• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGETAHUAN NASABAH TENTANG AKAD PERBANKAN SYARIAH (STUDI KASUS BANK BNI SYARIAH CABANG MAKASSAR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGETAHUAN NASABAH TENTANG AKAD PERBANKAN SYARIAH (STUDI KASUS BANK BNI SYARIAH CABANG MAKASSAR)"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGETAHUAN NASABAH TENTANG AKAD PERBANKAN SYARIAH

(STUDI KASUS BANK BNI SYARIAH CABANG MAKASSAR)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Pada program Studi Hukum Ekonomi SyariahFakultas

Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh:

Rifka Annisa NIM : 105251108116

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H / 2020 M

(2)

ii

ANALISIS PENGETAHUAN NASABAH TENTANG AKAD PERBANKAN SYARIAH

(STUDI KASUS BANK BNI SYARIAH CABANG MAKASSAR)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Pada program Studi Hukum Ekonomi SyariahFakultas

Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh:

Rifka Annisa NIM : 105251108116

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1441 H / 2020 M

(3)

iii

(4)
(5)
(6)

vi

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259 Gedung iqra’ Lt. IV Telp. (0411)851914 Makassar 90223

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Rifka Annisa

NIM : 105 251 108 116

Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah Fakultas : Agama Islam

Kelas : C

Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut :

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Saya tidak melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam menyusun skripsi,

3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, 06 Dzulkaidah 1441 H

25 agustus 2020 M Yang Membuat Pernyataan,

Rifka Annisa

(7)

vii

ABSTRACT

Rifka Annisa. 105 251 1081 16. 2020. Analysis of customer knowledge

about Islamic banking contracts (case study of the Makassar branch of the BNI Syariah Bank). Guided by Saidin Mansyur, S.S.,M.Hum dan Fakhruddin Mansyur, S.E.I., M.E.I.

This type of research is a Quantitative research conducted on BNI Syariah Ratulangi customers. This study aims to analyze how the customers knowledge about the existing contract at the Makassar branch of Syariah Bank which the analyzes how the influence of customer knowledge on transaction decisions. In this study consist of 3 variables including contract, customer, and BNI Syariah.

With a total sample of 60 respondents, data collection was carried out by disturbuting questionnaires and interviews. Furthermore, the data obtained is processed using the SPSS (statistical produk and service solutions) model 22.0 software application. The results of the study prove that customer knowledge about Islamic bank product contacts has a positive and significant effect on transaction decisions.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamiin, puji dan syukur senantiasa teriring dalam setiap hela nafas atas kehadirat dan junjungan Allah SWT. Bingkisan salam dan shalawat tercurah kepada kekasih Allah, Nabiullah Muhammad SAW, para sahabat dan keluarganya serta ummat yang senantiasa istiqamah dijalan-Nya.

Tiada jalan tanpa rintangan, tiada puncak tanpa tanjakan, tiada kesuksesan tanpa perjuangan. Dengan kesungguhan dan keyakinan untuk terus melangkah, akhirnya sampai dititik akhir penyelesaian skripsi. Namun, semua tak lepas dari uluran tangan berbagai pihak lewat dukungan, arahan, bimbingan, serta bantuan moril dan materil. Maka melalui kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H.Abd Rahman Rahim, SE.,MM. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Drs. H. Mawardi, S.Ag.,M.Si Dekan Fakultas Agama Islam.

3. Bapak Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, MP ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah Fakultas Agama Islam dan Bapak Saidin Mansyur, S.S.,M.Hum pembimbing 1 yang telah memberikan banyak masukan, dorongan dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi dan Bapak Fakhruddin Mansyur, S.E.I., M.E.I.selaku pembimbing penulis yang telah memberikan banyak perhatian dan bimbingan selama penulis menyelesaikan skripsi

(9)

ix

4. Bapak Hasan Hasanuddin S.E.Sy selaku seketaris Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah Fakultas Agama Islam.

5. Bapak/ibu para dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar terutama Jurusan Hukum Ekonomi Syariah yang telah memberikan ilmu-ilmunya, semoga segala ilmu yang telah diberikan dapat memberikan manfaat dikehidupan yang akan datang.

6. Kedua orang tua tercinta bapak saya Drs.H. Nuradil, M. Pd. dan mama saya Hj. Nurhayati, SE. serta saudara saya Chusnul Chatimah, Syarif Hidayatullah, Aulia Mutmainna dan keluarga besar saya terimakasih atas doa dan curahan hati yang tiada henti-hentinya mendoakan, memberi dorongan moril maupun materi selama menempuh pendidikan dan pengorbanan tak terbatas yang tidak bisa penyusun ungkapkan dengan kata-kata.

7. Sahabat saya Riska Syarif, Sri Ridha Wahyu Asni, Muthia Natasya Kautsar, Andi Heldalina, Padelia dan Ayu Zhavira Ansar yang selalu memberikan dukungan, bantuan dan ide-ide untuk penyelesaian skripsi ini, serta trimakasih yang sebesar besarnya pada teman seangkatan saya Ardian Wahyudi, Maryuni, Puji Nurul Hasanah dan Indasari yang selalu membantu dalam hal ini.

8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2016 khususnya teman-teman Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Kelas C dan juga teman-teman PKL dan KKP Plus Terakhir ucapan terima kasih juga disampaikan kepada mereka yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu tetapi banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

(10)

x

Penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis.Aamiin.

Makassar, 23 Agustus 2020

Penulis

(11)

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Bank Syariah ... 7

1. Pengertian bank Syariah ... 7

2. Fungsi dan Peran Bank Syariah... 11

3. Tujuan Bank Syariah ... 12

4. Karakteristik Produk Bank Syariah ... 13

B. Produk Bank Syariah ... 14

1. Penyaluran dana (financing) ... 14

2. Penghimpunan Dana (funding) ... 17

(12)

xii

C. Pemahaman Nasabah ... 21

1. Pengertian Pemahaman Nasabah ... 21

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemahaman ... 23

D. Kerangka Fikir ... 27

E. Hipotesis ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 29

B. Objek dan Lokasi Penelitian ... 29

C. Variabel Penelitian ... 30

D. Definisi Operasional... 30

E. Populasi Dan Sampel ... 31

F. Instrumen Penelitian ... 32

G. Teknik Pengumpulan Data ... 32

H. Teknik Analisa Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan ... 36

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 39

C. Deskripsi Hasil Angket Penelitian ... 41

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 49

BAB V PENUTUP ... 51 A. Kesimpulan ... 51 B. Saran ... 51 DAFTAR PUSTAKA ... 53 RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skala Likert ... 34

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 40

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 41

Tabel 4.3 Rangkuman Data Jawaban ... 42

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas ... 47

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bank secara umum adalah lembaga intermediasi yang dalam menjalankan kegiatan usahanya bergantung pada dana masyarakat dan kepercayaan baik dari dalam maupun luar negeri. Dalam menjalankan kegiatan usaha tersebut bank menghadapi berbagai resiko, baik resiko kredit, resiko pasar, resiko operasional maupun resiko reputasi1. Sedangkan, Bank syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran2.

