• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggalan dan kontraksi dalam tuturan berbahasa Indonesia anak muda di Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggalan dan kontraksi dalam tuturan berbahasa Indonesia anak muda di Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

DI SUMBA TENGAH, NUSA TENGGARA TIMUR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S-1) Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Tanta Rambu Hara 094114017

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

Skripsi ini saya persembahkan untuk Tuhan Yang Maha Esa,

Bapak Agustinus Kaledi Wawu dan Ibu Rambu Taba Leki,

Nansilia Rambu Boba Joru,Yatno Umbu Kada, dan Yosta Rambu Lika Enga,

Prodi Sastra Indonesia

(5)
(6)
(7)

Pertama-tama penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

penyertaan dan rahmat-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana strata satu (S-1) program Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sanata

Dharma.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak

yang telah membantu penulis dalam menyusun tugas akhir ini.

1. Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang penuh

perhatian dan kesabaran dalam membimbing, mengarahkan, dan menyemangati

saya sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan lancar dan baik.

2. Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum. selaku dosen pembimbing II yang telah membantu

memberikan masukan, bimbingan, dan arahan dalam penyusunan tugas akhir ini.

3. Segenap dosen Program Studi Sastra Indonesia USD: Drs. B. Rahmanto,

M.Hum., Drs. Hery Antono, M.Hum., Dra. F. Tjandrasih Adji, M.Hum.(dosen

pembimbing akademik penulis), S.E. Peni Adji, S.S, M.Hum., Dr. Y. Yapi

Taum, M.Hum., dan Drs. F.X. Santosa, M.S., serta dosen-dosen pengampu mata

kuliah tertentu yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

4. Segenap staf Sekretariat Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma atas

berbagai pelayanan dalam bidang akademik.

5. Segenap staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu

menyediakan buku-buku yang penulis perlukan.

6. Untuk kedua sosok yang saya kasihi dan cintai, Ayahanda Agustinus Kaledi

(8)
(9)

Hara, Tanta Rambu. 2013. “Penggalan dan Kontraksi dalam Tuturan Berbahasa Indonesia Anak Muda Sumba Tengah Nusa Tenggara Timur ”. Skripsi Strata Satu (S1). Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Skripsi ini membahas penggalan dan kontraksi dalam tuturan anak muda Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur. Penggalan adalah proses pemendekan yang menanggalkan salah satu bagian dari leksem. Kontraksi adalah proses pemendekan yang meringkaskan leksem dasar atau gabungan leksem. Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah apa saja jenis pola-pola pembentukan penggalan dan kontraksi dalam tuturan berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur. Kajian atas penggalan dan kontraksi dalam tuturan anak muda Sumba Tengah ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola-pola pembentukan penggalan dan kontraksi dalam tuturan berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah.

Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, mengumpulkan data dengan mencermati dan menyimak langsung tuturan berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak, yaitu menyimak langsung penggunaan bahasa dalam tuturan-tuturan dan mencatatnya. Kedua, menganalisis data dengan metode agih. Teknik yang digunakan dalam metode agih adalah teknik bagi unsur langsung, teknik ganti, dan teknik perluas. Ketiga, menyajikan hasil analisis data dengan teknik informal dan formal. Dengan teknik informal, hasil analisis data disajikan dengan kata-kata biasa yang bersifat denotatif, bukan konotatif. Dengan teknik formal, hasil analisis data disajikan dengan tabel ataupun rumus tertentu.

Hasil penelitian ini berupa deskripsi pola-pola pembentukan penggalan dan kontraksi dalam tuturan berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah. Hasil penelitian tersebut memberikan manfaat teoretis dan manfaat praktis. Hasil penelitian tentang penggalan dan kontraksi ini memberikan sumbangan teoretis bagi cabang linguistik morfologi, yaitu memperkuat teori bahwa penggalan dan kontraksi merupakan dua jenis dari lima jenis pemendekan yang terdapat dalam bahasa Indonesia. Selain itu, penggalan dan kontraksi itu memiliki pola-pola pembentukannya. Hasil penelitian ini juga memberikan sumbangan praktis bagi penutur untuk lebih dalam memahami tuturan berbahasa Indonesia yang digunakan oleh anak muda Sumba Tengah.

(10)

Hara, Tanta Rambu. 2013. “ The cut off and contraction in the conversation among young people in Central Sumba Nusa Tenggara Timur”. Thesis S1 Degree. Indonesian Letters Study Program, Indonesian Letters Departement, Faculty of Letters, Sanata Dharma University.

This thesis discussed about cut off and contraction in the speech among young people in Central Sumba, Nusa Tenggara Timur . Cut off is the shortness process that leave one part of the lexem. Contraction is the shortness process that shorten the basic lexem or the lexem composite. Today, cut off and contraction is used in the conversation of young people in the Central Sumba Nusa Tenggara Timur. The examination of the cut off and the contraction in this conversation of Central Sumba is aimed to describe the formation structure of the cut off and the contraction in the Indonesian language of Central Sumba young people.

The steps on this research are as following. First, collect the data by examining and observing directly the conversation of the Indonesian language from the young people of Central Sumba. The collecting of the data is done by using the observational method (metode simak ), that is by observing directly the using of the language used in the conversation and noting it according to the age constraint. Second, the data is analized by using agih method. Techniques that is used in this method are bagi unsur langsung technique, ganti technique, and perluas technique. Third, the result of the data analizes is provided with formal technique and informal technique. Through the informal technique, the result of the data analized is provided with common denotative words, not connotative. Through the formal technique, the result of the data analized is provided with the table and certain formula.

The result of this research included the structure formation of cut off and contraction in Indonesian conversation by young people of Central. The result of this research gives the theoratical function and practical function. The result of the research about the cut off and contradiction gives the theoratical contribution for the linguistic chapter of Morphology, that is to strengthen the theory that cut off and contradiction are two things from five kinds of shortness in Indonesia language. Besides, that cut off and contradiction has its formation structures. The result of this research also gives the practical contribution for the speaker to be more understand the conversation of Indonesia language used by young people of Central Sumba

(11)

A. Daftar Singkatan

P: penutur

MT: mitra tutur

B. Daftar Lambang

( ) : unsur yang diapit bersifat opsional

/ / : transkripsi fonemik

(12)

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN P ENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA IIMIAH ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 5

1.3.Tujuan Penelitian ... 5

1.4.Manfaat Penelitian ... 6

1.5.Tinjuan Pustaka ... 6

1.6.Landasan Teori ... 10

1.6.1 Pengertian Pemendekan ... 10

1.6.2 Jenis-jenis Pemendekan ... 10

1.6.2.1Singkatan ... 11

(13)

1.6.2.3Akronim ... 12

1.6.2.4Kontraksi ... 13

1.6.2.5Lambang Huruf ... 14

1.6.3 Pengertian Penggalan dan Kontraksi ... 16

1.7.Metode dan Teknik Penelitian ... 17

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 17

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data ... 18

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data ... 20

1.8.Sistematika Penyajian ... 21

BAB II POLA-POLA PEMBENTUKAN PENGGALAN DALAM TUTURAN ANAK MUDA SUMBA TENGAH NUSA TENGGARA TIMUR ... 22

2.1Pengantar ... 22

2.2Penggalan yang Berupa Pengekalan Silabel Pertama dalam Suatu Kata ... 22

2.3Penggalan yang Berupa Pengekalan Dua Silabel Pertama dan Kedua dalam Suatu Kata ... 28

2.4Penggalan yang Berupa Pengekalan Dua Silabel Terakhir dalam Suatu Kata ... 31

2.5Penggalan yang Berupa Pengekalan Silabel Terakhir dalam Suatu Kata ... 34

2.6Penggalan yang Berupa Penanggalan Fonem Pertama dalam Suatu Kata ... 38

2.7Penggalan yang Berupa Penanggalan Fonem Terakhir dalam Suatu Kata ... 41

2.8Penggalan yang Berupa Penanggalan Dua Fonem Terakhir dalam Suatu Kata ... 43

BAB III POLA-POLA PEMBENTUKAN PENGGALAN DALAM TUTURAN ANAK MUDA SUMBA TENGAH, NUSA TENGGARA TIMUR ... 45

(14)

Vokal Rendah dalam Suatu Kata ... 50

3.4Kontraksi dengan Meringkas Dua Silabel Pertama dalam Suatu Kata ... 54

3.5Kontraksi dengan Meringkaskan Silabel Pertama dalam Suatu Kata ... 55

3.6Kontraksi dengan Meringkas Silabel Terakhir dalam Suatu Kata ... 58

BAB IV PENUTUP ... 60

4.1Kesimpulan ... 60

4.2Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Objek penelitian ini adalah penggalan dan kontraksi dalam tuturan

berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur. Penggalan

dan kontraksi merupakan dua jenis dari lima jenis pemendekan dalam bahasa

Indonesia, yaitu singkatan, penggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf.

Penggalan adalah proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari

leksem. Kontraksi adalah proses pemendekan yang meringkas leksem dasar atau

gabungan leksem (Kridalaksana, 1992:162).

