Eflina , 2013
PENERAPAN STRATEGI RAVE CCC UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN BERPIKIR LOGIS
MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh
EFLINA
1103295
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA
Eflina , 2013
PENERAPAN STRATEGI RAVE CCC UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN BERPIKIR LOGIS
MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
Oleh
Eflina
M.Pd. UPI Bandung, 2011
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi PendidikanMatematika
© Eflina, 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Eflina , 2013
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Prof. H. Yaya S. Kusumah, M.Sc, Ph.D NIP. 195909221983031003
Pembimbing II
Eflina , 2013
ABSTRAK
Eflina. (2013). Penerapan Strategi RAVE CCC untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Logis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama
Penelitian ini didasarkan pada permasalahan rendahnya kemampuan matematis siswa khususnya kemampuan pemecahan masalah dan berpikir logis. Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan penelitian dengan menggunakan strategi RAVE CCC. Penelitian ini mengkaji masalah peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir logis matematis antara siswa yang mendapat pembelajaran dengan strategi RAVE CCC dan siswa yang mendapatkan pembelajaran biasa. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah desain kelompok kontrol non ekivalen dengan menggunakan teknik purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswa salah satu SMPN di Sungailiat Tahun Pelajaran 2012/2013 dan sampel penelitiannya adalah siswa kelas VIII (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol). Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa tes kemampuan pemecahan masalah dan berpikir logis matematis, skala sikap dan lembar observasi. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan uji t, uji t', non parametrik (Uji
Mann-Whitney) terhadap rata-rata skor pretes, postes dan gain ternormalisasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1) kemampuan pemecahan masalah dan berpikir logis matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan strategi RAVE CCC lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya biasa, (2) Peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir logis matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan strategi RAVE CCC lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya biasa.
Kata kunci: strategi RAVE CCC, kemampuan pemecahan masalah, kemampuan
Eflina , 2013
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ………. i
PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ….. ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka dan Kerangka Pemikiran ... 11
1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 11
2. Kemampuan Berpikir Logis Matematis ….. ... 12
3. Strategi RAVE CCC ………..……. ... 16
4. Pembelajaran Biasa………..……. ... 20
5. Teori Belajar yang Mendukung ………..……. ... 21
Eflina , 2013
B. Kerangka Pemikiran ………..……. ... 24
C. Hipotesis Penelitian... 26
BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27
B. Desain Penelitian ... 28
C. Metode Penelitian ... 29
D. Definisi Operasional ... 29
E. Instrumen Penelitian ... 31
F. Proses Pengembangan Instrumen ... 34
1. Uji Validitas ... 35
2. Uji Reliabilitas ………... . 37
3. Uji Daya Pembeda………. ... 39
4. Uji Tingkat Kesukaran ………... ... 40
5. Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Soal ……… 42
G. Teknik Pengumpulan Data ... 43
H. Analisis Data ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengolahan atau Analisis Data ... 49
1. Deskripsi dan Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis… ... 49
2. Deskripsi dan Analisis Kemamapuan Berpikir Logis Matematis……… ... 52
3. Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Logis Matematis……… ... 54
4. Deskripsi Skala Sikap Siswa ……… ... 62
5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dan Guru Selama Proses Pembelajaran……… ... 66
Eflina , 2013
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 74
B. Saran …… ... … 74
DAFTAR PUSTAKA ... 76
Eflina , 2013
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Rata-rata Nilai Ujian Nasional SMP Negeri 3 Sungailiat... 7
3.1 Pedoman Penyekoran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis... 31
3.2 Pedoman Penyekoran Kemampuan Berpikir Logis Matematis... 32
3.3 Pedoman Nilai Skala Sikap ... 33
3.4 Klasifikasi Koefisien Validitas... 34
3.5 Hasil Uji Validitas Butir Soal Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Logis Matematis ... 35
3.6 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas... 36
3.7 Hasil Uji Reliabilitas Butir Soal Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Logis Matematis... 36
3.8 Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda... 37
3.9 Hasil Uji Daya Pembeda Butir Soal Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Logis Matematis... 38
3.10 Klasifikasi Tingkat Kesukaran... 39
3.11 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Logis Matematis... 39
3.12 Rekapitulasi Analisis Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Logis Matematis... 40
3.13 Kriteria N-Gain... 42
4.1 Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis... 47
4.2 Deskripsi Kemampuan Berpikir Logis Matematis... 50
4.3 Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Logis Matematis... 53
4.4 Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Logis Matematis... 53
4.5 Uji Homogenitas Varians Skor Pretes dan Postes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Logis Matematis... 54
4.6 Uji Kesamaan Rata-rata (Pretes) Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Logis Matematis... 56
4.7 Uji Perbedaan Rata-rata (Postes) Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Logis Matematis ... 57
Eflina , 2013
4.9 Uji Perbedaan Data N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Logis Matematis... 59 4.10 Deskripsi Skala Sikap terhadap Pembelajaran Matematika... 61 4.11 Deskripsi Skala Sikap terhadap Pembelajaran dengan Strategi
RAVE CCC... 62 4.12 Deskripsi Skala Sikap terhadap Soal-soal Kemampuan Pemecahan
Eflina , 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 : Diagram Alur Analisis Data Penelitian ... 45
4.1 : Rata-rata Pretes dan Postes Kemampuan Pemecahan Masalah... 48
4.2 : Rata-rata N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah... 49
4.3 : Rata-rata Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Logis... 51
Eflina , 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A : Bahan Ajar dan Instrumen Penelitian... ... ... 77
Lampiran B : Analisis Hasil Uji Coba Instrumen... 180
Lampiran C : Analisis Data Hasil Penelitian... 190
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika dipandang sebagai ratu ilmu dan di dalamnya terdapat beragam
pendekatan, metode yang bersifat logis dan valid. Matematika memuat masalah
yang berdasarkan logika. Dalam perkembangan selanjutnya, matematika
mengandung metode dan isi yang menantang (Bell,1978:23). Oleh karena itu,
matematika mempunyai peranan penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Pembelajaran matematika berpedoman pada lima pilar pembelajaran agar
lebih bermakna (meaningful) yaitu : (1) Learning to know about (siswa belajar
untuk mengetahui sesuatu); (2) Learning to do (siswa belajar untuk melakukan);
(3) Learning to be (siswa belajar menjiwai); (4) Learning to learn (siswa belajar
bagaimana seharusnya belajar) dan (5) Learning to live together (siswa belajar
bersosialisasi dengan sesama teman) (Suherman,dkk, 2003:3). Lebih lanjut
dikatakan bahwa melalui prinsip pembelajaran di atas, komunikasi dapat terjadi
antar pribadi dan antar kelompok siswa. Selain itu, siswa bisa mengaitkan setiap
konsep yang dipelajarinya dengan konsep-konsep lain yang relevan sehingga
terbentuk proses berpikir yang komprehensif secara utuh dan siswa belajar
memecahkan masalah (problem solving, reasoning) sebagai latihan untuk
membiasakan belajar dengan tingkat kognitif tinggi.
