PENGGUNAAN ABREVIASI PADA RANAH KESEHATAN
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian Syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Bahasa dan Sastra Indonesia
oleh
SILFI PITRIYANTI NIM 1001030
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Oleh
Silfi Pitriyanti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
©Silfi Pitriyanti 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
PENGGGUNAAN ABREVIASI PADA RANAH KESEHATAN
Oleh Silfi Pitriyanti
1001030
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing 1,
Dr. Hj. Nuny Sulistiany Idris, M.Pd.
NIP :196707151991032001
Pembimbing 2,
Dra. Novi Resmini, M.Pd.
NIP : 196711031993032003
diketahui oleh
Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Dr. Dadang S. Anshori, S.Pd., M.Si.
PERNYATAAN ...i
ABSTRAK ...ii
KATA PENGANTAR ...iii
UCAPAN TERIMA KASIH ...iv
DAFTAR ISI ...vi
DAFTAR TABEL ...viii
DAFTAR BAGAN ...ix
BAB 1 PENDAHULUAN ...1
1.1Latar Belakang Penelitian ...1
1.2Masalah Penelitian ...6
1) Identifikasi Masalah ...6
2) Batasan Masalah...7
3) Rumusan Masalah ...7
1.3Tujuan Penelitian ...8
1.4Manfaat Penelitian ...8
1) Manfaat Secara Teoretis ...8
2) Manfaat Secara praktis ...8
1.5Struktur Organisasi Penelitian ...9
BAB 2 PENELITIAN TERDAHULU, IHWAL MORFOLOGI BAHASA INDONESIA DAN SOSIOLINGUISTIK ...10
2.1Penelitian terdahulu ...10
2.2Ihwal Morfologi Bahasa Indonesia ...13
2.2.1 Jenis Abreviasi ...14
2.2.2 Pola Pembentukan Abreviasi ...16
2.3Sosiolinguistik ...22
BAB 3 METODE PENELITIAN...24
3.1Metode dan Desain Penelitian ...24
3.2Definisi Operasional...26
3.4Instrumen Penelitian...27
3.5Teknik Pengumpulan Data ...36
3.6Teknik Pengolahan Data ...36
3.7Teknik Analisis Data ...36
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...38
4.1Deskripsi Data Abreviasi ...38
4.2Analisis Hasil Penelitian ...39
4.2.1 Jenis dan Pola Abreviasi ...40
4.2.1.1 Singkatan ...40
4.2.1.2 Akronim ...78
4.2.1.3 Penggalan ...80
4.2.2 Analisis Pemahaman Penutur Bahasa Indonesia ...81
4.1 Pembahasan ...86
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ...95
5.1 Simpulan ...95
5.2 Saran ...98
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kartu Data ... 32
Tabel 3.2 Lembar Angket ke 1 ... 32
DAFTAR BAGAN
oleh Silfi Pitriyanti NIM 1001030
ABSTRAK
Dalam penggunaan abreviasi pada ranah kesehatan, ditemukan beberapa bentuk yang sama atau homonim sehingga sangat memungkinkan sekali mengakibatkan kesalah pahaman pemahaman terlebih apabila masyarakat atau penutur bahasa Indonesia lebih menggunakan atau mengetahui abreviasinya daripada kepanjangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) jenis abreviasi yang digunakan dalam ranah kesehatan, (2) pola pembentukan abreviasi pada ranah kesehatan, (3) jenis abreviasi yang paling dominan terdapat pada ranah kesehatan, dan (4) pemahaman penutur bahasa Indonesia tentang abreviasi pada ranah kesehatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi dan angket. Teknik dokumentasi digunakan untuk pengumpulan data, sedangkan teknik angket digunakan untuk mengetahui pemahaman penutur bahasa Indonesia terhadap penggunaan abreviasi pada ranah kesehatan. Hasil temuan penelitian ini adalah (1) Dari data yang didapat yaitu sebanyak 101 data abreviasi dalam ranah kesehatan berupa nama-nama penyakit dan virus, ditemukan 96 data jenis abreviasi berupa singkatan, akronim sebanyak 4 data, dan penggalan sebanyak 1 data, (2) Pola pembentukan abreviasi pada ranah kesehatan berupa nama-nama penyakit dan virus ditemukan 10 macam pola pembentukan, pola pembentukan tersebut terdiri dari 4 pola pembentukan sesuai dengan kaidah pembentukan menurut Kridalaksana dan 6 pola pembentukan merupakan pola baru. Sementara pada akronim ditemukan 3 macam pola pembentukan, 1 pola pembentukan sesuai dengan kaidah pembentukan menurut Kridalaksana dan 2 pola pembentukan merupakan pola baru. Sementara pada penggalan ditemukan satu pola pembentukan baru yaitu penggalan suku kata kedua dari suatu kata atau pengekalan huruf ketiga, keempat, dan kelima dari suatu kata, (3) jenis abreviasi yang paling dominan terdapat pada ranah kesehatan berupa nama-nama penyakit dan virus adalah singkatan, yaitu sebanyak 96 data, (4) pemahaman penutur bahasa Indonesia terhadap data abreviasi pada ranah kesehatan (nama-nama penyakit dan virus) lebih banyak tidak mengetahui baik abreviasi/singkatan ataupun kepanjangannya yaitu sebanyak 77,7% pada kelompok A dan sebanyak 52,5% pada kelompok B.
ABSTRACT
In utilizing of abbreviation in the health sector found some form of the same words or homonyms so it is most possible to misunderstanding especially if the public or Indonesian speakers more use or know the abbreviation than what it is stands for. This study aims to determine (1) the kinds of abbreviation used in the health sector, (2) the formation pattern of abbreviation in the health sector, (3) the most dominant kinds of abbreviation found in the health sector, and (4) an understanding abbreviation of Indonesian speakers in the health sector. The method used in this research is descriptive method. Data collection techniques used in this study are documentation technique and questionnaires. Documentation technique is used for data collection, while the questionnaire technique is used to determine an understanding abbreviation of Indonesian speakers in the health sector. The results of this study found (1) 101 the kinds of data abbreviation in the health sector, especially the name of diseases and viruses which are 96 data of abbreviations, 4 data acronyms, and 1 datum of hyphenation, (2) 10 kinds of the formation pattern, consist of 4 formation patterns based on Kridalaksana’s rules and 6 formation patterns in a new pattern. In the acronyms, it found 3 kinds of formation pattern, which are 1 formation pattern based Kridalaksana’s rules and 2 formation patterns are a new pattern. In the hyphenation, it found a new pattern that is the hyphenation of the second syllable of a word or letter perpetuation in third, fourth, and fifth of a word, (3) 96 the most of dominant kinds of data which is abbreviation, (4) mostly, an understanding of Indonesian speakers for abbreviation in the health sector (the names of diseases and virusses) are not know well the abbreviation or the abbreviation stands for approximately 77.7% in group A and 52, 5% in group B.
