BAB II
TINJAUAN KARYA DAN PUSTAKA
A. State of the Art,
1. Tinjauan Tematik Karya Rujukan
Terdapat karya rujukan dangan tema yang relevan sebagai acuan dalam kebaruan dalam sebuah karya, dengan kosep Skripsi (Minat Penciptaan Seni), berikut di antaranya:
a. Karya Margie Guyot
Gambar 1. Night Blooming Cereus and Bat karya Margie Guyot
(Sumber. https://fineartamerica.com/featured/night-blooming-cereus-and-bat- a3469.html , diakses pada 21 April 2021).
Margie Guyot merupakan lulusan jurusan pendidikan musik di Morehead State University di Kentucky, awal mula Margie menekuni dunia seni lukis adalah berawal pada saat meminjam sebuah buku salinan yang berjudul “Menggambar di Sisi Kanan Otak” oleh Betty Edward.
Kemudian mempraktekkan semua latihan yang ada di dalam buku tersebut, semenjak itu Margie mampu menggambar. Banyak dari lukisan Margie terinspirasi dari landscape dan pemandangan sekitarnya, bekerja di
lapangan terbuka merupakan kegiatan yang menarik untuk Margie (https://www.petoskeynews.com/, 21 April 2021).
Lukisan yang berjudul Night Blooming Cereus and Bat, Margie Guyot menggunakan media cat minyak dengan menampilkan beberapa unsur garis, warna, dengan penggunaan warna yang sesuai pada bentuk aslinya di dunia nyata dan penggambaran interaksi di antara dua objek diperlihatkan pada lukisan tersebut. Garis semu tercipta dengan adanya komposisi warna, gelap dan terang pada objek sehingga dapat terlihat kesan volume pada lukisan tersebut.
Perbandingan tematik atau tema yang diangkat pada lukisan Margie Guyot dengan gaya personal adalah lukisan Margie Guyot merupakan penggambaran secara natural dengan apa yang ada di dunia nyata dan apa adanya dengan situasi yang benar-benar terjadi. Sedangkan pada gaya personal cenderung menggambarkan secara imajinatif di mana adanya campur tangan dari sisi imajinasi dalam pengkaryaan sehingga bentuk yang digambarkan sedikit berbeda dengan bentuk morfologi bunga pada aslinya dan penggambaran dari suasana yang digambarkan merupakan bentuk dari penggabungan antara ingatan dan imajinasi pribadi. Perbedaan selanjutnya pada media yang digunakan pada saat penciptaan karya, Margie menggunakan cat minyak sedangkan pribadi menggunakan cat air dalam merealisasikan karya. Persamaan pada lukisan Margie Guyot dengan gaya personal adalah tema yang diangkat adalah sama yaitu bunga wijayakusuma yang memiliki julukan Night Blooming Cereus.
b. Karya Cokorda Alit Artawan
Cokorda Alit Artawan merupakan dosen program studi Desain Komunikasi Visual, Institut Seni Indonesia, Denpasar Bali. Karya yang berjudul Wijaya Kusuma dipamerkan dalam Pameran Seni Rupa Exchange Program, ISI Art Exhibition, Okinawa Prefectural University of Arts, Japan pada tanggal 7-8 Oktober 2015. Karya yang berjudul Wijaya Kusuma merupakan karya lukisan yang mengadaptasi tema cerita tradisional Bomantaka yaitu tentang terbunuhnya Sang Boma oleh bunga
wijayakusuma yang dilontarkan Sri Kresna. Sumber cerita merupakan kisah carangan atau cabang dari cerita asli Mahabarata dari India, di mana cerita ini hanya berkembang di Indonesia terutama pada Jawa dan Bali.
Cerita Bomantaka merupakan Kawi Dalang atau cerita karangan terhadap hasil kreasi penjiwaan cerita aslinya, di mana tokoh Sang Boma tidak ada di kitab Mahabarata (Artawan, 2015: 3).
Gambar 2. Wijaya Kusuma karya Cokorda Alit Artawan
(Sumber. https://images.app.goo.gl/2i6b59izAbZTAx3F8, diakses pada 23 November 2021).
Karya lukis yang berjudul “Wijaya Kusuma” merupakan simbolisasi dari pertemputan Sri Kresna yang berubah wujud menjadi Kresna Murti yaitu raksasa besar yang menyeramkan dengan jumlah tangan yang banyak dan sering digambarkan memiliki ribuan tangan yang bersenjata, sedangkan Sang Boma digambarkan mengendarai garuda besar berwajah raksasa menyerupai singa. Cokorda Alit Artawan menggunakan teknik ilustrasi tradisional Bali dengan proses pewarnaan berlapis-lapis dengan warna akrilik transparan serta penggunaan warna tambahan berupa pencampuran warna dari campuran kopi yang berwarna coklat (Artawan, 2015: 3).
