Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE
DEMONSTRATION DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
FISIKA SISWA SMA
Skripsi
Diajukan sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI
Oleh:
Ragil Dimas Pamungkas
0905564
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
RAGIL DIMAS PAMUNGKAS
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE
DEMONSTRATION DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
FISIKA SISWA SMA
Disetujui dan disahkan oleh Pembimbing: Pembimbing I
Dr. Setiya Utari NIP. 196707251992032002
Pembimbing II
Judhistira Aria Utama, M.Si NIP. 197703312008121001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Fisika
2
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE
DEMONSTRATION DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA
SMA
Oleh:
Ragil Dimas Pamungkas
Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Ragil Dimas Pamungkas
Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang,
3
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENERAPAN MODEL
DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA” ini dan seluruh isinya
adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan
dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat
kelimuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung segala resiko yang dijatuhkan
kepada saya apabila karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya.
Bandung, Februari 2014
Penulis,
Ragil Dimas Pamungkas
4
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN
INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA
SMA
R.D. Pamungkas, S. Utari.
2, J.A. Utama.
3Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia
ragil.dimas@student.upi.edu, su@upi.edu, j.aria.utama@upi.edu
ABSTRAK
Penerapan Model Discovery Learning dan Interactive Demonstration dalam Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA
Proses pembelajaran fisika di sebuah sekolah menengah hanya terjadi transfer pengetahuan saja sehingga berdampak pada hasil pemahaman siswa yang kurang sistematis dan tidak komprehensif. Buruknya pemahaman siswa yang dimaksud terlihat dari hasil belajar kognitif siswa yang buruk dan sangat jauh dari harapan. Oleh sebab itu, perlu adanya langkah solutif yang dianggap mampu meningkatkan hasil belajar siswa ranah kognitif, yakni dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif. Dilakukanlah penelitian dengan menerapkan dua model Levels of Inquiry paling sederhana, yakni Discovery Learning dan Interactive Demonstration untuk meningkatkan hasil belajar kognitif fisika siswa dengan menggunakan Counter-balanced Design untuk membandingkan peningkatan hasil belajar kognitif dari kedua penerapan model pembelajaran tersebut serta menguji konsistensi dari keberhasilan model yang diterapkan. Uji hipotesis (Uji Median) pertama menunjukkan bahwa penerapan Discovery Learning lebih baik dibandingkan penerapan Interactive Demonstration dalam meningkatkan hasil belajar ranah kognitif. Uji hipotesis kedua juga menunjukkan bahwa Discovery Learning lebih baik dibandingkan penerapan Interactive Demonstration dalam meningkatkan hasil belajar ranah kognitif. Secara umum, penerapan Discovery Learning lebih unggul daripada penerapan Interactive Demonstration dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa SMA. Meskipun kedua model diterapkan pada masing-masing dua kelas (sesuai dengan counterbalanced-design) dan pada materi yang berbeda-beda, Discovery Learning tetap lebih unggul (konsisten).
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
Implementation of Discovery Learning and Interactive Demonstration model to Increase Physics Learning Result in Senior High School
The learning and teaching process of physics in a SHS (Senior High School) is
occured knowledge transfer only, so it’s impact to the student comprehension that less sistematic and comprehensive. The poor of comprehension student is showed from Learning Result of Cognitive that so bad and so far from the expectation.
Therefore, it’s necessary to applied the solutive solving that reputed capable to
gain the cognitive learning result of cognitive, that is with apply the inovative
model. There’s implemeted two simplest model of Levels of Inquiry, these are Discovery Learning and Interactive Demonstration for increasing the learning physics result of cognitive with apply Counter-balance Design for comparing the gain of the learning result of cognitive of the both learning model implementation and also for testing the consistencion from the success of the two model that applied. The first hypothesis test (Median Test) show that the implementation of Discovery Learning is better than Interactive Demonstration to increase learning result of cognitive. The second hypothesis test also show that the implementation of Discovery Learning is better than Interactive Demonstration to increase learning result of cognitive. Generally, the implementation of Discovery Learning is superior than Interactive Demonstration to increase learning result of cognitive SHS student. Although the both of model is applied in each different class order (following counter-balanced design) and in different material, Discovery Learning is still superior (consistent).