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian
Berbahasa merupakan salah satu kegiatan sehari-hari manusia dalam
berkomunikasi, yang artinya dengan berbahasalah manusia saling berkomunikasi
dan berinteraksi atau bersosialisasi. Ilmu yang menganalisis tentang kebahasaan
ini dikenal dengan ilmu linguistik. Ilmu linguistik tersebut menganalisis bahasa
dari bentuk terkecil bahasa itu sendiri yaitu fon atau fonem, sampai bagian
terbesar dari bentuk bahasa yang disebut wacana. Sementara itu, bagian dari ilmu
bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk struktur kata serta
pengaruh perubahan-perubahan struktur kata terhadap kelas kata dan arti kata
disebut ilmu morfologi (Putrayasa, 2008, hlm. 3).
Salah satu pembentukan kata yang dikaji dalam morfologi adalah abreviasi.
Abreviasi adalah proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau
kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata (Kridalaksana,
2010, hlm. 159). Istilah lain untuk abreviasi adalah pemendekan, sedangkan hasil
prosesnya disebut kependekan.
Kridalaksana (2010, hlm.162) mengklasifikasikan abreviasi ke dalam lima
bentuk, yaitu terdiri dari akronim, penyingkatan, pemenggalan, kontraksi dan juga
lambang huruf. Dalam pembentukan kata dalam abreviasi ini terkadang manusia
selalu keluar dari kaidah kebahasaan yang telah ditentukan sehingga membuat
pola sendiri. Dalam pembentukan akronim perlu kita perhatikan persyaratan
seperti jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim
dalam bahasa Indonesia, dan akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian
kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang
lazim (Pedoman Ejaan yang Disempurnakan, 2002, hlm. 16).
Fungsi dari abreviasi itu sendiri adalah untuk memudahkan orang-orang
dalam menyebutkan suatu nama yang panjang dan juga agar lebih mudah diingat,
misalnya Diabetes Melitusyang disingkat menjadi DM yang terdapat pada kalimat
2
“Jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia terus meningkat dimana saat ini diperkirakan sekitar 5 juta lebih penduduk Indonesia atau berarti 1 dari 40 penduduk Indonesia menderita diabetes. Penemuan diagnosa dini dan penanganan yang adekuat pada lanjut usia yang menderita DM dipandang cukup penting artinya bagi kelangsungan hidup penderita.”
Selain itu, Tuberkulosis juga disingkat menjadi TB untuk mudah diingat dan
memudahkan penyebutan, seperti yang terdapat pada kalimat berikut ini.
“Temuan kasus penyakit tuberkulosis (TB) Paru di Kabupaten Kebumen tergolong tinggi. Dari hasil temuan Sub-sub Recipient (SSR) TB Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kebumen sejak tahun 2010 sampai dengan 2014 ini, ada sekitar 4.700 warga Kebumen yang terdeteksi mengidap penyakit TB.”
Penelitian mengenai Abreviasi ini telah dilakukan oleh beberapa peneliti
sebelumnya, seperti Andriyani (2009) yang menganalisis penggunaan abreviasi di
lingkungan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dalam penelitiannya, Andriyani
meneliti bentuk dan pola abreviasi, jenis abreviasi yang paling dominan, kekhasan
pada bentuk abreviasi yang terjadi di lingkungan tersebut, serta pemahaman
masyarakat terhadap bentuk-bentuk abreviasi di lingkungan TNI AD. Hasil dari
penelitian ini didapat kesimpulan bahwa ternyata sebagian besar masyarakat
kurang memehami bentuk-bentuk abreviasi di lingkungan TNI AD.
Setema dengan penelitian di atas, Utami (2009) menganalisis penggunaan
abreviasi di lingkungan Polisi Republik Indonesia (POLRI). Dalam penelitiannya,
Utami meneliti bentuk dan pola abreviasi, kekhasan abreviasi yang digunakan di
lingkungan tersebut, dan pemahaman masyarakat di luar lingkungan POLRI
terhadap bentuk abreviasi tersebut. Adapun hasil dari penelitian ini adalah
sebanyak 66% masyarakat umum tidak mengetahui bahkan keliru dalam
memahamibentuk abreviasi di lingkungan POLRI.
Kemudian, Wirawan (2010) menganalisis penggunaan abreviasi prokem slang
pada situs jejaring sosial. Dalam penelitiannya, Wirawan meneliti bentuk dan
proses abreviasi, serta makna yang terkandung dalam penggunaan abreviasi
bahasa prokem slang remaja dalam situs jejaring sosial. Hasil dari penelitian
dari adanya variasi bahasa yang disebabkan oleh keheterogenan masyarakat tutur
beserta kegiatan interaksi sosial mereka.
Tristianasari (2011) menganalisisi abreviasi bahasa Indonesia pada bahasa
SMS (Short Message Service) siswa SMA di Kabupaten Banyuwangi. Dalam
penelitian ini, Tristianasari meneliti bentuk dan makna penggunaan abreviasi
bahasa Indonesia dalam mengirim SMS oleh siswa SMA, serta faktor-faktor yang
mempengaruhi siswa SMA menggunakan abreviasi dalam mengirim SMS.
Adapun hasil dari penelitian ini,diketahui bentuk abreviasi yang terdapat pada
bahasa SMS adalah singkatan, penggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf. Bentuk-bentuk tersebut memiliki pola-pola baru yang dapat diterapkan pada suatu
kata atau gabungan kata. Makna abreviasi dalam mengirim SMS dapat
dikatagorikan dalam makna kata, makna referensial, makna gramatikal, makna
leksikal, dan makna konseptual. Siswa SMA mempunyai alasan tersendiri untuk
menyingkat kata dalam SMS sesuai dengan apa yang ada di benak mereka.
Sementara itu, Wijiningsih (2011) menganalisis abreviasi dalam rubrik
wacana pada harian Suara Merdeka edisi Desember 2010 dan alternatif
pembelajarannya di SMP. Dalam penelitiannya, Wijiningsih meneliti penggunaan
abreviasi dalam rubrik wacana pada harian Suara Merdeka edisi Desember 2010
dan alternatif pembelajarannya di SMP.Hasil dari penelitian ini, didapat
kesimpulan bahwa bentuk-bentuk abreviasi yang terdapat pada harian Suara
Merdeka edisi Desember 2010 berupa singkatan, akronim, kontraksi, penggalan,
dan lambang huruf. Selain itu, abreviasi dalam rubrik wacana pada harian Suara
Merdeka edisi Desember 2010 dapat dijadikan alternatif pembelajaran dengan
melihat standar isi mata pelajaran bahasa san sastra Indonesia di SMP kelas IX
semester 1.
Selain itu, Wulandari (2013) menganalisis penggunaan abreviasi dalam bahasa
Sunda. Dalam penelitiannya, Wulandari meneliti bentuk dan pola abreviasi, serta
perubahan makna dari hasil abreviasi dalam bahasa Sunda. Hasil dari penelitian
ini ditemukan kosakata sebanyak 133 data dan setelah diklasifikasi tidak
ditemukan abreviasi dalam bentuk lambang huruf. Dari 133 data, terdapat 20 data
4
yang mengalami perubahan makna sebanyak 69 data. Pada analisis bentuk
abreviasi masih abreviasi masih sesuai dengan teori dari buku kridalaksana,
sedangkan analisis pola terdapat pola-pola baru yang tidak sesuai dengan teori
dari buku tersebut, seperti 3 pola baru dalam bentuk penggalan, 34 pola baru
akronim, dan 15 pola baru kontraksi.