Perbedaan dan kesamaan dalam karya Cokorda Alit Artawan dengan karya personal adalah pada perbedaan dalam segi media dan penggambaran bunga wijayakusuma. Karya yang berjudul “Wijaya
Kusuma” bersudut padang pada pengambilan cerita rakyat yang berjudul Bomantaka, di mana bunga wijayakusuma sebagai bunga dewata menjadi penyebab terbunuhnya Sang Boma oleh Sri Kresna. Bunga wijayakusuma yang dihadirkan sebagai simbol kebaikan yang melawan kejahatan, sedangkan pada karya-karya pribadi lebih menggambarkan bunga wijayakusuma sebagai media yang merepresentasikan diri, keluarga dan lingkup hidup ke dalam sebuah karya seni lukis. Persamaan karya terdapat pada vocal point/daya tarik yaitu pada keindahan bunga wijayakusuma, kemudian kesamaan juga terdapat pada teknik yang digunakan yaitu penggunaan warna yang tipis, transparan dan berlapis namun berbeda pada penggunaan media dalam pengerjaan karya.
c. Karya Desi Pancawati
Desi Pancawati merupakan alumnus dari Institut Seni Indonesia dengan Program Studi Desain Mode Batik, jurusan Kriya. Bunga wijayakusuma merupakan tema yang diangkat dalam karya-karya tugas akhir. Busana gaun yang dibentuk dengan kain yang digambarkan merupakan motif dari bentuk kelopak, daun, batang dan putik dari bunga wijayakusuma, dengan menambahkan motif pendukung seperti beberapa motif sulur dan pada isen-isen terdiri dari ceceg, sawut, dan ukel canthel.
Gambar 3. Manda karya Desi Pancawati
(Sumber. https://images.app.goo.gl/pH6N5GZYK2KNPfRr5, diakses pada 23 November 2021).
Kain yang digunakan dalam pembuatan motif batik berwarna biru tua, biru muda, dan putih. Teknik pewarnaan yang digunakan pada batik merupakan teknik tutup celup. Karya Desi yang berjudul Manda memiliki makna “lemah lembut” yang ingin digambarkan pada pemilihan warna
yang cenderung soft. Warna biru yang memberikan kesan kepercayaan, kecerdasan, kelembutan, dan kebijaksanaan. Warna putih memberikan kesan kesucian, kesejukan, kebersihan hati dan kesempurnaan merupakan makna yang ingin ditunjukan dalam karya Desi. Karya-karya dari Desi Pancawati yang terangkum dalam Skripsi Tugas Akhir yang berjudul
“Busana Pengantin Wanita dengan Motif Bunga Wijaya Kusuma”
merupakan bentuk dari sebuah penggambaran keindahan motif batik kemudian direalisasikan kedalam bentuk sebuah gaun busana pengantin.
Mengangkat nilai-nilai filosifi dalam bunga wijayakusuma yang mengarah pada penggambaran karakter manusia khususnya pada seorang wanita merupakan cara penyampaian Desi melalui karya (Desi, 2019: 109).
Perbedaan dan kesamaan tematik pada karya Desi Pancawati dengan karya personal adalah Desi Pancawati menggunakan bentuk dari bunga wijayakusuma sebagai motif batik, sedangkan pada karya personal bunga wijayakusuma digambarkan sebagai media penyalur inspirasi dan imajinasi akan diri, keluarga dan lingkup hidup personal dalam bentuk seni lukis. Perbedaan dalam penggambaran dan menggunaan media dalam penciptaan karya yaitu Desi Pancawati menggunakan teknik batik tulis dengan media kain primissima sedangkan personal menggunakan cat air di atas kertas. Persamaan pada karya Desi Pancawati dengan personal yaitu pada sumber ide adalah bunga wijayakusuma, penggambaran ide bentuk dari keindahan bunga wijayakusuma digambarkan Desi ke dalam bentuk motif batik sedangkan pada karya personal mengambarkan bunga wijayakusuma ke dalam karya imajinatif.
2. Tinjauan Teknikal Karya Rujukan
Terdapat beberapa karya rujukan yang relevan dalam hal teknik pengerjaan maupun media yang digunakan dalam penciptaan karya, sebagai berikut:
a. Karya Eunike Nugroho
Gambar 4. Aerides thibautiana karya Eunike Nugroho
(Sumber. http://eunikenugroho.blogspot.com/, diakses pada 5 Juli 2020)
Eunike Nugroho merupakan pelukis Botanical art, Eunike menjadi satu-satunya wakil Indonesia dalam 15th International Exhibition of Botanical Art & Illustration di Pittsburgh, Amerika Serikat. Ajang tersebut
merupakan salah satu pameran seni dan ilustrasi botani terbesar di dunia yang telah berlangsung sejak 1960. Diadakan pada 15 September-15 Desember 2016, pameran yang diadakan tiga tahun memamerkan 43 karya dari 43 seniman dan ilustrator botani dari 15 negara. Eunike merupakan alumnus Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Sebelas Maret (UNS) yang lahir di Semarang, berkarya sebagai ilustrator lepas dan seniman botani dengan spesialisasi cat air. Selama lebih dari 6 tahun terakhir bekerja sama dengan klien-klien dari mancanegara antara lain dari Kanada, Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Jepang, Norwegia, Swiss, Turki, Spanyol, Italia, Denmark, Cina, India, Mesir, Rusia, maupun Indonesia. Karya-karyanya muncul sebagai perangko seri bunga musim semi Canada Post, sampul buku terbitan Penguin Randomhouse, Harlequin, majalah ilmu pengetahuan Technologist dan masih banyak
lainnya. Eunike dapat menghasilkan karya-karya lukisan realis, yang detail tetapi tetap mempertahankan goresan khas cat air yang segar (https://www.jawapos.com, 5 Juni 2021).