Kabupaten Sumba Tengah merupakan kabupaten yang baru mekar sejak

tahun 2007. Kabupaten Sumba Tengah merupakan bagian dari Pulau Sumba dan

salah satu kabupaten di Propinsi NTT yang membentang antara 90 20’ - 90 50’

Lintang Selatan (LS) dan 1190 22’ - 1190 55’ Bujur Timur (BT). Sumba Tengah

memiliki lima kecamatan. Desa Anakalang di Kecamatan Katikutana merupakan

salah satu tempat penulis melakukan penelitian. Peneliti mengumpulkan data dari

beberapa sumber yaitu anak muda yang terdiri dari siswa SMA kelas 3,

mahasiswa, pegawai, dan tidak bekerja.

Alat komunikasi masyarakat Sumba Tengah adalah bahasa Indonesia dan

bahasa ibu atau bahasa daerah Anakalang. Bahasa Indonesia merupakan bahasa

formal yang digunakan sehari-hari untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Bahasa

(16)

yang tidak formal. Alat komunikasi ini berlangsung bagi masyarakat desa yang

belum bisa berbahasa Indonesia. Banyak anak muda Sumba Tengah khususnya di

Kecamatan Katikutana, Desa Anakalang menggunakan tuturan bahasa Indonesia

yang mengalami pemendekan kata.

Anak muda saat ini—khususnya di Sumba Tengah—banyak

menggunakan bahasa yang pendek dan singkat sehingga melahirkan

bentuk-bentuk pemendekan. Pemendekan yang produktif dihasilkan adalah penggalan

dan kontraksi. Dilihat dari segi retorika tekstual wacana, hal tersebut memenuhi

prinsip ekonomi. Prinsip ekonomi menganjurkan agar teks itu singkat tanpa harus

merusak dan mereduksi pesan. Teks yang singkat dengan mengandung pesan

yang utuh akan menghemat waktu dan tenaga dalam pemahamannya. Sebagai

wacana yang terbatasi oleh ruang, wacana jurnalistik dikonstruksi tidak melanggar

prinsip itu (Baryadi, 2002: 50).

Berikut ini dikemukakan contoh penggalan dalam tuturan berbahasa

Indonesia anak muda Sumba Tengah.

(1) P : Jam brapa ke kampus? MT : Sa su selese kuliah. P : Bae su.

(2) P : Sa malas makan. Sa ti da nafsu makan. MT : Paksa makan. Nanti ko sakit kalo ko ti makan.

Pada contoh (1) terdapat penggalan su yang berasal dari bentuk panjang

sudah. Penggalan su merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan

silabel pertama su dari kata sudah. Pada contoh (2) terdapat juga penggalan sa

yang berasal dari bentuk panjang saya. Penggalan sa berupa merupakan hasil

(17)

Berikut ini dipaparkan juga contoh kontraksi dalam tuturan berbahasa

Indonesia anak muda Sumba Tengah.

(3) P : Mo pi mana?

MT : Sa mo pi kampus. Napa?

P : Oh, sa sangka ko mo sante-sante di kos. Sa mo ajak ko jalan-jalan.

(4) P : Engko kuliah di mana skarang? MT : Di Yogyakarta. Engko?

Pada contoh (3) terdapat kontraksi mo yang berasal dari bentuk panjang

mau. Kontraksi mo merupakan hasil pemendekan dengan monoftongisasi [au]

menjadi fonem vokal /o/ dari kata mau. Pada contoh (4) dijumpai kontraksi engko

yang berasal dari bentuk panjang engkau. Kontraksi engko merupakan hasil

pemendekan dengan monoftongisasi [au] menjadi fonem vokal /o/ dari kata

engkau.

Penggalan dan kontraksi dalam tuturan berbahasa Indonesia anak muda

Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur, dijadikan topik dalam penelitian ini

didasarkan alasan sebagai berikut. Pertama, penggalan dan kontraksi berbahasa

Indonesia sangat produktif digunakan oleh anak muda Sumba Tengah dalam

berbahasa Indonesia. Kedua, penggalan dan kontraksi dalam tuturan berbahasa

Indonesia anak muda Sumba Tengah belum ada yang meneliti pembentukannya.

Ketiga, ada hal yang penting untuk diungkapkan tentang penggalan dan kontraksi

dalam tuturan berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah, yaitu pola-pola

pembentukannya.

Hal pertama yang diungkapkan melalui penelitian ini adalah pola-pola

(18)

muda Sumba Tengah memiliki berbagai pola pembentukan. Sebagai contoh ada

penggalan yang berpola pengekalan silabel terakhir dari suatu kata.

(5) P : Ni motor milik sapa? MT : Andri.

Pada contoh (5) terdapat penggalan ni yang berasal dari bentuk panjang ini.

Penggalan ni merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan silabel

terakhir ni dari kata ini.

Contoh penggalan yang lain adalah pengekalan silabel pertama dari suatu

kata. Berikut ini contohnya.

(6) P : Sa mo pi maen badminton. MT : Sa ju ikut ya.

P : Iya. Nanti ko ikut

Pada contoh (6) terdapat juga penggalan ju yang berasal dari bentuk panjang

juga. Penggalan ju merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan

silabel pertama ju dari kata juga.

Hal kedua yang diungkapkan dalam penelitian ini adalah pola-pola

pembentukan kontraksi. Kontraksi dalam tuturan anak muda Sumba Tengah

memiliki berbagai pola pembentukan. Sebagai contoh ada kontraksi dengan cara

meringkas diftong dari suatu kata.

(7) P : Posisi di mana? MT : Di pante. Da pa?

P : Sa sangka ko ti sibuk. Sa mo ketemu ko.

Pada contoh (7) terdapat kontraksi pante yang berasal dari bentuk panjang pantai.

Kontraksi pante merupakan hasil pemendekan dengan monoftongisasi [ai]

menjadi fonem vokal /e/ dari kata pantai. Terdapat contoh lain kontraksi dengan

(19)

(8) P : Kapan ko sampe? MT : Kemarin.

Pada contoh (8) terdapat kontraksi sampe yang berasal dari bentuk panjang

sampai. Kontraksi sampe merupakan hasil pemendekan dengan monoftongisasi

[ai] menjadi fonem vokal /e/ dari kata sampai.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dalam butir 1.1, persoalan yang dibahas

dalam penelitian ini adalah apa saja jenis pola-pola pembentukan penggalan dan

kontraksi dalam tuturan berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah. Masalah

tersebut dapat dirinci sebagai berikut.

1.2.1 Apa saja pola-pola pembentukan penggalan dalam tuturan berbahasa

Indonesia anak muda Sumba Tengah?

1.2.2 Apa saja pola-pola pembentukan kontraksi dalam tuturan berbahasa

Indonesia anak muda Sumba Tengah?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pola-pola pembentukan

penggalan dan kontraksi dalam tuturan berbahasa Indonesia anak muda Sumba

Tengah. Tujuan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut.

1.3.1 Mendeskripsikan pola-pola pembentukan penggalan dalam tuturan

berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah.

1.3.2 Mendeskripsikan pola-pola pembentukan kontraksi dalam tuturan

(20)

1.4Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini berupa deskripsi pola-pola pembentukan penggalan

dan kontraksi dalam tuturan berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah.

Hasil penelitian tersebut memberikan manfaat teoretis dan manfaat praktis. Hasil

penelitian tentang penggalan dan kontraksi ini memberikan sumbangan teoretis

bagi cabang linguistik morfologi, yaitu memperkuat teori bahwa penggalan dan

kontraksi merupakan dua jenis dari lima jenis pemendekan yang terdapat dalam

bahasa Indonesia. Selain itu, penggalan dan kontraksi itu memiliki pola-pola

pembentukannya. Hasil penelitian ini juga memberikan sumbangan praktis bagi

penutur untuk lebih memahami tuturan berbahasa Indonesia yang digunakan oleh

anak muda Sumba Tengah.

1.5Tinjauan Pustaka

Penggalan dan kontraksi merupakan jenis pembentukan kata berupa

pemendekan. Saat ini telah dijumpai pembahasan jenis pemendekan dalam bahasa

Indonesia, yaitu singkatan, akronim, penggalan, kontraksi, dan lambang huruf

sebagaimana yang dikemukakan antara lain oleh Kridalaksana (1992:162),

Baryadi (2011: 52), Chaer (2008: 236-239), Keputusan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan (1975:3), Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia (1975:21), dan

Suratmi (1997: 12-14)

Kridalaksana (1992:162) dalam bukunya yang berjudul Pembentukan

Kata dalam Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa penggalan adalah proses

(21)

mengemukakan bahwa pemakai bahasa Indonesia membutuhkan bahasa yang

mudah disampaikan adalah dengan cara mengekalkan salah satu bagian leksem

yang disebut penggalan. Kontraksi adalah proses pemendekan yang meringkaskan

leksem dasar atau gabungan leksem. Kridalaksana juga menegaskan subjenis dari

proses pemendekan yang lebih praktis terhadap adanya ringkasan salah satu

leksem dengan cara meringkaskan leksem dasar atau gabungan leksem menjadi

lebih padat atau pendek dan menjadi kata lebih baru tanpa mengurangi makna dari

suatu kata tersebut.

