ANALISIS PENYUSUNAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BERDASARKAN PERATURAN MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 53 TAHUN 2014
(Studi Kasus di Badan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bantul)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Bagas Kusuma Yudha NIM: 142114135
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2018
i
ANALISIS PENYUSUNAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BERDASARKAN PERATURAN MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 53 TAHUN 2014
(Studi Kasus di Badan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bantul)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Bagas Kusuma Yudha NIM: 142114135
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2018
ii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“...If you believe, you will receive whatever you ask for in prayer.”
(Matthew 21:22) Nothing is impossible
PERSEMBAHAN:
Skripsi ini saya persembahkan untuk : Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, Papa dan Mama Tercinta, Totok Riyanto dan Alm. M.M. Istaryatni, Kakak saya, Yessy Natalia K. W., Noviana Kusumawati, Kristian Kusumajati,
Yoshinta Nuraviyanti dan keluarga, Sahabat Asrama Gajah, serta
Teman-teman lainnya.
v
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul:
ANALISIS PENYUSUNAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BERDASARKAN PERATURAN MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DA N REFORMASI BIROKRASI NOMOR 53 TAHUN 2014
(Studi Kasus di Badan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bantul) dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 05 Oktober 2018 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut diatas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian saya terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 30 November 2018 Yang membuat pernyataan,
Bagas Kusuma Yudha
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN PUBLIKASI AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Bagas Kusuma Yudha
Nomor Mahasiswa : 142114135
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
ANALISIS PENYUSUNAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BERDASARKAN PERATURAN MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 53 TAHUN 2014
(Studi Kasus di Badan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bantul)
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 30 November 2018
Bagas Kusuma Yudha
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan berkat yang telah diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 (Studi Kasus di Badan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bantul).
Penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu tujuan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma. Penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar karena bantuan tenaga, waktu dan pikiran dari beberapa pihak yang membantu penulis selama pembuatan skripsi ini berlangsung. penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Drs. J. Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma.
2. Albertus Yudi Yuniarto, S.E., M.B.A., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
3. Drs. Yohanes Pembaptis Supardiyono, M.Si., Ak., QIA., CA., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
4. Aurelia Melinda Nisita W., S.E., M.Sc. selaku dosen pembimbing MPAT dan skripsi yang telah bersedia memberikan waktu, pikiran dan tenaga kepada penulis selama pembuatan skripsi.
viii
5. Lisia Apriani, S.E., M.Si., Ak., QIA., CA selaku Dosen Pembimbing Akademik.
6. Kepala BAPPEDA Kabupaten Bantul selaku Up. dari Bupati Bantul yang sudah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Badan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bantul.
7. Kedua orangtua saya, Bapak Totok Riyanto dan Ibu Maria Magdalena Istaryatni yang telah memberikan seluruh motivasi, nasehat, doa agar penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.
8. Kakak saya, Yessy Natalia Kusuma Wardhani, Noviana Kusumawati, Kristian Kusumajati yang telah memberikan dukungan serta doa kepada penulis selama penulisan skripsi.
9. Yoshinta Nuraviyanti dan keluarga yang senantiasa mendampingi dan memberikan motivasi kepada penulis dalam mengerjakan skripsi.
10. Sahabat-sahabat saya, Sahabat Asrama Gajah yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam mengerjakan skripsi.
11. Teman Pejuang Skripsi yang sudah memberikan dukungan dan bantuan secara kritik maupun saran selama pengerjaan skripsi.
12. Teman-teman DAMPOK INSIPRO 2015, PEKAFE 2016, INSADHA 2017 yang sudah memberikan semangat dan nasehat kepada saya selama penulisan skripsi ini.
13. Teman-teman Akuntansi kelas C yang telah memberikan saran maupun kritik yang membangun selama pembuatan skripsi ini.
ix
14. Teman-teman Akuntansi angkatan 2014 yang telah memberikan kritik dan saran yang berguna bagi peneliti.
15. Seluruh pihak yang sudah sangat berjasa bagi penulis selama proses penulisan skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Saya menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran untuk membangun dan menyempurnakan penelitian ini. Agar penelitian ini dapat berguna suatu saat.
Yogyakarta, 30 November 2018
Bagas Kusuma Yudha
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii
HALAMAN PENGESAHAN ...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ...v
HALAMAN LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ...vii
HALAMAN DAFTAR ISI ...x
HALAMAN DAFTAR TABEL ...xiv
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ...xv
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ...xvi
ABSTRAK ...xvii
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Rumusan Masalah ...4
C. Tujuan Penelitian ...4
D. Manfaat Penelitian ...4
E. Sistematika Penelitian ...5
BAB II LANDASAN TEORI ...7
A. Organisasi Sektor Publik ...7
xi
1. Pengertian Organisasi Sektor Publik ...7
2. Ciri-ciri Organisasi Sektor Publik ...7
3. Jenis-jenis Organisasi Sektor Publik ...8
4. Tipe-tipe Organisasi Sektor Publik ...8
5. Karakteristik Organisasi Sektor Publik ...10
6. Alasan Dibutuhkannya Organisasi Sektor Publik ...11
B. Kinerja ...12
1. Pengertian Kinerja ...12
2. Pengertian Indikator Kinerja ...13
3. Fungsi Indikator Kinerja ...13
4. Kelompok Indikator Kinerja ...14
