• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DANINTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DANINTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE

DEMONSTRATION DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

FISIKA SISWA SMA

Skripsi

Diajukan sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

Oleh:

Ragil Dimas Pamungkas

0905564

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

RAGIL DIMAS PAMUNGKAS

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE

DEMONSTRATION DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

FISIKA SISWA SMA

Disetujui dan disahkan oleh Pembimbing: Pembimbing I

Dr. Setiya Utari NIP. 196707251992032002

Pembimbing II

Judhistira Aria Utama, M.Si NIP. 197703312008121001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

(3)

2

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE

DEMONSTRATION DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

SMA

Oleh:

Ragil Dimas Pamungkas

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Ragil Dimas Pamungkas

Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang,

(4)

3

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENERAPAN MODEL

DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA” ini dan seluruh isinya

adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan

dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat

kelimuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung segala resiko yang dijatuhkan

kepada saya apabila karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya.

Bandung, Februari 2014

Penulis,

Ragil Dimas Pamungkas

(5)

4

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

(6)

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN

INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

SMA

R.D. Pamungkas, S. Utari.

2

, J.A. Utama.

3

Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia

ragil.dimas@student.upi.edu, su@upi.edu, j.aria.utama@upi.edu

ABSTRAK

Penerapan Model Discovery Learning dan Interactive Demonstration dalam Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA

Proses pembelajaran fisika di sebuah sekolah menengah hanya terjadi transfer pengetahuan saja sehingga berdampak pada hasil pemahaman siswa yang kurang sistematis dan tidak komprehensif. Buruknya pemahaman siswa yang dimaksud terlihat dari hasil belajar kognitif siswa yang buruk dan sangat jauh dari harapan. Oleh sebab itu, perlu adanya langkah solutif yang dianggap mampu meningkatkan hasil belajar siswa ranah kognitif, yakni dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif. Dilakukanlah penelitian dengan menerapkan dua model Levels of Inquiry paling sederhana, yakni Discovery Learning dan Interactive Demonstration untuk meningkatkan hasil belajar kognitif fisika siswa dengan menggunakan Counter-balanced Design untuk membandingkan peningkatan hasil belajar kognitif dari kedua penerapan model pembelajaran tersebut serta menguji konsistensi dari keberhasilan model yang diterapkan. Uji hipotesis (Uji Median) pertama menunjukkan bahwa penerapan Discovery Learning lebih baik dibandingkan penerapan Interactive Demonstration dalam meningkatkan hasil belajar ranah kognitif. Uji hipotesis kedua juga menunjukkan bahwa Discovery Learning lebih baik dibandingkan penerapan Interactive Demonstration dalam meningkatkan hasil belajar ranah kognitif. Secara umum, penerapan Discovery Learning lebih unggul daripada penerapan Interactive Demonstration dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa SMA. Meskipun kedua model diterapkan pada masing-masing dua kelas (sesuai dengan counterbalanced-design) dan pada materi yang berbeda-beda, Discovery Learning tetap lebih unggul (konsisten).

(7)

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Implementation of Discovery Learning and Interactive Demonstration model to Increase Physics Learning Result in Senior High School

The learning and teaching process of physics in a SHS (Senior High School) is

occured knowledge transfer only, so it’s impact to the student comprehension that less sistematic and comprehensive. The poor of comprehension student is showed from Learning Result of Cognitive that so bad and so far from the expectation.

Therefore, it’s necessary to applied the solutive solving that reputed capable to

gain the cognitive learning result of cognitive, that is with apply the inovative

model. There’s implemeted two simplest model of Levels of Inquiry, these are Discovery Learning and Interactive Demonstration for increasing the learning physics result of cognitive with apply Counter-balance Design for comparing the gain of the learning result of cognitive of the both learning model implementation and also for testing the consistencion from the success of the two model that applied. The first hypothesis test (Median Test) show that the implementation of Discovery Learning is better than Interactive Demonstration to increase learning result of cognitive. The second hypothesis test also show that the implementation of Discovery Learning is better than Interactive Demonstration to increase learning result of cognitive. Generally, the implementation of Discovery Learning is superior than Interactive Demonstration to increase learning result of cognitive SHS student. Although the both of model is applied in each different class order (following counter-balanced design) and in different material, Discovery Learning is still superior (consistent).

(8)

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH... v

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 8

A. Levels of Inquiry ... 8

1. Discovery Learning ... 10

2. Interactive Demonstration ... 16

B. Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 20

C. Sintaks Pembelajaran ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 29

B. Hipotesis ... 30

C. Desain Penelitian ... 31

D. Metode... 31

E. Definisi Operasional... 32

F. Instrumen Penelitian... 32

G. Proses Pengembangan Instrumen ... 33

1. Validitas ... 33

(9)

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Tingkat Kesukaran ... 35

4. Daya Pembeda Soal... 35

5. Keterlaksanaan Pembelajaran ... 36

H. Teknik Pemngumpulan Data ... 36

I. Teknik Analisis Data ... 37

1. Uji Normalitas ... 37

2. Uji Homogenitas ... 37

3. Uji t ... 38

4. Uji Median ... 39

5. Menghitung Gain Score ... 39

J. Analisis Uji Instrumen ... 40

BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA ... 43

A. Temuan Hasil Penelitian ... 43

1. Uji Hipotesis ke-1 ... 43

2. Uji Hipotesis ke-2 ... 45

B. Analisis Proses ... 47

1. Keterlaksanaan Model Pembelajaran ... 48

2. Pengolahan Kuisioner ... 54

C. Diskusi dan Pembahasan ... 56

1. Implementasi Model Pembelajaran ... 56

2. Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 57

3. Aktivitas Guru dan Siswa terhadap Penerapan Model ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 63

(10)

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Levels of Inquiry Model ... 10

