• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON PETANI TERHADAP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALIH KOMODITAS SAYURAN MENJADI KOPI PADA LAHAN KEHUTANAN DI KECAMATAN PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RESPON PETANI TERHADAP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALIH KOMODITAS SAYURAN MENJADI KOPI PADA LAHAN KEHUTANAN DI KECAMATAN PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

Dea Indriani Fauzia, 2013

Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

No. Daftar FPIPS : 1471 / UN.40.2.4 / P.L / 2013

RESPON PETANI TERHADAP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALIH KOMODITAS SAYURAN MENJADI KOPI PADA LAHAN KEHUTANAN

DI KECAMATAN PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Geografi

oleh :

Dea Indriani Fauzia

0807015

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Dea Indriani Fauzia, 2013

Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

RESPON PETANI TERHADAP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

ALIH KOMODITAS SAYURAN MENJADI KOPI PADA

LAHAN KEHUTANAN DI KECAMATAN PANGALENGAN

KABUPATEN BANDUNG

Oleh Dea Indriani Fauzia

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Dea Indriani Fauzia 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Dea Indriani Fauzia, 2013

Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

RESPON PETANI TERHADAP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALIH KOMODITAS SAYURAN MENJADI KOPI PADA LAHAN KEHUTANAN

DI KECAMATAN PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG

Nama : Dea Indriani Fauzia NIM : 0807017

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

Pembimbing I

Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, MT NIP 19640603 198903 1 001

Pembimbing II,

_______Drs. Jupri, MT_____ NIP 19600615 198803 1 003

Ketua Jurusan,

(4)

Dea Indriani Fauzia, 2013

Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

RESPON PETANI TERHADAP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALIH KOMODITAS SAYURAN MENJADI KOPI PADA LAHAN KEHUTANAN DI KECAMATAN

PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh semakin berkurangnya luas lahan hutan di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung akibat dirambah oleh masyarakat sekitar hutan kemudian untuk mengatasi masalah tersebut dikeluarkanlah kebijakan alih komoditas sayuran menjadi kopi. Kebijakan ini disosialisasikan sejak tahun 2002. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi respon yang muncul dari masyarakat terhadap implementasi kebijakan alih komoditas sayuran menjadi kopi.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini terdapat 13 desa sementara penelitian dilakukan di 9 desa sampel yaitu Desa Pangalengan, Lamajang, Warnasari, Pulosari, Margamulya, Margaluyu, Sukaluyu, Wanasuka, dan Sukamanah. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran angket, studi dokumentasi, dan studi literatur. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kondisi sosial ekonomi petani kopi, dan implementasi kebijakan sedangkan variabel terikat adalah respon petani terhadap implementasi kebijakan alih komoditas. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan perhitungan persentase.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa respon masyarakat terhadap kebijakan alih komoditas ini cukup baik. sebagian petani setuju diadakannya alih komoditas sayuran menjadi kopi. Namun ada juga sebagian kecil petani yang kurang setuju karena menganggap bertani sayuran lebih menguntungkan daripada bertani kopi. Kondisi ini tidak terlepas dari kurangnya penyuluhan serta pelatihan mengenai budidaya tanaman kopi. Untuk itu diperlukan implementasi kebijakan dari pemerintah setempat dalam pelaksanaan dan pengawasan di lapangan. Implementasi kebiajakan dari pemerintah sangat penting dalam peningkatan kebijakan ini sendiri sehingga tidak hanya petani yang sudah beralih komoditas saja yang sejahtera dari bertani kopi namun petani yang belum beralih komoditas juga dapat merasakan hasil dari bertani kopi yaitu tidak hanya untuk meningkatkan kesejahteraan petani saja namun untuk pelestarian sumber daya hutan di Kecamatan Pangalengan.

Namun demikian peluang untuk membudidayakan tanaman kopi pada lahan kehutanan memiliki peluang yang sangat besar untuk meningkatkan kesejateraan masyarakat serta melestarikan hutan yang selama ini telah mengalami perambahan. Kebiajakan alih komoditas ini sudah berlangsung selama 11 tahun. Di beberapa desa di Kecamatan Pangalengan seperti Desa Pulosari tanaman kopi ini menjadi model percontohan untuk daerah di luar kota lainnya yang ingin mengembangkan kopi.

(5)

Dea Indriani Fauzia, 2013

Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Operasional ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon ... 6

1. Pengertian Respon ... 6

2. Proses Terjadinya Respon ... 7

3. Macam-macam Respon ... 8

4. Pentingnya Memahami Respon... 9

5. Faktor Yang Mempengaruhi Respon ... 10

B. Kesejahteraan Sosial ... 11

C. Kebijakan Alih Komoditas ... 12

1. Pengertian Kebijakan ... 12

2. Kebijakan Alih Komoditas ... 13

3. Implementasi Kebijakan Alih Komoditas ... 17

D. Lahan Kehutanan ... 19

1. Pengertian Lahan ... 19

(6)

