• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Jurusan S1 Perbankan Syariah. Oleh:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Jurusan S1 Perbankan Syariah. Oleh:"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRILAKU NASABAH IMPLAN PNS MELAKUKAN TAKE OVER DARI BANK

KONVENSIONAL KE BANK SYARIAH

(Studi Kasus: Bank Syariah Mandiri KCP Lubuk Sikaping)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Pada Jurusan S1 Perbankan Syariah

Oleh:

Ayu Nanda Mustika NIM: 3315256

JURUSAN S1 PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI

2019

(2)

2

(3)

3

(4)

4

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‟alamin. Puji syukur yang sedalam-dalamnya penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis telah dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku Nasabah Implan PNS Melakukan Take Over Pembiayaan Dari Bank Konvensional Ke Bank Syariah” . juga tidak lupa pula penulis mengucapkan shalawat beriring salam kepada Nabi kita yaitu Baginda Nabi Muhammad SAW, beserta segenap keluarga dan sahabat. Sebagai ungkapan rasa syukur dan terimakasih penulis atas terwujudnya penyelesaian skripsi ini. Sebagai suatu keharusan dan salah satu syarat bagi mahasiswa program strata (S1) IAIN Bukittinggi dalam menyelesaikan studi untuk mencapai Gelar Sarjana Ekonomi nantinya.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menghadapi berbagai macam halangan dan rintangan. Namun, penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan berkat bantuan dan bimbingan dengan penuh ketulusan dan keikhlasan dari beberapa pihak. Karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, pertama sekali kepada Ibunda tercinta Nurma dan Nenekku (Alm. Darinah) yang telah membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang, kesabaran dan pengorbanan.

(5)

5

Penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa ada dukungan dan bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, izinkan penulis mengucapkan rasa syukur kepada orang-orang yang telah berjasa dalam penyelesaian skripsi ini diantaranya:

1. Ibu Dr. Ridha Ahida, M.Hum selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, Bapak Dr. Iiz Izmuddin, MA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam serta ibu Sandra Dewi, SE, MM. selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah yang telah memberikan fasilitas kepada penulis untuk menuntut ilmu di IAIN Bukittnggi.

2. Bapak Dr. Genta Sakti, MA selaku Pembimbing Akademik (PA) yang telah memberikan nasehatnya demi kelancaran proses belajar penulis.

3. Bapak Dr. H. Ismail, M.Ag. selaku pembimbing I dan Bapak Jon Kenedi, SE, MM. Selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan menyumbangkan buah pikiran untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak/ibu kepala beserta staf perpustakaan IAIN Bukittinggi yang telah menyediakan fasilitas peminjaman buku yang penulis butuhkan dalam penulisan skripsi ini.

5. Pimpinan dan karyawan/i Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Lubuk Sikaping yang telah membantu dan memberikan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan ini.

(6)

6

Semoga Allah swt melimpahkan anugerah-Nya kepada kita semua.

Sehingga kita memiliki hati yang senantiasa bersih lapang dan dipenuhi oleh aura cinta-Nya yang murni, saya sangat mengharapkan saran dan kritikan yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Saya berharap skripsi ini menjadi sumber informasi yang bermanfaat bagi kita semua khususnya, dan bagi masyarakat luas secara umum dengan izin-Nya.

Bukittinggi, Mei 2019

Ayu Nanda Mustika NIM. 3315256

(7)

7 DAFTAR ISI

Hlm

LEMBARAN PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR GAMBAR ...viii

ABSTRAK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...7

C. Batasan Masalah...8

D. Rumusan Masalah ...8

E. Tujuan Penelitian ...9

F. Manfaat Penelitian ...9

G. Penjelasan Judul ...9

H. Kajian Terdahulu ...11

I. Sistematika Penulisan ...12

(8)

8 BAB II LANDASAN TEORI

A. Perilaku Konsumen

1. Pengertian Perilaku Konsumen ...14

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ...16

3. Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Islam ...22

4. Proses Keputusan Pembelian ...25

B. Take Over 1. Pengertian Take Over ...29

2. Manfaat Pengalihan Hutang ...30

C. Hiwalah 1. Pengertian Hiwalah ...31

2. Landasan Hukum Syariah ...32

3. Landasan Hukum Positif ...33

D. Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan ...38

2. Jenis Pembiayaan ...39

3. Tujuan Pembiayaan ...42

4. Fungsi Pembiayaan ...43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... ....46

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ...46

C. Data Dan Sumber Data...47

(9)

9

D. Populasi ...48

E. Teknik Pengumpulan Data ...48

F. Teknik Analisa Data ...50

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Bank Syariah Mandiri KCP Lubuk Sikaping 1. Sejarah Singkat PT. Bank Syariah Mandiri ...51

2. Visi Dan Misi Bank Syariah Mandiri...54

3. Produk-Produk PT. Bank Syariah Mandiri ... ..55

4. Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri ...62

B. Gambaran Umum Responden64 C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku Nasabah Implan PNS Melakukan Take Over Pembiayaan Dari Bank Konvensional Ke Bank Syariah...67

D. Pembahasan Hasil Penelitian ...70

E. Analisis Penulis ...72

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...75

B. Saran ...75

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(10)

10

DAFTAR TABEL

Hlm

Tabel 1.1 : Data jumlah nasabah implan PNS yang melakukan Take Over pembiayaan dari bank konensional ke bank syariah di Bank Syariah

Mandiri KCP Lubuk Sikaping... 55

Tabel 4.1 : Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin ... 65

Tabel 4.2 : Jumlah responden berdasarkan jenis pekerjaan66 ... 66

Tabel 4.3 : Jumlah responden berdasarkan usia. ... 67

Tabel 4.4 : Pengaruh faktor internal terhadap pembiayaan Take Over ... 68

Tabel 4.5 : Pengaruh faktor eksternal terhadap pembiayaan Take Over ... 70

(11)

11

DAFTAR GAMBAR

Hlm

Gambar 4.1 : Struktur Organisasi PT. Bank Syariah Mandiri ... 64

(12)

12 ABSTRAK

Skripsi ini disusun oleh Ayu Nanda Mustika NIM 3315256 dengan judul

“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku Nasabah Implan PNS Melakukan Take Over Pembiayaan Dari Bank Konvensional Ke Bank Syariah”. Maksud judul ini adalah penguraian atau penjelasan tentang faktor- faktor yang mempengaruhi prilaku nasabah implan PNS melakukan Take Over pembiayaan ke bank syariah.

Latar belakang penulis memilih penelitian ini adalah bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah implan PNS melakukan Take Over pembiayaan ke bank syariah dapat memberikan petunjuk atau arahan kepada lembaga keuangan untuk meningkatkan jumlah nasabah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi implan PNS melakukan Take Over pembiayaan ke bank syariah adalah faktor internal dan faktor eksternal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui atau mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku nasabah implan PNS melakukan Take Over pembiayaan dari bank konvensional ke bank syariah, selain itu juga, untuk mengetahui faktor-faktor yang dominan yang mempengaruhi prilaku nasabah implan PNS melakukan Take Over pembiayaan dari bank konvensional ke bank syariah.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif korelasional.

Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah nasabah implan PNS di Bank Syariah Mandiri KCP Lubuk Sikaping. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan angket kepada nasabah implan PNS. Dalam pengolahan data peneliti menggunakan SPSS 16 dan Microsoft Excel.

