• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pada aspek sosial, ekonomi, budaya dan kepentingan lainnya. Berangkat dari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pada aspek sosial, ekonomi, budaya dan kepentingan lainnya. Berangkat dari"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dinamika dunia internasional sering diwarnai dengan konflik kepentingan baik pada aspek sosial, ekonomi, budaya dan kepentingan lainnya. Berangkat dari kepentingan nasional atau national inters terdapat empat kepentingan yakni kepentingan pertahanan, ekonomi, tatanan dunia dan ideology, kendati terdapat beberapa konsep kepentingan nasional namun pada dasarnya adalah melindungi kestabilan Negara dan kedaulatan negaranya. Pertahanan Negara untuk melindungi kedaulatan teritorialnya menjadi penting dalam pembahasan konflik lintas wilayah atau kejahatan trans nasional seperti tindakan aktivitas illegal fishing oleh Negara lain di perairan Indonesia.

Tindakan illegal fishing merupakan salah satu bentuk kejahatan lintas batas atau trans nasional, karena aktivitas tersebut dilakukan oleh warga Negara lain di wilayah kedaulatan Negara lain seperti halnya nelayan Malaysia, Vietnam dan Filipina melakukan penangkapan ikan di perairan Indonesia secara illegal atau tanpa izin dari Pemerintah Negara Indonesia. Secara tidak langsung aktivitas illegal fishing tersebut dapat dikategorikan sebagai ancaman kedaulatan Negara Indonesia.

(2)

2 Aktivitas penangkapan ikan secara illegal atau illegal fishing menjadi perhatian tersendiri oleh Pemerintah Negara Indonesia, karena ditinjau dapat merugikan Negara khususnya pada sumber daya alam laut yang dimiliki. Kerugian Negara pada tahun 2001-2013 khususnya di perairan Arafuru mencapai 4 milyar US$ atau setara dengan 40 Triliun Rupiah dengan perbandingan Kurs Rupiah sebesar Rp 10.000,00/Dolas US1. Selain itu pengawasan sumber daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Republik Indonesia menambahkan bahwa terdapat kerugian Negara sebesar 101.04 Triliun yang dirilis oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) atau kurang lebih terdapat kerugian Negara sebesar Rp 30 Triliun Rupiah pada kisaran tahun 2001-20142.

Secara letak geografis luas wilayah Negara Indonesia yang teletak pada 60 LU sampai 110 LS dan 920 hingga 1420 BT3, luas wilayah Indonesia dibagi dalam dua wilayah yakni kasan laut dan darat yang diantaranya luas wilayah dataran yakni 2,01

1 Dr. Priyanto Rahardjo, MSc. Analisis Nilai Kerugian Akibat Illegal Fishing Di Laut Arafura Tahun

2001-2013. Yang diakses pada

http://octopuss.org/downloads/008FishResLab~Analisis%20Kerugian%20Akibat%20Illegal%20Fishin g%20di%20Arafura%202001-2013%20.pdf

2Kerugian Akibat Illegal Fishing Capai Rp 100 Triliun per Tahun. 17 April 2014 | 19:32. Yang diakses pada http://id.beritasatu.com/agribusiness/kerugian-akibat-illegal-fishing-capai-rp-100-triliun-per- tahun/82564

3Ridwan Lasabuda. Pembangunan Wilayah Pesisir Dan Lautan Dalam Perspektif Negara Kepulauan Republik Indonesia. Jurnal Ilmiah , Vol. 1-2, ISSN: 2302-3589. Januari (2013). Platax. Hal 93. Yang di

akses di,

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&uact=8&ved=0ah UKEwjE1Ouw057cAhVLVisKHZ8kAV4QFghUMAQ&url=https%3A%2F%2Fejournal.unsrat.ac.id

%2Findex.php%2Fplatax%2Farticle%2Fdownload%2F1251%2F1019&usg=AOvVaw2NjvCmBw6p7NP4gw3- Qc_P

(3)

3 juta km sementara luas lautan sebesar 3,25 km dan ditambah 2,55 km Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)4.

Aktivitas kejahatan yang terjadi di perairan Indonesia sangat logis baik secara geografis maupun ketersediaan sumber daya alam dan aspek pengawasan Pemerintah atas batas wilayah perairan. Secara georgrafis negara Indonesia berbatasan langsung dengan beberapa Negara di wilayah perairan yakni Filipina, Australia dan Malaysia, sementara pada aspek Pengawasan Pemerintah khususnya di wilayah perbatasan laut belum berjalan masif, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya aktivitas illegal fishing sampai saat ini.

Lemahnya penegakan pengamanan batas wilayah laut tersebut berdampak pada kerugian baik oleh Negara dan warga negaranya. Kerugian Negara dapat diukur dari jumlah kerugian yang telah disebutkan sebelumnya diatas yakni kisaran 30-40 Trilun dan sumber daya alam laut (ikan tuna) semakin berkurang setiap tahunnya. Dilain sisi masyarakat Indonesia yang berprofesi sebagai nelayan kehilangan lapangan pekerjaan karena kalah bersaing dengan nelayan asing yang menggunakan alat tangkap modern dibandingkan nelayan Indonesia yang masih menggunakan alat tangkap tradisional.

