Dea Indriani Fauzia, 2013
Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
No. Daftar FPIPS : 1471 / UN.40.2.4 / P.L / 2013
RESPON PETANI TERHADAP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALIH KOMODITAS SAYURAN MENJADI KOPI PADA LAHAN KEHUTANAN
DI KECAMATAN PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Geografi
oleh :
Dea Indriani Fauzia
0807015
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Dea Indriani Fauzia, 2013
Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
RESPON PETANI TERHADAP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
ALIH KOMODITAS SAYURAN MENJADI KOPI PADA
LAHAN KEHUTANAN DI KECAMATAN PANGALENGAN
KABUPATEN BANDUNG
Oleh Dea Indriani Fauzia
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Dea Indriani Fauzia 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Maret 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Dea Indriani Fauzia, 2013
Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN
RESPON PETANI TERHADAP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALIH KOMODITAS SAYURAN MENJADI KOPI PADA LAHAN KEHUTANAN
DI KECAMATAN PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG
Nama : Dea Indriani Fauzia NIM : 0807017
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
Pembimbing I
Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, MT NIP 19640603 198903 1 001
Pembimbing II,
_______Drs. Jupri, MT_____ NIP 19600615 198803 1 003
Ketua Jurusan,
Dea Indriani Fauzia, 2013
Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
RESPON PETANI TERHADAP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALIH KOMODITAS SAYURAN MENJADI KOPI PADA LAHAN KEHUTANAN DI KECAMATAN
PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh semakin berkurangnya luas lahan hutan di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung akibat dirambah oleh masyarakat sekitar hutan kemudian untuk mengatasi masalah tersebut dikeluarkanlah kebijakan alih komoditas sayuran menjadi kopi. Kebijakan ini disosialisasikan sejak tahun 2002. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi respon yang muncul dari masyarakat terhadap implementasi kebijakan alih komoditas sayuran menjadi kopi.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini terdapat 13 desa sementara penelitian dilakukan di 9 desa sampel yaitu Desa Pangalengan, Lamajang, Warnasari, Pulosari, Margamulya, Margaluyu, Sukaluyu, Wanasuka, dan Sukamanah. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran angket, studi dokumentasi, dan studi literatur. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kondisi sosial ekonomi petani kopi, dan implementasi kebijakan sedangkan variabel terikat adalah respon petani terhadap implementasi kebijakan alih komoditas. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan perhitungan persentase.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa respon masyarakat terhadap kebijakan alih komoditas ini cukup baik. sebagian petani setuju diadakannya alih komoditas sayuran menjadi kopi. Namun ada juga sebagian kecil petani yang kurang setuju karena menganggap bertani sayuran lebih menguntungkan daripada bertani kopi. Kondisi ini tidak terlepas dari kurangnya penyuluhan serta pelatihan mengenai budidaya tanaman kopi. Untuk itu diperlukan implementasi kebijakan dari pemerintah setempat dalam pelaksanaan dan pengawasan di lapangan. Implementasi kebiajakan dari pemerintah sangat penting dalam peningkatan kebijakan ini sendiri sehingga tidak hanya petani yang sudah beralih komoditas saja yang sejahtera dari bertani kopi namun petani yang belum beralih komoditas juga dapat merasakan hasil dari bertani kopi yaitu tidak hanya untuk meningkatkan kesejahteraan petani saja namun untuk pelestarian sumber daya hutan di Kecamatan Pangalengan.
Namun demikian peluang untuk membudidayakan tanaman kopi pada lahan kehutanan memiliki peluang yang sangat besar untuk meningkatkan kesejateraan masyarakat serta melestarikan hutan yang selama ini telah mengalami perambahan. Kebiajakan alih komoditas ini sudah berlangsung selama 11 tahun. Di beberapa desa di Kecamatan Pangalengan seperti Desa Pulosari tanaman kopi ini menjadi model percontohan untuk daerah di luar kota lainnya yang ingin mengembangkan kopi.