Di tahun yang sama, Astuti (2013) menganalisis penggunaan abreviasi di
kalangan remaja di kota Bandung. Dalam penelitiannya, Astuti meneliti jenis dan
pola abreviasi, serta faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan
abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung. Data yang diperoleh berupa
singkatan berjumlah 65 data, akronim berjumlah 104 data, dan gabungan
singkatan dengan akronim berjumlah satu data. Sedangkan, pola baru yang
ditemukan berjumlah 54 pola baru yang terdiri dari jenis singkatan terdapat 10
pola baru, jenis akronim terdapat 43 pola baru, dan dalam jenis gabungan
singkatan dan akronim memiliki pola. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya penggunaan abreviasi di kalangan remaja baik dalam bentuk lisan
maupun tulisan, yaitu karena ingin dianggap sebagai kelompok keren karena telah
mengikuti perkembangan zaman, gagah, gaul, dan tidak keringgalan zaman.
Terakhir, Suratminto menganalisis abreviasi dan akronimi pada batu nisan
masa VOC di Batavia. Dalam penelitian ini terungkap bahwa batu-batu nisan
VOC berisi data-data verbal berupa inskripsi dan data nonverbal berupa
simbol-simbol pada lambang heraldiknya.
Kedelapan penelitian tersebut sama-sama membahas tentang abreviasi tetapi
sepengetahuan peneliti belum ada yang membahas dan mengeksplorasi secara
mendalam dan khusus mengenai abreviasi pada ranah kesehatan. Oleh karena itu,
dapat dikatakan topik ini merupakan suatu topik yang baru.
Penggunaan abreviasi ini sangat sering digunakan oleh masyarakat tetapi
terkadang masyarakat sendiri tidak mengetahui dan memahami proses abreviasi
tersebut. Selain itu, tidak sedikit masyarakat yang hanya mengetahui
kependekannya saja tanpa mengetahui kepanjangan dari abreviasi tersebut. Hal
tersebut biasanya disebabkan karena menurut masyarakat yang singkat lebih
Mengetahui kepanjangan dan memahami proses dari abreviasi sangat penting
diketahui oleh masyarakat, khususnya kepanjangan dan proses abreviasi pada
ranah kesehatan. Selain karena kesehatan merupakan suatu kebutuhan primer bagi
kehidupan manusia. pentingnya memahami proses abreviasi pada ranah kesehatan
juga disebabkan karena terkadang ada beberapa abreviasi yang mempunyai bentuk
sama atau homonim sehingga tidak jarang mengakibatkan kesalahpahaman
pemahaman.
Abreviasi pada ranah kesehatan terjadi pada beberapapenamaan dalam
kesehatan seperti pada nama-nama penyakit dan virus seperti HIV yang
merupakan kepanjangan dari bahasa Inggris Human Immunodeficiency Virus yaitu
virus yang menyebabkan penyakit AIDS pada penamaan obat-obatan dalam resep
dokter seperti ctm yaitu kepanjangan dari Chiorphenemie Maleat yang merupakan
suatu obat untuk mengobati penyakit alergi, pada peralatan-peralatan medisseperti
USG yang merupakan akronim dari bahasaInggris Ultrasonography yaitu alat
yang prinsip dasarnya menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi yang tidak
dapat didengar oleh telinga kita yang berfungsi untuk pemeriksaan organ-organ
tubuh dapat dilakukan dengan aman (tidak ada Efek radiasi), tempat pelayanan
kesehatanseperti Puskesmas yang merupakan kepanjangan dari bahasa Indonesia
Pusat Kesehatan Masyarakat, dan lain sebagainya. Adapun pada penelitian ini
peneliti memilih menganalisis penggunaan abreviasi pada renah kesehatan pada
penamaan nama-nama penyakit dan nama-nama virus.
Adapun untuk menguji pemahaman penutur bahasa Indonesia, peneliti
menggunakan dua angket. Angket pertama merupakan angket tertutup yang
digunakan untuk menjaring pengetahuan penutur bahasa Indonesia mengenai
nama-nama penyakit yang lebih banyak penutur bahasa Indonesia gunakan,
ataupun lebih diketahui oleh penutur bahasa Indonesia itu sendiri. Setelah data
dari angket satu diketahui, data nama penyakit terbanyak akan dicantumkan pada
angket kedua. Angket kedua ini menggunakan angket campuran, fungsinya untuk
mengetahui pemahaman penutur bahasa Indonesia mengenai nama penyakit dan
virus tersebut. Untuk memperkuat angket tersebut, peneliti menggunakan teori
6
Sosiolinguistik merupakan gabungan dari kata sosiologi dan linguistik.
Menurut Chaer dan Agustina (2004, hlm. 2) Sosiologi adalah kajian yang objektif
dan ilmiah mengenai masalah di dalam masyarakat, mengenai lembaga-lembaga,
dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat. Sosiologi berusaha mengetahui
bagaimana masyarakat itu terjadi, berlangsung dan tetap ada dengan mempelajari
lembaga-lembaga sosial dan segala masalah sosial dalam satu masyarakat, akan
diketahui cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, bagaimana
mereka bersosialisasi, dan menempatkan diri dalam tempatnya masing-masing di
dalam masyarakat. Sementara linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari
bahasa atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya.
Oleh karenanya penulis tertarik untuk menganalisis mengenai penggunaan
abreviasi pada ranah kesehatan, selain untuk mengetahui pemahaman masyarakat
mengenai abreviasi pada ranah kesehatan, juga untuk menambah wawasan
mengenai proses dan pola pembentukan abreviasi yang terjadi pada ranah
kesehatan dan mengenalkan abreviasi-abreviasi pada ranah kesehatan agar lebih
dikenal oleh masyarakat luas.
1.2Masalah Penelitian
Dari pemaparan latar belakang masalah di atas, maka didapat masalah
penelitian. Masalah penelitian ini terbagi ke dalam (1) identifikasi masalah (2)
batasan masalah, dan (3) rumusan masalah sebagai berikut.
1) Identifikasi Masalah
Di dalam penelitian abreviasi pada ranah kesehatan ini, terdapat beberapa
faktor yang ditemukan untuk dijadikan permasalahan, yaitu sebagai berikut.
(1) Berkembangnya penggunaan abreviasi pada ranah kesehatan dengan
menggunakan bahasa asing sehingga dapat menimbulkan kesulitan pada
penutur bahasa Indonesia.
(2) Kekurangpahaman penutur bahasa Indonesia terhadap jenis dan pola
(3) Terjadinya homonimi pada penggunaan abreviasi pada ranah kesehatan yang
dapat mengakibatkan kesalahpahaman pemahaman dan penyampaian maksud
penutur.
2) Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis bentuk-bentuk abreviasi di bidang
kesehatan dengan ilmu morfologi yaitu pembentukan kata. Oleh karena itu
peneliti akan membatasi masalah pada bentuk dan pola pembentukan abreviasi
pada ranah kesehatan dan pemahaman masyarakat terhadap abreviasi pada ranah
kesehatan.