Baryadi (2011: 52) dalam bukunya yang berjudul Morfologi dalam Ilmu

Bahasa mengemukakan bahwa penggalan adalah hasil pemendekan dengan

menanggalkan bagian dari bentuk dasar sehingga masih menyisakan salah satu

bagian dari bentuk dasar. Baryadi menjelaskan berubahnya kata menjadi lebih

baru dengan proses pemendekan dengan cara menanggalkan salah bagian dari

bentuk dasarnya. Kontraksi adalah pemendekan yang dihasilkan dengan

meringkas bentuk dasar.

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1975:3) dalam

lampiran II yang berjudul Pedoman Umum Pembentukan Istilah mengemukakan

bahwa singkatan ialah istilah yang dibentuk dengan menanggalkan satu bagiannya

atau lebih seperti (kereta api) ekspres, (Surat kabar) harian, (surat) kawat, lab

(oratorium). Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal,

gabungan suku kata, ataupun gabungan kombinasi huruf dan suku kata dari deret

(22)

bentuk yang tulisannya disingkatkan, tetapi lafalnya dijabarkan dari bentuk

tulisannya singkatkan, tetapi lafalnya dijabarkan dari bentuk lengkapnya.

Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia (1975:21) menjelaskan akronim

adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun

gabungan kombinasi huruf dan suku kata yang wajar.

Webster (1965: 21) menjelaskan akronim adalah suatu kata yang

terbentuk dari deret huruf awal atau bagian lain yang besar dari istilah yang terdiri

dari gabungan kata.

Chaer (2008: 236-239) dalam bukunya yang berjudul Morfologi Bahasa

Indonesia: pendekatan proses menjelaskan bahwa akronimisasi adalah proses

pembentukan sebuah kata dengan cara menyingkat sebuah konsep yang

direalisasikan dalam sebuah konstruksi lebih dari sebuah kata. Proses ini

menghasilkan sebuah kata yang disebut akronim. Chaer menjelaskan juga

akronim juga adalah sebuah singkatan, namun yang diperlakukan sebagai sebuah

kata atau sebuah butir leksikal.

Suratmi (1997: 14) dalam tugas akhir yang berjudul “Akronim Bahasa

Indonesia dalam surat kabar harian Kompas: Tinjauan Terhadap Pola

Pembentukan, Tipe Frase yang Dibentuk, Proses Morfologis yang Menyertai, dan

Bidang Penggunaannya” menjelaskan akronim adalah sebuah bentuk dari huruf

pertama kata utama, suku kata, dan bagian-bagian lain selain dua unsur yang telah

sebutkan. Unsur-unsur selain huruf pertama dan suku kata akan disebut dengan

(23)

tipe-tipe frase yang dibentuk menjadi akronim, proses morfologis yang menyertai

akronim, dan bidang penggunaan akronim.

Berdasarkan objek penelitian, ditemukan hasil penelitian berupa tujuh

pola pembentukan akronim, yaitu akronim berunsur huruf pertama kata kata

utama berjumlah 166 buah, akronim berunsur suku kata utama berjumlah 66 buah,

akronim berunsur gabungan antara huruf pertama kata utama dengan bagian lain

kata utama berjumlah 44 buah, akronim berunsur gabungan antara huruf pertama

kata utama denagn suku kata kata utama berjumlah 61 buah, akronim berunsur

gabungan antara suku kata kata pertama dengan ‘bagian lain’ kata utama

berjumlah 190 buah, akronim berunsur ‘bagian lain’ kata utama berjumlah 66

buah, akronim berunsur huruf pertama, suku kata, dan bagian lain kata utama

berjumlah 73 buah.

Hasil analisis kedua ditemukan tipe-tipe frase bahwa tipe frase dapat

dibentuk menjadi akronim adalah frase endrosentrik koordinatif berjumlah 25

buah dan frase endrosentrik atributif berjumlah 641 buah. Hasil penelitian ketiga

ditemukan hasil analisis mengenai proses morfologis yang dapat menyertai

akronim adalah proses morfologis afiksasi dan reduplikasi. Hasil analisis keempat

berupa bidang-bidang yang dipergunakan akronim adalah bidang agama

berjumlah 9 buah, bidang ABRI hankam berjumlah 105 buah, bidang

ekonomi-bisnis berjumlah 115 buah, bidang geografi berjumlah 33 buah, bidang hukum

berjumlah 9 buah, bidang kesehatan berjumlah 14 buah, bidang organisasi

lembaga-negara-departemen berjumlah 9 buah, bidang pendidikan berjumlah 84

(24)

berjumlah 16 buah, bidang olahraga berjumlah 37 buah, bidang lain-lain

berjumlah 116 buah. Dari kedua belas macam bidang itu, akronim paling banyak

digunakan dalam bidang ekonomi-bisnis.

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian di atas, penulis dapat

menyimpulkan sebagai berikut. Belum ditemukan penelitian mengenai penggalan

dan kontraksi. Yang telah ada hanya pembahasan mengenai dua jenis pemendekan

dari lima jenis pemendekan bahasa Indonesia dan penelitian mengenai akronim.

1.6 LandasanTeori

Dalam landasan teori ini dipaparkan pengertian pemendekan, jenis-jenis

pemendekan, pengertian penggalan dan pengertian kontraksi.

1.6.1 Pengertian Pemendekan

Kridalaksana (1989:159) mengemukakan bahwa pemendekan atau

abreviasi (abreviation) adalah proses penanggalan satu atau beberapa bagian

leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata.

Kata yang berstatus baru adalah hasil pemendekan kata dengan cara

menanggalkan beberapa bagian leksem dan perpaduan leksem.

1.6.2 Jenis-jenis Pemendekan

Dalam pemendekan terdapat beberapa jenis, yaitu penyingkatan,

(25)

jenis pemendekan di atas menghasilkan lima jenis kependekan, yaitu singkatan,

penggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf (Kridalaksana 1989:161-162).

1.6.2.1Singkatan

Singkatan adalah salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf

atau gabungan huruf, yang dieja huruf demi huruf maupun yang tidak dieja huruf

demi huruf. Berikut ini dikemukakan contohnya.

(9) FSUI (Fakultas Sastra Universitas Indonesia)

(10) DKI (Daerah Khusus Ibukota)

(11) KKN (Kuliah Kerja Nyata)

Yang tidak dieja huruf demi huruf;

(12) dll. (dan lain-lain)

(13) dng (dengan)

(14) dst. (dan seterusnya)

Dari beberapa contoh singkatan yang dieja dan tidak dieja di atas, dapat

dijelaskan proses pemendekan menurut pola pembentukannya. Pada contoh (9)

FSUI, (10) DKI, dan contoh (11) KKN merupakan proses pemendekan dengan

cara mengekalkan fonem pertama dari tiap komponen kata.

1.6.2.2Penggalan

Penggalan adalah proses pemendekan yang menanggalkan salah satu

bagian dari leksem. Penggalan juga mempunyai beberapa sub-klasifikasi,

(26)

suku terakhir suatu kata, pengekalan tiga huruf pertama dari suatu kata,

pengekalan empat huruf pertama dari suatu frasa, pengekalan kata terakhir dari

suatu frasa, dan pelesapan sebagian kata. Berikut ini contohnya.

(15) Prof (profesor)

(16) Bu (ibu)

(17) Pak (bapak)

Pembentukkan penggalan di atas dilakukan dengan cara menanggalkan

silabel pertama dari suatu kata. Pada contoh (15) dijumpai dalam sub-klasifikasi

yang berupa pengekalan silabel pertama dan tengah dari suatu kata. Penggalan

prof yang berasal dari bentuk panjang profesor. Penggalan prof merupakan hasil

pemendekan dengan cara mengekalkan silabel pertama pro dan fonem konsonan

/f/ dari kata profesor. Pada contoh (16) juga dijumpai penggalan bu yang berasal

dari bentuk panjang kata ibu. Penggalan bu merupakan hasil pemendekan dengan

cara mengekalkan silabel terakhir bu dari kata ibu. Pada contoh (17) terdapat

penggalan pak yang berasal dari bentuk panjang bapak. Penggalan pak

merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan silabel terakhir pak dari

kata bapak. Pada Contoh (16) bu dan (17) pak berupa sub-klasifikasi pengekalan

silabel terakhir dari suatu kata.