C. Pengukuran Kinerja ...15
1. Pengertian Pengukuran Kinerja ...15
2. Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja ...16
D. Akuntabilitas...17
E. Kinerja Instansi Pemerintah ...19
F. Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) ...20
G. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) ...21
1. Pengertian SAKIP ...21
2. Sasaran SAKIP ...21
H. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ....22
1. Pengertian LAKIP ...22
2. Tujuan LAKIP ...23
xii
3. Manfaat LAKIP ...23
4. Prinsip Penyusunan LAKIP ...23
5. Format LAKIP ...24
I. Penelitian Terdahulu ...26
BAB III METODE PENELITIAN...30
A. Jenis Penelitian ...30
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...31
C. Subjek dan Objek Penelitian ...31
D. Sumber Data ...31
E. Teknik Pengumpulan Data ...32
F. Teknik Analisis Data ...33
BAB IV GAMBARAN UMUM ...39
A. Profil Badan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bantul ...39
B. Visi dan Misi ...42
C. Tujuan dan Sasaran...43
D. Tugas dan Fungsi ...44
E. Sumber Daya Manusia ...44
F. Struktur Organisasi ...45
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ...47
A. Analisis Data ...47
1. Persiapan Data ...47
2. Pengolahan Keseluruhan Data ...47
3. Deskripsi dan Perbandingan Data ...48
xiii
B. Pembahasan ...60
BAB VI PENUTUP ...63
A. Kesimpulan ...63
B. Keterbatasan Penelitian ...64
C. Saran ...64
DAFTAR PUSTAKA ...66
LAMPIRAN ...68
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Perbandingan Format LAKIP berdasarkan PERMENPAN RB
No. 53 Tahun 2014 dengan LAKIP BKAD Bantul Tahun 2017 ...36 Tabel 5.1 Perbandingan Format LAKIP berdasarkan PERMENPAN RB
No. 53 Tahun 2014 dengan LAKIP BKAD Bantul Tahun 2017 ...54
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Analisis Data dalam Penelitian Kualitatif ...38
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian...69 Lampiran 2. Hasil Wawancara ...70 Lampiran 3. LAKIP BKAD Kabupaten Bantul Tahun 2017 ...75
xvii ABSTRAK
ANALISIS PENYUSUNAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BERDASARKAN PERATURAN MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 53 TAHUN 2014
(Studi Kasus di Badan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bantul) Bagas Kusuma Yudha
NIM : 142114135 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2018
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian penyusunan format Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Bantul Tahun 2017 berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PERMENPAN RB) Nomor 53 Tahun 2014. LAKIP merupakan laporan pertanggungjawaban yang dibuat oleh instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan setiap kegiatan yang telah dijalankan baik keberhasilan maupun kegagalan dalam satu tahun anggaran sebagai perwujudan dari tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan studi kasus. Data diperoleh dengan cara dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif komparatif yaitu metode yang sifatnya menguraikan, membandingkan dan menganalisis antara LAKIP BKAD Kabupaten Bantul Tahun 2017 dengan PERMENPAN RB Nomor 53 Tahun 2014.
Hasil penelitian secara keseluruhan menunjukkan adanya ketidaksesuaian penyusunan format LAKIP BKAD Kabupaten Bantul Tahun 2017 dengan PERMENPAN RB Nomor 53 Tahun 2014. Dari lima indikator dalam peraturan, terdapat dua indikator yang belum dapat dipenuhi yaitu Bab IV Penutup dan bagian Lampiran serta satu indikator yang berbeda dengan peraturan yaitu Ikhtisar Eksekutif, sehingga dapat disimpulkan LAKIP BKAD Kabupaten Bantul Tahun 2017 tidak sepenuhnya sesuai dengan PERMENPAN RB Nomor 53 Tahun 2014.
Kata kunci: LAKIP, PERMENPAN RB, Akuntabilitas
xviii ABSTRACT
THE ANALYSIS OF PREPARATION OF PERFORMANCE
ACCOUNTABILITY REPORT OF GOVERNMENT INSTITUTION (LAKIP) BASED ON REGULATION OF STATE MINISTER OF ADMINISTRATIVE AND BUREAUCRACY REFORM (PERMENPAN RB) NUMBER 53 OF 2014
(A Case Study at Financial Institution and Regional Assets in Bantul) Bagas Kusuma Yudha
NIM : 142114135 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2018
The purpose of this research is to analize and evaluate the Performance Accountability Report of Government Institution (LAKIP) of Financial Institution and Regional Assets (BKAD) in Bantul at 2017 based on Regulation of State Minister of Administrative and Bureaucracy Reform (PERMENPAN RB) Number 53 of 2014. LAKIP is the accountability report made by the government institution to be responsible for each activity that has been done for both success and failure in one year as the embodiment of good governance.
The type of this research is qualitative research using a case study. The data was obtained by documentation and interview. The data analysis technique used was descriptive comparative by explaining, comparing, and analysing between LAKIP BKAD in Bantul of 2017 and PERMENPAN RB Number 53 of 2014.
The results show that there is an unsuitable format of the LAKIP BKAD in Bantul of 2017 and PERMENPAN RB Number 53 of 2014. From the five indicators in regulation, there are two indicators that have not been fulfilled yet which is the suggestion in Chapter IV and appendix. There is also one indicator which differs from the regulation, that is Executif Summary. It can be summarized that LAKIP BKAD in Bantul of 2017 is not fully suitable with PERMENPAN RB Number 53 of 2014.
Keywords: LAKIP, PERMENPAN RB, Accountability.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaruan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan, ketatalaksanaan, dan sumber daya manusia. Upaya tersebut mulai dilakukan oleh pemerintah, agar Indonesia dapat menjalankan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih atau sering disebut good governance. Mardiasmo (2005:
18) menyebutkan tiga pilar utama dalam good governance adalah akuntabilitas, transparansi, serta efektivitas dan efisiensi (effectiveness and efficiency).
Bentuk dukungan pemerintah dalam mewujudkan tiga pilar utama tersebut, yaitu dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, di mana pemerintah pusat, dan pemerintah daerah termasuk ke dalam entitas pelaporan.
Entitas tersebut diwajibkan melakukan pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN/APBD secara efektif dan efisien serta terbuka sebagai bentuk informasi kepada publik.