Data yang diambil berupa nama-nama penyakit dan nama virus yang
menyebabkan penyakit tersebut. Peneliti mengambil data berupa nama penyakit
dan virus saja, disebabkan karena menurut peneliti yang dekat dengan masyarakat
dan sering masyarakat keluhkan mengenai kesehatan adalah berupa penyakit.
Adapun virusnya, bagi peneliti merupakan data pendukung untuk mengetahui
pengetahuan masyarakat mengenai penyebab penyakit tersebut.
Sumber data yang digunakan berupa Kamus Saku Kedokteran Dorlan edisi 25,
Glosarium Data dan Informasi Kesehatan 2006, dan daftar Singkatan Medis.
Adapun responden yang digunakan untuk menguji pemahaman masyarakat
penutur bahasa Indonesia terhadap penggunaan abreviasi pada ranah kesehatan
adalah mahasiswa keperawatan, siswa-siswi SMA dan masyarakat umum.
3) Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut.
(1) Apa sajakah jenis abreviasi yang digunakan dalam ranah kesehatan?
(2) Bagaimana pola pembentukan abreviasi pada ranah kesehatan?
(3) Jenis abreviasi manakah yang paling dominan terdapat pada ranah kesehatan?
(4) Bagaimana pemahaman penutur bahasa Indonesia tentang abreviasi pada
8
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka didapat tujuan penelitian sebagai
berikut.
1) Mengetahui jenis abreviasi yang digunakan dalam ranah kesehatan.
2) Mengetahui pola pembentukkan abreviasi pada ranah kesehatan.
3) Mengetahui jenis abreviasi yang paling dominan terdapat pada ranah
kesehatan.
4) Mengetahui pemahaman penutur bahasa Indonesia tentang abreviasi pada
ranah kesehatan.
1.4Manfaat Penelitian
Dari masalah penelitian di atas, maka dapat dipaparkan manfaat sebagai
berikut:
1) Manfaat secara teoretis
Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi
peneliti lain yang tertarik pada bidang kajian yang sama, khususnya tentang
abreviasi bagi kajian morfologi.
2) Manfaat secara praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat dipahami oleh semua pihak,
agar dapat digunakan sebagai data yang bermanfaat untuk berbagai kepentingan.
a) Bagi masyarakat umum
Hasil penelitian dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat umum dalam
memahami istilah-istilah yang dipendekan dari satu kata atau gabungan kata pada
ranah kesehatan agar tidak terjadi kesalahpahaman antarpenutur.
b) Bagi peneliti
Hasil penelitian ini memberikan pengetahuan lebih terhadap abreviasi
khususnya pada ranah kesehatan.
c) Bagi lembaga bahasa
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan keilmuan dalam pembelajaran
bahasa agar penggunaan abreviasi bisa menjadi lebih baik.
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan keilmuan khususnya dalam
pengetahuan nama-nama penyakit yang diabreviasi.
1.5Struktur Organisasi Penelitian
Bagian ini berisikan rincian tentang urutan penulisan setiap bab dan bagian
bab dalam skripsi mulai bab pertama sampai bab terakhir. Dalam struktur
organisasi skripsi pada penelitian penggunaan abreviasi pada ranah kesehatan ini
terdiri atas lima bab.
Bab pertama memuat pendahuluan yang membahas latar belakang penelitian,
masalah penelitian, tujuan masalah, manfaat penelitian, dan struktur organisasi
penelitian. Adapun masalah penelitian, terdiri atas identifikasi masalah, batasan
masalah, dan rumusan masalah.
Bab kedua memuat penelitian terdahulu, dan kajian teoretis yang membahas
morfologi, abreviasi,dan linguistik kognitif.
Bab ketiga memuat metode penelitian yang membahas desain penelitian,
definisi operasional, sumber data dan data, instrumen penelitian yang terdiri atas
kartu data, lembar angket 1 dan lembar angket 2, dilanjutkan teknik pengumpulan
data, teknik pengolahan data, teknik analisis data.
Bab keempat memuat deskripsi data abreviasi, analisis dan pembahasan hasil
penelitian penggunaan abreviasi pada ranah kesehatan. Terakhir bab kelima
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian merupakan alat, prosedur dan teknik yang dipilih dalam
melaksanakan penelitian atau dalam mengumpulkan data (Djajasudarma, 2010,
hlm. 4). Selain itu, metode penelitian bahasa menurut Djajasudarma (2010, hlm.
4) berhubungan erat dengan tujuan penelitian bahasa. Penelitian bahasa bertujuan
untuk mengumpulkan, mengkaji data, serta mempelajari fenomena-fenomena
kebahasaan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan dan teori yang bersifat
eklektif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori morfologi dan
linguistik kognitif. Adapun metode yang digunakan adalah metode penelitian
deskriptif dengan pendekatan deskriptif kualitatif, dan menggunakan analisis data
secara sinkronik. Menurut Djajasudarma (2010, hlm. 9) metode penelitian
deskriptif adalah metode yang bertujuan membuat deskripsi, maksudnya membuat
gambaran, lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat
serta hubungan fenomena-fenomena yang teliti. Metode ini dikatakan pula sebagai
pencarian data dengan interpretasi yang tepat.
Pendekatan deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang berusaha
mendeskripsikan dan menginterpretasikan kondisi atau hubungan yang ada,
pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat yang
sedang terjadi atau kecenderungan yang tengah berkembang (Sumanto, 1990, hlm.
47). Pendekatan kualitaif yang bersifat deskriptif ini lebih banyak menghasilkan
analisis penelitian berupa gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk
uraian naratif. Sedangkan, analisis data secara sinkronik merupakan penelitian
bahasa yang dilakukan dengan mengamati fenomena suatu bahasa pada suatu
kurun waktu tertentu, jadi bersifat deskriptif.
Untuk memperjelas tentang metode penelitian, maka akan dipaparkan desain
penelitian berupa bagan komponen-komponen analisis data yang diadaptasi dari
Bagan 3.1 Desain Penelitian
Penyimpulan data:
1. Jenis abreviasi pada
ranah kesehatan
2. Pola pembentukan
abreviasi pada ranah
kesehatan.
3. Jenis abreviasi yang
dominan terjadi pada
ranah kesehatan.
4. Pemahaman penutur
bahasa Indonesia
terhadap penggunaan
abreviasi pada ranah
kesehatan.
Hasil penganalisisan:
Mengetahui jenis, pola
pembentukan, jenis
abreviasi yang dominan
terjadi serta pemahaman
penutur bahasa Indonesia
terhadap penggunaan
abreviasi pada ranah
kesehatan.
Saku Kedokteran Dorlan edisi 25, Glosarium
Data dan Informasi Kesehatan 2006, daftar
Singkatan Medis, responden, dan narasumber
dari seorang bidan, perawat, serta apoteker.
2. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
data dalam bentuk tulisan. Data yang diambil
hanya berupa nama-nama penyakit dan nama
virus yang menyebabkan penyakit tersebut.
Penganalisisan Data:
1. Mengidentifikasi, mengklasifikasi dan menganalisis
data ke dalam jenis abreviasi pada ranah kesehatan
yang berupa singkatan, penggalan, akronim,
kontraksi dan lambang huruf. Berdasarkan teori
abreviasi dari Kridalaksana (2010).