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMAKASIH... v
DAFTAR ISI ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 8
A. Levels of Inquiry ... 8
1. Discovery Learning ... 10
2. Interactive Demonstration ... 16
B. Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 20
C. Sintaks Pembelajaran ... 22
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 29
B. Hipotesis ... 30
C. Desain Penelitian ... 31
D. Metode... 31
E. Definisi Operasional... 32
F. Instrumen Penelitian... 32
G. Proses Pengembangan Instrumen ... 33
1. Validitas ... 33
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Tingkat Kesukaran ... 35
4. Daya Pembeda Soal... 35
5. Keterlaksanaan Pembelajaran ... 36
H. Teknik Pemngumpulan Data ... 36
I. Teknik Analisis Data ... 37
1. Uji Normalitas ... 37
2. Uji Homogenitas ... 37
3. Uji t ... 38
4. Uji Median ... 39
5. Menghitung Gain Score ... 39
J. Analisis Uji Instrumen ... 40
BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA ... 43
A. Temuan Hasil Penelitian ... 43
1. Uji Hipotesis ke-1 ... 43
2. Uji Hipotesis ke-2 ... 45
B. Analisis Proses ... 47
1. Keterlaksanaan Model Pembelajaran ... 48
2. Pengolahan Kuisioner ... 54
C. Diskusi dan Pembahasan ... 56
1. Implementasi Model Pembelajaran ... 56
2. Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 57
3. Aktivitas Guru dan Siswa terhadap Penerapan Model ... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62
A. Kesimpulan ... 62
B. Saran ... 63
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Levels of Inquiry Model ... 10
Tabel 2.2. Sintaks Pembelajaran Kelas ke-1 ... 22
Tabel 2.3. Sintaks Pembelajaran Kelas ke-2 ... 25
Tabel 3.1. Counter Balanced Design ... 31
Tabel 3.2. Interpretasi Validitas ... 33
Tabel 3.3. Interpretasi Reliabilitas ... 34
Tabel 3.4. Interpretasi Tingkat Kesukaran ... 35
Tabel 3.5. Interpretasi Daya Pembeda Soal ... 35
Tabel 3.6. Persentase Keterlaksanan Pembelajaran ... 36
Tabel 3.7. Uji Instrumen Soal ... 40
Tabel 4.1. Homogenitas Pre-test ke-1... 44
Tabel 4.2. Homogenitas Pre-test ke-2... 46
Tabel 4.3. Pelaksanaan Penelitian ... 49
Tabel 4.4. Tahap-tahap Pembelajaran DL-ID ... 49
Tabel 4.5. Persentase Keteraksanaan Model Pertemuan ke-1 kelas X.H... 50
Tabel 4.6. Persentase Keteraksanaan Model Pertemuan ke-2 kelas X.H... 51
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.8. Persentase Keteraksanaan Model Pertemuan ke-4 kelas X.H... 52
Tabel 4.9. Persentase Keteraksanaan Model Pertemuan ke-1 kelas X.E ... 52
Tabel 4.10. Persentase Keteraksanaan Model Pertemuan ke-2 kelas X.E ... 53
Tabel 4.11. Persentase Keteraksanaan Model Pertemuan ke-3 kelas X.E ... 53
Tabel 4.12. Persentase Keteraksanaan Model Pertemuan ke-4 kelas X.E ... 54
Tabel 4.13. Instrumen Kuisioner untuk Siswa ... 54
Tabel 4.14. Instrumen Kuisioner untuk Observer ... 55
Tabel 4.15. Pengolahan Data Instrumen Kuisioner ... 55
Tabel 4.16. Distribusi Ranah Kognitif dalam Soal ... 57
Tabel 4.17. Persentase Aktivitas Guru dan Siswa... 59
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Grafik 3.1. Uji Pihak Kanan ... 30
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A – Studi Pendahuluan ... 66
1. Sampel hasil UTS siswa ... 67
2. Hasil Observasi Studi Pendahuluan ... 71
Lampiran B - Perangkat Pembelajaran ... 76
1. RPP Discovery Learning Pertemuan ke-1 dan ke-2 ... 77
2. RPP Interactive Demonstration Pertemuan ke-1 dan ke-2 ... 86
3. RPP Interactive Demonstration Pertemuan ke-3 ... 95
4. RPP Discovery Learning Pertemuan ke-3... 101
5. RPP Interactive Demonstration Pertemuan ke-4 ... 107
6. RPP Discovery Learning Pertemuan ke-4... 113
7. LKS Pertemuan ke-1 ... 119
8. LKS Pertemuan ke-2 ... 121
9. LKS Pertemuan ke-3 ... 123
10.LKS Pertemuan ke-4 ... 125
Lampiran C – Analisis Uji Instrumen ... 127
1. Analisis Validitas Instrumen ... 128
2. Analisis Reliabilitas Instrumen ... 131
3. Analisis Tingkat Kesukaran Instrumen ... 132
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lampiran D – Instrumen Penelitian ... 136
1. Instrumen Pilihan Ganda Ranah Kognitif ... 137
2. Lembar Observasi DL Pertemuan ke-1 ... 156
3. Lembar Observasi ID Pertemuan ke-1 ... 160
4. Lembar Observasi DL Pertemuan ke-2 ... 164
5. Lembar Observasi ID Pertemuan ke-2 ... 168
6. Lembar Observasi ID Pertemuan ke-3 ... 172
7. Lembar Observasi DL Pertemuan ke-3 ... 176
8. Lembar Observasi ID Pertemuan ke-4 ... 179
9. Lembar Observasi DL Pertemuan ke-4 ... 183
10.Angket Keterlaksanaan Pembelajaran... 186
Lampiran E – Hasil Penelitian ... 188
1. Uji Homogenitas Pre-test ke-1... 189
2. Uji Normalitas Gain-score ke-1 ... 191
3. Uji Hipotesis ke-1 ... 193
4. Uji Homogenitas Pre-test ke-2... 195
5. Uji Normalitas Gain-score ke-2 ... 197
6. Uji Hipotesis ke-2 ... 199
7. Keterlaksanaan Pembelajaran X.H ... 201
8. Keterlaksanaan Pembelajaran X.E ... 205
9. Hasil Angket ... 209
Lampiran F – Dokumentasi Penelitian ... 210
1. Foto-foto Penelitian ... 211
2. Lembar Permohonan Izin Penelitian ... 213
3. Lembar Kesediaan Penilaian Instrumen... 214
4. Lembar Perbaikan Proposal Skripsi ... 217
5. Surat Keterangan Selesai Melaksanakan Penelitian ... 218
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7. Hasil Diskusi dengan Dr. Carl J. Wenning via E-mail ... 220
8. Lembar Kesediaan Tim Penelaah Naskah Skripsi ... 223
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Fisika sebagai salah satu bagian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) merupakan mata pelajaran yang diberikan kepada siswa, baik pada sekolah
dasar maupun sekolah menengah. Mata pelajaran fisika dapat melatih berbagai
kemampuan yang dianggap penting, seperti kemampuan dalam melakukan
metode ilmiah, kemampuan dalam berpikir analisis induktif dan deduktif,
kemampuan dalam menguasai konsep dan prinsip fisika, serta melatih
keterampilan dalam mengembangkan pengetahuan (Permendiknas no. 23 tahun
2006). Kemampuan-kemampuan tersebut dipandang penting sebagai bekal yang
diperoleh bagi kehidupan siswa kelak agar mampu menyesuaikan diri terhadap
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sebagai dampak dari
globalisasi.
