• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018 SKRIPSI"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SEKTOR USAHA KONVEKSI

DI KECAMATAN TAMALATE KOTA MAKASSAR

DJAMAAN SHABI AMIN

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2018

(2)

ii

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SEKTOR USAHA KONVEKSI

DI KECAMATAN TAMALATE KOTA MAKASSAR

Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Disusun dan diajukan oleh : DJAMAAN SHABI AMIN

A111113021

Kepada

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2018

(3)

iii

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SEKTOR USAHA KONVEKSI

DI KECAMATAN TAMALATE KOTA MAKASSAR

disusun dan diajukan oleh :

DJAMAAN SHABI AMIN A111113021

telah diperiksa dan disetujui untuk diuji

Makassar, Desember 2017

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Madris, SE., DPS., M.Si. Dr. Hj. Fatmawati, MS.

NIP 19601231 198811 1 001 NIP 19640106 198803 2 001

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universutas Hasanuddin

Drs. Muhammad Yusri Zamhuri, M.A., Ph.D.

Nip 19610806 198903 1 004

(4)

iv

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SEKTOR USAHA KONVEKSI

DI KECAMATAN TAMALATE KOTA MAKASSAR

disusun dan diajukan oleh

DJAMAAN SHABI AMIN A111113021

telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi pada tanggal Oktober 2017 dan dinyatakan telah memenuhi syarat kelulusan

Menyetujui, Panitia Penguji

No. Nama Penguji Jabatan Tanda Tangan

1. Ketua 1...

2. Sekretaris 2...

3. Anggota 3...

4. Anggota 4...

5. Anggota 5...

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Hasanuddin

Drs. Muhammad Yusri Zamhuri, M.A., Ph.D.

Nip 19610806 198903 1 004

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Djamaan Shabi Amin

NIM : A11113021

Jurusan : Ilmu Ekonomi

Program Studi : Strata Satu S.1

Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA

KERJA SEKTOR USAHA KONVEKSI DI KECAMATAN TAMALATE KOTA MAKASSAR

adalah hasil karya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam nasakah saya di dalam skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No.20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).

Makassar,24 Juni 2018 Yang membuat pernyataan

Djamaan Shabi Amin

(6)

vi

PRAKATA

Assalamu Alaikum Wr, Wb

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, berkat taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna melengkapi persyaratan akademik untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan Ilmu Ekonomi pada Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar.

Alhamdulillahirabbil’alamin atas karunia Allah SWT. Penulis yakin dan percaya bahwa jika ada kesulitan maka didalamnya terdapat dua kemudahan.

Melalui kerja yang maksimal dengan segenap kemampuan, pikiran, waktu dan tenaga serta berbagai hambatan, cobaan, dan godaan, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis telah mencurahkan segala kemampuan dalam menyelesaikan skripsi ini, tetapi lepas dari semuanya itu mengingat penulis juga masih dalam tahap belajar, tentunya tak luput dari berbagai kekurangan dan ketidak- sempurnaan, namun inilah hasil maksimal yang dapat penulis berikan.

Penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda dan Ibunda tersayang atas segala pengorbanan, doa, dan motivasi yang telah diberikan. Penyelesaian laporan skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua tercinta serta saudara-saudaraku yang tercinta yang telah menjadi support bagi keberhasilan penulis selama ini.

2. Prof. Dr. Gagaring Pagalung, M.Si. Selaku Dekan pada Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin.

(7)

vii

3. Drs. Muhammad Yusri Zamhuri, M.A., Ph.D. selaku Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar.

4. Bapak Dr. H. Madris, SE., DPS., M.Si. selaku pembimbing I dan Ibu Dr. Hj.

Fatmawati, MS. selaku pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan penulis kearah penyempurnaan skripsi ini.

5. Semua Dosen dan Staf pada Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin.

6. Rekan-rekan mahasiswa yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu yang turut mendukung keberhasilan ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari berbagai pihak untuk kesempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini mempunyai banyak manfaat bagi semua pihak.

Wassalamualaikum Wr, Wb.

Makassar,24 Juni 2018

Djamaan Shabi Amin

(8)

viii

ABSTRAK

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Usaha Konveksi di Kecamatan Tamalate Kota Makassar

Djamaan Shabi Amin Madris

Fatmawati

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pendidikan, pengalaman kerja, upah, kesehatan, dan modal teknologi terhadap produktivitas tenaga kerja sektor usaha konveksi di Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis regresi linier berganda, dan pengujian hipotesis. Temuan dari penelitian ini adalah pendidikan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja sektor usaha konveksi di Kecamatan Tamalate kota Makassar. Upah mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja sektor usaha konveksi di Kecamatan Tamalate kota Makassar. Pengalaman kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja sektor usaha konveksi di Kecamatan Tamalate kota Makassar.

Kesehatan tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja sektor usaha konveksi di Kecamatan Tamalate kota Makassar. Modal teknologi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja sektor usaha konveksi di Kecamatan Tamalate kota Makassar.

Kata Kunci : Pendidikan, pengalaman kerja, upah, kesehatan, modal teknologi, dan produktivitas tenaga kerja

(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PRAKATA ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Tinjauan Teori dan Konsep ... 8

2.1.1. Produktivitas Tenaga Kerja ... 8

2.1.2. Pendidikan ... 14

2.1.3. Konsep Upah ... 18

2.1.4. Konsep Pengalaman Kerja ... 19

2.1.5. Konsep Kesehatan Kerja ... 19

2.1.6. Konsep Modal Teknologi ... 24

2.1.7. Konsep Usaha Mikro dan Kecil (UMK) ... 25

2.1.8. Hubungan Antar Variabel ... 26

2.2. Penelitian Empirik ... 31

2.3. Kerangka Pikir ... 33

2.4. Hipotesis ... 35

(10)

x

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1. Rancangan Penelitian ... 36

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

3.3. Populasi dan Sampel ... 36

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.5. Analisis Data ... 38

3.6. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 41

4.1.1 Kondisi Geografis ... 41

4.1.2 Visi dan Misi Kecamatan Tamalate ... 42

4.1.3 Kependudukan ... 43

4.2. Hasil Penelitian ... 45

4.2.1 Karakteristik Responden ... 45

4.2.2 Statistik Deskriptif ... 53

4.2.3 Analisis Regresi dan Korelasi Berganda ... 54

4.3. Pembahasan ... 59

BAB V PENUTUP ... 64

5.1. Kesimpulan ... 64

5.2. Saran-saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65 LAMPIRAN

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Pertumbuhan Produktivitas Tenaga Kerja di Kecamatan

Tamalate Tahun 2014 s/d 2016... 5 4.1. Letak dan Status Kelurahan di Kecamatan Tamalate ... 41 4.2. Jarak Kantor Lurah ke Kantor Camat Tamalate ... 42 4.3. Banyaknya Penduduk Menurut Kelurahan dan Jenis Kelamin Serta

Sex Rasio di Kecamatan Tamalate Tahun 2015 ... 44 4.4. Data Ketenagakerjaan di Kecamatan Tamalate Kota Makassar

Tahun 2015 ... 44 4.5. Karakteristik Responden Tenaga Kerja Sektor Usaha Konveksi