Bank Syariah muncul pertama kali di Mesir, lembaga dengan nama Mit Gharm Bank binaan Ahmad Najjar tersebut hanya beroperasi di pedesaan Mesir dan berskala kecil, namun institusi tersebut mampu menjadi pemicu yang sangat berarti bagi perkembangan sistem finansial dan ekonomi islam3. lalu bank syariah berkembang di berbagai Negara islam seperti Pakistan, Kuwait, Bahrain, Uni Emirat Arab, Malaysia, Iran. Berkembangnya Bank-bank Syariah di Negara Islam berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan4.

1 Komite nasional kebijakan Corporate Governance, pedoman Good Corporate

Gorvinance Perbankan Indonesia, Januari 2004, hal. 1

2 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008, pasal 3

3 Ahmad el-Najjar, Ban Bila Fawaid Ka Istiratiratijayyah, Penerjemah Muhammad Bisri,

(Jeddah: King Abdul Aziz University Press, 1972), hal. 35

4 M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani, 2001),

(16)

Bank syariah mempunyai prinsip yang berbeda dengan Bank Konvensional. Perbedaan yang paling mendasar adalah pada bagaimana memperoleh keuntungan, dimana pada bank konvesional dikenal dengan perangkat bunga, sedangkan pada Bank Syariah melarang adanya bunga yaitu dengan menggunakan prinsip bagi hasil5.

Perkembangan bank syariah di Indonesia cukup berkembang pesat, walaupun demikian, jumlah bank maupun kantor bank yang sudah cukup banyak, namun jumlah asset Bank Syariah masih kecil di bandingkan bank konvensional. Perbankan syariah di Indonesia yang masih muda pada umumnya di tuntut untuk bersaing dengan Perbankan Konvensional. Lebih jauh dari itu, sebagai lembaga intermediasi keuangan, perbankan syariah juga dituntut untuk memainkan peranan yang sangat vital dalam menggerakkan roda perekonomian bangsa sebagaimana perbankan yang berbasis sistem bunga.

Dimana pada tahun 2003 hanya terdapat 2 Bank Umum Syariah (BUS) saja, dan mengalami peningkatan menjadi 13 Bank Umum Syariah (BUS) per September 2016. Demikian pula dengan Unit Usaha Syariah (UUS), pada tahun 2003 hanya terdapat 8 Unit Usaha Syariah (UUS) saja, kemudian bertambah menjadi 21 Unit Usaha Syariah (UUS) per September 2016. Peningkatan juga terlihat pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), dimana pada tahun 2003 terdapat 84 BPRS meningkat menjadi 164 BPRS per september 2016. Angka tersebut menunjukkan bahwa semakin banyaknya perbankan syariah di Indonesia.

(17)

3

Kondisi yang demikian justru menjadi suatu tantangan bagi masing- masing lembaga bank syariah di Indonesia. Semakin banyaknya perbankan syariah di Indonesia berdampak pada persaingan antar bank yang semakin ketat. Di saat persaingan semakin ketat, pihak perbankan akan berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah sehingga menyebabkan nasabah memiliki banyak pilihan dalam mengunakan jasa perbankan.

Pengambilan keputusan nasabah menggunakan jasa perbankan dipengaruhi oleh perilaku seorang konsumen. Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.6 Hal yang perlu diperhatikan dalam memahami perilaku konsumen bahwa perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat suatu keputusan pembelian.7

Secara umum calon nasabah yang akan menabung tentu memilih bank yang dapat memberikan keuntungan dan kemudahan. Setiap nasabah akan memperhatikan dan mempertimbangkan faktor-faktor tertentu untuk memutuskan menabung. Untuk itu dari pihak bank syariah harus dapat membaca peluang ini serta dapat segera mengidentifikasikan kebutuhan dan keinginan nasabah. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh bank syariah adalah dengan membenahi pelayanannya demi menarik perhatian nasabah. Bentuk pelayanan berupa kecepatan, tepat, sopan dan ramah akan membuat nasabah nyaman serta

6Susatyo Herlambang, Basic Marketing, (Yogyakarta: Gosyen Publishing,

2014), h. 6. 7Ibid.

(18)

membentuk kepercayaan terhadap bank tersebut bahkan akan merekomendasikan kepada calon-calon nasabah lainnya.

Ketertarikan calon nasabah terhadap jasa perbankan juga dapat berkaitan dengan atribut suatu bank, khususnya bank syariah. Seperti diketahui bank syariah merupakan bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Ketika berbicara tentang Bank Syariah maka karakterististik yang terbentuk di masyarakat adalah bank yang aktivitasnya dan pengelolaannya menanggalkan sistem bunga yang merupakan suatu riba.

Salah satu faktor yang menyebabkan mengapa umat Islam belum berhubungan dengan bank-syariah yaitu tingkat pemahaman dan pengetahuan umat tentang bank syariah masih sangat rendah.8 Padahal kedudukan nasabah pada dasarnya adalah sebagai pihak pembeli. Sebagai pembeli pengetahuan yang baik mengenai suatu produk sering kali mendorong seseorang untuk menyukai produk tersebut. Karena sikap positif terhadap suatu produk sering kali mencerminkan pengetahuan konsumen terhadap suatu produk.

Manusia sebagai makhluk yang memperhitungkan dan mempertimbangkan untung dan rugi yang akan didapat dari segala tingkah laku yang akan dilakukan. Teori ini disempurnakan oleh Alfred Marshall yang sekarang dikenal dengan teori kepuasan modern. Menurut teori ini setiap konsumen akan berusaha mendapatkan kepuasan maksimal, dan konsumen akan meneruskan pembeliannya terhadap suatu produk untuk jangka waktu yang lama,

8Agustianto, “Strategi Jitu Meningkatkan Market Share Bank Syariah,”

(19)

5

bila ia telah mendapatan kepuasan dari produk yang sama yang telah dikonsumsikannya. Teori ini didasarkan pada beberapa asumsi, salah satunya adalah bahwa konsumen mempunyai pengetahuan tentang beberapa alternatif sumber untuk memuaskan kebutuhannya.9 Oleh sebab itu, dibutuhkan peran dari pihak bank syariah untuk memberikan pengetahuan kepada nasabah maupun calon nasabahnya. Namun kebanyakan bank syariah mengkesampingkannya, bahkan memperkenalkan istilah bagi hasil dengan istilah “bunga” karena khawatir calon nasabah tidak mengerti, padahal inilah kesempatan bank syariah untuk mensosialisasikan lebih dalam tentang bank syariah.

Selanjutnya lokasi yang strategis juga menjadi pertimbangan bagi nasabah dalam memilih jasa bank. Lokasi yang terjangkau, teknologi dan gedung yang memadai dianggap akan memudahkan nasabah dalam proses transaksi.

Pada akhirnya pemahaman tentang perilaku konsumen dalam keputusan membeli sangat penting bagi pihak penjual. Demikian halnya jual-beli di bidang jasa seperti perbankan syariah, penting bagi Bank Syariah sebagai pihak penjual untuk memahami perilaku calon nasabah sebagai strategi pemasarannya. Lebih dari itu penting juga untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi nasabah sehingga memutuskan untuk menabung.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penyusun bermaksud untuk mengkaji tentang sejauh mana tingkat pengetahuan dan pemahaman nasabah tentang akad bank syariah yang akan saya susun dalam skripsi yang berjudul

(20)

Analisis Pengetahuan Nasabah Tentang Akad Perbankan Syariah (studi kasus Bank BNI Syariah cabang Makassar).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan dan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas dapat dirumuskan permasalahan, yakni:

1. Bagaimana tingkat pengetahuan Nasabah terhadap akad perbankan syari’ah di BNI syariah cabang Makassar?

2. Apa faktor yang menentukan tingkat pengetahuan nasabah terhadap akad pada perbankan syariah.

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan nasabah terhadap akad perbankan syariah di Bank BNI Syariah cabang Makassar

2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menentukan tingkat pengetahuan nasabah terhadap akad perbankan syariah.