Berdasarkan uraian di atas, proses pembelajaran fisika hendaknya berisi
kegiatan-kegiatan yang membuat siswa dapat mengembangkan
kemampuan-kemampuan yang telah disebutkan di atas untuk memecahkan suatu masalah.
Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya adalah merumuskan masalah, mengajukan
dan menguji hipotesis, menentukan variabel, merancang dan merakit instrumen,
mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, menarik kesimpulan, serta
mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis (Permendiknas no.
22 tahun 2006). Dengan adanya kegiatan-kegiatan yang tertulis dalam
Permendiknas no. 22 tahun 2006 tersebut, pembelajaran fisika idealnya tidak
hanya merupakan kegiatan pengumpulan fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan sebuah proses penemuan (Depdiknas, 2006),
sehingga hakekat IPA sebagai kombinasi antara produk dan proses dapat
terlaksana dengan baik (Wenning, 2011).
Berdasarkan hasil observasi, proses pembelajaran fisika dirasakan masih
2
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
41 tahun 2007. Kesempatan siswa dalam membangun konsep belum terfasilitasi
dengan baik, transer pengetahuan secara langsung kerap kali terjadi di dalam
proses pembelajaran. Diantara 27 indikator pelaksanaan pembelajaran yang sesuai
dengan permendiknas no. 41 tahun 2007, hanya terdapat 12 indikator yang
terlaksana. Indikator yang tak terlaksana adalah 15, beberapa diantaranya adalah:
1. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang
topik/ tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam
takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber
2. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran,
dan sumber belajar lain
3. Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta
didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya
4. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut
5. Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif
6. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan
baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok
7. Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan relasi kerja individual
maupun kelompok
Beberapa indikator yang tidak terlaksana tersebut merupakan bagian dari inti
proses pembelajaran yang secara tersirat mengandung kegiatan-kegiatan inkuiri
atau bereksperimen.
Hasil wawancara terhadap guru menunjukkan bahwa, guru mengalami
kesulitan dalam menyampaikan konsep pada materi pembelajaran fisika tertentu
di kelas X yang cenderung abstrak dan gejala fisisnya tak kasat mata. Materi
pembelajaran fisika yang dimaksud diantaranya adalah kelistrikkan dan
suhu-kalor. Dalam mengatasi kesulitan tersebut, guru berupaya melakukan penjelasan
(ceramah) dengan cara melakukan analogi-analogi pada konsep tersebut agar
siswa mudah memahaminya, misalnya menganalogikan aliran arus listrik sebagai
3
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Guru menyadari bahwa model pembelajaran yang dipersiapkan dan dilakukan
memang jauh dari harapan karena dalam proses pembelajaran hanya terjadi
transfer pengetahuan saja dan berdampak pada hasil pemahaman siswa yang
kurang sistematik dan komprehensif (Wenning, 2010). Meskipun demikian, guru
telah berupaya semaksimal mungkin dengan mempertimbangkan alokasi waktu
pembelajaran fisika yang sangat minim serta dengan memanfaatkan sarana dan
prasarana yang terdapat di sekolah.
Tidak efektifnya model pembelajaran yang diterapkan pada sekolah yang
akan diteliti terlihat pada hasil belajar kognitif siswa, antara lain rendahnya hasil
Ujian Tengah Semester (UTS) saat itu adalah untuk kelas pertama skor rerata
kelas 3,836 dengan skor maksimum 8,75 dan minimum 2,25, untuk kelas kedua
skor rerata kelas 3,343 dengan skor maksimum 4,75 dan skor minimum 2,25
(rentang skor 0-10). Hasil analisis per butir soal UTS untuk ranah kognitif
menunjukkan bahwa, terdapat 22,5% siswa mampu menjawab benar pada ranah
C1, 2,113% pada ranah C2, 8,4% pada ranah C3, dan hanya 4,9% pada ranah C4
dari 71 siswa (dua kelas).
Berdasarkan uraian di atas, proses pembelajaran perlu diterapkan model
pembelajaran yang inovatif dan dianggap mampu meningkatkan hasil belajar
kognitif siswa serta relevan dengan standar proses. Solusi yang dianggap relevan
dengan permasalahan di atas adalah dengan menerapkan model pembelajaran
Discovery Learning dan Interactive Demonstration. Kedua model pembelajaran
ini diadopsi dari Levels of Inquiry Model Carl J. Wenning. Pada dasarnya, level
inkuiri ini terdiri dari lima level model pembelajaran, yakni Discovery Learning
(DL), Interactive Demonstration (ID), Inquiry Lessons (IL), Inquiry Lab (ILAB),
and Hypotetical Inquiry (HI) (Wenning, 2005). Namun, kelima level tersebut
dibedakan berdasarkan Intellectual Sophistication (Kemampuan Intelektual
Siswa) dan Locus Control (Pihak Pengontrol) sehingga dalam penerapannya dapat
disesuaikan dengan kondisi subjek penelitian. Selain itu model Discovery
Learning dan Interactive Demonstration merupakan dua model yang paling
4
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
konsep serta kognisi siswa (Wenning, 2005). Model pembelajaran Discovery
Learning (DL) dan Interactive Demonstration (ID) pada dasarnya merupakan
model pembelajaran inkuiri yang disintesis oleh Wenning menjadi beberapa level
guna mempermudah guru dalam menerapkan model pembelajaran inkuiri. Model
pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang mampu meningkatkan
aktivitas siswa sehingga mereka dapat mengembangkan pengetahuan dan
pemahaman berdasarkan ide-ide ilmiah yang ada (NRC, 1996). Selanjutnya,
model pembelajaran inkuiri juga dapat meningkatkan kemampuan dalam
melakukan investigasi dan mengumpulkan petunjuk/data dari sumber yang
bervariasi, menginterpretasikan data, dan mengkomunikasikan serta
mempertahankan kesimpulannya (NSTA, 2004).