Tabel 2.2. Sintaks Pembelajaran Kelas ke-1 ... 22

Tabel 2.3. Sintaks Pembelajaran Kelas ke-2 ... 25

Tabel 3.1. Counter Balanced Design ... 31

Tabel 3.2. Interpretasi Validitas ... 33

Tabel 3.3. Interpretasi Reliabilitas ... 34

Tabel 3.4. Interpretasi Tingkat Kesukaran ... 35

Tabel 3.5. Interpretasi Daya Pembeda Soal ... 35

Tabel 3.6. Persentase Keterlaksanan Pembelajaran ... 36

Tabel 3.7. Uji Instrumen Soal ... 40

Tabel 4.1. Homogenitas Pre-test ke-1... 44

Tabel 4.2. Homogenitas Pre-test ke-2... 46

Tabel 4.3. Pelaksanaan Penelitian ... 49

Tabel 4.4. Tahap-tahap Pembelajaran DL-ID ... 49

Tabel 4.5. Persentase Keteraksanaan Model Pertemuan ke-1 kelas X.H... 50

Tabel 4.6. Persentase Keteraksanaan Model Pertemuan ke-2 kelas X.H... 51

(11)

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.8. Persentase Keteraksanaan Model Pertemuan ke-4 kelas X.H... 52

Tabel 4.9. Persentase Keteraksanaan Model Pertemuan ke-1 kelas X.E ... 52

Tabel 4.10. Persentase Keteraksanaan Model Pertemuan ke-2 kelas X.E ... 53

Tabel 4.11. Persentase Keteraksanaan Model Pertemuan ke-3 kelas X.E ... 53

Tabel 4.12. Persentase Keteraksanaan Model Pertemuan ke-4 kelas X.E ... 54

Tabel 4.13. Instrumen Kuisioner untuk Siswa ... 54

Tabel 4.14. Instrumen Kuisioner untuk Observer ... 55

Tabel 4.15. Pengolahan Data Instrumen Kuisioner ... 55

Tabel 4.16. Distribusi Ranah Kognitif dalam Soal ... 57

Tabel 4.17. Persentase Aktivitas Guru dan Siswa... 59

(12)

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Grafik 3.1. Uji Pihak Kanan ... 30

(13)

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A – Studi Pendahuluan ... 66

1. Sampel hasil UTS siswa ... 67

2. Hasil Observasi Studi Pendahuluan ... 71

Lampiran B - Perangkat Pembelajaran ... 76

1. RPP Discovery Learning Pertemuan ke-1 dan ke-2 ... 77

2. RPP Interactive Demonstration Pertemuan ke-1 dan ke-2 ... 86

3. RPP Interactive Demonstration Pertemuan ke-3 ... 95

4. RPP Discovery Learning Pertemuan ke-3... 101

5. RPP Interactive Demonstration Pertemuan ke-4 ... 107

6. RPP Discovery Learning Pertemuan ke-4... 113

7. LKS Pertemuan ke-1 ... 119

8. LKS Pertemuan ke-2 ... 121

9. LKS Pertemuan ke-3 ... 123

10.LKS Pertemuan ke-4 ... 125

Lampiran C – Analisis Uji Instrumen ... 127

1. Analisis Validitas Instrumen ... 128

2. Analisis Reliabilitas Instrumen ... 131

3. Analisis Tingkat Kesukaran Instrumen ... 132

(14)

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lampiran D – Instrumen Penelitian ... 136

1. Instrumen Pilihan Ganda Ranah Kognitif ... 137

2. Lembar Observasi DL Pertemuan ke-1 ... 156

3. Lembar Observasi ID Pertemuan ke-1 ... 160

4. Lembar Observasi DL Pertemuan ke-2 ... 164

5. Lembar Observasi ID Pertemuan ke-2 ... 168

6. Lembar Observasi ID Pertemuan ke-3 ... 172

7. Lembar Observasi DL Pertemuan ke-3 ... 176

8. Lembar Observasi ID Pertemuan ke-4 ... 179

9. Lembar Observasi DL Pertemuan ke-4 ... 183

10.Angket Keterlaksanaan Pembelajaran... 186

Lampiran E – Hasil Penelitian ... 188

1. Uji Homogenitas Pre-test ke-1... 189

2. Uji Normalitas Gain-score ke-1 ... 191

3. Uji Hipotesis ke-1 ... 193

4. Uji Homogenitas Pre-test ke-2... 195

5. Uji Normalitas Gain-score ke-2 ... 197

6. Uji Hipotesis ke-2 ... 199

7. Keterlaksanaan Pembelajaran X.H ... 201

8. Keterlaksanaan Pembelajaran X.E ... 205

9. Hasil Angket ... 209

Lampiran F – Dokumentasi Penelitian ... 210

1. Foto-foto Penelitian ... 211

2. Lembar Permohonan Izin Penelitian ... 213

3. Lembar Kesediaan Penilaian Instrumen... 214

4. Lembar Perbaikan Proposal Skripsi ... 217

5. Surat Keterangan Selesai Melaksanakan Penelitian ... 218

(15)

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7. Hasil Diskusi dengan Dr. Carl J. Wenning via E-mail ... 220

8. Lembar Kesediaan Tim Penelaah Naskah Skripsi ... 223

(16)

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Fisika sebagai salah satu bagian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) merupakan mata pelajaran yang diberikan kepada siswa, baik pada sekolah

dasar maupun sekolah menengah. Mata pelajaran fisika dapat melatih berbagai

kemampuan yang dianggap penting, seperti kemampuan dalam melakukan

metode ilmiah, kemampuan dalam berpikir analisis induktif dan deduktif,

kemampuan dalam menguasai konsep dan prinsip fisika, serta melatih

keterampilan dalam mengembangkan pengetahuan (Permendiknas no. 23 tahun

2006). Kemampuan-kemampuan tersebut dipandang penting sebagai bekal yang

diperoleh bagi kehidupan siswa kelak agar mampu menyesuaikan diri terhadap

perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sebagai dampak dari

globalisasi.