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan program S1 jurusan Hukum Ekonomi Syariah UNISVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR, guna memperoleh gelar S1

2. Untuk memberikan masukan informasi kepada masyarakat mengenai akad pada bank syariah.

3. Menambah pengalaman penulis dalam menetapkan teori-teori yang berhubungan dengan perbankan syariah.

(21)

7

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Bank syariah

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan dana/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Menurut ensiklopedia Islam, bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syari’ah Islam.10

Menurut UU No. 21 Tahun 2008 pasal 1 ayat (1) Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Dalam pasal 1 ayat (7) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah disebutkan bahwa Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Dalam pasal 1 ayat (12), menyebutkan bahwa prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.11 Seperti yang telah disebutkan di atas, bank syariah dalam sistem

10 Sumar’in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 49. 11Ibid., h. 50.

(22)

serta kegiatan operasionalnya dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Prinsip syariah diartikan sebagai prinsip yang berdasarkan hukum atau norma agama Islam. Dalam hal ini pengertian bank syariah dan bank Islam sama, yaitu sistem perbankan yang berdasarkan pada hukum-hukum Islam (syariah). Dasar pemikiran terbentuknya bank syariah bersumber dari adanya larangan riba di dalam al-Qur’an dan al-Hadits sebagai berikut:

Q.S Al-Baqarah, ayat 275

َنيِذَّلا

َكِلََٰذ ۚ ِ سَمْلا َنِم ُناَطْيَّشلا ُهُطَّبَخَتَي يِذَّلا ُموُقَي اَمَك َّلَِإ َنوُموُقَي َلَ اَب ِ رلا َنوُلُكْأَي

ْوَم ُهَءاَج ْنَمَف ۚ اَب ِ رلا َم َّرَح َو َعْيَبْلا ُ َّاللَّ َّلَحَأ َو ۗ اَب ِ رلا ُلْثِم ُعْيَبْلا اَمَّنِإ اوُلاَق ْمُهَّنَأِب

ْنِم ٌةَظِع

ِ ب َر

َِّاللَّ ىَلِإ ُه ُرْمَأ َو َفَلَس اَم ُهَلَف َٰىَهَتْناَف ِه

كِئََٰلوُأَف َداَع ْنَم َو ۖ

اَهيِف ْمُه ۖ ِراَّنلا ُباَحْصَأ

نوُدِلاَخ

Terjemahan:

“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti (dari mengambil riba), maka apa yang telah di-perolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” 12

اَب ِّ رلا

ل كآ

ل

هَّن إَف

،

َرَجَح

ا

مَق ل ي َو

ى فَهَّنلا ر

حَب سَي

َت يَتَأ ه يَلَع

ى ذَّلا

ل ج َّرلا

اَّمَأ َو

12 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemahnya, (Surabaya: Karya Agung Surabaya, 2006), h. 58.

(23)

9

Terjemahan:

“Adapun orang yang datang dan berenang di sungai lalu disuapi batu, itulah pemakan riba.” (HR. Bukhari, no. 7047)

Q.S Annisa, ayat 160-161

َكا ًري ث

َّاللّ

لي بَس

نَع

م ه ِّدَص ب َو

م هَل

تَّل ح أ

تاَب ِّيَط

م ه يَلَع

اَن م َّرَح

او داَه

َني ذَّلا

َن م

م ل ظ بَف

م ه ذ خَأ َو

اَب ِّرلا

دَق َو

او ه نه نَع

اَن دَت عَأ َو

َني ر فاَك ل

ل

م ه ن م

اًباَذَع

اًمي لَأ

Terjemahan:

“Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, disebabkan mereka memakan riba. padahal sesungguhnya mereka telah dilarang darinya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.”13

Ayat dan hadits di atas menegaskan bahwa Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba, “wa ahalla allah al-bay’a waharrama ar-riba”, dengan pengertian bahwa pada jual beli ada pertukaran atau pergantian yang seimbang yaitu barang dari pihak penjual kepada pembeli, sedangkan pada riba tidak ada penyeimbang langsung kecuali kesempatan pemanfaatan uang. Ayat ini diakhiri dengan penegasan ulang bahwa sudah seharusnya riba dihentikan karena orang-orang yang suka terlibat dengan transaksi riba akan masuk ke dalam neraka, “waman ‘ada fa’ula’ika ashhabu an-nari hum fiha khaliduna.” Sebagai ganti riba supaya tidak termasuk dalam penghuni neraka yaitu transaksi jual beli.14 Apabila mereka mengambil riba, maka mereka termasuk golongan penghuni neraka yang kekal. Hal itu akan menjadi kerugian bagi yang melakukan riba, dengan merasa

13

hal yang menunjukkan riba itu ribet banget https://rumaysho.com/15352-13-hal-yang-menunjukkan-riba-itu-ngeribanget.html. Akses pada tanggal 20 agustus 2020.

14 Dwi Suwiknyo, Kompilasi Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 128-130.

(24)

lelah di dunia dan azab di akhirat dan ia tidak mendapatkan manfaat yang telah ia lakukan (mengambil riba). Hal ini sebagaimana dinyatakan Rasulullah Saw. dalam sebuah hadis: Dari Abdullah bin Mas'ud RA, bahwa Rasulullah SAW melaknat orang yang memakan harta hasil riba, orang yang memberi makan harta riba kepada orang lain, dua saksinya, dan juru catatnya.15

Hadits di atas dinyatakan bahwa laknat Rasulullah Saw. diperuntukkan kepada semua orang yang terlibat dalam transaksi riba. Mereka yang mendapatkan laknat adalah orang yang terlibat dalam transaksi riba, yaitu orang yang mencari keuntungan dengan cara melebihkan sesuatu dari yang seharusnya. Larangan ini diberikan agar orang yang memberikan pinjaman atau penjual tidak memperlakukan orang yang membutuhkan bantuannya dengan sesuka hatinya dan tidak membuat orang lain terpaksa harus mengikuti persyaratan yang diberikannya.16

Bank syariah dalam menjalankan usahanya menggunakan pola bagi hasil yang merupakan landasan utama segala operasinya, baik dalam produk pendanaan, pembiayaan maupun dalam produk lainnya. Produkproduk bank syariah mempunyai kemiripan tetapi tidak sama dengan produk bank konvensional karena adanya pelarangan riba, gharar dan maysir. Oleh karena itu produk-produk pendanaan dan pembiayaan pada bank syariah harus menghindari unsur-unsur yang dilarang tersebut. Menurut Schaik dalam buku Khaerul Umam yang berjudul Manajemen Perbankan Syariah, bank Islam adalah sebuah bentuk dari bank modern yang didasarkan pada hukum Islam yang sah, dikembangkan

15 Enizar, Hadis Ekonomi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), h. 115 16Ibid., h. 116.

(25)

11

pada abad pertama Islam menggunakan konsep berbagi resiko sebagai metode utama, dan meniadakan keuangan yang berdasarkan kepastian serta keuntungan yang ditentukan sebelumnya.17

Pengertian senada diungkapkan oleh Karnaen Perwataatmaja dan Muhammad Syafi’i Antonio mendefinisikan bank Islam sebagai bank yang beroperasi sesuai prinsip-prinsip syariat Islam, yakni bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariat Islam khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam.18

Berdasarkan berbagai pendapat yang telah dikemukakan dapat dipahami bahwa bank syariah atau bank Islam adalah suatu lembaga keuangan perbankan dalam kegiatan operasionalnya dan sistem yang diterapkan berdasarkan syariat Islam.