Informasi publik yang baik dihasilkan dari kinerja karyawan dan organisasi yang baik pula, maka pengukuran kinerja sangat penting dilakukan untuk menilai akuntabilitas organisasi dan manajer dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik (Mardiasmo, 2005: 121). Pemerintah merupakan
organisasi sektor publik terbesar yang bertanggung jawab menyediakan pelayanan publik secara adil dan merata, sebagai bentuk imbalan tidak
langsung atas kewajiban membayar pajak yang telah masyarakat lakukan (Mahsun, 2011: 20). Pemerintah diharapkan tidak berorientasi pada laba atau keuntungan, sehingga dapat memberikan kesejahteraan kepada seluruh masyarakat.
Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Bantul adalah salah satu organisasi sektor publik yang sudah dipercaya oleh pemerintah dan juga masyarakat sebagai pengelola keuangan dan aset daerah, sehingga BKAD Kabupaten Bantul mempunyai visi menjadi institusi yang terpercaya dan handal dalam tata kelola keuangan dan aset daerah. Selanjutnya, untuk merealisasikan visi tersebut disusunlah dua misi yaitu mewujudkan pengelolaan keuangan dan aset daerah yang akuntabel dengan indikator sasaran opini pemeriksaan BPK atas laporan keuangan perangkat daerah (LKPD), karena selama tahun 2013 sampai dengan tahun 2016, BKAD Kabupaten Bantul mendapat predikat WTP oleh BPK (Lampiran hal.109), serta peningkatan kemampuan keuangan daerah.
Mengacu pada misi yang telah ditetapkan, bentuk pertanggungjawaban BKAD Kabupaten Bantul kepada pemerintah dan juga masyarakat atas sasaran dan program serta kegiatan yang telah dicapai, maka BKAD Kabupaten Bantul wajib menyampaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang disusun berdasarkan peraturan pemerintah yang berlaku dan disampaikan setiap akhir tahun anggaran. Selain sebagai pertanggungjawaban,
penyusunan LAKIP tersebut juga penting dilakukan untuk mengukur kinerja karyawan dan organisasi, sehingga kedepannya karyawan dan organisasi tersebut dapat memberikan pelayanan kepada publik secara maksimal.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penelitian Wulansuci (2017) yang dilakukan di Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan (DPUP) Kabupaten Sleman dengan judul Analisis Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 yang menghasilkan ketidaksesuaian antara LAKIP DPUP Kabupaten Sleman dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PERMENPAN RB) Nomor 29 Tahun 2010. Saat ini, PERMENPAN RB Nomor 29 Tahun 2010 sudah tidak berlaku dan diperbarui dengan PERMENPAN RB Nomor 53 Tahun 2014 sebagai petunjuk teknis dalam penyusunan LAKIP.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Analisis Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 pada Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Bantul”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penyusunan format Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Bantul Tahun 2017 sudah sesuai dangan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian penyusunan format Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Bantul Tahun 2017 berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini:
1. Bagi Badan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bantul
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan masukan bagi Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Bantul terkait dengan kesesuaian penyusunan format Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) berdasarkan peraturan yang berlaku.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan bagi universitas dan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa yang akan meneliti topik serupa, serta menambah pengetahuan bagi mahasiswa lain terkait
format dan kedisiplinan instansi pemerintah dalam menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) berdasarkan peraturan yang berlaku.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana untuk menerapkan teori yang telah didapatkan di bangku perkuliahan, mengembangkan kemampuan dalam berpikir dan menganalisis berbagai permasalahan yang terjadi di dalam penelitian, serta berbagi ilmu khususnya tentang format penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) berdasarkan peraturan yang berlaku.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini disusun dalam enam bab dengan sistematika:
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori
Bab ini menjelaskan teori-teori pendukung sebagai acuan penelitian.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini berisi uraian tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.
Bab IV Gambaran Umum
Bab ini menjelaskan secara singkat mengenai objek penelitian yaitu Badan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bantul.
Bab V Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian berupa analisis data, dan pembahasannya.
Bab VI Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran yang diharapkan bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan
7 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Organisasi Sektor Publik
1. Pengertian Organisasi Sektor Publik
Definisi organisasi sektor publik menurut Nordiawan (2006: 1):
Sebuah entitas ekonomi yang memiliki sumber daya ekonomi yang tidak kecil dan memiliki keunikan tersendiri. Organisasi sektor publik juga melakukan transaksi-transaksi ekonomi dan keuangan dengan tujuan tidak untuk mencari laba tetapi menyejahterakan masyarakat dan sebagian besar merupakan organisasi pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Definisi organisasi sektor publik menurut Mahsun, dkk. (2011: 13):
“organisasi yang berhubungan dengan kepentingan umum dan penyediaan barang atau jasa kepada publik yang dibayar melalui pajak atau pendapatan negara lain yang diatur dengan hukum.”
Dari kedua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa organisasi sektor publik adalah organisasi yang melakukan transaksi-transaksi ekonomik berupa penyediaan barang atau jasa kepada publik yang tujuan utamanya bukan mencari laba tetapi menyejahterakan masyarakat dan sumber pendanaannya berasal dari pajak atau pendapatan negara lainnya yang diatur dalam undang-undang.
2. Ciri-ciri Organisasi Sektor Publik
Organisasi sektor publik dikatakan unik karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Nordiawan, 2006: 2):
a. Dijalankan tidak untuk mencari keuntungan finansial.
b. Dimiliki secara kolektif oleh publik.
c. Kepemilikan atas sumber daya tidak digambarkan dalam bentuk saham yang diperjualbelikan.
d. Keputusan-keputusan yang terkait kebijakan maupun operasi didasarkan pada konsensus.
3. Jenis-jenis Organisasi Sektor Publik
Bastian (2010: 11) mengemukakan beberapa jenis organisasi sektor publik yang ada di Indonesia, yaitu:
a. Organisasi Pemerintah Pusat b. Organisasi Pemerintah Daerah c. Organisasi Partai Politik d. Organisasi LSM
e. Organisasi Yayasan
f. Organisasi Pendidikan seperti sekolah
g. Organisasi Kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit
h. Organisasi Tempat Peribadatan seperti Masjid, Gereja, Vihara, Pura 4. Tipe-tipe Organisasi Sektor Publik
Pada umumnya tipe organisasi hanya sering dikelompokkan menjadi dua yaitu profit organization dan nonprofit organization, namun Mahsun, dkk.