Dea Indriani Fauzia, 2013

Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 31

B. Variabel Penelitian ... 31

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33

1. Populasi ... 33

2. Sampel ... 33

D. Teknik Pengumpulan Data ... 38

E. Teknik Analisis Data ... 39

F. Instrumen Penelitian ... 41

G. Alur Penelitian ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ... 45

1. Letak dan Luas ... 45

2. Penggunaan Lahan ... 45

3. Iklim ... 49

4. Suhu ... 53

5. Jenis Tanah ... 54

6. Geologi ... 55

7. Kemiringan Lereng ... 56

B. Karakteristik Populasi dan Sampel ... 58

1. Kondisi Lahan Hutan yang Dirambah... 59

2. Sebaran Luas Rambahan Lahan Kehutanan ... 60

3. Aktivitas Saat Ini ... 63

C. Karakteristik Petani Kopi Di Kecamatan Pangalengan ... 66

1. Petani Kopi Berdasarkan Usia Dan Jenis Kelamin ... 66

2. Petani Kopi Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 68

3. Petani Kopi Berdasarkan Tingkat Pendapatan ... 70

4. Petani Kopi berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga ... 73

5. Petani Kopi Berdasarkan Luas Lahan Garapan ... 75

6. Jenis Komoditas dan Pola Tanam ... 78

D. Pelaksanaan Implementasi Kebijakan Alih Komoditas ... 79

1. Sistem dan Aturan ... 79

2. Cara Peningkatan Implementasi ... 80

3. Keberhasilan Implementasi ... 82

E. Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan ... 84

1. Tingkat Pemahaman Petani... 84

2. Respon atau Tanggapan Petani ... 86

3. Bentuk Partisipasi Petani ... 87

4. Penemuan Hasil dan Pembahasan ... 90

(7)

Dea Indriani Fauzia, 2013

Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ... 92 B. Rekomendasi ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 95

LAMPIRAN

(8)

Dea Indriani Fauzia, 2013

Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Persyaratan Kondisi Iklim Dan Tanah Untuk Kopi ... 28

Tabel 3.1 Variabel Penelitian ... 32

Tabel 3.2 Desa-Desa Yang Memiliki Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan ... 34

Tabel 3.3 Sampel Jumlah Petani Penggarap Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan ... 37

Tabel 3.4 Jumlah Sampel Per Desa ... 38

Tabel 3.5 Kriteria Rumus Formula Persentase ... 42

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 43

Tabel 4.1 Penggunaan Lahan Kecamatan Pangalengan ... 47

Tabel 4.2 Nilai Q Dan Tipe Iklim Menurut Schimdt-Ferguson ... 49

Tabel 4.3 Data Curah Hujan Kecamatan Pangalengan ... 51

Tabel 4.4 Jumlah Rerata Bulan Berdasarkan Metode Schimdt-Ferguson ... 52

Tabel 4.5 Komposisi Kemiringan Lereng Di Kecamatan Pangalengan ... 58

Tabel 4.6 Luas Rambahan Hutan Tiap Desa ... 61

Tabel 4.7 Sumber Informasi Yang Diperoleh Petani Kopi ... 65

Tabel 4.8 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Usia ... 66

Tabel 4.9 Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 68

Tabel 4.10 Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Per Musim Panen ... 70

Tabel 4.11 Perbandingan Hasil Pendapatan Petani Dari Kopi dengan Sayuran Per Tahun ... 72

Tabel 4.12 Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 74

Tabel 4.13 Responden Berdasarkan Luas Lahan Garapan... 76

Tabel 4.14 Responden Berdasarkan Keikutsertaan Penyuluhan ... 80

Tabel 4.15 Tingkat Keberhasilan Implementasi ... 83

Tabel 4.16 Tingkat Pemahaman Responden ... 84

Tabel 4.17 Respon / Tanggapan Responden ... 86

(9)

Dea Indriani Fauzia, 2013

Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Persebaran Kopi ... 35

Gambar 3.1 Peta Sampel Daerah Penelitian ... 39

Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian ... 44

Gambar 4.1 Peta Administratif Kecamatan Pangalengan ... 46

Gambar 4.2 Gambar Persentase Penggunaan Lahan Di Kecamatan Pangalengan ... 48

Gambar 4.3 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Pangalengan ... 50

Gambar 4.4 Peta Jenis Tanah Kecamatan Pangalengan ... 56

Gambar 4.5 Peta Geologi Kecamatan Pangalengan ... 58

Gambar 4.6 Peta Kemiringan Lereng ... 60

Gambar 4.7 Persentase Luas Rambahan Hutan Di Kecamatan Pangalengan ... 63

Gambar 4.8 Persentase Sumber Informasi Yang Diperoleh Petani ... 66

Gambar 4.9 Grafik Petani Berdasarkan Usian dan Jenis Kelamin ... 68

Gambar 4.10 Persentase Tingkat Pendidikan Petani Kopi... 70

Gambar 4.11 Persentase Tingkat Pendapatan Petani Per Musim Panen Kopi ... 72

Gambar 4.12 Grafik Jumlah Tanggungan Petani Kopi ... 75

Gambar 4.13 Persentase Luas Lahan Garapan ... 78

Gambar 4.14 Persentase Keikutsertaan Penyuluhan ... 82

Gambar 4.15 Persentase Keberhasilan Implementasi ... 84

Gambar 4.16 Persentase Tingkat Pemahaman Petani Kopi ... 86

Gambar 4.17 Persentase Respon Petani Kopi ... 88

(10)

1

Dea Indriani Fauzia, 2013

Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hutan Indonesia merupakan salah satu hutan tropis di dunia dan ditempatkan

pada urutan kedua dalam hal tingkat keanekaragaman hayatinya dan ditempatkan

diurutan ketiga sebagai salah satu hutan tropis terluas setelah Brazil dan Republik

Demokrasi Kongo. Menurut Wirendro dalam Forest Watch Indonesia (2009: 5)

menyebutkan bahwa luas tutupan lahan hutan Indonesia Tahun 2009 mencapai 88,17

juta Ha atau sekitar 46,33 % dari luas daratan Indonesia. Namun dari tahun ke tahun

luas hutan Indonesia mengalami penurunan akibat perambahan. Masalah perambahan

hutan terjadi di beberapa wilayah seperti Pulau Sumatera, Kalimantan, Papua,

Sulawesi dan Jawa terutama Jawa Barat.