Diberikannya matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah,
bertujuan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama sehingga
siswa memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi
untuk menghadapi tantangan hidup dengan sportif dan kompetitif (Departemen
Pendidikan Nasional, 2006). Hal ini menunjukkan bahwa dengan matematika
2
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir
kehidupan dengan memiliki pemikiran yang matematis, trampil dan cakap dalam
menyelesaikan masalah serta memiliki sikap tangguh, percaya diri, mandiri dan
optimis.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, merumuskan
tujuan pembelajaran matematika yang diharapkan dapat tercapai yaitu: (1)
Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat
dalam pemecahan masalah; (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti
atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematis; (3) Memecahkan masalah
yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4)
Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel diagram atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah; (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat
dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah (Depdiknas, 2006).
Adapun tujuan tersebut sejalan dengan tujuan kurikulum matematika yang
ditetapkan oleh The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) tahun
2000 yaitu 1) problem solving (pemecahan masalah); 2) reasoning and proof
(pembuktian dan penalaran); 3) communications (komunikasi); 4) connections
(koneksi); dan 5) representation (representasi). Dengan tegas, NCTM juga
menyatakan bahwa pemecahan masalah bukan hanya sekedar tujuan dari
pembelajaran matematika melainkan merupakan alat utama untuk melakukannya.
Berdasarkan penjelasan tujuan-tujuan yang dituangkan dalam KTSP dan
NCTM di atas, kita dapat melihat bahwa pemecahan masalah dan penalaran
merupakan aspek kognitif yang ingin dicapai pada pembelajaran matematika.
Kemampuan penalaran adalah bagian dari kemampuan berpikir logis. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa penekanan tujuan pembelajaran matematika
adalah kemampuan menggunakan matematika dalam menyelesaikan masalah
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir
membangun pola-pola dan berhitung, berpikir analitis (penalaran deduktif dan
induktif), sistematis , kritis; mampu mengomunikasikan ide-ide secara lugas; dan
menumbuhkan sikap cermat, ulet, teliti dan percaya diri.
Pemecahan masalah dapat berarti sebagai suatu pendekatan atau sebagai
suatu kemampuan. Pendekatan pemecahan masalah merupakan pendekatan
pembelajaran yang diawali dengan penyajian masalah, dan bagaimana proses
penyelesaiannya hingga penarikan kesimpulan (Sumarmo, 2013). Lampert dalam
Westwood (2003) berpendapat bahwa pembelajaran dengan masalah adalah suatu
pendekatan mengajar yang berkembang dalam reformasi pendidikan. Kemampuan
pemecahan masalah adalah kemampuan yang dimiliki siswa dalam kegiatan
menyelesaikan masalah, meliputi langkah-langkah Polya dengan indikator
pencapaiannya meliputi : 1) Mengidentifikasi kecukupan data yang berkaitan
dengan masalah; 2) Membuat model matematika dari masalah yang disajikan; 3)
Memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikannya; 4) Menjelaskan atau
menginterpretasikan hasil sesuai masalah dan memeriksa kebenaran hasil; 5)
Menerapkan matematika secara bermakna (Sumarmo, 2013).
Pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika dapat dilakukan
melalui tahapan-tahapan pemecahan masalah yang diperkenalkan oleh Polya
(1973) dan menjadi acuan utama dalam menyelesaikan masalah atau soal-soal
tak rutin. Tahapan-tahapan ini terdiri dari understanding the problem (memahami
masalah), devising a plan (menyusun rencana penyelesaian), carrying out the
plan (laksanakan rencana) dan looking back (periksa kembali).
Teori Multiple Intelligences (kecedasan jamak) yang dikemukakan oleh
Gardner (1983) dalam Lazear (2004:5), mengelompokkan pemecahan masalah
sebagai bagian dari logical-mathematical intelligences (kecerdasan logis
matematis). Lebih lanjut, Lazear (2004:8) mengemukakan bahwa kapasitas inti
Multiple Intelligences khususnya logical mathematical intelligences terdiri dari :
1) penalaran induktif yaitu berpikir dari bagian-bagian ke keseluruhan atau dari
contoh khusus ke umum; 2) penalaran deduktif yaitu berpikir dari keseluruhan
atau umum ke bagian-bagian atau khusus; 3) menghitung secara kompleks yaitu
4
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir
penalaran sains yaitu pemecahan masalah melalui observasi empiris
pengumpulan data, analisis dan evaluasi; 5) hubungan dan koneksi, yaitu
mengaitkan data kompleks dengan kehidupan sehari-hari, 6) pengenalan pola
abstrak, yaitu mengenal pola-pola di lingkungan sekitarnya.
Secara khusus, Lazear membagi kecerdasan logis matematis ke dalam lima
kemampuan yang menjadi karakteristik atau kunci utamanya yaitu problem
solving (pemecahan masalah), thinking patterns (pola berpikir), calculations
process (proses perhitungan), logical analysis (analisis logis) dan mathematical
operations (operasi matematis).
Kemampuan pemecahan masalah dan berpikir logis matematis yang akan
dibahas pada penelitian ini, merupakan unsur-unsur dalam mengembangkan
kecerdasan logis matematis. Keterkaitan pemecahan masalah dalam membangun
kemampuan berpikir logis siswa, sejalan dengan pendapat Polya dalam Krulik
(1980:1), ”Solving problem is the specific achievement of intelligence, and intelligence is the specific gift of man. The ability to go round an obstacle, to
undertake an indirect course where no direct course present itself, ...”. Pendapat
lain yang berkaitan dengan hal tersebut diungkapkan oleh Turmudi (2009), yaitu
“dengan pemecahan masalah siswa memperoleh cara-cara berfikir yang lebih sistematis, cermat berhitung dan mempunyai kebiasaan untuk tekun dan
menumbuhkan rasa ingin tahu, serta percaya diri dalam situasi tak mereka kenal
yang akan mereka gunakan di luar kelas”.
Seorang siswa tidak dapat melakukan pemecahan masalah dengan baik
(good problem solver) apabila tidak memiliki kemampuan berpikir logis
matematis sebagai bagian dari berpikir tingkat tinggi. Menurut Diezmann (dalam
Goos, 2007:378) bahwa siswa lebih suka mengolaborasikan dan menggunakan
ketrampilan berpikir tingkat tinggi ketika bekerja dalam masalah yang menantang.
Pendapat lain mengatakan bahwa berpikir tingkat tinggi tidak diperoleh secara
otomatis (anugrah) siswa. Dalam menggunakan argumen matematis untuk
menjelaskan dan memutuskan suatu solusi, seringkali siswa menggunakan
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir
mengorganisasikan informasi, data dan strategi (Yee dan Lee, 2005). Yaumi
(2012:66) mengatakan bahwa pemecahan masalah merupakan salah satu aktivitas
pembelajaran yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangkan
kecerdasan logis matematis. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tidak dapat
melakukan pemecahan masalah dengan baik apabila tidak memiliki kecerdasan
logis matematis yang baik sebagai bagian dari berpikir tingkat tinggi.