Setelah penulis melakukan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku nasabah implan PNS melakukan Take Over pembiayaan dari bank konvensional ke bank syariah adalah faktor eksternal dengan jumlah skor rata-rata 3,76 dan faktor internal dengan jumlah skor rata-rata adalah 4.15. Berari faktor internal lebih berpengaruh positif terhadap Take Over pembiayaan ke bank syariah di Bank Syariah Mandiri KCP Lubuk Sikaping.

(13)

13 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bank syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan prinsip syariah. Dalam menjalankan usahanya bank syariah menggunakan pola bagi hasil yang merupakan landasan utama dalam segala operasinya, baik dalam produk pendanaan, pembiayaan maupun dalam produk lainnya.1

Pembiayaan adalah suatu fasilitas yang diberikan Bank Syariah kepada masyarakat yang membutuhkan untuk menggunakan dana yang telah dikumpulkan oleh Bank Syariah dari masyarakat yang surplus dana. Di dalam melakukan pembiayaan kepada masyarakat ada 2 (dua) instrumen penting yang dipergunakan oleh Bank Syariah, yaitu Mudharabah dan Musyarakah.

Mudharabah merupakan suatu bentuk organisasi yang didalamnya seorang pengusaha menyediakan manajemen tetapi dananya dari pihak lain yang disepakati.2 Musyarakah (dari kata arab syirkah atau syirikah) berarti kemitraan dalam suatu usaha, dan dapat didefinisikan sebagai sebuah bentuk kemitraan di mana dua orang atau lebih menggabungkan modal atau kerja

1 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers,2011), Hlm. 1.

2 Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Pada Bank Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2004), hlm. 7.

(14)

14

mereka, untuk berbagi keuntungan, menikmati hak-hak dan tanggung jawab yang sama.3

Pengikatan pembiayaan yang dilakukan dalam suatu perjanjian antara bank dan debitur. Suatu perjanjian adalah semata-mata untuk suatu persetujuan yang di akui oleh hukum. Persetujuan ini merupakan kepentingan yang pokok di dalam dunia usaha dan menjadi dasar bagi kebanyakan transaksi dagang seperti jual beli barang, tanah, pemberian kredit, asuransi, pengangkutan barang, pembentukan organisasi usaha dan termasuk juga menyangkut tenaga kerja.

Pejanjian atau verbintenis mengandung pengertian suatu hubungan hukum kekayaan/harta benda antara dua atau lebih pihak yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk memberi prestasi. Perjanjian verbintenis adalah hubungan hukum yang oleh hukum itu sendiri diatur dan disahkan cara penghubungannya, oleh kaena itu perjanjian mengandung hubungan hukum antara perorangan/persoon adaah hubungan yang terletak dan berada dalam lingkungan hukum. Perjanjian atau perikatan diatur dalam buku ke III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Pasal 1313 KUH Perdata memberikan definisi tentang perjanjian sebagai berikut: “Perjanjian adalah suatu perbuatan, dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.”4 Suatu kontrak atau

3 Latifa M. Al-goud dan Mervyn K. Lewis, Perbankan Syariah, Prinsip, Praktik, Prospek, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2001), hlm.69.

4 Wendra Yunaldi, Potret Perbankan Syariah Di Indonesia, (Jakarta: Centralis, 2007), hlm. 45.

(15)

15

perjanjian harus memenuhi syarat sahnya perjanjian, yaitu kata sepakat, kecakapan, hal tertentu dan suatu sebab yang halal sebagaimana ditentukan dalam pasal 1320 KUH perdata. Dengan dipenuhinya empat syarat sahnya perjanjian tersebut, maka suatu perjanjian menjadi sah dan meningkat secara hukum bagi para pihak yang membuatnya.5

Pembiayaan Implan adalah pembiayaan konsumer dalam valuta rupiah yang diberikan oleh bank kepada karyawan tetap Perusahaan atau PNS yang pengajuannya dilakukan secara massal (kelompok). Implan dapat mengkamodir kebutuhan pembiayaan bagi para karyawan peruahaan, misalnya dalam hal perusahaan tidak memiliki koperasi karyawan atau koperasi karyawan belum berpengalaman dalam kegiatan simpan pinjam, atau perusahaan dengan jumlah karyawan terbatas.6

Pembiayaan di dalam Bank Syariah Mandiri dilakukan dengan prinsip kerjasama melalui sistem berbagi keuntungan, sehingga nasabah tidak dibebankan bunga kredit sebagaimana pada bank umum. Banyak faktor yang menyebabkan nasabah beralih ke bank syariah antara lain besarnya bunga yang harus dibayar, dicantumkan dalam angka persentase atau angka perseratus dalam setahun, apablia utang tidak dibayar atau simpanan tidak di ambil dalam beberapa tahun, maka utang atau simpanan itu akan menjadi berlipatganda jumlahnya.7 Sedangkan perbankan islam menerapkan prinsip bank yang bebas

5 Suharnoko. Hukum Perjanjian, Teori dan Analisa Kasus, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), hlm. 1.

6 Muhammad Hafiz, Customer Banking Relationship Manager Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Lubuk Sikaping Wawancara, Lubuk Sikaping, 15 Maret 2019.

7 Karnaen A. Perwataatmadja dan Hendri Tanjung, Bank Syariah (Teori,praktik, dan peranannya), (Jakarta: PT. Senayan Abadi, 2007), hlm.13.

(16)

16

bunga dalam menjual produk-produknya mendapatkan pendapatan berupa bagi hasil, margin, biaya administrasi dan fee.8

Salah satu faktor yang paling berpengaruh adalah perubahan gaya hidup masyarakat yang menjadi lebih dinamis dan bergerak serba cepat serta lebih menghargai waktu. Produk-produk perbankan memiliki ciri-ciri jasa pada umumnya, yang tidak terwujud. Sebagian besar produk dan proses pelayanan perbankan dialami dan di konsumsi ketika pelayanan berlangsung. Produk- produk dan jasa perbankan yang ditawarkan oleh berbagai bank bisa jadi sama, tetapi perbedaan dapat ditujukan melalui cara yang diterapkan oleh bank dalam melayani nasabah. Customer service atau pelayanan nasabah pada hakikatnya adalah setiap kegiatan yang dimaksudkan untuk memberikan kepuasan nasabah, melalui pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah.

Dalam bisnis jasa bank, penentuan lokasi dimana bank akan beroperasi merupakan salah satu faktor yang penting. Dalam persaingan yang ketat penentuan lokasi mempunyai pengaruh cukup signifikan dalam aktivitas menghimpun dana masyarakat serta menyalurkan pembiayaan kembali kepada masyarakat. Sebab dengan penentuan lokasi yang tepat maka target pencapaian bank akan dapat diraih.9 Penentuan lokasi bank merupakan kebijakan yang harus di ambil dengan hati-hati. Kantor bank harus dibangun di tempat yang strategis, yang dekat dengan nasabah berada, mudah pencapainnya

8 Khotibul Umam dan Setiawan Budi Utomo, Perbankan Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2017), hlm. 155.

9 Nur Rianto Al Arif, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, (Bandung: Alfabet, 2012), hlm. 131.

(17)

17

(aksesibilitas), dekat dengan penyedia tenaga kerja dan dekat dengan BI.10 Penyebab lainnya yaitu dipengaruhi oleh agama.

Pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Lubuk Sikaping Take Over disediakan bagi nasabah yang ingin beralih dari Bank Konvensional kepada Bank Syariah, dan Bank Syariah Mandiri hanya menyediakan Take Over untuk nasabah yang berasal dari Bank Konvensional dan tidak menyediakan untuk nasabah yang berasal dari Bank Syariah.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh penulis nasabah yang telah melakukan pengalihan hutang ke bank syariah berasal dari Bank Nagari, BTPN, BRI dan BNI. Saat ini jumlah nasabah implan PNS yang melakukan pengalihan hutang ke bank syariah mandiri KCP Lubuk Sikaping sebagai berikut.11

Tabel 1.1

Data Jumlah Nasabah Yang Melakukan Take Over Di Bank Syariah Mandiri KCP Lubuk Sikaping

Periode 2015-2018 Tahun Jumlah Nasabah

2015 2

2016 3

2017 20

2018 34

Sumber: Bank Syariah Mandiri KCP Lubuk Sikaping 2018

Berdasarkan tabel di atas yakni jumlah nasabah implan PNS yang melakukan Take Over dari bank konvensional ke Bank Syariah pada Bank

10 Sentot Imam Wahjono, Manajemen Pemasaran Bank, (Jakarta: Graha Ilmu, 2013), hlm. 178-179.

11 Muhammad Hafiz, Customer Banking Relatinship Manager Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Lubuk Sikaping Wawancara, 15 Maret 2019.

(18)

18

Syariah Mandiri KCP Lubuk Sikaping, maka terlihat bahwa jumlah nasabah implan PNS mengalami kenaikan secara terus menerus setiap tahunnya.

Fasilitas pembiayaan dalam bentuk konsumer seperti pembelian perlengkapan rumah tangga, renovasi rumah dan barang-barang kebutuhan konsumer lainnya).12 Implan Pegawai Negeri Sipil akan mendapatkan pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri KCP Lubuk Sikaping apabila sudah mencapai usia 21 tahun dan pada saat jatuh tempo pembiayaan usia mencapai 55 tahun dengan jangka waktu maksimal 15 tahun sedangkan untuk pengusaha/wiraswasta maksimal 10 tahun.

Akad ini secara teori tidak menjadi persoalan karena memang diperbolehkan secara syariah. Abdurrahman Al-Jaziri mengatakan bahwa qard secara bahasa berarti memotong. Qard adalah bentuk masdar yang berarti memutus. Dikatakan qaradtu asy‟syai‟a bil-miqrad, aku memutus sesuatu dengan gunting. Qard adalah sesuatu yang diberikan oleh pemilik untuk dibayar.

Murabahah adalah akad jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati, sehingga penjual harus memberitahu harga pokok dan berapa keuntungan sebagai tambahannya.

Adapun salah satu tujuan dari pada akad qard adalah ta‟awun atau usaha tolong menolong tanpa mengharapkan balasan, yang mana Allah swt telah berfirman di dalam Q.S Al-Maidah/5: 2

12 Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika), hlm. 119.

(19)

19

Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah sangat berat siksanya. (Q.S Al-Maidah (5): 2)13

Surah Al-maidah ayat 2 di atas menjelaskan bahwa salinglah menolong dalam kebenaran, yaitu semua yang diperintahkan atau dilarang syariat, dan jangan saling menolong di atas dosa dan kemaksiatan yaitu semua yang dilarang syariat. Bertakwalah kepada Allah swt dengan melakukan yang diperintahkan kepada kalian dan menjauhi yang dilarang. Sungguh Allah amat keras siksa-Nya bagi yang durhaka dan yang dikemukakan sekelompok ulama adalah dua kata yang memiliki kesamaan arti, disebut berulang dengan kata yang berbeda sebagai penekanan dan penegasan, sebab setiap kebajikan adalah takwa dan setiap takwa adalah kebajikan.

Dan yang lebih penting lagi adalah dalam implementasinya di perbankan tidak boleh terjadi ba‟i garar, sebagaimana yang didefinisikan oleh Adiwarman Karim bahwa garar sebagai suatu transaksi yang mengandung ketidakpastian bagi kedua belah pihak yang melakukan transaksi sebagai akibat dari diterapkannya kondisi ketidakpastian dalam suatu akad yang secara alamiahnya seharusnya mengandung kepastian).14

Adapun jumlah nasabah implan Pegawai Negeri Sipil yang melakukan Take Over pembiayaan ke Bank Syariah Mandiri KCP Lubuk Sikaping pada tahun 2018 sebanyak 50 nasabah. Bedasarkan permasalahan di atas, maka

13 Amru Khalid, Khowathir Qur‟aniyah, (Jakarta: Al- I‟tishom, 2001), hlm.123.

14 Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, edisi ke-4, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm.36.

(20)

20

penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian yang berkaitan dengan Take Over pembiayaan. Hasil penelitian tersebut akan dituangkan lebih lanjut dalam sebuah karya ilmiah berbentuk skripsi yang berjudul “Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku Nasabah Implan PNS Melakukan Take Over Pembiayaan Dari Bank Konvensional Ke Bank Syariah”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bunga bank konvensional cukup tinggi.

2. Pelayanan pada bank konvensional kurang bagus.

3. Lokasi bank konvensional agak jauh.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas peneliti hanya membatasi pada faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku nasabah implan PNS melakukan Take Over pembiayaan dari bank konvensional ke bank syariah yaitu faktor eksternal (kelompok referensi dan kelompok sosial) dan faktor internal (motivasi dan aqidah).

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan pada penelitian ini adalah:

1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku nasabah implan PNS melakukan Take Over pembiayaan dari bank konvensional ke bank syariah?

(21)

21

2. Dari faktor yang mempengaruhi prilaku nasabah implan PNS melakukan Take Over dari bank konvensional ke bank syariah, faktor apa sajakah yang dominan berpengaruh?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian diantaranya:

1. Untuk mengetahui atau mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku nasabah implan PNS melakukan Take Over pembiayaan dari bank konvensional ke bank syariah di Bank Syariah Mandiri KCP Lubuk Sikaping.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang dominan yang mempengaruhi prilaku nasabah implan PNS melakukan Take Over pembiayaan dari bank konvensional ke bank syariah di Bank Syariah Mandiri KCP Lubuk Sikaping.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah

a. Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana Ekonomi Islam pada Jurusan S1 Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

b. Memperluas penelitian dibidang perbankan syariah khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah melakukan Take Over.

c. Memberi masukan kepada bank syariah untuk mengantisipasi atau menghindari tindakan Take Over ke bank konvensional.

(22)

22

d. Melalui penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

G. Penjelasan Judul

Agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami judul ini, maka penulis perlu untuk menjelaskan pengertian dari beberapa kata yang penting sebagai berikut.

Analisis :Penyidikan terhadap suatu peristiwa

(karangan, perbuatan) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.15

Faktor-faktor :Hal (keadaan, peristiwa) yang

menyebabkan (mempengaruhi) terjadinya sesuatu.

Prilaku Nasabah :Tindakan-tindakan, proses, dan hubungan sosial yang ditampilkan oleh individu, kelompok, dan organisasi dalam mendapatkan atau menggunakan suatu produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari pengalamannya dengan produk, pelayanan, dan dengan sumber-sumber lainnya.16

Implan PNS :Pembiayaan konsumer dalam valuta rupiah yang diberikan kepada karyawan tetap

15 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1997), hlm.348.

16Herry Sutanto dan Khaerul Umam, Manajemen Pemasaran Bank Syariah, (Bandung:

CV Pustaka Setia, 2013), hlm. 306.

(23)

23

perusahaan atau PNS yang pengajuannya dilakukan secara massal (kelompok).17

Take Over Pembiayaan :Pemindahan hutang dari Bank/Lembaga Keuagan Konvensional (LKK) ke Lembaga Keuangan Syariah (LKS) atas nama nasabah yang sama.18

Dari penjelasan judul di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dari judul analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah implan PNS melakukan Take Over pembiayaan dari bank konvensional ke bank syariah adalah kegiatan perbankan syariah dalam memenuhi keinginan nasabah untuk beralih ke bank syariah.