Menurut data yang diterbitkan dalam jurnal Global Change Biology

perambahan yang terjadi mencapai 8,8 juta ha hutan tropis dalam satu dekade antara

tahun 2000 dan 2010. Pulau Kalimantan, yang terbagi antara Indonesia, Malaysia dan

Brunei, luas area yang hilang mencapai 5 juta ha atau sekitar 12 % dari tutupan hutan

tahun 2000. Namun, kecepatan kemusnahan hutan yang tertinggi terjadi di Sumatera,

yang terpapas sekitar 23.7% dari luas tutupan hutan atau sekitar 3.5 juta Ha.

Pada saat ini keberadaan hutan di Jawa Barat telah mengalami

gangguan-gangguan khususnya di Kabupaten Bandung dari luas hutan sebesar 89.331,190 Ha

telah mengalami penyusutan sebesar 16.613 Ha. Kerusakan ini akibat dari adanya

perambahan oleh penduduk yang ada sekitar hutan. Pada tahun 2001 tercacat

sebanyak 38.474 KK yang melakukan perambahan hutan. Salah satu daerah di

Kabupaten Bandung yang mengalami perambahan hutan adalah Kecamatan

Pangalengan.

Fakta menyebutkan tingkat perambahan hutan yang tinggi di Pangalengan

(11)

2

Dea Indriani Fauzia, 2013

Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

mendapatkan pekerjaan ditambah lagi dengan tingkat pengetahuan yang terbatas

mengenai kelestarian alam, menyebabkan penebangan kayu secara ilegal terus terjadi.

Menurut Dyah (2006: 2) menyebutkan bahwa

“berdasarkan data Perum Perhutani sampai dengan Maret 2006 akibat tekanan masyarakat terhadap hutan yang tinggi, maka jumlah perambahan hutan di Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan BKPH Pangalengan adalah 2.673,47 Ha dari luas hutan yang hampir mencapai 10.000 Ha oleh 3.820 KK”.

Kecamatan Pangalengan merupakan salah satu daerah di Kabupaten Bandung

yang memiliki ketinggian di atas 1200 dpl. Sehingga daerah ini sangat cocok

dijadikan sebagai lahan pertanian terutama komoditas sayuran. Sehingga mayoritas

penduduk di daerah ini bermata pencaharian sebagai petani. Hasil pertanian di daerah

ini menjadi sektor utama ekonomi penduduk di daerah Pangalengan. Namun semakin

tingginya jumlah penduduk di kecamatan ini mengakibatkan lahan menjadi semakin

sempit. Hal ini mengakibatkan banyaknya masyarakat yang menggunakan lahan yang

masih tersedia untuk dijadikan lahan pertanian yaitu lahan hutan.

Melihat semakin luasnya lahan hutan yang berkurang dan menyadari bahwa

tidak mungkin melakukan penghijauan atau penyelamatan lingkungan dilakukan

tanpa menimbang faktor ekonomi masyarakat, akhirnya pemerintah melalui dinas

Perhutani berinisiatif mengembalikan fungsi hutan seperti semula sebagai pencegah

erosi, banjir, serta penyedia air dan udara melalui tanaman yang berekonomi tinggi

tetapi juga dapat hidup dan berproduksi di bawah naungan pohon, sehingga

memutuskan pengalihan komoditas dari sayuran menjadi kopi.

Pada tanggal 20 Mei 2003 diterbitkanlah Surat Edaran Gubernur Jawa Barat

No. 522/1224/Binprod tentang penutupan tumpang sari sayuran, maka dengan

sendirinya masyarakat sepakat untuk menghentikan tumpang sari, hal ini untuk

membantu konservasi lahan. Masyarakat kemudian memutuskan mengganti tanaman

mereka yang semula sayuran menjadi kopi. Selain itu untuk tanaman alih komoditas

(12)

3

Dea Indriani Fauzia, 2013

Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Hutan Bersama Masyarakat dengan tanaman pokoknya adalah kopi.

Sejauh ini lebih dari 400 ha areal penanaman kopi diusahakan melalui

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHMB) di Jawa Barat, terutama di wilayah

Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Selatan sekitar 326,25 Ha dan diikuti

oleh KPH Bandung Utara sekitar 51,75 Ha dan KPH Tasikmalaya 22 Ha.

Pengembangan utama PHMB tanaman kopi dilakukan di KPH Bandung Selatan,

dengan areal mayoritas di Kecamatan Pangalengan.

Kebijakan mengenai alih komoditas di Kecamatan Pangalengan di mulai sejak

tahun 2003. Namun kebijakan tersebut tidak disertai dengan pelatihan dan

penyuluhan tentang tanaman kopi kepada seluruh petani. Oleh sebab itu para petani

banyak menemui kendala terhadap kebijakan tersebut karena panen kopi yang dirasa

cukup lama yaitu 1-2 kali pertahun serta cara budidaya kopi yang masih belum

sepenuhnya dipahami oleh para petani. Dari permasalahan tersebut maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Respon Petani

Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi petani yang terkena implementasi alih komoditas sayuran menjadi kopi pada lahan kehutanan di Kecamatan Pangalengan?

2. Bagaimana implementasi kebijakan alih komoditas sayuran menjadi kopi pada lahan kehutanan di Kecamatan Pangalengan?

3. Bagaimana respon petani terhadap alih komoditas sayuran menjadi kopi pada lahan kehutanan di Kecamatan Pangalengan?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan kondisi sosial ekonomi petani yang terkena implementasi alih komoditas sayuran menjadi kopi pada lahan kehutanan di Kecamatan Pangalengan

(13)

4

Dea Indriani Fauzia, 2013

Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

3. Mendeskripsikan respon petani terhadap alih komoditas sayuran menjadi kopi pada lahan kehutanan di Kecamatan Pangalengan

D. Manfaat Penelitian

1. Diperoleh informasi mengenai kondisi sosial ekonomi petani yang terkena implementasi alih komoditas sayuran menjadi kopi pada lahan kehutanan di Kecamatan Pangalengan