Akibat dari lemahnya fungsi kontrol dan pengawasan oleh Pemerintah Indonesia serta pihak terkait pada Pemerintahan sebelumnya (salah satu tolak ukurnya

4Kementerian Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia. Yang diakses pada http://kkp.go.id/artikel/2233-maritim-indonesia-kemewahan-yang-luar-biasa

(4)

4 adalah sampai pada tahun 2014 masih terdapat Kapal Asing yang melakukan aktivitas penangkapan ikan di perairan Indonesia) sehingga menjadi perhatian tersendiri oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dalam menopang program nasional yang akan menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.

Menanggapi misi tersebut respon Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pujiastuti menggunakan landasan UU No 45 Tahun 2009 tentang Perikanan sebagai landasan pengelolaan kawasan laut khususnya di Pasal 69 Ayat 4 yang memberikan kebijakan tambahan dalam melakukan pengawasan atau penyidikan pada Kapal Asing, sehingga lahirlah kebijakan penenggelaman kapal yang melakukan penangkapan ikan secara illegal di perairan Indonesia.

Selain menggunakan UU tersebut beberapa Peraturan Menteri atau Permen seperti Permen No 56/PERMEN-KP/2014 yang mengatur tentang pemberhentian sementara segala perizinan usaha tangkap diwilayah laut Indonesia5, sebagai langka awal pengelolaan serta penataan kembali sumber daya alam laut yang dimilki oleh negara. Yang kedua adalah Permen No 57/PERMEN-KP/2014 yang menegaskan bahwa tidak adanya aktivitas pembongkaran ikan di tengah laut.

Kebijakan penenggelaman kapal terhitung pada kisaran tahun 2014-2017 terdapat 363 kapal yang ditenggelamkan oleh Pemerintah Indonesia dengan kasus

5Maikel Jefriando. Jabat Menteri, Susi Keluarkan Sedikit Kebijakan Tapi Dampaknya Luar Biasa.

detikFinance. Sabtu, 02 Apr 2016 16:00 WIB yang diakses pada https://finance.detik.com/berita- ekonomi-bisnis/d-3178276/jabat-menteri-susi-keluarkan-sedikit-kebijakan-tapi-dampaknya-luar-biasa

(5)

5 penangkapan ikan secara illegal, kapal-kapal tersebut berasal dari beberapa Negara tetangga dan beberapa kapal diantaranya berasal dari dalam Negara sendiri seperti :Vietnam 188 kapal, Filipina 77 kapal, Malaysia 52 kapal, Taihland 22 kapal, Indonesia 19 kapal, Papua Newgini 2 kapal, China 1 kapal dan 1 kapal belum jelas (masih pro konrak)6.

Filipina menjadi urutan ke dua dari Vietnam dengan jumlah 77 kapal yang ditenggelamkan. Hal ini di karenakan faktor lokasi penangkapan kapal yang terfokus pada beberapa wilayah tertentu yakni Selat Malak, Kalimantan dan Pualu Jawa,sementara di perairan Maluku, Maluku Utara dan Papau masih belum efektif baik oleh pemerintah setempat ataupun pemerintah Indonesia7. Maluku Utara menjadi wilayah atau kawasan penangkapan ikan oleh nelayan Filipina, sala satu faktor adalah kondisi geografis yang berbatas langsung sehingga memudahkan akses masuknya para nelayan Filipina ke laut Halmahera, ditambahkan lagi dengan kondisi pengawasan oleh Pemerintah setempat yang masif dan kurang efektif.

Secara letak geografis Provinsi maluku Utara memiliki 397 pulau secara keseluruhan baik yang berukuran besar maupun yang kecil, luas wilayah secara keseluruhan adalah 145.819,1 km, yang dibagi menjadi dua yakni luas wilayah laut

6Puti Aini Yasmin. 363 Kapal Ditenggelamkan dalam 3 Tahun, Paling Banyak dari Vietnam. Detik.com, 11 Jan 2018 20:55 WIB, yang diakses pada https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d- 3810782/363-kapal-ditenggelamkan-dalam-3-tahun-paling-banyak-dari-vietnam

738 Kapal Ilegal Ditenggelamkan Di Enam Lokasi. August 26, 2015. Yang diakses pada http://news.kkp.go.id/index.php/38-kapal-ilegal-ditenggelamkan-di-enam-lokasi/

(6)

6 adalah 100.731,44 km dan 45.087.66 km adalah wilayah daratan8. Sedangkan batas wilayah secara langsung adalah Samudera Pasifik bagian Utara, laut Halmahera bagian Timur, laut Maluku bagian Barat dan laut Seram bagian Selatan.Batas langsung antara Filipina dan Indonesia (Maluku Utara) adalah Pulau Miangas Sulawesi, Pulau Morotai Maluku Utara serta samudera Pasifik.

