interval 31,32,33

,34,35,36,

37,38,39,

40,41,42,

(30)

terhadap sesuatu sasaran kegiatan.

3.3 Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2010:117) populasi adalah “wilayah generalisasi yang

terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, dan kemudian ditarik suatu

kesimpulan.” Berdasarkan pengertian tersebut maka populasi dalam penelitian ini

adalah siswa kelas XI IPS SMAN 14 Bandung. Sedangkan sampel menurut

Sugiyono (2010:117:5) adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut”

Dalam penelitian ini sampel yang akan digunakan adalah sama dengan

populasinya yaitu siswa kelas XI IPS SMAN 14 Bandung. Dan karena jumlah

populasi dan sampelnya sama, maka dengan demikian penelitian ini menggunakan

metode sensus. Metode sensus disebut juga sampling jenuh. Hal ini dilakukan bila

jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin

membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil (Sugiyono, 2010:124).

Alasan dipilihnya seluruh populasi untuk dijadikan sampel karena data yang diambil

sebanyak 104 siswa sudah dianggap representatif (mewakili) untuk dilakukan

(31)
[image:31.612.164.480.115.230.2]

Lia Anggraeni, 2014

Tabel 3.2

Data Siswa Kelas XI IPS SMAN 14 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014

Kelas Jumlah Siswa

XI IPS 1 35

XI IPS 2 35

XI IPS 3 34

Jumlah 104

Sumber : Absensi Kelas XI IPS SMAN 14 Bandung 2013/2014

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2010:193) terdapat dua hal utama yang mempengaruhi

data hasil penelitian yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan

data. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber,

dan berbagai cara. Bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka

teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei

(kuesioner) yang dilakukan secara langsung kepada siswa kelas XI IPS di SMAN 14

Bandung.

Adapun instrumen kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan skala numerik. Skala ini menggunakan dua buah nilai ekstrim dan

subjek diminta untuk menentukan responnya diantara dua nilai tersebut yang

disediakan dengan angka-angka numerik (Jogiyanto, 2009:67).

Data yang diperoleh adalah data interval dan biasanya skala ini digunakan

untuk mengukur sikap karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang. Kuesioner

disini memberikan seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab

(32)

dapat memberi jawaban, pada rentang jawaban yang positif sampai dengan negatif.

Hal ini tergantung pada persepsi responden kepada yang dinilai.

Tabel 3.3 Penilai Skala Numerik

Sering dilakukan Tidak pernah dilakukan

Adapun tahapan penelitian survei menurut Isaac dan Michael (dalam Sukardi,

2004:196) yaitu sebagai berikut :

1. Menentukan tujuan dan skope survei

2. Mendesain angket atau petunjuk wawancara

3. Mengetes instrumen untuk mengidentifikasi dan memperbaiki item yang berkurang relevan, dan mencapai format yang baik, mudah ditabulasi dan dianalisis

4. Jika menggunakan wawancara sebaiknya dibuat guide-nya, dilakukan oleh orang-orang yang terlatih

5. Yakinkan bahwa instrumen harus memiliki karakteristik jelas, simpel, dan langsung berkaitan dengan permasalahannya

6. Menggunakan program komputer yang relevan dan efisien

7. Mempertimbangkan sifat-sifar penting dari responden yang menjadi sasaran utamanya ketika survei dilaksanakan dan analisis data dilakukan 8. Bayangkan variasi hasil yang mungkin muncul dari penelitian survei,

termasuk efek yang mungkin mengejutkan.

3.5 Teknik Pengujian Instrumen

3.5.1 Uji Validitas

Dalam penelitian yang menggunakan metode survei dan instrumen khusus

yang digunakan berupa angket, sehingga dibutuhkan pengujian validitas dan

reliabilitas. Metode pengujian instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

(33)

Lia Anggraeni, 2014

antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Analisis ini

digunakan jika data yang diperoleh data berbentuk interval/ratio. Adapun rumus

korelasi Produk Moment Pearson sebagai berikut :

(Arikunto, 2009:72)

Keterangan :

rxy = Nilai korelasi ProductMoment Pearson

= Jumlah skor item

= Jumlah skor total item n = Jumlah responden

Hasil perhitungan rxy dengan rtabel untuk kriteria kelayakan adalah sebagai

berikut dimana :