Pada umumnya, pemilihan strategi pembelajaran yang diterapkan pada
kegiatan pembelajaran matematika di sekolah harus memperhatikan optimalisasi
interaksi antara semua unsur pembelajaran dan keterlibatan seluruh indra siswa.
Penyampaian bahan ajar yang bervariasi baik di dalam maupun di luar kelas,
kreativitas guru dalam mengembangkan model-model pembelajaran yang tepat,
penerapan pendekatan pembelajaran seperti pendekatan penemuan, pemecahan
masalah atau penyelidikan merupakan upaya dalam peningkatan optimalisasi
interaksi dalam pembelajaran matematika. Selain itu, dapat pula dilakukan dengan
memberikan soal-soal atau tugas-tugas sebagai umpan balik yang mengarah pada
beragam cara dengan prosedur yang benar untuk menyelesaikannya (tugas-tugas
open-ended).
Banyak strategi yang digunakan dalam membangun kemampuan pemecahan
masalah tanpa meninggalkan langkah-langkah Polya. Salah satunya adalah
penggunaan mnemonics strategy. Greene (1999) dan Harniss et al. (2002)
mengemukakan bahwa penggunaan mnemonics telah terbukti dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah untuk siswa dengan kesulitan belajar
(Westwood, 2003). Kemudian Westwood (2003) mengenalkan RAVE CCC
sebagai strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah pada siswa dengan
kebutuhan khusus. Strategi RAVE CCC adalah singkatan (mnemonics) dari
langkah-langkah penyelesaian pemecahan masalah agar mudah diingat dan
dilakukan siswa terdiri dari : R = Read the problem carefully (membaca dan
memahami masalah dengan teliti); A = Attend to the key words that may suggest
the process to use (menambahkan kata-kata kunci yang berkaitan dengan proses
penyelesaian); V = Visualise the problem and perhaps make a skecth or diagram
6
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir possible answer (menduga jawaban yang mungkin); C = Choose the numbers to
use (memilih angka untuk digunakan); C = Calculate the answer (menghitung
jawaban) ; C = Check the answer against your estimate (periksa kembali jawaban
yang diperkirakan).
Penggunaan strategi RAVE CCC pada pembelajaran matematika, belum
banyak dikenal, karenanya penulis memilih penelitian yang berkaitan dengan
strategi RAVE CCC sebagai upaya meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah dan berpikir logis matematis siswa. Langkah-langkah RAVE CCC
menghadirkan kegiatan yang sistematis sehingga mengantarkan siswa untuk
menarik suatu kesimpulan logis berdasarkan data-data yang sudah ada.
Akan tetapi, pada kenyataannya masih banyak siswa yang mengalami
kesulitan belajar matematika ketika dihadapkan pada soal-soal non rutin yang
menuntut siswa mempunyai kemampuan pemecahan masalah dan berpikir logis
matematis, ketrampilan, rasa percaya diri dan strategi yang tepat dalam
menyelesaikannya. Westwood, dkk (2003), mendefinisikan karakteristik siswa
dengan kesulitan belajar antara lain rendahnya pengembangan pengetahuan,
adanya gap atau kesalahpahaman dalam konsep dan ketrampilan matematis,
rendahnya motivasi (termasuk kurang ketekunan), permasalahan mengingat
kembali informasi dan fakta, kesulitan dalam mengingat dan menggunakan
strategi pemecahan masalah, terbatasnya kosa kata dan rendahnya tingkat
metakognitif (Goos, 2007 : 363).
Beberapa hasil penelitian yang dirangkum Komariah (Puspendik, 2011)
melaporkan bahwa kesulitan siswa dalam belajar matematika antara lain kesulitan
dalam menyelesaikan soal pengukuran, soal pecahan, soal geometri dan
soal-soal cerita yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Karakteristik rendahnya
kemampuan matematis siswa tersebut, juga terjadi di salah satu Sekolah
Menengah Pertama Negeri (SMPN) Sungailiat Bangka. Rata-rata nilai Ujian
Nasional (UN) dari tahun 2009 sampai dengan 2012 dapat dilihat pada tabel
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir
Tabel 1.1
Rata-rata nilai UN Matematika di Salah Satu SMPN Sungailiat
Tahun Rata-rata Nilai UN Matematika Persentase
2009 4,72 -
2010 5,18 9,75 %
2011 5,66 9,27 %
2012 4,95 -12,5 %
Sumber : Data statistik nilai rata-rata UN di salah satu SMPN Sungailiat
Berdasarkan tabel di atas, terlihat rendahnya tingkat kemampuan siswa
dalam matematika. Meskipun terjadi peningkatan rata-rata nilai UN pada tahun
2010 dan 2011, namun peningkatan ini belum memenuhi standar yang diinginkan
pemerintah. Pada tahun 2012 justru terjadi penurunan sebesar 12,5 %. Banyak
faktor yang mungkin menjadi penyebab rendahnya kemampuan matematis siswa
tersebut. Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, pemilihan metode dan
pengembangan model-model pembelajaran yang kurang tepat, tempat kegiatan
belajar yang selalu di dalam kelas dan kurang terlatihnya siswa dengan soal-soal
pemecahan masalah ataupun soal-soal open-ended menjadi faktor-faktor
rendahnya kemampuan matematis siswa. Hasil analisis jawaban siswa terhadap
soal-soal UN (geometri) menunjukkan kemampuan matematis bidang geometri
masih tergolong rendah.
Selain itu, dari hasil analisis ulangan harian yang diperoleh dari guru
matematika menunjukkan bahwa rata-rata ketuntasan belajar siswa kurang dari
75%. Pengalaman penulis selama mengajar, menemukan beberapa kesulitan
siswa ketika diberi soal yang berkaitan dengan pemecahan masalah, antara lain
siswa mengalami kesulitan dalam memahami masalah, membuat kata kunci yang
berkaitan dengan masalah, memvisualisasikan masalah ke dalam bentuk gambar
atau sketsa, kurang teliti dalam proses perhitungan dan jarang sekali mengecek
kembali jawaban. Strategi RAVE CCC merupakan penyelesaian terhadap
masalah-masalah tersebut. Karena itu, melalui penelitian ini penulis memfokuskan
8
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir
melalui strategi RAVE CCC, siswa mempunyai kemampuan pemecahan masalah
dan berpikir logis matematis yang lebih baik, mempunyai sikap positif, serta
menghargai kegunaan matematika dalam kehidupannya.
Berdasarkan uraian di atas, mendorong penulis melakukan penelitian di
SMP dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir
logis matematis siswa menggunakan strategi RAVE CCC sebagai strategi yang
dipilih dalam pembelajaran matematika di kelas VIII pada materi bangun ruang
dengan penelitian berjudul “Penerapan Strategi RAVE CCC untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Logis Matematis Siswa Sekolah
Menengah Pertama ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah
yang akan diteliti dan dikaji lebih lanjut dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
pembelajarannya menggunakan strategi RAVE CCC lebih baik daripada siswa
yang memperoleh pembelajaran biasa?