2. Mengidentifikasi, mengklasifikasi dan menganalisis
data berdasarkan pola abreviasi yang terjadi pada
ranah kesehatan. Berdasarkan teori abreviasi dari
Kridalaksana (2010).
3. Mendeskripsikan jenis abreviasi yang dominan
terjadi pada ranah kesehatan.
4. Mengungkapkan pemahaman penutur bahasa
Indonesia terhadap penggunaan abreviasi pada
26
3.2Definisi Operasional
Definisi operasional yang terdapat pada penelitian ini adalah abrevisasi, jenis
abreviasi, pola pembentukan abreviasi, pemahaman masyarakat, dan ranah
kesehatan. Adapun pemaparannya adalah sebagai berikut.
1) Abreviasi merupakan proses pemendekan kata yang terjadi pada ranah
kesehatan. Misalnya berupa singkatan, penggalan, akronim, kontraksi dan
lambang huruf.
2) Jenis abreviasi merupakan macam-macam bentuk dari abreviasi yang diteliti
seperti singkatan, akronim, penggalan, kontraksi dan lambang huruf.
3) Pola pembentukan abreviasi merupakan wujud atau susunan dari proses
pemendekan. Misalnya HIV (human immunodeficiency virus) yang dibentuk
dari pengekalan huruf pertama tiap komponen.
4) Pemahaman abreviasi merupakan tingkat pengetahuan penutur bahasa
Indoneia terhadap penggunaan abreviasi pada ranah kesehatan.
5) Ranah kesehatan merupakan sebuah lingkup yang meliputi topik pembicaraan
yang melatari penggunaan abreviasi nama-nama penyakit yang merupakan
wadah bagi peneliti dalam melakukan penelitian.
6) Penyakit merupakan sesuatu yang menyebabkan terjadinya gangguan pada
makhluk hidup atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh bakteri, virus,
atau kelainan sistem faal atau jaringan pada organ tubuh makhluk hidup.
3.3Sumber Data dan Data
Sumber data merupakan subjek dari mana data diperoleh (Suharsimi, 2010,
hlm. 172). Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data dalam bentuk
tulisan. Sumber data yang digunakan berupa Kamus Saku Kedokteran Dorlan
edisi 25, Glosarium Data dan Informasi Kesehatan 2006, daftar Singkatan Medis,
responden, dan narasumber dari seorang bidan, perawat, serta apoteker.
Data yang diambil berupa nama-nama penyakit dan nama virus yang
menyebabkan penyakit tersebut. Peneliti hanya mengambil data berupa nama
penyakit dan virus saja, disebabkan karena menurut peneliti yang dekat dengan
penyakit. Adapun virusnya, bagi peneliti merupakan data pendukung untuk
mengetahui pengetahuan masyarakat mengenai penyebab penyakit tersebut.
Untuk menguji pemahaman penutur bahasa Indonesia dalam penggunaan
abreviasi pada ranah kesehatan maka responden yang dilibatkan dalam penelitian
ini meliputi penutur bahasa indonesia usia 16-23 tahun yang berprofesi sebagai
pelajar/mahasiswi dan penutur bahasa indonesia usia 24-64 tahun dengan berbagai
profesi seperti guru, bidan, petani, pedagang dan ibu rumah tangga. Jumlah
penutur yang dijadikan responden adalah 50 orang untuk angket ke-1 dan 50
untuk angket ke-2. Penyampaian angket ke-1 dan angket ke-2 kepada responden
berbeda waktu, karena pembuatan angket ke-2 ini harus berdasarkan hasil analisis
angket ke-1. Untuk mempermudah pengelompokan, responden dikelompokan
berdasarkan pendidikan terakhirnya. Jumlah responden setiap kelompok sama,
agar perhitungan presentase setiap kelompoknya berimbang atau proporsional.
Perincian kelompok responden untuk angket ke-1 dan angket ke-2 adalah sebagai
berikut.
a. Kelompok A (SMP dan SMA/Mahasiswa) : 25 orang
b. Kelompok B (Diploma dan S1) : 25 orang
Jumlah : 50 orang
Adapun korpus yang digunakan pada penelitian ini berupa kata-kata abreviasi
pada ranah kesehatan.
3.4Instrumen Penelitian
Instrumen penelitin yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
kartu data yang memuat pengklasifikasian data abreviasi pada ranah kesehatan,
sedangakan lembaran angket digunakan untuk mengetahui pemahaman penutur
bahasa Indonesia mengenai abreviasi pada ranah kesehatan. Lembaran angket ini
akan disebar kepada responden yang masih bersekolah dijenjang SMA,
mahasiswa, dan penutur bahasa Indonesia umum dengan berbagai profesi.
28
a) Kartu Data
Berikut adalah contoh kartu data yang akan digunakan oleh peneliti dalam
penelitian ini:
No. Kartu: No. Data:
Data Abreviasi
Analisis
Kepanjangan:
Jenis abreviasi:
Pola pembentukan:
Simpulan:
Tabel 3.1 Kartu Data
b) Lembar Angket ke 1
Lembar angket yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini berupa
angket tertutup. Angket tertutup merupakan angket yang menyediakan jawaban
yang telah ditentukan oleh peneliti. Adapun lembar angket yang akan digunakan
oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan Terakhir :
Profesi :
Pernah Dirawat/Tidak :
Berikut ini merupakan singkatan dalam ranah kesehatan berupa nama-nama
penyakit dan virus. Berilah tanda centang (√) pada kolom berdasarkan
No
1 AFP Acute Flaccid Paralysis
2 AGB Anemia Gizi Besi
6 ARDS Adult Respiratory Distress Syndrome
9 BMJ Breastmilk Jaundice
10 BKB Batuk Kronik Dan Berulang
11 BP Bronchopneumonia
12 Ca Carcinoma
13 CAD Coronary Artery Disease
14 CAH
16 CDH Congenital Dislocation Of The Hip
17 CF Cystic Fibrosis
18 CHD Coronary Heart Disease 19 CHF Congestive Heart Failure
20 CLL Chronic Lymphocytic Leukemia
21 CTEV Congenital Talipes Equinovarus
30
24 DA Dermatitis Atopik
25 DADS Diare Akut Dehidrasi Sedang
26 DBD Demam Berdarah Dengue 27 DCA Diare Cair Akut 34 DSS Dengues Shock Syndrome 35 EKN Enterokolitis Nekrotikans
36 FAM Fibroadenoma Mammae
37 FHF Fulminant Hepatic Failure
38 flu Influenza
39 GBS Guillan Barre Syndrome 40 GE Gastroenteritis
41 GED Gastroenteritis Disease
42 GERD Gastroesophageal Reflux Disease
43 GGA Gagal Ginjal Akut 44 GGK Gagal Ginjal Kronis 45 GNA Glomerulonephritis Acute
46 H1N1 Hemagglutinin Tipe 1 Dan Neuraminidase Tipe 1
47 H5N1 Hemagglutinin Tipe 5 Dan Neuraminidase Tipe 1 48 HAV Hepatitis A Virus
49 HB Hepatitis B
50 HBV Hepatitis B Virus
51 HF Heart Failure