Beberapa penelitian yang mengimplementasikan model pembelajaran DL
dan ID pada jenjang sekolah menengah untuk meningkatkan hasil belajar siswa
sebenarnya telah dilakukan. Diantaranya oleh Pitria Susanti (2011), dengan desain
penelitian time series, mendapatkan bahwa model DL mampu meningkatkan hasil
belajar kognitif siswa jenjang SMA. Kemudian oleh Risa Waluya (2010)
mendapatkan bahwa indikator keberhasilan model DL mencapai 70% untuk
jenjang C1 hingga C4. Rahmat Rizal (2012) mendapatkan bahwa model ID lebih
efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa dibandingkan DL dengan
taraf signifikansi 1%. Selanjutnya, Citra Ihda Berliana (2013) mendapatkan
bahwa DL mampu meningkatkan aspek kemampuan inkuiri tertinggi dalam hal
mengamati (76,2%) pada jenjang SMA, ID mampu meningkatkan aspek
kemampuan inkuiri tertinggi dalam hal menjelaskan (49,33%) pada siswa jenjang
SMP. Dengan demikian, posisi penelitian ini adalah untuk mengkonfirmasi
keberhasilan model pembelajaran DL dan ID, serta mendapatkan penemuan baru
terkait model yang lebih baik antara DL dan ID dalam meningkatkan hasil belajar
kognitif siswa SMA.
Luaran penelitian ini adalah seperangkat model pembelajaran Discovery
Learning dan Interactive Demonstration yang bermanfaat bagi para guru agar
5
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran yang dapat diterapkan pada proses pembelajaran fisika. Selain itu,
penelitian ini juga bermanfaat bagi para siswa untuk meningkatkan
kemampuannya dalam melakukan kegiatan eksperimen serta mampu memahami
fenomena alam lebih mendalam, sehingga hasil belajar kognitif mereka pun akan
membaik.
Oleh karena kondisi subjek penelitian yang dapat dikatakan pemula dalam
melakukan kegiatan eksperimen, maka penelitian ini sangat penting dilakukan.
Proses pembelajaran fisika sebelumnya hanya cenderung menggunakan metode
ceramah, teacher-centered, dan mengalami kesalahan dalam memanfaatkan
text-book. Oleh sebab itu, penelitian ini menjadi penelitian pertama yang menerapkan
model pembelajaran inkuiri yang sesuai dengan gagasan J. Carl Wenning di
sekolah bersangkutan dan sebagai tahap perkenalan awal siswa dengan model
model inkuiri yang mengarah kepada student-centered. Dengan demikian,
penelitian diberi judul “Penerapan Model Discovery Learning dan Interactive Demonstration dalam Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA.”
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, peneliti mengidentifikasi masalah bahwa
seberapa besar peningkatan hasil belajar kognitif fisika siswa SMA yang didapat
melalui penerapan model DL dan ID. Selain itu, oleh karena DL dan ID memiliki
kesamaan orientasi dalam membangun pemahaman konsep dan kognisi siswa,
peneliti juga ingin mengetahui model yang lebih baik antara DL dan ID dalam
meningkatkan hasil belajar fisika siswa SMA.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah, yakni
sebagai berikut:
1. Masalah Umum
a. Bagaimana perbandingan peningkatan hasil belajar kognitif fisika
siswa SMA melalui penerapan model Discovery Learning dan
Interactive Demonstration?
6
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Bagaimana peningkatan hasil belajar kognitif fisika siswa SMA
melalui penerapan model Discovery Learning?
b. Bagaimana peningkatan hasil belajar kognitif fisika siswa SMA
melalui penerapan model Interactive Demonstration?
c. Model pembelajaran manakah yang lebih baik antara Discovery
Learning dan Interactive Demonstration dalam meningkatkan hasil
belajar kognitif siswa SMA?
Berdasarkan perumusan masalah diatas, perlu adanya pembatasan masalah
agar lebih terfokusnya penelitian, yakni sebagai berikut:
1. Model pembelajaran Discovery Learning dan Interactive Demonstration
yang diterapkan sesuai dengan gagasan Levels of Inquiry John C.
Wenning.
2. Hasil Belajar pada ranah kognitif yang mengacu pada Taksonomi Bloom
dan disesuaikan dengan Kompetensi Dasar materi pembelajaran yang
diterapkan, yakni dari C-1 hingga C-4.
3. Analisis data (menguji hipotesis) menggunakan uji-t (parametrik) /uji
median (non-parametrik) dan gain skor untuk melihat perbandingan
penerapan dua model pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar
kognitif siswa.