Berdasarkan uraian di atas, proses pembelajaran fisika hendaknya berisi

kegiatan-kegiatan yang membuat siswa dapat mengembangkan

kemampuan-kemampuan yang telah disebutkan di atas untuk memecahkan suatu masalah.

Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya adalah merumuskan masalah, mengajukan

dan menguji hipotesis, menentukan variabel, merancang dan merakit instrumen,

mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, menarik kesimpulan, serta

mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis (Permendiknas no.

22 tahun 2006). Dengan adanya kegiatan-kegiatan yang tertulis dalam

Permendiknas no. 22 tahun 2006 tersebut, pembelajaran fisika idealnya tidak

hanya merupakan kegiatan pengumpulan fakta-fakta, konsep-konsep, atau

prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan sebuah proses penemuan (Depdiknas, 2006),

sehingga hakekat IPA sebagai kombinasi antara produk dan proses dapat

terlaksana dengan baik (Wenning, 2011).

Berdasarkan hasil observasi, proses pembelajaran fisika dirasakan masih

(17)

2

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

41 tahun 2007. Kesempatan siswa dalam membangun konsep belum terfasilitasi

dengan baik, transer pengetahuan secara langsung kerap kali terjadi di dalam

proses pembelajaran. Diantara 27 indikator pelaksanaan pembelajaran yang sesuai

dengan permendiknas no. 41 tahun 2007, hanya terdapat 12 indikator yang

terlaksana. Indikator yang tak terlaksana adalah 15, beberapa diantaranya adalah:

1. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang

topik/ tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam

takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber

2. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran,

dan sumber belajar lain

3. Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta

didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya

4. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan

masalah, dan bertindak tanpa rasa takut

5. Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif

6. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan

baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok

7. Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan relasi kerja individual

maupun kelompok

Beberapa indikator yang tidak terlaksana tersebut merupakan bagian dari inti

proses pembelajaran yang secara tersirat mengandung kegiatan-kegiatan inkuiri

atau bereksperimen.

Hasil wawancara terhadap guru menunjukkan bahwa, guru mengalami

kesulitan dalam menyampaikan konsep pada materi pembelajaran fisika tertentu

di kelas X yang cenderung abstrak dan gejala fisisnya tak kasat mata. Materi

pembelajaran fisika yang dimaksud diantaranya adalah kelistrikkan dan

suhu-kalor. Dalam mengatasi kesulitan tersebut, guru berupaya melakukan penjelasan

(ceramah) dengan cara melakukan analogi-analogi pada konsep tersebut agar

siswa mudah memahaminya, misalnya menganalogikan aliran arus listrik sebagai

(18)

3

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Guru menyadari bahwa model pembelajaran yang dipersiapkan dan dilakukan

memang jauh dari harapan karena dalam proses pembelajaran hanya terjadi

transfer pengetahuan saja dan berdampak pada hasil pemahaman siswa yang

kurang sistematik dan komprehensif (Wenning, 2010). Meskipun demikian, guru

telah berupaya semaksimal mungkin dengan mempertimbangkan alokasi waktu

pembelajaran fisika yang sangat minim serta dengan memanfaatkan sarana dan

prasarana yang terdapat di sekolah.

Tidak efektifnya model pembelajaran yang diterapkan pada sekolah yang

akan diteliti terlihat pada hasil belajar kognitif siswa, antara lain rendahnya hasil

Ujian Tengah Semester (UTS) saat itu adalah untuk kelas pertama skor rerata

kelas 3,836 dengan skor maksimum 8,75 dan minimum 2,25, untuk kelas kedua

skor rerata kelas 3,343 dengan skor maksimum 4,75 dan skor minimum 2,25

(rentang skor 0-10). Hasil analisis per butir soal UTS untuk ranah kognitif

menunjukkan bahwa, terdapat 22,5% siswa mampu menjawab benar pada ranah

C1, 2,113% pada ranah C2, 8,4% pada ranah C3, dan hanya 4,9% pada ranah C4

dari 71 siswa (dua kelas).

Berdasarkan uraian di atas, proses pembelajaran perlu diterapkan model

pembelajaran yang inovatif dan dianggap mampu meningkatkan hasil belajar

kognitif siswa serta relevan dengan standar proses. Solusi yang dianggap relevan

dengan permasalahan di atas adalah dengan menerapkan model pembelajaran

Discovery Learning dan Interactive Demonstration. Kedua model pembelajaran

ini diadopsi dari Levels of Inquiry Model Carl J. Wenning. Pada dasarnya, level

inkuiri ini terdiri dari lima level model pembelajaran, yakni Discovery Learning

(DL), Interactive Demonstration (ID), Inquiry Lessons (IL), Inquiry Lab (ILAB),

and Hypotetical Inquiry (HI) (Wenning, 2005). Namun, kelima level tersebut

dibedakan berdasarkan Intellectual Sophistication (Kemampuan Intelektual

Siswa) dan Locus Control (Pihak Pengontrol) sehingga dalam penerapannya dapat

disesuaikan dengan kondisi subjek penelitian. Selain itu model Discovery

Learning dan Interactive Demonstration merupakan dua model yang paling

(19)

4

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

konsep serta kognisi siswa (Wenning, 2005). Model pembelajaran Discovery

Learning (DL) dan Interactive Demonstration (ID) pada dasarnya merupakan

model pembelajaran inkuiri yang disintesis oleh Wenning menjadi beberapa level

guna mempermudah guru dalam menerapkan model pembelajaran inkuiri. Model

pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang mampu meningkatkan

aktivitas siswa sehingga mereka dapat mengembangkan pengetahuan dan

pemahaman berdasarkan ide-ide ilmiah yang ada (NRC, 1996). Selanjutnya,

model pembelajaran inkuiri juga dapat meningkatkan kemampuan dalam

melakukan investigasi dan mengumpulkan petunjuk/data dari sumber yang

bervariasi, menginterpretasikan data, dan mengkomunikasikan serta

mempertahankan kesimpulannya (NSTA, 2004).

