i
ABSTRAK
Jepri Kerenda P, NIM. 2103351012. PATUNG PERPADANEN SEBAYANG MERGANA RAJA LAMBING DAN RAJA ENGGANG DI DESA GUNUNG KECAMATAN TIGABINANGA DI TINJAU DARI BENTUK FUNGSI DAN MAKNA SIMBOLIK, Skripsi, Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan seni, Universitas Negeri Medan, 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk fungsi dan makna simbolik patung Perpadanen Sebayang mergana Raja Lambing dan Raja Enggang. Untuk memperoleh data mengenai analisis bentuk fungsi dan makna simbolik patung dilakukan pengumpulan data melalui instrument penelitian, observasi, dokumentasi dan wawancara dengan jumlah populasi penelitian 2 buah patung mejan. Subjek dari penelitian ini adalah patung Perpadanen Sebayang Mergana
Raja Lambing dan Raja Enggang yang ada di desa Gunung Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa patung Perpadanen Sebayang mergana Raja Lambing dan Raja Enggang merupakan patung persatuan marga Sebayang dan Pinem. Patung ini terdapat pada pintu masuk desa Gunung. Bentuk patung
Perpadanen Sebayang mergana Raja Lambing dan Raja Enggang tidak sesuai dengan teori pembuatan patung (figur) yang dikemukakan oleh Vitruvius. Proporsi patung tidak proposional yakni ±6 x ukuran kepala tidak sesuai 8 x ukuran kepala. Elemen Visual patung Perpadanen Sebayang Mergana Raja Lambing dan Raja Enggang memiliki ruang yang nyata, berwujud tiga dimensi dan memiliki karakter yang menggambarkan karakter seorang Raja yang berdiri tegak dan juga sebagai pusat perhatian pada bentuk-bentuk pakaian, badan dan persentajataan seperti halnya tongkat Tunggal Penaluun dan pisau Tumbuk Lada penempatannya pada keadaan alami materialnya secara alami telah memberikan respons bentuk-bentuk motifnya. Tetapi bentuk tongkat Tunggal Penaluunnya tidak seperti tongkat Tunggal Penaluun yang asli
Patung Perpadanen Sebayang mergana Raja Lambing dan Raja Enggang berfungsi untuk mempersatukan tali persaudaraan keturunan Raja Lambing (marga Sebayang) dan Raja Enggang (marga Pinem). Patung Perpadanen
Sebayang mergana Raja Lambing dan Raja Enggang mengandung
makna simbolik yaitu sebagai simbol asal marga Sebayang dan Pinem, Maksudnya adalah keturunan Raja Lambing adalah marga Sebayang sedangkan keturunan Raja Enggang adalah marga Pinem.
Kata Kunci : Bentuk, fungsi dan makna Simbolik Patung Perpadanen Sebayang
i
C. Bentuk Anatomi Proporsi Patung ... 26
D. Elemen Visual Patung ... 34
E. Fungsi Patung ... 42
F. Makna Simbolik Patung ... 45
G. Kerangka Konseptual ... 48
H. Eksistensi Perpadanen Sebayang Mergana Raja Lambing dan Raja Enggang ... 50
F. Bagan Langkah-langkah Penelitian ... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Visual ... 58
B. Data Simbolik ... 58
ii
D. Sejarah Patung Perpadanen Sebayang mergana Raja Lambing
dan Raja Enggang ... 62
E. Temuan Penelitian ... 72
a. Bentuk Elemen Visual Patung ... 84
b. Fungsi Patung ... 89
c. Makna Simbolik ... 90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 94
B. Saran ... 96
DAFTAR PUSTAKA ... 97
i
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1. Sculpture of Bamboo Garden ... 12
2. Gambar 2. Statue of Liberty ... 14
3. Gambar 3. Patung Ganesa ... 15
4. Gambar 4. Patung Pemuda Membangun ... 17
5. Gambar 5. Patung Ismail Marzuki ... 18
6. Gambar 6. Equestrian Statue of Bertrand du guesclin caen ... 19