H. Kajian Terdahulu

Dalam penelitian ini penulis memaparkan beberapa penelitian terdahulu dengan permasalahan yang akan diteliti tentang Take Over pembiayaan, diantaranya.

Fitri Rahayu yang berjudul “Take Over Pembiayaan Antara Bank Syariah Ditinjau Dari Etika Bisnis Islam (Studi Kasus: Bank Syariah di Bukittinggi)” Dimana hasil penelitian yang dilakukan pada bank syariah di kota Bukittinggi lebih mengutamakan Take Over dari bank konvensional dan tidak menerima nasabah yang berasal dari bank syariah adalah karena proses

17 Muhammad hafiz, Customer Banking Relationship Manager Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Lubuk Sikaping Wawancara, Lubuk Sikaping, 15 Maret 2019.

18 Adiwarman Karim, Bank Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hlm.248.

(24)

24

Take Over yang dilakukan dari bank syariah akan dapat mengurangi keabsahan akad atau menciderai akad.19

Selanjutnya Faisal Fajar yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nasabah Melakukan Take Over KPR Bank Konvension al Ke Bank BRI Syariah Banjarmasin” Dimana hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pembiayaan Take Over yang dilakukan oleh Bank BRI Syariah baik secara akad maupun prosesnya telah sesuai engan prinsip syariah yang mengacu kepada fatwa DSN-MUI No. 31.20

Kemudian Rahmat Hidayat yang berjudul “Penerapan Prinsip Prudential Banking Pada Pembiayaan dengan Fasilitas Take Over Studi Kasus Unit Mikro Syariah PT. BRISyariah KCP. Bukittinggi”. Dimana hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan prinsip prudential banking telah optimal dilaksanakan oleh UMS BRI Syariah KCP Bukittinggi yaitu bank telah menerapkan prinsip prudential banking pra-pencairan (analisis pembiayaan), saat pencairan, pasca-pencairan dan pelunasan. Hal ini telah sesuai dengan SOP bank dan memenuhi standar DSN untuk menekan resiko pembiyaan bermasalah.21 Sedangkan penelitian yang penulis lakukan di fokuskan pada faktor apa saja yang melatar belakangi prilaku nasabah implan

19 Fitri Rahayu, Take Over Pembiayaan Antara Bank Syariah Ditinjau Dari Etika Bisnis Islam (Studi kasus: Bank Syariah di Bukittinggi, Skripsi Sarjana Pada IAIN Bukittinggi, Tidak Diterbitkan, 2014.

20 Faisal fajar, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nasabah Melakukan Take Over KPR Bank Konvensional Ke Bank BRI Syariah Banjarmasin, Skripsi Sarjana Pada IAIN Bukittinggi, Tidak Diterbitkan, 2016.

21 Rahmat Hidayat, Penerapan Prinsip Prudential Banking Pada Pembayaran Dengan Fasilitas Take Over Studi Kasus Unit Mikro Syariah PT. BRI Syariah KCP Bukittinggi Skripsi Sarjana Pada IAIN Bukitinggi, Tidak Diterbitkan, 2015.

(25)

25

Pegawai Negeri Sipil melakukan Take Over pembiayaan dari bank konvensional ke bank syariah.

I. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini berguna untuk memberikan gambaran yang jelas dan tidak menyimpang dari pokok permasalahan, secara sistematis susunan proposal ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan judul, kajian terdahulu dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai sejumlah teori yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini menjelaskan mengenai jenis penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

(26)

26

BAB IV : HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang dilakukan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil peneliti.

(27)

27 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Perilaku Konsumen

1. Pengertian Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah perilaku yang konsumen tunjukkan dalam mencari,menukar, menggunakan, menilai, mengatur barang atau jasa yang mereka anggap akan memuaskan kebutuhan mereka.22

The American Marketing Association sebagaimana dikutip oleh Kotler mendefinisikan perilaku konsumen sebagai berikut:23

Perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan koqnisi, perilaku, dan lingkungannya di mana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka. Dari definisi tersebut terdapat tiga ide penting yaitu (1) perilaku konsumen adalah dinamis; (2) hal tersebut melibatkan interaksi antara afeksi dan koqnisi, perilaku dan kejadian di sekitar; (3) hal tersebut melibatkan pertukaran.

a. Perilaku konsumen bersifat dinamis

Perilaku konsumen bersifar dinamis karena pemikiran dan perasaan, dan tindakan individu konsumen, kelompok target konsumen, dan masyarakat luas berubah secara konstan. Misalnya internet telah mengubah cara cara orang mencari informasi tentang produk dan layanan. Fakta bahwa konsumen dan lingkungan berubah secara konstan menunjukkan pentingya

22 Erlinda Raufaidah, Ilmu Ekonomi, (Yogyakarta: Graha Ilmu), hlm. 36

23 Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen, (Kencana Prenada Media Grup, 2003), hlm. 2.

(28)

28

penelitian dan analisis konsumen secara terus menerus oleh para pemasar agar selalu mengikuti tren terbaru.

b. Perilaku konsumen melibatkan interaksi

Perilaku konsumen melibatkan interaksi antara pemikiran seseorang, perasaan dan tindakan serta lingkungan. Meskipun demikian, para pemasar harus memahami produk serta merek yang berarti bagi konsumen, hal yang harus dilakukan konsumen untuk membeli dan menggunakannya, dan hal yang memengaruhi pembelanjaan, pembelian, serta konsumsi. Semakin banyak yang diketahui pemasar mengenai interaksi tersebut memengaruhi konsumen individu, target pemasaran terhadap konsumen serupa, dan masyarakat luas. Mereka semakin baik dalam memuaskan kebutuhan konsumen termasuk menciptakan nilai bagi mereka.24

c. Perilaku konsumen melibatkan pertukaran

Perilaku konsumen melibatkan pertukaran antar-manusia. Dengan kata lain, seseorang memberikan sesuatu yang bernilai kepada yang lainnya dan menerima sesuatu sebagai imbalannya. Banyak perilaku konsumen yang melibatkan seseorang memberikan uang atau benda lain untuk mendapatkan suatu produk atau layanan, yaitu pertukaran antara pembeli (konsumen) dan penjual (pemasar). Bahkan peran pasar dalam masyarakat adalah untuk membantu dalam menciptakan pertukaran dengan memformulasikan dan mengimplementasikan strategi pemasaran.

24 J. Paul Peter dan Jerry C. Olson, Perilaku Konsumen dan Startegi Pemasaran, (Jakarta:

Salemba Empat, 2013), hlm. 6.

(29)

29

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Memahami perilaku pembeli dari pasar sasaran merupakan tugas penting dari manajemen pemasaran. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam memutuskan pembelian. Faktor tersebut terdiri dari faktor eksternal dan internal.25

a. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yaitu faktor yang bersumber dari luar, secara operasional tidak berhubungan langsung dengan situasi operasional perbankan.26 Faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku konsumen antara lain:

1. Kelas Sosial

Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen yang bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun secara hirarki dan yang keanggotannya mempunyai nilai, martabat, dan perilaku yang serupa.27 Kelas sosial memegang peranan penting dalam suatu program pemasaran, karena adanya perbedaan substansial diantara kelas-kelas tersebut mempengaruhi perilaku pemberian mereka.

2. Kelompok referensi dan kelompok sosial a) Kelompok referensi

Kelompok referensi adalah kelompok yang menjadi ukuran seseorang untuk membentuk kepribadian perilakunya. Kelompok

25 Danang Sunyoto, Teori Kuesioner Dan Analisis Data Untuk Pemasaran Dan Perilaku Konsumen, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hlm. 70.