1. Jika nilai rxy > nilai rtabel maka hasil perhitungan dinyatakan valid

2. Jika nilai rxy ≤nilai rtabel maka hasil perhitungan dinyatakan tidak valid

Pengujian instrumen dalam penelitian ini dilakukan sebanyak 2 kali. Hal ini

disebabkan oleh adanya beberapa pernyataan yang tidak valid pada beberapa

indikator yang dilakukan pada pengujian pertama. Oleh karena itu, peneliti

melakukan pengujian instrumen yang kedua untuk mendapatkan pernyataan yang

valid dari seluruh indikator.

Uji validitas kuesioner dalam penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan

(34)

coba pertama berjumlah 43 item. Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan

menggunakan software SPSS V.21.0 for windows.

Berikut merupakan hasil pengujiian instrumen penelitian pertama dari tiap

variabel yaitu variabel kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi

profesional, kompetensi sosial, dan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran

akuntansi.

Berdasarkan perhitungan uji validitas untuk variabel kompetensi pedagogik

(X1) dapat dilihat pada tabel 3.4 sebagai berikut.

Tabel 3.4

Hasil Uji validitas Variabel X1 (Kompetensi Pedagogik)

No Item Lama

No Item Baru

Nilai Korelasi (rxy)

R tabel (n=30, α=5%)

Keputusan

1 1 0,025 0,301 Tidak Valid

2 2 0,641 0,301 Valid

3 3 0,367 0,301 Valid

4 4 0,509 0,301 Valid

5 5 0,225 0,301 Tidak Valid

6 6 0,366 0,301 Valid

7 7 0,372 0,301 Valid

8 8 0,026 0,301 Tidak Valid

9 9 0,558 0,301 Valid

10 10 0,554 0,301 Valid

11 11 0,434 0,301 Valid

12 12 0,059 0,301 Tidak Valid

13 13 0,150 0,301 Tidak Valid

14 14 0,106 0,301 Tidak Valid

Sumber: Data diolah

Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa dari 14

(35)

Lia Anggraeni, 2014

dinyatakan valid yaitu item nomor : 2, 3, 4, 6, 7, 9, 10, dan 11. Sedangkan jumlah

pernyataan yang tidak valid berjumlah 6 buah yaitu item nomor : 1, 5, 8, 12, 13, dan

14.

Pernyataan yang tidak memenuhi kriteria atau yang tidak valid tersebut

kemudian diujikan kembali 30 responden yang berbeda. Peneliti pun memberikan 4

pernyataan tambahan untuk beberapa indikator pada pengujian instrumen kedua

sehingga jumlah pernyataan yang diujikan kembali untuk variabel kompetensi

pedagogik sebanyak 18 buah. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya

pernyataan yang tidak valid dari suatu indikator.

Berdasarkan perhitungan uji validitas untuk variabel kompetensi kepribadian

[image:35.612.115.530.260.634.2]

(X2) dapat dilihat pada tabel 3.5 sebagai berikut.

Tabel 3.5

Hasil Uji validitas Variabel X2 (Kompetensi Kepribadian)

No Item Lama

No Item Baru

Nilai Korelasi (rxy)

R tabel (n=30, α=5%)

Keputusan

15 19 0,406 0,301 Valid

16 20 0,574 0,301 Valid

17 21 0,414 0,301 Valid

18 22 0,579 0,301 Valid

19 23 0,308 0,301 Valid

20 24 0,339 0,301 Valid

21 25 0,757 0,301 Valid

22 26 0,736 0,301 Valid

23 27 0,363 0,301 Valid

(36)

Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa dari 9 pernyataan

yang disebarkan kepada 30 responden, keseluruhannya dinyatakan valid yaitu yaitu

item nomor : 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, dan 23.

Berdasarkan perhitungan uji validitas untuk variabel kompetensi profesional

(X3) dapat dilihat pada tabel 3.6 sebagai berikut.