52 HHD Hypertensive Heart Disease
53 HIE Hypoxic Ischemic Encephalophaty
54 HIV Human Immunodeficiency Virus
57 HSV Herpes Symplex Visceral
58 HTLV
Human T-Cell
Leukemia/Lymphoma Virus
59 IHD Ischemic Heart Diseases
60 IRDS Idiophatic Respiratory Distress Syndrome 61 ISK Infeksi Saluran Kemih
62 ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut
63 IVH Intraventricular Haemorrhage
64 KDK Kejang Demam Kompleks 65 LBP Low Back Pain
66 LN Lupus Nephritic 67 LNH Limfoma Non-Hodgkin
68 MI Myocardial Infarction
69 MM Melanoma Malignan
70 MS Mitral Stenosis
71 MSA Membran Septum
Aneurism
72 NEC Necrotizing Enterocolitis
73 NIDDM Non Insulin Depend Diabetes Melitus 74 OE Otitis Eksterna
75 OI Osteogenesis Imperfecta 76 OMA Otitis Media Acute 77 PDA Patent Ductus Arteriosus 78 PEB Preeklampsia Berat
79 PFO Patent Foramen Ovale 80 PH Pulmonary Hypertension
81 PID Pelvic Inflammatory Disease
82 PJB Penyakit Jantung Bawaan
83 PMS Penyakait Menular Seksual
84 PKU Phenylketonuria
85 PPHN Persistent Pulmonary Hypertensi Of Newborn
86 PPOK Penyakit Paru Obstruktif Kronik
87 RA Rheumatoid Arthritis
32
89 ROP Retinopathy Of Prematurity
90 RTA Renal Tubular Asidosis
91 SCID
96 TIA Transient Ischemic Attack 97 TN Tetanus Neonatorum
98 TTN Transient Tachypnea Of Newborn
99 UDT Undescended Testis 100 UTI Urinary Tract Infection 101 VSD Ventricular Septal Defect
Tabel 3.2 Lemabar Angket ke 1
c) Lembar Angket ke 2
Lembar angket yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini berupa
angket campuran. Angket campuran merupakan angket yang menyediakan
jawaban yang telah ditentukan oleh peneliti dan juga satu jawaban kosong yang
dapat diisi oleh responden apabila responden memiliki jawabanya sendiri. Adapun
lembar angket yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
Berilah tanda silang (X) pada salah satu pilihan yang sesuai dengan pemahaman
Bapak, Ibu, Saudara terhadap nama-nama penyakit dan virus. Bila tidak ada
pilihan yang sesuai, dimohon mengisi pada pilihan D sesuai dengan pemahaman
1. Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) menurut Anda sangat
berhubungan dengan....
A. Hubungan seks/Pelacur
B. Jarum suntik
C. Narkoba
D. ...
2. Penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) menurut Anda sangat berhubungan
dengan....
A. Nyamuk Aedes Aegypti
B. Demam tinggi
C. Genangan air
D. ...
3. Penyakit DM (Diabetes Melitus) menurut Anda sangat berhubungan dengan....
A. Konsumsi karbohidrat berlebihan
B. Kelebihan gula
C. Obesitas
D. ...
4. Penyakit flu (Influenza) menurut Anda sangat berhubungan dengan....
A. Pilek
B. Dingin
C. Demam
D. ...
5. Penyakit GGA (Gagal Ginjal Akut) menurut Anda sangat berhubungan
dengan....
A. Cuci darah
B. Penurunan fungsi filtrasi ginjal
C. Penggunaan obat-obatan
D. ...
6. Penyakit HB (Hepatitis B) menurut Anda sangat berhubungan dengan....
A. Virus Hepatitis B
34
C. Menular melalui darah, air mani, sperma, dan cairan lain
D. ...
7. Penyakit HIV (Human Immunodeficiency Virus) menurut Anda sangat
berhubungan dengan....
A. Hubungan Seks/Pelacur
B. Jarum Suntik
C. Narkoba
D. ...
8. Penyakit ISK (Infeksi Saluran Kemih) menurut Anda sangat berhubungan
dengan....
A. Bakteri Enscherichia Coli
B. Urin mengandung nanah atau darah
C. Hilangnya kontrol kandung kemih
D. ...
9. Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) menurut Anda sangat
berhubungan dengan....
A. Virus Rhino
B. Batuk dan bersin
C. Pencemaran udara
D. ...
10.Penyakit TB (Tuberculosis) menurut Anda sangat berhubungan dengan....
A. Bakteri Mycobacterium Tuberculosis
B. Batuk berdarah
C. Penularannya melalui batuk, bersin dan hembusan nafas penderita TBC
D. ...
d) Lembar Angket ke 3
Lembar angket ini digunakan peneliti untuk mengetahui pelafalan responden,
dalam beberapa abreviasi dalam ranah kesehatan berupa nama-nama penyakit dan
Berikut ini merupakan singkatan dalam ranah kesehatan berupa nama-nama
penyakit dan virus. Berilah tanda centang (√) pada kolom berdasarkan cara Anda melafalkannya atau mengucapkannya.
Tabel 3.3 Lembar Angket ke 3
No Data Kepanjangan Akronim Singkatan
1 Ca Carcinoma
2 CAD Coronary Artery Disease
3
CAH 1. Chronic Active Hepatitis 2. Congenital Adrenal
Hiperplasia 4 DA Dermatitis Atopik
5 DIC Diffuse Intravascular Coagulation
6 FAM Fibro Adenoma Mammae
7 GE Gastro Enteritis
8 GED Gastro Enteritis Dehidrasi
9 GERD Gastro Esophageal Reflux Disease
10 HAV Hepatitis A Virus
11 HIE Hypoxia Ischemic
Enchephalopathy
12 MAS Meconium Aspirasi
Syndrome
13 NEC Necrotizing Enterocolitis 14 OMA Otitis Media Acute 15 PEB Pre Eclampsia Berat
16 PID Pelvic Inplammatory Disease
17 RA Rhematoid Arthritis
18 ROP Retinopathy of Prematurity 19 TEN Toxic Epidermal Necrolysis 20 TIA Transient Ischemic Attack 21 UTI Upper Respiratory Infection
Keterangan:
Singkatan, yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau
gabungan huruf yang dieja huruf demi huruf. Misalnya KKN (Kuliah Kerja
Nyata)
Akronim, yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata. Misalnya
36
3.5Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
dokumentasi dan angket. Teknik dokumentasi digunakan untuk pengumpulan
data, sedangkan teknik angket digunakan untuk mengetahui pemahaman penutur
bahasa Indonesia terhadap penggunaan abreviasi pada ranah kesehatan. Angket
yang digunakan dalam penelitian ada dua jenis. Angket pertama merupakan
angket tertutup yang digunakan untuk menjaring pengetahuan penutur bahasa
Indonesia mengenai nama-nama penyakit yang lebih banyak penutur bahasa
Indonesia gunakan ataupun lebih diketahui oleh penutur bahasa Indonesia itu
sendiri. Setelah data dari angket satu diketahui, data nama penyakit terbanyak
akan dicantumkan pada angket kedua. Angket kedua ini menggunakan angket
campuran, fungsinya untuk mengetahui pemahaman penutur bahasa Indonesia
mengenai nama penyakit dan virus.