2. Diperoleh informasi mengenai pelaksanaan implementasi kebijakan alih komoditas sayuran menjadi kopi pada lahan kehutanan di Kecamatan Pangalengan

3. Diperoleh informasi mengenai respon petani terhadap alih komoditas sayuran menjadi kopi pada lahan kehutanan di Kecamatan Pangalengan

4. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

E. Definisi Operasional

1. Respon Petani

Menurut Feby Nurliana (2008: 7) menyatakan bahwa “respon adalah sebagai

bentuk pengamatan dan penilaian seseorang melalui panca indera terhadap semua hal

disekitarnya”.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa respon petani adalah

bentuk penilaian oleh petani sebagai pelaku pertanian terhadap adanya kebijakan baru

oleh pemerintah mengenai pengalihan komoditas dari penanaman sayuran menjadi

kopi. Dapat ditujukan dengan tanggapan atau sikap, setelah itu akan memunculkan

suatu partisipasi baik dalam bentuk ide/gagasan, harta maupun tenaga.

Berdasarkan pengertian respon di atas dapat disimpulkan bahwa indikator dari

respon adalah senang atau positif dan tidak senang atau negatif. Untuk klasifikasinya

respon terbagi menjadi sangat setuju, setuju, kurang setuju dan tidak setuju

2. Kebijakan Alih Komoditas

Secara harfiah kebijakan adalah terjemahan langsung dari kata policy. Kata

(14)

5

Dea Indriani Fauzia, 2013

Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

- tujuan, yang diajukan atau diadopsi oleh suatu pemerintahan, partai politik, dan

lain-lain.

Dalam penelitian ini kebijakan alih komoditas adalah kebijakan yang

dikeluarkan oleh pemerintah dengan cara perubahan atau pengalihan jenis tanaman.

Kebijakan alih komoditas ini dilakukan sebagai bentuk pelestarian kembali lahan

hutan agar tersebut bisa ditanami oleh tanaman yang bisa hidup dan berproduksi di

bawah naungan pohon.

3. Lahan Kehutanan

Menurut FAO dalam Irsyad (1989: 207) lahan adalah suatu wilayah

dipermukaan bumi yang mempunyai sifat-sifat dari biosfer secara vertikal di atas

maupun di bawah wilayah tersebut termasuk atmosfer, geologi, geomorfologi,

hidrologi, vegetasi dan binatang yang merupakan hasil aktivitas manusia dari masa

lampau maupun masa sekarang.

Pada penelitian ini yang dimaksud adalah lahan kehutanan milik Perhutani.

Dimana penanaman kopi sebagai alih komoditas ditumpangsarikan bersama

pohon-pohon. Sehingga lahan yang tadinya kritis akibat dijadikan lahan pertanian

(15)

31

Dea Indriani Fauzia, 2013

Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode merupakan cara yang dilakukan dalam penelitian untuk

mengumpulkan, mengidentifikasi, dan menganalisi data. Metode penelitian pada

dasarnya adalah cara untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Menurut Surakhmad (1986: 131), metode penelitian adalah “suatu cara kerja yang

utama membagi hipotesa atau anggapan dasar dengan menggunakan teknik serta

alat-alat tertentu”. Berdasarkan pernyataan tersebut maka metode adalah cara yang

digunakan dalam memperoleh data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode survey dengan pendekatan deskriptif.

Menurut Tika (1997: 9) “penggunakan metode survey bertujuan untuk

mengumpulkan sejumlah besar data berupa variabel, unit, atau individu dalam waktu

yang bersamaan”. Data yang dikumpulkan dapat berupa data fisik maupun sosial.

Sedangkan pendekatan deskriptif bertujuan untuk dapat mendeskripsikan,

memperoleh gambaran, dan memaparkan secara sistematis, factual, dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang ada di daerah

penelitian. Selain itu menurut Tika (1997: 6) metode deskriptif “bertujuan untuk

mengungkapkan suatu masalah atau keadaan dan menungkapkan fakta-fakta yang ada

di lapangan, walaupun kadang-kadang diberikan interpretasi atau analisi”.

B. Variabel Penelitian

Di dalam suatu penelitian, variabel merupakan suatu ukuran. Variabel

penelitian adalah segala sesuatu yang menjadi objek penelitian atau yang menjadi

titik perhatian dalam suatu penelitian. Menurut Arikunto (2002: 104) menyatakan

bahwa “variabel adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi objek penelitian”.

(16)

32

Dea Indriani Fauzia, 2013

Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dimana variabel tersebut saling mempengaruhi dan dipengaruhi.

Variabel dalam penelitian ini terbagi menjadi dua variabel yaitu variabel

bebas dan variabel terikat. Sesuai judul yang telah dikemukakan maka penulis

merumuskan variabel-variabel sebagai berikut :

1. Variabel bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau penyebab bagi

variabel lain. Variabel bebas menunjukan adanya gejala atau peristiwa sehingga

diketahui pengaruhnya terhadap variabel lain.

2. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah respon petani terhadap implementasi kebijakan alih

komoditas sayuran menjadi kopi pada lahan kehutanan di Kecamatan Pangalengan

dan Kabupaten Bandung. Untuk lebih jelasnya, disajikan dalam tabel 3.1 berikut ini :

Tabel 3.1

(17)

33

Dea Indriani Fauzia, 2013

Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Dalam pengumpulan data langkah yang paling penting adalah menentukan

besarnya populasi karena populasi merupakan sumber data yang menjadi objek

penelitian. Menurut Tika (2005: 24) menyatakan bahwa “populasi adalah himpunan

individu atau objek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas”. Sedangkan dalam

Arikunto (2006: 130), dikatakan bahwa “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”.