Berdasarkan umur di Kecamatan Tamalate Kota Makassar ... 46 4.6. Karakteristik Responden Tenaga Kerja Sektor Usaha Konveksi

Berdasarkan Status di Kecamatan Tamalate Kota Makassar ... 46 4.7. Karakteristik Responden Tenaga Kerja Sektor Usaha Konveksi

Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Tamalate Kota Makassar 47 4.8. Karakteristik Responden Tenaga Kerja Sektor Usaha Konveksi

Berdasarkan Pendidikan di Kecamatan Tamalate Kota Makassar .. 48 4.9. Karakteristik Responden Tenaga Kerja Sektor Usaha Konveksi

Berdasarkan Upah Per Minggu di Kecamatan Tamalate

Kota Makassar ... 49 4.10. Karakteristik Responden Tenaga Kerja Sektor Usaha Konveksi

Berdasarkan Pengalaman di Kecamatan Tamalate Kota Makassar . 50 4.11. Karakteristik Responden Tenaga Kerja Sektor Usaha Konveksi

Berdasarkan Tingkat Kesehatan di Kecamatan Tamalate

Kota Makassar ... 51 4.12. Karakteristik Responden Tenaga Kerja Sektor Usaha Konveksi

Berdasarkan Modal Teknologi di Kecamatan Tamalate

Kota Makassar ... 51 4.13. Karakteristik Responden Tenaga Kerja Sektor Usaha Konveksi

Berdasarkan Produktivitas tenaga kerja di Kecamatan Tamalate

Kota Makassar ... 52

(12)

xii

4.14. Statistik Deskriptif ... 53 4.15. Hasil Analisis Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Produktivitas

Tenaga Kerja ... 55

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pikir ... 34 4.1 Normal P-Plot of Regression Standardized Residual ... 56

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Produktivitas tenaga kerja memegang peranan penting dalam proses pertumbuhan ekonomi suatu bangsa, karena pendapatan nasional maupun pendapatan daerah banyak diperoleh dengan cara meningkatkan keefektifan dan mutu tenaga kerja dibandingkan dengan melalui formasi modal dan pertambahan angkatan kerja. Pembinaan yang baik terhadap penduduk maupun angkatan kerja antara lain tercermin dalam tingkat pendidikan dan pelatihan yang mereka ikuti.

Produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang dipergunakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas diantaranya adalah pendidikan dan latihan keterampilan, gizi/nutrisi, kesehatan, bakat atau bawaan, motivasi atau kemauan, kesempatan kerja, kesempatan manajemen dan kebijakan pemerintah (Soeprihanto, 1996). Jadi, produktivitas itu sendiri merupakan gambaran kemampuan pekerja dalam menghasilkan output. Semakin tinggi output yang dihasilkan oleh seorang pekerja, menunjukkan semakin tinggi tingkat produktivitas pekerja tersebut. Upaya dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja maka perlu ditunjang oleh adanya faktor pendidikan dan kesehatan, sebab hal ini memberikan kontribusi dalam peningkatan produktivitas tenaga kerja.

Dalam kaitannya dengan produktivitas tenaga kerja, pendidikan diasumsikan sebagai bentuk investasi yang membantu meningkatkan kapasitas produksi yang menyebabkan peningkatan kualitas kerja. Kata lain, ilmu pengetahuan yang dimiliki tenaga kerja dapat memberikan kontribusi langsung

1

(15)

2 pada pelaksanaan tugas. Di samping itu, pendidikan juga menjadi landasan pengembangan diri bagi tenaga kerja yang mampu memanfaatkan sumber daya yang ada. Semakin tinggi pendidikan tenaga kerja maka cenderung produktivitas semakin meningkat dan akhirnya potensial dapat meningkatkan output bagi suatu daerah. Berkaitan dengan itu, Hidayat (1990) menyatakan bahwa suatu daerah tidak akan sanggup membangun daerahnya jika tidak mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki masyarakatnya serta tidak dapat memanfaatkan potensi sumber daya yang ada secara optimal.

Selain tingkat pendidikan, perbaikan gizi dan kesehatan juga sangat penting untuk meningkatkan produktivitas kerja. Oleh sebab itu investasi yang dilaksanakan untuk perbaikan gizi dan kesehatan dapat dipandang sebagai salah satu aspek human capital.

Perbaikan dan peningkatan di bidang kesehatan masyarakat biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah. Akan tetapi penyediaan fasilitas kesehatan seperti itu selalu terbatas karena terbatasnya dana pemerintah.

Usaha perbaikan gizi tidak mungkin seluruhnya menjadi tanggung jawab pemerintah, cara yang praktis untuk perbaikan gizi adalah dengan memperbaiki sistem pengupahan mereka agar cukup memenuhi kebutuhan hidup minimumnya termasuk kebutuhan gizi minimumnya. Rendahnya tingkat gizi kesehatan disebabkan oleh rendahnya tingkat penghasilan. Rendahnya tingkat penghasilan tercermin dalam tingkat pengeluaran keluarga yang rendah dan tingkat upah yang rendah.

Penelitian ini dilakukan pada beberapa usaha kecil menengah yang terdaftar di Kecamatan Tamalate kota Makassar. Sebagai perusahaan usaha (KUB dan IKM), maka dituntut produktivitas kerja yang tinggi dari masing- masing karyawan. Oleh karena itu pimpinan usaha kecil menengah senantiasa

(16)

harus memperhatikan masalah pendidikan dan kesehatan, karena hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Todaro dan Smith (2006), menyatakan bahwa pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan pembangunan yang mendasar; terlepas dari hal-hal yang lain, kedua hal itu merupakan hal yang penting. Kesehatan merupakan inti dari kesejahteraan, dan pendidikan adalah hal yang pokok untuk menggapai kehidupan yang memuaskan dan berharga;

keduanya adalah hal yang pundamental untuk membentuk kemampuan manusia yang lebih luas yang berada pada inti makna pembangunan. Pada saat yang sama, pendidikan memainkan peran utama dalam membentuk kemampuan sebuah negara berkembang untuk menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan. Lebih jauh lagi, kesehatan merupakan syarat bagi peningkatan produktivitas, sementara keberhasilan pendidikan juga bertumpu pada kesehatan yang baik. Oleh karena itu, kesehatan dan pendidikan juga dapat dilihat sebagai komponen pertumbuhan dan pembangunan yang vital/sebagai input fungsi produksi agregat. Peran gandanya sebagai input maupun output menyebabkan kesehatan dan pendidikan sangat penting dalam pembangunan ekonomi.

Seseorang melakukan suatu pekerjaan karena mengharapkan suatu imbalan dalam bentuk uang atau upah. Upah adalah hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha / pemberi kerja kepada pekerja yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja. Diharapkan dengan tingkat upah yang diperoleh dapat meningkatkan produktivitas seorang tenaga kerja. Tenaga kerja yang berproduktivitas tinggi maka akan mendapatkan upah sesuai dengan apa yang dimilikinya.