3.6Teknik Pengolahan Data
Teknik pertama yang dilakukan setelah data dikumpulkan adalah memilih atau
menyortir data yang hanya berupa nama-nama penyakit dan nama virus.
Kemudian, data dianalisis dan diklasifikasikan ke dalam jenis dan pola
pembentukan abreviasi. Selain itu, untuk mengetahui tingkat pemahaman penutur
bahasa Indonesia mengenai abreviasi pada ranah kesehatan ini digunakan angket
yang kemudian direkapitulasi menggunakan coding scheme dan coding form.
3.7Teknik Analisis Data
Dalam teknik analisis data ini, peneliti dapat menjawab rumusan masalah
yang sudah dirumuskan pada bab sebelumnya. Pada teknik analisis data inipun
dijelaskan langkah-langkah secara rinci yang ditempuh peneliti dalam
menganalisis atau mengolah data yang sudah diperoleh melalui teknik
pengumpulan data. Adapun teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian
ini yaitu sebagai berikut.
1) Mengidentifikasi, mengklasifikasi dan menganalisis data ke dalam jenis
kontraksi dan lambang huruf, berdasarkan teori abreviasi dari Kridalaksana
(2010).
2) Mengidentifikasi, mengklasifikasi dan menganalisis data berdasarkan pola
abreviasi yang terjadi pada ranah kesehatan, berdasarkan teori abreviasi dari
Kridalaksana (2010).
3) Mendeskripsikan jenis abreviasi yang dominan terjadi pada ranah kesehatan.
4) Menjelaskan pemahaman penutur bahasa Indonesia terhadap penggunaan
abreviasi pada ranah kesehatan, berdasarkan teori linguistik kognitif menurut
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, simpulan dari hasil penelitian
ini terkait dengan rumusan masalahnya adalah sebagai berikut.
1. Dari data yang didapat yaitu sebanyak 101 data abreviasi dalam ranah
kesehatan berupa nama-nama penyakit dan virus, ditemukan 96 data jenis
abreviasi berupa singkatan dengan 10 pola pembentukan, yang terdiri dari 4
pola pembentukan sesuai dengan kaidah pembentukan menurut Kridalaksana
dan 6 pola pembentukan merupakan pola baru. Data-data yang termasuk jenis
abreviasi berupa singkatan adalah AFP, AGB, ALL/LLA, AML, ARDS, ARF,
ASD, BKB, BMJ, BP, CAD, CAH, CC, CDH, CF, CHD, CHF, CLL, CTEV,
CVA, CVD, DA, DADS, DBD, DCA, DCM, DIC, DLE, DM, DMG, DS,
DSS, EKN, FAM, FHF, GBS, GE, GED, GERD, GGA, GGK, GNA, HAV,
HB, HBV, HF, HHD, HIE, HIV, HNP, HPV, HSV, HTLV, H1N1, H5N1,
IHD, IRDS, ISK, IVH, KDK, LBP, LN, LNH, MI, MM, MS, MSA, NEC,
NIDDM, OE, OI, OMA, PDA, PEB, PFO, PH, PID, PJB, PKU, PMS, PPHN,
PPOK, RA, RDS, ROP, RTA, SCID, SLE, TB, TF, TIA, TN, TTN, UDT,
UTI, VSD. Selain singkatan, juga ditemukan jenis abreviasi berupa akronim
sebanyak 4 data yang terdiri dari 1 pola pembentukan sesuai dengan kaidah
pembantukan menurut Kridalaksana dan 2 pola pembentukan merupakan pola
baru. Data-data yang termasuk jenis abreviasi berupa akronim adalah Ca,
AIDS, ISPA, dan TEN. Selain itu, ditemukan juga 1 data jenis abreviasi
berupa penggalan dengan pola baru, yaitu flu.
2. Pola pembentukan abreviasi pada ranah kesehatan berupa nama-nama
penyakit dan virus ditemukan sebanyak 96 data dengan jenis abreviasi
singkatan yang terdiri atas 10 macam pola pembentukan. Pola pembentukan
tersebut terdiri atas 4 pola pembentukan sesuai dengan kaidah pembentukan
menurut Kridalaksana dan 6 pola pembentukan merupakan pola baru. Empat
Kridalaksana terdiri dari, pertama pengekalan huruf pertama tiap komponen
sebanyak 71 data, yaitu AFP, AGB, ALL/LLA, AML, ARDS, ARF, ASD,
CAD, CAH, CC, CF, CHD, CHF, CLL, DA, DADS, DBD, DCA, DIC, DLE,
DM, DMG, DS, DSS, FHF, GBS, GGA, GGK, HAV, HB, HBV, HF, HHD,
HIE, HIV, HNP, HSV, HTLV, IHD, IRDS, ISK, KDK, LBP, LN, LNH, MI,
MM, MS, MSA, NIDDM, OE, OI, OMA, PDA, PFO, PH, PID, PJB, PMS,
PPOK, RA, RDS, ROP, RTA, SCID, SLE, TF, TIA, TN, UTI, VSD. Kedua,
pengekalan huruf pertama dengan pelesapan konjungsi, preposisi, reduplikasi
dan preposisi, artikulasi dan kata sebanyak 4 data, yaitu BKB, CDH, PPHN,
dan TTN. Ketiga, pengekalan huruf pertama dan huruf ketiga sebanyak 1 data,
yaitu TB. Keempat, pengekalan huruf pertama kata pertama dan huruf pertama
kata kedua dari gabungan kata sebanyak 2 data, yaitu BP dan GE. Sedangkan
6 pola pembentukan baru yang ditemukan terdiri dari, pertama pengekalan
huruf pertama tiap komponen dan pengekalan huruf pertama kata kedua dari
gabungan kata komponen pertama sebanyak 10 data, yaitu BMJ, CVA CVD,
EKN, FAM, GED, GERD, GNA, IVH, PEB. Kedua, pengekalan huruf
pertama tiap komponen dan pengekalan huruf pertama kata kedua dari
gabungan kata komponen kedua sebanyak 3 data, yaitu DCM, HPV, dan NEC.
Ketiga, pengekalan huruf pertama tiap komponen dan pengekalan huruf
pertama kata kedua dari gabungan kata komponen ketiga, yaitu CTEV.
Keempat, pengekalan huruf pertama pada beberapa komponen disertai
pelesapan kata dan konjungsi sebanyak 2 data, yaitu H1N1 dan H5N1.