Tabel 3.6

Hasil Uji validitas Variabel X3 (Kompetensi Profesional)

No Item Lama No Item Baru Nilai Korelasi (rxy) R tabel (n=30, α=5%) Keputusan

24 28 0,670 0,301 Valid

25 29 0,650 0,301 Valid

26 30 0,774 0,301 Valid

27 31 0,596 0,301 Valid

28 32 0,452 0,301 Valid

Sumber: Data diolah

Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa dari 5 pernyataan

yang disebarkan kepada 30 responden, keseluruhannya dinyatakan valid yaitu item

nomor : 24, 25, 26, 27, dan 28.

Adapun perhitungan uji validitas untuk variabel kompetensi sosial (X4) dapat

[image:36.612.114.524.251.432.2]

dilihat pada tabel 3.7 sebagai berikut.

Tabel 3.7

Hasil Uji validitas Variabel X4 (Kompetensi Sosial)

No Item Lama No Item Baru Nilai Korelasi (rxy) R tabel (n=30, α=5%) Keputusan

29 33 0,753 0,301 Valid

30 34 0,791 0,301 Valid

31 35 0,856 0,301 Valid

(37)

Lia Anggraeni, 2014

Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa dari 3 pernyataan

yang disebarkan kepada 30 responden, keseluruhannya dinyatakan valid yaitu item

nomor : 29, 30, dan 31.

Adapun perhitungan uji validitas untuk variabel motivasi belajar (Y) dapat

[image:37.612.114.528.250.520.2]

dilihat pada tabel 3.8 sebagai berikut.

Tabel 3.8

Hasil Uji validitas Variabel Y (Motivasi Belajar)

No Item Lama

No Item Baru

Nilai Korelasi (rxy)

R tabel (n=30, α=5%)

Keputusan

32 36 0,296 0,301 Tidak Valid

33 37 0,704 0,301 Valid

34 38 0,657 0,301 Valid

35 39 0,730 0,301 Valid

36 40 0,273 0,301 Tidak Valid

37 41 0,444 0,301 Valid

38 42 0,658 0,301 Valid

39 43 0,566 0,301 Valid

40 44 0,726 0,301 Valid

41 45 0,815 0,301 Valid

42 46 0,399 0,301 Valid

43 47 0,739 0,301 Valid

Sumber: Data diolah

Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa dari 12

pernyataan yang disebarkan kepada 30 responden, hanya 10 pernyataan yang

dinyatakan valid yaitu item nomor : 33, 34, 35, 37, 38, 39, 40, 41, 42, dan 43.

Sedangkan jumlah pernyataan yang tidak valid berjumlah 2 buah yaitu item nomor :

32 dan 36. Pernyataan yang tidak memenuhi kriteria atau yang tidak valid tersebut

(38)

pernyataan tambahan pada pengujian instrumen kedua sehingga jumlah pernyataan

berjumlah 16 buah. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya pernyataan yang

tidak valid pada sebuah indikator.

Selanjutnya merupakan hasil pengujian instrumen penelitian kedua dari tiap

variabel yaitu variabel kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi

profesional, kompetensi sosial, dan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran

akuntansi.

Berdasarkan perhitungan uji validitas untuk variabel kompetensi pedagogik

(X1) dapat dilihat pada tabel 3.9 sebagai berikut.

Tabel 3.9

Hasil Uji validitas Variabel X1 (Kompetensi Pedagogik)

No Item Lama

No Item Baru

Nilai Korelasi (rxy)

R tabel

(n=30, α=5%) Keputusan

1 1 0,469 0,276 Valid

2 2 0,657 0,276 Valid

3 3 0,535 0,276 Valid

4 4 0,486 0,276 Valid

5 5 0,642 0,276 Valid

6 6 0.537 0,276 Valid

7 7 0,522 0,276 Valid

8 0,267 0,276 Tidak Valid

9 8 0,704 0,276 Valid

10 9 0,668 0,276 Valid

11 0,219 0,276 Tidak Valid

12 10 0,376 0,276 Valid

13 0,358 0,276 Valid

14 11 0,460 0,276 Valid

15 0,277 0,276 Valid

16 0,141 0,276 Tidak Valid

(39)

Lia Anggraeni, 2014

18 13 0,688 0,276 Valid

Sumber: Data diolah

Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa dari 18

pernyataan yang disebarkan kepada 30 responden, hanya 13 pernyataan yang

dinyatakan valid yaitu item nomor : 1,2,3,4,5,6,7,9,10,12,14,17, dan 18. Sedangkan

jumlah pernyataan yang tidak valid berjumlah 5 buah yaitu item nomor : 8, 11, 13,

15, dan 16. Pernyataan yang tidak memenuhi kriteria atau yang tidak valid tersebut

kemudian dapat dihilangkan sehingga jumlah pernyataan yang memenuhi kriteria

validitas berjumlah 13 pernyataan.