Selain itu pengalaman (lama) kerja juga diperkirakan mempengaruhi produktivitas seseorang dalam bekerja. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi

(17)

4 dan didukung adanya pengalaman kerja, maka tenaga kerja akan mempunyai lebih banyak kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan. Diperkirakan bahwa dengan pengalaman kerja, calon pencari kerja lebih sanggup untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidang yang pernah dialaminya. Saat seorang pekerja memiliki pekerjaan sesuai dengan keahliannya, pekerja tersebut dapat memaksimalkan pengetahuan dan skillnya sehingga meningkatkan input dan produktivitasnya.

Dalam hubungannya dengan uraian tersebut diatas, penelitian ini dianggap penting karena adanya riset gap. Dimana tidak konsistennya temuan dari peneliti dan setiap yang variabel yang diamati. Sehingga perlu dilakukan penelitian, yang dilakukan oleh Faizal (2013), Andreas (2012), dan Sukmawati (2015) yang menemukan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja. Sedangkan Ameliyah (2013) dan Herawati (2013) tidak mendukung adanya pengaruh pendidikan terhadap produktivitas tenaga kerja.

Kemudian penelitian yang dilakukan Sri (2016), Herdiansyah (2015) dan Tambunan (2012) yang hasil penelitiannya menemukan bahwa upah berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja dan Herawati (2016) yang menemukan bahwa upah tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja.

Herdiansyah (2015), Tambunan (2012) yang menemukan bahwa pengalaman kerja berpengaruh trehadap produktivitas tenaga kerja dan William et al (2015) menemukan tidak ada pengaruh signifikan antara pengalaman kerja terhadap produktivitas kerja.

Kemudian Andreas (2012), Sukmawati (2015) yang menemukan bahwa kesehatan berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja dan Widyasari

(18)

(2013) menemukan tingkat kesehatan tidak berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja.

Sebagai data penunjang berikut ini akan disajikan pertumbuhan produktivitas tenaga kerja pada Perusahaan Industri yang terdaftar di Kecamatan Tamalate selama tahun 2014 s/d tahun 2016 melalui tabel berikut ini :

Tabel 1.1. Pertumbuhan Produktivitas Tenaga Kerja di Kecamatan Tamalate Tahun 2014 s/d 2016

Tahun Produktivitas tenaga kerja (Per orang)

Pertumbuhan (%)

2014 12.037.350 -

2015 15.061.400 25,12

2016 13.211.600 -12,18

Rata-rata pertumbuhan (%) 6,42

Sumber : Kantor Kecamatan Tamalate, 2017

Berdasarkan data pertumbuhan produktivitas tenaga kerja selama 3 tahun terakhir (tahun 2013 s/d tahun 2015), maka diperoleh rata-rata pertumbuhan sebesar 6,42% setiap tahunnya, dimana produktivitas tenaga kerja pada tahun 2014 dan tahun 2015 mengalami peningkatan, namun pada tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 12,18%. Oleh karena itu hal inilah yang menjadi permasalahan bagi perusahaan industri, sehingga perlu diperhatikan mengenai masalah pendidikan dan kesehatan, karena melalui investasi pendidikan akan mampu meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang diperlihatkan oleh meningkatnya pengetahuan dan keterampilan yang akan mendorong peningkatan produktivitas kerja seseorang, dan pada akhirnya seseorang yang memiliki produktivitas yang tinggi akan memperoleh kesejahteraan yang lebih baik dan terhindar dari kemiskinan.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut :

(19)

6 1. Apakah pendidikan berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja sektor

usaha konveksi di Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

2. Apakah pengalaman kerja berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja sektor usaha konveksi di Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

3. Apakah upah berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja sektor usaha konveksi di Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

4. Apakah kesehatan berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja sektor usaha konveksi di Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

5. Apakah modal teknologi berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja sektor usaha konveksi di Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan utama dilakukan penelitian dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pendidikan terhadap produktivitas tenaga kerja sektor usaha konveksi di Kecamatan Tamalate Kota Makassar

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengalaman kerja terhadap produktivitas tenaga kerja sektor usaha konveksi di Kecamatan Tamalate Kota Makassar

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh upah terhadap produktivitas tenaga kerja sektor usaha konveksi di Kecamatan Tamalate Kota Makassar 4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kesehatan terhadap

produktivitas tenaga kerja sektor usaha konveksi di Kecamatan Tamalate Kota Makassar

5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh modal teknologi terhadap produktivitas tenaga kerja sektor usaha konveksi di Kecamatan Tamalate Kota Makassar

(20)

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Sebagai hasil karya yang dapat memperluas wawasan dalam hal studi pengembangan sumberdaya manusia melalui pendidikan dan kesehatan, dan sekaligus untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi kantor Kecamatan Tamalate di Kota Makassar terkait dalam rangka memantapkan program pendidikan, pengalaman kerja, upah dan kesehatan dalam kaitannya dengan peningkatan produktivitas tenaga kerja.

(21)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori dan Konsep 2.1.1 Produktivitas Kerja

2.1.1.1 Konsep Produktivitas Kerja

Produktivitas berasal dari bahasa inggris ”product” yaitu hasil, dan

”production” yaitu kegiatan atau proses memproduksi sesuatu. Selanjutnya

”productive” yang berarti menghasilkan, dan ”productivity” yaitu kemampuan menghasilkan sesuatu. Produktivitas mengandung pengertian filosofis, definisi kerja, dan operasional. Secara filosofis produktivitas mengandung pengertian sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan hari ini lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Secara definisi kerja, produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan. Peningkatan produktivitas dapat dilihat dalam empat bentuk yaitu : jumlah produksi yang sama dapat diperoleh dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit. Jumlah produksi yang lebih besar diperoleh dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan menggunakan sumber daya yang relatif sama. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber daya yang lebih kecil.

Sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses peningkatan produktivitas, karena alat produksi dan teknologi pada dasarnya merupakan hasil karya manusia. Produktivitas diartikan sebagai hubungan hasil nyata maupun fisik (barang-barang dan jasa-jasa) dengan maksud yang sebenarnya, adalah perbandingan antara hasil keluaran dan masukan (output

8

(22)

per input). Input sering dibatasi dengan tenaga kerja, sedangkan keluaran sering diukur dengan kesatuan fisik/nilai.

Pengertian produktivitas khusus terhadap pekerja, yaitu perbandingan antara hasil yang diperoleh (output) dengan jumlah sumber daya manusia yang digunakan (input). Produktivitas pekerja dikatakan tinggi jika hasil yang diperoleh lebih besar dari input yang digunakan. Sebaliknya produktivitas pekerja dikatakan rendah, jika hasil yang diperoleh relatif lebih kecil daripada input yang digunakan.

Bagi sebahagian orang mengambil kesimpulan yang salah mengenai hubungan antara produktivitas tenaga kerja dan kesempatan kerja, mereka mengatakan bahwa pertumbuhan produktivitas tenaga kerja menyebabkan pengangguran.