Dea Indriani Fauzia, 2013
Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Definisi Operasional ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon ... 6
1. Pengertian Respon ... 6
2. Proses Terjadinya Respon ... 7
3. Macam-macam Respon ... 8
4. Pentingnya Memahami Respon... 9
5. Faktor Yang Mempengaruhi Respon ... 10
B. Kesejahteraan Sosial ... 11
C. Kebijakan Alih Komoditas ... 12
1. Pengertian Kebijakan ... 12
2. Kebijakan Alih Komoditas ... 13
3. Implementasi Kebijakan Alih Komoditas ... 17
D. Lahan Kehutanan ... 19
1. Pengertian Lahan ... 19
Dea Indriani Fauzia, 2013
Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian ... 31
B. Variabel Penelitian ... 31
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33
1. Populasi ... 33
2. Sampel ... 33
D. Teknik Pengumpulan Data ... 38
E. Teknik Analisis Data ... 39
F. Instrumen Penelitian ... 41
G. Alur Penelitian ... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ... 45
1. Letak dan Luas ... 45
2. Penggunaan Lahan ... 45
3. Iklim ... 49
4. Suhu ... 53
5. Jenis Tanah ... 54
6. Geologi ... 55
7. Kemiringan Lereng ... 56
B. Karakteristik Populasi dan Sampel ... 58
1. Kondisi Lahan Hutan yang Dirambah... 59
2. Sebaran Luas Rambahan Lahan Kehutanan ... 60
3. Aktivitas Saat Ini ... 63
C. Karakteristik Petani Kopi Di Kecamatan Pangalengan ... 66
1. Petani Kopi Berdasarkan Usia Dan Jenis Kelamin ... 66
2. Petani Kopi Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 68
3. Petani Kopi Berdasarkan Tingkat Pendapatan ... 70
4. Petani Kopi berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga ... 73
5. Petani Kopi Berdasarkan Luas Lahan Garapan ... 75
6. Jenis Komoditas dan Pola Tanam ... 78
D. Pelaksanaan Implementasi Kebijakan Alih Komoditas ... 79
1. Sistem dan Aturan ... 79
2. Cara Peningkatan Implementasi ... 80
3. Keberhasilan Implementasi ... 82
E. Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan ... 84
1. Tingkat Pemahaman Petani... 84
2. Respon atau Tanggapan Petani ... 86
3. Bentuk Partisipasi Petani ... 87
4. Penemuan Hasil dan Pembahasan ... 90
Dea Indriani Fauzia, 2013
Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ... 92 B. Rekomendasi ... 93
DAFTAR PUSTAKA ... 95
LAMPIRAN
Dea Indriani Fauzia, 2013
Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Persyaratan Kondisi Iklim Dan Tanah Untuk Kopi ... 28
Tabel 3.1 Variabel Penelitian ... 32
Tabel 3.2 Desa-Desa Yang Memiliki Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan ... 34
Tabel 3.3 Sampel Jumlah Petani Penggarap Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan ... 37
Tabel 3.4 Jumlah Sampel Per Desa ... 38
Tabel 3.5 Kriteria Rumus Formula Persentase ... 42
Tabel 3.6 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 43
Tabel 4.1 Penggunaan Lahan Kecamatan Pangalengan ... 47
Tabel 4.2 Nilai Q Dan Tipe Iklim Menurut Schimdt-Ferguson ... 49
Tabel 4.3 Data Curah Hujan Kecamatan Pangalengan ... 51
Tabel 4.4 Jumlah Rerata Bulan Berdasarkan Metode Schimdt-Ferguson ... 52
Tabel 4.5 Komposisi Kemiringan Lereng Di Kecamatan Pangalengan ... 58
Tabel 4.6 Luas Rambahan Hutan Tiap Desa ... 61
Tabel 4.7 Sumber Informasi Yang Diperoleh Petani Kopi ... 65
Tabel 4.8 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Usia ... 66
Tabel 4.9 Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 68
Tabel 4.10 Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Per Musim Panen ... 70
Tabel 4.11 Perbandingan Hasil Pendapatan Petani Dari Kopi dengan Sayuran Per Tahun ... 72
Tabel 4.12 Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 74
Tabel 4.13 Responden Berdasarkan Luas Lahan Garapan... 76
Tabel 4.14 Responden Berdasarkan Keikutsertaan Penyuluhan ... 80
Tabel 4.15 Tingkat Keberhasilan Implementasi ... 83
Tabel 4.16 Tingkat Pemahaman Responden ... 84
Tabel 4.17 Respon / Tanggapan Responden ... 86
Dea Indriani Fauzia, 2013
Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Peta Persebaran Kopi ... 35
Gambar 3.1 Peta Sampel Daerah Penelitian ... 39
Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian ... 44
Gambar 4.1 Peta Administratif Kecamatan Pangalengan ... 46
Gambar 4.2 Gambar Persentase Penggunaan Lahan Di Kecamatan Pangalengan ... 48
Gambar 4.3 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Pangalengan ... 50
Gambar 4.4 Peta Jenis Tanah Kecamatan Pangalengan ... 56
Gambar 4.5 Peta Geologi Kecamatan Pangalengan ... 58
Gambar 4.6 Peta Kemiringan Lereng ... 60
Gambar 4.7 Persentase Luas Rambahan Hutan Di Kecamatan Pangalengan ... 63
Gambar 4.8 Persentase Sumber Informasi Yang Diperoleh Petani ... 66
Gambar 4.9 Grafik Petani Berdasarkan Usian dan Jenis Kelamin ... 68
Gambar 4.10 Persentase Tingkat Pendidikan Petani Kopi... 70
Gambar 4.11 Persentase Tingkat Pendapatan Petani Per Musim Panen Kopi ... 72
Gambar 4.12 Grafik Jumlah Tanggungan Petani Kopi ... 75
Gambar 4.13 Persentase Luas Lahan Garapan ... 78
Gambar 4.14 Persentase Keikutsertaan Penyuluhan ... 82
Gambar 4.15 Persentase Keberhasilan Implementasi ... 84
Gambar 4.16 Persentase Tingkat Pemahaman Petani Kopi ... 86
Gambar 4.17 Persentase Respon Petani Kopi ... 88
1
Dea Indriani Fauzia, 2013
Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hutan Indonesia merupakan salah satu hutan tropis di dunia dan ditempatkan
pada urutan kedua dalam hal tingkat keanekaragaman hayatinya dan ditempatkan
diurutan ketiga sebagai salah satu hutan tropis terluas setelah Brazil dan Republik
Demokrasi Kongo. Menurut Wirendro dalam Forest Watch Indonesia (2009: 5)
menyebutkan bahwa luas tutupan lahan hutan Indonesia Tahun 2009 mencapai 88,17
juta Ha atau sekitar 46,33 % dari luas daratan Indonesia. Namun dari tahun ke tahun
luas hutan Indonesia mengalami penurunan akibat perambahan. Masalah perambahan
hutan terjadi di beberapa wilayah seperti Pulau Sumatera, Kalimantan, Papua,
Sulawesi dan Jawa terutama Jawa Barat.