Secara potensi, laut Hamahera dikenal dengan potensi ikan tuna, sehingga Maluku Utara masuk dalam penetapan kawasan Lumbung Ikan Nasional (LIN) oleh pemerintah Indonesia, sebagai upaya untuk menjaga dan melestaraikan ikan-ikan tuna sebagai komoditas utama masyarakat nelayan dan menjadi jawaban atas kebutuhan di tahaun-tahun akan datang9. Program LIN adalah bagian dari kebijakan pemerintah Indonesia untuk menjadikan beberapa daerah seperi Papua, Maluku Utara dan Maluku sebagai jantung ikan tuna yang dimiliki Indonesia, sehingga Presiden Republik Indonesai Ir. H. Joko Widodo mengharapkan kebijakan tersebut menjadi salah satu regulasi untuk membangun ekonomi pada sektor kelautan dan masyarakat pesisir setempat10.

8BAPPEDA Provinsi Maluku Utara. Kondisi Geografis Provinsi Maluku Utara PreviousNext. Yang diakses pada http://malut.bpn.go.id/site/profil-kantor/kondisi-geografis-provinsi-maluku-utara/

9Dino Umahuk. Tak Mati Beta di Lumbung Ikan. Maluku Utara dan Lumbung Ikan Nasional. 19 Jan 2017, 16:41:21 WIT. Yang diakses pada http://kabarpulau.com/berita-maluku-utara-dan-lumbung-ikan- nasional.html

10Christie Stefanie. Jokowi Bakal Tunjuk Maluku jadi Lumbung Ikan Nasional. CNN Indonesia | Kamis, 09/02/2017 14:32 WIB. Yang diakses pada https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20170209130732- 92-192325/jokowi-bakal-tunjuk-maluku-jadi-lumbung-ikan-nasional

(7)

7 Aktivitas illegal fishing menjadi kendalah besar bagi program LIN yang sudah dirancang oleh pemerintah Indonesia. karena semakin banyak ikan tuna yang ditangkap oleh nelayan asing dengan penggunaan alat tangkap modern (pukat harimau) yang megangkut semua ukuran ikan tuna, maka secara produktifitas ikan tuna setiap tahun akan semakin berkurang.Seperti yang disampaikan oleh Indian Ocean Tuna Cummission (IOTC), bahwa dari tahun 2010 sampai 2014 jumlah ekspor ikan tuna semakin meningkat (selain dari jumlah ikan tuna yang belum di deteksi atau proses illegal fishing) dan penangkapan ikan tuna secara berlebihan atau overfishing, sehingga dikhuatirkan apabila hal ini terus dibiarkan maka dipredikasikan pada tahun 2035 komoditas ikan tuna akan enjlok hingga 18%11.

Pemerintah Daerah harus mendukung atau sinergi dengan Pemerintah Pusat dalam upaya penanganan kasus illegal fishing pada wilayah otonom, karena kewenangan penuh akan dikembalikan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah untuk mengelola sumber daya alam yang dimiliki oleh Daerah. Beberapa dampak yang terjadi akibat dari aktivitas illegal fishing adalah kesenjangan sosial ekonomi masyarakat nelayan karena illegal fishing telah merugikan Negara siap tahun mencapai 45 Milyar US$12.

11Fiki Aryanti. Ikan Tuna di Indonesia Bakal Terancam Punah?. liputan6.com, 17 Feb 2017, 15:45 WIB.

Yang diakses pada https://www.liputan6.com/bisnis/read/2859001/ikan-tuna-di-indonesia-bakal- terancam-puna.

12Memberantas Pelaku Kejahatan Perikanan. Posted on 23 March 2015, yang diakses pada https://www.wwf.or.id/?38242/Memberantas-Pelaku-Kejahatan-Perikanan

(8)

8 Upaya penanganan kasus illegal fishing oleh Pemerintah Daerah Provinsi Maluku Utara dan Kabupaten Halmahera Tengah sebelumnya telah melakukan beberapa pengadaan infrastruktur diantaranya: satu penyediaan Speed Boad sebagai transportasi yang digunakan untuk melakukan pengawasan di laut Halmahera, dua pembangunan Pos Pengawasan di 8 (delapan) titik yang diantaranya terletak di Kabupaten Halmahera Utara, Halmahera Selatan, Halmahera Timur, Halmahera Barat, Halmahera Tengah, Kepulauan Sula, Kota Tidore dan Ternate, tiga penyediaan alat komunikasi yang meliputi Radio SSB sebanyak 25 unit, Repiter 3 unit dan Radio HT 130 unit yang diletakkan pada setiap titik pengawasan

Selain dari pengadaan infrastruktur, Pemerintah Daerah Provinsi Maluku Utara melibatkan masyarakat dalam pengawasan wilayah yakni dengan membentuk Kelompok Pengawasan Masyarakat (POKWASMAS) yang terdiri dari 8 Kabupaten/Kota atau sesuai dengan titik pengawasan yang telah ditentukan. Kendati Pemerintah Daerah telah berupaya melakukan pengawasan dan kontroling serta melibatkan masyarakat akan tetapi masih terjadi celah bagi para nelayan Filipina untuk terus melakukan penangkapan ikan diwilayah tersebut, kehadiran para nelayan Filipina ini berangkat dari kelalaian Pemerintah Daerah ataupun pihak Keamanan Negara dan masyarakat (POKWASMAS).