Dengan alasan bahwa bertambahnya produktivitas tenaga kerja berarti pekerja yang dibutuhkan lebih sedikit untuk menghasilkan output riil. Hal ini karena mengabaikan keinginan masyarakat untuk menambah output dan kenyataan bahwa kenaikan produktivitas membuat masyarakat berusaha untuk menyediakan lebih banyak barang dana jasa untuk memenuhi keinginan yang lebih banyak, sehingga diyakini bahwa untuk meningkatkan sebagai faktor penyumbang terbesar. Produktivitas kerja merupakan petunjuk mengenai beberapa unit atau nilai produksi yang dapat dihasilkan oleh satu orang pekerja selama satu periode tertentu. Petunjuk itu dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan seseorang atau sekelompok pekerja baik dalam satu tahapan produksi maupun keseluruhan proses produksi. Ukuran yang dapat menunjukkan produktivitas di antaranya dapat dilakukan dengan perbandingan (rasio), antara nilai output industri dengan inputnya. Semakin tinggi nilai rasio tersebut menunjukkan semakin tinggi produktivitas pekerja pada industri tersebut.

Menurut Rachman (2016) mengemukakan bahwa produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik daripada kemarin, dan hari esok lebih baik

(23)

10 daripada hari ini. Badriyah (2015) produktivitas merupakan perbandingan antara hasil kerja dengan bahan, waktu, dan tenaga yang digunakan dalam memproduksi barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber yang ada secara efektif dan efisien, tetapi tetap menjaga mutu barang atau jasa yang dihasilkan.

Wibowo (2016) bawah produktivitas adalah hubungan antara keluaran atau hasil organisasi dengan masukan yang diperlukan. Produktivitas dapat dikuantifikasi dengan membagi keluaran dengan masukan. Produktivitas sering dibandingkan dengan standar yang sudah ditentukan sebelumnya. Apabila lebih banyak keluaran dihasilkan dari jumlah masukan yang sama, atau masukan lebih sedikit dapat dipergunakan untuk mendapatkan keluaran yang sama, produktivitas diperbaiki. Sebagai konsekuensinya, produktivitas yang lebih baik merupakan ukuran yang berharga tentang seberapa baik sumber daya dipergunakan dalam masyarakat. Hal itu berarti lebih sedikit masukan diperlukan untuk menghasilkan keluaran. Lebih sedikit pemborosan dan lebih baik konservasi sumber daya.

Produktivitas sering diukur dalam bentuk masukan dan keluaran ekonomi.

Akan tetapi, masukan dan keluaran sumber daya manusia dan sosial juga merupakan faktor penting. Jika perilaku organisasi lebih baik, dapat memperbaiki kepuasan kerja sehingga terjadi peningkatan hasil sumber daya manusia.

Produktivitas suatu kegiatan dikatakan meningkat apabila pengembangan program memberikan hasil tambahan sebagai produk sampingan atau by- product. Misalnya penataan ruang permukiman, di samping dapat menambah jumlah rumah yang dapat dibangun, tersedia fasilitas sosial yang memungkinkan warga perumahan melakukan interaksi sosial sehingga terjadi hasil sosial yang lebih baik.

(24)

Secara umum pengukuran produktivitas dinyatakan dalam perbandingan yang dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu (1) perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan secara historis yang dapat menunjukkan apakah pelaksanaan sekarang memuaskan, tetapi hanya mengetengahkan apakah meningkat atau menurun tingkatannya; (2) perbandingan pelaksanaan antara satu unit (perseorangan, tugas, seksi, proses) dengan lainnya, pengukuran seperti ini menunjukkan pencapaian relatif; (3) perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, pengukuran ini dianggap yang terbaik dalam memuaskan perhatian pada sasaran atau tujuan.

Menurut Gasperz dalam Badriyah (2015) bahwa manfaat pengukuran produktivitas bagi perusahaan adalah sebagai berikut: 1) Perusahaan dapat menilai efisiensi konversi sumber dayanya untuk meningkatkan produktivitas melalui efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia. 2) Perencanaan sumber daya menjadi lebih efektif dan efisien, baik dalam perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang. 3) Tujuan ekonomis dan nonekonomis perusahaan dapat diorganisasikan kembali dengan cara memberi prioritas tertulis yang dipandang dari sudut produktivitas. 4) Perencanaan target produktivitas pada masa mendatang dapat dibuktikan kembali berdasarkan informasi pengukuran tingkat produktivitas sekarang. 5) Strategi untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dapat ditetapkan berdasarkan tingkat kesenjangan produk (production gap) yang ada, di antaranya tingkat produktivitas yang direncanakan dan tingkat produktivitas yang diukur (productivity actual). 6) Pengukuran produktivitas perusahaan akan menjadi informasi yang bermanfaat dalam membandingkan tingkat produktivitas, di antaranya organisasi atau perusahaan di perusahaan sejenis serta bermanfaat pula untuk informasi produktivitas perusahaan pada skala nasional ataupun global. 7) Nilai-nilai

(25)

12 produktivitas yang dihasilkan dari pengukuran dapat menjadi informasi yang berguna untuk merencanakan tingkat keuntungan perusahaan. 8) Pengukuran

produktivitas menciptakan perkembangan produksi yang terus menerus.

9) Pengukuran produktivitas terus-menerus memberikan informasi yang bermanfaat untuk menentukan dan mengevaluasi kecenderungan perkembangan produktivitas untuk perusahaan dari waktu ke waktu. 10) Pengukuran produktivitas memberikan informasi yang bermanfaat dalam mengevaluasi perkembangan dan efektivitas dari perbaikan terus-menerus yang dilakukan di suatu perusahaan. 11) Pengukuran produktivitas memberikan motivasi kepada orang-orang secara terus-menerus melakukan perbaikan dan meningkatkan kepuasan kerja. Setiap orang akan memberikan perhatian pada pengukuran produktivitas apabila dampak dari perbaikan produktivitas itu terlihat jelas dan dirasakan langsung oleh mereka.

2.1.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas

Menurut Mankiw (2006) faktor-faktor yang menentukan produktivitas adalah :

1. Modal fisik

Para pekerja akan lebih produktif jika mereka memiliki peralatan untuk bekerja. Peralatan dan infrastruktur yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa dinamakan modal fisik (physical capital), atau barang modal. Dengan semakin banyak peralatan, pekerjaan bisa diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih akurat. Hal ini berarti seorang pekerja yang hanya memiliki peralatan sederhana menghasilkan lebih sedikit perabotan per minggu dibandingkan seorang pekerja yang menggunakan peralatan canggih.

Input yang digunakan untuk membuat barang dan jasa tenaga kerja, modal, dan lain-lain dinamakan dengan faktor produksi (factor of production).

(26)

Salah satu karakteristik penting dari barang modal adalah bahwa barang modal adalah faktor produksi yang diciptakan oleh faktor-faktor produksi lain. Barang modal adalah input proses produksi yang sebelumnya merupakan output dari proses produksi lain. Jadi, barang modal adalah faktor produksi yang digunakan untuk memproduksi semua jenis barang dan jasa, termasuk barang-barang modal lain.

2. Modal manusia

Faktor penentu produktivitas yang kedua adalah modal manusia. Modal manusia (human capital) merupakan istilah ekonomi untuk pengetahuan dan keahlian yang diperoleh pekerja melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman.