Pada lukisan cat air Eunike yang berjudul Aerides thibautiana terlihat begitu segar, sederhana dan sangat terlihat realis apa adanya.
Pengambilan gambar sudut yang pas dapat menjadikan sebuah kepenuhan pada bidang kertas gambar. Kesamaan pada lukisan personal dengan lukisan Eunike Nugroho adalah pada jenis media yang digunakan yaitu cat air, dengan teknik wet on wet, wet on dry dan dry on dry. Banyak yang dapat diperlajari dari penguasaan teknik Eunike yang kemudian diadaptasi dalam pembuatan karya, seperti detail pada kelopak bunga. Sedangkan perbedaan terletak pada pengambilan tema dan jenis aliran pada lukisan, lukisan Eunike lebih pada lukisan tumbuhan dan hewan yang digambar dengan detail realis, sedangkan pada lukisan personal lebih fokus pada tema bunga wijayakusuma dengan sentuhan imajinasi dan penambahan unsur pendukung yang bersumber di sekitar pribadi sehingga pesan/maksud yang diinginkan dapat tersampaikan.
b. Karya Stephanie Pui-Mun Law
Stephanie Law merupakan seniman yang karyanya dipengaruhi oleh aliran impresionis, pra-raphaelites, dan surealis. Di mana karyanya menelusuri batas antara mimpi dan kenyataan, Stephanie mempelajari bahasa bergambar alegori, menjelajahi mitologi dalam konteks baru (https://www.shadowscapes.com/, 19 April 2021).
Banyak dari karya Stephanie merupakan gaya dari sudut pandang imajinatif mengenai dunia yang kecil yang dibuat dari sudut pandang serangga yang kemudian menyoroti keindahan alam di sekitar. Selain mendalami dunia fantasi dan mitologi Stephanie juga mempelajari tentang bagaimana menjalin tekstur, gold/silver leaf, tinta, resin dan juga bingkai yang unik secara khusus. Pemaduan antara mitologi, dunia imajinasi dan makhluk-makhluk unik yang seakan ikut mengajak penonton untuk ikut dalam setiap rangkaian karyannya. Selain menjadi seorang ilustrator untuk sampul buku dan cerita fantasi Stephanie juga menerbitkan buku tutorial
“Dreamscapes: Creating Magical Angel, Fairy & Mermaid World in Watercolor”. Kemudian pada tahun 2002 Stephanie mendapatkan
nominasi pada karyanya “Mantra dan Sihir” dalam buku Bastion Press sebagai ‘Seni Interior Terbaik’ dan pada tahun 2005 Stephanie memenangkan Silver Award dalam Cover Art untuk Blue Rose role- playing Game.
Gambar 5. Immortal Ephemera: When Flowers Dream III karya Stephanie Law (Sumber: https://www.shadowscapes.com/image.php?lineid=46&bid=1529 ,
diakses pada 21 April 2021)
Perbedaan dan kesamaan teknik dan gaya pada karya lukisan Stephanie Law dengan karya personal adalah di mana media yang digunakan adalah sama yaitu dengan cat air dan personal juga banyak belajar dari penciptaan karya Stephanie yang menginspirasi gaya personal dalam pembuatan karya seni lukis, seperti pada penggunaan tinta cina untuk mendapatkan tekstur organik dari tanah. Kemudian perbedaannya adalah pada karya personal lebih menekankan pada satu objek yaitu bunga wijayakusuma sedangkan pada karya Stephanie Law merupakan hasil visualisasi dari cerita-cerita Folklore dan cerita fantasi rakyat selain perbedaan tersebut, penggambaran dari karya milik Stephanie Law lebih terlihat ekspresif dibanding dengan karya personal yang cenderung apa adanya.
B. Kajian Pustaka
1. Tinjauan tematik penciptaan karya
a. Bunga wijayakusuma (Epiphyllum oxypetalum)
Bunga ini mempunyai dua kosakata dalam namanya yaitu “Wijaya”
dan “Kusuma”, jika dipisahkan dalam arti tersendiri seperti berikut:
“Wijaya”: kemenangan, keberhasilan, menang (Zoetmulder, 2011:
1433).