Menurut data yang diterbitkan dalam jurnal Global Change Biology
perambahan yang terjadi mencapai 8,8 juta ha hutan tropis dalam satu dekade antara
tahun 2000 dan 2010. Pulau Kalimantan, yang terbagi antara Indonesia, Malaysia dan
Brunei, luas area yang hilang mencapai 5 juta ha atau sekitar 12 % dari tutupan hutan
tahun 2000. Namun, kecepatan kemusnahan hutan yang tertinggi terjadi di Sumatera,
yang terpapas sekitar 23.7% dari luas tutupan hutan atau sekitar 3.5 juta Ha.
Pada saat ini keberadaan hutan di Jawa Barat telah mengalami
gangguan-gangguan khususnya di Kabupaten Bandung dari luas hutan sebesar 89.331,190 Ha
telah mengalami penyusutan sebesar 16.613 Ha. Kerusakan ini akibat dari adanya
perambahan oleh penduduk yang ada sekitar hutan. Pada tahun 2001 tercacat
sebanyak 38.474 KK yang melakukan perambahan hutan. Salah satu daerah di
Kabupaten Bandung yang mengalami perambahan hutan adalah Kecamatan
Pangalengan.
Fakta menyebutkan tingkat perambahan hutan yang tinggi di Pangalengan
2
Dea Indriani Fauzia, 2013
Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
mendapatkan pekerjaan ditambah lagi dengan tingkat pengetahuan yang terbatas
mengenai kelestarian alam, menyebabkan penebangan kayu secara ilegal terus terjadi.
Menurut Dyah (2006: 2) menyebutkan bahwa
“berdasarkan data Perum Perhutani sampai dengan Maret 2006 akibat tekanan masyarakat terhadap hutan yang tinggi, maka jumlah perambahan hutan di Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan BKPH Pangalengan adalah 2.673,47 Ha dari luas hutan yang hampir mencapai 10.000 Ha oleh 3.820 KK”.
Kecamatan Pangalengan merupakan salah satu daerah di Kabupaten Bandung
yang memiliki ketinggian di atas 1200 dpl. Sehingga daerah ini sangat cocok
dijadikan sebagai lahan pertanian terutama komoditas sayuran. Sehingga mayoritas
penduduk di daerah ini bermata pencaharian sebagai petani. Hasil pertanian di daerah
ini menjadi sektor utama ekonomi penduduk di daerah Pangalengan. Namun semakin
tingginya jumlah penduduk di kecamatan ini mengakibatkan lahan menjadi semakin
sempit. Hal ini mengakibatkan banyaknya masyarakat yang menggunakan lahan yang
masih tersedia untuk dijadikan lahan pertanian yaitu lahan hutan.
Melihat semakin luasnya lahan hutan yang berkurang dan menyadari bahwa
tidak mungkin melakukan penghijauan atau penyelamatan lingkungan dilakukan
tanpa menimbang faktor ekonomi masyarakat, akhirnya pemerintah melalui dinas
Perhutani berinisiatif mengembalikan fungsi hutan seperti semula sebagai pencegah
erosi, banjir, serta penyedia air dan udara melalui tanaman yang berekonomi tinggi
tetapi juga dapat hidup dan berproduksi di bawah naungan pohon, sehingga
memutuskan pengalihan komoditas dari sayuran menjadi kopi.
Pada tanggal 20 Mei 2003 diterbitkanlah Surat Edaran Gubernur Jawa Barat
No. 522/1224/Binprod tentang penutupan tumpang sari sayuran, maka dengan
sendirinya masyarakat sepakat untuk menghentikan tumpang sari, hal ini untuk
membantu konservasi lahan. Masyarakat kemudian memutuskan mengganti tanaman
mereka yang semula sayuran menjadi kopi. Selain itu untuk tanaman alih komoditas
3
Dea Indriani Fauzia, 2013
Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Hutan Bersama Masyarakat dengan tanaman pokoknya adalah kopi.
Sejauh ini lebih dari 400 ha areal penanaman kopi diusahakan melalui
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHMB) di Jawa Barat, terutama di wilayah
Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Selatan sekitar 326,25 Ha dan diikuti
oleh KPH Bandung Utara sekitar 51,75 Ha dan KPH Tasikmalaya 22 Ha.
Pengembangan utama PHMB tanaman kopi dilakukan di KPH Bandung Selatan,
dengan areal mayoritas di Kecamatan Pangalengan.
Kebijakan mengenai alih komoditas di Kecamatan Pangalengan di mulai sejak
tahun 2003. Namun kebijakan tersebut tidak disertai dengan pelatihan dan
penyuluhan tentang tanaman kopi kepada seluruh petani. Oleh sebab itu para petani
banyak menemui kendala terhadap kebijakan tersebut karena panen kopi yang dirasa
cukup lama yaitu 1-2 kali pertahun serta cara budidaya kopi yang masih belum
sepenuhnya dipahami oleh para petani. Dari permasalahan tersebut maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Respon Petani
Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi petani yang terkena implementasi alih komoditas sayuran menjadi kopi pada lahan kehutanan di Kecamatan Pangalengan?