2. Apakah kemampuan berpikir logis matematis siswa yang pembelajarannya
menggunakan strategi RAVE CCC lebih baik daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa?
3. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
pembelajarannya menggunakan strategi RAVE CCC lebih baik daripada siswa
yang memperoleh pembelajaran biasa ?
4. Apakah peningkatan kemampuan berpikir logis matematis siswa yang
pembelajarannya menggunakan strategi RAVE CCC lebih baik daripada siswa
yang memperoleh pembelajaran biasa?
5. Bagaimanakah sikap siswa setelah menerima pembelajaran yang
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan di atas, maka penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Menelaah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
pembelajarannya menggunakan strategi RAVE CCC dibandingkan dengan
siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.
2. Menelaah kemampuan berpikir logis matematis siswa yang pembelajarannya
menggunakan strategi RAVE CCC dibandingkan dengan siswa yang
mempeoleh pembelajaran biasa.
3. Menelaah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
pembelajarannya menggunakan strategi RAVE CCC dibandingkan dengan
siswa memperoleh pembelajaran biasa.
4. Menelaah peningkatan kemampuan berpikir logis matematis siswa yang
pembelajarannya menggunakan strategi RAVE CCC dibandingkan dengan
siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.
5. Mendeskripsikan sikap siswa setelah menerima pembelajaran matematika
menggunakan strategi RAVE CCC.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian dipandang dari segi teoritis,
praktis dan kebijakan. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Dipandang dari segi teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah
wawasan ilmu pengetahuan tentang strategi-strategi pembelajaran matematika
untuk meningkatkan kemampuan matematis siswa khususnya kemampuan
pemecahan masalah dan berpikir logis. Melalui penelitian ini dapat dikembangkan
strategi baru yang lebih efektif dan pengembangan proses pembelajaran yang
10
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir
2. Manfaat Praktis
Dipandang dari segi praktis, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan
kemampuan matematis siswa khususnya kemampuan pemecahan masalah dan
berpikir logis, menumbuhkan rasa percaya diri dan bersikap positif dalam
menghargai matematika untuk kepentingan hidupnya. Dengan demikian siswa
mempunyai kesiapan mental dalam menghadapi tantangan hidup di masa depan.
3. Manfaat Kebijakan
Dipandang dari segi kebijakan, penelitian ini memberi manfaat kepada guru
dan pengambil kebijakan dalam bidang pendidikan sebagai strategi pembelajaran
alternatif yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran matematika dan
ditetapkan ke dalam kurikulum serta menjadi acuan untuk melakukan penelitian
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan
pemecahan masalah dan berpikir logis matematis siswa SMP dengan strategi
RAVE CCC. Pengukuran kemampuan pemecahan masalah dan berpikir logis
dilakukan melalui pemberian pretes dan postes. Pemberian pretes sebelum
perlakuan, bertujuan untuk mengetahui kesetaraan kemampuan awal kedua
kelompok sampel penelitian, sedangkan postes diberikan pada akhir pembelajaran
bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir kedua kelompok dan kualitas
peningkatannya melalui gain ternormalisasi.
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester
genap tahun pelajaran 2012/2013 salah satu SMPN di Sungailiat. Adapun yang
menjadi pertimbangan dalam pemilihan populasi ini adalah: (1) sekolah tersebut
melaksanakan kurikulum dan peraturan yang berlaku di Indonesia; (2)
Berdasarkan nilai UN, kemampuan siswa pada pelajaran matematika tergolong
pada kategori menengah, sehingga inovasi pembelajaran perlu dilakukan; (3)
Materi yang menjadi kajian penelitian adalah bangun ruang sisi datar yang
berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir logis (berdasarkan
KTSP, materi ini dikelompokkan pada kelas VIII semester II); (3) Karakteristik
dan perkembangan intelektual anak pada siswa kelas VIII, secara umum pada
tahap berpikir semi formal sehingga penerapan strategi RAVE CCC dapat
dilakukan pada siswa kelas VIII; (4) Kemampuan siswa pada setiap kelas relatif
29
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir
Selanjutnya, dari populasi yang tersedia, ditetapkan dua kelas sebagai
sampel penelitian yaitu kelas VIIIB sebagai kelompok eksperimen dan kelas
VIIIC sebagai kelompok kontrol. Kelompok eksperimen mendapatkan
pembelajaran dengan strategi RAVE CCC sedangkan kelompok konrol
mendapaatkan pembelajaran biasa. Penentuan atau pemilihan sampel dilakukan
dengan cara purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012:126). Pemilihan sampel pada penelitian
ini berdasarkan saran dan pertimbangan dari wakil kepala sekolah bidang
kurikulum dan guru matematika kelas VIII di sekolah tersebut. Kedua kelas
memiliki kemampuan yang serupa dan diberikan pembelajaran dengan strategi
yang berbeda. Kelas pertama merupakan kelompok eksperimen yang memperoleh
pembelajaran dengan strategi RAVE CCC, sedangkan kelas kedua merupakan
kelompok kontrol dengan pembelajaran biasa.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian berbentuk kelompok kontrol non-ekivalen. Desain ini
dipilih karena penelitian melibatkan dua kelompok. Kelompok pertama adalah
kelompok yang memperoleh perlakuan dan kelompok kedua tidak mendapat
perlakuan dan subjek tidak dikelompokkan secara acak (Ruseffendi, 2010:50).
Penggunaan desain ini dilakukan dengan pertimbangan untuk mengefektifkan
waktu penelitian supaya tidak membentuk kelas baru yang akan mempengaruhi
proses pembelajaran di sekolah. Desain tersebut diilustrasikan sebagai berikut:
Kelas Eksperimen : O X O
X : Perlakuan pembelajaran dengan strategi RAVE CCC.
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen karena
subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek
apa adanya (Ruseffendi, 2010:52). Dalam penelitian ini, pengelompokan
berdasarkan pertimbangan guru mata pelajaran dan saran wakil kepala sekolah.
D. Definisi Operasional
Penelitian ini mengkaji tentang peningkatan kemampuan pemecahan
masalah dan berpikir logis siswa dalam pembelajaran dengan strategi RAVE CCC
dibandingkan dengan pembelajaran biasa.
Terdapat dua jenis variabel pada penelitian ini, yaitu strategi RAVE CCC
sebagai variabel bebas dan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir logis
matematis sebagai variabel terikat. Untuk menghindari terjadinya perbedaan
penafsiran terhadap istilah-istilah yang akan digunakan pada penelitian, perlu
diberikan definisi operasional sebagai berikut :
1. Strategi RAVE CCC merupakan strategi yang digunakan dalam pembelajaran
matematika melalui singkatan terhadap langkah-langkah pembelajarannya,
yaitu :
a. Guru menyiapkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil dengan
kemampuan yang heterogen.
b. Guru menyiapkan isu atau masalah yang jelas untuk dipecahkan, bila perlu
permasalahan tumbuh dari siswa sendiri.
c. Guru menerapkan strategi RAVE CCC, yaitu :
1) Read the problem carefully.