Modal manusia meliputi keahlian-keahlian yang diperoleh selama TK, SD, SMP, SMU, perkuliahan, dan pelatihan-pelatihan kerja.

Walaupun pendidikan, pelatihan, dan pengalaman merupakan modal tidak berwujud, tidak seperti mesin bubut, buldizer, dan bangunan, modal manusia serupa dengan modal fisik dalam beberapa hal. Modal manusia menaikkan kemampuan sebuah Negara untuk membuat barang dan jasa. Juga seperti modal fisik, modal manusia merupakan faktor produksi yang dihasilkan oleh faktor produksi lain. Penciptaan modal manusia meminta input-input dalam bentuk dosen, perpustakaan dan waktu perkuliahan. Sebetulnya mahasiswa dapat dipandang sebagai “pekerja” yang memiliki tugas penting menciptakan modal manusia yang akan digunakan dalam proses produksi di masa depan.

3. Sumber daya alam

Penentu produktivitas yang ketiga adalah sumber daya alam (natural resources). Sumber daya alam merupakan input-input produksi yang disediakan oleh alam, seperti tanah, sungai dan deposit-deposit mineral. Sumber daya alam mempunyai dua bentuk yang dapat diperbarui dan yang tidak dapat diperbarui.

(27)

14 Menurut Ravianto (2006), untuk menghasilkan barang dan jasa diperlukan sumber-sumber daya. Sumber-sumber daya tersebut tanah dan modal, termasuk mesin-mesin, peralatan, bahan mentah, tenaga listrik, kemajuan teknologi dan lain-lain. Namun di antara semua faktor produksi tersebut sumber daya manusia memegang peranan utama dalam peningkatan produktivitas, karena alat produksi dan teknologi pada hakikatnya adalah hasil karya manusia. Oleh karena itu, produktivitas lebih ditonjolkan dan menjadi pusat perhatian, produktivitas tenaga kerja menunjukkan adanya keterkaitan antara hasil kerja dengan satuan waktu. Seorang tenaga kerja yang produktif adalah seorang tenaga kerja yang cekatan dan mampu menghasilkan barang dan jasa sesuai mutu yang ditetapkan dalam waktu yang singkat. Hal itu memungkinkan bila tenaga kerja tersebut mendapatkan pendidikan dan latihan, sehat berenergi peralatan dan kesempatan berprestasi. Namun yang lebih penting ialah masing-masing tenaga kerja perlu mempunyai sikap serta etika kerja dan motivasi terhadap mutu kehidupan hari esok yang lebih baik.

2.1.2 Pendidikan

2.1.2.1 Konsep Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu pendidikan untuk belajar pengetahuan, kebiasaan dan keterampilan sekelompok orang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pelatihan, pembelajaran atau penelitian. Yang sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, ataupun dengan memungkinkan belajar otodidak. Pengalaman yang di memiliki efek formatif pada cara orang bertindak, berpikir atau merasa dapat dianggap pendidikan. Pendidikan pada umumnya ada beberapa tahap seperti pra-sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan kemudian perguruan tinggi, universitas atau magang.

(28)

Pendidikan dengan berbagi programnya mempunyai peranan penting dalam proses memperoleh dan meningkatkan kualitas kemampuan profesional individu. Program pendidikan diharapkan dapat mempersiapkan seseorang untuk memiliki bekal agar siap tahu, mengenal dan mengembangkan metode berpikir secara sistematis agar dapat memecahkan masalah yang akan dihadapi dalam kehidupan di kemudian hari. Hal tersebut nantinya akan tampak pada kinerjanya, yang pada akhirnya akan menjamin produktivitas kerja yang semakin meningkat.

Menurut Martoyo (2015) mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu dasar pengembangan sumber daya manusia. Sedarmayanti (2016) mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu proses pendidikan jangka panjang memanfaatkan prosedur sistematis dan terorganisir, dimana personil manajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan umum.

Pengertian pendidikan menurut UU No. 12 Tahun 2012 tentang pendidikan tinggi, adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlakukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Koesoema, (2010) memahami pengertian pendidikan dalam kerangka proses penyempurnaan diri manusia secara terus menerus. Ini terjadi karena secara kodrati manusia memiliki kekurangan dan ketidaklengkapan. Baginya, intervensi manusiawi melalui pendidikan merupakan salah satu cara bagi manusia untuk melengkapi apa yang kurang dari kodratnya pendidikan dapat melengkapi ketidaksempurnaan dalam kodrat alamiah kita.

(29)

16 Peran pendidikan menurut Sedarmayanti (2016) adalah sebagai landasan untuk membentuk, mempersiapkan, membina, dan mengembangkan kemampuan sumber daya manusia yang sangat menentukan dalam keberhasilan pembangunan di masa yang akan datang. Proses pendidikan jika dilihat dari pendekatan sistem terdiri dari masukan (sarana pendidikan) dan keluaran (perubahan perilaku), serta faktor yang memengaruhi proses pendidikan yang pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Perangkat lunak (software), yang mencakup antara lain kurikulum, organisasi pendidikan, peraturan, metode belajar, dan lainnya.

2. Perangkat keras (hardware), yaitu fasilitas yang mencakup gedung, perpustakaan, alat bantu peraga, dan sebagainya.

Pendidikan mempunyai kualitas tinggi bilmana keluaran pendidikan itu mempunyai nilai bagi masyarakat yang memerlukan pendidikan itu. Kualitas di sini adalah keluaran pendidikan yang dikaitkan dengan kegunaan bagi masyarakat. Keluaran pendidikan adalah pencapaian prestasi belajar murid yang meliputi pengetahuan, keterampilan, tingkah laku dan sikap yang diukur dengan tes, hasil ujian, dan sejenisnya.

Peserta pendidikan yang merupakan masukan, setelah mengalami proses pendidikan dengan memanfaatkan tujuan pendidikan yaitu sumber daya dan kurikulim yang ada, menghasilkan keluaran berupa kemampuan tertentu, berupa perubahan tingkah laku termasuk di dalamnya pengetahuan, sikap, tindakan dan penampilan. Peran pendidikan adalah memberikan bimbingan, pengajaran, dan latihan. Organisasi, di satu pihak, yang mempekerjakan tenaga kerja yang menjalankan roda organisasi mulai dari kelompok manajerial sampai dengan petugas yang melaksanakan kegiatan yang bersifat teknis operasional, mengharap dan menuntut kinerja dan produktivitas kerja yang tinggi. Pendidikan

(30)

formal, di lain pihak, yang telah ditempuh merupakan modal penting karena dapat menguasai suatu disiplin ilmu.

2.1.2.2 Jenis-Jenis Pendidikan

Pendidikan yang sangat penting itu dapat diperoleh melalui berbagai jalur pendidikan kehidupan di dunia pendidikan adalah jembatan bagi anak yang menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat kelak.