1.6.2.3Akronim

Akronim adalah proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau

suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang

(27)

(18) FKIP /efkip/ dan bukan /ef/, /ka/, /i/, /pe/

(19) ABRI /abri/ dan bukan /a/, /be/, /er/, /i/

(20) AMPI /ampi/ dan bukan /a/, /em/, /pe/, /i/

Ketiga contoh akronim di atas dapat dideskripsikan menurut

pembentukannya. Pada contoh (18) FKIP merupakan kependekan dari Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan pengekalannya pada huruf pertama suatu

kata. Dalam pembentukan akronimnya sesuai dengan kaidah fonotaktik

Indonesia. Jika ditulis dan dilafalkan menjadi efkip bukan /ef/, /ka/, /i/, /pe/. Pada

contoh (19) ABRI merupakan kependekan dari Angkatan Bersenjata Republik

Indonesia dan pengekalannya pada huruf pertama dari suatu kata. Ditulis dan

dilafakan menjadi abri buka /a/, /be/, /er/, /i/. Pada contoh (20) AMPI merupakan

kependekan dari Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia dan pengekalannya

pada huruf pertama suatu kata. Ditulis dan dilafakan menjadi ampi bukan /a/,

/em/, /pe/. /i/.

1.6.2.4Kontraksi

Kontraksi adalah proses pemendekan yang meringkaskan leksem dasar

atau gabungan leksem. Kontraksi juga mempunyai beberapa sub-klasifikasi.

Berikut beberapa sub-klasifikasi dalam kontraksi, yaitu pengekalan suku pertama

dari tiap komponen, pengekalan suku pertama komponen pertama dan

pengekalan kata seutuhnya, pengekalan suku kata terakhir dari tiap komponen,

pengekalan suku pertama dari komponen pertama dan kedua serta huruf pertama

(28)

pelesapan konjungsi, pengekalan huruf pertama tiap komponen, pengekalan huruf

pertama tiap komponen frase dan pengekalan dua huruf pertama komponen

terakhir, pengekalan dua huruf pertama tiap komponen, pengekalan tiga huruf

pertama komponen pertama, pengekalan dua huruf pertama komponen pertama

dan tiga huruf pertama komponen kedua disertai pelesapan konjungsi, pengekalan

dua huruf pertama komponen pertama dan ketiga serta pengekalan tiga huruf

pertama komponen kedua, pengekalan tiga huruf pertama komponen pertama dan

ketiga serta pengekalan huruf pertama komponen kedua, pengekalan tiga huruf

pertama tiap komponen serta pelesapan konjungsi, pengekalan dua huruf pertama

komponen pertama dan tiga huruf pertama komponen kedua, pengekalan empat

huruf pertama tiap komponen disertai pelesapan konjungsi, pengekalan berbagai

huruf dan suku kata yang sukar dirumuskan.

1.6.2.5 Lambang huruf

Lambang huruf adalah proses pemendekan yang menghasilkan satu

huruf atau lebih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan atau unsur,

seperti:

(21) G (gram)

(22) Cm (sentimeter)

(23) Au (aurum)

Lambang huruf dapat disublikasikan menjadi, a) lambang huruf yang

menandai bahan kimia atau bahan lainnya, b) lambang huruf yang menandai

(29)

menandai kota/negara/alat angkutan, f) lambang huruf yang dipakai dalam berita

kawat.

Muslich Masnur (2008: 36-37) menjelaskan pembentukan akronim tidak

mempunyai sistem yang jelas karena akronim mempunyai segudang bentuk

dalam bahasa Indonesia, sehingga tidap dapat dipastikan. Hanya beberapa saja

yang sekadar sebagai contoh: Pusdiklat (pusat pendidikan dan pelatihan),

tongpes (kantong kempes), bimas (bimbingan masyarakat), dan menpora

(menteri pemuda dan olahraga). Menyebutkan kontraksi disebut pengerutan,

misalnya begitu (bagai itu) dan begini (bagai ini) seperti yang dikutip dari

(Sudaryanto, 1983:130). Masnur juga mengutip pernyataan (Brandstetter,

1957:96) dalam bahasa jawa ditemukan ning (naning); kawit diabreviakronimkan

menjadi kit; mau kae menjadi mengke.

Baryadi (2011: 51-53) dalam bukunya yang berjudul Morfologi dalam

Ilmu Bahasa mengemukan dan menjelaskan lima jenis pemendekan. Diantaranya,

yaitu singkatan, penggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf. Singkatan

adalah hasil pemendekan yang berupa huruf demi huruf atau gabungan huruf, baik

yang dieja huruf demi huruf. Penggalan adalah hasil pemendekan dengan

menanggalkan bagian dari bentuk dasar sehingga masih menyisakan salah satu

bagian dari bentuk dasar. Akronim adalah kependekan yang berupa gabungan

huruf atau suku kata atau gabungan bagian lain dari bentuk dasar dan dilafalkan

sebagai sebuah kata yang sedikit banyak memenuhi kaidah fonotaktik dalam

(30)

meringkas bentuk dasar. Lambang huruf adalah kependekan yang terdiri dari satu

huruf atau lebih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan, atau unsur.

1.6.2 Pengertian Penggalan dan Kontraksi

Kridalaksana (1992:162) dalam bukunya yang berjudul Pembentukan

Kata dalam Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa penggalan adalah proses

pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari leksem. Dalam bukunya,

Kridalaksana tidak menjelaskan begitu rinci tentang penggalan, tetapi

menjelaskan bahwa leksem bahasa melalui proses pemendekan akan dikekal

bagian dari leksem tersebut menjadi lebih baru.

Kridalaksana (1992:162) Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia

menjelaskan bahwa kontraksi adalah proses pemendekan yang meringkaskan

leksem dasar atau gabungan leksem. Kridalaksana juga tidak menjelaskan dengan

rinci tentang kontraksi, tetapi menjelaskan bahwa leksem yang diringkas dan

digabung oleh pengguna bahasa adalah proses pemendekan berupa kontraksi.

Baryadi (2011: 52) dalam bukunya yang berjudul Morfologi dalam Ilmu

Bahasa menjelaskan bahwa penggalan adalah hasil pemendekan dengan

menanggalkan bagian dari bentuk dasar sehingga masih menyisakan salah satu

bagian dari bentuk dasar. Baryadi (2011: 52) juga menjelaskan kontraksi adalah

pemendekan yang dihasilkan dengan meringkas bentuk dasar.

Berdasarkan pengertian-pengertian pemendekan, penggalan, dan

kontraksi di atas, dapat simpulkan bahwa pemendekan merupakan proses

(31)

dasar atau gabungan bentuk dasar. Penggalan merupakan proses pemendekan

yang berupa penanggalan dari salah satu bentuk dasar. Kontraksi merupakan

prose pemendekan dengan cara meringkas bentuk dasar.

1.7 Metode dan Teknik Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (i) pengumpulan data,

(ii) analisis data, dan (iii) penyajian hasil analisis data.

1.7.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Objek penelitian ini adalah penggalan dan kontraksi dalam tuturan

berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur. Data

dalam penelitian ini berupa tuturan dialog yang dihasilkan lewat tuturan berbahasa

Indonesia oleh anak muda Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur. Pengumpulan

data ini dilakukan dengan menggunakan metode simak. Metode simak adalah

metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencermati dan

menyimak langsung penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993:133). Dalam hal ini,

peneliti mencermati dan menyimak langsung tuturan berbahasa Indonesia anak

muda Sumba Tengah. Adapun sumber datanya dalam penelitian ini dibedakan

berdasarkan tingkatan pendidikan dan tingkatan umur. Sumber datanya dibedakan

(32)

No Pendidikan/Pekerjaan/Tidak Bekerja

Umur Jumlah

1 2 3 4

Siswa SMA kelas 3 Mahasiswa

Pegawai Tidak bekerja

17-19 tahun 20-23 tahun 24-27 tahun 25-28 tahun

10 orang 30 orang 20 orang 20 orang 

Jumlah 80 orang

Teknik pengumpulan data berikutnya adalah teknik catat. Teknik catat

dilakukan dengan mencatat langsung tuturan yang mengandung penggalan dan

kontraksi. Pertama, penulis mencatat tuturan yang megandung penggalan dan

membagikan sesuai pola pembentukannya. Kedua, mencatat tuturan yang

mengandung kontraksi dan membagikan sesuai pola pembentukannya.

1.7.3 Metode dan Teknik Analisis Data

Tahap analisis data dilakukan setelah data terklasifikasikan. Data

dianalisis dengan menggunakan metode agih. Metode agih adalah metode analisis

data yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang

diteliti (Sudaryanto,1993:15). Teknik yang digunakan dalam metode agih adalah

teknik bagi unsur langsung atau teknik BUL sebagai teknik dasarnya serta teknik

ganti dan teknik perluas sebagai teknik lanjutannya.

Teknik BUL adalah teknik dasar metode agih yang membagi satuan

lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur yang bersangkutan dipandang

sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud

(Sudaryanto, 1993:31). Teknik BUL yang digunakan dalam penelitian ini adalah

(33)

langsungnya, yaitu menurut silabel atau fonemnya. Misalnya kata adik dapat

menjadi penggalan adi dan kata kalau dapat menjadi kontraksi kalo. Kata adik

terdiri dari fonem /a/, /d/, /i/, dan /k/. Dari unsur langsungnya itu, dapat diketahui

bahwa penggalan adi dibentuk dengan cara memenggalkan fonem terakhir, yaitu

/k/. Demikian pula kata kalau terdiri dari fonem /k/, /a/, /l/, /au/. Dari unsur

langsung itu, dapat ditentukan bahwa kontraksi kalo dibentuk dengan

monoftongisasi /au/ menjadi /o/.

