• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VII

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VII "

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VII

SMP NEGERI 17 PADANG

Apriani Zebua, RRP Megahati, Liza Yulia Sari Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

Alamat e-mail : avril.zebua@yahoo.co.id

ABSTRACT

The low of result in teaching students at the seventh grade of SMPN 17 Padang have some factors such as in teaching learning process the teacher who has been teaching in the school using the method lecture and question-answer. It’s students are less active in teaching- learning process.

This can be seen from the lack of student interest to give question and less active in finding concepts and lack of student to look for information itself from the material provided. In the circumstances the students it is difficult to achieve the porpuse of teaching learning process. The reseach find the effort to do in order the students active and motivated in teaching learning process by using Discovery Learning. The purpose of this research is to know the result of implementation by using Discovery Learning at the seventh grade students of SMPN 17 Padang. Type of experimental research and study design Randomized Control Group. The sampling technique purposive sampling. Based on the results of the research, the results of cognitive learning experimental class are 76,69 and control class are 68.27. The result of effective experimental class are 81.16 and the control class are 80.9 and the result of Psychomotor experimental class are 67,69 and control class are 70.87. Obtained from testing the hypothesis that > where in = 4.40 and = 1.66 then the hypothesis is accepted. From the result above the researcher concludes that Discovery Learning is a model that can be use to increase the students ability in teaching learning process IPA at the seventh grade of SMPN 17 Padang.

Keywords: Discovery Learning

A. Pendahuluan

Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang berpusat pada siswa untuk mengembangkan kreativitas, menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang bagi siswa. Guru memegang peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan. Guru diharapkan mampu menciptakan kondisi belajar yang dapat melibatkan secara aktif, fisik dan mental siswa sehingga siswa dapat termotivasi dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan dengan salah seorang guru IPA pada bulan Januari 2015 di SMP Negeri 17 Padang, diperoleh informasi bahwa dalam proses pembelajaran guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, kurangnya minat siswa dalam bertanya serta kurang dalam menemukan

konsep dan mencari informasi sendiri dari materi yang diberikan serta nilai rata-rata ulangan harian IPA rendah dan berada di bawah (KKM).

Guru sebagai komponen utama dalam pembelajaran harus mencari solusi agar keadaan tersebut dapat diatasi, sehingga kompetensi yang diinginkan dapat dicapai.

Dalam meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa terhadap materi maka perlu diterapkan model pembelajaran yang memungkinkan terjadinya aktifitas dalam interaksi komunikasi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Menurut Trianto (2011:5) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial untuk menentukan perangkat pembelajaran

1

(4)

termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah model pembelajaran Discovery Learning. Model pembelajaran Discovery Learning mengarahkan siswa untuk memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Kemendikbud,2013:10).

Dengan penggunaan model pembelajaran Discovery Learning siswa didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisasi atau membentuk apa yang mereka ketahui dan pahami dalam suatu bentuk akhir. Menurut Kemendikbud (2013:11) langkah-langkah model pembelajaran Discovery Learning adalah Stimulation,Problem Statement, Data Collecting, Data Processing, Verrification, dan Generalization.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMP Negeri 17 Padang kelas VII pada bulan April sampai Mei semester genap Tahun Pelajaran 2014/2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Pada kelas eksperimen diterapkan pembelajaran aktif dengan menggunakan model Discovery Learning, sedangkan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional yaitu dengan metode ceramah dan tanya jawab.

Model rancangan penelitian yang digunakan adalah randomized control group posttest only design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 17 Padang yang terdaftar dalam semester genap Tahun Pelajaran 2014/2015. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dan sebagai sampel penelitian adalah sebagai kelas eksperimen yaitu kelas VII3 dan sebagai kelas kontrol yaitu kelas VII2.

Pelaksanaan penelitian ini merupakan pemberian perlakuan selama proses pembelajaran. Perlakuan yang diberikan berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas Eksperimen dengan menggunakan model Discovery Learning.

Kelas Kontrol dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.