Jenis-jenis pendidikan diklasifikasikan berdasarkan sebuah teori kepribadian yang menjelaskan tentang aspek-aspek yang menjadi komponen utama kepribadian. Bloom (2010) membedakan tujuan-tujuan pendidikan menjadi tiga macam, yaitu : 1. Pendidikan Kognitif, adalah jenis pendidikan yang bertujuan mengembangkan kemampuan-kemampuan intelektual dalam mengenal lingkungan; 2. Pendidikan Afektif, adalah jenis pendidikan yang bertujuan mengembangkan kemampuan, pembentukan sikap atau kepribadian seseorang untuk mengenali terhadap apa yang telah dipelajari secara langsung atau tidak langsung; 3. Pendidikan Psikomotorik adalah jenis pendidikan yang bertujuan mengembangkan kemampuan atau keterampilan melakukan perbuatan-perbuatan secara tepat sehingga menghasilkan kinerja yang standar.

Pendidikan dapat disimpulkan sebagai suatu proses, teknik dan metode belajar mengajar dengan maksud mentransfer suatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Pendidikan dilakukan perusahaan terhadap karyawannya, mulai tingkat supervisor ke manajemen tingkat atas, karena pendidikan untuk tingkat ini lebih banyak untuk memahami, meneliti, dan memberikan jalan keluar untuk suatu kasus (persoalan). Pemecahan yang dilakukan terhadap kasus tersebut, harus mengikuti metode (kaidah-kaidah) disiplin ilmu yang berlaku.

(31)

18 2.1.3 Konsep Upah

Upah merupakan salah satu rangsangan penting bagi para karyawan dalam suatu perusahaan. Hal ini tidaklah berarti bahwa tingkat upahlah yang merupakan pendorong utama, tingkat upah hanya merupakan dorongan utama hingga pada tarif dimana upah itu belum mencukupi kebutuhan hidup para karyawan sepantasnya. Upah sebenarnya merupakan salah satu syarat perjanjian kerja yang diatur oleh pengusaha dan buruh atau karyawan serta pemerintah.

Hariandja (2015) mengatakan bahwa upah yang diterima harus memiliki keadilan internal, yaitu sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan tingkat usaha yang dilakukan dalam pekerjaan. Selain itu juga harus memiliki keadilan eksternal, yaitu upah yang diterima sesuai dengan upah yang ada di perusahaan lain untuk pekerjaan yang sama.

Rivai (2016) menjelaskan bahwa : ”Upah adalah sebagai balas jasa yang adil dan layak diberikan kepada para pekerja atas jasa-jasanya dalam mencapai tujuan organisasi”. Upah merupakan imbalan finansial lansung yang dibayarkan kepada karyawan berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan atau banyaknya pelayanan yang di berikan. Jadi tidak seperti gaji yang jumlahnya relatif tetap, upah dapat berubah-ubah. Konsep upah biasanya dihubungkan tenaga proses pembayaran bagi tenaga kerja lepas.

Segala sesuatu yang dikeluarkan oleh pengusaha sehubungan dengan mempekerjakan seseorang dipandang sebagai komponen upah, misalnya uang tunai, tunjangan, pengangkutan, kesehatan, konsumsi yang disediakan dalam menjalankan tugas, pembayaran upah waktu libur, cuti dan sakit, fasilitas rekreasi. Dilain pihak, pekerja dan keluarganya menganggap upah hanya sebagai apa yang diterimanya dalam bentuk uang (take‐ home pay) sebagai penghasilan menggunakan tenaganya kepada pengusaha.

(32)

2.1.4 Konsep Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja akan dapat memberikan keuntungan bagi seseorang dalam melaksanakan kerja selanjutnya karena setidaknya orang tersebut sudah pernah melakukan pekerjaan itu sehingga ia akan tahu tentang pekerjaan yang akan dihadapi. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diketahui bahwa pengalaman kerja sangat membantu seseorang untuk mempersiapkan diri menghadapi pekerjaan yang mungkin sama dengan pekerjaan yang baru.

Menurut Manullang (2008) “Pengalaman kerja adalah proses pembentukan pengetahuan atau keterampilan tentang metode suatu pekerjaan karena keterlibatan karyawan tersebut dalam pelaksanaan tugas pekerjaan”. Hal ini sesuai dengan pendapat Simanjuntak (2011) bahwa pengetahuan diperoleh atau ditingkatkan melalui pendidikan. Sedangkan keterampilan diperoleh dan ditingkatkan melalui latihan dan pengalaman kerja.

Pengalaman kerja merupakan bagian dari latihan, karena dengan latihan akan dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Banyak sedikitnya pengalaman kerja akan menunjukkan atau menentukan bagaimana kualitas seseorang dalam bekerja. Artinya mudah sukarnya, cepat lambatnya seseorang dalam menyelesaikan suatu pekerjaan akan dipengaruhi oleh seberapa banyak orang tersebut telah memiliki pengalaman kerja.

2.1.5 Konsep Kesehatan Kerja

Kesehatan berasal dari bahasa Inggris ”health”, yang dewasa ini tidak hanya berarti terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi pengertian sehat mempunyai makna secara fisik, mental dan juga sehat secara sosial. Dengan demikian pengertian sehat secara utuh menunjukkan pengertian sejahtera (well- being). Kesehatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun pendekatan praktis juga berupaya mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan

(33)

20 manusia menderita sakit dan sekaligus berupaya untuk menyebabkan manusia menderita sakit dan sekaligus berupaya untuk mengembangkan berbagai cara atau pendekatan untuk mencegah agar manusia tidak menderita sakit bahkan menjadi lebih sehat.

Kesehatan kerja adalah penerapan ilmu kesehatan/kedokteran di bidang ketenagakerjaan yang bertujuan untuk mencegah penyakit yang timbul akibat kerja dan mempertahankan dan meningkatkan kesehatan para pekerja/buruh untuk meningkatkan kinerja mereka. Kesehatan kerja berkaitan dengan penyakit yang diderita oleh seorang pekerja sebagai akibat aktivitas melaksanakan pekerjaannya.

Pada dasarnya kesehatan itu meliputi empat aspek, menurut Widodo (2015) antara lain : 1) Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan. 2) Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yaitu pikiran, emosional, spiritual pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran, emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, khawatir, sedih dan sebagainya, dan spritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan, dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan di mana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan agama yang dianutnya. 3) Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling

(34)

toleran dan menghargai. 4) Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sedirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yaitu mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.

Pada dasarnya kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan tinggi rendahnya standar hidup seseorang. Oleh karena itu, status kesehatan yang relatif baik dibutuhkan oleh manusia untuk menopang semua aktivitas hidupnya. Setiap individu akan berusaha mencapai status kesehatan tersebut dengan menginvestasikan dan atau mengkonsumsi sejumlah barang dan jasa kesehatan (Grossman, 2002). Maka untuk mencapai kondisi kesehatan yang baik tersebut dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula (Todaro, 2008).

Kesehatan merupakan salah satu variabel kesejahteraan rakyat yang dapat menggambarkan tingkat kesehatan masyarakat sehubungan dengan kualitas kehidupannya. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal bagi keberhasilan pembangunan bangsa karena dengan penduduk yang sehat, pembangunan diharapkan dapat berjalan dengan lancar.