Akibat dari kelalaian Pemerintah Daerah dan badan berwenang dalam pengawasan wilayah laut Maluku utara, aktivitas illegal fishing oleh nelayan Filipina tidak dapat dicegah karena telah terbangun pola hubungan antar nelayan Filipina

(9)

9 dengan nelayan Indonesia yang saling ketergantungan, nelayan Filipina sering memanfaatkan hasil tangkapan ikan tuna yang berukuran kecil dan dibagikan kepada nelayan lokal dalam bentuk transaksi barter atau secara langsung tanpa dikenakan tarif kepada nelayan lokal, sementara dilain sisi nelayan lokal merasa sangat dimudahkan dengan adanya pemberian tersebut sehingga tidak lagi melakukan penangkapan ikan seperti sebelumnya. Maka secara tidak langsung nelayan lokal juga menjadi bagian dari relasi illegal fishing di laut Halmahera.

Apabila kondisi illegal fishing yang terjadi diperairan Halmahera terus dibiarkan, maka hal ini akan berdampak pada aspek kehidupan sosial ekonomi masyarakat khususnya nelayan dipesisir Halmahera. Salah satu dampak yang dirasakan oleh masyarakat nelayan saat ini adalah kesenjangan sosisal ekonomi diantaranya yaitu adanya peralihan profesi dari nelayan menjadi buruh pelabuhan, ojek dan lainya yang dinilai menghasilakan pendapatan, sehingga illegal fishing bukan hanya tindakan kejahatan transnasional akan tetapi sumber kesenjangan sosial ekonomi masyarakat nelayan.

Potensi sumber daya alam khususnya ikan tuna yang dimiliki oleh Provinsi Maluku Utara apabila dikelola dengan baik, maka dapat menopang pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat maupun Daerah, karena konsumsi ikan tuna telah menjadi kebutuhan masyarakat Internasional. Namun kondisi yang terjadi saat ini bertolak belakang dengan harapan pemanfaatan sumber daya alam sebagai sektor pendapatan masyarakat dan Daerah secara mandiri.

(10)

10 1.2 Rumusan Masalah

Melihat uraian singkat dari latar belakang diatas ada beberapa hal yang menajdi motivasi untuk dikaji dan ditelaah lebih lanjut oleh penliti terhadap ekistensi nelayan Filipina yang mengancam pendapatannelayan lokal Halmahera Tengah, sehingga lahir rumusan masalah yaitu:

Bagaimana problem dan dampak illegal fishing terhadap tingkat sosial ekonomi masyarakat nelayan di Pesisir Halmahera Tengah ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Kondisi perairan Halmahera yang menjadi sarang aktivitas illegal fishing, maka penulis ingin mencapai beberapa tujuan yang diantaranya:

a. Mengetahui problem illegal fishing yang terjadi diperairan Halmahera ? b. Melihat upaya Pemerintah Daerah dalam penanganan kasus illegal fishing

di laut Halmahera ? 1.3.2 Mamfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian tersebut menjadi beberapa capaian yang di rencang baik secara teoritik maupun secara parktik yang diantaranya:

(11)

11 1.3.3 Manfaat Teoritis

Menambah khasanah dan variasi kajian dalam perkembangan politik ekonomi lebih khususnya pada wilayah perikanan sebagai salah satu kawasan yang memiliki Zona Ekonomi Ekslusif yang menjadi perbincangan kalangan ekonom dan politisi abad ke 21 saat ini.

1.3.4 Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi kalangan akademisi yakni mahasiswa dan dosen yang memiliki ketertarikan pada kajian isu illegal fishing dan geopolitik, selanjutnya peneliti mengharapkan hasil tersebut menjadi sebuah evaluasi bagi Pemerintah Republik Indonesia khususnya Kabupaten Halmahera Tengah.

1.4 Penelitian Terdahulu

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu

No Judul Pengarang Teori/Konsep Tujuan Hasil Penelitian 1 ILLEGAL

FISHING DI

PERAIRAN INDONESI A:Permasal ahan Dan Upaya Penanganan nyaSecara

Simela Victor Muhamad

Kerja sama Bilateral

untuk menggali informasi sebagai data yang baku yakni

Kementerian Luar Negeri, TNI Angkatan Laut, Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla),

Indonesia sampai saat ini semkain memburuk

dikarenakan adanya peningkatan kapal yang ditangkap mencapai 1059 kapal asing, namun disisi lain ini menjadi upaya adanya kerja

(12)

12 Bilateral Di

Kawasan

Polisi Air,

Akademisi, LSM, dan Asosiasi Nelayan

dari pemerintah Indonesia untuk mengurangi eksistensi

keberadaan kapal asing dalam aktivitas yang merugikan tersebut

2 Pengawasan Sumberdaya Perikanan Dalam Penanganan Illegal Fishing Di Perairan Provinsi Maluku Utara

Armin Naim

Kepentingan Nasional

Untuk mengetahui sejauh mana pemerintah Daerah melakukan pengawasan terhadap wilayah masing-masing Daerah secara otonom dalam membantu Pemerintah Nasional pada pengawasan wilayah teritorial

peneliti menemukan beberapa upya dari pemerintah daerah yakni peningkatan infrastruktur pengawasan dan penjagaan wilayah teritorial perairan Maluku Utara yang meliputi

penambahan post penjagaan laut, alat komunikasi dan transportasi laut khususnya pengawsan 3 Peluang

Dan Tantangan Kerjasama Indonesia- Filipina DalamMena ngani Illegal Fishing

HARTAT I HI.