Populasi dalam penelitian ini terdiri dari populasi wilayah dan manusia.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka yang dimaksud dengan populasi dalam

penelitian ini adalah :

a) Populasi wilayah

Populasi wilayah dalam penelitian ini meliputi wilayah kehutanan yang dijadikan

lahan pertanian di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung.

b) Populasi manusia

Populasi manusia dalam penelitian ini meliputi seluruh petani yang menjadi

penggarap di wilayah kehutanan Kecamatan Pangalengan.

2. Sampel Penelitian

Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti dan

dianggap representatif (mewakili). Sumaatmadja mengungkapkan bahwa :

“sampel adalah bagian dari populasi (cuplikan, contoh) yang mewakili populasi yang bersangkutan. Kriteria mewakili ini diambil secara keseluruhan sifat-sifat atau generalisasi yang ada pada populasi, yang harus dimiliki oleh

sampel”.

Penarikan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik

aksidental. Menurut Sugiyono (2003: 60) sampling aksidental adalah teknik

penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu

(18)

34

Dea Indriani Fauzia, 2013

Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

terbagi menjadi dua sampel, sampel wilayah dan sampel manusia yaitu sebagai

berikut :

a) Sampel Wilayah

Sampel wilayah yang akan diteliti menggunakan metode sampel populasi

yakni penulis mengambil semua desa di Kecamatan Pangalengan Kabupaten

Bandung yang memiliki lahan kehutanan akan dijadikan sebagai sampelnya dengan

jumlah 9 desa yaitu dalam tabel 3.2 di bawah ini :

Tabel 3.2

Desa-Desa Yang Memiliki Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan

No Nama Desa Luas Lahan (Ha)

1 Pulosari 248,97

2 Wanasuka 90,89

3 Warnasari 81,82

4 Lamajang 49,32

5 Margaluyu 49,2

6 Sukaluyu 41,88

7 Margamulya 31,65

8 Sukamanah 8,4

9 Margamekar 12,814

Jumlah 614,40 Sumber : BKPH Kecamatan Pangalengan 2012

Untuk peta sampel wilayah penelitian Kecamatan Pangalengan dapat dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut ;

b) Sampel Manusia

Untuk mengetahui besarnya sampel yang akan diambil dalam penelitian

(19)

35

Dea Indriani Fauzia, 2013

Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

(20)

36

Dea Indriani Fauzia, 2013

Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

(2008: 78) berikut rumusnya :

Keterangan :

n = Jumlah sampel N = Ukuran populasi

e = Presentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolelir atau diinginkan.

Berikut ini adalah tabel jumlah petani di Kecamatan Pangalengan Kabupaten

Bandung ;

Tabel 3.3

Sampel Jumlah Petani Penggarap Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan

No Nama Desa Jumlah Petani

1 Wanasuka 204

2 Margaluyu 253

3 Sukaluyu 140

4 Warnasari 251

5 Pulosari 475

6 Margamekar 140

7 Sukamanah 10

8 Margamulya 75

9 Lamajang 80

Jumlah 1705

(21)

37

Dea Indriani Fauzia, 2013

Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan rumus diatas, besarnya sampel yang akan diambil yaitu :

Berdasarkan hasil penghitungan di atas, didapat jumlah sampel yang akan

diambil dalam penelitian ini adalah 49 orang. Setelah menentukan besarnya sampel,

maka tahap selanjutnya adalah menentukan teknik pengambilan sampel. Dalam

menentukan sampel penduduk, penulis menggunakan teknik Proporsional Sampling

(sampel berimbang). Menurut Arikunto (2009: 98) Proporsional Sampling adalah

cara menentukan sampel dengan mengambil wakil-wakil dari tiap-tiap kelompok

yang ada dalam populasi yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah anggota subjek

yang ada di dalam masing-masing kelompok tersebut. Untuk pengambilan sampel

penduduk penulis menggunakan penarikan sampel secara acak berstrata (stratified

area random sampling).

Dalam penelitian ini jumlah petani ada 1374 orang dari 9 desa yang dijadikan

sampel penelitian. Dengan demikian beberapa sampel dari tiap desa dengan

menggunakan rumus sebagai berikut ;

Dari perhitungan dengan menggunakan rumus di atas diperoleh data jumlah

(22)

38

Dea Indriani Fauzia, 2013

Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.4

Jumlah Sampel Per Desa Nama Desa Jumlah Petani

Wanasuka 6

Margaluyu 8

Sukaluyu 4

Warnasari 7

Pulosari 14

Margamekar 4

Sukamanah 1

Margamulya 2

Lamajang 3

Jumlah 49

Sumber : Hasil Perhitungan 2012

D. Teknik Pengumpulan Data

Agar data yang diperoleh dari berbagai sumber dapat terkumpul maka penulis

menggunakan teknik dan alat pengumpulan data sebagai berikut :

1. Observasi

Menurut Tika (2005: 44) Observasi merupakan cara dan teknik pengumpulan

data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala

atau fenomena yang ada pada objek penelitian Dalam teknik ini penulis mengamati

dan mencatat segala fenomena yang tampak di lapangan. Dari data observasi

lapanganlah didapatkan data primer yang menunjang dalam penelitian ini seperti data

persebaran tanaman kopi dan data kemiringan lereng pada lahan kehutanan.

2. Wawancara

Menurut Tika (2005: 49) menyebutkan bahwa “wawancara adalah suatu

(23)

39

Dea Indriani Fauzia, 2013

Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

(24)

40

Dea Indriani Fauzia, 2013

Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

informasi”. Dalam penelitian ini dilakukan wawancara dengan tujuan untuk

mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung pada responden dengan

menggunakan pedoman wawancara/daftar pertanyaan yang diberikan kepada

responden. Teknik wawancara ini dilakukan dengan cara peneliti datang langsung ke

lapangan, kemudian mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat pedoman

wawancaranya, sehingga menghasilkan data sekunder seperti untuk mengetahui

jumlah petani penggarap, pemahaman petani mengenai budi daya kopi, kondisi sosial

ekonomi petani serta respon petani mengenai kebijakan alih komoditas ini.