Ada dua teknik yang digunakan dalam membuktikan identitas penggalan

dan kontraksi dalam tuturan berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah, yaitu

teknik perluas dan teknik ganti. Pertama, teknik perluas adalah teknik analisis data

dengan cara memperluas satuan kebahasaan yang dianalisis dengan menggunakan

satuan kebahasaan tertentu. Teknik perluas dalam penelitian ini digunakan untuk

membuktikan perluasan penggalan.

(24) P : Semalam, ko deng sapa di rumah? MT : Sa dengan adi nona.

Pada contoh (24) penggalan adi yang berasal dari bentuk panjang adik.

Penggalan adi merupakan hasil pemendekan dengan cara menanggalkan fonem

akhir konsonan /k/. Hal ini dapat dibuktikan dengan memperluas penggalan adi

(21) dengan bentuk panjang adik, sebagaimana tampak pada contoh berikut.

(24a) P : Semalam, ko dengan sapa di rumah? MT : Sa dengan adik nona.

Kedua, teknik ganti merupakan teknik analisis data yang berupa

(34)

lain di luar satuan lingual yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993: 50). Teknik ganti

dalam penelitian ini digunakan untuk membuktikan identitas kontraksi. Berikut ini

contohnya kontraksi berupa monoftongsasi dalam suatu kata.

(25) P : Engko pi mana besok?

MT : Sa pi di acara ulang tahunnya teman.

Pada contoh (25) terdapat kontraksi engko yang berasal dari bentuk

pendek kata engkau. Kontraksi engko merupakan hasil pemendekan dengan

monoftongisasi [au] menjadi fonem vokal /o/ dari kata engkau. Hal ini dapat

dibuktikan dengan menggantikan kontraksi engko (25) dengan bentuk panjang

engkau, sebagaimana tampak pada contoh berikut.

(25a) P : Engkau pi mana besok

MT : Sa pi di acara ulang tahunnya teman.

1.7.4 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Tahap selanjutnya adalah tahap penyajian hasil analisis data. Hasil

analisis data dalam penelitian ini disajikan menggunakan metode formal dan

metode informal. Penyampaian hasil analisis data dengan menggunakan metode

formal, yaitu memanfaatkan berbagai lambang, tanda, singkatan, dan sejenisnya.

Tanda yang digunakan meliputi tanda kurung bundar ( ), tanda kurung persegi

atau siku / /, [ ], dan tabel. Hasil analisis data dengan menggunakan metode

informal adalah analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa (lih.

(35)

1.8 Sistematika Penyajian

Secara garis besar laporan hasil penelitian ini disusun dalam empat bab

sebagai berikut. Bab I berisi pendahaluan yang meliputi latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori,

metode penelitian, dan sistematika penelitian. Latar belakang menguraikan alasan

penulis melakukan penelitian ini. Rumusan masalah menjelaskan

masalah-masalah yang ditemukan dalam penelitian ini. Tujuan penelitian mendeskripsikan

tujuan diadakan penelitian ini. Manfaat penelitian memaparkan manfaat yang

biasa dari hasil penelitian ini berupa manfaat teoretis dan praktis. Tinjuan pustaka

mengemukakan membahas pemendekan berupa penggalan dan kontraksi.

Kerangka teori menyampaikan teori yang digunakan sebagai landasan penelitian.

Metode penelitian menguraikan metode teknik pengumpulan data, metode teknik

analisis data, dan metode teknik penyampaian hasil analisis data yang digunakan

penulis dalam penelitian. Sistematika penyajian menguraikan urutan hasil

penelitian dalam skripsi ini.

Bab II berisi uraian pola- pola pembentukan penggalan dalam tuturan

berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur. Bab III

berisi pola-pola pembentukan kontraksi dalam tuturan berbahasa Indonesia anak

muda Sumba Tengah Nusa Tenggara Timur.

Bab IV berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan hasil analisis data

dan saran untuk peneliti selanjutnya mengenai hal-hal yang belum dikaji dalam

penelitian ini.

(36)

BAB II

POLA-POLA PEMBENTUKAN PENGGALAN

DALAM TUTURAN BERBAHASA INDONESIA ANAK MUDA

SUMBA TENGAH, NUSA TENGGARA TIMUR

2.1Pengantar

Dalam bab ini dibahas pola-pola pembentukan penggalan dalam tuturan

berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah. Berdasarkan hasil analisis data,

ditemukan tujuh pola pembentukan penggalan, yaitu (i) penggalan yang berupa

pengekalan silabel pertama dalam suatu kata, (ii) penggalan yang berupa

pengekalan dua silabel pertama dalam suatu kata, (iii) penggalan yang berupa

pengekalan dua silabel terakhir dalam suatu kata, (iv) penggalan yang berupa

pengekalan silabel terakhir dalam suatu kata, (v) penggalan yang berupa

penanggalan fonem pertama dalam suatu kata, (vi) penggalan yang berupa

penanggalan fonem terakhir dalam suatu kata, (vii) penggalan yang berupa

penanggalan dua fonem terakhir dalam suatu kata.

2.2Penggalan yang Berupa Pengekalan Silabel Pertama dalam Suatu Kata

Penggalan yang berupa pengekalan silabel pertama dalam suatu kata

merupakan pemendekan kata dengan cara mengekalkan silabel pertama dari suatu

kata dan sisanya ditanggalkan. Berikut ini dikemukakan contohnya.

(37)

(27) P : Tahun ni liburan ke mana?

MT : Tahun ni su janjian liburan bersama pacar ke korea.

(28) P : Ko datang di acara ulang tahunnya Bili? MT : Sa ti datang karena masih sakit.

(29) P : Sa cape betul hari ni.

MT : Sa ju cape selese keliling kota.

(30) P : Angel, ko pu sepatu baru e? MT : Hehe Iya. Dapat hadiah.

(31) P : Pa kabar, Lin? MT : Bae. Ko? P : Bae ju.

(32) P : San, nanti mata pelajaran pa? MT : Bio, san. Ko?

P : Fisika.

(33) P : San, hari ni kita ke mana? MT : Ke mana ja boleh.

(34) P : Mat pagi, Tan. MT : Pagi.

(35) P : Wan, ko di kos? MT : Iya. Napa?

P : Sa mo maen ke ko pu kos, Wan.

(36) P : Ko pake pa pi gereja, Yan? MT : Sa pake angkot. Ko pake pa?

P : Pake angkot ju. Tunggu sa nanti e, Yan. MT : Oke.

(37) P : Cin, Sa da masak ko pu sayur kesukaan. Nanti ke rumah e. MT : Wuaaahh, pasti enaknya. Oke, nanti sa ke rumah.

(38) P : Ma, uang makan su abis.

MT : Besok Ma kirim. Hari ini masih sibuk.

(39) P : Pa, jemput sa di sekolah. MT : Oke, nanti pa jemput.

(38)

(41) P : Yos, kirimkan sa pulsa. MT : Uang habis.

(42) P : Halo, Bet. MT : Halo ju, Say.

(43) P : Me, tolong kirimkan nomornya wawan. MT : Oke. Nanti sa kirimkan.

(44) P : Mat pagi Pak Prap. MT : Mat pagi.

Pada contoh (26) terdapat penggalan ti yang berasal dari bentuk

panjang tidak. Penggalan ti merupakan hasil pemendekan dengan mengekalkan

silabel pertama ti dari kata tidak. Pada contoh (27) terdapat juga penggalan su

yang berasal dari bentuk panjang sudah. Penggalan su merupakan hasil

pemendekan dengan mengekalkan silabel pertama su dari kata sudah. Pada contoh

(28) dijumpai penggalan sa yang berasal dari bentuk panjang saya. Penggalan sa

merupakan hasil pemendekan dengan mengekalkan silabel pertama sa dari kata

saya. Pada contoh (29) terdapat penggalan ju yang berasal dari bentuk panjang

juga. Penggalan ju adalah hasil pemendekan dengan cara mengekalkan silabel

pertama ju dari kata juga. Pada contoh (30) dijumpai penggalan pu yang berasal

dari bentuk panjang punya. Penggalan pu merupakan hasil pemendekan dengan

cara mengekalkan silabel pertama pu dari kata punya.

Pada contoh (31) dijumpai penggalan lin yang berasal dari bentuk

panjang linda. Penggalan lin merupakan hasil pemendekan dengan cara

mengekalkan silabel pertama lin dari kata linda. Pada contoh (32) dijumpai juga

(39)

merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan silabel pertama bio dari

kata biologi. Pada contoh (33) terdapat penggalan san yang berasal dari bentuk

panjang santi. Penggalan san merupakan hasil pemendekan dengan cara

mengekalkan silabel pertama san dari kata santi. Pada contoh (34) terdapat juga

penggalan tan yang berasal dari bentuk panjang tanta. Penggalan tan merupakan

hasil pemendekan dengan cara mengekalkan silabel pertama tan dari kata tanta.