(2011: 4) mengelompokkan organisasi sektor publik ke dalam empat tipe organisasi, yaitu:
a. Pure-Profit Organization
Tujuan organisasi ini adalah menyediakan atau menjual barang dan/atau jasa dengan maksud utama untuk memperoleh laba sebanyak-banyaknya
sehingga bisa dinikmati oleh para pemilik. Sumber pendanaan organisasi ini berasal dari investor swasta dan kreditor.
b. Quasi-Profit Organization
Tujuan organisasi ini adalah menyediakan atau menjual barang dan/atau jasa dengan maksud untuk memperoleh laba dan mencapai sasaran atau tujuan lainnya sebagaimana yang dikehendaki para pemilik. Sumber pendanaan organisasi ini berasal dari investor swasta, investor pemerintah, kreditor, dan para anggota.
c. Quasi-Nonprofit Organization
Tujuan organisasi ini adalah menyediakan atau menjual barang dan/atau jasa dengan maksud untuk melayani masyarakat dan memperoleh keuntungan. Sumber pendanaan organisasi ini berasal dari investor pemerintah, investor swasta, dan kreditor.
d. Pure-Nonprofit Organization
Tujuan organisasi ini adalah menyediakan atau menjual barang dan/atau jasa dengan maksud untuk melayani dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sumber pendanaan organisasi ini berasal dari pajak, retribusi, utang, obligasi, laba BUMN/BUMD, hibah, sumbangan, penjualan aset negara, dan sebagainya.
5. Karakteristik Organisasi Sektor Publik
Bastian (2010: 11) mengungkapkan karakteristik organisasi sektor publik sebagai berikut:
a. Tujuan
Mensejahterakan masyarakat secara bertahap, baik dalam kebutuhan dasar, dan kebutuhan lainnya baik jasmani maupun rohani.
b. Aktivitas
Pelayanan publik (public services) seperti dalam bidang pendidikan, kesehatan, keamanan, penegakan hukum, transportasi publik, dan penyediaan pangan.
c. Sumber Pembiayaan
Berasal dari dana masyarakat yang berwujud pajak dan retribusi, laba perusahaan negara, pinjaman pemerintah, serta pendapatan lain-lain yang sah dan tidak bertentangan dengan perundangan yang berlaku.
d. Pola Pertanggungjawaban
Bertanggungjawab kepada masyarakat melalui lembaga perwakilan masyarakat, seperti dalam organisasi pemerintahan yang meliputi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) seta dalam yayasan dan LSM seperti dewan pengampu.
e. Kultur Organisasi
Bersifat birokratis, formal dan berjenjang.
f. Penyusunan Anggaran
Dilakukan bersama masyarakat dalam perencanaan program. Penurunan anggaran program publik dipublikasikan untuk dikritisi dan didiskusikan oleh masyarakat. Akhirnya, disahkan oleh wakil masyarakat di DPR, DPD, DPRD, dewan pengurus LSM, atau dewan pengurus yayasan.
g. Stakeholders
Dapat dirinci sebagai masyarakat Indonesia, para pegawai organisasi, para kreditor, para investor, lembaga-lembaga internasional termasuk lembaga donor internasional seperti Bank Dunia (World Bank), International Monetary Fund (IMF), Asian Development Bank (ADB), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), United Nation Development Program (UNDP), dan pemerintah luar negeri.
6. Alasan Dibutuhkannya Organisasi Sektor Publik
Mahsun, dkk. (2011: 20) mengungkapkan alasan mengapa organisasi sektor publik dibutuhkan, antara lain:
a. Menjamin pelayanan publik seperti pendidikan, kesehatan, transportasi, rekreasi, perlindungan hukum dapat disediakan untuk masyarakat secara adil dan merata tanpa memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk membayarnya.
b. Memastikan pelayanan publik tertentu ditempatkan pada wilayah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat misalnya museum, perpustakaan, tempat parkir dan sebagainya.
c. Memastikan bahwa public goods and services disediakan dengan harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan jika membeli dari perusahaan swasta, misalnya perusahaan transportasi, rumah sakit, sekolah, dan perusahaan jasa lainnya yang menyediakan layanan serupa.
d. Menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa karena adanya perbedaan agama maupun suku.
e. Melindungi hak dan kemerdekaan masyarakat dengan menetapkan peraturan perundang-undangan yang kuat dan jelas.
B. Kinerja
1. Pengertian Kinerja
Definisi kinerja menurut Mahsun, dkk. (2011: 141): “gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi”.
Mahsun (2011: 142) juga menjelaskan kinerja bisa diketahui jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target, kinerja individu atau kelompok individu tidak mungkin tercapai, karena tidak ada tolok ukurnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil pencapaian sasaran atau tujuan suatu organisasi yang dijalankan melalui berbagai program atau kegiatan dan diukur menggunakan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Pengertian Indikator Kinerja
Indikator adalah “ukuran kuantitatif atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan” (LAN, 2003: 13).
Indikator kinerja menurut PERMENPAN RB Nomor 53 Tahun 2014 adalah:
Ukuran keberhasilan yang menggambarkan tewujudnya kinerja, tercapainya hasil program dan hasil kegiatan. Indikator kinerja instansi pemerintah harus selaras antar tingkatan unit organisasi. Indikator kinerja yang digunakan harus memenuhi kriteria spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, relevan, dan sesuai dengan kurun waktu tertentu.
Tanpa indikator kinerja, akan sulit melakukan penilaian kinerja karena indikator tersebut merupakan faktor-faktor utama keberhasilan organisasi dan kunci dari indikator kinerja (Mardiasmo, 2005: 125). Jadi indikator kinerja dapat digunakan sebagai dasar untuk menilai atau mengukur kinerja suatu organisasi atau unit kerja yang bersangkutan dalam mencapai tujuan dan sasaran.