26 Muhammad, Lembaga Ekonomi Syariah, (Jakarta: Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), hlm. 25.

27 Tony Wijaya, Metodologi Penelitian Ekonomi Dan Bisnis Teori Dan Praktik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hlm. 118.

(30)

30

referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Beberapa, di antaranya kelompok primer, yang dengan adanya interaksi yang cukup berkesinambungan, seperti keluarga, teman, tetangga, dan teman sejawat. Kelompok sekunder, yang cenderung lebih resmi dan yang mana interaksi yang terjadi kurang berkesinambungan. Kelompok yang seseorang ingin menjadi anggotanya disebut kelompok aspirasi, sebuah kelompok diasosiatif (memisahkan diri) adalah sebuah kelompok yang nilai atau perilakunya tidak disukai oleh individu.28

b) Kelompok sosial

Semenjak manusia dilahirkan sudah mempunyai hasrat atau keinginan pokok yaitu keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain disekelilingnya (masyrakat) dan keinginan untuk menjadi satu dengan alam sekelilingnya.

3. Keluarga

Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan anggota keluarga mempresentasikan kelompok referensi utama yang paling berpengaruh. Ada dua keluarga dapat kehidupan pembeli. Keluarga orientasi terdiri dari orang tua dan saudara

28 Nugroho J Setiadi, Perilaku Konsumen, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2003), hlm11.

(31)

31

kandung. Pengaruh yang lebih langsung terhadap perilaku pembelian setiap hari adalah keluarga prokreasi yaitu, pasangan dan anak-anak.29

b. Faktor Internal

Faktor internal yaitu faktor yang bersumber dari dalam, secara operasional berhubungan langsung dengan situasi operasional perbankan. Faktor-faktor lingkungan internal yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah:

1. Motivasi

Motivasi merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi adalah dorongan dalam diri individu memaksa mereka bertindak, yang timbul sebagai akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan yang dirasakan. Kebutuhan sendiri muncul karena konsumen merasakan ketidaknyamanan antara yang seharusnya dirasakan dan yang sesungguhnya dirasakan.

Teori-teori motivasi:

a. Teori Motivasi Freud

Sigmund freud mengansumsikan bahwa kekuatan psikologis yang membentuk perilaku seseorang sebagian besar adalah ketidaksabaran, bahwa seseorang tidak dapat memahami secara penuh motivasinya sendiri.30 Freud melihat bahwa seseorang menekan berbagai keinginan

29 Philip Kotler Dan Kevin Lane Kaller, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: Erlangga, 2008), hlm. 171.

30 Philip Kotler Dan Kevin Lane Keller, Manajmen Pemasaran, (Jakarta: Erlangga, 2008), hlm. 178.

(32)

32

seiring dengan proses pertumbuhannya dan proses penerimaan aturan sosial.

a. Teori Motivasi Maslow

Menurut Maslow, setiap individu memiliki kebutuhan-kebutuhan yang tersususn secara hirearki dari tingkat yang paling mendasar sampai pada tingkatan yang paling tinggi. Setiap kali kebutuhan pada tingkatan paling rendah telah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan lain yang lebih tinggi. Pada tingkat yang paling bawah, dicantumkan berbagai kebutuhan dasar yang bersifat biologis. Pada tingkatan yang lebih tinggi dicantumkan kebutuhan berbagai kebutuhan yang bersifat sosial.31

b. Teori Motivasi Herzberq

Frederick Herzerbrq mengembangkan teori dua faktor yang membedakan faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpuasan dari faktor yang menyebabkan kepuasan. Teori herzerbrq mempunyai dua implikasi. Pertama, penjual seharusnya melakukan yang terbaik untuk menghindari ketidakpuasan. Kedua, penjual harus mengidentifikasi setiap kepuasan atau motivator utama pembelian di pasar dan kemudian memasok mereka.

2. Persepsi

Persepsi adalah proses dari seseorang dalam memahami lingkungannya yang melibatkan pengorganisasian dan penafsiran sebagai rangsangan dalam

31 Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2013), hlm. 283.

(33)

33

suatu pengalaman psikologi.32 Faktor-faktor persepsi ini yaitu perhatian, gangguan, dan mengingat kembali yang selektif berarti bahwa para pemasar harus bekerja keras agar pesan yang disampaikan diterima.

3. Belajar

Belajar menjelaskan perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman (Philip Kotler, 1993:241). Perubahan-perubahan perilaku tersebut bersifat tetap dan fleksibel. Hasil belajar ini akan memberikan tanggapan tertentu.

Perilaku yang dipelajari tidak hanya menyangkut perilaku yang tampak tetapi juga menyangkut sikap, emosi, kepribadian, kriteria penilai dan banyak faktor lain yang tidak dapat ditunjukkan dengan kegiatan-kegiatan yang tampak. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara manusia yang dasarnya bersifat individual dengan lingkungan khusus tertentu. Proses belajar pada suatu pembelian terjadi apabila konsumen ingin menanggapi dan memperoleh kepuasan atau sebaliknya tidak terjadi apabila kosnumen merasa dikecewakan oleh produk yang kurang baik.

4. Kepercayaan dan Sikap

Kepercayaan adalah suatu gagasan deskriptif yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.33 Sikap atau attitude oleh Kreitner dan Kinicki didefinisikan sebagai suatu kecenderungan yang dipelajari untuk merespon dengan cara menyenangkan secara konsisten berkenaan dengan objek tertentu.

32 Veitzal Rivai dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2013), hlm. 326.

33 Nugroho J Setiadi, Perilaku Konsumen, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2003), hlm. 14

(34)

34

Sikap mendorong kita untuk bertindak dengan cara spesifik dalam konteks spesifik. Artinya, sikap mempengaruhi perilaku pada berbagai tingkat yang berbeda, berbeda dengan nilai-nilai yang menunjukkan keyakinan menyeluruh bahwa memengaruhi prilaku di semua situasi.34 5. Aqidah

Kata aqidah berasal dari bahasa arab „aqad‟ yang berarti ikatan.

Menurut ahli bahasa, aqidah adalah perjanjian yang teguh dan kuat terpatri dalam hati dan tertanam di dalam lubuk hati yang paling dalam.35

Aqidah secara istilah (terminologi) yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tentram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan. Aqidah menjadi landasan utama yang harus dimiliki oleh seorang mukmin dalam menjalankan aktivitas ekonominya. Dengan aqidah yang kuat dia akan senantiasa menjadi pribadi yang optimis menghadapi hidup, menjadi kuat ikhtiar yang di dukung dengan doa dan senantiasa menyerahkan keputusan akhirnya pada allah.36 Dalam pembelian suatu produk barang dan jasa konsumen juga dipengaruhi oleh aqidahnya apakah suatu barang atau jasa yang mereka beli tersebut sesuai dengan aqidah yang berlaku dalam islam atau bukan. Apakah sudah sesuai maka mereka akan memutuskan untuk membelinya.

34 Wibowo, Perilaku Dalam Organisasi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2014), hlm.

49.

35 Sri Nurhayati Dan Wasilah, “Akuntansi Syariah Di Indonesia”, (Jakarta: Salemba Empat, 2015), hlm. 14.

36 Sumar‟in, Ekonomi Islam Sebuah Pendekatan Ekonomi Makro Perspektif Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hlm. 61.