2. Fungsi dan Peran Bank Syariah

Selayaknya suatu usaha yang dibangun atas dasar kemaslahatan umat baik didunia dan akhirat, maka bank syariah hendaknya melakukan fungsi dan perannya sesuai dengan ajaran Islam dimana ajaran ini berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits. Adapun fungsi dan peran bank syariah yang diantaranya tercantum dalam pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution) sebagai berikut:19

17 Khaerul Umam, Manajemen Perbankan Syariah, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 15.

18 Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), h. 33.

19 Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta: EKONISIA, 2013), h. 43.

(26)

a. Manajer investasi, Bank Syariah dapat mengelola investasi dana nasabah.

b. Investor, Bank Syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.

c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, Bank Syariah dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya.

d. Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah, Bank Islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.

3. Tujuan Bank Syariah

Dibandingkan dengan bank konvensional, bank syariah memiliki tujuan lebih luas daripada bank konvensional, namun tetap mencari keuntungan dimana keuntungan tersebut didapatkan dengan cara-cara yang syariah dan berasal dari sektor riil sehingga tidak adanya unsur riba. Adapun tujuan bank syariah sebagai berikut:20

a. Menyediakan lembaga keuangan perbankan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.

b. Memotivasi masyarakat untuk ikut serta dalam pembangunan.

c. Merubah cara berpikir masyarakat agar lebih baik dan lebih ekonomis agar masyarakat tersebut lebih baik dalam hidupnya.

(27)

13

d. Melalui produk perbankan syariah yang ada, akan menyadarkan masyarakat mengenai pentingnya berbagi dan bagi hasil. Artinya masyarakat tidak lagi melakukan riba.

4. Karakteristik Produk Bank Syariah

Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigma dan asas transaksi syariah harus memenuhi karakteristik dan persyaratan sebagai berikut:

a. Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridha

b. Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik (thayib)

c. Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur lain, bukan sebagai komoditas

d. Tidak mengandung unsur riba, maysir, gharar, kezaliman, haram

e. Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time valeu of money) karena keuntungan yang didapat dalam kegiatan usaha terkait dengan resiko yang melekat pada kegiatan usaha tersebut sesuai dengan prinsip al-ghunmu bil ghurmi

f. Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta untuk keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain

g. Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy) maupun melalui rekayasa penawaran (ihtikar)

h. Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risywah).21

(28)

B. Produk Bank Syariah

Bank syariah memiliki peran sebagai lembaga perantara (intermediary) antara unit–unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana (surplus units) dengan unit-unit yang lain yang mengalami kekurangan dana (defisit units). Kedudukan bank syariah sebagai perantara dapat diwujudkan dalam kegiatannya yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali untuk masyarakat melalui berbagai produk yang ditawarkannya.22

Pada dasarnya produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu:

1. Penyaluran Dana (Financing)

Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang direncanakan. Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam 3 kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya yaitu pembiayaan dengan prinsip jual beli, prinsip sewa, dan prinsip bagi hasil.23

a. Pembiayaan dengan prinsip jual beli (Ba’i)

Pembiayaan dengan prinsip jual beli ditujukan untuk memiliki barang, yaitu keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harta atas barang atau jasa yang dijual. Barang yang diperjual belikan

22 Sumar’in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah., h. 66.

23 Adiwarman A. Karim, Bank Islam:Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), h. 97.

(29)

15

dapat berupa barang konsumtif maupun produktif.24 Adapun produk perbankan syariah dengan prinsip jual beli adalah sebagai berikut:

b. Pembiayaan Murabahah

Murabahah yang berasal dari kata Ribhu (keuntungan) adalah transaksi jual beli dimana bank menyebutkan jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (Margin). Dalam murabahah, penyerahan barang dilakukan setelah akad dan pembayaran dapat dilakukan secara cicilan.25 Dapat dijelaskan bahwa murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Penjual harus memberitahu harga produk yang dia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.

c. Pembiayaan Salam

Salam secara etimologi artinya pendahuluan, secara muamalah berarti penjualan suatu barang yang disebutkan sifat-sifatnya sebagai persyaratan jual beli dan barang yang dibeli masih tanggungan penjual, dimana syaratnya ialah mendahulukan pembayaran pada waktu akad dan penyerahan dilakukan setelahnya.26 Disini bank bertindak sebagai pembeli dan nasabah sebagai penjual. Dapat dijelaskan salam adalah pembiayaan jual beli dimana pembeli memberikan uang terlebih dahulu terhadap

24 M. Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah Suatu Kajian Teoritis Praktis, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), h. 147.

25 Adiwarman A. Karim, Bank Islam:Analisis Fiqih dan Keuangan., h. 98. 26 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 152.

(30)

barang yang dibeli yang telah disebutkan spesifikasinya dengan penyerahan kemudian.

d. Pembiayaan Istishna’

Produk istishna’ menyerupai produk salam, tapi dalam istishna’ pembayaran dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali pembayaran. Istishna’ adalah pembiayaan jual beli yang dilakukan penjual dan pembeli dimana penjual membuat barang yang dipesan oleh pembeli tetapi pembayarannya dapat dicicil. Ketentuan umum pembiayaan istishna’ adalah spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis, macam ukuran, mutu dan jumlah. Harga jual yang telah disepakati dicantumkan dalam akad istishna’ dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad.27

e. Pembiayaan dengan prinsip sewa

Aplikasi perbankan pembiayaan dengan prinsip sewa atau disebut juga al ijarah al muntahiya bit tamlik (IMB) adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang ditangan penyewa.28 Ijarah adalah perjanjian sewa yang memberikan kepada penyewa untuk memanfaatkan barang yang akan disewa dengan imbalan uang sewa sesuai dengan persetujuan dan setelah masa sewanya berakhir, maka barang dikembalikan kepada pemilik, namun penyewa juga dapat memiliki barang yang disewa dengan pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain.

27 Adiwarman A. Karim, Bank Islam:Analisis Fiqih dan Keuangan, h. 100

28 M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h.218.

(31)

17

f. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil

Produk bank dengan prinsip bagi hasil dapat berupa sebagai berikut: 1. Pembiayaan Musyarakah Musyarakah adalah akad kerja sama antara

dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masingmasing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan.29 2. Pembiayaan Mudharabah Mudharabah adalah bentuk kerja sama

antara dua pihak atau lebih dimana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam paduan kontribusi 100% modal kas dari shahibul maal dan keahlian dari mudharib.30 Apabila terjadi kerugian maka yang menganggung seluruh kerugian adalah pihak pemilik modal, kecuali kerugian terjadi karena kelalaian pihak yang menjalankan usaha. Apabila usaha tersebut mendapat keuntungan, maka dibagi sesuai dengan kesepakatan kedua pihak.