“Kusuma”: bunga (Zoetmulder, 2011: 418).
Penggabungan kosakata dari nama wijayakusuma dapat diartikan sebagai bunga kemenangan, bunga kejayaan. Bunga yang hanya mekar pada malam hari ini juga mempunyai sebutan lain yaitu Queen of the night, Dutchman’s Pipe, Kardable dan lain sebagainya (https://www.google.com/amp/s/alamendah.org/, 28 April 2021).
Epiphyllum oxypetalum merupakan bunga yang terkenal di berbagai penjuru dunia dengan berbagai jenis julukan, di India disebut sebagai Brahma Kamal/Nishandhi, di Malaysia disebut sebagai Bunga Raja/Bakawali, disebut Kadupul di Sri Lanka, disebut Gekka Bijin di Jepang dan memiliki julukan sebagai Queen of Night, Lady of Night, Night Blooming Cereus atau Orchid cactus (Devi, 2018:972).
Cerita rakyat pulau Nusakambangan, bunga wijayakusuma disebutkan muncul dalam penggambaran Dewi Wasowati yang menyerahkan cangkok bunga wijayakusuma kepada Prabu Aji Pramosa sebagai balas budi karena sudah membantunya menjadi manusia. Sang dewi menyebutkan jika barangsiapa yang memiliki cangkok bunga ini, maka ia akan menurunkan raja-raja yang berkuasa di tanah Jawa (https://story.cilacap.info/kisah-nusakambangan, 28 April 2021).
Mitos ini berkembang hingga menimbulkan kepercayaan pada raja- raja Jawa di mana penobatan raja tidak sah atau diakui tahtanya jika belum berhasil memetik bunga wijayakusuma sebagai pusaka keraton, hal ini berlangsung sejak zaman Mataram hingga pada zaman susuhanan
Surakarta dan kesultanan Yogyakarta. Hal ini diartikan bahwa sebagai raja yang akan dilantik diharapkan dapat memerintah dengan penuh kesejahteraan sama seperti Sang Hyang Wisnu sebagaimana tugasnya sebagai perawat dan penjaga alam semesta (Rohmad, 2015:22).
b. Spesifikasi bunga wijayakusuma (Epiphyllum oxypetalum)
Bunga wijayakusuma (Epiphyllum oxypetalum) memiliki klasifikasi ilmiah sebagai tumbuhan dengan kingdom tumbuhan (plantae), sub kingdom Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh), Spermatophyta (dapat menghasilkan biji), Magnoliopsida (tumbuhan berkeping dua/dikotil), genus Epiphyllum dan spesies Epiphyllum oxypetalum (Devi, 2018:973).
Bunga wijayakusuma masih termasuk tumbuhan sejenis kaktus yang berasal dari kelas famili yang sama yaitu cactaceae. Mempunyai batang berbentuk silindris yang terbentuk dari helai daun yang mengecil dan kemudian mengeras, dengan bentuk daun yang pipih dan memanjang berwarna hijau dengan permukaan yang halus tidak seperti kaktus tanaman ini tidak memiliki duri. Tamanan hias ini dapat tumbuh hingga tiga meter panjangnya. Bunga wijayakusuma muncul atau tumbuh pada sisi tepi daun/pada bagian ketiak daun mempunyai tangkai bunga yang menjuntai ke bawah. Bunga dengan jenis Epiphyllum oxypetalum memiliki diameter 18-22cm dengan dominan warna putih, namun pada saat kuncup berwarna merah muda kehijauan (https://www.google.com/amp/s/alamendah.org/, 28 April 2021).
Bunga wijayakusuma mekar di malam hari karena adanya gerakan skototropisme atau gerakan pertumbuhan tanaman yang menjauhi cahaya.
Pada saat mekar bunga wijayakusuma memiliki bau yang harum dan khas, bau yang muncul merupakan hasil dari fotosintesis (https://www.popmama.com/life/, Diakses tanggal 19/04/2021).
Tanaman wijayakusuma jenis tertentu dapat menghasilkan buah hasil dari penyerbukan benang sari pada putik, namun tidak semua dapat menghasilkan buah pada saat bunga mekar sempurna. Tanaman ini dapat ditanam dengan mudah dengan memotong ujung daun yang sudah tua dan
baik untuk dilakukan regenerasi. Sebelum ditanam sebaiknya disimpan terlebih dahulu selama 3-14 hari untuk merangsang penebalan kulit pada daun untuk merangsang pertumbuhan akar pada daun, mencegah daun membusuk, dan merangsang penyembuhan luka pada daun tersebut (Rohmad, 2015:90).
c. Sejarah dan sebaran bunga wijayakusuma
Bunga wijayakusuma bukan tanaman hias asli Indonesia, tanaman ini merupakan tanaman yang berasal dari Venezuela, Amerika selatan dan tengah yang kemudian tersebar ke berbagai wilayah dunia. Nama Epiphyllum yang berarti “di atas daun” diambil disebabkan kebiasaan dalam pengiriman tanaman oleh navigator ekspedisi yang memotong ujung daun dalam perjalanan ekspedisi (Rohmand, 2015:53), sedangkan nama oxypetalum mengacu pada bentuk kelopak bunga wijayakusuma yang tajam di ujungnya (Devi, 2018:972).