Adapun variabel penelitiannya adalah sebagai berikut:
a. Variabel Bebas: Penerapan model Discovery Learning dan Interactive
Demonstration.
b. Variabel Terikat: Peningkatan hasil belajar kognitif.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui hasil belajar melalui penerapan model Discovery Learning
dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa SMA.
2. Mengetahui hasil belajar melalui penerapan model Interactive
7
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Mengetahui model pembelajaran yang lebih baik antara Discovery
Learning dan Interactive Demonstration dalam meningkatkan hasil belajar
kognitif.
4. Mengetahui konsistensi dari hasil perbandingan penerapan model
pembelajaran yang lebih baik antara Discovery Learning dan Interactive
Demonstration dalam meningkatkan hasil belajar kognitif apabila
diterapkan pada kelas dan materi yang berbeda.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai salah satu sumber informasi yang dapat dijadikan masukan bagi
semua pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dan pengajaran,
khususnya dalam pendidikan fisika, sehingga dapat ditempuh suatu
kebijakan dalam upaya meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas X
pada salah satu SMA swasta di bandung.
2. Merupakan latihan bagi penulis untuk menyusun karya tulis ilmiah
sehingga dapat mengembangkan proses berpikir ilmiah dan pengkajian
faktor-faktor empiris.
3. Sebagai bahan untuk mengembangkan model pembelajaran inkuiri secara
praktis.
4. Meningkatkan hasil belajar kognitif fisika siswa, sehingga akan
mempermudah para guru dalam melakukan pembelajaran karena siswa
sudah memiliki minat dan motivasi yang baik.
5. Mempermudah guru dalam mengelola kelas dan dapat mengambil
tindakan-tindakan dalam penelitian sebagai referensi selama proses
pembelajaran yang sesuai dengan standar proses.
6. Mengembangkan ilmu/pengetahuan penulis/pembaca berkaitan dengan
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi dan Sample Penelitian
Tempat penelitian yang digunakan adalah Sekolah Menengah Atas
Swasta di Bandung yang masih perlu perhatian dalam penerapan model
pembelajaran berbasis inkuiri sehingga cukup representatif untuk diterapkan
penelitian model pembelajaran Discovery Learning dan Interactive
Demonstration.
Populasi adalah keseluruhan aspek tertentu dari ciri-ciri fenomena
atau konsep yang menjadi pusat perhatian (Tiro, 2003:3). Pendapat lain
dikemukakan bahwa populasi adalah ‘keseluruhan subjek penelitian”
(Arikunto, 2006:130)
Berdasarkan pengertian populasi di atas maka, dapat disimpulkan
bahwa populasi adalah objek penelitian yang menjadi pusat atau sasaran
dalam penelitian. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh Siswa Kelas X-E dan X-H di salah satu SMA Swasta di Bandung.
Sampel adalah suatu proporsi kecil dari populasi yang seterusnya
diteliti, yang dipilih, atau ditetapkan untuk keperluan analisis (Sudijono,
2006:280)
Dengan melihat Salah satu SMA swasta di Bandung khususnya pada
kelas X-H dan X-E yang dijadikan sasaran dalam penelitian ini adalah
terdapat dua kelas, maka sampel yang digunakan adalah sampel total (sampel
jenuh), artinya jumlah seluruh populasi adalah subjek penelitian.
Adapun cara pengambilan sampel mengacu pada pendapat bahwa
“Apabila subjeknya kurang dari seratus, lebih baik diambil keseluruhannya.”
(Arikunto, 2006:134). Dengan demikian, sampel dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa pada kelas X-H dan X-E di salah satu SMA Swasta kota
30
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Hipotesis
Berdasarkan hasil penelitian Rahmat Rizal (2012) yang
mengemukakan bahwa model ID lebih efektif daripada model DL dalam
meningkatkan pemahaman konsep siswa, maka penelitian ini akan menguji
hipotesis ; penerapan ID juga akan lebih baik daripada penerapan DL apabila
variabel yang diukurnya adalah hasil belajar kognitif (C1-C4). Dengan
demikian, uji hipotesisnya dapat menggunakan uji pihak kanan:
1. Ho: Model pembelajaran Discovery Learning kurang atau sama baiknya
dengan model pembelajaran Interactive Demonstration dalam
meningkatkan hasil belajar siswa SMA.
2. Ha: Model Discovery Learning lebih baik daripada model Interactive
Demonstration dalam meningkatkan hasil belajar siswa SMA.
Perumusannya adalah sebagai berikut:
1. Ho: µ1 ≤ µ 2
2. Ha: µ 1> µ 2
Keterangan:
µ1= Rerata (Parametrik)/ Median (Nonparametrik) peningkatan hasil belajar
kognitif siswa SMA melalui penerapan model Discovery Learning.
µ2= Rerata (Parametrik)/ Median (Nonparametrik) peningkatan hasil belajar
kognitif siswa SMA melalui penerapan model Interactive Demonstration.