ARSYAD

- Kepentinga n Nasional - Kerjasama

Bilateral - Kejahatan

Transnasi0 nal

Untuk mengetahui bagaimana peluang

Indonesia-Filipina meningkatkankerj asama dalam menangani permasalahan illegal fishing pada tahun 2009- 2013.

Kerjasama yang telah terjalin antara kedua negara merupakan kerjasamayang saling

berkesinambungan dan kompleks, akan tetapi dalam

melakukankerjasama ini pemerintah masih lamban untuk

membuat kerjasama

(13)

13 Untuk

mengetahui tantangan Indonesia dan Filipina dalam menangani illegalfishing pada tahun 2009- 2013.

baru

setelahketidakberlak uan kerjasama dibidang penanganan illegal fishing dan joint venturepada tahun 2011 lalu.

4 Penanggula ngan Penangkapa n Ikan Secara

Tidak Sah (Illegal

Fishing) Oleh Kapal Ikan Asing Di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia

Melly Aida

Kepentingan Nasional

Ingin mengkaji bagaimana kewenangan Indonesia dalam menanggulangi illegal fishing di wilayah ZEEI berdasar KHL 1982 dan bagaimana penanggulangan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia terhadap tindak illegal fishing

Dalama menangani kasusu illegal fishing yang ada di

Indonesia,

Pemerintah Negara mengalami beberapa hambatan yakni lemahnya penegakan hokum, luasnya kondisi geografis Indonesia, aspek penegakan lebih kepada perjanjian bukan tindakan dipangan.

(14)

14 5 Dampak

Sosial Ekonomi Illegal Fishing Di Laut Halmahera Bagi Masyarakat Di Perairan Maluku Utara

Muh Marjan Halek

- Illegal Fishing - Kedaulatan

territorial

- mengetahui masalah illegal fishing yang terjadi di laut

Halamhera - Melihat upaya

Pemerintah Daerah dalam penanganan kasus illegal fishing di laut Halmahera ?

1.5 Teori/ Konsep

1.5.1 Illegal Fishing

Illegal fishing merupakan salah satu aktivitas penangkapan ikan di laut Indonesia oleh nelayan asing tanpa disertai dengan perizinan yang legal dari Pemerintah Pusat maupun Daerah, illegal fishing yang sering terjadi di perairan Indonesia tepatnya pada wilayah Zona Ekonomi Ekslusif yang dimana telah diatur dalam Undang-Undang No 31 Tahun 2004 tentang pembagian wilayah atau zona perlindungan sumber daya alam Indonesia yang meliputi Perairan Indonesia, ZEE, Sungai, Danau, Waduk, Rawa dan Genangan air lainnya yang menjadi wilayah potensial budidaya perikanan. Apabila terdapat aktivitas penangkapan atau eksploitasi sumber daya alam laut dibeberapa wilayah diatas

(15)

15 tanpa izin oleh Pemerintah Negara Republik Indonesia, maka diketagorikan sebagai pelaku illegal.

Selanjutnya diatur dalam Undang- Undang No 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) pasal 16 yaitu mempidanakan pelaku penangkapan ikan di ZEEI tanpa izin oleh Pemerintah Negara Indonesia. Selain itu tindakan illegal fishing dapat diketagorikan baik oleh nelayan asing maupun nelayan Indonesia yang meliputi:

1. Penangkapan ikan tanpa izin dari Pemerintah Negara.

2. Memalsukan serta menggandakan buku log perikanan

3. Tidak melaporkan nama, jumlah dan posisi kapal kepada Pemerintah Indonesia

4. Mengganti kapal atau memproses ikan di laut agar tidak dapat diidentifikasi 5. Mengganti bendera kapal guna menghindari kewajiban-kewajiban

perjanjian

6. Menggunakan alat tangkap terlarang (Pukat Harimau, aliran listrik/setrum dan pengeboman ikan.

Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa illegal fising mulai dibicarakan oleh khalayak umum setelah Mentri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (Susi Pujiastuti) lewat kebijakan penenggelaman kapal asing yang kedapatan melalukuakn penangkapan ikan secara illegal atau tanpa adanya izin dari Pemerintah Indonesia, karena dinilai merugikan

(16)

16 negara.Lahirnya tindakan illegal fishing oleh Negara tetangga berangkat dari sumber daya ikan tuna yang dimiliki oleh Indonesia baik di selat Malaka, Laut Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Maluku Utara dan Papua yang diantaranya tiga wilayah telah ditetapkan sebagai Lumbung Ikan Nasional yaitu Maluku, Maluku Utara dan Papua.

Illegal fishing disebut sebagai Transnational Crime atau kejahatan lintas negara13, karena pelaku kejahatan adalah warga Negara yang telah melakukan tindakan eksploitasi di wilayah kedaulatan Negara lain. Aktivitas tersebut selain merugikan Negara atas sumber daya alam yang dimiliki dapat mengganggu keamanan Negara, karena sangat memungkinkan apabila terdapat pihak tertentu yang memanfaatkan kondisi tersebut untuk menyebarkan pasukan teriris, obat terlarang dan aktivitas lainya yang merugikan Negara Indonesia.