3. Fungsi Indikator Kinerja
Secara umum, indikator kinerja memiliki fungsi sebagai berikut (Mardiasmo, 2005: 128) :
a. Memperjelas tentang apa, berapa, dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan.
b. Memberikan rambu-rambu bagi organisasi untuk melaksanakan kegiatannya, sehingga pihak-pihak yang terkait mendapatkan kesepahaman (konsensus) terhadap tahapan atau kriteria yang dibangun dalam melaksanakan tugasnya.
c. Membangun dasar bagi pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja organisasi atau unit kerja, serta menjadi patokan bagi organisasi dalam menjalankan tugasnya.
4. Kelompok Indikator Kinerja
Menurut Lembaga Administrasi Negara (2003: 13), indikator kinerja kegiatan yang akan ditetapkan dikategorikan ke dalam kelompok:
a. Kelompok masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran, misalnya sumber daya manusia, dana, material, waktu, teknologi, dan sebagainya.
b. Kelompok keluaran (output) adalah segala sesuatu yang diharapkan berupa produk/jasa (fisik dan/atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasarkan masukan yang digunakan.
c. Kelompok hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran suatu kegiatan pada jangka menengah. Outcome merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk/jasa dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat.
d. Kelompok manfaat (benefit) adalah kegunaan suatu keluaran yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Dapat berupa tersedianya fasilitas yang dapat diakses oleh publik.
e. Kelompok dampak (impact) adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi, lingkungan atau kepentingan umum lainnya yang ditimbulkan baik positif maupun negatif.
C. Pengukuran Kinerja
1. Pengertian Pengukuran Kinerja
Fryer (2009) menjelaskan bahwa hal penting dalam manajemen kinerja adalah pengukuran kinerja. Melalui pengukuran kinerja maka dapat diketahui hal apa saja yang membutuhkan perubahan, sehingga pada akhirnya dapat mempengaruhi perilaku yang diinginkan yang akan menghasilkan peningkatan kinerja.
Definisi pengukuran kinerja (performance measurement) menurut Mahsun, dkk. (2011: 141) yaitu:
Suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas: efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang/jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan) hasil kegiatan dibandingkan dengan maksudkan yang diinginkan, dan efektivitasnya tindakan dalam mencapai tujuan.
Definisi pengukuran kinerja menurut Lembaga Administrasi Negara (2003: 4) yaitu:
Proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran, dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi, misi, dan strategi instansi pemerintah. Proses ini dimaksudkan untuk menilai pencapaian keberhasilan dan kegagalan setiap indikator kinerja.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu proses penilaian terhadap hasil kinerja, atau kemajuan suatu organisasi dalam mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya dan diukur menggunakan indikator kinerja.
2. Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja a. Tujuan Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja pada organisasi sektor publik menurut Mardiasmo (2005: 121) dimaksudkan untuk:
1) Pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah.
2) Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan.
3) Ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.
b. Manfaat Pengukuran Kinerja
Mardiasmo (2005: 122) menjelaskan manfaat pengukuran kinerja baik untuk internal maupun eksternal organisasi, antara lain:
1) Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen.
2) Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan.
3) Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkannya dengan target kinerja serta melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki kinerja.
4) Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman secara obyektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati.
5) Sebagai alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki kinerja organisasi.
6) Membantu mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.
7) Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.
8) Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.
D. Akuntabilitas
Definisi akuntabilitas menurut Bastian (2010: 10) adalah:
“pertanggungjawaban atas tindakan dan keputusan dari para pemimpin atau pengelola organisasi sektor publik kepada pihak yang memiliki kepentingan (stakeholder) serta masyarakat yang memberi amanah kepadanya, berdasarkan sistem pemerintahan yang berlaku.” Elwood (1993) menjelaskan terdapat empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik, yaitu:
1. Akuntabilitas Kejujuran dan Akuntabilitas Hukum
Akuntabilitas kejujuran terkait dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan, sedangkan akuntabilitas hukum terkait dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam penggunaan sumber dana publik.
2. Akuntabilitas Proses
Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem
informasi akuntansi, sistem informasi manajemen, dan prosedur administrasi.
3. Akuntabilitas Program
Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah telah mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal.
4. Akuntabilitas Kebijakan
Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah, baik pusat maupun daerah, atas kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah terhadap DPR/DPRD dan masyarakat luas.
Menurut Mardiasmo (2005: 20), akuntabilitas publik adalah:
Kewajiban pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.
Kemudian (Mardiasmo, 2005: 21) membagi akuntabilitas publik menjadi dua macam:
1. Akuntabilitas Vertikal
Akuntabilitas vertikal merupakan pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit- unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, dan pemerintah pusat kepada MPR.
2. Akuntabilitas Horisontal
Akuntabilitas horisontal adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas. Selain itu, Ryan (2004) menambahkan bahwa akuntabilitas horizontal tidak hanya sebagai pertanggungjawaban kepada masyarakat luas, tetapi juga sebagai bentuk pertanggungjawaban diantara departemen-departemen pemerintah, di mana departemen pemerintah bekerja sama dengan departemen lainnya, pemerintah daerah, atau organisasi non-profit untuk melakukan program bersama.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 Akuntabilitas Kinerja adalah:
Perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik.
E. Kinerja Instansi Pemerintah
Definisi kinerja instansi pemerintah menurut Lembaga Administrasi (2003:
3), adalah: “gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi, dan strategi instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan.”
Kinerja istansi pemerintah difokuskan pada pengukuran kinerja terhadap satuan kerja atau entitas dilingkungan pemerintah. Fokus pengukuran kinerja untuk setiap satuan kerja atau entitas mencakup (Mahsun, 2011: 198):
1. Visi, misi, tujuan, dan sasaran 2. Tugas pokok dan fungsi
3. Struktur organisasi dan personalia 4. Program kerja
5. Anggaran
F. Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP)
Menurut Lembaga Administrasi Negara (2003: 3), akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah: “perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui sistem pertanggungjawaban secara periodik.”