Grafik 3.1. Uji Pihak Kanan
Daftar tabel
Daerah penerimaan Ho
31
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Counter Balanced
Design (Desain Berimbang). Desain ini sangat sesuai digunakan apabila ingin
menguji dua metode/perlakuan yang berbeda (Furchan, 2011: 399). Untuk
lebih jelasnya, dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 3.1. Counter Balanced Design
Replikasi Perlakuan Eksperimental
Model Discovery Learning Model Interactive Demonstration
Pre-test
Materi 1 Kelas X.H Kelas X.E
Post-test
Pre-test
Materi 2 Kelas X.E Kelas X.H
Post-test
Berdasarkan tabel di atas, perlakuan dua model diterapkan pada
masing-masing kelas, pada replikasi materi pertama kelas X.H mendapatkan
DL dan X.E mendapatkan ID yang sebelum dan sesudahnya diberikan
pre-test dan post-pre-test. Kemudian pada replikasi materi kedua, kelas disilang
(kedua model bertukar) dimana X.E mendapatkan DL dan X.E mendapatkan
ID yang sebelum dan sesudahnya diberikan test dan post-test. Hasil
pre-test dan post-pre-test akan dianalisis untuk dapat membandingkan penerapan dari
kedua model dalam meningkatkan hasil belajar kognitifnya.
Penerapan desain ini menuntut pemahaman awal siswa antara dua
kelas yang identik (Furchan, 2011: 400), sehingga sebelum dilakukan analisis
32
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Metode
Penelitian ini menggunakan dua perlakuan, dimana masing-masing
perlakuan diterapkan pada dua kelas sesuai dengan desain yang telah
dijelaskan. Perlakuan sebagai variabel bebas diterapkan berbeda-beda dengan
dua kelas yang ada, namun dengan variabel terikat yang sama. Hasil
pengukuran variabel terikat digunakan sebagai parameter dalam melakukan
perbandingan antara dua penerapan variabel bebas tersebut. Dengan
demikian, metode penelitian yang digunakan adalah metode Experimental
Comparison (Perbandingan Eksperimental). (Furchan, 2011: 357)
E. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional penelitian yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
a. Discovery Learning atau Model Pembelajaran Penemuan, merupakan
model pembelajaran berorientasi inkuiri yang diterapkan demi
membangun pemahaman konsep dan kognisi siswa melalui
kegiatan-kegiatan penemuan yang ditunjukkan oleh guru serta dengan
menyertakan kegiatan-kegiatan eksperimen yang dilakukan oleh siswa.
b. Interactive Demonstration atau Model Pembelajaran Demonstrasi
Interaktif, merupakan model pembelajaran berorientasi inkuiri yang
diterapkan melalui pertanyaan-pertanyaan terarah saat guru
mendemonstrasikan sebuah fenomena agar dapat membangun
pemahaman konsep siswa dan mengembangkan kognisinya serta mampu
melakukan kegiatan eksperimen dengan baik.
c. Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa, merupakan hasil belajar yang
mengarah pada kemampuan intelektual siswa dan bisa didapat melalui
hasil tes tertulis berupa soal pilihan berganda.
F. Instrument Penelitian
Instrumen yang digunakan berupa test, merupakan instrumen yang
digunakan sebagai metode untuk mendapatkan data tentang hasil belajar
soal-33
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
soal yang berkaitan dengan pokok pembahasan materi Fisika kelas X SMA.
Tes ini terbagi dua macam yaitu pre-test dan post-test. Adapun pre-test
adalah tes yang diberikan kepada siswa mengenai bahan yang diajarkan
kepadanya sebelum kegiatan belajar mengajar (Suryosubroto, 1997: 161).
Pre-test diberikan kepada siswa bertujuan untuk mengetahui sampai dimana
tingkat penguasaan materi khususnya pokok bahasan fisika kelas X SMA,
post-test adalah tes yang diberikan kepada siswa setelah proses belajar selesai
(Suryasubroto, 1997:161). Post-test bertujuan untuk mengetahui hasil belajar
kognitif siswa X SMA yang bersangkutan dengan pembelajaran pemberian
umpan balik pada pokok bahasan materi Fisika kelas X SMA. Tes di sini
berupa pilihan ganda ranah kognitif yang mengacu pada SK-KD pembahasan
Suhu dan Kalor.
Selain tes, instrumen yang lain adalah lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran yang digunakan oleh 6 observer yang bertugas
mengamati kegiatan pembelajaran. Lembar observasi ini berisi
indikator-indikator kegiatan guru dan siswa yang diisi dengan cara mengkonfirmasi
(checklist) kegiatan-kegiatan yang berlangsung selama proses pembelajaran.
F. Proses Pengembangan Instrumen
Sebelum digunakan, instrumen test yang telah dibuat harus diuji
terlebih dahulu melalui beberapa pengujian, diantaranya adalah; validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal. Apabila soal
memenuhi kriteria, maka soal tersebut layak untuk digunakan, dan jika tidak
memenuhi kriteria, maka soal tersebut akan dibuang. Sedangkan hasil data
yang didapat melalui instrumen lembar observasi akan diolah menggunakan
perumusan keterlaksanaan model pembelajaran.
1. Validitas (Ketepatan Instrumen)
34
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Reliabilitas berfungsi untuk mengetahui sejauh mana hasil
pengukuran dapat dipercaya atau dengan kata lain instrument berlaku
dalam jangka waktu yang lama (klasifikasi interpretasi sama dengan
validitas).
r11 = Koefisien reliabilitas instrumen tes yang dicari
2
35
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
t= Jumlah varians
n = Jumlah butir soal
Tabel 3.3. Interpretasi Reliabilitas
Nilai rxy Interpretasi
0,81 – 1,00 Sangat tinggi
0,61 – 0,80 Tinggi
0,41 – 0,60 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat rendah
(Arikunto, 2003: 75)
3. Tingkat Kesukaran
Dengan:
TK: Tingkat kesukaran tiap butir soal.