Pada ranah kognitif alat yang digunakan berupa tes pilihan ganda. Tes ini diberikan sesuai dengan materi pembelajaran selama perlakuan berlangsung dan dilaksanakan diakhir penelitian. Untuk mendapatkan soal tes yang baik, maka dilakukan analisis soal dengan uji validitas butir soal, reliabilitas tes, daya pembeda soal, dan indeks kesukaran soal. Instrumen penilaian ranah afektif adalah berupa lembar observasi yang bertujuan untuk melihat sikap dan minat siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi pada ranah afektif dilakukan setiap pertemuan yang dinilai oleh observer.

Dalam penelitian ini analisa data digunakan untuk melihat informasi tentang hasil belajar IPA siswa yang dinilai dari tes akhir dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning.

Selanjutnya menentukan uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis. Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas variansi terhadap kelas sampel, untuk melihat apakah sampel berdistribusi normal atau tidak serta apakah kedua kelompok data mempunyai variansi yang homogen atau tidak.

Pada taraf nyata 0,05 data terdistribusi normal jika L0 < Ltabel (Sudjana, 2005:249).

harga F yang terdapat pada daftar distribusi F dengan taraf signifikan 5% dan dk pembilang = n1 – 1 dan penyebut = n2 – 2 bila hanya Fhitung ≤ Ftabel berarti kedua kelompok data mempunyai varians yang homogen. Jika Fhitung > Ftabel berarti kedua kelompok sampel tidak memiliki varians yang homogen. Kriteria pengujian adalah H0

diterima jika: -t1-1/2α dengan dk= (n1 + n2-2) dan peluang (1-1/2α) untuk harga lainnya, H0 ditolak (Sudjana, 2005:239).

C. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka nilai rata-rata hasil belajar

(5)

3

dapat gambarkan pada histogram berikut ini.

Gambar 1. Histogram Nilai Rata-rata Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotor Kelas Sampel Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan pada kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning diperoleh nilai rata-rata hasil belajar yaitu 76,24. Terjadinya peningkatan hasil belajar disebabkan oleh pada saat proses pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan masalah pada gambar serta membuat pertanyaan di LDS dan memecahkan masalah tersebut dengan menjawab sendiri pertanyaan yang telah dibuat dengan cara membaca buku yang mereka miliki. Secara berangsur-angsur siswa paham terhadap materi yang dipelajari. Bukan seperti pembelajaran yang sebelumnya proses pembelajaran berpusat pada guru saja. Pernyataan ini didukung oleh

Kemendikbud (2013:6) guru

mengembangkan suasana belajar yang memberi kesempatan siswa untuk menemukan, menerapkan ide-ide, dan secara sadar menggunakan strategi sendiri untuk belajar. Guru mengembangkan kesempatan belajar bagi siswa yang bisa berangsur- angsur membawa mereka kepemahaman yang lebih tinggi, yang semula dilakukan dengan bantuan guru tetapi semakin lama menjadi menemukan kemandirian. Dengan menerapkan pembelajaran Discovery Learning dapat menjadikan siswa belajar lebih aktif. Hal ini terlihat pada saat belajar siswa aktif berfikir, berinteraksi, dan berani mencoba membuat pertanyaan sendiri serta mencari informasi sendiri agar

meningkatkan pemahamannya terhadap materi. Pernyataan ini didukung oleh Hamzah (2011:77) pembelajaran aktif dalam proses pembelajaran adalah siswa aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran untuk berfikir, berinteraksi, berbuat untuk mencoba, menemukan konsep baru atau menghasilkan suatu karya.