7. Gambar 7. Relief Candi Borobudur Jataka dan awadana ... 22
8. Gambar 8. Mobile atau Kinetik Sculpture Karya Victory vasarely di Pecs Hugaria ... 23
9. Gambar 9. Patung torso karya Graham Anderton ... 24
10. Gambar 10. Patung Jendral Sudirman ... 25
11. Gambar 11. proporsi manusia ideal (sumber: simple institute of commersial art) ... 26
12. Gambar 12. proporsi manusia menurut umur ... 27
13. Gambar 13. Proporsi bagian-bagian tubuh ... 27
14. Gambar 14. Ideal Human Proportion ... 28
15. Gambar 15. Tampak depan patung perpadanen Sebayang mergana Raja Lambing dan Raja Enggang ... 30
16. Gambar 16. Tampak belakang patung perpadanen Sebayang mergana Raja Lambing dan Raja Enggang ... 31
17. Gambar 17. Tampak samping kanan patung perpadanen Sebayang mergana Raja Lambing dan Raja Enggang ... 31
18. Gambar 18. Tampak samping kiri patung perpadanen Sebayang mergana Raja Lambing dan Raja Enggang ... 32
19. Gambar 19. Tampak samping patung perpadanen Sebayang mergana Raja Lambing dan Raja Enggang ... 32
20. Gambar 20. Tampak Depan Patung perpadanen sebayang mergana Raja Lambing dan Raja Enggang ... 71
21. Gambar 21. Proporsi Patung perpadanen sebayang mergana Raja Lambing dan Raja Enggang ... 74
22. Gambar 22. Tinggi Patung perpadanen sebayang mergana Raja Lambing dan Raja Enggang ... 75
23. Gambar 23. Proporsi kepala patung Raja Lambing ... 76
24. Gambar 24. Proporsi kepala patung Raja Enggang ... 77
25. Gambar 25. Proporsi badan patung Raja Lambing dan Raja Enggang ... 79
26. Gambar 26. Proporsi tangan patung Raja Lambing ... 80
27. Gambar 24. Proporsi tangan patung Raja Enggang ... 80
i
DAFTAR LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kabupaten Karo terbentang di dataran tinggi sekitar Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak, serta dataran tinggi Bukit Barisan, kabupaten Karo terletak ±60 Km dari Kota Medan, tetangga terdekat Kabupaten Karo adalah Kabupaten Dairi. Masyarakat suku Karo yang memiliki 5 merga ini pun berpenduduk di Dairi, adapun marga/merga suku karo yaitu Karo-Karo, Tarigan, Ginting, Sembiring dan Perangin-Angin.
Menurut Prinst, (2000:36) “Merga adalah nama keluarga bagi seseorang
dari nama keluarga (merga) ayahnya. Untuk anak perempuan disebut beru, bagi anak laki-laki merga ini akan diwariskan secara turun-temurun.”.
Suku Karo masih terkenal dengan adanya tradisi-trasidi peninggalan leluhur dan upacara-upacara adat yang berhubungan dengan siklus hidup manusia, seperti upacara kelahiran, perkawinan dan upacara yang berhubungan dengan kematian. Selain itu tradisi sedekah bumi, bersih desa dan sejenisnya juga masih dilakukan setiap tahun. Kesenian yang disukai oleh suku Karo ini adalah kesenian daerah seperti tradisi, adat istiadat dan pesta tahunan yang merupakan hasil kebudayaan yang dianut secara turun-temurun dari generasi ke generasi, seperti di kecamatan Tigabinanga daerah Desa Gunung.
2
Desa Gunung memiliki luas wilayah 300 Ha atau 3 Km² dengan perincian sebagai berikut :
Desa Gunung masuk dalam wilayah Kecamatan Tigabinaga Kabupaten Karo, terletak sekitar 3 Km dari kantor Camat Tigabinanga, dengan batas- batas sebagai berikut :
Sebelah utara berbatas dengan Desa Kelurahan Tigabinanga
Sebelah selatan berbatas dengan Desa Perlamben/ Simpang Pergendangen
Sebelah timur berbatasan dengan Desa Pergendangen/ Dusun Simpang
Pergendangen.