Beberapa penelitian yang mengimplementasikan model pembelajaran DL

dan ID pada jenjang sekolah menengah untuk meningkatkan hasil belajar siswa

sebenarnya telah dilakukan. Diantaranya oleh Pitria Susanti (2011), dengan desain

penelitian time series, mendapatkan bahwa model DL mampu meningkatkan hasil

belajar kognitif siswa jenjang SMA. Kemudian oleh Risa Waluya (2010)

mendapatkan bahwa indikator keberhasilan model DL mencapai 70% untuk

jenjang C1 hingga C4. Rahmat Rizal (2012) mendapatkan bahwa model ID lebih

efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa dibandingkan DL dengan

taraf signifikansi 1%. Selanjutnya, Citra Ihda Berliana (2013) mendapatkan

bahwa DL mampu meningkatkan aspek kemampuan inkuiri tertinggi dalam hal

mengamati (76,2%) pada jenjang SMA, ID mampu meningkatkan aspek

kemampuan inkuiri tertinggi dalam hal menjelaskan (49,33%) pada siswa jenjang

SMP. Dengan demikian, posisi penelitian ini adalah untuk mengkonfirmasi

keberhasilan model pembelajaran DL dan ID, serta mendapatkan penemuan baru

terkait model yang lebih baik antara DL dan ID dalam meningkatkan hasil belajar

kognitif siswa SMA.

Luaran penelitian ini adalah seperangkat model pembelajaran Discovery

Learning dan Interactive Demonstration yang bermanfaat bagi para guru agar

(20)

5

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran yang dapat diterapkan pada proses pembelajaran fisika. Selain itu,

penelitian ini juga bermanfaat bagi para siswa untuk meningkatkan

kemampuannya dalam melakukan kegiatan eksperimen serta mampu memahami

fenomena alam lebih mendalam, sehingga hasil belajar kognitif mereka pun akan

membaik.

Oleh karena kondisi subjek penelitian yang dapat dikatakan pemula dalam

melakukan kegiatan eksperimen, maka penelitian ini sangat penting dilakukan.

Proses pembelajaran fisika sebelumnya hanya cenderung menggunakan metode

ceramah, teacher-centered, dan mengalami kesalahan dalam memanfaatkan

text-book. Oleh sebab itu, penelitian ini menjadi penelitian pertama yang menerapkan

model pembelajaran inkuiri yang sesuai dengan gagasan J. Carl Wenning di

sekolah bersangkutan dan sebagai tahap perkenalan awal siswa dengan model

model inkuiri yang mengarah kepada student-centered. Dengan demikian,

penelitian diberi judul “Penerapan Model Discovery Learning dan Interactive Demonstration dalam Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA.”

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, peneliti mengidentifikasi masalah bahwa

seberapa besar peningkatan hasil belajar kognitif fisika siswa SMA yang didapat

melalui penerapan model DL dan ID. Selain itu, oleh karena DL dan ID memiliki

kesamaan orientasi dalam membangun pemahaman konsep dan kognisi siswa,

peneliti juga ingin mengetahui model yang lebih baik antara DL dan ID dalam

meningkatkan hasil belajar fisika siswa SMA.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah, yakni

sebagai berikut:

1. Masalah Umum

a. Bagaimana perbandingan peningkatan hasil belajar kognitif fisika

siswa SMA melalui penerapan model Discovery Learning dan

Interactive Demonstration?

(21)

6

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Bagaimana peningkatan hasil belajar kognitif fisika siswa SMA

melalui penerapan model Discovery Learning?

b. Bagaimana peningkatan hasil belajar kognitif fisika siswa SMA

melalui penerapan model Interactive Demonstration?

c. Model pembelajaran manakah yang lebih baik antara Discovery

Learning dan Interactive Demonstration dalam meningkatkan hasil

belajar kognitif siswa SMA?

Berdasarkan perumusan masalah diatas, perlu adanya pembatasan masalah

agar lebih terfokusnya penelitian, yakni sebagai berikut:

1. Model pembelajaran Discovery Learning dan Interactive Demonstration

yang diterapkan sesuai dengan gagasan Levels of Inquiry John C.

Wenning.

2. Hasil Belajar pada ranah kognitif yang mengacu pada Taksonomi Bloom

dan disesuaikan dengan Kompetensi Dasar materi pembelajaran yang

diterapkan, yakni dari C-1 hingga C-4.

3. Analisis data (menguji hipotesis) menggunakan uji-t (parametrik) /uji

median (non-parametrik) dan gain skor untuk melihat perbandingan

penerapan dua model pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar

kognitif siswa.

Adapun variabel penelitiannya adalah sebagai berikut:

a. Variabel Bebas: Penerapan model Discovery Learning dan Interactive

Demonstration.

b. Variabel Terikat: Peningkatan hasil belajar kognitif.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui hasil belajar melalui penerapan model Discovery Learning

dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa SMA.

2. Mengetahui hasil belajar melalui penerapan model Interactive

(22)

7

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Mengetahui model pembelajaran yang lebih baik antara Discovery

Learning dan Interactive Demonstration dalam meningkatkan hasil belajar

kognitif.