Tanaman ini hidup pada bawah cabang pohon dalam kanopi hutan hujan, namun dapat tumbuh pada daerah beriklim sedang hingga tropis.
Tercatat bahwa tanaman ini ditemukan pada Amerika selatan (Brazil, Venezuela) dan ditemukan di beberapa bagian daerah di India. Masuknya tanaman ini ke Indonesia dipercaya melalui dataran China yang dibawa pada masa kerajaan Majapahit yang berlayar dan membawanya dalam perjalanan kembali dan sekarang tumbuh menjadi salah satu jenis tanaman hias di Indonesia(https://www.google.com/amp/s/alamendah.org/, 28 April 2021).
d. Spesies wijayakusuma
Ada banyak jenis dari bunga wijayakusuma, namun pengaruh legenda yang terbawa pada bunga ini sehingga mempengaruhi semua dari Genus Epiphyllum dianggap sama. Berikut merupakan beberapa foto dengan klasifikasi dari jenis-jenis bunga wijayakusuma:
1) Epiphyllum oxypetalum
Gambar 6. Epiphyllum oxypetalum
Sumber: (Dokumentasi Amelia Putri Andini, 2021)
Jenis ini mempunyai ukuran dan bentuk bunga yang cenderung lebih besar dengan diameter bunga sekitar 18-22 cm, berwarna putih dan mempunyai putik dan benang sari, memilik kelopak yang bersusun. Bagian luar dari bunga memiliki warna merah muda sedikit kehijauan merupakan bagian bunga saat masih menguncup (Rohmand, 2015:57). Bunga wijayakusuma jenis Epiphyllum oxypetalum yang diangkat sebagai tema dalam penciptaan karya.
2) Epiphyllum pumilum
Memiliki bentuk yang lebih kecil dibandingkan jenis Epiphyllum oxypetalum, memiliki warna keseluruhan putih dengan diameter 10- 15 cm. Dapat tumbuh dengan panjang batang mencapai 80-150cm.
Perawatan tanaman wijayakusuma jenis Epiphyllum pumilum tergolong mudah dan merupakan jenis bunga yang mudah atau sering berbunga (https://rumus.co.id/bunga-wijaya-kusuma/, 3 November 2021).
Gambar 7. Epiphyllum pumilum
Sumber: (Dokumentasi Amelia Putri Andini, 2021)
3) Epiphyllum anguliger
Gambar 8. Epiphyllum anguliger
(Sumber. https://www.facebook.com/kebun.wijayakusuma, diakses pada 28 April 2021)
Bunga wijayakusuma ini memiliki daun yang lebih berliuk-liuk dan memiliki sebutan fishbone cactus, wijayakusuma keris dan sebagainya (https://www.google.com/amp/s/alamendah.org/, 28 April 2021). Bentuk daun yang berbentuk seperti tulang ikan dengan beberapa area menjorok ke dalam bagian tulang daun dan bagian luar yang melengkung menyerupai tulang ikan. Pada cabangnya yang berkelompok di sepanjang batang dengan motif interval, tanaman ini dapat tumbuh hingga satu meter dengan lebar daun 7-15 cm dan
memiliki diameter bunga 15-17 cm
(https://www.kompas.com/homey/read/, 3 November 2021).
4) Epiphyllum chrysocardium
Gambar 9. Epiphyllum chrysocardium
(Sumber. https://www.facebook.com/kebun.wijayakusuma, diakses pada 28 April 2021)
Selain Epiphyllum Anguliger yang memiliki bentuk daun yang unik, spesies ini juga memiliki daun yang lentur lentur dan tipis.
Tanaman hias ini memiliki nama lain Selenicereus chrysocardium dan memiliki sebutan bunga wijayakusuma kupu-kupu (https://www.cnnindonesia.com/gaya-, 3 November 2021). Berasal dari Gurley, California dan Alabama. Memiliki panjang daun 15-30 cm berwarna hijau terang bergigi lembut dan diameter bunga 6-12 cm cenderung berwarna putih krem (https://new-walpaper-in/, 3 November 2021).
5) Epiphyllum crenatum
Memiliki warna daun hijau sedikit keabu-abuan dan warna putih krem pada kelopak bunga dengan diameter 15-20cm. Batang pada tanaman ini dapat tumbuh 18-29 cm tingginya. Bentuk pada kelopak bunga cenderung lebih bulat dan sedikit lonjong, serta memiliki buah berwarna hitam (https://rumus.co.id/bunga-wijaya-kusuma/, 3 November 2021).