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dapat terwujud dengan baik apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut (LAN, 2003: 5):
1. Beranjak dari sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber-sumber daya yang konsisten dengan asas-asas umum penyelenggaraan negara.
2. Komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi yang bersangkutan.
3. Menunjukkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
4. Berorientasi pada pencapaian visi dan misi, serta hasil dan manfaat yang diperoleh.
5. Jujur, obyektif, transparan, dan akurat.
6. Menyajikan keberhasilan dan kegagalan dalam pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
G. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) 1. Pengertian SAKIP
Definisi SAKIP menurut Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014:
Rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah.
Definisi SAKIP menurut Lembaga Administrasi Negara (2003: 3):
Instrumen yang digunakan instansi pemerintah dalam memenuhi kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi, terdiri dari berbagai komponen dan yang merupakan satu kesatuan, yaitu perencanaan strategik, perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, dan pelaporan kinerja.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa SAKIP merupakan rancangan sistematik dari berbagai aktivitas, program dan prosedur yang dibuat oleh instansi pemerintah dalam memenuhi kewajibannya untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pencapaian sasaran dan tujuan, serta peningkatan kinerja instansi pemerintah.
2. Sasaran SAKIP
Sasaran Sistem Akuntabilitas Kinerja Pemerintah adalah (Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014):
a. Menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel sehingga dapat beroperasi secara efisien, efektif, dan responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungannya.
b. Terwujudnya transparansi instansi pemerintah.
c. Terwujudnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan nasional.
d. Terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
Penyelenggaraan SAKIP ini dilaksanakan untuk penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
H. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) 1. Pengertian LAKIP
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah dokumen yang berisi gambaran perwujudan AKIP yang disusun dan disampaikan secara sistematik (LAN, 2003: 4). LAKIP harus menyajikan data dan informasi relevan bagi pembuat keputusan agar dapat menginterprestasikan keberhasilan dan kegagalan secara lebih luas dan mendalam. Oleh karena itu, perlu dibuat suatu analisis tentang pencapaian akuntabililtas kinerja instansi secara keseluruhan.
2. Tujuan LAKIP
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014, tujuan dibuatnya LAKIP adalah:
a) Memberikan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai
b) Sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi instansi pemerintah untuk meningkatkan kinerjanya
3. Manfaat LAKIP
Dengan adanya pelaksanaan reformasi maka dapat diketahui bahwa LAKIP memiliki manfaat sebagai berikut (LAN, 2003: 4):
a. Mendorong instansi pemerintah untuk menyelenggarakan tugas umum pemerintah dan pembangunan secara baik dan benar yang didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku
b. Menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel sehingga dapat beroperasi secara efisien, efektif dan responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungannya
c. Menjadi masukan dan umpan balik bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka meningkatkan kinerja instansi pemerintah d. Terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
4. Prinsip Penyusunan LAKIP
Penyusunan LAKIP harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini, agar kualitas laporan menjadi lebih baik (LAN, 2003: 28):
a. Prinsip Lingkungan Pertanggungjawaban
Isi laporan harus proporsional dengan lingkup kewenangan dan tanggungjawab masing-masing, dan memuat keberhasilan maupun kegagalan.
b. Prinsip Prioritas
Isi laporan adalah hal-hal yang penting dan relevan bagi pengambilan keputusan dan pertanggungjawaban instansi yang diperlukan dan upaya- upaya tindak lanjutnya.
c. Prinsip Manfaat
Manfaat laporan harus lebih besar daripada biaya penyusunan dan laporan harus mempunyai manfaat bagi peningkatan pencapaian kinerja.
5. Format LAKIP
Format Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang dianjurkan terdiri dari (PERMENPAN RB Nomor 53 Tahun 2014):
a. Bab I Pendahuluan
Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issued) yang sedang dihadapi organisasi.
b. Bab II Perencanaan Kinerja
Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang bersangkutan.
c. Bab III Akuntabilitas Kinerja 1) Capaian Kinerja Organisasi
Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. Setiap pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja sebagai berikut:
a) Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini.
b) Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir.
c) Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi.
d) Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional (jika ada).
e) Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan.
f) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya.
g) Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja.
2) Realisasi Anggaran
Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen perjanjian kinerja.
d. Bab IV Penutup
Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.
e. Lampiran:
1) Perjanjian Kinerja
2) Lain-lain yang dianggap perlu
I. Penelitian Terdahulu
1. Listiyorini (2008) dengan judul penelitian Evaluasi Proses Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Pemda Kabupaten Bantul. Penelitian ini bertujuan untuk melihat proses penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) di Pemda Kabupaten Banul sesuai pedoman penyusunan LAKIP. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan LAKIP Pemda Kabupaten Bantul sudah sesuai dengan pedoman penyusunan LAKIP yang dikeluarkan oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN) tahun 2003.
2. Santoso (2013) dengan judul penelitian Analisis Laporan Kinerja Pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang disajikan apakah telah memenuhi fungsinya sebagai alat penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban sesuai dengan PERMENPAN RB Nomor 29 Tahun 2010. Penelitian menunjukkan bahwa Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara telah disajikan dengan cukup baik dan sesuai dengan PERMENPAN RB No 29 Tahun 2010.
3. Ristyana (2016) dengan judul penelitian Analisis Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Ponorogo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akuntabilitas kinerja instansi pemerintah di Kabupaten Ponorogo dan permasalahan yang terjadi dalam instansi pemerintah tersebut
serta solusi yang dipakai dalam mengatasi masalah yang terjadi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa banyak SKPD di Pemerintah Kabupaten Ponorogo yang belum memahami konsep akuntabilitas kinerja. Selain itu, masih terdapat permasalahan pada pelaporan kinerja dan capaian kinerja, yaitu belum ada kebijakan terkait dengan reward dan punishment bagi SKPD yang tepat waktu dan terlambat dalam menyampaikan LAKIPnya, serta belum adanya pemantauan atas outcome sebagai tindak lanjut dari tercapainya kinerja, sehingga menyebabkan nilai hasil evaluasi LAKIP Kabupaten Kulonprogo mendapat nilai “CC” atau buruk.