4. Mengetahui konsistensi dari hasil perbandingan penerapan model

pembelajaran yang lebih baik antara Discovery Learning dan Interactive

Demonstration dalam meningkatkan hasil belajar kognitif apabila

diterapkan pada kelas dan materi yang berbeda.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai salah satu sumber informasi yang dapat dijadikan masukan bagi

semua pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dan pengajaran,

khususnya dalam pendidikan fisika, sehingga dapat ditempuh suatu

kebijakan dalam upaya meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas X

pada salah satu SMA swasta di bandung.

2. Merupakan latihan bagi penulis untuk menyusun karya tulis ilmiah

sehingga dapat mengembangkan proses berpikir ilmiah dan pengkajian

faktor-faktor empiris.

3. Sebagai bahan untuk mengembangkan model pembelajaran inkuiri secara

praktis.

4. Meningkatkan hasil belajar kognitif fisika siswa, sehingga akan

mempermudah para guru dalam melakukan pembelajaran karena siswa

sudah memiliki minat dan motivasi yang baik.

5. Mempermudah guru dalam mengelola kelas dan dapat mengambil

tindakan-tindakan dalam penelitian sebagai referensi selama proses

pembelajaran yang sesuai dengan standar proses.

6. Mengembangkan ilmu/pengetahuan penulis/pembaca berkaitan dengan

(23)

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sample Penelitian

Tempat penelitian yang digunakan adalah Sekolah Menengah Atas

Swasta di Bandung yang masih perlu perhatian dalam penerapan model

pembelajaran berbasis inkuiri sehingga cukup representatif untuk diterapkan

penelitian model pembelajaran Discovery Learning dan Interactive

Demonstration.

Populasi adalah keseluruhan aspek tertentu dari ciri-ciri fenomena

atau konsep yang menjadi pusat perhatian (Tiro, 2003:3). Pendapat lain

dikemukakan bahwa populasi adalah ‘keseluruhan subjek penelitian”

(Arikunto, 2006:130)

Berdasarkan pengertian populasi di atas maka, dapat disimpulkan

bahwa populasi adalah objek penelitian yang menjadi pusat atau sasaran

dalam penelitian. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh Siswa Kelas X-E dan X-H di salah satu SMA Swasta di Bandung.

Sampel adalah suatu proporsi kecil dari populasi yang seterusnya

diteliti, yang dipilih, atau ditetapkan untuk keperluan analisis (Sudijono,

2006:280)

Dengan melihat Salah satu SMA swasta di Bandung khususnya pada

kelas X-H dan X-E yang dijadikan sasaran dalam penelitian ini adalah

terdapat dua kelas, maka sampel yang digunakan adalah sampel total (sampel

jenuh), artinya jumlah seluruh populasi adalah subjek penelitian.

Adapun cara pengambilan sampel mengacu pada pendapat bahwa

“Apabila subjeknya kurang dari seratus, lebih baik diambil keseluruhannya.”

(Arikunto, 2006:134). Dengan demikian, sampel dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa pada kelas X-H dan X-E di salah satu SMA Swasta kota

(24)

30

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Hipotesis

Berdasarkan hasil penelitian Rahmat Rizal (2012) yang

mengemukakan bahwa model ID lebih efektif daripada model DL dalam

meningkatkan pemahaman konsep siswa, maka penelitian ini akan menguji

hipotesis ; penerapan ID juga akan lebih baik daripada penerapan DL apabila

variabel yang diukurnya adalah hasil belajar kognitif (C1-C4). Dengan

demikian, uji hipotesisnya dapat menggunakan uji pihak kanan:

1. Ho: Model pembelajaran Discovery Learning kurang atau sama baiknya

dengan model pembelajaran Interactive Demonstration dalam

meningkatkan hasil belajar siswa SMA.

2. Ha: Model Discovery Learning lebih baik daripada model Interactive

Demonstration dalam meningkatkan hasil belajar siswa SMA.

Perumusannya adalah sebagai berikut:

1. Ho: µ1 ≤ µ 2

2. Ha: µ 1> µ 2

Keterangan:

µ1= Rerata (Parametrik)/ Median (Nonparametrik) peningkatan hasil belajar

kognitif siswa SMA melalui penerapan model Discovery Learning.

µ2= Rerata (Parametrik)/ Median (Nonparametrik) peningkatan hasil belajar

kognitif siswa SMA melalui penerapan model Interactive Demonstration.

Grafik 3.1. Uji Pihak Kanan

Daftar tabel

Daerah penerimaan Ho

(25)

31

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Counter Balanced

Design (Desain Berimbang). Desain ini sangat sesuai digunakan apabila ingin

menguji dua metode/perlakuan yang berbeda (Furchan, 2011: 399). Untuk

lebih jelasnya, dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 3.1. Counter Balanced Design

Replikasi Perlakuan Eksperimental

Model Discovery Learning Model Interactive Demonstration

Pre-test

Materi 1 Kelas X.H Kelas X.E

Post-test

Pre-test

Materi 2 Kelas X.E Kelas X.H

Post-test

Berdasarkan tabel di atas, perlakuan dua model diterapkan pada

masing-masing kelas, pada replikasi materi pertama kelas X.H mendapatkan

DL dan X.E mendapatkan ID yang sebelum dan sesudahnya diberikan

pre-test dan post-pre-test. Kemudian pada replikasi materi kedua, kelas disilang

(kedua model bertukar) dimana X.E mendapatkan DL dan X.E mendapatkan

ID yang sebelum dan sesudahnya diberikan test dan post-test. Hasil

pre-test dan post-pre-test akan dianalisis untuk dapat membandingkan penerapan dari

kedua model dalam meningkatkan hasil belajar kognitifnya.