(35)

35

3. Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Islam

Islam melihat aktivitas ekonomi adalah suatu cara untuk menciptakan maslahah menuju falah (kebahagian dunia dan akhirat). Dalam berkonsumsi pun tak lepas dari perspektif tersebut. Motif berkonsumsi dalam islam pada dasarnya adalah maslahah. Meskipun secara alami motif dan tujuan berkonsumsi (aktifitas ekonomi) dari seseorang individu adalah untuk mempertahankan hidupnya.37

Mengkonsumsi merupakan cara penggunaan yang harus diarahkan pada pilihan-pilihan yang baik dan tepat agar kekayaan bisa dimanfaatkan kepada jalan yang sebaik mungkin untuk masyarakat banyak. Perilaku seorang kosnumen muslim yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

a. Penggunaan barang-barang yang bersih, baik dan bermanfaat

Konsumen muslim dianjurkan untuk menggunakan kekayaan mereka, baik langsung atau tidak, pada hal-hal mereka anggap baik dan menyenangkan bagi mereka, islam tidak melarang untuk menikmati barang-barang yang bersih dan halal, tetapi juga tidak membolehkan kehidupan materialisme yang hanya berdasarkan hawa nafsu.

b. Kewajaran dalam membelanjakan harta

Al-Qur‟an telah menggambarkan tentang metode keseimbangan dalam mengkonsumsi, seperti seseorang sebaiknya bersikap sederhana dalam menggunakan harta kekayaan, tidak menjauhinya atau menurutkan hawa

37 Sumar‟in, Ekonomi Islam Sebuah Pendekatan Ekonomi Mikro Perspektif Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hlm. 93.

(36)

36

nafsunya dalam kesenangan hidup duniawi, seperti kaum spiritualis dan materialis. Al-Qu‟an surah Al-Isra (17): 26-27

Artinya: “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.

(Q.S Al-Isra ayat 26-27).

Surah Al-isra ayat 26-27 di atas melarang pemborosan yaitu mengeluarkan harta dalam hal-hal yang menimbulkan kerusakan, atau berlebih-lebihan dalam hal yang yang mubah. Dengan demikian berlebihan termasuk sikap tercela. Yang diminta adalah pertengahan dan keseimbangan dalam memberikan nafkah atau nafkah. Ini merupakan politik islam yang berkaitan dengan harta, sosial dan keagamaan.38

Kemudian Allah swt mengigatkan tentang buruknya berlaku boros seraya menetapkan orang-orang yang berlaku boros dan mengeluarkan hartanya dalam kedurhakaan menyerupai setan, karena seta adalah teman orang-orang yang boros di dunia dan akhirat, terkait sifat dan perbuatan, dan setan ingkar terhadap nikmat Tuhannya, karena setan memungkiri nikmat Allah padanya serta tidak melakukan ketaatan kepada-Nya, bahkan setan melakukan keduharkaan dan penentangan kepada-Nya.

38 Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Wasith, (Jakarta: Gema Insani, 2013), hlm. 369-370.

(37)

37 c. Sikap sederhana dan adil

Sifat sederhana dituntut dalam kehidupan pribadi dan bernegara.

Khususnya dalam membelanjakan uang negara. Ini berlaku bagi semua jajaran, mulai dari kepala negara, menteri, gubernur sampai jajaran tingkat bawah. Seorang pemimpin sepantasnya menjadi suri teladan bagi rakyatnya seperti menghindari korupsi, memamerkan kemewahan dan kemegahan.

d. Sikap kemurahan hati dan moralitas yang tinggi

Seorang konsumen harus meningkatkan kemajuan moralitas dan spiritual, misalnya jika mau makan dan minsum menyebut nama Allah. Dengan demikian merasa kehadiran ilahi pada waktu memenuhi kegiatan-kegiatan fisikna. Dan mengetahui mana yang boleh dikonsumsi atau yang tidak boleh dikonsumsi.39

Pada prinsipnya, dalam pradigma ekonomi konvensional perilaku konsumen didasari pada prinsip-prinsip dasar ulilitarianisme dan rasionalitas semata. Prinsip ini menuntut adanya perkiraan dan pengetahuan mengenai akibat yang dilakukan. Prinsip ini mendorong konsumen untuk memaksimalkan nilai guna dengan usaha yang paling minimal dengan melupakan nilai-nilai kemanusian. Akibatnya tercipta individualisme dan self interest. Maka keseimbangan umum tidak dapat dicapai dan terjadilah kerusakan di muka bumi.40

39 Syihabudin Said dan Ma‟zumi, Falsafah Dan Perilaku Ekonomi Islam, (Jakarta: Diadit Media, 2008), hlm. 60-62.

40 Abdul Ghofur, Pengantar Ekonomi Syariah : Konsep Dasar, Paradigma, Pengembangan Ekonomi Syariah, (Depok: Rajawali Pers, 2017), hlm. 81.

(38)

38

Berbeda dengan islam yang mengingatkan bahwa harta yang dimiliki manusia adalah titipan Allah, bukan tujuan namun sarana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia baik jasmani dan rohani sehingga mampu memaksimalkan fungsi kemanusiannya sebagai hamba dan khalifah Allah untuk menggapai kebahagian dunia dan akhirat.

Dalam islam, perilaku seorang konsumen harus mencerminkan hubungan dirinya dengan allah swt. Inilah yang tidak dapat kita dapati dalam ilmu perilaku konsumsi konvensional. Setiap pergerakan dirinya, yang berbentuk belanja sehari-hari, tidak lain adalah manifestasi zikir dirinya atas nama allah. Dengan demikian, dia lebih memilh jalan yang dibatasi allah dengan tidak memilih barang haram, tidak kikir, dan tidak tamak supaya hidupnya selamat baik di dunia maupun di akhirat. 41

4. Proses Keputusan Pembelian

Priset pemasaran mengembangkan model tingkat proses keputusan pembelian konsumen melalui lima tahap sebagai berikut:42

a. Pengenalan Masalah

Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dan kondisi yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh rangsangan internal maupun maupun internal dalam kasus pertama dari kebutuhan normal seseorang yaitu rasa lapar, dan dahaga. Atau

41 Muhammad Muflih, Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 4.

42 Philip Kotler Dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: Erlangga, 2008), hlm.184.

(39)

39

suatu kebutuhan dapat timbul karena disebabkan rangsangan eksternal seseorang yang melewati sebuah roti dan melihat roti yang baru selesai dibakar dapat merangsanag rasa laparnya.

b. Pencairan Informasi

Setelah timbul suatu masalah berupa kebutuhan yang digerakkan oleh rangsangan dari luar, dan didorong untuk memenuhi kebutuhan tersebut, konsumen akan mencari informasi tentang objek yang bisa memuaskan keinginannya. Pencarian informasi tergantung oleh kuat lemahnya kebutuhan banyaknya informasi yang telah dimilikinya kemudian mengadakan penilaian terhadap informasi yang diperolehnya.43 Sumber-sumber informasi konsumen dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok.

1) Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, dan kenalan.

2) Sumber komersial: iklan, tenaga penjualan, penyalur, kemasan dan pameran.

3) Sumber umum:media massa dan organisasi konsumen.

4) Sumber pengalaman: pernah menangani, menguji dan menggunakan produk.