Mengajak siswa untuk membaca masalah dengan hati-hati, bersama
kelompoknya siswa menuliskan kembali masalah yang dikemukakan
dengan bahasa sendiri.
2) Attend to the key words that may suggest the process to use.
Mengajak siswa untuk menambahkan/merumuskan kata-kata kunci yang
berkaitan dengan masalah berkaitan dengan proses yang akan dilakukan.
31
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir
3) Visualise the problem and perhaps make a skecth or diagram.
Merangsang siswa bersama kelompoknya untuk memvisualisasikan
masalah ke bentuk sketsa atau diagram.
4) Estimate the possible answer.
Siswa dapat menduga jawaban yang mungkin secara langsung, atau
menyusun strategi lainnya untuk menyelesaikan masalah.
5) Choose the numbers to use.
Siswa memilih angka-angka atau data-data yang tersedia untuk digunakan
pada proses perhitungan.
6) Calculate the answer.
Siswa melakukan proses perhitungan berdasarkan angka-angka/data yang
tersedia.
7) Check the answer against your estimate.
Pada tahap terakhir, siswa diharuskan melakukan pemeriksaan terhadap
jawaban yang diperkirakan dan hasil yang diperoleh.
d. Siswa diberi Lembar Aktivitas untuk melatih ketrampilan siswa dalam
menyelesaikan masalah dan menyajikan hasil diskusi dengan penjelasan
logis yang mendukung jawabannya.
e. Setelah siswa mendiskusikan lembar aktivitas, siswa diminta menyajikan
hasil diskusi yang telah diperoleh.
2. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan dalam
menyelesaikan masalah baik berupa soal-soal maupun masalah yang terjadi
dalam kehidupan. Kemampuan ini meliputi:
a. Mengidentifikasi unsur yang diketahui, yang ditanyakan dan kecukupan
unsur yang diperlukan.
b. Merumuskan masalah dan menyusun strategi perhitungan.
c. Menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah.
d. Memeriksa kembali hasil/jawaban dan menjelaskan/menginterpretasikan
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir
3. Kemampuan berpikir logis matematis adalah kemampuan dalam menarik
kesimpulan melalui berpikir induktif (penalaran analogi dan generalisasi) dan
berpikir deduktif (penalaran kondisional dan silogisme).
E. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen yaitu
instrumen tes dan instrumen nontes. Instrumen dalam bentuk tes uraian terdiri dari
enam butir soal masing-masing tiga soal kemampuan pemecahan masalah dan tiga
soal kemampuan berpikir logis. Pemberian tes dilakukan melalui pretes dan postes
untuk mengukur peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir logis
matematis siswa. Untuk mengetahui kualitas peningkatannya melalui gain
ternormalisasi. Selain itu, hasil postes digunakan untuk menggambarkan
pencapaian kemampuan pemecahan masalah dan berpikir logis matematis siswa.
Data yang diperoleh berupa data kuantitatif. Agar penilaiannya objektif,
diperlukan pedoman penyekoran. Pedoman penyekoran untuk kemampuan
pemecahan masalah matematis diadaptasi dari Problem Solving Rubric National
Center for Research on Evaluation, Standards, and Student Testing (CRESST)
33
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir Tabel 3.1: Pedoman Penyekoran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
NO. ASPEK
KEMAMPUAN KRITERIA PENILAIAN SKOR
TOTAL benar tetapi belum lengkap c. Membuat rencana yang
benar tetapi salah dalam
c. Tidak ada jawaban atau jawaban salah
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir
Adapun pedoman penyekoran untuk kemampuan berpikir logis matematis (Saragih, 2011) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 : Pedoman Penyekoran Kemampuan Berpikir Logis Matematis
NO. ASPEK KEMAMPUAN KRITERIA PENILAIAN SKOR
1.
Setelah instrumen selesai, kemudian dilakukan uji coba untuk melihat
kualitas soal yang meliputi uji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat
kesukaran.
Instrumen dalam bentuk non-tes terdiri dari lembar observasi dan skala
sikap. Lembar observasi memuat item-item aktivitas siswa dan guru selama
proses pembelajaran dengan strategi RAVE CCC, dan digunakan untuk melihat
aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung di kelas
eksperimen.
Aktivitas siswa yang diamati pada kegiatan pembelajaran adalah keaktifan
siswa dalam mengajukan dan menjawab pertanyaan, mengemukakan dan
menanggapi pendapat, mengemukakan ide untuk menyelesaikan masalah, bekerja
sama dalam kelompok ketika melakukan kegiatan pembelajaran, menyelesaikan
tugas latihan mandiri, membuat kesimpulan di akhir pembelajaran dan menulis
hal-hal yang relevan dengan pembelajaran. Observasi terhadap aktivitas siswa
dilakukan oleh peneliti dan satu orang guru matematika dengan tujuan untuk
mengetahui kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung.
Aktivitas guru yang diamati meliputi kemampuan guru dalam
melaksanakan pembelajaran dengan strategi RAVE CCC. Tujuannya untuk
35
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir
dapat menjadi lebih baik daripada pembelajaran sebelumnya dan sesuai dengan
skenario yang telah dibuat. Observasi ini dilakukan oleh guru mata pelajaran.
Skala sikap diberikan kepada siswa kelompok eksperimen untuk melihat
bagaimana sikap/pendapat siswa setelah menerima pembelajaran dengan strategi
RAVE CCC. Skala sikap yang digunakan menurut Skala Likert 1-5 terdiri dari 14
pernyataan positif dan 11 pernyataan negatif. Derajat penilaian terhadap suatu
pernyataan tersebut terbagi ke dalam 5 kategori, yaitu: sangat setuju (SS), setuju
(S), Netral (N), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).
Pemberian nilai terhadap skala sikap, dibedakan antara pernyataan yang
bersifat negatif dan pernyataan yang bersifat positif. Untuk pernyataan yang
bersifat positif, pemberian skornya adalah SS (sangat setuju) diberi skor 5, S
(setuju) diberi skor 4, N (netral) diberi skor 3, TS (tidak setuju) diberi skor 2, dan
STS (sangat tidak setuju) diberi skor 1. Untuk pernyataan negatif, pemberian
skornya adalah SS (sangat setuju) diberi skor 1, S (setuju) diberi skor 2, N (netral)
diberi skor 3, TS (tidak setuju) diberi skor 3, dan STS (sangat tidak setuju) diberi
skor 4. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3
Skala Sikap Siswa
Arah Pernyataan SS S N TS STS
Positif atau menyenangkan 5 4 3 2 1
Negatif atau tidak menyenangkan 1 2 3 4 5
F. Proses pengembangan instrumen
Setelah instrumen tes disusun, maka instrumen tersebut perlu diuji coba
untuk memperoleh validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran soal.
Pada bahasan ini akan dipaparkan analisis hasil uji coba soal terhadap 31 orang
siswa kelas IX SMPN 3 di Sungailiat yang diolah menggunakan bantuan
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir
1. Uji Validitas
Soal yang akan diuji, hendaknya memenuhi syarat validitas muka, validitas
isi dan validitas konstruk. Karena itu, pembuatan soal dilakukan dengan meminta
pertimbangan dan saran dari ahli (expert), dosen pembimbing, guru-guru senior
bidang studi matematika serta mahasiswa pascasarjana program studi pendidikan
matematika.