Gambar 10. Epiphyllum crenatum
(Sumber. https://www.facebook.com/kebun.wijayakusuma, diakses pada 28 April 2021)
e. Manfaat bunga wijayakusuma
Dilansir dalam buku Tanaman Hias Berkasiat Obat yang ditulis oleh Bambang Mursito dan Heru Prihmantoro, menyatakan bahwa:
Kandungan di dalam tanaman wijaya kusuma belum pernah diteliti. Namun, telah terbukti tanaman ini dapat mengurangi rasa sakit dan mempercepat pembekuan darah. Oleh karena itu, tanaman ini berkhasiat untuk menyembuhkan luka (Mursito, 2011:112)
Bagian yang dapat digunakan adalah bagian daun yang kemudian ditumbuk halus, lalu dioleskan pada bagian yang luka.
Menurut Biopharmaca Research Center bunga wijayakusuma jenis Epiphyllum anguliger bunga ini dapat berkhasiat sebagai antiradang, penghenti pendarahan (hemostatis), obat batuk dan peluruh dahak, sedangkan untuk bagian batang berkhasiat untuk antiradang (http://biofarmaka.ipb.ac.id/, 6 september 2021). Kandungan senyawa aktif yang terkadung dalam ekstrak daun wijayakusuma (Epiphyllum anguliger) di antaranya saponin, tanin, dan senyawa fenol dapat berperan dalam proses penyembuhan luka, kandungan-kandungan tersebut memiliki peran sebagai anti bakteri ataupun antiinflamasi (Kartika, 2017:14)
2. Tinjauan estetik penciptaan karya a. Seni lukis
Seni lukis merupakan karya seni yang mempunyai sifat dua dimensional atau memiliki permukaan datar, dan memiliki unsur-unsur karakteristik yaitu; unsur warna, bidang, garis, tekstur dan bentuk.
Wujud dari objek tiga dimensi pada gambar merupakan gambaran semu yang diperoleh dari perbedaan kecerahan antara satu warna dan lainnya.
Media yang umumnya digunakan pada karya seni lukis adalah cat yang berbasis minyak dan cat yang berbasis air. Seiring perkembangan zaman banyak medium berpadupadan dengan teknik kolase dan mix media menambah warna pada efek tiga dimensional secara nyata (Bahari, 2017:
82). Seni lukis tercipta dari bahasa ungkapan pengalaman artistik dan ideologi dalam garis dan warna, sebagai upaya menyampaikan emosi, perasaan seseorang.
b. Gaya seni lukis Surealisme
Surealisme merupakan aliran dalam seni rupa yang menghadirkan keadaan yang tidak mungkin terjadi dalam dunia nyata, sehingga bersifat mustahil. Perkembangan aliran seni ini mengeksplorasi alam bawah sadar dalam citra mimpi sebagai penggambaran dari dalam hasrat manusia, pendekatan yang sama seperti teori psikologis Sigmund Freud dalam eskplorasi alam bawah sadar (https://kumparan.com/berita- hari-ini/karya-seni-surealisme, 30 April 2021).
Manisfesto surealis yang ditulis oleh Andre Berton adalah tentang penggalian sistematis dan studi mendalam tentang unconcious qualities (kualitas ketidaksadaran) manusia, pada hal ini teori pada psikoanalisis Sigmund Freud juga memiliki peran pada konsep surealis.
Yaitu pada psikoanalisis Sigmund Freud mimpi menjadi sarana dalam penyembuhan dalam alam bawah sadar manusia, namun bagi para seniman surealis mimpi menjadi sumber ide, imajinasi dan ekspresi dalam penciptaan karya seni (Sulastianto, 2008:4). Ketika proses kreativitas seni, seorang seniman berusaha lebih membebaskan diri dari kontrol kesadaran dan menghendaki kebebasan, sebebas orang bermimpi (Bahari, 2017:126).
Terdapat dua kencederungan besar dalam aliran Surealisme yaitu Surealisme ekspresif dan Surealisme fotografis. Pada Surialisme ekspresif terdapat kecenderungan seniman dalam menghadirkan simbol- simbol abstrak dengan pertimbangan emosional yang dalam wujudnya tidak berasosiasi dengan wujud apapun di dunia nyata. Karya-karya yang dihasilkan merupakan hasil setelah memasuki kondisi di alam bawah sadar, menghadirkan karya dengan aneka figur amorfis (bebas). Seniman yang memiliki karya dengan kecenderungan ekspresif ini yaitu Joan Miro, Andre Masson, dan Matta. Sedangkan pada Surealisme Fotografis menekankan pada penggunaan teknik akademis yang rasional dalam penggambaran ide yang absurd dan imajinasi mimpi yang ganjil, atau halusinasi (Sulastianto, 2008:9).