4. Wulansuci (2017) dengan judul penelitian Analisis Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 (Studi Kasus di Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian format Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan (DPUP) Kabupaten Sleman berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PERMENPAN RB) Nomor 29 Tahun 2010. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa LAKIP DPUP Kabupaten Sleman belum sepenuhnya sesuai dengan PERMENPAN RB Nomor 29 Tahun 2010. Dari sepuluh unsur yang diteliti, satu unsur tidak dapat dipenuhi, yaitu ikhtisar eksekutif dan tiga unsur tidak sesuai dengan format yaitu pada bagian pendahuluan, penutup, dan lampiran.
5. Pramudiana (2017) dengan judul penelitian Evaluasi Penyajian Laporan Keuangan Organisasi Sektor Publik (Studi Kasus di Pemerintah Kabupaten Cilacap). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian laporan keuangan yang disusun oleh Pemerintah Kabupaten Cilacap dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 berbasis akrual. Hasil penelitian ini menunjukkan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Cilacap untuk tahun 2015 belum sepenuhnya menerapkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 berbasis akrual karena penerapan basis akrual baru pertama kali dilakukan pada laporan keuangan tahun 2015 sehingga belum efektif. Terdapat enam jenis penyajian yang secara keseluruhan berisi 84 paragraf tentang penyajian laporan keuangan. Dari 84 paragraf tersebut, terdapat 73 paragraf yang menunjukkan kesesuaian dengan laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Cilacap tahun 2015, dan dapat dikatakan bahwa penerapan basis akrual yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Cilacap sudah cukup baik.
6. Widiyastuti (2018) dengan judul penelitian Analisis Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten Boyolali berdasarkan pedoman Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PERMENPAN RB) Nomor 29 Tahun 2010 serta mengevaluasi kinerja instansi pemerintah yaitu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.Hasil penelitian ini menunjukkan Laporan Akuntabiitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Boyolali tahun 2015 telah disajikan sesuai dengan PERMENPAN RB Nomor 29 Tahun 2010. Kinerja instansi berjalan dengan baik, namun masih ada program yang belum di capai secara optimal dengan rencana strategis yang disusun Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali.
30 BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan studi kasus. Studi kasus merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki atau mempelajari lebih mendalam suatu objek dalam penelitian dengan menggunakan berbagai metode dan teknik serta banyak sumber informasi untuk memahami secara mendalam dan menyeluruh bagaimana objek tersebut beroperasi atau berfungsi sesuai dengan konteksnya (Yusuf, 2013: 339). Studi kasus dalam penelitian ini dilakukan di kantor Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Bantul.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif komparatif, yaitu suatu metode penelitian yang mendasarkan diri kepada fakta dan menggunakan analisis perbandingan yang bertujuan untuk menguraikan dan membandingkan format LAKIP BKAD Kabupaten Bantul Tahun 2017 dengan PERMENPAN RB Nomor 53 Tahun 2014, di mana pengumpulan data dan analisis data berjalan pada waktu yang bersamaan. Metode penelitian ini bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian berlangsung (Nazir, 2014: 60). Metode penelitian ini akan digunakan untuk menjawab rumusan masalah dengan cara membandingkan format dan isi LAKIP BKAD Kabupaten Bantul Tahun 2017 dengan PERMENPAN RB Nomor 53 Tahun 2014, kemudian menarik kesimpulan berdasarkan fakta-fakta yang ada dengan kerangka pemikiran sendiri.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kantor Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Bantul, Komplek Parasamya Jl. RW Monginsidi No. 1 Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2018.
C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Sekretariat Sub Bagian Program, karena bagian tersebut yang bertugas dan bertanggung jawab dalam penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PERMENPAN) Nomor 53 Tahun 2014, dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Bantul Tahun 2017.
D. Sumber Data 1. Data Primer
Data Primer merupakan sumber data yang diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak
dipublikasikan. Data primer ini mencakup LAKIP BKAD Kabupaten Bantul Tahun 2017 dan PERMENPAN RB Nomor 53 Tahun 2014.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya berupa wawancara yang dilakukan dengan Sekretariat Sub Bagian Program. Data sekunder digunakan sebagai tambahan bukti untuk melengkapi kekurangan hasil dokumentasi dan analisis data.
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan secara tidak langsung dengan cara mengumpulkan data atau informasi yang berkaitan dengan penelitian (Bungin, 2011: 124). Dalam hal ini yang menjadi dokumentasi adalah gambaran umum dan struktur organisasi BKAD Kabupaten Bantul, LAKIP BKAD Kabupaten Bantul Tahun 2017 dan PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014.
2. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung dengan cara tanya jawab antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (Bungin, 2011: 111). Dalam hal ini wawancara dilakukan sebagai tambahan bukti untuk melengkapi kekurangan hasil dokumentasi dan analisis data dengan Sekretariat Sub Bagian Program.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif yaitu metode yang sifatnya menguraikan dan membandingkan antara Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PERMENPAN RB) Nomor 53 Tahun 2014 dengan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Bantul. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan acuan dari Creswell (2010: 277) sebagai teknik analisis data, dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Mengolah dan Mempersiapkan Data
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan data yang sudah diolah berupa Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PERMENPAN RB) Nomor 53 Tahun 2014 dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Bantul Tahun 2017.
Selanjutnya, peneliti mencari tahu format dan isi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang terkandung di dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PERMENPAN RB) Nomor 53 Tahun 2014 dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Bantul Tahun 2017.
2. Membaca Keseluruhan Data
Pada tahap ini peneliti telah membaca keseluruhan data dan mengetahui format dan isi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang terkandung di dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PERMENPAN RB) Nomor 53 Tahun 2014 berupa Bab I Pendahuluan, Bab II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja, Bab III Akuntabilitas Kinerja, Bab IV Penutup, serta Lampiran, dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Bantul Tahun 2017 berupa Ikhtisar Eksekutif, Bab I Pendahuluan, Bab II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja, Bab III Akuntabilitas Kinerja, Bab IV Penutup, serta Lampiran.