Sebelah barat berbatasan dengan Desa Lau Kapur
3
adat tersebut dibangun oleh keturunan Marga Sebayang, bahan dari atap rumah adat tersebut tidak mencukupi, jadi keturunan marga Pinem di desa Gunung mengambil ijuk dari Desa Tanah Pinem dan ikut membantu membuat atap rumah adat dari ijuk. Jadi, berdirinya Patung tersebut disebabkan karena persetujuan kepunyaan Rumah adat milik bersama yaitu Perpadanen Marga Sebayang dan
Marga Pinem.
Patung Raja Lambing dan Raja Enggang dibangun oleh masyarakat Desa Gunung dengan bentuk anatomi tubuhnya yang kurang sesuai dengan anatomi manusia sebenarnya. Jika dilihat anatomi tubuhnya pendek, sedangkan tubuh pada zaman dulu biasanya tinggi. Kekurang sesuaiannya bentuk anatomi adalah persoalan atau masalah. Selain itu masih banyak element visual patung yang belum diketahui. Adapun tongkat Tunggal Penaluun Raja Lambing dan Raja Enggang tidak menunjukkan tongkat Tunggal Penaluun yang sesungguhnya, melainkan seperti tongkat biasa. Sehingga fungsi serta makna simbolik menjadi sulit diketahui dan dipahami. Fungsi Patung Raja Lambing dan Raja Enggang sudah tidak lagi bayak yang mengetahuinya, terutama masyarakat kaum muda. Karena Berkurangnya pengetahuan masyarakat Karo dan Desa Gunung tentang bentuk, elemen visual, fungsi dan makna simbolik yang terkandung pada Patung Raja Lambing dan Raja Enggang. Mengingat Patung Perpadanen Sebayang
4
Berkaitan dengan uraian diatas timbullah keinginan penulis untuk melakukan penelitian tentang “Analisis Patung Perpadanen Sebayang Mergana Raja Lambing Dan Raja Enggang Di Desa Gunung Kecamatan
Tigabinanga Kabupaten Karo Di Tinjau Dari Bentuk, Fungsi dan Makna
simbolik”.
A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah :
1. Bagaimana bentuk Patung perpadanen Sebayang mergana Raja Lambing dan Raja Enggang di Desa Gunung kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo ?
2. Bagaimana Elemen Visual Patung perpadanen Sebayang mergana Raja Lambing dan Raja Enggang di Desa Gunung kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo ? 3. Apa Fungsi Patung perpadanen Sebayang mergana Raja Lambing dan Raja
Enggang di Desa Gunung kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo ?
4. Apa Makna Simbolik Patung perpadanen Sebayang mergana Raja Lambing dan Raja Enggang di Desa Gunung kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo ?
B. Pembatasan Masalah
Melihat banyaknya identifikasi masalah di atas, maka masalah-masalah di atas perlu dibatasi untuk menghindari banyaknya penafsiran pada masalah, yakni : 1. Bentuk Patung perpadanen Sebayang mergana Raja Lambing dan Raja
5
2. Bagaimana Elemen Visual Patung perpadanen Sebayang mergana Raja Lambing dan Raja Enggang di Desa Gunung kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo ?
3. Apa Fungsi Patung perpadanen Sebayang mergana Raja Lambing dan Raja Enggang di Desa Gunung kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo.
4. Apa Makna Simbolik Patung perpadanen Sebayang mergana Raja Lambing dan Raja Enggang di Desa Gunung kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo ?