2. Penghimpunan Dana (funding) a. Prinsip Wadi’ah

Wadi’ah adalah barang titipan yang dititipkan seseorang kepada pihak lain untuk dijaga dan dirawat sebagaimana mestinya. Ada dua jenis pendanaan dengan prinsip wadi’ah yaitu giro wadi’ah dan tabungan wadi’ah.31 Praktik

29Ibid., h. 90

30 Adiwarman A. Karim, Bank Islam:Analisis Fiqih dan Keuangan, h.103.

31 Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016), h. 180-181.

(32)

wadi’ah yang diterapkan dalam lembaga keuangan syariah adalah wadi’ah amanah dan wadi’ah yad dhamanah. Prinsip wadi’ah yang diterapkan dalam bank syariah adalah wadi’ah yad dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro. Berbeda dengan wadi’ah amanah yang mempunyai prinsip harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipkan. Pada wadi’ah yad dhamanah pihak yang dititipi (bank) bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga boleh memanfaatkan harta titipan tersebut.32

Selain itu, ada biaya penjagaan terhadap wadi’ah barang berharga, surat berharga, dokumen-dokumen penting dan barang lain yang bernilai dan membutuhkan penjagaan dan perawatan khusus. Berdasarkan biaya-biaya ini, maka apabila terjadi kehilangan, kerusakan atau kemusnahan karena kelalaian orang yang menyimpan maka diwajibkan mengganti. Apabila bank syariah menggunakan barang titipan seperti uang untuk perniagaan atau usaha lain, maka bank syariah wajib mengembalikan sepenuhnya uang wadi’ah yang telah digunakan itu kepada pemilik.33

b. Prinsip Mudharabah

Mudharabah disini dimana bank sebagai mudhorib (pengelola) dan deposan sebagai shohibul mal (pemilik modal). Mudharabah dibagi atas dua yakni muthlaqah dan muqoyyadah. Mudharabah muthlaqah adalah deposan memberikan hak sepenuhnya pada bank untuk memutar atau

32 Adiwarman A. Karim, Bank Islam:Analisis Fiqih dan Keuangan, h.107-108. 33 Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer., h. 186.

(33)

19

menginvestasikan dananya. Sedangkan mudharabah muqoyyadah adalah deposan memberi batasan pada bank untuk menginvestasikan dananya.34 3. Produk Jasa Perbankan

Pelayanan jasa bank merupakan produk jasa bank yang diberikan kepada nasabah untuk memenuhi kebutuhannya. Bank menawarkan produk dan jasa dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kepada nasabah bank atau pihak lain yang memerlukannya. Dengan memberikan jasa bank maka bank akan memperoleh pendapatan. Pendapatan yang diperoleh bank berasal dari pendapatan atas produk jasa disebut dengan fee based come.35 Jasa perbankan tersebut antara

lain berupa:

a. Al-Wakalah

Wakalah atau sering disebut perwakilan yaitu pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak (muwakil) kepada pihak lain (wakil) dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Atas jasanya, maka penerima kekuasaan dapat meminta imbalan tertentu dari pemberi amanah.36 Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi

apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakilkan dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan L/C, inkaso dan transfer uang.37

b. Al-Kafalah

Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang

34 Adiwarman A. Karim, Bank Islam:Analisis Fiqih dan Keuangan, h. 108. 35 Ismail, Perbankan Syariah., h. 193

36 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), h. 83. 37 Adiwarman A. Karim, Bank Islam:Analisis Fiqih dan Keuangan, h. 107.

(34)

ditanggung. Kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang dengan tanggung jawab orang lain sebagai penjamin.38

c. Al-Hawalah

Hawalah yaitu peralihan utang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Kontrak hawalah dalam perbankan biasanya diterapkan pada factoring atau anjak piutang, dimana para nasabah yang memiliki piutang kepada pihak ketiga memindahkan piutangnya kepada bank bank membayar utang tersebut dan bank menagihnya dari pihak ketiga itu.39

1. Ar-Rahn

Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Secara sederhana rahn semacam jaminan utang atau gadai.40

2. Al-Qardh

Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.41 Dalam aplikasinya di perbankan salah satunya diterapkan sebagai akad pelengkap kepada nasabah yang mempunyai loyalitas dan bonafitnya, yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang relatif pendek.

38 M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah: Dari Teori ke Praktik., h. 123. 39Ibid., h. 125

40Ibid., h. 128 41Ibid., h. 131

(35)

21

3. Sharf (jual beli valuta asing)

Pada prinsipnya jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip sharf. Jual beli mata uang yang tidak sejenis, penyerahannya harus dilakukan pada waktu yang sama dan bank mengambil keuntungan dari jual beli valuta asing ini.42

C. Pemahaman Nasabah

1. Pengertian Pemahaman Nasabah

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia pemahaman berasal dari kata dasar ‘paham’ yang artinya pengetahuan banyak, pendapat pikiran, pandangan, pandai dan mengerti benar tentang suatu hal. Sedangkan pemahaman merupakan proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan.43

Pemahaman merupakan kemampuan untuk menerangkan dan menginterprestasikan sesuatu, ini berarti bahwa seseorang yang telah memahami sesuatu atau telah memperoleh pemahaman akan mampu menerangkan atau menjelaskan kembali apa yang telah ia terima. Selain itu, bagi mereka yang telah memahami tersebut, maka ia mampu memberikan interprestasi atau menafsirkan secara luas sesuai dengan keadaan yang ada disekitarnya, ia mampu menghubungkan dengan kondisi yang ada saat ini dan yang akan datang.44

42 Adiwarman A. Karim, Bank Islam:Analisis Fiqih dan Keuangan., h. 112.

43 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) cet III, H. 811.

44 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), H. 7.

(36)

Proses pemahaman merupakan langkah ataupun cara untuk mencapai suatu tujuan sebagai aplikasi dari pengetahuan yang dimiliki, sehingga pengetahuan tersebut mampu menciptakan adanya cara pandang ataupun pemikiran yang benar akan suatu hal. Sedangkan cara pandang ataupun pemikiran merupakan suatu proses berpikir, dimana merupakan gejala jiwa yang dapat menetapkan hubungan antara pengetahuan kita terhadap suatu masalah.45 Alat yang digunakan dalam berpikir adalah akal, dan hasil pemikiran terlahir dengan bahasa dan dapat juga berupa intelejensi. Intelejensi adalah kesanggupan untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan baru dengan menggunakan alat-alat berpikir yang sesuai dengan tujuannya.1446 Pemahaman tersebut dimaksudkan untuk kepentingan pemberian bantuan bagi pengembangan potensi yang ada padanya dan penyelesaian masalah-masalah yang dihadapinya. Manusia dalam kenyataannya berbeda-beda dalam kemampuan berpikirnya, karakter kepribadiannya, dan tingkah lakunya. Semuanya itu bisa ditaksir atau diukur dengan bermacam-macam cara.47

‘Masyarakat adalah sekumpulan orang yang terdiri dari berbagai kalangan dan tinggal di dalam satu wilayah, kalangan bisa terdiri dari kalangan orang mampu hingga orang yang tidak mampu. Masyarakat yang sesungguhnya adalah sekumpulan orang yang telah memiliki hukum adat, norma-norma, dan berbagai peraturan yang siap untuk ditaati.