Berdasarkan perhitungan uji validitas untuk variabel kompetensi kepribadian

(X2) dapat dilihat pada tabel 3.10 sebagai berikut.

Tabel 3.10

Hasil Uji validitas Variabel X2 (Kompetensi Kepribadian)

No Item Lama

No Item Baru

Nilai Korelasi (rxy)

R tabel

(n=30, α=5%) Keputusan

19 14 0,391 0,276 Valid

20 15 0,492 0,276 Valid

21 16 0,836 0,276 Valid

22 17 0,563 0,276 Valid

23 18 0,523 0,276 Valid

24 19 0,784 0,276 Valid

25 20 0,698 0,276 Valid

26 21 0,842 0,276 Valid

27 22 0,704 0,276 Valid

Sumber: Data diolah

Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa dari 9 pernyataan

yang disebarkan kepada 30 responden, keseluruhannya dinyatakan valid yaitu item

(40)

Berdasarkan perhitungan uji validitas untuk variabel kompetensi profesional

(X3) dapat dilihat pada tabel 3.12 sebagai berikut.

Tabel 3.12

Hasil Uji validitas Variabel X3 (Kompetensi Profesional)

No Item Lama

No Item Baru

Nilai Korelasi (rxy)

R tabel

(n=30, α=5%) Keputusan

28 23 0,770 0,276 Valid

39 24 0,724 0,276 Valid

30 25 0,424 0,276 Valid

31 26 0,717 0,276 Valid

32 27 0,526 0,276 Valid

Sumber: Data diolah

Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa dari 5 pernyataan

yang disebarkan kepada 30 responden, keseluruhannya dinyatakan valid yaitu item

nomor : 28, 29, 30, 31, dan 32.

Adapun perhitungan uji validitas untuk variabel kompetensi sosial (X4) dapat

dilihat pada tabel 3.13 sebagai berikut.

Tabel 3.13

Hasil Uji validitas Variabel X4 (Kompetensi Sosial)

No Item Lama No Item Baru Nilai Korelasi (rxy) R tabel (n=30, α=5%)

Keputusan

33 28 0,725 0,276 Valid

34 29 0,643 0,276 Valid

35 30 0,850 0,276 Valid

(41)

Lia Anggraeni, 2014

Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa dari 3 pernyataan

yang disebarkan kepada 30 responden, keseluruhannya dinyatakan valid yaitu item

nomor : 33, 34, dan 35.

Adapun perhitungan uji validitas untuk variabel motivasi belajar (Y) dapat

[image:41.612.115.526.251.578.2]

dilihat pada tabel 3.14 sebagai berikut.

Tabel 3.14

Hasil Uji validitas Variabel Y (Motivasi Belajar)

No Item Lama

No Item Baru

Nilai Korelasi (rxy)

R tabel (n=30, α=5%)

Keputusan

36 -0,002 0,276 Tidak Valid

37 31 0,992 0,276 Valid

38 32 0,595 0,276 Valid

39 33 0,405 0,276 Valid

40 34 0,672 0,276 Valid

41 35 0,610 0,276 Valid

42 0,257 0,276 Tidak Valid

43 36 0,472 0,276 Valid

44 37 0,661 0,276 Valid

45 38 0,507 0,276 Valid

46 39 0,438 0,276 Valid

47 40 0,690 0,276 Valid

48 41 0,661 0,276 Valid

49 42 0,802 0,276 Valid

50 43 0,538 0,276 Valid

51 44 0,5233 0,276 Valid

Sumber: Data diolah

Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat dilihat bahwa dari 16

pernyataan yang disebarkan kepada 30 responden, hanya 14 pernyataan yang

(42)

dan 51. Sedangkan jumlah pernyataan yang tidak valid berjumlah 2 buah yaitu item

nomor : 36 dan 42. Pernyataan yang tidak memenuhi kriteria atau yang tidak valid

tersebut kemudian dapat dihilangkan sehingga jumlah pernyataan yang memenuhi

kriteria validitas berjumlah 14 pernyataan.