Kesehatan merupakan inti dari kesejahteraan. Lebih jauh lagi kesehatan merupakan syarat bagi peningkatan produktivitas. Pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan keluarga, kesehatan adalah dasar bagi produktivitas tenaga kerja dan kapasitas untuk belajar di sekolah. Tenaga kerja yang sehat secara fisik dan mental akan lebih enerjik dan kuat, lebih produktif, dan mendapatkan

(35)

22 penghasilan yang tinggi. Keadaan ini terutama terjadi di negara-negara sedang berkembang, dimana proporsi terbesar dari angkatan kerja masih bekerja secara manual.

Pekerjaan mungkin berdampak negatif bagi kesehatan akan tetapi sebaliknya pekerjaan juga dapat memperbaiki tingkat kesehatan dan kesejahteraan pekerja bila dikelola dengan baik. Demikian juga status kesehatan pekerja yang sangat mempengaruhi produktivitas kerjanya, pekerja yang sehat memungkinkan tercapainya hasil kerja baik bila dibandingkan dengan pekerja yang terganggu kesehatannya (Suma’mur, 2009).

Tujuan kesehatan kerja menurut Suma’mur (2009) adalah: 1) Menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif, 2) Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan akibat kerja, 3) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja, 4) Pemberantasan kelelahan kerja dan pelipatgandaan kegairahan serta kenikmatan kerja, 5) Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia, 6) Perlindungan bagi masyarakat sekitar perusahaan yang bersangkutan, dan 7) Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk- produk industri.

Pada tingkat makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan masukan (input) penting untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi jangka panjang.Beberapa pengalaman sejarah besar membuktikan berhasilnya tinggal landas ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi yang cepat didukung oleh terobosan penting di bidang kesehatan masyarakat, pemberantasan penyakit dan peningkatan gizi.

Di mulai dengan ketentuan hukum mengenai kesehatan kerja, ini terdapat dalam undang-undang kesehatan. Pasal 23 undang-undang kesehatan ini menyatakan: 1) Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan

(36)

produktivitas kerja yang optimal, 2) Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja, 3) Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.

Pada pasal ini di atur agar setiap pekerja dapat bekerja secara teratur tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya untuk memperoleh produktivitas kerja yang optimal. Adapun syarat dari kesehatan kerja meliputi persyaratan kesehatan pekerja baik fisik maupun psikis sesuai dengan jenis pekerjaannya, persyaratan bahan baku, peralatan, dan proses kerja serta tempat atau lingkungan kerja. yang dimaksud dengan tempat kerja disini adalah tempat kerja terbuka atau tertutup, bergerak atau tidak bergerak yang dipergunakan untuk memproduksi barang atau jasa oleh satu atau beberapa orang pekerja. Dalam pasal ini ditegaskan bahwa yang wajib menyelenggarakan kesehatan kerja adalah tempat yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit, dan yang mempunyai karyawan lebih dari sepuluh orang.

Kembali kepada pengertian kesehatan kerja ialah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum.

Kesehatan dalam ruang lingkup kesehatan, keselamatan, keamanan kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu keadaan bebas dari penyakit. Menurut UU Pokok Kesehatan RI No. 9 tahun 1960, bab 1 pasal 2 keadaan sehat diartikan sebagai, kesempurnaan keadaan jasmani, rohani, dan kemasyarakatan.

Ketidaknyamanan dalam bekerja dapat mempengaruhi kondisi psikologis pekerja. Oleh karena itu kenyamanan dalam bekerja sangat diperlukan, supaya efektivitas dan produktivitas terus meningkat dan psikologis pekerja pun sehat.

(37)

24 Secara umum, meningkatknya kesehatan akan memperpanjang masa kerja dan daya tahan tubuh yang selanjutnya akan berpengaruh pada peningkatan output yang dihasilkan (Aini, 2008). Berbagai studi membuktikan bahwa peningkatan kualitas kesehatan masyarakat secara signifikan dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Pembangunan bidang kesehatan diarahkan agar pelayanan kesehatan jangkauannya lebih luas dan merata sehingga dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Melalui upaya ini akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang lebih tinggi, sehingga memungkinkan masyarakat hidup lebih produktif baik secara ekonomi maupun sosial sehingga terwujudnya masyarakat yang sehat secara keseluruhan.

2.1.6 Konsep Modal Teknologi

Teknologi tenaga kerja dalam jangka panjang menunjukkan hubungan antar jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan oleh pengusaha dengan tingkat upah dimana tenaga kerja maupun modal bersifat variabel. Tujuan utama perusahaan adalah laba maksimum. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan harus memutuskan metode produksi dengan kombinasi biaya tenaga kerja dan modal yang minimal. Keputusan ini atas 2 pertimbangan, (1) adanya konstrain dalam teknologi untuk mengkombinasikan tenaga kerja dan modal, (2) harga-harga relatif dari faktor input. Teknologi produksi terwujud dalam fungsi produksi, dimana fungsi produksi menggambarkan hubungan antara output dan input (tenaga kerja modal) dengan asumsi tingkat teknologi konstan.

Suparmoko (2012) teknologi adalah suatu perubahan dalam fungsi produksi yang nampak dalam teknik produksi. Kemudian menurut Rohmadi (2013) mengartikan teknologi sebagai pengetahuan sistematis tentang seni industrial atau sebagai ilmu industrial.

(38)

2.1.7 Konsep Usaha Mikro dan Kecil (UMK)

Usaha mikro merupakan kegiatan usaha yang dapat memperluas lapangan pekerjaan serta memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, serta berperan mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu, usaha mikro adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yang mendapatkan kesempatan utama, dukungan, perlindungan serta pengembangan yang secara luas sebagai wujud pihak yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa harus mengabaikan peranan usaha besar dan badan usaha milik pemerintah. Menurut Departemen Tenaga Kerja (Depnaker) usaha mikro adalah usaha yang memiliki kurang dari 5 orang tenaga kerja.

Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro yaitu : 1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.300.000.000 (tiga ratus juta rupiah).

Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008. Kriteria usaha kecil yaitu: 1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

(39)

26 2.1.8 Hubungan Antar Variabel

2.1.8.1 Hubungan antara Pendidikan dan Produktivitas Tenaga Kerja

Pendidikan dalam berbagai programnya mempunyai peranan penting dalam proses memperoleh dan meningkatkan kualitas kemampuan profesional individu. Melalui pendidikan, seseorang dipersiapkan untuk memiliki bekal agar siap tahu, mengenal dan mengembangkan metode berpikir secara sistematik agar dapat memecahkan masalah yang akan dihadapi dalam kehidupan kemudian hari, Sedarmayanti (2016). Pendidikan yang lebih tinggi mengakibatkan produktivitas kerja yang lebih tinggi dan oleh sebab itu memungkinkan penghasilan yang lebih tinggi juga (Susilowati, 2008). Tingkat pendidikan ternyata berdampak positif pada tingkat pendapatan. Dengan peningkatan yang cukup tinggi berdampak juga pada tingkat kesejahteraan yang akan diterima para tenaga kerja. Pengertian pendidikan menurut istilah ada beberapa pengertian. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 UU RI No. 20 tahun 2003, dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadiaan, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara. Menurut Muhajir, pendidikan merupakan upaya terprogram dari pendidik membantu subyek didik berkembang ke tingkat normatif yang lebih baik, dengan cara yang baik dalam konteks positif (Zaim dalam Rahmat Lubis, 2009).