Secara umum konsumen menerima informasi terbanyak dari suatu produk dari sumber komersial, yaitu sumber yang didominasi oleh para pemasar. Pada sisi lain, informasi yang paling efektif justru berasal dari sumber-sumber pribadi. Setiap sumber informasi melaksanakan suatu fungsi yang agak berbeda dalam mempengaruhi keputusan membeli. Informasi komersial umumnya

43 Danang Sunyoto, Teori, Kuesioner Dan Analisis Data, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hlm.87.

(40)

40

melaksanakan fungsi memberitahu, sedangkan sumber pribadi melaksanakan fungsi legitimasi dan/atau evaluasi.

c. Penilaian alternatif

Dari informasi yang diperoleh konsumen, digunakan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai alternatif-alternatif yang dihadapi serta daya tarik masing-masing alternatif, untuk mengetahui proses evaluasi yang dilakukan konsumen terlebih dahulu harus dipahami beberapa konsep dasar yaitu: atribut golongan produk, keyakinan merek dagang, pembeli kemungkinan besar beranggapan bahwa kepuasan dapat diperoleh dari tiap atribut, konsumen menentukan sikap terhadap merek melalui proses evaluasi.44 d. Keputusan membeli

Pada tahapan ini konsumen telah memantapkan pilihan terutama berdasarkan tujuan pemenuhan kebutuhan yang sesungguhnya. Walaupun begitu proses pengambilan keputusan oleh konsumen ini masih dapat dipengaruhi oleh faktor sikap orang lain dan keadaan yang tidak terduga. Tidak jarang, keputusan pembelian yang telah dirancang dengan baik, akhirnya berubah hanya karena sikap orang lain.45

e. Perilaku sesudah pembelian

Setelah melakukan pembelian konsumen akan merasakan kepuasan atau mungkin ketidakpuasan. Ini menarik bagi produsen untuk memperhatikan tindakan konsumen setelah melakukan pembelian. Konsumen dalam memenuhi

44Danang Sunyoto, Teori Kuesioner Dan Analisis Data Untuk Pemasaran Dan Perilaku Konsumen, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hlm. 87

45 Yusanto dan Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islami, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), hlm. 166.

(41)

41

keinginannya, mempunyai pengharapan agar bisa terpuaskan. Pengharapan konsumen itu timbul dari pesan-pesan yang diterima dari para penjual, teman dan sumber lain bahkan dari perusahaan sendiri.

f. Kepuasan sesudah pembelian

Setelah membeli suatu produk seorang konsumen mungkin mendeteksi adanya suatu cacat. Beberapa pembeli tidak akan menginginkan produk cacat tersebut, yang lainya akan bersifat netral dan beberapa bahkan mungkin melihat cacat itu sebagai suatu yang menginginkan nilai dari produk.46

g. Tindakan sesudah pembelian

Jika konsumen puas, ia mungkin ingin membeli produk itu hal-hal baik tentang merek kepada orang lain. Di pihak lain, konsumen yang kecewa mungkin mengabaikan atau mengembalikan produk. Mereka mungkin mencari informasi mengajukan tuntunan umum dengan melayangkan keluhan ke kelompok lain (seperti badan bisnis, swasta, atau pemerintah). Tindakan pribadi mencakup keputusn untuk berhenti membeli produk (opsi keluar) atau memperingatkan teman (opsi suara).47

B. Take Over

1. Pengertian Take Over

Secara bahasa Take Over diartikan sebagai mengambil alih.48 Menurut fatwa DSN-MUI yang dimaksud pengalihan hutang (Take Over) adalah

46 Nugroho J Setiadi, Perilaku Konsumen, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2013), hlm.17- 18.

47 Philip Kotler Dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2009), hlm.190.

48 Rudy Haryono dan Mahmud Mahyong, Kamus Inggris-Indonesia, (Jombang: Lintas Media,2005), hlm. 578

(42)

42

pemindahan hutang nasabah dari bank/lembaga keuangan konvensional ke bank/lembaga keuangan syariah. Salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan bank syariah adalah membantu masyarakat untuk mengalihkan transaksi non syariah yang telah berjalan menjadi transaksi yang sesuai dengan prinsip syariah.49

Menurut T. Guritno yang dimaksud dengan Take Over perbuatan mengambil alih sesuatu. Dalam lingkup perseroan, Take Over berupa penawaran kepada pemegang saham untuk membeli sahamnya, baik seluruhnya maupun sebagian dengan harga tertetu dan dengan tujuan menguasai yang ditawar. Istilah Take Over menunjukkan bahwa semua keadaa baik dari pemilik maupun perseroan. Penawar mungkin adalah perseorangan yang umumnya lebih besar dari yang ditawar.50

Dalam hal ini, atas permintaan nasabah, bank syariah melakukan pengambil alihan hutang nasabah dari bank konvensional dengan cara memberikan jasa hiwalah atau dapat juga menggunakan qard, disesuaikan dengan ada atau tidaknya unsur bunga dalam hutang nasabah melunasi kewajibannya kepada bank konvensional, transaksi yang terjadi adalah antara nasabah dengan bank syariah. Dengan demikian, yang dimaksud dengan pembiayaan berdasarkan Take Over adalah pembiayaan yang timbul sebagai akibat dari Take Over terhadap transaksi non syariah yang telah berjalan yang dilakukan oleh bank syariah atas permintaan nasabah.51

49 Fatwa DSN-MUI.

50 T. Guritno, Kamus Perbankan dan Bisnis, (Yogyakarta: UGM Press, 1996), hlm. 298.

51 Adiwar man Karim, Bank Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,2013), hlm. 248

(43)

43 2. Manfaat Pengalihan Hutang

a. Memungkinkan penyelesaian utang dan piutang dengan cepat dan simultan.

b. Tersedianya talangan dana untuk hibah bagi yang membutuhkan Dapat menjadi salah satu fee-based income / sumber pendapatan nonpembiayaan bagi bank syariah.

3. Hiwalah

a. Pengertian Hiwalah

Secara etimologi hiwalah diambil dari kata tahwil yang berarti intiqal yang artinya pemindahan. Dalam konteks ini, hiwalah adalah memindahkan uang dari tanggungan orang yang berutang atau al-muhil menjadi tanggungan orang yang akan melakukan pembayaran utang atau al-muhal „alai.

Sedangkan secara terminologi, Wahbah al-juhaili berpendapat, hiwalah adalah pengalihan kewajiban membayar utang dari beban pihak pertama kepada pihak lain yang berutang kepadanya atas dasar saling mempercayai.52 Hiwalah dibedakan menjadi beberapa jenis, Hanafi membedakan hiwalah ini menjadi dua jenis yaitu:

1) Hiwalah Mutlaqah, yaitu seseorang memindahkan hutangnya kepada orang lain dan tidak mengaitkan dengan hutang yang ada pada orang itu. Menurut ketiga mazhab lain kalau muhal ala‟ih tidak punya utang kepada muhil, maka hal ini sama dengan kafalah dan ini harus dengan keridhaan tiga pihak.

52 Abdur Rahman Ghazaly, dkk, Fiqih Muamalat, (Jakarta: Prenadamedia Grup, 2010), hlm. 254.

(44)

44

2) Hiwalah Muqayyadah, seseorang memindahkan utang dan mengaitkan dengan piutang yang ada padanya, inilah hiwalah yang boleh (jaiz) berdasarkan kesepakatan ulama.

Kemudian apabila dikaitkan dengan Hukum Lembaga Pembiayaan akad hiwalah dipakai dalam factoring atau anjak piutang. Anjak piutang adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut.53

b. Landasan Hukum Syariah

Hiwalah dibolehkan berdasarkan Sunnah dan Ijma‟. Landasan syariah hiwalah dalam al-Qur‟an Surat Al-Baqarah (2): 282

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu melakukan utang- piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar”. (Q.S Al-Baqarah (2): 282).