2. Bagaimana implementasi kebijakan alih komoditas sayuran menjadi kopi pada lahan kehutanan di Kecamatan Pangalengan?
3. Bagaimana respon petani terhadap alih komoditas sayuran menjadi kopi pada lahan kehutanan di Kecamatan Pangalengan?
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan kondisi sosial ekonomi petani yang terkena implementasi alih komoditas sayuran menjadi kopi pada lahan kehutanan di Kecamatan Pangalengan
4
Dea Indriani Fauzia, 2013
Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
3. Mendeskripsikan respon petani terhadap alih komoditas sayuran menjadi kopi pada lahan kehutanan di Kecamatan Pangalengan
D. Manfaat Penelitian
1. Diperoleh informasi mengenai kondisi sosial ekonomi petani yang terkena implementasi alih komoditas sayuran menjadi kopi pada lahan kehutanan di Kecamatan Pangalengan
2. Diperoleh informasi mengenai pelaksanaan implementasi kebijakan alih komoditas sayuran menjadi kopi pada lahan kehutanan di Kecamatan Pangalengan
3. Diperoleh informasi mengenai respon petani terhadap alih komoditas sayuran menjadi kopi pada lahan kehutanan di Kecamatan Pangalengan
4. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
E. Definisi Operasional
1. Respon Petani
Menurut Feby Nurliana (2008: 7) menyatakan bahwa “respon adalah sebagai
bentuk pengamatan dan penilaian seseorang melalui panca indera terhadap semua hal
disekitarnya”.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa respon petani adalah
bentuk penilaian oleh petani sebagai pelaku pertanian terhadap adanya kebijakan baru
oleh pemerintah mengenai pengalihan komoditas dari penanaman sayuran menjadi
kopi. Dapat ditujukan dengan tanggapan atau sikap, setelah itu akan memunculkan
suatu partisipasi baik dalam bentuk ide/gagasan, harta maupun tenaga.
Berdasarkan pengertian respon di atas dapat disimpulkan bahwa indikator dari
respon adalah senang atau positif dan tidak senang atau negatif. Untuk klasifikasinya
respon terbagi menjadi sangat setuju, setuju, kurang setuju dan tidak setuju
2. Kebijakan Alih Komoditas
Secara harfiah kebijakan adalah terjemahan langsung dari kata policy. Kata
5
Dea Indriani Fauzia, 2013
Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
- tujuan, yang diajukan atau diadopsi oleh suatu pemerintahan, partai politik, dan
lain-lain.
Dalam penelitian ini kebijakan alih komoditas adalah kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah dengan cara perubahan atau pengalihan jenis tanaman.
Kebijakan alih komoditas ini dilakukan sebagai bentuk pelestarian kembali lahan
hutan agar tersebut bisa ditanami oleh tanaman yang bisa hidup dan berproduksi di
bawah naungan pohon.
3. Lahan Kehutanan
Menurut FAO dalam Irsyad (1989: 207) lahan adalah suatu wilayah
dipermukaan bumi yang mempunyai sifat-sifat dari biosfer secara vertikal di atas
maupun di bawah wilayah tersebut termasuk atmosfer, geologi, geomorfologi,
hidrologi, vegetasi dan binatang yang merupakan hasil aktivitas manusia dari masa
lampau maupun masa sekarang.
Pada penelitian ini yang dimaksud adalah lahan kehutanan milik Perhutani.
Dimana penanaman kopi sebagai alih komoditas ditumpangsarikan bersama
pohon-pohon. Sehingga lahan yang tadinya kritis akibat dijadikan lahan pertanian
31
Dea Indriani Fauzia, 2013
Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode merupakan cara yang dilakukan dalam penelitian untuk
mengumpulkan, mengidentifikasi, dan menganalisi data. Metode penelitian pada
dasarnya adalah cara untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Menurut Surakhmad (1986: 131), metode penelitian adalah “suatu cara kerja yang
utama membagi hipotesa atau anggapan dasar dengan menggunakan teknik serta
alat-alat tertentu”. Berdasarkan pernyataan tersebut maka metode adalah cara yang
digunakan dalam memperoleh data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode survey dengan pendekatan deskriptif.
Menurut Tika (1997: 9) “penggunakan metode survey bertujuan untuk
mengumpulkan sejumlah besar data berupa variabel, unit, atau individu dalam waktu
yang bersamaan”. Data yang dikumpulkan dapat berupa data fisik maupun sosial.
Sedangkan pendekatan deskriptif bertujuan untuk dapat mendeskripsikan,
memperoleh gambaran, dan memaparkan secara sistematis, factual, dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang ada di daerah
penelitian. Selain itu menurut Tika (1997: 6) metode deskriptif “bertujuan untuk
mengungkapkan suatu masalah atau keadaan dan menungkapkan fakta-fakta yang ada
di lapangan, walaupun kadang-kadang diberikan interpretasi atau analisi”.
B. Variabel Penelitian
Di dalam suatu penelitian, variabel merupakan suatu ukuran. Variabel
penelitian adalah segala sesuatu yang menjadi objek penelitian atau yang menjadi
titik perhatian dalam suatu penelitian. Menurut Arikunto (2002: 104) menyatakan
bahwa “variabel adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi objek penelitian”.
32
Dea Indriani Fauzia, 2013
Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
dimana variabel tersebut saling mempengaruhi dan dipengaruhi.
Variabel dalam penelitian ini terbagi menjadi dua variabel yaitu variabel
bebas dan variabel terikat. Sesuai judul yang telah dikemukakan maka penulis
merumuskan variabel-variabel sebagai berikut :
1. Variabel bebas (X)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau penyebab bagi
variabel lain. Variabel bebas menunjukan adanya gejala atau peristiwa sehingga
diketahui pengaruhnya terhadap variabel lain.