1.5.2 Kedaulatan territorial

Indonesia sebai Negara kepulauan dan wilayah terbesarnya adalah kawasan lautan ketimbang daratan, maka secara pengelolaan telah diatur khusunya dalam Undang Undang Dasar (UUD) 1945 khusunya pada Pasal 25 A yang menegaskan bahwa Indonesia adalah Negara kepulaunan dengan cirri

13Simela Victor Muhamad. Illegal Fishing Di Perairan Indonesia: Permasalahan Dan Upaya Penanganannya Secara Bilateral Di Kawasan. Politica Vol. 3, No. 1, Mei 2012

(17)

17 nusantara sehingga meiliki batas tertentu yang diatur penuh olehUndang Undang (UU),14 selanjutnya diajur pula dalam Pasal 2 ayat 1 UU No. 6 Tahun 1996 tentang perairan Indonesia yang menyebutkan bahwa Indonesia merupakan Negara kepulauan dan memiliki berbagai sumberdaya alam serta keluasan wilayah territorian laut yang diatur.

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa konverensi hukum laut pada perbatasan territorial adalah 12 mil laut yang ditarik dari garis pantai hingga kelaut bebas, akan tetapi kadang dapat kita jumpai bahwa ada beberapa wilayah yang tidak sampai pada skala indikator yang telah ditentukan sehingga muncul perdebatan anatar kedua atau lebih Negara tersebut yang berdekatan secara letak geografis kususnya pada kawasan parairan, untuk mengantisipasi konflik tersebut adanya kesempatan antar kedua Negara yang diharuskan mengukur dari pulau terluar dan menemukan titik yang sama diantaranya (pertengahan antar kedua atau lebih Negara tersebut).15 Ukuran yang telah ditentukan diatas telah menjadi sebuah rujukan terhadap tingkaut kedaulatan yang berbasis pada kawasan territorian, maka Negara berhak sepenuhnya untuk mengatur wilayahnya sesuai dengan UU dan hukum yang berlaku secara nasional.

14Erlina. Kedaulatan Negara Pantai (Indonesia) Terhadap Konservasi Kelautan dalam Wilayah Territorial Laut (Territorial Sea) Indonesia. Al-Daulah, Vol. 2, No. 2 (2013). Makassar: Hal 215

15Ibid, hal 217

(18)

18 Masuknya nelayan Filipina ke wilayah perairan Indonesia merupakan salah satu pelanggaran terhadap kedaulatan territorial, dikarenakan masuknya para nelayan asing ini dengan alasan untuk menangkap ikan tuna diwilayah Negara Indonesia. Sehingga untuk menjaga wilayah territorial kawasan perairan, pemerintah Indonesia telah melarang keras apabila adanya aktivitas penangkapan ikan diwilayahnya. Namun kuranya infrastruktur dan ketersediaan instrument pengawan dan komunikasi oleh aparatur Negara sehingga seringterdapat kecolongan yang mengakibatkan terus masuknya para nelayan Filipina dengan jalur-jalur tertentu.

1.5.3 Teori Perubahan Sosial

Segala aktivitas manusia yang terjadi selalu berdampak pada kehidupan masyarakat baik secara social, budaya, ekonomi psikologi dll. Dampak dari aktivitas manusia itu disebut dengan perubahan sosial karena perubahan pada masyarakat diketagorikan menjadi dua yakni perubahan secara cepat atau revolusi dan secara lambat atau evolusi.16

Konsep perubahan sosial tidak terlepas dari tiga dasar yakni perbedaan, waktu yang berbeda dan kesamaan sistem sosial. Perubahan social tidak akan terjadi dalam kurun waktu yang bersamaan dengan aktivitas yang dilakukan

16 Rizwan. Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa. Skripsi Jakarta, Sosiologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Hal 10

(19)

19 akan tetapi terdapat jarak waktu sehingga dapat dilihat perubahan yang terjadi pada masyarakat.17

Perubahan sosial menurut Emile Durkheim terjadi akibat aktivitas antara faktor ekologi dan demografi. Aktivitas antar keduanya berdampak pada kehidupan masyarakat dari tradisional menjadi modern.18 Ekologi merupakan sebuah interaksi antara mahluk hidup dan lingkungan,19 sedangkan demografi adalah dinamika penduduk yang saling melalukan interaksi.20

Perubahan yang terjadi bukan hanya pada aspek social akan tetapi pada aspek ekonomi, budaya dll, seperti yang dirasakan oleh masyarakat pesisir Maluku Utara akibat dampak dari aktivitas illegal fishing oleh nelayan di perairan Maluku Utara.