3. Studi Literatur

Studi literatur yaitu suatu teknik untuk mendapatkan data. Melalui studi

literatur diperoleh data-data yang relevan dengan masalah penelitian yang

dikumpulkan dari berbagai literatur, yaitu dengan cara mengkaji penelitian yang

sudah dilakukan seperti studi kasus Argoforesty Tanaman Kopi Pada Lahan

kehutanan oleh Dyah, Study Karakteristik Perambahan Hutan Di Kecamatan

Pangalengan oleh Komarudin, Kontribusi Pengelolaan Kopi Di Bawah Tegakan oleh

Yuni dan lainnya.

4. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dalam pengumpulan data dilakukan untuk mengumpulkan

data sekunder berupa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian seperti

surat kabar, majalah, buku, instasi yang terkait seperti data monografi desa, data

curah hujan, peta luas rambahan hutan, peta persebaran tanaman kopi dan lainnya

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan kegiatan untuk memperoleh data ringkasan atau

angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu. Adapun

langkah yang akan dilakukan oleh peneliti dalam pengolahan data hasil penelitian

(25)

41

Dea Indriani Fauzia, 2013

Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

a) Tahap persiapan atau mengkoleksi data, langkah ini dimaksudkan untuk

mengetahui kelengkapan data yang terkumpul melalui instrument penelitian

yaitu angket dan pedoman wawancara.

b) Editing data. Editing data adalah penelitian kembali data yang telag

dikumpulkan dengan menilai apakah data yang telah dikumpulkan tersebut

cukup baik atau relevan untuk diproses atau diolah lebih lanjut cukup baik

atau relevan sesuai tujuan penelitian (Tika 2005: 63)

c) Coding adalah usaha pengklasifikasian/pengelompokan jawaban menurut

macamnya. Coding data harus dilakukan secara konsisten karena hal tersebut

sangat menentukan reabilitas. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah

data tersebut memenuhi atau belum terhadap pernyataan peneliti (Tika 2005:

64)

d) Tabulasi data yaitu hasil dari editing dan coding, data tersebut kemudian

disusun dan disajikan dalam bentuk tabel, gambar, bagan dan peta.

e) Interpretasi dan kompilasi peta, langkah ini dilakukan dengan memanfaatkan

data sekunder berupa peta-peta agar diperoleh informasi yang berhubungan

unit lahan yang selanjutnya digunakan untuk menentukan sampel wilayah

dan penentuan sampel lahan kopi di Kecamatan Pangalengan Kabupaten

Bandung.

1) Persentase

Santoso (2001: 299) mengungkapkan “untuk mengetahui kecenderungan

jawaban responden dan fenomena di lapangan digunakan analisis persentase dengan

menggunakan formula”. Formula persentase sebagai berikut :

P =

×

100%

Keterangan :

(26)

42

Dea Indriani Fauzia, 2013

Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

f = frekuensi

n = frekuensi munculnya data

Jika perhitungan telah selesai dilakukan, maka hasil perhitungan berupa

persentase tersebut digunakan untuk mempermudah dalam penafsiran dan

pengumpulan data sementara penulis memilih parameter yang digunakan oleh Effendi

dan Manning dalam Saeful (1991: 263). Kriteria persentase yang digunakan dirinci

yaitu dalam Tabel 3.5 :

Tabel 3.5

Kriteria Rumus Formula Persentase

Persentase Kriteria

100 Seluruhnya

77 – 99 Sebagian Besar

51 – 74 Lebih Dari Setengahnya

50 Setengahnya

25 – 49 Kurang Dari Setengahnya

24 – 1 Sebagian Kecil

0 Tidak Ada

Sumber : Saeful (1991: 263)

F. Instrumen Penelitian

Untuk memudahkan sebuah penelitian diperlukan adanya suatu pedoman atau

instrumen dalam memperoleh data yang diperlukan. Pada penelitian ini penulis

menyusun sebuah kisi-kisi instrumen dengan aspek yang diamatinya adalah kondisi

sosial ekonomi petani dengan indikatornya adalah tingkat pendidikan, tingkat

(27)

43

Dea Indriani Fauzia, 2013

Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

kebijakan dengan indikatornya adalah sistem/aturan, cara peningkatan implementasi

serta keberhasilan. Kemudian respon petani dengan indikatornya adalah pemahaman,

respon/tanggapan serta partisipasi. Kisi-kisi dari instrumen penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Instrumen No Item Sasaran

1. Kondisi Sosial Ekonomi

Tingkat pendidikan Kuesioner 8-10

Respon petani di Kec. Pangalengan Kab. Bandung Tingkat pendapatan Kuesioner 11-15

Luas lahan garapan Kuesioner 16-23

2. Implementasi Kebijakan

Sistem / Aturan Kuesioner 24-27

Cara Peningkatan

Implementasi Kuesioner 28-33

Keberhasilan Kuesioner 34-36

3. Respon Petani

Pemahaman Kuesioner 37-40

Sikap / Tanggapan Kuesioner 41-43

(28)

94

Dea Indriani Fauzia, 2013

Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dalam skripsi yang berjudul “Respon Petani

Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Di

Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung” dapat diambil beberapa

kesimpulan yaitu :

1. Kondisi sosial ekonomi merupakan suatu tolak ukur seseorang dalam

penentuan kesejahteraan. Kondisi sosial ekonomi petani kopi di Kecamatan

Pangalengan Kabupaten Bandung dapat terlihat diantaranya adalah dari

a) Tingkat pendidikan petani kopi di Kecamatan Pangalengan sebagian

besar adalah lulusan SD begitu juga dengan anggota keluarga dari petani

tersebut sebagian besar dari mereka hanya lulusan sekolah dasar dan

menengah saja untuk lulusan perguruan tinggi hanya sebagian kecilnya

saja.