2. Variabel terikat (Y)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah respon petani terhadap implementasi kebijakan alih
komoditas sayuran menjadi kopi pada lahan kehutanan di Kecamatan Pangalengan
dan Kabupaten Bandung. Untuk lebih jelasnya, disajikan dalam tabel 3.1 berikut ini :
Tabel 3.1
33
Dea Indriani Fauzia, 2013
Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Dalam pengumpulan data langkah yang paling penting adalah menentukan
besarnya populasi karena populasi merupakan sumber data yang menjadi objek
penelitian. Menurut Tika (2005: 24) menyatakan bahwa “populasi adalah himpunan
individu atau objek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas”. Sedangkan dalam
Arikunto (2006: 130), dikatakan bahwa “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”.
Populasi dalam penelitian ini terdiri dari populasi wilayah dan manusia.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka yang dimaksud dengan populasi dalam
penelitian ini adalah :
a) Populasi wilayah
Populasi wilayah dalam penelitian ini meliputi wilayah kehutanan yang dijadikan
lahan pertanian di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung.
b) Populasi manusia
Populasi manusia dalam penelitian ini meliputi seluruh petani yang menjadi
penggarap di wilayah kehutanan Kecamatan Pangalengan.
2. Sampel Penelitian
Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti dan
dianggap representatif (mewakili). Sumaatmadja mengungkapkan bahwa :
“sampel adalah bagian dari populasi (cuplikan, contoh) yang mewakili populasi yang bersangkutan. Kriteria mewakili ini diambil secara keseluruhan sifat-sifat atau generalisasi yang ada pada populasi, yang harus dimiliki oleh
sampel”.
Penarikan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik
aksidental. Menurut Sugiyono (2003: 60) sampling aksidental adalah teknik
penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu
34
Dea Indriani Fauzia, 2013
Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
terbagi menjadi dua sampel, sampel wilayah dan sampel manusia yaitu sebagai
berikut :
a) Sampel Wilayah
Sampel wilayah yang akan diteliti menggunakan metode sampel populasi
yakni penulis mengambil semua desa di Kecamatan Pangalengan Kabupaten
Bandung yang memiliki lahan kehutanan akan dijadikan sebagai sampelnya dengan
jumlah 9 desa yaitu dalam tabel 3.2 di bawah ini :
Tabel 3.2
Desa-Desa Yang Memiliki Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan
No Nama Desa Luas Lahan (Ha)
1 Pulosari 248,97
2 Wanasuka 90,89
3 Warnasari 81,82
4 Lamajang 49,32
5 Margaluyu 49,2
6 Sukaluyu 41,88
7 Margamulya 31,65
8 Sukamanah 8,4
9 Margamekar 12,814
Jumlah 614,40 Sumber : BKPH Kecamatan Pangalengan 2012
Untuk peta sampel wilayah penelitian Kecamatan Pangalengan dapat dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut ;
b) Sampel Manusia
Untuk mengetahui besarnya sampel yang akan diambil dalam penelitian
35
Dea Indriani Fauzia, 2013
Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
36
Dea Indriani Fauzia, 2013
Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
(2008: 78) berikut rumusnya :
Keterangan :
n = Jumlah sampel N = Ukuran populasi
e = Presentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolelir atau diinginkan.
Berikut ini adalah tabel jumlah petani di Kecamatan Pangalengan Kabupaten
Bandung ;
Tabel 3.3
Sampel Jumlah Petani Penggarap Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan
No Nama Desa Jumlah Petani
1 Wanasuka 204
2 Margaluyu 253
3 Sukaluyu 140
4 Warnasari 251
5 Pulosari 475
6 Margamekar 140
7 Sukamanah 10
8 Margamulya 75
9 Lamajang 80
Jumlah 1705
37
Dea Indriani Fauzia, 2013
Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan rumus diatas, besarnya sampel yang akan diambil yaitu :
Berdasarkan hasil penghitungan di atas, didapat jumlah sampel yang akan
diambil dalam penelitian ini adalah 49 orang. Setelah menentukan besarnya sampel,
maka tahap selanjutnya adalah menentukan teknik pengambilan sampel. Dalam
menentukan sampel penduduk, penulis menggunakan teknik Proporsional Sampling
(sampel berimbang). Menurut Arikunto (2009: 98) Proporsional Sampling adalah
cara menentukan sampel dengan mengambil wakil-wakil dari tiap-tiap kelompok
yang ada dalam populasi yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah anggota subjek
yang ada di dalam masing-masing kelompok tersebut. Untuk pengambilan sampel
penduduk penulis menggunakan penarikan sampel secara acak berstrata (stratified
area random sampling).
Dalam penelitian ini jumlah petani ada 1374 orang dari 9 desa yang dijadikan
sampel penelitian. Dengan demikian beberapa sampel dari tiap desa dengan
menggunakan rumus sebagai berikut ;
Dari perhitungan dengan menggunakan rumus di atas diperoleh data jumlah
38
Dea Indriani Fauzia, 2013
Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.4
Jumlah Sampel Per Desa Nama Desa Jumlah Petani
Wanasuka 6
Margaluyu 8
Sukaluyu 4
Warnasari 7
Pulosari 14
Margamekar 4
Sukamanah 1
Margamulya 2
Lamajang 3
Jumlah 49
Sumber : Hasil Perhitungan 2012
D. Teknik Pengumpulan Data
Agar data yang diperoleh dari berbagai sumber dapat terkumpul maka penulis
menggunakan teknik dan alat pengumpulan data sebagai berikut :
1. Observasi
Menurut Tika (2005: 44) Observasi merupakan cara dan teknik pengumpulan
data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala
atau fenomena yang ada pada objek penelitian Dalam teknik ini penulis mengamati
dan mencatat segala fenomena yang tampak di lapangan. Dari data observasi
lapanganlah didapatkan data primer yang menunjang dalam penelitian ini seperti data
persebaran tanaman kopi dan data kemiringan lereng pada lahan kehutanan.