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang terdahulu, penulis merasa perlu merumuskan masalah untuk memperoleh jawaban terhadap masalah dan penelitian ini terarah dengan baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto (2006: 24) yang menyatakan bahwa: “Agar penelitian dapat dilaksanakan sebaik – baiknya, maka penulis harus
merumuskan masalahnya sehingga jelas darimana harus memulai, kemana harus pergi dan dengan apa.”
Dengan demikian, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimanakah bentuk Patung perpadanen Sebayang mergana Raja Lambing dan Raja Enggang di Desa Gunung kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo? 2. Bagaimana Elemen Visual Patung perpadanen Sebayang mergana Raja
6
3. Apa Fungsi Patung perpadanen Sebayang mergana Raja Lambing dan Raja Enggang di Desa Gunung kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo?
4. Apa Makna Simbolik Patung perpadanen Sebayang mergana Raja Lambing dan Raja Enggang di Desa Gunung kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo ?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian haruslah jelas dan terarah. Hal ini dimaksudkan supaya penelitian yang dilakukan tidak menyimpang dari hasil yang diinginkan. Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bentuk Patung perpadanen Sebayang mergana Raja Lambing dan Raja Enggang di Desa Gunung kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo.
2. Untuk mengetahui fungsi Patung perpadanen Sebayang mergana Raja Lambing dan Raja Enggang di Desa Gunung kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo.
3. Untuk mengetahui bagaimana Elemen Visual Patung perpadanen Sebayang
mergana Raja Lambing dan Raja Enggang di Desa Gunung kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo ?
4. Untuk mengetahui apa Makna Simbolik Patung perpadanen Sebayang
7
E. Manfaat Penelitian
Sebuah penelitian haruslah memberikan manfaat, baik bagi peneliti itu sendiri, orang lain, masyarakat, maupaun lembaga-lembaga instansi yang terkait. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Melalui penelitian ini diharapkan dapat di ketahui bentuk, fungsi, elemen visual Patung perpadanen Sebayang mergana Raja Lambing dan Raja Enggang, dan makna simboliknya.
2. Sebagai bahan informasi dan ilmu pengetahuan bagi pembaca untuk mengetahui salah satu karya seni yang berasal dari daerah suku Karo.
3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang bermaksud mengadakan penelitian yang berhubungan dengan patung perpadanen Sebayang mergana
Raja Lambing dan Raja Enggang.
4. Sebagai penambah perbendaharaan perpustakaan Universitas Negeri Medan khususnya jurusan pendidikan seni rupa fakultas bahasa dan seni.
5. Sebagai bahan referensi bagi lembaga-lembaga yang terkait dalam pengembangan budaya di kabupaten Karo, khususnya lembaga pendidikan dan pariwisata.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkakn analisis dan hasil penelitian yang telah ditemukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Bentuk patung Perpadanen Sebayang Mergana Raja Lambing dan Raja Enggang yang berada di desa Gunung tidak sesuai dengan teori pembuatan patung (figur) yang dikemukakan oleh Vitruvius. Proporsi patung
Perpadanen Sebayang Mergana Raja Lambing dan Raja Enggang di desa Gunung kecamatan Tigabinanga Kabupaten karo tidak proposional yakni ±6 x ukuran kepala tidak sesuai 8 x ukuran kepala. Kesalahan proporsi pada patung di sebabkan oleh 3 faktor yakni:
a. Patung tersebut dikerjakan oleh beberapa orang yang memiliki kemampuan dan latar belakang pendidikan yang berbeda;
b. Kurangnya konsultasi dengan ahli patung.
Arti patung perpadanen Sebayang Mergana Raja Lambing dan Raja Enggang adalah persatuan marga Sebayang dan marga Pinem, pembangunan patung merupakan keinginan bersama yaitu keturunan Raja Lambing dan Raja Enggang.