Pada contoh (35) dijumpai penggalan wan yang berasal dari bentuk panjang

wawan. Penggalan wan merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan

silabel pertama wan dari kata wawan. Pada contoh (36) terdapat penggalan yan

yang berasal dari bentuk bentuk panjang yanti. Penggalan yan merupakan hasil

pemendekan dengan cara mengekalkan silabel pertama yan dari kata yanti.

Pada contoh (37) terdapat penggalan cin yang berasal dari bentuk

panjang cinta. Penggalan cin merupakan hasil pemendekan dengan cara

mengekalkan silabel pertama cin dari kata cinta. Pada contoh (38) dijumpai

penggalan ma yang berasal dari bentuk panjang mama. Penggalan ma merupakan

hasil pemendekan dengan cara mengekalkan silabel pertama ma dari kata mama.

Pada contoh (39) terdapat penggalan tan yang berasal dari bentuk panjang tante.

Penggalan tan merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan silabel

pertama tan dari kata tante. Pada contoh (40) terdapat juga penggalan eva yang

berasal dari bentuk panjang evalin. Penggalan eva merupakan hasil pemendekan

dengan cara mengekalkan silabel pertama eva dari kata evalin.

Pada contoh (41) terdapat penggalan yos yang berasal dari bentuk

(40)

mengekalkan silabel pertama yos dari kata yosta. Pada contoh (42) dijumpai

penggalan bet yang berasal dari bentuk panjang betsi. Penggalan bet merupakan

hasil pemendekan dengan cara mengekalkan silabel pertama bet dari kata betsi.

Pada contoh (43) terdapat penggalan me yang berasal dari bentuk panjang mega.

Penggalan me merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan silabel

pertama me dari kata mega. Pada contoh (44) terdapat juga penggalan prap yang

berasal dari bentuk panjang praptomo. Penggalan prap merupakan hasil

pemendekan dengan cara mengekalkan silabel pertama prap dari kata praptomo.

Hal itu dapat dibuktikan dengan menggantikan penggalan (26) ti, (27)

su, (28) sa, (29) ju, (30) pu, (31) lin, (32) bio, (33) san, (34) tan, (35) wan, (36)

yanti, (37) cin, (38) ma, (39) tan, (40) eva, (41) yos, (42) bet, (43) me, dan (44)

prap dengan bentuk panjang tidak, sudah, saya, juga, punya, linda, biologi, santi,

tanta, wanti, yanti, cinta, mama, tante, evalin, yosta, betsi, mega, dan praptomo

sebagaimana tampak pada contoh.

(26a) P : Hari ni ko jadi ikot bersama kami ke pantai? MT : Maap, sa tidak jadi ikot karena lagi sakit.

(27a) P : Tahun ni liburan ke mana?

MT : Tahun ni sudah janjian liburan bersama pacar ke korea.

(28a) P : Ko datang di acara ulang tahunnya Bili? MT : Saya ti datang karena masih sakit.

(29a) P : Sa cape betul hari ni.

MT : Sa juga capek selese keliling kota.

(30a) P : Angel, ko punya sepatu baru e? MT : Hehe Iya. Dapat hadiah.

(31a) P : Pa kabar, Linda? MT : Bae. Ko?

(41)

(32a) P : Say, nanti mata pelajaran pa? MT : Biologi, say. Ko?

P : Fisika.

(33a) P : Sayang, hari ni kita ke mana? MT : Ke mana ja boleh.

(34a) P : Mat pagi, Tanta. MT : Pagi.

(35a) P : Wanti, ko di kos? MT : Iya. Napa?

P : Sa mo maen ke ko pu kos, Wanti.

(36a) P : Ko pake pa pi gereja, Yanti? MT : Sa pake angkot. Ko pake pa?

P : Pake angkot ju. Tunggu sa nanti e, Yanti. MT : Oke.

(37a) P : Cinta, Sa da masak ko pu sayur kesukaan. Nanti ke rumah e. MT : Wuaaahh, pasti enaknya. Oke, nanti sa ke rumah.

(38a) P : Mama, uang makan su abis.

MT : Besok Mama kirim. Hari ini masih sibuk.

(39a) P : Tante, jemput sa di sekolah. MT : Oke, nanti tante jemput.

(40a) P : Posisi di mana, Evalin? MT : Sa di kantor kesehatan.

(41a) P : Yosta, kirimkan sa pulsa. MT : Uang habis.

(42a) P : Halo, Betsi. MT : Halo ju, Say.

(43a) P : Mega, tolong kirimkan nomornya wawan. MT : Oke. Nanti sa kirimkan.

(42)

Hal itu dapat dibuktikan dalam bentuk tabel berikut ini.

No Bentuk Pendek Bentuk Panjang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 ti su sa ju pu Lin Bio say tan Wan Yan cin ma pa Erna Yos Bet Me Prap tidak sudah saya juga punya Linda Biologi sayang tante Wanti Yanti cinta mama papa Ernawati Yosta Betsi Mega Praptomo

2.3Penggalan yang Berupa Pengekalan Dua Silabel Pertama dalam Suatu

Kata

Penggalan yang berupa pengekalan dua silabel pertama dalam suatu

kata merupakan pemendekan kata dengan cara mengekalkan dua silabel pertama

dalam suatu kata dan sisanya ditanggalkan. Berikut ini dikemukakan contohnya.

(45) P : Ko pu nama panggilan sapa? MT : Nansi.

(46) P : Sapa yang meletakkan ni buku di atas meja guru? MT : Alfon, bu.

P : Di mana alfon? MT : Bolos, bu.

(47) P : Rosi, sa nginap di ko pu rumah e.

(43)

(48) P : Su sebulan sa ti ketemu wulan.

MT : Sa ju. Mungkin wulan sibuk deng tugas kuliah.

(49) P : Ko ti pi kunjung tobi di rumah sakit? MT : Tobi sakit?

P : Kemarin dia kecelakaan. Hari ni tangannya dioperasi.

(50) P : Nata, nanti ikot pi nonton film? MT : Iya. Sa ikot deng adi nona ni.

(51) P : Kemarin ko menyanyi lagu pa di skolah? MT : Lagu Indo raya.

Pada contoh (45) terdapat penggalan nansi yang berasal dari bentuk

panjang nansilia. Penggalan nansi merupakan hasil pemendekan dengan cara

mengekalkan dua silabel pertama nan dan si dari kata nansi. Pada contoh (46)

terdapat juga penggalan alfon yang berasal dari bentuk panjang alfonsus.

Penggalan alfon merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan dua

silabel pertama al dan fon dari kata alfonsus. Pada contoh (47) dijumpai

penggalan rosi berasal dari bentuk panjang rosiana. Penggalan rosi merupakan

hasil pemendekan dengan cara mengekalkan dua silabel pertama ro dan si dari

kata rosiana.

Pada contoh (48) dijumpai penggalan wulan yang berasal dari bentuk

panjang wulandini. Penggalan wulan merupakan hasil pemendekan dengan cara

mengekalkan dua silabel pertama wu dan lan dari kata wulandini. Pada contoh

(49) terdapat penggalan tobi yang berasal dari bentuk panjang tobias. Penggalan

tobi merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan dua silabel pertama

to dan bi dari kata tobias. Pada contoh (50) terdapat penggalan nata yang berasal

(44)

cara mengekalkan dua silabel pertama na dan ta dari kata natalia. Pada contoh

(51) terdapat juga penggalan indo yang berasal dari bentuk panjang indonesia.

Penggalan indo merupakan pemendekan dengan cara mengekalkan dua silabel

pertama in dan do dari kata indonesia.

Hal itu dapat dibuktikan dengan menggantikan penggalan (45) nansi,

(46) alfon, (47) rosi, (48) wulan, (49) tobi, (50) nata, dan (51) indo dengan bentuk

panjang nansilia, alfonsus, rosiana, wulandini, tobias, natalia, dan indonesia

sebagaimana tampak pada contoh.

(45a) P : Ko pu nama panggilan sapa? MT : Nansilia.

(46a) P : Sapa yang meletakkan ni buku di atas meja guru? MT : Alfonsus, bu.

P : Di mana alfonsus? P : Bolos, bu.

(47a) P : Rosiana, sa nginap di ko pu rumah e. MT : Oiya, datang sa nanti malam.

(48a) P : Su sebulan sa ti ketemu Wulandini.

MT : Sa ju. Mungkin Wulandini sibuk deng tugas kuliah.

(49a) P : Ko ti pi kunjung Tobias di rumah sakit? MT : Tobias sakit?

P : Kemarin dia kecelakaan. Hari ini tangannya dioperasi.

(50a) P : Natalia, nanti ikut pi nonton film? MT : Iya. Sa ikut deng adi nona ni.

(45)

Hal itu dapat dibuktikan dalam bentuk tabel berikut ini.