2. Wawancara
Menurut Tika (2005: 49) menyebutkan bahwa “wawancara adalah suatu
39
Dea Indriani Fauzia, 2013
Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
40
Dea Indriani Fauzia, 2013
Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
informasi”. Dalam penelitian ini dilakukan wawancara dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung pada responden dengan
menggunakan pedoman wawancara/daftar pertanyaan yang diberikan kepada
responden. Teknik wawancara ini dilakukan dengan cara peneliti datang langsung ke
lapangan, kemudian mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat pedoman
wawancaranya, sehingga menghasilkan data sekunder seperti untuk mengetahui
jumlah petani penggarap, pemahaman petani mengenai budi daya kopi, kondisi sosial
ekonomi petani serta respon petani mengenai kebijakan alih komoditas ini.
3. Studi Literatur
Studi literatur yaitu suatu teknik untuk mendapatkan data. Melalui studi
literatur diperoleh data-data yang relevan dengan masalah penelitian yang
dikumpulkan dari berbagai literatur, yaitu dengan cara mengkaji penelitian yang
sudah dilakukan seperti studi kasus Argoforesty Tanaman Kopi Pada Lahan
kehutanan oleh Dyah, Study Karakteristik Perambahan Hutan Di Kecamatan
Pangalengan oleh Komarudin, Kontribusi Pengelolaan Kopi Di Bawah Tegakan oleh
Yuni dan lainnya.
4. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dalam pengumpulan data dilakukan untuk mengumpulkan
data sekunder berupa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian seperti
surat kabar, majalah, buku, instasi yang terkait seperti data monografi desa, data
curah hujan, peta luas rambahan hutan, peta persebaran tanaman kopi dan lainnya
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan kegiatan untuk memperoleh data ringkasan atau
angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu. Adapun
langkah yang akan dilakukan oleh peneliti dalam pengolahan data hasil penelitian
41
Dea Indriani Fauzia, 2013
Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
a) Tahap persiapan atau mengkoleksi data, langkah ini dimaksudkan untuk
mengetahui kelengkapan data yang terkumpul melalui instrument penelitian
yaitu angket dan pedoman wawancara.
b) Editing data. Editing data adalah penelitian kembali data yang telag
dikumpulkan dengan menilai apakah data yang telah dikumpulkan tersebut
cukup baik atau relevan untuk diproses atau diolah lebih lanjut cukup baik
atau relevan sesuai tujuan penelitian (Tika 2005: 63)
c) Coding adalah usaha pengklasifikasian/pengelompokan jawaban menurut
macamnya. Coding data harus dilakukan secara konsisten karena hal tersebut
sangat menentukan reabilitas. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah
data tersebut memenuhi atau belum terhadap pernyataan peneliti (Tika 2005:
64)
d) Tabulasi data yaitu hasil dari editing dan coding, data tersebut kemudian
disusun dan disajikan dalam bentuk tabel, gambar, bagan dan peta.
e) Interpretasi dan kompilasi peta, langkah ini dilakukan dengan memanfaatkan
data sekunder berupa peta-peta agar diperoleh informasi yang berhubungan
unit lahan yang selanjutnya digunakan untuk menentukan sampel wilayah
dan penentuan sampel lahan kopi di Kecamatan Pangalengan Kabupaten
Bandung.
1) Persentase
Santoso (2001: 299) mengungkapkan “untuk mengetahui kecenderungan
jawaban responden dan fenomena di lapangan digunakan analisis persentase dengan
menggunakan formula”. Formula persentase sebagai berikut :
P =
×
100%Keterangan :
42
Dea Indriani Fauzia, 2013
Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
f = frekuensi
n = frekuensi munculnya data
Jika perhitungan telah selesai dilakukan, maka hasil perhitungan berupa
persentase tersebut digunakan untuk mempermudah dalam penafsiran dan
pengumpulan data sementara penulis memilih parameter yang digunakan oleh Effendi
dan Manning dalam Saeful (1991: 263). Kriteria persentase yang digunakan dirinci
yaitu dalam Tabel 3.5 :
Tabel 3.5
Kriteria Rumus Formula Persentase
Persentase Kriteria
100 Seluruhnya
77 – 99 Sebagian Besar
51 – 74 Lebih Dari Setengahnya
50 Setengahnya
25 – 49 Kurang Dari Setengahnya
24 – 1 Sebagian Kecil
0 Tidak Ada
Sumber : Saeful (1991: 263)
F. Instrumen Penelitian
Untuk memudahkan sebuah penelitian diperlukan adanya suatu pedoman atau
instrumen dalam memperoleh data yang diperlukan. Pada penelitian ini penulis
menyusun sebuah kisi-kisi instrumen dengan aspek yang diamatinya adalah kondisi
sosial ekonomi petani dengan indikatornya adalah tingkat pendidikan, tingkat
43
Dea Indriani Fauzia, 2013
Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
kebijakan dengan indikatornya adalah sistem/aturan, cara peningkatan implementasi
serta keberhasilan. Kemudian respon petani dengan indikatornya adalah pemahaman,
respon/tanggapan serta partisipasi. Kisi-kisi dari instrumen penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Instrumen No Item Sasaran
1. Kondisi Sosial Ekonomi
Tingkat pendidikan Kuesioner 8-10
Respon petani di Kec. Pangalengan Kab. Bandung Tingkat pendapatan Kuesioner 11-15
Luas lahan garapan Kuesioner 16-23
2. Implementasi Kebijakan
Sistem / Aturan Kuesioner 24-27
Cara Peningkatan
Implementasi Kuesioner 28-33
Keberhasilan Kuesioner 34-36
3. Respon Petani
Pemahaman Kuesioner 37-40
Sikap / Tanggapan Kuesioner 41-43
94
Dea Indriani Fauzia, 2013
Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dalam skripsi yang berjudul “Respon Petani
Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Di
Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung” dapat diambil beberapa
kesimpulan yaitu :
1. Kondisi sosial ekonomi merupakan suatu tolak ukur seseorang dalam
penentuan kesejahteraan. Kondisi sosial ekonomi petani kopi di Kecamatan
Pangalengan Kabupaten Bandung dapat terlihat diantaranya adalah dari
a) Tingkat pendidikan petani kopi di Kecamatan Pangalengan sebagian
besar adalah lulusan SD begitu juga dengan anggota keluarga dari petani
tersebut sebagian besar dari mereka hanya lulusan sekolah dasar dan
menengah saja untuk lulusan perguruan tinggi hanya sebagian kecilnya
saja.