Penerapan desain ini menuntut pemahaman awal siswa antara dua

kelas yang identik (Furchan, 2011: 400), sehingga sebelum dilakukan analisis

(26)

32

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Metode

Penelitian ini menggunakan dua perlakuan, dimana masing-masing

perlakuan diterapkan pada dua kelas sesuai dengan desain yang telah

dijelaskan. Perlakuan sebagai variabel bebas diterapkan berbeda-beda dengan

dua kelas yang ada, namun dengan variabel terikat yang sama. Hasil

pengukuran variabel terikat digunakan sebagai parameter dalam melakukan

perbandingan antara dua penerapan variabel bebas tersebut. Dengan

demikian, metode penelitian yang digunakan adalah metode Experimental

Comparison (Perbandingan Eksperimental). (Furchan, 2011: 357)

E. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional penelitian yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

a. Discovery Learning atau Model Pembelajaran Penemuan, merupakan

model pembelajaran berorientasi inkuiri yang diterapkan demi

membangun pemahaman konsep dan kognisi siswa melalui

kegiatan-kegiatan penemuan yang ditunjukkan oleh guru serta dengan

menyertakan kegiatan-kegiatan eksperimen yang dilakukan oleh siswa.

b. Interactive Demonstration atau Model Pembelajaran Demonstrasi

Interaktif, merupakan model pembelajaran berorientasi inkuiri yang

diterapkan melalui pertanyaan-pertanyaan terarah saat guru

mendemonstrasikan sebuah fenomena agar dapat membangun

pemahaman konsep siswa dan mengembangkan kognisinya serta mampu

melakukan kegiatan eksperimen dengan baik.

c. Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa, merupakan hasil belajar yang

mengarah pada kemampuan intelektual siswa dan bisa didapat melalui

hasil tes tertulis berupa soal pilihan berganda.

F. Instrument Penelitian

Instrumen yang digunakan berupa test, merupakan instrumen yang

digunakan sebagai metode untuk mendapatkan data tentang hasil belajar

(27)

soal-33

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

soal yang berkaitan dengan pokok pembahasan materi Fisika kelas X SMA.

Tes ini terbagi dua macam yaitu pre-test dan post-test. Adapun pre-test

adalah tes yang diberikan kepada siswa mengenai bahan yang diajarkan

kepadanya sebelum kegiatan belajar mengajar (Suryosubroto, 1997: 161).

Pre-test diberikan kepada siswa bertujuan untuk mengetahui sampai dimana

tingkat penguasaan materi khususnya pokok bahasan fisika kelas X SMA,

post-test adalah tes yang diberikan kepada siswa setelah proses belajar selesai

(Suryasubroto, 1997:161). Post-test bertujuan untuk mengetahui hasil belajar

kognitif siswa X SMA yang bersangkutan dengan pembelajaran pemberian

umpan balik pada pokok bahasan materi Fisika kelas X SMA. Tes di sini

berupa pilihan ganda ranah kognitif yang mengacu pada SK-KD pembahasan

Suhu dan Kalor.

Selain tes, instrumen yang lain adalah lembar observasi

keterlaksanaan pembelajaran yang digunakan oleh 6 observer yang bertugas

mengamati kegiatan pembelajaran. Lembar observasi ini berisi

indikator-indikator kegiatan guru dan siswa yang diisi dengan cara mengkonfirmasi

(checklist) kegiatan-kegiatan yang berlangsung selama proses pembelajaran.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Sebelum digunakan, instrumen test yang telah dibuat harus diuji

terlebih dahulu melalui beberapa pengujian, diantaranya adalah; validitas,

reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal. Apabila soal

memenuhi kriteria, maka soal tersebut layak untuk digunakan, dan jika tidak

memenuhi kriteria, maka soal tersebut akan dibuang. Sedangkan hasil data

yang didapat melalui instrumen lembar observasi akan diolah menggunakan

perumusan keterlaksanaan model pembelajaran.

1. Validitas (Ketepatan Instrumen)

(28)

34

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

  

Reliabilitas berfungsi untuk mengetahui sejauh mana hasil

pengukuran dapat dipercaya atau dengan kata lain instrument berlaku

dalam jangka waktu yang lama (klasifikasi interpretasi sama dengan

validitas).

r11 = Koefisien reliabilitas instrumen tes yang dicari

2

(29)

35

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

t

= Jumlah varians

n = Jumlah butir soal

Tabel 3.3. Interpretasi Reliabilitas

Nilai rxy Interpretasi

0,81 – 1,00 Sangat tinggi

0,61 – 0,80 Tinggi

0,41 – 0,60 Cukup

0,21 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat rendah

(Arikunto, 2003: 75)

3. Tingkat Kesukaran

Dengan:

TK: Tingkat kesukaran tiap butir soal.

BU: Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar

BL: Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar

NU: Banyaknya siswa kelompok atas

NL: Banyakanya siswa kelompok bawah

Tabel 3.4. Interpretasi Tingkat Kesukaran

Hasil Kategori

0,00-0,25 Sukar

0,26-0,75 Sedang

0,76-1,00 Mudah

(30)

36

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4. Daya Pembeda soal

A B A

I S S

DP 

DP = Indeks daya pembeda item satu butir soal tertentu

SA = Jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok atas

SB = Jumlah peserta tes yang menjawab pada kelompok bawah

IA = Jumlah skor maksimum salah satu kelompok pada butir soal

yang diolah

Tabel 3.5. Interpretasi Daya Pembeda Soal

Hasil Kategori

Negatif Soal dibuang

0,00-0,20 Buruk

0,21-0,40 Cukup

0,41-0,70 Baik

0,71-1,00 Baik sekali

(Arikunto, 2003:218)

5. Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Digunakan untuk mengolah data observasi keterlaksanaan

pendekatan pembelajaran baik ID maupun DL.

Tabel 3.6. Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran

(31)

37

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

0,00-24,90 Sangat kurang

Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011: 199).