b) Tingkat pendapatan petani dari tanaman kopi selama ini masih rendah

apalagi bagi mereka yang hanya memiliki modal kecil pemeliharaan

tanaman kopi hanya seadanya saja sehingga saat musim panen tiba hasil

panen kopinya kurang maksimal. Namun bagi mereka yang memiliki

modal perawatan tanaman kopi begitu intensif sehingga hasil panennya

baik dan kopi tersebut menghasilkan nilai jual yang lebih tinggi.

c) Luas lahan garapan awalnya ditentukan berdasarkan jumlah tanggungan

keluarga namun pada kenyataannya bahwa tidak semua petani memiliki

modal untuk biaya pemeliharaan serta lamanya panen kopi menjadi

kendala bagi petani kecil untuk mengumpulkan kembali modal untuk

biaya pemeliharaan.

d) Jenis komoditas yang diperbolehkan oleh Perhutani untuk ditanam selain

kopi adalah rumput gajah, cabai dan terong kori. Komoditas ini

(29)

95

Dea Indriani Fauzia, 2013

Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

petani dapat memperoleh hasil panen dari komoditas lain selama

menunggu hasil panen kopi.

2. Menurut petani implementasi kebijakan yang dilaksanakan saat ini sangatlah

minim. Ini terbukti dengan diadakannya penyuluhan oleh Pemerintah Daerah

yang hanya diadakan satu kali saja. Selama ini penyuluhan hanya diberikan

pemerintah tidak tepat sasaran, pihak-pihak yang terlibat dalam penyuluhan

bukan yang terkait dalam kegiatan budidaya kopi di Kecamatan Pangalengan.

Wacana mengenai pemberian bantuan pun hanya menyentuh sebagian petani

saja. Sehingga petani kecil merasa kesulitan. Pada saat melakukan observasi

terlihat bahwa disebagian wilayah hutan masih ada petani yang menanam

sayuran.

3. Respon petani terhadap implementasi kebijakan alih komoditas meliputi

pemahaman, respon/tanggapan dan partisipasi.

a) Pemahaman petani mengenai kebijakan ini cukup baik namun ada

sebagian dari mereka yang tidak paham. Hal ini terjadi karena kurangnya

sosialisasi tentang pentingnya alih komoditas ini sebagai upaya

peningkatan kesejateraan dan pelestarian sumber daya hutan.

b) Respon/tanggapan yang menolak alih komoditas ini yaitu petani yang

kurang paham mengenai bencana yang dapat ditimbulkan apabila petani

tetap merambah hutan dan menanamnya dengan sayuran.

c) Sebagian besar petani memang setuju dengan kebijakan alih komoditas

ini sehingga mereka memberikan partisipasinya dalam bentuk

ide/gagasan, harta/benda dan tenaga karena mereka peduli akan

kelestarian hutan di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara di atas ada beberapa saran

yang ingin penulis kemukakan untuk pengembangan tanaman kopi di Kecamatan

Pangalengan Kabupaten Bandung ke depannya sehingga mendapatkan respon

(30)

96

Dea Indriani Fauzia, 2013

Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

yang terkait dalam penyuluhan. Beberapa saran tersebut diantaranya adalah

sebagai berikut :

1. Petani lebih aktif dalam setiap kegiatan penyuluhan dan pelatihan yang

diadakan oleh pemerintah atau Perhutani sehingga petani mengetahui betul

apa tujuan pemerintah mengeluarkan kebijakan alih komoditas ini serta

memahami bagaimana budidaya kopi yang baik agar hasil panen kopi yang

diperoleh maksimal

2. Petani harus mandiri dan kreatif sehingga pada saat terjadi kendala tidak perlu

menunggu bantuan pemerintah dan Perhutani sehingga petani dapat

menyelesaikannya sendiri.

3. Petani jangan bersikap acuk, namun petani diharapkan peduli dan ikut

berpartisipasi dalam memberikan sosialisasi kepada petani lain yang

memanfaatkan lahan kehutanan namun masih belum menanam kopi agar

secepatnya mengganti tanaman mereka dengan tanaman kopi agar hutan

dapat dilestarikan kembali.

4. Pemerintah diharapkan dapat memberikan penyuluhan dan pelatihan yang

lebih intensif pada petani. Karena penyuluhan dan pelatihan yang selama ini

diadakan pemerintah dirasa tidak cukup. Sehingga saat ini sebagian petani

masih banyak yang tidak mengerti tujuan dialihkannya komoditas sayuran

menjadi kopi serta kurang mengerti bagaimana budidaya kopi yang baik.

5. Bantuan yang diberikan pemerintah diharapkan merata dan dapat menyentuh

petani-petani kecil karena selama ini masih banyak petani atau daerah lain

yang belum mendapatkan bantuan. Untuk itu pemerintah juga harus berperan

aktif dalam pelaksanaan kebijakan tidak hanya menyerahkan pengawasan dan

pengontrolan di lapangan kepada pihak lain saja karena setiap daerah

(31)

Dea Indriani Fauzia, 2013

Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2004. Psikologi Belajar. Rineka Cipta : Jakarta

Arief, Arifin. 2001. Hutan Dan Kehutanan. Kanisius : Yogyakarta

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Rineka

Cipta : Jakarta

Bappeda Provinsi Bali dan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Unud No. 20

Tahun 2002 Tentang Kebijakan Alih Komoditas

Bilad, M Roil. 2012. Tanaman Kopi sebagai Alih Komoditas. Dapat dinduh di

http://www.cofee.org/103-kopi-java-preanger.html

Pada hari sabtu tanggal 7 Juli 2012

Daud, S. 2009. Dari lahan Kritis Menjadi Ekonomis. Dapat di unduh di

http://www.citarum.org/511-kopi-tak-lagi-terasa-pahit.html

pada hari sabtu tanggal 7 Juli 2012

Ernawati, R. 2008. Teknologi Budidaya Kopi Poliklonal. Balai Besar Pengkajian

Dan Pengembangan Teknologi Pertanian Badan Penelitian Dan

Pengembangan Pertanian.