Validitas muka disebut pula validitas bentuk soal (pertanyaan, pernyataan,
suruhan) atau validitas tampilan, yaitu keabsahan susunan kalimat atau kata-kata
dalam soal sehingga jelas pengertiannya atau tidak menimbulkan tafsiran lain
(Suherman.dkk, 2003:106), termasuk juga kejelasan gambar dalam soal. Validitas
isi berarti ketepatan tes tersebut ditinjau dari segi materi yang diajukan, yaitu
materi (bahan) yang dipakai sebagai tes tersebut merupakan sampel yang
representatif dari pengetahuan yang harus dikuasai, termasuk kesesuaian antara
indikator dan butir soal, kesesuaian soal dengan tingkat kemampuan siswa kelas
VIII dan kesesuaian materi dan tujuan yang ingin dicapai, sedangkan validitas
konstruk berkenaan dengan aspek sikap dan kepribadian yang penyusunannya
(kalimat yang dikemukakan) sekali-kali jangan menyinggung emosi responden.
Validitas butir soal dari suatu tes adalah ketepatan alat ukur (tes) dalam
mengukur apa yang seharusnya diukur. Butir soal dikatakan valid apabila
mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total.
Uji validitas butir soal dilakukan dengan menggunakan korelasi item-total
product moment. Langkah-langkah pengujian validitas adalah sebagai berikut:
a. Menghitung koefisien korelasi product moment (r), dalam hal ini r = r
XY,
dengan menggunakan rumus berikut:
37
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir b. Menginterprestasikan derajat validitas berdasarkan kriteria menurut Guillford
(Suherman, 2003:113), dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.4: Klasifikasi Koefisien Validitas
Koefisien Validitas Interpretasi
0,90 ≤ rxy≤ 1,00 Validitas Sangat Tinggi (sangat baik) 0,70 ≤rxy < 0,90 Validitas Tinggi (baik)
0,40 ≤ rxy < 0,70 Validitas Cukup (cukup) 0,20 ≤ rxy <0,40 Validitas Rendah (kurang)
0,00 ≤ rxy < 0,20 Validitas Sangat rendah
rxy < 0,00 Tidak Valid
c. Untuk mengetahui apakah butir soal tersebut valid atau tidak, maka
dilanjutkan dengan uji t, rumusnya adalah :
√ √
(
Sundayana, 2010:61)Keterangan : r : koefisien korelasi hasil r hitung
n : jumlah subjek
d. Membandingkan thitung dengan ttabel = (dk = n-2)
e. Membuat kesimpulan dengan kriteria pengujian sebagai berikut :
- Jika thitung > ttabel berarti valid
- Jika thitung < ttabel berarti tidak valid
Secara rinci, rekapitulasi uji validitas kemampuan pemecahan masalah dan
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas Butir Soal
Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Logis Matematis
Kemampuan No.Soal r thitung
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil uji validitas untuk soal
pemecahan masalah dan berpikir logis matematis memenuhi kriteria validitas
sehingga dapat disimpulkan bahwa soal-soal tersebut cukup valid dan dapat
digunakan untuk tes selanjutnya sebagai pretes maupun postes dalam penelitian.
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas suatu alat ukur dimaksudkan sebagai suatu alat yang
memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg) (Suherman, 2003:131).
Karena tes yang digunakan berbentuk uraian, maka untuk menghitung koefisien
reliabilitasnya menggunakan rumus Cronbach’s Alpha. Rumusnya adalah:
∑ (Suherman, 2003:154)
dirumuskan (Suherman, 2003):
39
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir
Tolok ukur untuk menginterprestasikan derajat reliabilitas, dapat digunakan
tolok ukur menurut Guillford (Suherman, 2003:139). Dalam hal ini, r diartikan 11
sebagai koefisien reliabilitas.
Tabel 3.6
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas Derajat Reliabilitas
r11 < 0,20 Sangat Rendah
0,20 ≤ r < 0,40 11 Rendah
0,40 ≤ r < 0,70 11 Sedang
0,70 ≤ r < 0,90 11 Tinggi
0,90 < r 11 ≤ 1,00 Sangat Tinggi
Rekapitulasi hasil perhitungan uji reliabilitas kemampuan pemecahan
masalah dan berpikir logis matematis dapat dilihat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7
Hasil Uji Reliabilitas Butir Soal
Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Logis Matematis
Kemampuan rhitung Derajat Reliabilitas Kriteria
Pemecahan
Masalah 0,55 Sedang Reliabel
Berpikir
Logis 0,48 Sedang Reliabel
Hasil analisis menunjukkan bahwa soal kemampuan pemecahan masalah
dan berpikir logis matematis memenuhi kriteria untuk digunakan dalam penelitian
yaitu reliabel dengan kategori sedang untuk soal pemecahan masalah dan berpikir
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir
3. Uji Daya Pembeda Soal
“Daya pembeda atau indeks diskriminasi adalah korelasi antara skor jawaban terhadap sebuah butiran soal dengan skor jawaban seluruh soal”
(Ruseffendi, 1991:199). Menurut Suherman (2003), daya pembeda (DP) dari
sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut
mampu membedakan antara testi yang dapat menjawab dengan benar dan testi
yang tidak dapat menjawab soal tersebut (jawaban salah).
Daya pembeda suatu butir soal, dapat dihitung menggunakan rumus
berikut:
(Sundayana, 2010:77)
Keterangan :
= daya pembeda
= jumlah skor kelompok atas
= jumlah skor kelompok bawah
= jumlah skor ideal kelompok atas
Selanjutnya, hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasikan
berdasarkan klasifikasi dalam Suherman (2003:161) sebagai berikut:
Tabel 3.8
Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda
Indeks DP Interpretasi
0,70< DP ≤ 1,0 Sangat baik 0,40< DP ≤ 0,70 Baik 0,20< DP ≤ 0,40 Cukup
0,00<DP ≤ 0,20 Jelek
DP ≤ 0,00 Sangat Jelek
Hasil rekapitulasi daya pembeda soal kemampuan pemecahan masalah dan
41
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir
Tabel 3.9
Hasil Uji Daya Pembeda Soal
Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Logis Matematis
Kemampuan Nomor
pemecahan masalah dan berpikir logis matematis memiliki interpretasi cukup dan
baik, artinya soal-soal tersebut dapat digunakan untuk membedakan tingkat
kemampuan pemecahan masalah dan berpikir logis matematis siswa kelompok
tinggi, sedang dan rendah.