Angket yang digunakan akan diberikan kepada 10 siswa yang menerima

perlakuan dan 5 observer yang mengamati perlakuan.  Observasi terstruktur

Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara

(32)

38

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

 Jika 2hitung <2tabel maka disimpulkan data terdistribusi

normal

 Jika 2hitung ≥ 2tabel maka disimpulkan data tidak

terdistribusi normal.

 2

tabel ditentukan berdasarkan derajat kebebasan (jumlah kelas

pada tabel frekuensi-1) dengan taraf kesalahan 5%.

(Sugiyono, 2011: 79)

2. Uji Homogenitas

Menentukan nilai F berdasarkan tabel dengan derajat kebebasan (dk)

yang terbagi menjadi dua, yakni dkpembilang dan dkpenyebut, dimana dk=

N-1. (N= Jumlah sampel)

Jika hitung ≤tabel maka data terdistribusi homogen.

Jika hitung > tabel maka data tidak terdistribusi homogen.

Setelah diketahui homogenitasnya, maka akan dilanjut uji hipotesis

dengan t-test atau uji median (Sugiyono, 2011: 139).

3. Uji t (t-test)

Jika data bersifat statistik parametris dan terdapat dua varians,

maka uji hipotesis yang cocok adalah uji-t. Rumus yang disediakan ada

(33)

39

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Polled Varians:

Pemilihan rumus bergantung pada ketentuan berikut (Sugiyono,

2011: 139):

); digunakan rumus separated varians,

dengan harga t sebagai pengganti harga t tabel dihitung dari

selisih harga t tabel dengan dk = n1-1 atau dk = n2-1 dibagi dua

dan kemudian ditambah dengan harga t terkecil.

4. Uji Median (Median Test)

Namun, apabila data yang didapat tidak terditribusi normal

(non-parametris), maka uji hipotesisnya menggunakan statistik parametris.

Oleh karena sampel yang diambil diantara 20-40 dari setiap kelas

(Sugiyono, 2011: 149), maka uji non-parametrik yang sesuai adalah uji

median, dengan rumus:

Dimana:

A = Banyak kasus dalam kelompok I > Median gabung= ½ n1

(34)

40

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C = Banyak kasus dalam kelompok I ≤ Median gabung= ½ n1 D = Banyak kasus dalam kelompok II ≤ Median gabung= ½ n2

5. Menghitung Gain-score

Berdasarkan jurnal Hake (1998), untuk mengetahui peningkatan

hasil pembelajaran (perlakuan) digunakan formula:

Gain= selisih pre-test dan post-test

G=TfTi

Agar instrumen soal yang digunakan efektif untuk mengambil

data, instrumen soal diuji terlebih dahulu pada 40 siswa yang telah

mempelajari materi suhu dan kalor. Kemudian dianalisis berdasarkan

reliabilitas keseluruhan soal, validitas per butir soal, tingkat kesukaran

per butir soal, dan daya pembeda per butir soal.

Tabel 3.7. Uji Instrumen Soal

(35)

41

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

10 0,686 Tinggi 0,350 Sedang 0,550 Baik

Reliabilitas-Kategori 0,818 Sangat tinggi

Berdasarkan validitas, jumlah butir soal tergolong sangat rendah

adalah 8,57% atau 3 soal, jumlah butir soal yang tergolong rendah

adalah 31,43% atau 11 soal, jumlah butir soal yang tergolong cukup

adalah 37,14% atau 13 soal, dan jumlah butir soal yang tergolong tinggi

adalah 22,86% atau 8 soal. Berdasarkan tingkat kesukaran, jumlah butir

(36)

42

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang tergolong sedang adalah 45,71% atau 16 soal, dan jumlah butir

soal yang tergolong sukar adalah 42,86% atau 15 soal. Berdasarkan

daya pembeda, jumlah butir soal yang tergolong jumlah butir soal yang

tergolong buruk adalah 42,86% atau 15 soal, jumlah butir soal yang

tergolong cukup adalah 31,43% atau 11 soal, dan jumlah butir soal yang

tergolong baik adalah 25,71% atau 9 soal.

Untuk butir soal yang tergolong memiliki validitas yang sangat

rendah, akan diperbaiki dengan merevisi pertanyaan soal. Untuk butir

soal yang memiliki daya pembeda soal buruk akan diperbaiki dengan

merevisi pertanyaan soal beserta pilihan jawabannya. Berdasarkan

tingkat kesukaran tidak ada yang perlu diperbaiki dan secara

keseluruhan instrumen soal tergolong memiliki reliabilitas yang sangat

tinggi. Dengan demikian, tidak ada butir soal yang dibuang. Butir soal

akan dibuang jika validitas dan daya pembeda butir soal bernilai minus

(37)

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pertanyaan penelitian yang diajukan dan hasil penelitian yang

diperoleh, dapat disimpulkan bahwa:

1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, secara umum dapat dikatakan

bahwa model pembelajaran Discovery Learning lebih baik daripada

Interactive Demonstration dalam meningkatkan hasil belajar kognitif

siswa.

2. Hasil pengujian hipotesis yang menunjukkan bahwa Discovery Learning

lebih baik daripada Interactive Demonstration dalam meningkatkan hasil

belajar kognitif memperlihatkan konsistensi, meskipun kedua model ini

diterapkan pada kedua kelas (sesuai dengan desain counterbalance) dan

materi yang berbeda-beda.

3. Penerapan model pembelajaran Discovery Learning mampu meningkatkan

hasil belajar kognitif dengan skor rata-rata sebesar 2,87 pada materi ke-1

(kelas X.H), jumlah siswa 31 dan 3,43 pada materi ke-2 (kelas X.E),

jumlah siswa 35.