BU: Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar
BL: Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar
NU: Banyaknya siswa kelompok atas
NL: Banyakanya siswa kelompok bawah
Tabel 3.4. Interpretasi Tingkat Kesukaran
Hasil Kategori
0,00-0,25 Sukar
0,26-0,75 Sedang
0,76-1,00 Mudah
36
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4. Daya Pembeda soal
A B A
I S S
DP
DP = Indeks daya pembeda item satu butir soal tertentu
SA = Jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok atas
SB = Jumlah peserta tes yang menjawab pada kelompok bawah
IA = Jumlah skor maksimum salah satu kelompok pada butir soal
yang diolah
Tabel 3.5. Interpretasi Daya Pembeda Soal
Hasil Kategori
Negatif Soal dibuang
0,00-0,20 Buruk
0,21-0,40 Cukup
0,41-0,70 Baik
0,71-1,00 Baik sekali
(Arikunto, 2003:218)
5. Keterlaksanaan Model Pembelajaran
Digunakan untuk mengolah data observasi keterlaksanaan
pendekatan pembelajaran baik ID maupun DL.
Tabel 3.6. Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran
37
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
0,00-24,90 Sangat kurang
Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011: 199).
Angket yang digunakan akan diberikan kepada 10 siswa yang menerima
perlakuan dan 5 observer yang mengamati perlakuan. Observasi terstruktur
Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara
38
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jika 2hitung <2tabel maka disimpulkan data terdistribusi
normal
Jika 2hitung ≥ 2tabel maka disimpulkan data tidak
terdistribusi normal.
2
tabel ditentukan berdasarkan derajat kebebasan (jumlah kelas
pada tabel frekuensi-1) dengan taraf kesalahan 5%.
(Sugiyono, 2011: 79)
2. Uji Homogenitas
Menentukan nilai F berdasarkan tabel dengan derajat kebebasan (dk)
yang terbagi menjadi dua, yakni dkpembilang dan dkpenyebut, dimana dk=
N-1. (N= Jumlah sampel)
Jika hitung ≤tabel maka data terdistribusi homogen.
Jika hitung > tabel maka data tidak terdistribusi homogen.
Setelah diketahui homogenitasnya, maka akan dilanjut uji hipotesis
dengan t-test atau uji median (Sugiyono, 2011: 139).
3. Uji t (t-test)
Jika data bersifat statistik parametris dan terdapat dua varians,
maka uji hipotesis yang cocok adalah uji-t. Rumus yang disediakan ada
39
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Polled Varians:
Pemilihan rumus bergantung pada ketentuan berikut (Sugiyono,
2011: 139):
); digunakan rumus separated varians,
dengan harga t sebagai pengganti harga t tabel dihitung dari
selisih harga t tabel dengan dk = n1-1 atau dk = n2-1 dibagi dua
dan kemudian ditambah dengan harga t terkecil.
4. Uji Median (Median Test)
Namun, apabila data yang didapat tidak terditribusi normal
(non-parametris), maka uji hipotesisnya menggunakan statistik parametris.
Oleh karena sampel yang diambil diantara 20-40 dari setiap kelas
(Sugiyono, 2011: 149), maka uji non-parametrik yang sesuai adalah uji
median, dengan rumus:
Dimana:
A = Banyak kasus dalam kelompok I > Median gabung= ½ n1
40
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C = Banyak kasus dalam kelompok I ≤ Median gabung= ½ n1 D = Banyak kasus dalam kelompok II ≤ Median gabung= ½ n2
5. Menghitung Gain-score
Berdasarkan jurnal Hake (1998), untuk mengetahui peningkatan
hasil pembelajaran (perlakuan) digunakan formula:
Gain= selisih pre-test dan post-test
G=Tf–Ti
Agar instrumen soal yang digunakan efektif untuk mengambil
data, instrumen soal diuji terlebih dahulu pada 40 siswa yang telah
mempelajari materi suhu dan kalor. Kemudian dianalisis berdasarkan
reliabilitas keseluruhan soal, validitas per butir soal, tingkat kesukaran
per butir soal, dan daya pembeda per butir soal.
Tabel 3.7. Uji Instrumen Soal
41
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10 0,686 Tinggi 0,350 Sedang 0,550 Baik
Reliabilitas-Kategori 0,818 Sangat tinggi
Berdasarkan validitas, jumlah butir soal tergolong sangat rendah
adalah 8,57% atau 3 soal, jumlah butir soal yang tergolong rendah
adalah 31,43% atau 11 soal, jumlah butir soal yang tergolong cukup
adalah 37,14% atau 13 soal, dan jumlah butir soal yang tergolong tinggi
adalah 22,86% atau 8 soal. Berdasarkan tingkat kesukaran, jumlah butir
42
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang tergolong sedang adalah 45,71% atau 16 soal, dan jumlah butir
soal yang tergolong sukar adalah 42,86% atau 15 soal. Berdasarkan
daya pembeda, jumlah butir soal yang tergolong jumlah butir soal yang
tergolong buruk adalah 42,86% atau 15 soal, jumlah butir soal yang
tergolong cukup adalah 31,43% atau 11 soal, dan jumlah butir soal yang
tergolong baik adalah 25,71% atau 9 soal.
Untuk butir soal yang tergolong memiliki validitas yang sangat
rendah, akan diperbaiki dengan merevisi pertanyaan soal. Untuk butir
soal yang memiliki daya pembeda soal buruk akan diperbaiki dengan
merevisi pertanyaan soal beserta pilihan jawabannya. Berdasarkan
tingkat kesukaran tidak ada yang perlu diperbaiki dan secara
keseluruhan instrumen soal tergolong memiliki reliabilitas yang sangat
tinggi. Dengan demikian, tidak ada butir soal yang dibuang. Butir soal
akan dibuang jika validitas dan daya pembeda butir soal bernilai minus
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pertanyaan penelitian yang diajukan dan hasil penelitian yang
diperoleh, dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, secara umum dapat dikatakan
bahwa model pembelajaran Discovery Learning lebih baik daripada
Interactive Demonstration dalam meningkatkan hasil belajar kognitif
siswa.