3.5.2 Reliabilitas

Menurut Arikunto, S (2009:86), “suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf

kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka

pengertian reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan tes.”

Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun

internal. Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis

konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu.

Dalam penelitian kali ini, penulis menghitung uji reliabilitas dengan

menggunakan rumus Alpha :

Arikunto,S (2009:109)

Keterangan :

r11 = Reliabilitas yang dicari n = Jumlah item

(43)

Lia Anggraeni, 2014

Untuk mencari nilai varians per item digunakan rumus varians sebagai

Arikunto, S (2009:110) Keterangan :

= Harga varians tiap butir

= Jumlah kuadrat jawaban responden dan setiap item = Jumlah skor seluruh responden dari setiap item N = Jumlah responden

Kemudian untuk mencari nilai varian total maka menggunakan rumus sebagai berikut :

Arikunto, S (2009:112)

Keterangan :

= Harga varians total

= Jumlah kuadrat skor total responden ( ) = Jumlah skor total responden

N = Jumlah responden

Setelah diperoleh nilai rxy dikonsultasikan dengan rtabel dengan taraf

signifikansi 5%. Adapun kriteria pengujian instrumen dapat dikatakan reliabel adalah

dengan ketentuan :

1. Jika r11 > rtabel, maka hasil perhitungan dinyatakan reliabel

2. Jika r11 ≤ rtabel, maka hasil perhitungan dinyatakan tidak reliabel

Uji reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan

kuesioner kepada 30 responden. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan

(44)

Berdasarkan pengujian instrumen pertama, didapatkan hasil perhitungan

reliabilitas variabel kompetensi pedagogik didapatkan hasil perhitungan sebesar

0,625. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel r product moment dengan

diperoleh harga rtabel untuk 30 responden adalah 0,301 dengan α=5%. Karena rhitung >

rtabel maka pernyataan dalam kuesioner tersebut dinyatakan reliabel pada taraf

kepercayaan 95%.

Uji reliabilitas pada variabel kompetensi kepribadian didapatkan hasil

perhitungan sebesar 0,702. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel r

product moment dengan diperoleh harga rtabel untuk 30 responden adalah 0,301

dengan α=5%. Karena rhitung > rtabel maka pernyataan dalam kuesioner tersebut

dinyatakan reliabel pada taraf kepercayaan 95%.

Uji reliabilitas pada variabel kompetensi profesional didapatkan hasil

perhitungan sebesar 0,746. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel r

product moment dengan diperoleh harga rtabel untuk 30 responden adalah 0,301dengan α=5%. Karena rhitung > rtabel maka pernyataan dalam kuesioner tersebut

dinyatakan reliabel pada taraf kepercayaan 95%.

Uji reliabilitas pada variabel kompetensi sosial didapatkan hasil perhitungan

sebesar 0,823. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel r product moment

dengan diperoleh harga rtabel untuk 30 responden adalah 0,301dengan α=5%. Karena

rhitung > rtabel maka pernyataan dalam kuesioner tersebut dinyatakan reliabel pada taraf

(45)

Lia Anggraeni, 2014

Uji reliabilitas pada variabel motivasi belajar didapatkan hasil perhitungan

sebesar 0,749. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel r product moment

dengan diperoleh harga rtabel untuk 30 responden adalah 0,301 dengan α=5%. Karena

rhitung > rtabel maka pernyataan dalam kuesioner tersebut dinyatakan reliabel pada taraf

kepercayaan 95%.

Oleh karena itu, seluruh item pernyataan kuesioner pada pengujian instrumen

pertama yang disebarkan kepada 30 responden dapat dikategorikan reliabel karena

rhitung > rtabel.

Adapun pada pengujian instrumen kedua, hasil perhitungan reliabilitas

variabel kompetensi pedagogik didapatkan hasil perhitungan sebesar 0,733. Hasil

tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel r product moment dengan diperoleh

harga rtabel untuk 30 responden adalah 0,276 dengan α=5%. Karena rhitung > rtabel maka

pernyataan dalam kuesioner tersebut dinyatakan reliabel pada taraf kepercayaan 95%.