No Bentuk Pendek Bentuk Panjang 1 2 3 4 5 6 7 Nansi Alfon Rosi Wulan Tobi Nata Indo Nansilia Alfonsus Rosiana Wulandini Tobias Natalia Indonesia

2.4Penggalan yang Berupa Pengekalan Dua Silabel Terakhir dalam Suatu

Kata

Penggalan yang berupa pengekalan dua silabel terakhir merupakan

pemendekan kata yang dilakukan dengan cara mengekalkan dua silabel terakhir

dalam suatu kata dan sisanya ditanggalkan. Berikut ini dikemukan contohnya.

(52) P : Linda, ko di kos?

MT : Iya kaka. Sa di kos sa ni. P : Sa ke kos e.

(53) P : Sapa nama pacarnya Rano? MT : Peni. Napa ko tanya?

P : Ti, sa hanya tanya sa. Supaya sa tahu ju.

(54) P : Ni hari Nendra ikot lomba paduan suara. Minta dukungan e. MT : Nendra lomba paduan suara di mana?

P : Di kecamatan

(55) P : Ko masih ingat anak unggulan waktu SMP, namanya Fandi? MT : Masihlah. Mangnya napa? Ko naksir?

P : Iya sa naksir dia. Hehehe.

(56) P : Tami, ko pi sekolah jam brapa? MT : Jam 6. Ko jam brapa?

P : Kita berangkat bersama e, Tami. Sa ju jam 6. MT : Oke.

(46)

(58) P : Sa ketemu Lina di lapangan basket. MT : Dia masih kenal ko?

P : Masihlah.

(59) P : Napa Tina ti datang rapat?

MT : Sa ti tahu. Tanya langsung sa lewat sms. P : Tina pu nomor su ilang.

Pada contoh (52) terdapat penggalan linda yang berasal dari bentuk

panjang melinda. Penggalan linda merupakan hasil pemendekan dengan cara

mengekalkan dua silabel terakhir lin dan da dari kata melinda. Pada contoh (53)

dijumpai penggalan peni yang berasal dari bentuk panjang supeni. Penggalan peni

merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan dua silabel terakhir pe

dan ni dari kata supeni. Pada contoh (54) terdapat penggalan nendra yang berasal

bentuk panjang yunendra. Penggalan nendra merupakan hasil pemendekan

dengan cara mengekalkan dua silabel terakhir nen dan dra dari kata yunendra.

Pada contoh (55) terdapat juga penggalan fandi yang berasal dari bentuk

panjang safandi. Penggalan fandi merupakan hasil pemendekan dengan cara

mengekalkan dua silabel terakhir fan dan di dari kata safandi. Pada contoh (56)

dijumpai penggalan tami yang berasal dari bentuk panjang lutami. Penggalan tami

merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan dua silabel terakhir ta

dan mi dari kata lutami. Pada contoh (57) terdapat penggalan lupe yang berasal

dari bentuk panjang dalupe. Penggalan lupe merupakan hasil pemendekan dengan

cara mengekalkan dua silabel terakhir lu dan pe dari kata dalupe. Pada contoh

(58) terdapat juga penggalan yang berasal dari bentuk panjang paulina. Penggalan

lina merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan dua silabel terakhir li

(47)

dari bentuk panjang cristina. Penggalan tina merupakan hasil pemendekan dengan

cara mengekalkan dua silabel terakhir ti dan na dari kata cristina.

Hal itu dapat dibuktikan dengan menggantikan penggalan (52) linda,

(53) peni, (54) nendra, (55) safandi, (56) tami, (57) lupe, (58) lina, (59) tina

dengah bentuk panjang melinda, supeni, yunendra, afandi, dan lutami, dalupe,

paulina, cristina sebagaimana tampak pada contoh.

(52a) P : Melinda, ko di kos? MT : Iya kaka. Sa di kos sa ni. P : Sa ke kos e.

(53a) P : Sapa nama pacarnya Rano? MT : Supeni. Napa ko tanya?

P : Ti, sa hanya tanya. Supaya sa tahu ju.

(54a) P : Ni hari yunendra ikot lomba paduan suara. MT : Yunendra lomba paduan suara di mana? P : Di kecematan

(55a) P : Ko masih ingat anak unggulan waktu SMP, namanya afandi? MT : Masihlah. Mangnya napa? Ko naksir?

P : Iya sa naksir dia. Hehehe.

(56a) P : Lutami, ko pi sekolah jam brapa? MT : Jam 6. Ko jam brapa?

P : Kita brangkat bersama e, utami. Sa ju jam 6. MT : Oke.

(57) P : Dalupe, kapan ko wisuda? MT : Bulan april.

(58) P : Sa ketemu Paulina di lapangan basket. MT : Dia masih kenal ko?

P : Masihlah.

(59) P : Napa Cristina ti datang rapat?

(48)

Hal itu dapat dibuktikan dengan bentuk tabel berikut ini.

No Bentuk Pendek Bentuk Panjang 1 2 3 4 5 6 7 8 Linda Peni Nendra Fandi Tami Lupe Lina Tina Melinda Supeni Yunendra Afandi Lutami Dalupe Paulina Cristina

2.5Penggalan yang Berupa Pengekalan Silabel Terakhir dalam Suatu Kata

Penggalan yang berupa pengekalan silabel terakhir dalam suatu kata

merupakan pemendekan kata dengan cara mengekalkan silabel terakhir dalam

suatu kata dan sisanya ditanggalkan. Berikut ini dikemukakan contohnya.

(60) P : Sa lapar, tapi sa pu uang abis. MT : Ni, sa pinjamkan uang.

(61) P : Ko simpan di mana sa pu buku sejarah? MT : Tu di atas meja belajar.

(62) P : Kapan kiriman sampe? MT : Ru dikirim besok pagi.

(63) P : Banyak tugas kantor ni. MT : Diselesekan pelan-pelan ja.

(64) P : Pa kabar? MT : Bae sa.

(65) P : Da buat pa? MT : Da makan.

(66) P : Ko da buat pa? MT : Da tidur-tidur ja.

(49)

(68) P : Ton, kapan ko menikah?

MT : Bulan depan tanggal 23. Nanti undangannya sa dikirim e. P : Oke. Ditunggu.

(69) P : Me, Sa telat datang latihan.

MT : Duh, jang sampe telat. Nanti ko kena denda.

(70) P : Brapa mang jauh ni perjalanan? MT : Dua jam.

(71) P : Ko beli tuk sapa tu pakian?

MT : Tuk nene. Kamarin sa ju janji beli tuk dia.

(72) P : Bu, sa ti pi skolah hari ni. MT : Kenapa? Sakit?

P : Iya Bu.

(73) P : Pak satpam, di mana letak WC umum? MT : Di arah utara.

Pada contoh (60) terdapat penggalan ni yang berasal dari bentuk

panjang ini. Penggalan ni merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan

silabel terakhir ni dari kata ini. Pada contoh (61) terdapat juga penggalan tu

berupa bentuk panjang kata itu. Penggalan tu merupakan hasil pemendekan

dengan cara mengekalkan silabel terakhir tu dari kata itu. Pada contoh (62)

dijumpai penggalan ru yang berasal dari bentuk panjang baru. Penggalan ru

merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan silabel terakhir ru dari

kata baru. Pada contoh (63) dijumpai juga penggalan ja yang berasal dari bentuk

panjang saja. Penggalan ja merupakan hasil pemendekan dengan cara

mengekalkan silabel terakhir ja dari kata saja.

Pada contoh (64) terdapat penggalan pa yang berasal dari bentuk

panjang apa. Penggalan pa merupakan hasil pemendekan dengan cara

(50)

penggalan da yang berasal dari panjang kata ada. Penggalan da merupakan hasil

pemendekan dengan cara mengekalkan silabel da dari kata ada. Pada contoh (66)

dijumpai penggalan ko merupakan bentuk panjang kata engko. Penggalan ko

merupakan hasil pemendekan dengan mengekalkan silabel terakhir ko dari kata

engko. Pada contoh (67) terdapat penggalan mat yang berasal dari bentuk panjang

selamat. Penggalan mat merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan

silabel terakhir mat dari selamat. Pada contoh (68) dijumpai penggalan ton yang

berasal dari bentuk panjang anton. Penggalan ton merupakan hasil pemendekan

dengan cara mengekalkan silabel terakhir ton dari kata anton. Pada contoh (69)

terdapat penggalan duh yang berasal dari bentuk panjang aduh. Penggalan aduh

merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan silabel terakhir duh dari

kata aduh.