Seniman yang berkarya dengan pendekatan ini adalah Salvador Dali, Rene Magritte, Sudibio dan Sudiardjo. Pada lukisan surealisme fotografis kehadiran konsep ketidaksadaran, imaji mimpi ataupun ilusi yang berupa tampilan fisik yang dihadirkan dalam media kanvas sepenuhnya dipertimbangkan secara rasional. Sebaliknya pada surealisme ekspresif yang proses berkaryanya melibatkan sisi pemikiran manusia yang berisi aspek kesadaran dan ketidaksadaran, daya psikomotorik juga menjadi bagian penting yang turut terlibat (Sulastianto, 2008:9).
Tokoh-tokoh pelukis beraliran surealisme di antara lain Salvador Dali, Max Ernst, Juan Miro, Rene Magritte, Yves Tanguy, Frida Kahlo, kemudian beberapa pelukis Indonesia dengan aliran surealisme seperti Ivan Sagita, Lucia Hartini, Agus Kamal, Heri Dono, Roby Dwi Antono, Naufal Abshar dan lainnya. Aliran Surealisme dipakai dalam pembentukan objek pada karya dengan menghadirkan bentuk yang tidak sesuai pada bentuk asli dari bunga wijayakusuma, menghadirkan keadaan dan situasi dalam imajinasi pribadi. Beberapa bentuk dalam unsur-unsur pendukung tetap mempertahankan sesuai dengan yang terlihat pada realita, seperti pada unsur-unsur tembok, mutiara, dan bentuk dari keindahan bunga.
c. Jenis media dan ukuran dimensional
Media yang digunakan dalam penciptaan karya seni lukis adalah cat air dan kertas khusus untuk cat air dengan kriteria; kertas dengan berat 300 gsm, jenis cold press dan hot press. Ukuran karya tidak terpaut atau beragam, karena disesuaikan dengan bentuk sketsa karya.
d. Unsur-unsur seni rupa 1) Titik
Titik merupakan unsur dasar dari unsur-unsur yang terdapat dalam seni rupa. Dua buah titik yang digabungkan membentuk garis, dengan berbagai bentuk garis membentuk bentuk, ruang, dan dapat menjadi penanda pada jarak/posisi dalam sebuah ruang (Rahardja, 2013: 1034). Penggambaran sebuah titik pada umumnya berbentuk bulat/lingkaran berrwana hitam.
2) Garis
Garis merupakan unsur yang penting dalam pengekspresian karakter dalam sebuah karya, bentuknya bisa panjang, pendek, halus, lurus, berombak, melengkung, tebal, tipis dan lainnya. Garis yang terbentuk merupakan representasi kesan dari seniman. Garis dapat melahirkan bentuk tekstur, nada, nuansa, ruang dan volume tertentu, sehingga dapat melahirkan karakter khusus dari perwatakan seseorang (Bahari, 2017:99). Garis dapat membentuk figur karakter dan bentuk visual yang bersifat tegas, spontan, dan kaku. Garis terdiri dari dua macam yaitu; garis lengung berupa garis lengkung busur, lengkung kubah dan lengkung mengapung. Sedangkan garis lurus berupa garis horizontal, diagonal dan vertikal (Sanyoto, 2009:98).
3) Bidang
Bidang (shape) merupakan perwujudan dari bentuk-bentuk yang ada di dunia nyata maupun sama sekali tidak menyerupai bentuk yang ada di dunia nyata, hal itu dapat terjadi hanya dengan pengolahan objek oleh seniman. Bidang (shape) merupakan bentuk yang dibatasi oleh garis. Secara umum garis terdapat dua jenis bidang, yaitu bidang geometris dan organis. Bidang geometris berbentuk seperti lingkaran atau bulatan, segi empat, segi tiga dan segi-segi lainnya, sementara bidang organis memiliki bentuk lebih bebas terdiri dari berbagai macam betuk yang tidak terbatas (Bahari, 2017:100). Bidang merupakan unsur dua dimensi yang memiliki bentuk, berat dan ketebalan, namun tidak memiliki kedalaman (Ernis, 2005:8).
4) Warna
Warna dapat terjadi karena adanya bias pada gelombang cahaya dengan frekuensi yang dapat mempengaruhi pengelihatan, warna memiliki dimensi dasar yaitu hue (gelombang khusus dalam spektrum dan warna tertentu), value (nilai merupakan nuansa yang diberikan warna), dan intensity (intensitas merupakan kemurnian dari hue warna) (Bahari, 2014:100).
5) Tekstur
Tekstur merupakan kesan yang ditimbulkan saat melihat atau merasan sebuah permukaan, seperti pada kesan halus, kasar atau pada kesan tinggi rendahnya permukaan sebuah gambar maupun lukisan. Terdapat dua jenis tekstur pada sebuah lukisan yaitu tekstur nyata atau penampakannya benar-benar dapat dirasakan, kemudian ada tekstur semu yang merupakan kesan yang diberikan oleh penguasaan teknik gelap terang sehingga terlihat bertekstur namun jika diraba justru halus/datar (Bahari, 2017:102).