Uji reliabilitas pada variabel kompetensi kepribadian didapatkan hasil

perhitungan sebesar 0,734. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel r

product moment dengan diperoleh harga rtabel untuk 30 responden adalah 0,276

dengan α=5%. Karena rhitung > rtabel maka pernyataan dalam kuesioner tersebut

dinyatakan reliabel pada taraf kepercayaan 95%.

Uji reliabilitas pada variabel kompetensi profesional didapatkan hasil

perhitungan sebesar 0,753. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel r

(46)

dengan α=5%. Karena rhitung > rtabel maka pernyataan dalam kuesioner tersebut

dinyatakan reliabel pada taraf kepercayaan 95%.

Uji reliabilitas pada variabel kompetensi sosial didapatkan hasil perhitungan

sebesar 0,796. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel r product moment

dengan diperoleh harga rtabel untuk 30 responden adalah 0,276 dengan α=5%. Karena

rhitung > rtabel maka pernyataan dalam kuesioner tersebut dinyatakan reliabel pada taraf

kepercayaan 95%.

Uji reliabilitas pada variabel motivasi belajar didapatkan hasil perhitungan

sebesar 0,735. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel r product moment

dengan diperoleh harga rtabel untuk 30 responden adalah 0,276 dengan α=5%. Karena

rhitung > rtabel maka pernyataan dalam kuesioner tersebut dinyatakan reliabel pada taraf

kepercayaan 95%.

Oleh karena itu, seluruh item pernyataan kuesioner yang disebarkan kepada

30 responden dapat dikategorikan reliabel karena rhitung > rtabel.

3.6 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Uji Normalitas data

Data sebelum diolah menggunakan pengujian infarensi parametrik

maupun non parametrik harus diuji normalitas. Pengujian normalitas data

bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi penelitian

masing-masing variabel penelitian. Apabila data berdistribusi normal maka

(47)

Lia Anggraeni, 2014

dilihat dari grafik plot linier dan histogram. Priyatno (2009:144) menyatakan

bahwa beberapa metode uji normalitas yaitu dengan melihat penyebaran data

pada sumber diagonal pada grafik normal P-P Plot of regression standardized

residual. Jika titik-titik menyebar sekitar garis dan mengikuti garis diagonal

maka nilai residual tersebut telah normal.

Dengan demikian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk

menentukan data berdistribusi normal dilihat apabila tersebar mengikuti garis

normal. Sebaliknya jika data yang tersebut tidak mengikuti garis normal maka

data tersebut dikatakan tidak berdistribusi normal. Dalam penelitian ini, uji

normalitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS V.21.0 for

windows.

2. Analisis Korelasi Berganda

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

korelasi berganda. Menurut Hasan (2003:270) bahwa :

Korelasi linear berganda merupakan alat ukur mengenai hubungan yang terjadi antara variabel terikat (variabel Y) dan dua atau lebih variabel bebas (X1, X2, …, Xk). Analisis korelasinya menggunakan tiga koefisien korelasi yaitu koefisien determinasi berganda, koefisien korelasi berganda, dan koefisien korelasi parsial.

Dalam perhitungan koefisien korelasi, peneliti menggunakan software

(48)

a. Menentukan korelasi ganda antara X1,X2, X3, X4, terhadap Y

Dengan rumusan hipotesis statistik :

Ho : R = 0 Kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi profesional, dan kompetensi sosial guru berpengaruh

positif terhadap motivasi belajar siswa.

Ha : R ≠ 0 Kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi profesional, dan kompetensi sosial guru tidak berpengaruh

positif terhadap motivasi belajar siswa

b. Menentukan koefisien korelasi parsial

1) Menentukan koefisien korelasi parsial antara Y dan X1 dengan

menganggap X2, X3, X4 sebagai konstan dalam bentuk rumus

sebagai berikut :

Sudjana (2002:385) 2) Menentukan koefisien korelasi parsial Y dan X2 dengan

menganggap X1, X3, X4 sebagai konstan dalam bentuk rumus

sebagai berikut :

(49)

Lia Anggraeni, 2014

3) Menentukan koefisien korelasi parsial Y dan X3 dengan

menganggap X1, X2, X4 sebagai konstan dalam bentuk rumus

sebagai berikut :

Sudjana (2002:385) 4) Menentukan koefisien korelasi parsial Y dan X4 dengan

menganggap X1, X2, X3 sebagai konstan dalam bentuk rumus

sebagai berikut :