3. Mendeskripsikan dan Membuat Perbandingan Data
Dalam melakukan teknik analisis data ini, peneliti akan melakukan beberapa langkah, yaitu:
a. Mendeskripsikan format dan isi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PERMENPAN RB) Nomor 53 Tahun 2014 berupa Bab I Pendahuluan, Bab II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja, Bab III Akuntabilitas Kinerja, Bab IV Penutup, serta Lampiran, dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Bantul Tahun 2017 berupa Ikhtisar Eksekutif, Bab I Pendahuluan, Bab II
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja, Bab III Akuntabilitas Kinerja, Bab IV Penutup, serta Lampiran.
b. Membandingkan format dan isi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PERMENPAN RB) Nomor 53 Tahun 2014 dengan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Bantul Tahun 2017.
c. Mencari penyebab perbedaan format dan isi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Bantul Tahun 2017 dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PERMENPAN RB) Nomor 53 Tahun 2014 melalui wawancara dengan pihak yang menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Bantul Tahun 2017 yaitu Sekretariat Sub Bagian Program Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Bantul.
d. Peneliti akan menyajikan ke dalam bentuk tabel perbandingan antara format LAKIP berdasarkan PERMENPAN RB Nomor 53 Tahun 2014 dengan LAKIP BKAD Kabupaten Bantul Tahun 2017. Tabel ini berguna untuk mengetahui kesesuaian dan ketidaksesuaian antara format LAKIP berdasarkan PERMENPAN RB Nomor 53 Tahun 2014 dengan LAKIP
BKAD Kabupaten Bantul Tahun 2017. Tabel tersebut akan disajikan dalam bentuk sebagai berikut:
Tabel 3.1 Perbandingan Format LAKIP Berdasarkan PERMENPAN RB Nomor 53 Tahun 2014 dengan LAKIP BKAD Kabupaten Bantul Tahun 2017
Sumber: Kerangka Pemikirian, 2018 No Format PERMENPAN
RB Nomor 53 Tahun 2014
LAKIP BKAD Kabupaten Bantul Tahun
2017
Sesuai Tidak Sesuai
Ket.
1. Ikhtisar Eksekutif
2. Bab I
Pendahuluan
3. Bab II
Perencanaan Kinerja
4. Bab III
Akuntabilitas Kinerja
5. Bab IV
Penutup
6. Lampiran
4. Menginterpretasi Data
Tahap ini berupa interpretasi data yang berasal dari perbandingan antara format dan isi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PERMENPAN RB) Nomor 53 Tahun 2014 dengan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Bantul Tahun 2017.
Dalam tahap ini, akan diuraikan pembahasan dari analisis data yang telah dilakukan dan akan menegaskan apakah format dan isi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kabupaten Bantul Tahun 2017 sudah sesuai atau belum sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PERMENPAN RB) Nomor 53 Tahun 2014.
Berdasarkan teknik analisis data, peneliti memberikan gambaran mengenai teknik analisis data dalam bentuk bagan yang disesuaikan dengan penelitian yang telah dilakukan, yaitu sebagai berikut:
Gambar 3.1 Analisis Data dalam Penelitian Kualitatif
Sumber: Creswell, John W. 2010. Research Design. Terjemahan hlm. 277.
Menginterpretasi deskripsi data
Menvalidasi keakuratan informasi
Deskripsi dan Perbandingan data
Membaca keseluruhan data
Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis
Data mentah (transkripsi, data lapangan, gambar,dan sebagainya)
39 BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Profil Badan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bantul
Badan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bantul dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 12 Tahun 2016 tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Bantul. Rincian tugas, fungsi dan tata kerja Badan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bantul diatur dalam Peraturan Bupati Bantul Nomor 129 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi, serta Tata Kerja Badan Keuangan Dan Aset Daerah Kabupaten Bantul.
Sebelum ditetapkan dan diundangkan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 12 Tahun 2016, perangkat daerah yang menyelenggarakan urusan penunjang keuangan memiliki sejarah pembentukan sebagai berikut:
1. Sebelum tahun 2007 sebagai penyelenggaran keuangan daerah dilakukan oleh Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul yang bertugas membantu Sekretaris Daerah dalam melaksanakan fungsi pada bidang pengelolaan keuangan daerah.
2. Tahun 2007 telah dilaksanakan penataan perangkat daerah dengan ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 16 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Daerah. Berdasarkan Peraturan Daerah tersebut perangkat daerah yang menyelenggarakan urusan administrasi keuangan daerah dalam rangka memperkuat otonomi daerah yang meliputi aspek pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah adalah Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD). Ketugasan DPKAD sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2007 adalah melaksanakan urusan rumah tangga Pemerintah daerah dan tugas pembantuan di bidang pengelolaan keuangan dan aset daerah. DPKAD dibentuk dengan menggabungkan 3 perangkat daerah yang memiliki tugas yang berbeda yaitu:
a) Dinas Pendapatan Daerah melaksanakan tugas penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah pada bidang pendapatan daerah.
b) Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul melaksanakan ketugasan membantu Sekretaris Daerah dalam melaksanakan fungsi pada bidang pengelolaan keuangan daerah.
c) Bagian Perlengkapan Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul melaksanakan ketugasan membantu Sekretaris Daerah dalam pengelolaan aset/kekayaan daerah
3. Tahun 2011 telah dilaksanakan kembali penataan organisasi perangkat daerah dengan ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 17 tahun 2011 tentang Perubahan Ke-Tiga atas Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul tertanggal 29 Desember 2011. Berdasarkan Peraturan daerah tersebut organisasi perangkat daerah yang menyelenggarakan urusan administrasi keuangan daerah yang disesuaikan dengan kebutuhan, karakteristik, potensi, dan kemampuan daerah untuk mendukung terselenggaranya pemerintahan dan pembangunan di daerah,