2. Elemen Visual patung Perpadanen Sebayang Mergana Raja Lambing dan Raja Enggang memiliki ruang yang nyata, berwujud tiga dimensi dan memiliki karakter yang menggambarkan karakter seorang Raja yang
berdiri tegak dan juga sebagai pusat perhatian pada bentuk-bentuk pakaian, badan dan persentajataan seperti halnya tongkat Tunggal Penaluun dan pisau Tumbuk Lada penempatannya pada keadaan alami materialnya secara alami telah memberikan respons bentuk-bentuk motifnya. Dalam penikmatannya ruang dalam karya patung Perpadanen
Sebayang Mergana Raja Lambing dan Raja Enggang dapat dipandang dari segala arah secara visual dengan indera peraba. Penonjolan dalam wujud dan penampilannya, yakni berupa penonjolan tampilan bentuk manusia bahkan secara realis.
3. Fungsi patung perpadanen Sebayang Mergana Raja Lambing dan Raja Enggang dibangun di gerbang desa yang berfungsi sebagai keindahan, peringatan, dan mempersatukan tali persaudaraan antara keturunan Raja Lambing yaitu marga Sebayang dan keturunan Raja Enggang yaitu Pinem. 4. Makna simbolik Patung Perpadanaen Sebayang mergana Raja Lambing
B. Saran
Manusia tidak ada yang sempurna, dalam penelitian ini peneliti bukan berarti mencari kesalahan dalam pembuatan karya seni. Namun memberikan saran dan masukan sekiranya dalam pembuatan patung ataupun karya seni rupa lain, kedepannya para seniman lebih memperhatikan aturan penciptaan yang dapat menambah nilai lebih. Maka berdasarkan hasil penelitian penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Disarankan kepada pematung agar lebih memahami aturan dalam pembangunan patung.
2. Disarankan kepada masyarakat, wisatawan untuk mengambil makna positif, apabila ada kesalahan proporsi pada patung agar tidak menjadi bahan ejekan dari hasil karya patung tersebut
3. Disarankan kepada Masyarakat desa Gunung agar mempertimbangkan waktu yang diberikan kepada seniman dalam pembuatan karya seni berikutnya agar hasilnya lebih memuaskan.
4. Disarankan kepada pemerintah kabupaten Karo agar memberikan atau mengingatkan seniman tentang aturan proporsi dalam pembuatan patung yang bernilai seni.
1
DAFTAR PUSTAKA
Abdallah, 2015. Sculpture. Diakses pada tanggal 24 Desember 2015. http://wwwacademia .edu/5387893/sculpture-s54
Akbar, 2012 pada situs http://eprints.uny.ac.id/9271/3/bab%202-06206241029.pdf. Diakses pada tanggal 20 September 2014.
A Putra. (2006).Pengertian Analisis.
Arikunto, Suharsimi. 2000. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
...1996. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Andrew, 2006. equestrian statue. Diakses pada tanggal 22 Desember 2014. Perkembangan Seni Lukis Bali, Tesis, universitas Udayana: Program Studi Magister Kajian Budaya Anthropological Study of Religion, Van Gorcum & Comp.NV., Assen. Bastomi, Suwaji. 1992. Wawasan Seni. Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Semarang
Budiono Herusatoto, 2001 simbolisme, Hanindita. Yogyakarta
Chaplin, J.P. 2008. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Diakses pada tanggal 1 September 2014.
http://www.kamusq.com/2013/04/analisa-adalah-definisi-dan-arti-kata.html. Diakses pada tanggal 20 September 2014
2
Djelantik.A.M. 1999. Estetika Sebuah Pengantar, Bandung : Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
... 2001. Estetika Sebuah Pengantar, MSPI (Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia).