4. Uji Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran adalah seberapa besar derajat kesukaran atau taraf
kesukaran suatu butir soal (mudah, sedang atau sukar) dalam suatu tes bagi
peserta tes. Tingkat Kesukaran (TK) dapat dihitung dengan rumus :
(Sundayana, 2010:77)
Keterangan : TK = Tingkat Kesukaran
= jumlah skor kelompok atas
= jumlah skor kelompok bawah
= jumlah skor ideal kelompok atas
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir
Adapun klasifikasi Tingkat Kesukaran menurut Suherman adalah sebagai berikut:
Tabel 3.10
Hasil rekapitulasi Tingkat Kesukaran soal kemampuan pemecahan
masalah dan berpikir logis matematis dapat dilihat pada Tabel 3.11.
Tabel 3.11
Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal
Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Logis Matematis
Kemampuan Nomor
Data pada Tabel 3.11 menunjukkan bahwa TK soal-soal tersebut termasuk
kategori sedang dan sukar. Terdapat lima soal dengan kategori sedang dan satu
soal sukar. Karena kemampuan matematis siswa yang diukur adalah kemampuan
pemecahan masalah dan berpikir logis, maka soal-soal tersebut dapat digunakan
43
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir
5. Rekapitulasi Analisis Hasil Ujicoba Tes Pemecahan Masalah dan Berpikir
Logis Matematis
Berikut ini disajikan rekapitulasi analisis hasil uji coba tes kemampuan
pemecahan masalah dan berpikir logis matematis :
Tabel 3.12
Rekapitulasi Analisis Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Logis Matematis
Kemampuan No.
Soal
Validitas Reliabilitas DP TK Keputusan
Pemecahan
diterima tetapi perlu diperbaiki. Perbaikan dilakukan terhadap redaksi bahasa soal
sehingga lebih mudah dipahami siswa atau perubahan angka-angka yang
digunakan. Dengan demikian, keenam soal dapat digunakan untuk mengukur
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir
Uji validitas muka skala sikap dilakukan dengan meminta pertimbangan
dosen pembimbing, guru Bahasa Indonesia (sekaligus mahasiswa S2) dan 3 orang
siswa SMP.
G. Teknik Pengumpulan Data
Data diperlukan untuk melakukan proses analisis statistik induktif terhadap
hipotesis penelitian. Proses pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara sensus
atau sampling (Sudjana, 2005:8). Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh
dalam usaha mengumpulkan data menurut Sudjana antara lain :
1. Mengadakan penelitian langsung ke lapangan atau di laboratorium
terhadap obyek yang diteliti. Hasilnya dicatat kemudian dianalisis.
2. Mengambil atau menggunakan sebagian atau seluruhnya dari sekumpulan
data yang telah dicatat atau dilaporkan oleh badan atau orang lain.
3. Menggunakan angket, yaitu cara pengumpulan data dengan menggunakan
daftar isian atau daftar pertanyaan.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan secara langsung
dengan melakukan eksperimen (kuasi eksperimen) terhadap subjek penelitian.
Alat pengumpulan data melalui tes tertulis berbentuk uraian yang diberikan
sebagai pretes dan postes. Tes tipe uraian bertujuan untuk melihat sejauh mana
kemampuan siswa dalam menguasai materi beserta sifat kreatif yang sebenarnya
(Ruseffendi, 2010:118). Selain itu digunakan alat pengumpulan data non-tes
(angket) berupa skala sikap untuk mengetahui sikap/pendapat siswa setelah
pembelajaran.
Pengumpulan data dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan penelitian
dari tanggal 8 April s.d 4 Mei 2013.
H. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara statistik induktif terhadap data pretes dan
postes, serta statistik deskriptif terhadap hasil data skala sikap dan lembar
observasi. Analisis bertujuan untuk menjawab rumusan masalah penelitian yaitu
untuk mengetahui pencapaian dan kualitas peningkatan kemampuan pemecahan
45
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir
Selanjutnya, untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah
dan berpikir logis matematis kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok
kontrol, analisis dilakukan terhadap rata-rata skor postes kedua kelompok.
Adapun untuk melihat kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan
berpikir logis kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol,
analisis dilakukan terhadap rata-rata gain ternormalisasi kedua kelompok.
Tahap-tahap pengolahan data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Memberikan skor jawaban siswa berdasarkan kunci jawaban dan pedoman
penyekoran yang telah disetujui.
2. Membuat tabel skor hasil tes baik pretes, postes dan gain ternormalisasi siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3. Menghitung rataan skor tes tiap kelompok.
4. Menghitung deviasi standar untuk mengetahui penyebaran kelompok dan
menunjukkan tingkat variansi kelompok data.
5. Membandingkan skor pretes dan postes untuk mencari peningkatan (gain)
yang terjadi sesudah pembelajaran pada masing-masing kelompok.
Selanjutnya menghitung nilai gain ternormalisasi (N-Gain) untuk melihat
mutu peningkatan dengan rumus gain ternormalisasi (Meltzer dan David,
2002), yaitu:
Gain ternomalisasi (g) =
Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan berdasarkan klasifikasi
yang dikemukakan oleh Hake (1999) sebagai berikut:
Tabel 3.13 Kriteria N-Gain
N-Gain Interpretasi Tinggi 0,3 Sedang
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir
6. Menentukan pencapaian kemampuan pemecahan masalah dan berpikir logis
matematis siswa dengan membandingkan rata-rata skor postes dan simpangan
baku antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
7. Menetapkan tingkat kesalahan atau tingkat signifikansi yaitu 5% ( )
dan melakukan uji hipotesis
Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
yaitu uji normalitas dan homogenitas data terhadap skor pretes, postes dan
N-Gain. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji homogenitas varians kelompok
eksperimen dan kontrol bertujuan untuk mengetahui apakah varians kedua
kelompok sama atau berbeda.
Apabila data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan
mempunyai varians yang homogen, maka analisis dilanjutkan dengan uji
parametrik (uji t). Tetapi apabila data berasal dari populasi yang berdistribusi
normal dan tidak homogen, analisis dilanjutkan dengan uji . Apabila data
berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal, analisis selanjutnya
menggunakan uji non-parametrik. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan bantuan Microsoft Excell 2007 dan software PASW Statistics 18.
Selanjutnya, uji normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors
(Kolmogorov-Smirnov) atau uji Saphiro Wilk dengan rumusan hipotesisnya
adalah :
H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data tidak berdistribusi normal
Dengan kriteria: tolak H0 jika Signifikansi < taraf signifikansi ( , dan
sebaliknya terima H0 jika Signifikansi > taraf signifikansi ( .
Adapun untuk uji homogenitas varians skor peretes dan postes kelompok
eksperimen dan kontrol, PASW Statistic 18 menyediakan uji Levene’s dengan
rumusan hipotesis yang akan diuji adalah:
H0 : : Varians populasi skor kedua kelompok homogen.
H1 : : Varians populasi skor kedua kelompok tidak
47
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir
Keterangan:
= Varians skor kelompok eksperimen
= Varians skor kelompok kontrol
Kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika Sig. Based on Mean > taraf
signifikansi ( dan sebaliknya tolak H0 jika Sig. Based on Mean < taraf
signifikansi ( .