45 Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 56.

46 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2007), h. 52. 47 Susilo Rahardjo, Pemahaman Individu: Teknik Nontes, (Jakarta: Kancana Prenada

(37)

23

Menurut Abdul Syani masyarakat berasal dari kata musyarak yang artinya bersama-sama. Kemudian berubah menjadi masyarakat yang artinya berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi selanjutnya mendapatkan kesepakatan menjadi masyarakat.48

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa pemahaman masyarakat adalah suatu langkah atau proses dalam mencapai suatu tujuan dimana terdapat sekumpulan orang yang telah memiliki hukum adat, norma-norma, dan berbagai peraturan yang siap ditaati. Dalam mencapai suatu tujuan perlu adanya pengetahuan yang mampu menciptakan adanya cara pandang ataupun pemikiran yang benar akan suatu hal.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemahaman

Untuk mengetahui suatu pemahaman masyarakat diperlukan adanya faktor-faktor yang dapat diukur sebagai indikator bahwa seseorang dapat dinyatakan paham akan suatu hal. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemahaman masyarakat meliputi:

a. Pengetahuan

Pengetahuan dapat diartikan sebagai “hasil tahu manusia terhadap sesuatu atau segala perbuatan manusia untuk memahami sesuatu objek yang dihadapinya, atau hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu.”49 Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman

diri sendiri dan juga melalui orang lain baik secara langsung maupun 48 Abdulsyani, Sosiologi : Skematika, Teori dan Terapan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), h. 30.

(38)

melalui media, dan apa yang diberitahukan dapat diterima sebagai sesuatu yang dianggap benar.50

Ada berbagai upaya yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh pengetahuan, diantaranya adalah bertanya kepada orang yang dianggap lebih tahu tentang sesuatu (mempunyai otoritas keilmuan pada bidang tertentu).51

Pengetahuan pada hakikatnya meliputi semua yang diketahui oleh seseorang tentang objek tertentu baik melalui pengalaman diri sendiri ataupun melalui orang lain. Dalam hal ini pengetahuan mengenai perbankan syariah dimana masyarakat yang memiliki banyak pengetahuan tentang perbankan syariah maka masyarakat tersebut dapat dikatakan paham mengenai perbankan syariah.

b. Pengalaman-pengalaman terdahulu

Pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan dunianya. Cermin bagi kita tentu bukan barang baru, tetapi lain halnya bagi orang-orang mentawai di pedalaman Siberut atau saudara kita di pedalaman Iran.52 Berdasarkan pengalaman yang dimiliki, seseorang dapat berpikir melalui apa yang pernah dilakukan, sehingga hal ini yang dipakai untuk menemukan kebenaran.53

Pengalaman yang dimiliki oleh masyarakat yang berpangkal pada fakta-fakta yang diperoleh melalui pengalaman langsung mengenai 50 W. Gulo, Metode Penelitian, (Jakarta: Grasindo, 2004), Cet III, h. 11.

51 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, h.1.

52 Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar (Dalam

Perspektif Islam), (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 118. 53 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, h. 7.

(39)

25

perbankan syariah dapat mempengaruhi pemahaman dimana semakin banyak pengalaman yang dimiliki baik dari kajian keilmuan maupun praktek maka hal tersebut menandakan bahwa ia memahami perbankan syariah.

c. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi merupakan faktor yang bisa mempengaruhi minimnya tingkat kepahaman masyarakat karena dari keadaan ekonomi masyarakat bisa melakukan pendidikan yang lebih tinggi agar bisa menerima suatu pengetahuan dan informasi yang ada dalam masyarakat. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu. Pekerjaan juga mempengaruhi pola konsumsinya. Pekerjaan secara tidak langsung turut andil dalam mempengaruhi tingkat pemahaman seseorang, hal ini dikarenakan pekerjaan berhubungan erat dengan faktor interaksi sosial dan kebudayaan.

d. Faktor Sosial/Lingkungan

Hampir setiap masyarakat mempunyai bentuk struktur kelas sosial. Kelas sosial adalah bagian-bagian yang relatif permanen dan teratur dalam masyarakat yang anggotanya mempunyai nilai, minat, dan perilaku serupa. Kelompok referensi atau acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak

(40)

langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut.54 Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemahaman seseorang. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang.

e. Faktor Informasi

Menurut Wied Hary, informasi akan memberikan pengaruh pada pemahaman seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio, atau surat kabar maka hal itu dapat meningkatkan pemahaman seseorang.55

54 Septiyan Irwanto, Analisis Minimnya Tingkat Pemahaman Masyarakat Kampung

Welirang Terhadap Produk-Produk Perbankan Syariah dalam Meningkatkan Pendapatan Bank Syariah, (UIN Sunan Ampel, 2015), h. 25-27 dalam http://digilib.uinsby.ac.id/3029/diunduh pada tanggal 15 januari 2020.

(41)

27

D. Kerangka fikir

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Al-Qur’an QS. Al-Baqarah :275 QS. Annisa :160-161 As-Sunnah HR. Bukhari Studi Teoritik

1. Akad adalah kesepakatan tertulis antara Bank Syariah atau UUS dan pihak lain yang memuat adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai dengan prinsip Syariah.

2. Nasabah adalah orang yang biasa berhubungan dengan atau menjadi pelanggan bank (dalam hal keuangan).

3. BNI Syariah adalah lembaga perbankan di Indonesia. Bank ini semula bernama Unit Usaha Syariah Bank Negara Indonesia yang merupakan anak perusahaan PT BNI, Persero, Tbk.

Studi Empirik Fitrie Yulia Zarly/2009 Analisis Pengetahuan Nasabah Tentang

Prinsip Produk Perbankan Syariah

(studi kasus kota Padang) Studi Rumusan Masalah Hipotesis Skripsi 1. Pengembangan ilmu

2. Manfaat karya ilmiah

3. Motifasi penelitian lanjutan

4. Kesimpulan dan

5. Rekomendasi

(42)

E. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atau dugaan sementara atas permasalahan penelitian yang memerlukan data untuk menguji kebenaran dugaan tersebut.56 Dari permasalahan sebelumnya, penulis mengemukakan hipotesis dari penelitian ini, yaitu :

1. Diduga, tingkat pengetahuan nasabah terhadap akad perbankan syariah di BNI Syariah tinggi.

2. Diduga, tingkat nasabah terhadap akad perbankan syariah di BNI Syariah dipengaruhi oleh beberapa faktor.

56

Kountur, Roni. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Edisi Revisi 2. (Jakarta : PPM,2007).hlm.89

(43)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, karena data diperoleh dari hasil pengamatan langsung pada lapangan penelitian. Dalam penelititian ini peneliti meggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian menjelaskan pengaruh utama antara variabel-variabel yang digunakan.

Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang informasi atau datanya dianalisis menggunakan teknik statistik. Dengan demikian, hipotesis pada penelitian kuantitatif diuji dengan prosedur pengujian statistik.57 Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini, memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dan hubungan-hubungan kuantitatif.

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Penulis akan melakukan penelitian pada Bank BNI Syariah Ratulangi, adapun waktu penelitian dilakukan selama 1 bulan dimana objek penelitian adalah hal-hal yang berhubungan tentang sejauh mana pengetahuan nasabah tentang akad yang dilakukan di bnak BNI Syariah Makassar .

57 Ronny kountur, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis Edisi Revisi 2.

(44)

C. Variable Penelitian

a. Variabel Bebas (Independent Variabel)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi penyebab perubahan pada variabel lain. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas yaitu Akad (X1) dan Nasabah (X2). variabel ini dikatakan variabel bebas dikarenakan keberadaan variabel ini tidak tergantung pada adanya variabel lain atau bebas dari ada atau tidaknya variabel lain

b. Variabel Terikat (Dependent variabel)

Variabel terikat adalah variabel yang keberadaanya dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah BNI Syariah (Y). Dinamakan variabel terikat karena kondisi untuk variasinya terikat atau dipengaruhi oleh variasi variabel lain, yaitu di pengaruhi oleh variabel bebas.

D. Defenisi Operasional

Berikut ini adalah pengertian tentang defenisi operasional variabel:

1. Akad adalah kesepakatan tertulis antara Bank Syariah atau UUS dan pihak lain yang memuat adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai dengan prinsip Syariah.

2. Nasabaah adalam dunia perbankan dimaksud dengan konsumen atau pelanggan. Menurut undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan pasal 1, “Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank sedangkan nasabah penyimpanan adalah nasabah yang menempatkan dananya di

(45)

31

bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan”.

Menurut Rambat (2001), nasabah adalah seseorang yang secara kontinu dan berulang dating ke bank untuk memuaskan keinginannya dengan memiliki suatu produk atau mendapatkan suatu jasa dan membayar produk/jasa tersebut.

3. BNI Syariah adalah lembaga perbankan di Indonesia. Bank ini semula bernama Unit Usaha Syariah Bank Negara Indonesia yang merupakan anak perusahaan PT BNI, Persero, Tbk.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Suhasimi Arikunto populasi adalah “keseluruhan objek yang diteliti”.58 Populasi pada penelitian ini adalah nasabah yang ada di

Bank BNI Syariah cabang Makassar, sebanyak 150 orang 2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dengan kata lain sampel adalah bagian dari populasi.59 Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

Maka dari itu sampel dari penelitian ini adalah sebanyak 60 nasabah yang

58 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineke Cipta, 2010) hlm.102 59 Daulay Murni. Metode Penelitian Ekonomi (Medan: USU Press:2010), h. 76.

(46)

ada di bank BNI Syariah cabang Makassar. Pada saat penelitian berlangsung menggunakan Rumus sloving, sebagai berikut:

Rumus Sloving : n = N (1+𝑒2N) Keterangan : n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi e = Tingkat error (10%) Diketahui : n = 150 1+(0,1)2 (150) n = 150 2,5 n = 60 Responden F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat pengumpul data yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode angket atau kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti. Tujuan dari angkat ini adalah untuk memperoleh informasi yang relevan.

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan penelitian. Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Teknik yang dipergunakan dalam proses pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas metode:

(47)

33

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat di lapangan atau lokasi penelitian yang sedang dilakukan. Observasi dilakukan bertujuan untuk mendapatkan data-data kongkret di tempat penelitian. Observasi digunakan dalam melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.

2. Kuesioner (angket)

Kuesioner atau angket adalah tekhnik pengumpulan data dengan memberikan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan untuk dijawab oleh para responden. Dalam hal ini, jumlah maupun kualifikasi para responden ditentukan berdasarkan dengan metode pengambilan sampel.

Cara pengumpulan data ini dipilih dengan harapan bahwa peneliti, melalui jawaban responden dapat memperoleh informasi yang relevan dengan permasalahan yang dikaji dengan mempunyai derajat yang tinggi. Jumlah pertanyaan yang ada diambil dari masing-masing item yang diperoleh dari masing-masing indikator variabel, baik indikator independen maupun variabel dependen.

Angket diberikan langsung kepada responden dengan tujuan agar lebih efektif dan efesien menjangkau jumlah sampel dan mudah memberikan penjelasan berkenaan dengan pengisian angket tersebut. Instrument yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian ini menggunkan skala Likert dengan skor 1-5, jawaban responden berupa pilihan 5 (lima) alternatif yaitu

(48)

No Pernyataan Alternatif Jawaban SS S N TS STS 1 2 3 4 5

Table 3.1 Skala Likert

Dimana :

SS = Sangat setuju S = Setuju

N = Netral TS = Tidak setuju

STS = Sangat Tidak Setuju 3. Wawancara

Merupakan tekhnik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun penaleliti terhapadap narasumber atau sumber data. Dalam wawancara peneliti akan mencatat opini dan hal lain yang berkaitan dengan penelitian. Dengan demikian ada banyak informasi yang akan didapat dari hasil wawancara tersebut.

4. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan tekhnik pengumpulan data melalui metode dokumentasi, peneneliti menyediakan benda-benda tertulis seperti nuku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan dan sebagainya.

(49)

35

H. Teknik Analisa Data

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkatan keandalan alat ukur yang digunakan. Menurut pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui validitas dari setiap pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner yaitu dengan menguji korelasi antara skor item dengan skor total. Jika koefesien korelasi tiap faktor tersebut lebih dari 0,1 maka menunjukan pertanyaan atau pernyataan tersebut valid, dengan menggunakan softwere SPSS 22,0.60

2. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sebera jauhsuatu instrumen memberikan hasil pengukuran yang konsisten, apabila pengukuran dilakukan berulang-ulang. Pengujian Conbach Alpha digunakan untuk menguji tingkat keandalan (reliability) dari masingmasing variabel. Apabila nilai Conbach Alpha semakin mendekati mengidentifikasikan bahwa semakin tinggi pula konsistensi reliabilitasnya. Menurut Ghozali bahwa reliable (handal) jika nilai Conbach Alpha lebih besar dari 0,60. Jadi dapat dikatakan bahwa seluruh pernyataan dalam kuisioner adalah reliable (dapat diandalkan), sehingga layak untuk dilakukan pengujian selanjutnya.61

60Sugiono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta. 2007), hlm. 52 61www.smartstat.info/statistika/diakses pada 6 Desember pukul 11.15

(50)

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Bank BNI Syariah Ratulangi

Tempaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan ketangguhan sistem perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu adil, transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat terhadap sistem perbankan yang lebih adil. Dengan berlandaskan pada Undang-undang No.10 Tahun 1998, pada tanggal tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu.

Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di Kantor Cabang BNI Konvensional (office channelling) dengan lebih kurang 1746 outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah. Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai oleh Dr. Hasanudin, M.Ag, semua produk BNI Syariah telah melalui pengujian dari DPS sehingga telah memenuhi aturan syariah. 62

Dengan berlandaskan pada undang-undang No. 10 tahun1998 didirikan unit usaha syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, malang,

62 Sejarah berdirinya bank BNI syariah

https://www.bnisyariah.co.id/idid/perusahaan/tentangbnisyariah/sejarah di akses pada tanggal 19 agustus 2020

(51)

37

pekalongan, jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 kantor cabang dan 31 kantor cabang pembantu termaksud bank bni syariah cabang ratulagi Makassar.