Pada contoh (70) dijumpai penggalan mang yang berasal dari bentuk

panjang memang. Penggalan mang merupakan hasil pemendekan dengan cara

mengekalkan silabel terkahir mang dari kata memang. Pada contoh (71) terdapat

juga penggalan tuk yang berasal dari bentuk panjang untuk. Pengggalan tuk

merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan silabel terakhir tuk dari

kata untuk. Pada contoh (72) dijumpai penggalan bu yang berasal dari bentuk

panjang kata ibu. Penggalan bu merupakan hasil pemendekan dengan cara

mengekalkan silabel terakhir bu dari kata ibu. Pada contoh (73) dijumpai juga

penggalan pak yang berasal dari bentuk panjang bapak. Penggalan pak merupakan

(51)

Hal itu dapat dibuktikan dengan menggantikan penggalan (60) ni, (61)

tu, (62) ru, (63) ja, (64) pa, (65) da, (66) ko, (67) mat, (68) ton, (69) duh, (70)

mang, (71) tuk,(72) bu, dan (73) pak dengan bentuk panjang ini, itu, baru, saja,

apa, ada, engko, selamat, anton, aduh, memang, untuk, dan ibu. sebagaimana

tampak pada contoh berikut.

(60a) P : Sa lapar, tapi sa pu uang habis. MT : Ini, sa pinjamkan uang.

(61a) P : Ko simpan di mana sa pu buku sejarah? MT : Itu di atas meja belajar.

(62a) P : Kapan kiriman sampe? MT : Baru dikirim besok pagi.

(63a) P : Banyak tugas kantor ni. MT : Diselesekan pelan-pelan saja.

(64a) P : Apa kabar? MT : Bae sa.

(65a) P : Ada buat pa? MT : Ada makan.

(66a) P : Engko da buat pa? MT : Da tidur-tidur ja.

(67a) P : Selamat malam. MT : Selamat malam ju.

(68a) P : Anton, kapan ko menikah?

MT : Bulan depan tanggal 23. Nanti undangannya sa dikirim e. P : Oke. Ditunggu.

(69a) P : Me, Sa telat datang latihan.

MT : Aduh, jangan sampe telat. Nanti ko kena denda.

(70a) P : Brapa memang jauh ni perjalanan. MT : Dua jam.

(71a) P : Ko beli untuk sapa tu pakian?

(52)

(72a) P : Bu, sa ijin ti pi sekolah hari ni. MT : Kenapa? Sakit?

P : Iya Bu.

(73a) P : Bapak satpam, di mana letak WC umum? MT : Di arah utara.

Hal itu dapat dibuktikan dengan bentuk tabel berikut ini.

No Bentuk Pendek Bentuk Panjang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 ni tu ru ja pa da ko mat Ton duh mang tuk Bu Pak ini itu baru saja apa ada engko selamat Anton aduh memang untuk Ibu Bapak

2.6Penggalan yang Berupa Penanggalan Fonem Pertama dalam Suatu Kata

Penggalan yang berupa penanggalan fonem pertama dalam suatu kata

merupakan pemendekan kata dengan cara menanggalkan fonem pertama dalam

suatu kata dan sisanya ditanggalkan. Berikut dikemukan contohnya.

(74) P : Kemarin, sa liat ko di atas motor. Ko pake baju itam kan? MT : Iya. Kemarin sa pi melayat. Da keluarga yang meninggal.

(75) P : Kaka, da di mana? Tolong isikan pulsa buat sa. MT : Di rumah. Sabar. Di sini masih ujan.

(76) P : Mar kita pi berenang.

(53)

(77) P : Brapa orang sa besok yang ikot pi kafe? MT : Sa blum itung.

P : Itung dulu, supaya kita tahu.

(78) P : Sa pu ati sakit e? MT : Napa? Da masalah?

P : Da teman yang fitnah sa pencuri. Sa sakit ati. MT : Trus betul ko curi?

P : Ti ju.

(79) P : Su abis sa pu uang.

MT : Sa ju su abis. Ti tahu kapan mereka kirim.

Pada contoh (74) terdapat penggalan itam yang berasal dari bentuk

panjang hitam. Penggalan itam merupakan hasil pemendekan dengan cara

menanggalkan fonem awal yang berupa konsonan /h/ dari kata hitam. Pada

contoh (75) terdapat juga penggalan ujan yang berasal dari bentuk panjang hujan.

Penggalan ujan merupakan pemendekan dengan cara menanggalkan fonem awal

yang berupa konsonan /h/ dari kata hujan. Pada contoh (76) dijumpai penggalan

idung yang berasal dari bentuk panjang hidung. Penggalan idung merupakan hasil

pemendekan dengan cara menanggalkan fonem awal yang berupa konsonan /h/

dari kata hidung.

Pada contoh (77) terdapat penggalan itung yang berasal dari bentuk

panjang hitung. Penggalan itung merupakan hasil pemendekan dengan cara

menanggalkan fonem awal yang berupa konsonan /h/ dari kata hitung. Pada

contoh (78) dijumpai penggalan ati-ati yang berasal dari bentuk panjang hati.

Penggalan ati merupakan hasil pemendekan dengan cara menanggal fonem awal

yang berupa konsonan /h/ dari kata hati. Pada contoh (79) terdapat penggalan abis

(54)

pemendekan dengan cara menanggalkan fonem pertama yang berupa konsonan /h/

dari kata habis.

Hal itu dapat dibuktikan dengan menggantikan penggalan (74) itam, (75)

ujan, (76) idung, (77) itung, (78) ati, dan (79) abis dengan bentuk panjang hitam,

hujan, hidung, hitung, hati, dan habis sebagaimana tampak pada contoh berikut.

(74a) P : Kemarin, sa liat ko di atas motor. Ko pake baju hitam kan? MT : Iya. Kemarin sa pi melayat. Da keluarga yang meninggal.

(75a) P : Kaka, da di mana? Tolong isikan pulsa buat sa. MT : Di rumah. Sabar. Di sini masih hujan.

(76a) P : Mar kita pi berenang.

MT : Duh, Sa jadi malas pi alasannya hidung tersumbat.

(77a) P : Brapa orang sa besok yang ikot pi kafe? MT : Sa blum hitung.

P : Hitung dulu, supaya kita tahu.

(78a) P : Sa pu hati sakit e? MT : Napa? Da masalah?

P : Da teman yang fitnah sa pencuri. Sa sakit hati. MT : Trus betul ko curi?

P : Ti ju.

(79a) P : Su habis sa pu uang.

MT : Sa ju su habis. Ti tahu kapan mereka kirim.

Hal itu dapat dibuktikan dengan bentuk tabel berikut ini.

(55)

2.7Penggalan yang Berupa Penanggalan Fonem Terakhir dalam Suatu Kata

Penggalan yang berupa penanggalan fonem terakhir dalam suatu kata

merupakan pemendekan kata dengan cara menanggalkan fonem terakhir dalam

suatu kata. Berikut dikemukan contohnya.

(80) P : Ko dar mana? MT : Dar jalan-jalan

(81) P : Kaka, sa pinjam ko pu motor e. MT: Duh, sa su kasih pinjam sama Fredy.

(82) P : Nene da masuk rumah sakit. MT : Nene sakit pa?

P : Malaria.

(83) P : Mat ulang tahun kake

MT : Iya. Terima kasih.

(84) P : Sa mo rasakan bangku kuliah. MT : Mar su ke salatiga.

P : Blum bisa ni.

Pada contoh (80) terdapat penggalan dar yang berasal dari bentuk

panjang dari. Penggalan dar merupakan hasil pemendekan dengan menanggalkan

fonem akhir vokal /i/ dari kata dari. Pada contoh (81) terdapat juga penggalan

kaka yang berasal dari bentuk panjang kakak. Penggalan kaka merupakan hasil

pemendekan dengan cara menanggalkan fonem akhir konsonan /k/ dari kata

kakak. Pada contoh (82) dijumpai penggalan nene

Referensi

Dokumen terkait

Keragaan faktor-faktor pengembangan kredit usaha sapi potong meliputi : pokok kredit, bunga kredit, pendapatan, jumlah ternak, lama beternak, usia peternak, dan jumlah

serangkaian masalah yang mungkin disebabkan oleh obat atau yang dapat diselesaikan dengan terapi obat. Oleh karena itu, DRPs menggambarkan ruang lingkup tanggung jawab dari

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, narasumber mempunyai jawaban yang berva- riasi yang menghambat narasumber melaku- kan pengobatan TB, yaitu merasa sudah sehat, merasa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap anggota UMKM di Surabaya mengenai program Corporate Social Responsibility (CSR) “Rumah Kreatif BUMN” oleh PT.

“ Sintesis Mikroalga Chorella Vulgaris Menjadi Biodiesel Melalui Proses Esterifikasi dan Transesterifikasi (Studi Metode Ekstraksi Lipid Mikroalga dan Pengaruh

II.1.5.1 Arsitektur Sistem Tenaga Hybrid Dalam penelitian ini, akan dibahas arsitektur pembangkit listrik tenaga nya yang terdiri dari 3(tiga) model yang nantinya

Motivasi keikutsertaan anggota kelompok yang dibentuk oleh Dinas Peternakan cenderung pada kebutuhan untuk aktualisasi diri, motivasi keikutsertaan anggota kelompok yang

18 Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan zat aktif pada larutan oral nutraceutical ekstrak bunga delima merah, sehingga menyebabkan terdapat perbedaan yang signifikan