Sudjana (2002:385)

Dengan rumusan hipotesis sebagai berikut :

a) Ho : ry1 = 0 Kompetensi pedagogik guru tidak berpengaruh positif

terhadap motivasi belajar siswa

Ha : ry1 > 0 Kompetensi pedagogik guru berpengaruh positif

terhadap motivasi belajar siswa

b) Ho : ry2 = 0 Kompetensi kepribadian guru tidak berpengaruh

positif terhadap motivasi belajar siswa

Ha : ry2 > 0 Kompetensi kepribadian guru berpengaruh positif

(50)

c) Ho : ry3 = 0 Kompetensi profesional guru tidak berpengaruh positif

terhadap motivasi belajar siswa

Ha : ry3 > 0 Kompetensi profesional guru berpengaruh positif

terhadap motivasi belajar siswa

d) Ho : ry4 = 0 Kompetensi sosial guru tidak berpengaruh positif

terhadap motivasi belajar siswa

Ha : ry4 > 0 Kompetensi sosial guru berpengaruh positif terhadap

motivasi belajar siswa

Kemudian diuji signifikansi koefisien korelasi parsial dengan rumus :

Sudjana (2002:386)

Dengan syarat pengambilan keputusan sebagai berikut :

a) Ho diterima dan Ha ditolak jika thitung ≤ ttabel

b) Ho ditolak dan Ha diterima jika thitung > ttabel

c. Menghitung Koefisien Determinasi

Menurut Hasan (2003:274), “koefisien determinasi atau koefisien

penentu parsial merupakan penentu antara dua variabel jika variabel lainnya

dianggap konstan, pada hubungan yang melibatkan lebih dari dua variabel.”

Adapun tujuan koefisien determinasi menurut Hasan (2003:274)

(51)

Lia Anggraeni, 2014

Dengan koefisien penentu parsial ini dapat diketahui besarnya sumbangan satu variabel bebas terhadap variasi atau naik turunnya nilai variabel terikat (Y), jika variabel bebas lainnya dianggap konstan. Dari koefisien penentu parsial inilah dapat diketahui faktorr yang dominan mempengaruhi variabel terikat (Y).

Besarnya koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

KD = (r)2 x 100%

Sudjana (2002:386)

Keterangan :

KD = Besarnya pengaruh variabel x terhadap y

(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Kompetensi guru yang meliputi kompetensi pedagogik berada dalam kategori

tinggi, artinya menurut penilaian sebagian besar siswa guru sudah mampu

memahami peserta didik secara mendalam, merancang pembelajaran termasuk

memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran,

melaksanakan pembelajaran, melaksanakan evaluasi pembelajaran, dan

mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensinya sesuai

dengan harapan siswa. Kompetensi kepribadian berada dalam ketegori

sedang, artinya menurut penilaian sebagian besar siswa, guru sudah cukup

mampu memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa dan arif, serta

berakhlak mulia sesuai dengan harapan siswa. Kompetensi profesional berada

dalam kategori sedang, artinya menurut penilaian sebagian besar siswa, guru

sudah cukup menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidangnya

dan memahami struktur dan metode keilmuan yang sesuai dengan harapan

(53)

Lia Anggraeni, 2014

kategori sedang. Sedangkan kompetensi sosial berada dalam kategori tinggi,

artinya menurut penilaian sebagian besar siswa, guru sudah mampu memiliki

kemampuan dalam berinteraksi dan bergaul dengan siswa, guru dan tenaga

kependidikan, serta orangtua/wali dan lingkungan masyarakat.

2. Motivasi belajar siswa kelas XI IPS di SMAN 14 Bandung berada dalam

kategori sedang, artinya menurut penilaian sebagian besar siswa, tingkat

motivasi belajar siswa belum begitu mendalam atau sedang.