6) Cahaya dan bayang-bayang
Ilusi cahaya yang berada pada karya dua dimensi merupakan pemakaian warna terang pada bagian tertentu dari objek gambar yang dapat dibedakan dengan warna gelap pada bagian lain dengan gradasi (Bahari, 2017:103). Penggunaan warna dengan susunan monokromatis dapat menyatakan intensitas relatif pada warna yang berbeda, terang gelap pada suatu gambar memberikan kejernihan dan kejelasan pada suatu dimensi tertentu (Ernis, 2005:13).
7) Ruang dan volume
Ruang digolongkan menjadi dua yaitu; ruang positif dan ruang negatif. Ruang positif merupakan ruang yang dibatasi tepi berupa garis, sedangkan ruang negatif merupakan ruang/bidang yang berada di ruang positif yang kemudian saling berinteraksi satu dengan lainnya (Ernis, 2005:9). Ruang tercipta melalui tampilan dan komposisi karakter figur-figur dengan latar belakang sebagai pendukung, demi terciptanya intensitas ruang (jarak pada karya) dengan menggunakan perbedaan tone warna gelap terang pada lukisan. Ruang dan volume dalam seni lukis dimanfaatkan untuk menampilkan ilusi dengan teknik penggarisan yang perspektifis dan memiliki tone (nada) dalam pewarnaan (Bahari, 2017:103).
e. Prinsip-prinsip seni rupa
Selain peranan ide dan gagasan dalam pembuatan sebuah karya seni penting mengetahui tentang adanya prinsip-prinsip dasar yang harus diperhatikan seperti halnya kesatuan, harmoni, keseimbangan, dominasi dan kontras.
1) Kesatuan
Kesatuan merupakan unsur yang diperlukan dalam sebuah karya, unity in variety (kesatuan dalam keberagaman) ini dimaksud dengan adanya hubungan timbal balik antara semua unsur-unsur yang terkadung dalam sebuah karya untuk mencapai suatu kesatuan yang utuh (Bahari, 2017:96). Hasil dari perpaduan antara beberapa
unsur yang memiliki komposisi beragam untuk merealisasikan ide ke dalam sebuah karya menjadi kesatuan yang utuh.
2) Harmoni
Prinsip ini memiliki suatu tatanan/proporsi yang dianggap seimbang dan memiliki keserasian, pengolahan ide-ide, potensi bahan dan teknik tertentu dengan perpedoman pada aturan yang ideal (Susanto, 2011:175). Sebuah kombinasi yang menyenangkan dari susunan unsur dan prinsip yang berbeda mampu bekerjasama satu dengan lainnya (Ernis, 2005:41). Harmoni atau keselarasan dalam karya seni unsur-unsur yang ada di dalamnya bersifat saling menguatkan, tidak adanya tumpang tindih antara berbagai unsur dan adanya kesetaraan sehingga terciptanya sebuah harmoni.
3) Keseimbangan
Keseimbangan merupakan perasaan stabil, kesejajaran dari unsur-unsur yang berlawanan atau bertentangan karena yang paling utama dalam hal ini adalah kesamaan dalam nilai sehingga keseimbangan secara estetis dapat tercipta (Bahari, 2017:97).
Keseimbangan memiliki sifat simetris/formal yang memberikan kesan statis dan asimetris/informal yang memberikan kesan dinamis dalam perwujudan sebuah karya.
4) Dominasi
Dominasi merupakan faktor yang memperngaruhi pergerakan pusat perhatian atau fokus dalam keseluruhan karya. Keistimewaan, keganjilan, keunikan, keunggulan membuat sebuah karya seni lebih menarik dan menjadi pusat perhatian (Sanyoto, 2009:225). Fokus perhatian pada sebuah karya ini dimaksud untuk menonjolkan inti, dibuat dengan memperhatikan perbedaan bentuk, warna dan kontras sehingga pusat perhatian dapat jatuh pada inti dari karya tersebut.
.
5) Kontras
Kontras memiliki peranan sebagai penyedap untuk menghindari kesan monoton dalam sebuah karya, sebaliknya jika dalam sebuah karya terdapat banyak kontras untuk mengindari kontradiksi diperlukan sebuah transisi/peralihan sebagai pendamai (Ernis, 2005:36). Perpaduan dari unsur-unsur yang memiliki tingkat ketajaman, warna dan tekstur yang berbeda sehingga dapat menimbulkan rangsangan minat dalam sebuah karya. Perbedaan mencolok dan tegas antara elemen-elemen dalam sebuah tanda pada sebuah komposisi, oposisi-oposisi seperti halnya gelap-terang, kasar- halus, dekat-jauh, besar-kecil memberi peluang untuk munculnya tanda-tanda sebagai tampilan utama dan tampilan pendukung pada sebuah karya (Susanto, 2011:227).