Secara teori perubahan sosial terjadi akibat adanya konflik dikalangan masyarakat baik secara struktur sosial yang tidak berjalan sesuai dengan peran dan fungsinya sehingga terjadi evolusi. Perubahan tersebut dijelaskan dalam

17 Sri Rahayu Rahmah Nasir. Perubahan Sosial Masyarakat Lokal Akibat Perkembangan Pariwisata Dusun Wakkakab. Pinrang. Skripsi, Makassar, Sosiologi, Universitas Hasanuddinmakassar, Hal 8

18 Seno Witono. Perubahan Perilaku Masyarakat Dalam Kegiatan Gotong Royong Kebersihan Lingkungan Di Desa Bunga Putih Kec. Marang Kayu Kabupaten Kutai Kartanegara. Volume 4, Nomor 2, 2016: 154-168. eJournal Sosiatri-Sosiologi. Hal 156-157

19 Armaidy Armawi. Kajian Filosofis Terhadap Pemikiran Human-Ekologi Dalam Pemanfaatan Sumber daya Alam. Vol. 20, No.1, Maret. 2013. J. Manusia Dan Lingkungan. Hal 63

20 Wasisto Raharjo Jati. Bonus Demografi Sebagai Mesin Pertumbuhan Ekonomi: Jendela Peluang Atau Jendela Bencana Di Indonesia?. Volume 23 Nomor 1 2015. Populasi. Hal 2

(20)

20 teori-teori perubahan sosial, sekalipun terdapat berbagai teori yang menjelaskan perubahan social akan tetapi yang menjadi fokus utama adalah melihat bagaimana perubahan sosial ekonomi masyarakat di Maluku Utara khususnya masyarakat di pesisir Halmahera Tengah.

Terjadinya perubahan sosial di masyarakat Halmahera Tengah karena khususnya masyarakat nelayan karena adanya aktivitas interaksi oleh kelompok nelayan Filipina dan nelayan Halmahera di laut Halmahera. Aktivitas interaksi tersebut secara tidak langsung terjadinya akulturasi maupun asimilasi secara sosial.

Aspek ekonomi perubahan yang terjadi adalah pada pendapatan nelayan karena adanya persaingan antara nelayan lokal Halmahera dan nelayan Filipina di laut Halmahera. Penggunaan alat tangkap ikan tradisional dan moderen menjadi faktor penentu persaingan antara kedua nelayan tersebut yang berdampak pada pendapatan nelayan lokal serta pertumbuhan ekonomi masyarakat nelayan.

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini konsep yang digunakan adalah Kualitatif Deskriptif dimana peneliti akan turun secara langsung diwilayah yang menadi target penelitian yakni di kabupaten Halmahera Tengah dengan cara obserfasi, wawancara baik secara lisan maupun tulisan yang didukung dengan berbagai dokumentasi yang real. Konsep

(21)

21 Kualitatif Deskriptif diharapkan untuk memberikan gambaran yang objektif tanpa harus berkesimpulan secara praduga.

1.6.1 Jenis Penelitian

Sesuai dengan tujuannya, penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian Deskriptif. Karena peneliti akan berangkat dari realitas masalah dan akan menggali informasi dilapang yakni aktivitas illegal fishing di laut Halmahera untuk dijadikan sebagai sebuah acuan, selain itu peneliti akan terlibat secara langsung untuk melihat kondisi illegal fishing yang terjadi.

1.6.2 Metode Analisis

Teknik yang digunakan oleh peneliti yaitu teknik analisa secara kualitatif sebagai bentuk pengolaan data yang dihasilkan dari penelian untuk dijadikan sebagai kesimpulan.

1.6.3 Ruang Lingup Penelitian

Penelitian ini memiliki batasan yakni pada wilayah secara georafis dan kebijakan secara objek penelitian yang menjadikannya sebagai rujukan penggalian informasi di tingkat Daerah Kabupaten Halmahera Tengah yang disesuaikan dengan proses operasi Illegal Fishingdi Laut Halmahera.

1.6.4 Batasan Waktu

Penelitian ini terdapat batasan waktu yang menjadi terget penelitian untuk melakukan verivikasi pengambilan data dilapangan yakni pada awal mula periodesasi Presiden Jokowi yang dilimpahkan wewenang kepada

(22)

22 Menteri Perikanan dan Kelautan (Susi Pujiastuti) yang terhitung dari 2014- 2018 dalam upaya penanganan praktek Illegal Fishingyang seringkali dijumpai di laut Halmahera khususnya Kabupaten Halmahera Tengah.

1.6.5 Batasan Materi

Menjaga ruanglingkup peneliatian dan pembahasan, maka peneliti hanya memfukuskan pada kebijkan Pemerintah Daerah khusunya yang berkaitan dengan wilayah kerja dari Mentri Kelautan dan Perikanan yakni Dinas Kelautan dan Perikanan.

1.6.6 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Sebagai acuan yang Real maka diperlukan data untuk disesuai dengan kondisi yang akan di teliti sehingga tidak ada tendensi dan indikasi manipulasi sebagai sebuah kesimpulan implementasi kebijakan di Halmahera Tengah yakni dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi sebagai instrumen pengumpulan data.

1.6.7 Observasi

Observasi merupakan sebuah pengamatan secara langsung dan sistematis dari berbagai kejadian atau fenomena yang terjadi di lapangan.

Metode observasi dalam pengumpulan data yang ada dilakukan menggunakan pengamatan tanpa ada alat bantu atau informasi yang datang dari pihak lain yang dijadikan sebagai rujukan peneliti untuk mengambila sebuah kesimpulan

(23)

23 sehingga metode ini sangat beresiko ketika peneliti keliru dalam pengamatan yang dilakukan karena peneliti harus menyaksikan secara langsung fenomena yang terjadi di lapangan.