4. Penerapan model pembelajaran Interactive Demonstration mampu

meningkatkan hasil belajar kognitif dengan skor sebesar 5,4 (kelas X.E)

pada materi ke-1, jumlah siswa 35 dan 5,06 pada materi ke-2 (kelas X.H),

jumlah siswa 31.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan diskusi/pembahasan, dapat diajukan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Idealnya siswa SMA sudah dapat mengimplementasikan level inkuiri

Wenning tingkat akhir (Hypotetical Inquiry), sehingga hendaknya

penerapan DL dan ID ini sudah ada di tingkat SMP sehingga ketika SMA,

(38)

63

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan pada siswa, penerapan model

pembelajaran masih terkesan membosankan dan sulit diikuti oleh siswa.

Oleh sebab itu perlu pengelolaan kelas dan penguasaan materi yang baik

oleh guru.

3. Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan pada observer, keterlaksanaan

pembelajaran masih dianggap kurang maksimal dan ketika pembelajaran

guru mendapatkan respon negatif dari siswa. Oleh sebab itu guru perlu

menguasai skenario pembelajarannya dengan baik dan mampu mampu

membuat kegiatan pembelajaran menjadi menyenangkan.

4. Meskipun materi-1 dan materi-2 pada desain penelitian berbeda, kedua

materi tersebut masih dalam satu bab pembahasan, sehingga diperkirakan

masih ada pengaruh antara penerapan model pada materi ke-1 terhadap

hasil yang diperoleh pada materi ke-2. Oleh sebab itu, apabila ingin

menggunakan desain penelitian counter-balanced hendaknya memilih

(39)

64

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Annisa, Fanny Nurul. 2012. Penerapan Metode Pembelajaran Interaktif untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Fisika SMA Pada Konsep Suhu dan Kalor.

Skripsi UPI: tidak diterbitkan

Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach-Belajar untuk Mengajar I.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach-Belajar untuk Mengajar II.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara

Dahar. Ratna Wilis. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Fraser, B. J. 1981. TOSRA Test of Science-Related Attitudes Handbook.

Hawthorn, Victoria, Australia, Australian Council for Educational Research.

Furchan, Arief. 2011. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta:

Pustaka Belajar.

Gay. L.R. 1987. Educational Research: Comptencies for Analysis and

Application. London Melbourne: Merrill Publishing Company.

Gross, Jerod L. 2002. Seeing is Believing: Classroom Demonstration as Scientific

Inquiry. Illionis State University, Physics Departement.[Online] Tersedia:

http://www.phy.illstu.edu. 3 September 2012

Hake, R.R. 1998. Interactive-Engagement Methods in Introductory Mechanics

Courses. Departement of Physics, Indian University, Bloomingtoon. [online]

Tersedia: http://web.mit.edu/rsi/www/2005/misc/minipaper/papers/Hake.pdf

Nasution, S. 2003. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara

Nugraha, M.G. (2007). Pengaruh Model Pembelajaran Discovery

Learning-Inquiry terhadap Kecakapan Berpikir Rasional Siswa pada Pokok Bahasan

Fluida Statis. Skripsi FPMIPA UPI-Bandung: tidak diterbitkan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang tujuan

(40)

65

Ragil Dimas Pamungkas, 2014

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 tentang Standar

Kompetensi Lulusan Fisika SMA/MA

Ridwan, M. Kamus Ilmiah Populer. Jakarta: Pustaka Indonesia

Rizal, Rahmat. 2012. Perbandingan Efektivitas Penerapan Pendekatan Discovery

Learning dengan Interactive Demonstration pada Pembelajaran Sains

Berorientasi Inquiry dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa

SMA. Skripsi FPMIPA UPI-Bandung: Tidak diterbitkan

Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

Sudjana. 2003. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi bagi Para Peneliti.

Bandung: Tarsito

Sudjana. 2005. Metode Statitika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Bandung: Rineka Cipta

Susilana, Rudi. 2006. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Kutekpen UPI

Tiro, Arif. 1999. Dasar-Dasar Statistik. Makassar: Universitas Negeri Makassar

Universitas Pendidikan Indonesia. 2009. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung

Wenning, J. Carl. 2005. Levels of Inquiry: Hierarcy of Pedadogical Practise and

Inquiry Process. [Online]

Tersedia:http://www.dlsu.edu.ph/office/asist/documents/levelofinquiry.pdf. 5

septermber 2012

Wenning, J. Carl. 2011. The Levels of Inquiry Model of Science Teaching.

[Online]

Tersedia:http://www.dlsu.edu.ph/office/asist/documents/levelofinquiry.pdf. 5

Gambar

Grafik 3.1. Uji Pihak Kanan ..................................................................................
Grafik 3.1. Uji Pihak Kanan
Tabel 3.1. Counter Balanced Design
Tabel 3.2. Interpretasi Validitas
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dengan dilaksanakannya penelitian ini guru bisa terinspirasi untuk menerapkan metode discovery learning pada pembelajaran IPA karena terbukti dapat meningkatkan hasil

18 Hasil penelitian model pembelajaran Discovery Learning (DL) pada kelas VIII 2 SMP Negeri 03 Kota Bengkulu menunjukkan terjadi peningkatan kualitas proses dan

Penerapan model pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VIII B SMP Negeri 5 Satap Mantewe Kabupaten Tanah Bumbu pada

Berdasarkan hasil penelitian, dengan menerapkan model pembelajaran Discovery learning pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X MIPA II melalui enam tahap, yaitu pemberian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penerapan metode Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar tematik pada siswa kelas 4B SD Negeri

Oleh karena itu, penelitian ini ditujukan untuk melihat pengaruh penerapan model discovery learning dalam meningkatkan pemahaman pembelajaran PKn pada materi

Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning Model pembelajaran Discovery Learning merupakan model yang dapat digunakan dan diharapkan untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa

Karena aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dengan discovery learning kombinasi video berada pada kategori sangat baik, aktivitas siswa selama penerapan discovery learning