Setelah uji asumsi selesai, kemudian dilanjutkan dengan uji perbedaan
untuk menguji hipotesis penelitian. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan :
a) Jika sebaran data normal dan homogen maka pengujian selanjutnya untuk
menguji hipotesis digunakan uji-t dengan taraf signifikan .
b) Jika ada data yang diperoleh dalam penelitian ini tidak berdistribusi normal
salah satu kelompok atau kedua kelompok maka pengujiannya menggunakan
uji non parametrik yaitu uji Mann-Whitney U.
c) Jika ada data yang diperoleh dalam penelitian ini berdistribusi normal tetapi
tidak homogen salah satu kelompok, maka pengujiannya menggunakan uji- .
Data skala sikap pada penelitian ini dianalisis secara deskriptif dengan
tahap-tahap sebagai berikut :
a) Membuat tabel hasil respon skala sikap siswa, menentukan frekuensi jawaban
SS, S, N, TS, STS.
b) Menghitung rata-rata skor sikap untuk tiap-tiap butir kemudian
membandingkannya dengan skor netral. Skor netral pada penelitian ini adalah
sebesar 3,00.
Rata-rata skor tiap butir soal ( dihitung dengan rumus :
(Diadaptasi dari Ruseffendi, 2010:137)
c) Tingkat persetujuan sikap siswa secara keseluruhan terhadap pembelajaran
yang diberikan, dapat dihitung dengan rumus :
Tingkat Persetujuan =
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir
Keterangan :
SMI = Skor maksimal ideal
N = banyak butir soal
R = banyak responden
Adapun prosedur analisis data tes dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1
Diagram Alur Analisis Data Penelitian
Uji Nonparametrik
(Uji Mann-Whitney)
Uji Normalitas
Normal?
Normal Tidak
Homogen ?
Data Pretes, Postes, N-Gain
Homogen
Uji t Uji Homogenitas
Kesimpulan Tidak
75
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang telah
diuraikan pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
pembelajarannya menggunakan strategi RAVE CCC lebih baik daripada
siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.
2. Pencapaian kemampuan berpikir logis matematis siswa yang
pembelajarannya menggunakan strategi RAVE CCC lebih baik daripada
siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.
3. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
pembelajarannya menggunakan strategi RAVE CCC lebih baik daripada
siswa yang memperoleh pembelajaran biasa dengan kategori peningkatan
“sedang”.
4. Peningkatan kemampuan berpikir logis matematis siswa yang
pembelajarannya menggunakan strategi RAVE CCC lebih baik daripada
siswa yang memperoleh pembelajaran biasa dengan kategori peningkatan
“sedang”.
5. Sikap siswa menunjukkan tingkat persetujuan yang positif terhadap strategi
pembelajaran RAVE CCC.
B. Implikasi dan Saran
1. Implikasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak pembelajaran dengan strategi
RAVE CCC dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan
berpikir logis matematis siswa, karena itu strategi ini layak diterapkan
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir
2. Saran
a. Perlu dikembangkan oleh pihak sekolah melalui Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) Matematika, soal-soal yang berkaitan dengan kemampuan
pemecahan masalah dan berpikir logis agar siswa terbiasa mengerjakan
soal-soal tersebut sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
dan berpikir logis matematis siswa.
b. Hendaknya guru membiasakan diri untuk memberi penguatan positif terhadap
prestasi yang telah dicapai siswa dalam pembelajaran,.
c. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan kemampuan pemecahan
masalah dan berpikir logis matematis siswa pada kategori “sedang”, maka
diharapkan untuk penelitian selanjutnya agar membuat bahan ajar yang lebih
optimal.
d. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan penggunaan model pembelajaran
yang lebih menarik, bahkan bila perlu menggunakan bantuan multimedia
76
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir
DAFTAR PUSTAKA
Acces Center. (2006). Using Mnemonic Instruction To Teach Math. [on line] tersedia http://www.k8accesscenter.org
Association of American College and Universities ( AACU). Problem Solving
Value Rubric. [online] tersedia value@aacu.org
Arikunto, S. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Barrody, A.J. (1993). Problem Solving Reasoning and Communicating. K-8
Helping Children Think Mathematically. New York; Machmillan
Publishing. Company
Bell, H.F. (1978). Teaching and Learning Mathematics (In Secondary Schools). USA: University of Pittsburgh
Dahar, R.W.(2011). Teori-teori Belajar & Pembelajaran . Jakarta: Erlangga
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 22 tentang Standar Isi. Bandung: Nuansa Aulia
Fatimah, S. (2007). Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan
Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama. Bandung: Tesis UPI
Foong, P.Y. (2012). Teaching via Problem Solving. Makalah Seminar Pendidikan
Matematika tanggal 3-6 Nopember 2012. PPS UPI
_______________. The Roles of Problem Solving. Makalah Seminar Pendidikan
Matematika tanggal 3-6 Nopember 2012. PPS UPI
_________ (2011). The Role of Problem to Enhance Pedagogical Practise in the
Singapore Mathematics Classroom. Jurnal dalam The Mathematics Educator. Edisi 6 Volume 2.halaman 15-31 [online] diakses tanggal 6
Nopember 2012.
Eflina , 2013
Penerapan Strategi Rave Ccc Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir
Goos, M, Stillman,G & Vale,C. (2007). Teaching Secondary School Mathematics
(Research and practise for the 21st century). Singapore: CMO Image
Printing
Hidayat, dkk. (2010). Teori, Paradigma, Prinsip, dan Pendekatan Pembelajaran
MIPA. Bandung: FPMIPA UPI
Ibrahim. (2011). Peningkatan Kemampuan Komunikasi, Penalaran dan
Pemecahan Masalah Matematis serta Kecerdasan Emosional melalui Pembelajaran Berbasis Masalah pada Siswa SMA. Disertasi PPs UPI.
Bandung: tidak diterbitkan
Krulik,S. 1980. Problem Solving in School Mathematics. Virginia:NCTM.
Lazear, D. (2004). Higher-Order Thinking the Multiple Intelligences Way. Chicago: Zephyr Press
Meltzer, DE. (2002). The Relationship between Mathematics Preparation and
Conseptual Learning Gain in Phisics. American Journal of Phisics
[online]. Tersedia pada: www.phisics.iastate.edu/per/docs/AJP-Des-2002. Vol.70(12).1259-1268.pdf. [Maret 2009]
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). (2000). Principles and
Standards for School Mathematics. USA: NCTM
Polya,G. (1973). How to Solve It (a new aspect of mathematical method). New Jersey: Princeton University Press
Programme for International Student Assessment (PISA). (2009). PISA 2009 Plus
Results Performance of 15-years-olds in reading, mathematics and science for 10 additional participants. [Online]. Tersedia: http://nces.ed.gov/surveys/pisa. Diakses 5 Oktober 2012
Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional. (2011). Pedoman Kesulitan Belajar Siswa Sekolah
Menengah Pertama (SMP). Jakarta: Balitbang Kemendiknas
Ruseffendi, E.T. (2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang
Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito
Santoso,S. (2010). Mastering SPSS 18. Jakarta: P.T Elex Media Komputindo
Saragih, Sehatta. (2011). Penerapan Pendekatan Pembelajaran Matematika