1.6.8 Wawancara

Konsep wawancara merupakan prakter interaksi secara langsung dengan masyarakat atau pihak terkait yang menjadi objek dari tujuan penelitian.

Dalam praktek tersebut adanya keterlibatan antara peneliti dan responden dengan beberapa sajian pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk menggali informasi yang dibutuhakan sebagai sebuah acuan. Namun dalam praktek wawancara tersebut tergantung kondisi yang terjadi di masyarakat atau kondisi sosial yang terjadi, sehingga peneliti menggunakan cara formal (disertakan dengan kuesioner kepada responden) dan non formal (tanpa menggunakan kuesioner)

Peneliatian ini, peneliti menggunakan cara wawancara langsung tanpa harus menyajikan pertanyaan kepada respondeng secara formal, karena kasus yang diangkat oleh peneliti bersifat menantang atau mengamcam Pemerintah Daerah sehingga berakibat pada kemungkinan peneliti tidak mendapatkan hasil yang diharapkan. Adapun beberapa target yang akan diwawancarai adalah diantara: Pemerintah Kabupaten Halmahera Tengah (Dinas Kelautan dan Perikanan) dan Masyarakat Nelayan

(24)

24 1.6.9 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan sebuah langka yang sering digunakan para peneliti untuk menjacari informasi secara fisik, baik foto atau dokumen lainnya sebagai bukti bahwa benar adanya sebuah masalah yang diteliti serta menjadi penunjang keakuratan hasil penelitian yang dilakukan, maka hal itu diterapkan pada penelitian illegal fishing di wilayah yang telah ditentukan yakni Kabupaten Halmahera Tengah.

1.7 Hipotesa/ Argumen Dasar

Problem illegal fishing yang terjadi diperairan Halmahera tengah bukan menjadi persoalan baru dirasakan oleh masyarakat di pesisir Halmahera.

Munculnya nelayan asing di kawasan laut Halmahera tidak terlepas dari pengawasan oleh pemerintah atau badan terkait serta dukungan infrastruktur dan suprastruktur untuk menjaga wilayah kedaulatan. Timpang tindih regulasi juga menjadi peluang masuknya nelayan asing seperti Filipina di yang mengambil ikan tuna di kawasan laut Halmahera.

Illegal fishing berdampak pada kondisi sosial ekonomi masyarakat Halmahera yang mengakibatkan terjadinya peralihan profesi sebagai nelayan menjadi buruh pabrik, jasa transportasi dan lainnya karena nelayan lokal tidak mampu bersaing dengan nelayan Filipina. Dampak pada sektor ekonomi juga sangat signifikan karena pendapatan nelayan lokal bergantung pada nelayan

(25)

25 Filipina dan pertumbuhan perekonomian masyarakat nelayan hanya berkisar 9 persen pertahun.

1.8 Outline/ Struktur Penulisan

Tabel 1.2 Sistematika Penulisan

Bab Bahasan Pokok

Bab I: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4 Penelitian Terdahulu

1.5 Teori/ Konsep 1.6 Metode Penelitian

1.7 Hipotesa/ Argumen Dasar 1.8 Outline/ Struktur Penulisan Bab II: Problem Illegal Fishing Di Laut

Halmahera

2.1 Permasalahan Illegal Fishing di Indonesia

2.2 Aktivitas illegal fishing dari masa ke masa

2.3 Sejarah, Sosial dan Budaya Bab II: Tumpang Tindih Kebijakan

Pemerintah Dalam Upaya Penanganan Illegal Fishing Di Laut Halmahera

3.1 Kebijakan Pemerintah Indonesia Dalam Upaya Penanganan Illegal Fishing 3.2 Dampak Kebijakan Terhadap Dunia Internasional

Bab IV: Dampak Illegal Fishing 4.1 Dampak Illegal Fishing Di Laut Halmahera

(26)

26

Bab V: Penutup 5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

Gambar

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu
Tabel 1.2 Sistematika Penulisan

Referensi

Dokumen terkait

pada tahap awal yang di lakukan ketika akan membuat sebuah film documenter adalah mempelajari isu atau permasalahan yang ingin kita angkat dengan cara meriset,

Demikian juga dalam pembudidayaannya, bahkan penyakit tersebut dapat menyerang ikan dalam jumlah besar dan dapat menyebabkan kematian ikan, sehingga kerugian yang

Melalui pantomim mereka mampu mengekspresikan dirinya, karena tidak semua orang-orang normal dapat mengerti arti pesan yang ingin disampaikan oleh anak tunarungu

Metode perancangan Work Preparation adalah metode perancangan form yang harus diisi oleh siswa sebagai persiapan untuk mengerjakan praktikum yang berisi tentang prosedur dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terda- pat pengaruh yang signifikan dari variabel nilai dan rating penerbitan obligasi syariah (sukuk) terhadap variabel

Hal tersebut dimanfaatkan oleh Gorilasport untuk dijadikan strategi bisnis mereka dalam bertahan dan membuat gebrakan baru dan menjadikan Gorilasportmenjadi satu-satunya media

Proses pengelasan pada exhaust manifold yang dibentuk menjadi dua spesimen dilakukan dengan parameter pengelasan yang sama seperti yang tertera pada BAB 3,