2. Hasil pengujian hipotesis yang menunjukkan bahwa Discovery Learning
lebih baik daripada Interactive Demonstration dalam meningkatkan hasil
belajar kognitif memperlihatkan konsistensi, meskipun kedua model ini
diterapkan pada kedua kelas (sesuai dengan desain counterbalance) dan
materi yang berbeda-beda.
3. Penerapan model pembelajaran Discovery Learning mampu meningkatkan
hasil belajar kognitif dengan skor rata-rata sebesar 2,87 pada materi ke-1
(kelas X.H), jumlah siswa 31 dan 3,43 pada materi ke-2 (kelas X.E),
jumlah siswa 35.
4. Penerapan model pembelajaran Interactive Demonstration mampu
meningkatkan hasil belajar kognitif dengan skor sebesar 5,4 (kelas X.E)
pada materi ke-1, jumlah siswa 35 dan 5,06 pada materi ke-2 (kelas X.H),
jumlah siswa 31.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan diskusi/pembahasan, dapat diajukan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Idealnya siswa SMA sudah dapat mengimplementasikan level inkuiri
Wenning tingkat akhir (Hypotetical Inquiry), sehingga hendaknya
penerapan DL dan ID ini sudah ada di tingkat SMP sehingga ketika SMA,
63
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan pada siswa, penerapan model
pembelajaran masih terkesan membosankan dan sulit diikuti oleh siswa.
Oleh sebab itu perlu pengelolaan kelas dan penguasaan materi yang baik
oleh guru.
3. Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan pada observer, keterlaksanaan
pembelajaran masih dianggap kurang maksimal dan ketika pembelajaran
guru mendapatkan respon negatif dari siswa. Oleh sebab itu guru perlu
menguasai skenario pembelajarannya dengan baik dan mampu mampu
membuat kegiatan pembelajaran menjadi menyenangkan.
4. Meskipun materi-1 dan materi-2 pada desain penelitian berbeda, kedua
materi tersebut masih dalam satu bab pembahasan, sehingga diperkirakan
masih ada pengaruh antara penerapan model pada materi ke-1 terhadap
hasil yang diperoleh pada materi ke-2. Oleh sebab itu, apabila ingin
menggunakan desain penelitian counter-balanced hendaknya memilih
64
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Annisa, Fanny Nurul. 2012. Penerapan Metode Pembelajaran Interaktif untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Fisika SMA Pada Konsep Suhu dan Kalor.
Skripsi UPI: tidak diterbitkan
Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach-Belajar untuk Mengajar I.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach-Belajar untuk Mengajar II.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Dahar. Ratna Wilis. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Fraser, B. J. 1981. TOSRA Test of Science-Related Attitudes Handbook.
Hawthorn, Victoria, Australia, Australian Council for Educational Research.
Furchan, Arief. 2011. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Gay. L.R. 1987. Educational Research: Comptencies for Analysis and
Application. London Melbourne: Merrill Publishing Company.
Gross, Jerod L. 2002. Seeing is Believing: Classroom Demonstration as Scientific
Inquiry. Illionis State University, Physics Departement.[Online] Tersedia:
http://www.phy.illstu.edu. 3 September 2012
Hake, R.R. 1998. Interactive-Engagement Methods in Introductory Mechanics
Courses. Departement of Physics, Indian University, Bloomingtoon. [online]
Tersedia: http://web.mit.edu/rsi/www/2005/misc/minipaper/papers/Hake.pdf
Nasution, S. 2003. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara
Nugraha, M.G. (2007). Pengaruh Model Pembelajaran Discovery
Learning-Inquiry terhadap Kecakapan Berpikir Rasional Siswa pada Pokok Bahasan
Fluida Statis. Skripsi FPMIPA UPI-Bandung: tidak diterbitkan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang tujuan
65
Ragil Dimas Pamungkas, 2014
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Fisika SMA/MA
Ridwan, M. Kamus Ilmiah Populer. Jakarta: Pustaka Indonesia
Rizal, Rahmat. 2012. Perbandingan Efektivitas Penerapan Pendekatan Discovery
Learning dengan Interactive Demonstration pada Pembelajaran Sains
Berorientasi Inquiry dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa
SMA. Skripsi FPMIPA UPI-Bandung: Tidak diterbitkan
Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Sudjana. 2003. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi bagi Para Peneliti.
Bandung: Tarsito
Sudjana. 2005. Metode Statitika. Bandung: Tarsito
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Bandung: Rineka Cipta
Susilana, Rudi. 2006. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Kutekpen UPI
Tiro, Arif. 1999. Dasar-Dasar Statistik. Makassar: Universitas Negeri Makassar
Universitas Pendidikan Indonesia. 2009. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
Bandung
Wenning, J. Carl. 2005. Levels of Inquiry: Hierarcy of Pedadogical Practise and
Inquiry Process. [Online]
Tersedia:http://www.dlsu.edu.ph/office/asist/documents/levelofinquiry.pdf. 5
septermber 2012
Wenning, J. Carl. 2011. The Levels of Inquiry Model of Science Teaching.
[Online]
Tersedia:http://www.dlsu.edu.ph/office/asist/documents/levelofinquiry.pdf. 5