b) Tingkat pendapatan petani dari tanaman kopi selama ini masih rendah
apalagi bagi mereka yang hanya memiliki modal kecil pemeliharaan
tanaman kopi hanya seadanya saja sehingga saat musim panen tiba hasil
panen kopinya kurang maksimal. Namun bagi mereka yang memiliki
modal perawatan tanaman kopi begitu intensif sehingga hasil panennya
baik dan kopi tersebut menghasilkan nilai jual yang lebih tinggi.
c) Luas lahan garapan awalnya ditentukan berdasarkan jumlah tanggungan
keluarga namun pada kenyataannya bahwa tidak semua petani memiliki
modal untuk biaya pemeliharaan serta lamanya panen kopi menjadi
kendala bagi petani kecil untuk mengumpulkan kembali modal untuk
biaya pemeliharaan.
d) Jenis komoditas yang diperbolehkan oleh Perhutani untuk ditanam selain
kopi adalah rumput gajah, cabai dan terong kori. Komoditas ini
95
Dea Indriani Fauzia, 2013
Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
petani dapat memperoleh hasil panen dari komoditas lain selama
menunggu hasil panen kopi.
2. Menurut petani implementasi kebijakan yang dilaksanakan saat ini sangatlah
minim. Ini terbukti dengan diadakannya penyuluhan oleh Pemerintah Daerah
yang hanya diadakan satu kali saja. Selama ini penyuluhan hanya diberikan
pemerintah tidak tepat sasaran, pihak-pihak yang terlibat dalam penyuluhan
bukan yang terkait dalam kegiatan budidaya kopi di Kecamatan Pangalengan.
Wacana mengenai pemberian bantuan pun hanya menyentuh sebagian petani
saja. Sehingga petani kecil merasa kesulitan. Pada saat melakukan observasi
terlihat bahwa disebagian wilayah hutan masih ada petani yang menanam
sayuran.
3. Respon petani terhadap implementasi kebijakan alih komoditas meliputi
pemahaman, respon/tanggapan dan partisipasi.
a) Pemahaman petani mengenai kebijakan ini cukup baik namun ada
sebagian dari mereka yang tidak paham. Hal ini terjadi karena kurangnya
sosialisasi tentang pentingnya alih komoditas ini sebagai upaya
peningkatan kesejateraan dan pelestarian sumber daya hutan.
b) Respon/tanggapan yang menolak alih komoditas ini yaitu petani yang
kurang paham mengenai bencana yang dapat ditimbulkan apabila petani
tetap merambah hutan dan menanamnya dengan sayuran.
c) Sebagian besar petani memang setuju dengan kebijakan alih komoditas
ini sehingga mereka memberikan partisipasinya dalam bentuk
ide/gagasan, harta/benda dan tenaga karena mereka peduli akan
kelestarian hutan di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara di atas ada beberapa saran
yang ingin penulis kemukakan untuk pengembangan tanaman kopi di Kecamatan
Pangalengan Kabupaten Bandung ke depannya sehingga mendapatkan respon
96
Dea Indriani Fauzia, 2013
Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
yang terkait dalam penyuluhan. Beberapa saran tersebut diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Petani lebih aktif dalam setiap kegiatan penyuluhan dan pelatihan yang
diadakan oleh pemerintah atau Perhutani sehingga petani mengetahui betul
apa tujuan pemerintah mengeluarkan kebijakan alih komoditas ini serta
memahami bagaimana budidaya kopi yang baik agar hasil panen kopi yang
diperoleh maksimal
2. Petani harus mandiri dan kreatif sehingga pada saat terjadi kendala tidak perlu
menunggu bantuan pemerintah dan Perhutani sehingga petani dapat
menyelesaikannya sendiri.
3. Petani jangan bersikap acuk, namun petani diharapkan peduli dan ikut
berpartisipasi dalam memberikan sosialisasi kepada petani lain yang
memanfaatkan lahan kehutanan namun masih belum menanam kopi agar
secepatnya mengganti tanaman mereka dengan tanaman kopi agar hutan
dapat dilestarikan kembali.
4. Pemerintah diharapkan dapat memberikan penyuluhan dan pelatihan yang
lebih intensif pada petani. Karena penyuluhan dan pelatihan yang selama ini
diadakan pemerintah dirasa tidak cukup. Sehingga saat ini sebagian petani
masih banyak yang tidak mengerti tujuan dialihkannya komoditas sayuran
menjadi kopi serta kurang mengerti bagaimana budidaya kopi yang baik.