Pada kelas kontrol dengan menerapkan metode ceramah dan tanya jawab diperoleh nilai rata-rata hasil belajar yaitu 68,27. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pada saat proses pembelajaran siswa kurang bersemangat dalam belajar dan siswa hanya mendengarkan serta mencatat materi yang dijelaskan. Pernyataan ini didukung oleh Lufri (2007:34) metode ceramah memiliki kelemahan yaitu kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata), tidak dapat mencakup berbagai tipe belajar anak didik, membosankan bagi anak didik bila terlalu lama, sukar mendeteksi atau mengontrol sejauh mana pemahaman anak didik, menyebabkan anak didik pasif, kurang menggairahkan belajar siswa bila guru kurang cakap berbicara, serta membuat anak didik tergantung pada gurunya.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan terlihat bahwa hasil belajar ranah afektif siswa pada kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning diperoleh nilai rata-rata 81,16 dengan nilai kategori baik (B). Siswa pada kelas eksperimen mengalami perubahan tingkah laku yaitu siswa mencari dan mengumpulkan informasi sendiri dari buku yang mereka miliki dengan cara membaca buku dan berlatih belajar sendiri. Hal ini sejalan dengan dinyatakan oleh Jufri (2013:55) belajar meliputi adanya perkembangan pengetahuan, keterampilan, sikap dan perubahan tingkah laku yang terjadi pada seseorang sebagai dampak dari kegiatan belajar seperti membaca, meniru, dan berlatih. Hasil belajar ranah afektif pada kelas kontrol dengan menerapkan pembelajaran metode ceramah dan tanya jawab diperoleh nilai rata-rata 80,9 dengan nilai kategori baik (B). Hal ini disebabkan pada saat proses pembelajaran siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan kurangnya usaha serta minat siswa untuk mencari dan mempelajari sendiri. Hal ini didukung oleh

60 65 70 75 80 85

Eksperimen Kontrol

Kognitif Afektif Psikomotor 76,24

81,16

67,69 68,27

80,9

70,87

(6)

pernyataan Kunandar (2013:100) ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai.

Sikap menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal.

Hasil belajar siswa ranah psikomotor pada kelas eksperimen diperoleh nilai rata- rata 67,69 dengan nilai kategori cukup (C).

Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pada saat menulis catatan dalam LDS ada sebagian siswa yang tidak melengkapi catatannya karena masih ada siswa yang mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi masalah dan mengungkapkan hubungan antar konsep- konsep didalam LDS. Hal ini didukung oleh pernyataan Aunurrahman (2010:136) terdapat beberapa prinsip belajar psikomotorik, 1)Faktor-faktor lingkungan memberikan pengaruh terhadap bentuk dan cakupan penampilan psikomotor individu, 2)Tugas-tugas psikomotorik yang terlalu sukar bagi siswa dapat menimbulkan keputusasaan dan kelelahan yang lebih cepat.

Hasil belajar siswa ranah psikomotor pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata 70,87 dengan nilai kategori cukup (C). Hal ini disebabkan oleh pada saat belajar tidak semua siswa mencatat dan melengkapi catatannya serta masih ada siswa yang tidak mengumpulkan catatannya. Hal ini didukung oleh pernyataan Hamalik (2011:33) belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor kondisional sebagai berikut 1)Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan, 2)Belajar akan lebih berhasil jika siswa merasa berhasil dan mendapatkan kepuasannya,3)Belajar hendaknya dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, 4)Faktor kesiapan belajar, minat, dan intelegensi.

D. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan .

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah di kemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VII SMPN 17 Padang.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis menyarankan beberapa hal yang dapat memberikan masukan guna peningkatan hasil belajar IPA yaitu:

1. Guru dapat menerapkan model pembelajaran Discovery Learning dalam pembelajaran IPA, agar siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Penulis mengharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lanjutan pada sekolah dan pokok bahasan yang berbeda.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar lebih bisa mengontrol siswa dalam belajar dan dapat melakukan pengelolaan kelas dengan baik agar proses pembelajaran berlangsung lebih efektif. Dan sebelum mengikuti proses pembelajaran, diharapkan siswa memiliki kesiapan belajar, terutama memiliki pengetahuan awal.

Daftar Pustaka

Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamzah. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara.

Jufri, Wahab. 2013. Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung:

Pustaka Reka Cipta.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

2013. Model RPP. Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Direktorat Pembinaan Siswa.

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik. Jakarta:

Grafindo Persada.

Lufri. 2007. Strategi Pembelajaran Biologi.

Padang : UNP.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung:

Tarsito.

Trianto. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Jakarta: Prestasi Pustaka.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian/ini senada dengan penelitian Jumaeroh & Zuhaida 2019 yang menyebutkan bahwa kelas eksperimen yang menggunakan media Edmodo dalam model pembelajaran discovery learning

Nilai Rata-Rata Ranah Afektif Siswa Kelas Sampel Berdasarkan Gambar 1 penilaian ranah afektif yang telah dilakukan berupa lembaran observasi sikap, maka didapatkan nilai rata-rata