Komarudin. 2000. Studi Karakteristik Daerah Perambahan Hutan Dengan

Menggunakan Sistem Informasi Geografi ( Studi Kasus : Kecamatan

Pangalengan Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat). Jurnal Jurusan

Konservasi Sumber Daya Hutan Fakultas Kehutanan-IPB. Tidak

diterbitkan

KPH Perhutani Bandung Selatan. Data Tanaman Di Bawah Tegakan Kopi.

Bandung : Tidak diterbitkan

Mahdani, Asri. 2011. Respon Penduduk Terhadap Rencana Pengaktifan Kembali

Kereta Bandung-Ciwidey. Skripsi Jurusan Pendidikan Geografi

(32)

Dea Indriani Fauzia, 2013

Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Muhidin, Syah. 2010. Psikologi Pendidikan. Rosda : Bandung

Mulyani. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Universitas Terbuka : Jakarta

Purwanto, Erwan. 2002. Implementasi Kebijakan Publik. Gava Media : Jakarta

Rafi’i, S. 1995. Meteorologi Dan Klimatologi. Angkasa : Bandung

Rahardjo, Pudji. 2000. Kopi Panduan Budidaya Dan Pengolahan Kopi Arabika

Dan Robusta. Graha Ilmu : Bandung

Rahmat, Jalaludin. 2001. Psikologi Komunikasi. Rosda : Bandung

Rianse, Usman. 2010. Agroforesty Solusi Sosial Dan Ekonomi Pengelolaan

Sumber Daya Hutan. Alfabeta : Bandung

Rinazani, Shofian. 2011. Respon Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Energi

Alternatif (Biogas) Di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten

Bandung. Skripsi Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS-UPI. Tidak

diterbitkan

Santosa, Gempur. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kalitatif. Prestasi

Pustaka : Jakarta

Sastropoetro, S. (1986). Partisipasi , Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam

Pembangunan Nasional. Bandung : Alumni

Sarwiji, Bambang. 2006. Kamus Pelajar Bahasa Indonesia, Penekanan pada

pembentukan kalimat. Ganeca Exact : Jakarta

Sarwono, Sarlito. 2011. Pengantar Psikologi Umum. Rajawali Pers : Jakarta

Sobur, Alex. 2010. Psikologi Umum. Pustaka Setia : Jakarta

Soemaatmadja, N. 1998. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis

Keruangan. Alumni : Bandung

(33)

Dea Indriani Fauzia, 2013

Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Sogiyono. 2008. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta : Bandung

Solichin, Abdul Wahab. 2008. Analisi Kebijakan Dari Formulasi Ke

Implementasi Kebijakan Negara (Edisi 2). Bumi Aksara : Bandung

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Alfabeta : Bandung

Sumaatmadja, Nursyid. 2001. Metodelogi Pengajaran Geografi. Bumi Aksara :

Bandung

Surakhmad, Winarno. 1990. Penelitian Ilmiah, Dasar Metode Teknik. Tarsito :

Bandung

Suryabrata, Sumadi. 2005. Psikologi Pendidikan. Rajawali Pers : Jakarta

Surat Edaran Gubernur No. 522/Binprod/2003 Tentang Larangan Penanaman

Tumpang Sari Pada Kemiringan 40 %

Susanto, Agus. 2006. Psikologi Kepribadian. Bumi Aksara : Bandung

Suud, Mohammad. 2006. Tiga Orientasi Kesejateraan Sosial. Prestasi Pustaka

Raya : Jakarta

Tika, M.P. 2005. Metode Penelitian Geografi. Grafika Offset : Jakarta

Widianingsih, Yuni. 2006. Kontribusi Pengelolaan Kopi Di Bawah Tegakan

Dalam Program PHBM Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Di Desa

Pulosari BKPH Pangalengan KPH Bandung Selatan. Jurnal Jurusan

Gambar

Tabel 3.2 Desa-Desa Yang Memiliki Lahan Kehutanan
Tabel 3.3 Sampel Jumlah Petani Penggarap Lahan Kehutanan
Tabel 3.4 Jumlah Sampel Per Desa
Tabel 3.5
+2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Jika kinerja ekonomi suatu negara dinyatakan dalam skala 1 – 100 untuk masing-masing indikator tersebut, maka indeks kompositnya dapat dihitung dari rata-rata penilaian atas ke

sumbangan berbagai sektor kepada produksi nasional di tigabelas negara yang sekarang ini termasuk dalam golongan negara-negara maju Corak perubahan sumbangan sektor pertanian,

Himpunan nilai yang diperoleh secara demikian disebut daerah hasil fungsi tersebut.. Daerah asal itu disebut daerah

Kegiatan dalam upaya mendorong nilai ekspor tidak hanya dilakukan oleh pemerintah pusat tetapi juga oleh masing-masing daerah, yang bertujuan untuk meningkatkan

Peneliti menyimpulkan bahwa sesuai perkembangan yang terlihat sampai saat ini pengetahuan nasabah terhadap akad perbankan syariah sudah cukup baik dilihat dari

Pemilihan judul penelitian dilandasi beberapa pertimbangan, antara lain belum ada yang mengangkat topik jenis ini; mengetahui persoalan sintaksis bahasa Indonesia