5. Bantuan yang diberikan pemerintah diharapkan merata dan dapat menyentuh
petani-petani kecil karena selama ini masih banyak petani atau daerah lain
yang belum mendapatkan bantuan. Untuk itu pemerintah juga harus berperan
aktif dalam pelaksanaan kebijakan tidak hanya menyerahkan pengawasan dan
pengontrolan di lapangan kepada pihak lain saja karena setiap daerah
Dea Indriani Fauzia, 2013
Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2004. Psikologi Belajar. Rineka Cipta : Jakarta
Arief, Arifin. 2001. Hutan Dan Kehutanan. Kanisius : Yogyakarta
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Rineka
Cipta : Jakarta
Bappeda Provinsi Bali dan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Unud No. 20
Tahun 2002 Tentang Kebijakan Alih Komoditas
Bilad, M Roil. 2012. Tanaman Kopi sebagai Alih Komoditas. Dapat dinduh di
http://www.cofee.org/103-kopi-java-preanger.html
Pada hari sabtu tanggal 7 Juli 2012
Daud, S. 2009. Dari lahan Kritis Menjadi Ekonomis. Dapat di unduh di
http://www.citarum.org/511-kopi-tak-lagi-terasa-pahit.html
pada hari sabtu tanggal 7 Juli 2012
Ernawati, R. 2008. Teknologi Budidaya Kopi Poliklonal. Balai Besar Pengkajian
Dan Pengembangan Teknologi Pertanian Badan Penelitian Dan
Pengembangan Pertanian.
Komarudin. 2000. Studi Karakteristik Daerah Perambahan Hutan Dengan
Menggunakan Sistem Informasi Geografi ( Studi Kasus : Kecamatan
Pangalengan Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat). Jurnal Jurusan
Konservasi Sumber Daya Hutan Fakultas Kehutanan-IPB. Tidak
diterbitkan
KPH Perhutani Bandung Selatan. Data Tanaman Di Bawah Tegakan Kopi.
Bandung : Tidak diterbitkan
Mahdani, Asri. 2011. Respon Penduduk Terhadap Rencana Pengaktifan Kembali
Kereta Bandung-Ciwidey. Skripsi Jurusan Pendidikan Geografi
Dea Indriani Fauzia, 2013
Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Muhidin, Syah. 2010. Psikologi Pendidikan. Rosda : Bandung
Mulyani. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Universitas Terbuka : Jakarta
Purwanto, Erwan. 2002. Implementasi Kebijakan Publik. Gava Media : Jakarta
Rafi’i, S. 1995. Meteorologi Dan Klimatologi. Angkasa : Bandung
Rahardjo, Pudji. 2000. Kopi Panduan Budidaya Dan Pengolahan Kopi Arabika
Dan Robusta. Graha Ilmu : Bandung
Rahmat, Jalaludin. 2001. Psikologi Komunikasi. Rosda : Bandung
Rianse, Usman. 2010. Agroforesty Solusi Sosial Dan Ekonomi Pengelolaan
Sumber Daya Hutan. Alfabeta : Bandung
Rinazani, Shofian. 2011. Respon Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Energi
Alternatif (Biogas) Di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten
Bandung. Skripsi Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS-UPI. Tidak
diterbitkan
Santosa, Gempur. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kalitatif. Prestasi
Pustaka : Jakarta
Sastropoetro, S. (1986). Partisipasi , Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam
Pembangunan Nasional. Bandung : Alumni
Sarwiji, Bambang. 2006. Kamus Pelajar Bahasa Indonesia, Penekanan pada
pembentukan kalimat. Ganeca Exact : Jakarta
Sarwono, Sarlito. 2011. Pengantar Psikologi Umum. Rajawali Pers : Jakarta
Sobur, Alex. 2010. Psikologi Umum. Pustaka Setia : Jakarta
Soemaatmadja, N. 1998. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis
Keruangan. Alumni : Bandung
Dea Indriani Fauzia, 2013
Respon Petani Terhadap Implementasi Kebijakan Alih Komoditas Sayuran Menjadi Kopi Pada Lahan Kehutanan Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Sogiyono. 2008. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta : Bandung
Solichin, Abdul Wahab. 2008. Analisi Kebijakan Dari Formulasi Ke
Implementasi Kebijakan Negara (Edisi 2). Bumi Aksara : Bandung
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Alfabeta : Bandung
Sumaatmadja, Nursyid. 2001. Metodelogi Pengajaran Geografi. Bumi Aksara :
Bandung
Surakhmad, Winarno. 1990. Penelitian Ilmiah, Dasar Metode Teknik. Tarsito :
Bandung
Suryabrata, Sumadi. 2005. Psikologi Pendidikan. Rajawali Pers : Jakarta
Surat Edaran Gubernur No. 522/Binprod/2003 Tentang Larangan Penanaman
Tumpang Sari Pada Kemiringan 40 %
Susanto, Agus. 2006. Psikologi Kepribadian. Bumi Aksara : Bandung
Suud, Mohammad. 2006. Tiga Orientasi Kesejateraan Sosial. Prestasi Pustaka
Raya : Jakarta
Tika, M.P. 2005. Metode Penelitian Geografi. Grafika Offset : Jakarta
Widianingsih, Yuni. 2006. Kontribusi Pengelolaan Kopi Di Bawah Tegakan
Dalam Program PHBM Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Di Desa
Pulosari BKPH Pangalengan KPH Bandung Selatan. Jurnal Jurusan