BNI Syariah merupakan anak perusahaan dari BNI dengan komposisi kepemilikan saham 99.99% dimiliki oleh BNI dan sisanya dimiliki oleh PT. BNI Life. Hingga akhir Mei 2010, Unit Usaha Syariah BNI memiliki aset sebesar Rp 5,2 triliun, total dana masyarakat sebesar 4,2 triliun, total pembiayaan Rp 3,2 triliun, modal sebesar Rp 1 triliun , dengan customer based lebih dari 420 ribu nasabah.

Strategi jangka menengah-panjang setelah spin off, BNI akan menjajaki kemungkinan menjalin kemitraan strategis dengan berbagai pihak, baik institusi di dalam maupun di luar negeri dalam mengebangkan PT Bank BNI Syariah, termasuk mengundang investor strategis guna memperkuat permodalan, keahlian, dan jaringan global. BNI Syariah akan menjadi elemen penting dalam bisnis BNI secara holding melalui konsep BNI Incorporated. Sementara itu, nasabah tetap dapat menikmati layanan yang ada selama ini, seperti layanan e-channel BNI (BNI ATM, BNI SMS Bangking, BNI Internet Bangking), tarik setor di seluruh kantor BNI, serta masih dapat melakukan pembukaan rekening BNI Syariah di lebih dari 750 kantor cabang BNI yang telah menjadi Syariah Channeling Outlet (SCO). Demikian juga dengan fitur produk tidak mengalami perubahan, bahkan ke depan akan lebih bervariasi. 63

63 Betara indra gunawan, sejarah berdirinya Bank Negara Indonesia Syariah, http://ktara.blogspot.com/2015/03/sejarah-berdirinya -bank-negara-indonesia syariah.html, di akses pada tanggal 19 agustus 2020

(52)

2. Visi dan Misi Bank BNI Syariah

a. Visi PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Makassar

Menjadi Bank Syariah pilihan masyarakat yang unggul dalam layanan kinerja.

b. Misi PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Makassar

1) Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan peduli pada kelestarian linkungan.

2) Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa perbankan syariah.

3) Memberikan nilai invstasi yang optimal bagi investor.

4) Menciptakan wahana terbaik sebagai tempat kebangaan untuk berkarya dan berprestasi bagi pegawai sebagai perwujudan ibadah.

5) Menjadi acuan tata kelola perusahaan yang amanah.

3. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi merupakan salah satu hal penting dalam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi yang secara langsung membuat skema wewenang dan tanggung jawab tiap-tiap anggota organisasi pada setiap pekerjaan demi terwujudnya tujuan organisasi tersebut.

a. Kepala Cabang (Branch Manager)

b. Pemimpin Bidang Operasional (Operasional Manager) c. Manager Bisnis (Bussiness Manager)

(53)

39

e. Menyelenggarakan pelayanan dan pengadministrasian atas transaksitransaksi jasa perbankan serta pemupukan dana di kantor cabang. f. Processing

g. Unit Branch Internal Control h. Unit Pemasaran Bisnis (Marketing) i. Customer Service

j. Teller

4. Lokasi

a. Bank BNI Syariah Ratulagi Makassar Senin 20 juli.

b. Bank bni syariah merupakan suatu sistem perbankan yang pelaksanaannya berdasrakan hokum islami( syariah)

c. Konsep perbankan syariah beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Implementasi prinsip syariah inilah yang menjadi pembeda utama dengan bank konvesional. Pada intinya prinsip syariah tersebut mengacu kepada syariah islam yang berpedoman utama kepada AL Quran dan hadist. Islami sebagai agama merupakan konsep yang mengatur kehidupan manusia secara komprehensif dan universal baik dalam hubungan dengan sang pencipta (HabluminAllah) maupun dalam hubungan sesama manusia (Hablumminannas).

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Sebaran Responden

Sebaran responden dalam penelitian ini di dasarkan pada usia responden. Sedangkan responden penelitian ini adalah nasabah yang melakukan transaksi

(54)

di bank BNI Syariah Ratulangi dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 60 sampel yang di ambil dari nasabah yang melakukan transaksi. Berikut adalah karakteristik responden berdasarkan usia dan pekerjaan yang didapatkan peneliti di BNI Syariah Ratulangi.

Dari hasil pengumpulan data melalui metode wawancara,observasi, dokumentasi untuk skripsi yang berjudul ”Analisis Pengetahuan Nasabah Tentang Akad Perbankan Syariah pada BNI Syariah cabang Kota Makassar”. Telah dideskripsikan sebagai hasil penelitian. Data penelitian diuraikan dengan urutan berdasarkan pada fokus penelitian, yaitu data hasil penelitian dari sumber data yang terdiri dari informan dan responden, observasi dan dokumentasi. Dari hasil penelitian ini yang didapat dari angket dan juga tambahan wawancara untuk meyakinkan hasil peneltian ini. wawancara dan angket ditujukan oleh nasabah di BNI Syariah Kota Makassar.

a. Responden Berdasarkan Umur

Tabel 4.1

Karakteristik responden berdasarkan usia

Usia Responden Frequency Percent Valid 17-30 40 40.8 31-50 20 20.4 Total 60 100.0

Sumber : Data primer diolah pada tanggal 15 agustus 2020 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa jumlah responden yang berusia 17-30 sebanyak 40 orang atau (40,8 %), jumlah responden yang berusia 31-50 sebanyak 20 orang atau (20,4%). Jadi dapat disimpulkan

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Fikir .........................................................................
Gambar 2.1 Kerangka Pikir                       Al-Qur’an QS. Al-Baqarah :275 QS. Annisa :160-161  As-Sunnah HR
Tabel 4.4 rangkuman data jawaban (X 2 )

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui gambaran yang objektif dan efektif tentang pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah,

Hasil penelitian untuk jumlah tunas menunjukkan bahwa eksplan pada media ½ MS dengan konsentrasi BAP 2,5 ppm mengalami peningkatan pada semua umur pengamatan dan

Hal ini dapat disebabkan adanya proses pemulihan selama annealing berlangsung yaitu adanya perbaikan struktur kristal dengan mengurangi adanya kekosongan, cacat kristal

Angkutan perbatasan Terintegrasi Busway Kota Tangerang atau dapat disebut dengan moda APTB berlokasi di terminal/halte Kelurahan Poris Plawad, merupakan transportasi

Gaya kepemimpinan yang memiliki sikap visioner atau melihat ke depan dan percaya penuh pada visi yang dimilikinya, memiliki berkontribusi terhadap variabel gaya

Hubungan eksternal tetap membentuk peubah skor dari data, kemudian ul, dan tl, digunakan untuk melatih model internal dengan menggunakan jaringan syaraf Pada

Berdasarkan pengujian dan analisis hipotesis dapat disimpulkan bahwa hanya variabel ukuran dewan komisaris dan kepemilikan saham manajerial yang berpengaruh signifikan negatif

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan prestasi belajar bahasa Inggris pada siswa kelas