Djulianto, 2010. Ganesha, Dewa Ilmu Pengetahuan dan Keberuntungan. Diakses
pada tanggal 20 September 2014
Fowler, harold. 1916. A History of sculpture. The macmillan Company
Harper. 2009. statue. Diakses pada tanggal 24 Desember 2015. http://www.thefree dictionary.com/statue
I Ketut Buda, 2010. Patung Lingga Yoni. Fakultas Seni Rupa dan Disain Institut Seni Indonesia kerjasama dengan Sari Kahyangan Indonesia
Iksan, 2015. Patung. Diakses pada tanggal 12 Januari 2015. http://iks48.blogspot.com /2015_03_01_archive.html
Izzudin, Hufads, 2011. Diakses pada tanggal 20 September 2014. http://Jelajahrumputilalang .blogspot.com/2011/04/arca.html
Kartika, Sony Dharsono. 2004. Seni Rupa Modern, Bandung: Rekayasa Sains Kelinger, Fred N. 2006. Asas-Asas Penelitian Behavorial. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
Koentharaningrat. 1985. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia.
3
Langer, Susanne Knauth, 1976. philosophy in a new key: A Study in the Symbolism of Reason, Rite and Art, third edition, Harvard University Press, Cambridge, Massachusetts.
Leo, 2011. Seni Budaya. CV. Cipta Sarana Mandiri
Muchtar, But. 1992.Sejarah Singkat Seni Patung Modern. Yogyakarta: ISI Yogyakarta
MB Bangun - 2011 - (2002) Pengertian Analisis. Diakses pada tanggal 20
September 2014
darihttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22091/4/Chapter%20 II.pdf
Murtihadi dan Gunarto, G. 1982. Dasar-Dasar Disain, Jakarta: PT Tema Baru. Neoc, 2013. Bertrand du Guesclin - Caen, France. Diakses pada tanggal 2
http://pakpar59.blogspot.com /2008/12/hand – out-seni-rupa-smp-pl-domenico-29
Parker Al, 1948. Simple Anatomy And Figure Drawing. New York: Institut Of Commercial Art
Prinst, Dawan.2000.Adat Karo.Medan: Kongres Kebudayaan Karo Raharjo, 1984. Mematung.
Rajreddy, 2004. Indian Statues. http://apps.microsoft.com/windows/en-us/app/indian-statues /e30c53bf-94e1-4e64-900a-a2073ff851cf
Rima, 2015. Seni Patung. Diakses pada tanggal 20 Januari 2015. http://rimayll. wordpress.com/2015/10/08/seni-patung/
Sembiring, Dermawan. 2005. Wawasan Seni. Medan: Universitas Negeri Medan. Sipahelut, Atisah.1991. Dasar-dasar Desain. Jakarta: Departemen Pendidikan
4
Sidik, Fajar dan Prayitno, Aming. 1981. Disain Elementer. Yogyakarta: STSRI “ASRI”
... 1999. Seni. Ikip Semarang
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Raja Rosdakarya
Setyobudi, 2007. Seni Budaya SMP Kelas IX. Erlangga
Sheppard , Joseph. (1930). Anatomy - A Complete Guide For Artists - New York: Great Britain
Sobur, Alex. 2003. Semiotika Kominikasi. Bandung. : PT. Remaja Rosdakarya. Sulistyo.H.Edy Tri, 2005, Kaji Dini Pendidikan Seni. Surakarta: LPP UNS dan
UNS Press
Sumarsono .2010. Modul Seni Patung Dasar. Medan
Susanto, Mikke. 2011. Diksi Rupa. Yogyakarta: Perpustakaan Nasional
Syarif hidate, 2014. Sejarah dan Cerita dibalik Patung. syarifhidate.blogspot.com /2014/04/sejarah-dan-cerita-dibalik-patung.html
Syahrulloh, 2015. Patung liberty New York : Maskot kota New York Amerika Serikat. Diakses pada tanggal 21 September 2014. http://rjsyahrulloh.blogspot.com /2015/04/patung-liberty-new-york-maskot-kota-new.html
Trihadi, 2014. Seni Instalasi Bambu. Diakses pada tanggal 20 September 2014. http://bilik-seni.blogspot.com/2014/07/inilah-seni-instalasi-bambu-di-taman-botani-denver-amerika-serikat.html
Vita, 2011. Candi Borobudur. Diakses pada tanggal 20 September 2014 https://vita16. wordpress.com/2011/01/10/candi-borobudur/