3. Berdasarkan perhitungan statistik secara simultan (bersama-sama),

kompetensi pedagogik , kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan

kompetensi sosial guru akuntansi di SMAN 14 Bandung memiliki pengaruh

pengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa sebesar 37%. Sedangkan

pengaruh kompetensi guru secara parsial yaitu kompetensi pedagogik

berpengaruh negatif terhadap motivasi belajar sebesar 25,70%, kompetensi

kepribadian berpengaruh negatif terhadap motivasi belajar sebesar 9,79%,

kompetensi profesional berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa

sebesar 29,81% dan kompetensi sosial berpengaruh negatif terhadap motivasi

belajar sebesar 15,84%

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis menyampaikan beberapa

(54)

pihak yang memerlukan. Adapun saran yang penulis sampaikan adalah sebagai

berikut :

1. Bagi Sekolah

Penulis memberikan saran kepada pihak sekolah untuk memberikan

dukungan bagi peningkatan kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Hal

ini dapat dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya mengadakan

pelatihan untuk dapat memperbaharui dan meningkatkan kompetensi guru di

sekolah.

2. Bagi Guru Akuntansi

Guru akuntansi hendaknya senantiasa mempertahankan dan

meningkatkan yang dimilikinya yang meliputi kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Hal

ini semata-mata agar dapat tercapainya tujuan pembelajaran yang akan

berdampak langsung pada keberhasilan pendidikan.

Dari hasil gambaran umum, secara keseluruhan kompetensi

pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional yang dimiliki

oleh guru akuntansi di SMAN 14 Bandung berada dalam kategori sedang,

sedangkan kompetensi sosial berada dalam kategori tinggi.

Oleh karena itu, upaya yang perlu dilakukan oleh guru adalah dengan

(55)

Lia Anggraeni, 2014

tersebut. Misalnya dalam kompetensi pedagogi masih terdapat beberapa

indikator yang memiliki penilaian yang rendah dari siswa. Diantaranya adalah

guru belum begitu memahami peserta didik secara mendalam, merancang

pembelajaran termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan

pembelajaran, dan mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensinya. Hendaknya guru mencari tahu dan memperbaharui

ilmunya mengenai bagaimana cara agar dapat memahami peserta didik

dengan mencoba beberapa pendekatan yang dapat menciptakan hubungan

emosional antara keduanya, guru melakukan suatu terobosan dan

pengembangan baru dalam merancang pembelajaran termasuk memahami

landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran, dan guru senantiasa

mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya

baik di bidang akademik maupun non akademik yang berhubungan dengan

mata pelajaran akuntansi. Sehingga nantinya guru dapat meningkatkan gairah

dan motivasi belajar siswa.

Dalam kompetensi kepribadian, hendaknya guru selalu menjaga etika

dan akhlaknya sehingga siswa dapat meniru dan menjadikan guru sebagai

teladan. Namun berdasarkan hasil perolehan data masih ditemukan penilaian

dalam kategori rendah yang memiliki nilai tertinggi dibandingkan indikator

yang lainnya. Diantaranya adalah kepribadian yang dewasa, kepribadian yang

Gambar

Gambar 2.1 Hierarki Kebutuhan Maslow …………………………………………...35
Tabel 1.1 Gambaran Sementara Motivasi Belajar Siswa
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.2 Data Siswa Kelas XI IPS SMAN 14 Bandung
+5

Referensi

Dokumen terkait

Borland Delphi 7.0 adalah sebuah bahasa pemrograman komputer yang berasal dari bahasa pemrograman Pascal. Dengan bahasa Pemrograman Delphi kita dapat membuat program-program

diinisiakan jika kuat sinyal yang diterima pada base station (BS) yang akan dituju lebih kuat berdasarkan nilai histeresisnya daripada kuat sinyal dari BS yang sedang

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan. ©

Pengaruh Fraud Triangle Terhadap Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efekindonesia (BEI).Jurnal Manajemen dan Bisnis

Diffusion bonding : Mono filament diperkuat AMCs terutama dihasilkan oleh ikatan difusi (foil-serat-foil) rute atau oleh penguapan lapisan yang relatif tebal dari

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah tes, observasi, wawancara, dan angket. Dengan empat teknik pengumpulan data yang digunakan

A Peringatan Hari Kartini Di Pemerintah Kota Yogayakarta Launching Bank Buku Perpustakaan Kota. Pemkot Siap Hadapi

Institusional, adalah keluarga yang terdiri dari anak-anak atau orang dewasa yang tinggal dalam satu panti.. Comunal, adalah keluarga yang berada dalam satu rumah terdiri dari