Kelima, pengekalan huruf pertama, ketujuh, dan kedua belas sebanyak 1 data,
yaitu PKU. Keenam, pengekalan huruf pertama tiap komponen dan
pengekalan huruf ketiga atau kesembilan atau terakhir komponen pertama
sebanyak satu data 1 data, yaitu UDT. Selain jenis abreviasi berupa singkatan,
juga ditemukan jenis abreviasi berupa akronim sebanyak 4 data yang terdiri
atas 3 macam pola pembentukan, 1 pola pembentukan sesuai dengan kaidah
pembentukan menurut Kridalaksana dan 2 pola pembentukan merupakan pola
baru. Satu pola pembentukan yang sesuai dengan kaidah pembentukan
97
sebanyak 2 data, yaitu ISPA dan TEN. Sedangkan 2 pola pembentukan yang
baru, terdiri dari pertama pengekalan huruf pertama setiap komponen pertama
dan pengekalan huruf pertama kata kedua dari gabungan kata pada komponen
kedua sebanyak 1 data, yaitu AIDS. Kedua, pengekalan 2 huruf partama dari
kata sebanyak 1 data, yaitu Ca. Terakhir ditemukan juga jenis abreviasi berupa
penggalan sebanyak 1 data dengan pola pembentukan baru, yaitu penggalan
suku kata kedua dari suatu kata atau pengekalan huruf ketiga, keempat, dan
kelima dari suatu kata, yaitu flu.
3. Dari hasil penganalisian ditemukan jenis abreviasi yang paling dominan
terdapat pada ranah kesehatan berupa nama-nama penyakit dan virus adalah
singkatan, yaitu sebanyak 96 data. Adapun data-data yang termasuk jenis
abreviasi berupa singkatan adalah AFP, AGB, ALL/LLA, AML, ARDS, ARF,
ASD, BKB, BMJ, BP, CAD, CAH, CC, CDH, CF, CHD, CHF, CLL, CTEV,
CVA, CVD, DA, DADS, DBD, DCA, DCM, DIC, DLE, DM, DMG, DS,
DSS, EKN, FAM, FHF, GBS, GE, GED, GERD, GGA, GGK, GNA, HAV,
HB, HBV, HF, HHD, HIE, HIV, HNP, HPV, HSV, HTLV, H1N1, H5N1,
IHD, IRDS, ISK, IVH, KDK, LBP, LN, LNH, MI, MM, MS, MSA, NEC,
NIDDM, OE, OI, OMA, PDA, PEB, PFO, PH, PID, PJB, PKU, PMS, PPHN,
PPOK, RA, RDS, ROP, RTA, SCID, SLE, TB, TF, TIA, TN, TTN, UDT,
UTI, VSD.
4. Pemahaman penutur bahasa Indonesia terhadap data abreviasi pada ranah
kesehatan (nama-nama penyakit dan virus) pada kelompok A (SMP dan SMA)
yang berprofesi sebagai pelajar, mahasiswa, pedagang, dan ibu rumah tangga
mempunyai persentase sebanyak 157 atau 6,1% responden mengetahui
singkatannya, sebanyak 221 atau 8,6% responden mengetahui
kepanjangannya, sebanyak 195 atau 7,6% responden mengetahui singkatan
dan kepanjangannya, dan sebanyak 2002 atau 77,7% responden tidak
mengetahui singkatan ataupun kepanjangannya. Semantara kelompok B (D3
dan S1) berprofesi sebagai guru, perawat, bidan, wiraswasta, ajun akuntansi,
engineer, dan ibu rumah tangga lebih dominan mengetahui dengan persentase
atau 12,4% responden mengetahui kepanjangannya, sebanyak 591 atau 22,9%
responden mengetahui singkatan dan kepanjangannya, dan sebanyak 1348
atau 52,5% responden tidak mengetahui singkatan ataupun kepanjangannya.
Tetapi dari kedua kelompok tersebut tetap presentasi terbanyak yaitu lebih
dari 50% responden tidak mengetahui baik singkatan ataupun kepanjangan
data abreviasi pada ranah kesehatan (nama-nama penyakit dan virus) dengan
persentasenya adalah sebanyak 77,7% pada kelompok A dan sebanyak 52,5%
pada kelompok B.
5.2Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan keterbatasan penelitian,
peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut.
1. Data penelititan ini banyak berupa nama-nama asing, selain dikarenakan
penamaan-penamaan pada ranah kesehatan khususnya penyakit dan virus ini
memang berasal dari bahasa asing, juga karena sumber data yang diperoleh.
Oleh karenanya terjadi penyerapan bahasa asing pada ranah kesehatan dan hal
ini tampaknya akan menarik untuk dikaji lebih lanjut.
2. Pada penelititan ini yang dikaji adalah penggunaan abreviasi pada ranah
kesehatan khususnya berupa nama-nama penyakit dan virus. Oleh karena itu,
memungkinkan sekali adanya penggunaan abreviasi pada bidang lainnya
ataupun bidang yang sama tetapi cakupan yang berbeda misalnya penggunaan
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, S. W. 2009. Penggunaan abreviasi di lingkungan Tentara Nasional
Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD). (Skripsi). Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung.
Astuti, N. 2013. Penggunaan abreviasi di kalangan remaja di kota Bandung
(suatu kajian sosiolinguistik). (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia,
Bandung.
Chaer, A. dan Agustina, L. (2004). Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:
Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia (1992). Pedoman umum
ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan dan pedoman umum
pembentukan istilah. Bandung:Pustaka Setia.
Djajasudarma, T. F. (2010). Metode linguistik: ancangan metode penelitian dan
kajian. Bandung: Refika Aditama.
Hidayati, I. (2012). Buku pintar eyd: pedoman umum ejaan bahasa indonesia
yang disempurnakan. Yogyakarta: Indonesia Tera.
Idris, N. S. (2012). Handout perkuliahan metode penelitian linguistik. Bandung:
Tidak Diterbitkan.
Indrasantoso, Doti. dkk. 2006. Glosarium: data & informasi kesehatan. Jakarta:
Pusat Data dan Informasi Depertemen Kesehatan Republik Indonesia.
Kridalaksana, H. (2010). Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Kumala, P. dkk. (1998). Kamus saku kedokteran dorland. Edisi 25. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Miles, M. B. dan Huberman, A. M. (1992). Analisis data kualitatif: buku sumber
tentang metode-metode baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohid. Jakarta:
UI-Press.
Putrayasa, I. B. (2008). Kajian Morfologi (bentuk derivasional dan infleksional).
Bandung: Refika Aditama.
Ramlan, M. (2009). Morfologi sebuah tinjauan deskriptif. Yogyakarta: CV
Karyono.
Rano. (2009). Singkatan Medis. [Online]. Tersedia di:
http://tm-ranocenter.wikifoundry.com/page/Singkatan+Medis. Diakses 7 April 2014.
Suharsimi, A. (2010). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sumanto. (1990). Metode penelitian sosial dan pendidikan. Yogyakarta: Andi
Offset.
Suratminto, L. (2010). Abreviasi dan akronimi pada batu nisan masa voc di
Batavia.٨٢ (١), hlm. 1-10.
Tristianasari, E. 2011. Abreviasi bahasa Indonesia pada bahasa sms (short
massage service) siswa sma di kabupaten banyuwangi. (Skripsi).
Utami, D. N. 2009. Kajian abreviasi di lingkungan Polisi Republik Indonesia
(POLRI). (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Wijaningsih. 2011. Abreviasi dalam rubrik wacana pada harian suara
merdekaedisi desember 2010 dan alternatif pembelajarannya di SMP.
(Skripsi). Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik
Indonesia, Semarang.
Wirawan, A. S. 2011. Penggunaan abreviasi prokem slang pada situs jejaring
sosial. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Wulandari, R. E. 2013. Penggunaan abreviasi dalam bahasa Sunda (kajian