Surat Al-Baqarah ayat 282 di atas mengajarkan sejumlah kaidah dan hukum transaksi yang terjadi di antara manusia. Pertama, anjuran untuk menuliskan utang yang ditangguhkan pembayarannya dalam tanggungan, baik penangguh itu dengan arena pinjam meminjam, jual beli maupun salam (yaitu jual beli barang yang disebutkan sifatnya dan ditangguhkan penyerahannya hingga waktu yang akan datang).

Hendaknya penulis menulis dengan adil dan mengetahui prinsip-prinsip dan syarat-syarat penulisan. Hendaknya ia tidak menolak untuk menulis

53 Khotibul Umam dan Setiawan Budi Utomo, Perbankan Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2017), hlm. 156-157

(45)

45

sebagaimana allah mengajarkan kepadanya tanpa menambah atau mengurangi atau menimpakkan bahaya kepada seorang pun.54

Landasan syariah atas hiwalah dapat dijumpai dalam hadis dan ijma‟.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW, bersabda:

Artinya: “menunda pembayaran bagi orang yang mampu adalah suatu kezaliman, dan apabila kamu menerima jaminan orang yang mampu, hendaklah kamu mengikuti pemindahan tersebut”.

Berita yang disampaikan hadis di atas adalah bagi mereka yang mempunyai hutang, apabila terdapat orang yang mempunyai kemammpuan untuk menerima hiwalah, maka hendaklah ia menerima hiwalah tersebut, dan hendaklah ia menagih kepada muhal „alaih, dengan demikian haknya dapat terpenuhi.55

Kemudian dalam ijma‟ telah tercapai kesepakatan ulama tentang kebolehan hiwalah ini. Hal ini sejalan dengan kaidah dasar di bidang muamalah, bahwa semua bentuk muamalah diperbolehkan kecuali ada dalil yang tegas melarangnya.

c. Landasan Hukum Positif

Hiwalah sebagai salah satu produk perbankan syariah di bidang jasa telah mendapatkan dasar hukum islam dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan. Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, hiwalah mendapatkan dasar hukum yang lebih

54 Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Wasith, (Jakarta: Gema Insani, 2012), hlm. 147.

55 Hulwati, Ekonomi Islam, (Fakultas Syari;ah IAIN Imam Bonjol Padang: Ciputat Press Grup, 2009), hlm. 110.

(46)

46

kokoh. Dalam pasal 19 Undang-Undang Perbankan Syariah disebutkan bahwa kegiatan usaha Bank Umum Syariah antara lain meliputi melakukan pengambilalihan utang berdasrkan akad hiwalah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

Produk jasa perbankan syariah berdasarkan akad hiwalah secara teknis mendasarkan pada PBI No. 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah, sebagaimana yang telah di ubah dengan PBI No.

10/16/PBI/2008. Pasal 3 PBI dimaksud menyebutkan Pemenuhan Prinsip Syariah sebagaimana dimaksud, antara lain dilakukan melalui kegiatan pelayanan jasa dengan mempergunakan antara lain Akad Kafalah, Hawalah dan Sharf.

DSN-MUI telah menerbitkan Fatwa No. 31/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pengalihan Hutang. Istilah lain untuk pengalihan hutang dalam bahasa fikih dikenal dengan istilah hiwalah. Substansi dari fatwa tersebut adalah sebagai berikut.56

Pertama: Ketentuan Umum

Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan:

1. Pengalihan Utang adalah pemindahan utang nasabah dari bank/lembaga keuangan konvensional ke bank/lembaga keuangan syariah.

2. Al-Qard adalah akad pinjaman dari Lembaga Keuangan Syariah (LKS) kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan

56 Khotibul Umam dan Setiawan Budi Utomo, Perbankan Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2017), hlm. 158-159.

(47)

47

pokok pinjaman yang diterimanya kepada LKS pada waktu dan dengan cara pengembalian yang telah disepakati.

3. Nasabah adalah (calaon) nasabah LKS yang mempunyai kredit kepada Lembaga Keungan Konvensional (LKK) untuk pengembalian aset, yang ingin mengalihkan hutangnya ke LKS.

4. Aset adalah aset nasabah yang dibelinya melalui kredit dari LKK dan belum lunas pembayaran kreditnya.

Kedua: Ketentuan Akad

Akad dapat dilakukan melalui empat alternatif berikut:

Alternatif I

a. LKS memberikan qard kepada nasabah. Dengan qard tersebut nasabah melunasi kredit (utang) nya; dan dengan demikian, aset yang dibeli dengan kredit tersebut menjadi milik nasabah secara penuh.

b. LKS, dan dengan hasil penjualan itu nasabah melunasi qard-nya kepada LKS.

c. LKS menjual secara Murabahah aset yang telah menjadi miliknya tersebut keapada nasabah, dengan pembayaran secara cicilan.

d. Fatwa DSN nomor: 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang al-qard dan Fatwa DSN nomor: 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah berlaku pula dalam pelaksanaan pembiayaan pengalihan utang sebagaimana dimaksud alternatif ini.57

57 Khotibul Umam dan Setiawan Budi Utomo, Perbankan Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 158-159.

(48)

48 Alternatif II

1. LKS membeli sebagian aset nasabah, dengan seizin LKK; sehingga dengan demikian, terjadilah syirkah al-milk antara LKS dan nasabah terhadap aset tersebut.

2. Bagian aset yang dibeli oleh LKS sebagaimana dimaksud angka 1 adalah bagian aset yang senilai dengan hutang (sisa cicilan) nasabah kepada LKK.

3. LKS menjual secara murabahah bagian aset yang menjadi miliknya tersebut keapada nasabah, dengan pembayaran secara cicilan.

4. Fatwa DSN nomor: 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah berlaku pula pada pembiayaan Pengalihan Hutang sebagaimana dalam alternatif II ini.58

Alternatif III

a. Dalam pengurusan untuk memperoleh kepemilikan penuh atas aset, nasabah dapat melakukan kad ijarah dengan LKS, sesuai dengan fatwa DSN-MUI No. 9/DSN-MUI/IV/2002.

b. Apabila diperlukan, LKS dapat membantu menalangi kewajiban nasabah dengan menggunakan prinsip al-qard sesuai fatwa DSN-MUI No. 19/DSN- MUI/IV/2001.

c. Akad ijarah sebagaimana dimaksudkan angka 1 tidak boleh dipersyaratkan dengan (harus terpisah dari) pemberian talangan sebagaimana dimaksudkan angka 2.

58 Khotibul Umam dan Setiawan Budi Utomo, Perbankan Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2017), hlm. 158-159.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah penulis melakukan penelitian, maka dapat dikemukakan bahwa strategi yang dilakukan oleh UD.Cahaya Minang dalam menghadapi persaingan bisnis sudah cukup efektif

Dengan adanya pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang ditawarkan oleh program studi menjadi peluang besar untuk menarik mahasiswa dari perguruan tinggi lain untuk

Adanya penimbunan (ikhtikar) oleh segelintir penjual. Adanya persaingan yang tidak sehat, menggunakan cara-cara yang tidak fair, antara penjual sehingga harga yang

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk memperoleh, mengolah dan menginterprestasikan informasi.. yang diperoleh dari responden yang

Tabungan merupakan simpanan dalam bentuk mata uang rupiah yang dikelola berdasarkan prinsip syariah dengan akad mudharabah mutlaqah atau akad wadiah.Bank sebagai pihak

Karim, Bank Islam : Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta : PT.. 19 2) Hasil dari pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat diperhitungkan dengan dua cara yaitu,

Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa profitabilitas memiliki nilai t hitung sebesar

Dalam hadis tersebut dapat dipahami dan diambil maknanya bahwa dalam melakukan perdangan (dalam hal ini pembiayaan dengan akad murabahah) dibolehkan oleh Rasulullah SAW