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa pendidikan adalah merupakan suatu usaha atau proses yang ditujukan untuk membina kualitas sumber daya manusia seutuhnya agar ia dapat melakukan perannya dalam kehidupan secara fungsional dan optimal, Zaim dalam Rahmat

(40)

Lubis (2009). Pendidikan memberikan pengetahuan bukan saja yang langsung dengan pelaksanaan tugas, akan tetapi juga landasan untuk memperkembangkan diri serta kemampuan memanfaatkan sarana yang ada disekitar kita untuk kelancaran pelaksanaan tugas.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi juga tingkat produktivitas atau kinerja tenaga kerja tersebut (Simanjuntak, 2011). Pada umumnya orang yang mempunyai pendidikan formal maupun informal yang lebih tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas. Tingginya kesadaran akan pentingnya produktivitas, akan mendorong tenaga kerja yang bersangkutan melakukan tindakan yang produktif (Kurniawan, 2010). Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan seorang tenaga kerja berpengaruh positif terhadap produktivitas karena orang yang berpendidikan lebih tinggi memiliki pengetahuan yang lebih untuk meningkatkan kinerjanya.

2.1.8.2 Hubungan antara Upah dan Produktivitas Tenaga Kerja

Penentuan tingkat upah didasarkan kepada produktivitas yang dihasilkan tenaga kerja dalam satuan waktu yang ditentukan. Hubungan yang terjadi lebih bersifat timbal balik, jika produktivitas seorang tenaga kerja meningkat maka tingkat upah akan mengalami peningkatan juga sehingga upah rill akan naik.

Besar kecilnya upah yang diberikan perusahaan kepada para pekerjanya akan mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat produktivitas kerja karyawan. Saat seorang pekerja merasa nyaman dengan upah yang diterima maka produktivitasnya dalam bekerja diharapkan akan meningkat. Upah yang nyaman dalam hal ini dapat diartikan upah yang wajar, yakni dapat memungkinkan pekerja untuk memenuhi kebutuhannya secara manusiawi, sehingga ketika tingkat penghasilan cukup, akan menimbulkan konsentrasi dan mengarahkan kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas.

(41)

28 Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Sedarmayanti (2009) bahwa apabila tingkat upah memadai maka dapat menimbulkan konsentrasi kerja dan kemampuan yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas.

Yang paling penting dalam program peningkatan produktivitas yang berhasil itu ditandai dengan adanya pemberian upah yang sesuai dengan kebutuhan dan hasil kerja para tenaga kerja. Melalui cara seperti ini maka tenaga kerja dapat mengetahui berapa rupiah yang dia peroleh dari upahnya.

Dalam hubungannya dengan upah, produktivitas tenaga kerja yang tinggi memungkinkan tenaga kerja memperoleh upah yang lebih tinggi pula. Hal ini senada dengan pernyataan Sukirno (2005) yang menyatakan bahwa upah rill yang diterima tenaga kerja tergantung pada produktivitas dari tenaga kerja tersebut.

Kesimpulannya yaitu semakin tinggi tingkat produktivitas seorang tenaga kerja maka upah yang akan diterima juga akan tinggi. Karena pemberian upah yang tinggi tersebut memotivasi tenaga kerja untuk lebih giat lagi bekerja dan meningkatkan produktivitas kerjanya.

2.1.8.3 Hubungan antara Pengalaman Kerja dan Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Sedarmayanti (2009) mengatakan pengalaman merupakan faktor utama dalam perkembangan seseorang, sedangkan pengalaman hanya mungkin diperoleh dalam hubungan lingkungannya. Pengalaman merupakan faktor utama dalam perkembangan seseorang dalam hal ini berarti bahwa jiwa dan kemampuan seseorang akan lebih mapan jika orang tersebut telah merasakan keadaan yang sebenarnya.

Setiap pengalaman yang diperoleh seseorang akan membantunya memberikan keterampilan dan pengetahuan khusus sesuai dengan pekerjaan yang digelutinya. Seseorang yang melakukan jenis pekerjaan tertentu secara

(42)

berulang-ulang dalam jangka waktu yang cukup lama akan menjadikan dirinya cukup terampil dalam pekerjaan tersebut.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengalaman kerja adalah tingkat penguasaan pengetahuan serta keterampilan seseorang dalam pekerjaannya yang dapat diukur dari masa kerja dan dari tingkat pengetahuan serta keterampilan yang dimilikinya. Pengalaman merupakan faktor yang penting dalam perkembangan suatu usaha, terutama pekerjaan yang membutuhkan keahlian, kecakapan dan inisiatif dalam berkreasi, sehingga menghasilkan produk yang lebih baik dilihat dari segi kuantitas maupun kualitas.

Menurut PP No. 7 Tahun 1977 pengalaman kerja diukur berdasarkan pengelompokkan terhadap masa kerja rendah dan masa kerja tinggi. Yang termasuk masa kerja rendah adalah yang belum mencapai 5 tahun, sedangkan masa kerja 5 tahun ke atas dikelompokkan masa kerja tinggi.

Masa kerja juga dapat dilihat dari beberapa lama tenaga kerja mengabdikan dirinya untuk perusahaan dan bagaimana hubungan antara perusahaan dengan tenaga kerjanya. Dalam hubungan ini untuk menjalin kerjasama yang lebih serasi maka masing-masing pihak perlu untuk meningkatkan rasa tanggungjawab, rasa ikut memiliki, keberanian, dan mawas diri dalam rangka kelangsungan perusahaan maka tenaga kerja dapat dengan tenang untuk berproduksi sehingga produktivitasnya tinggi (Muchdarsyah, 2013).

2.1.8.4 Hubungan antara Kesehatan dan Produktivitas Tenaga Kerja

Kesehatan merupakan inti dari kesejahteraan, dan pendidikan adalah hal yang pokok untuk menanggapi kehidupan yang memuaskan dan berharga;

keduanya adalah hal yang fundamental untuk membentuk kemampuan manusia yang lebih luas yang berada pada inti makna pembangunan. Pada saat yang sama, pendidikan memainkan peran utama dalam membentuk kemampuan

(43)

30 sebuah negara berkembang untuk menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan. Lebih jauh lagi, kesehatan merupakan syarat bagi peningkatan produktivitas, sementara keberhasilan pendidikan juga bertumpu pada kesehatan yang baik. Oleh karena itu, kesehatan dan pendidikan juga dapat dilihat sebagai komponen pertumbuhan dan pembangunan yang vital/sebagai input fungsi produksi agregat. Peran gandanya sebagai input maupun output menyebabkan kesehatan dan pendidikan sangat penting dalam pembangunan ekonomi (Todaro dan Smith, 2006).

Pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan keluarga, kesehatan adalah dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk belajar di sekolah.

Tenaga kerja yang sehat secara fisik dan mental akan lebih enerjik dan kuat, lebih produktif, dan mendapatkan penghasilan yang tinggi. Keadaan ini terutama terjadi di negara-negara sedang berkembang, dimana proporsi terbesar dari angkatan kerja masih bekerja secara manual. Di Indonesia sebagai contoh, tenaga kerja laki-laki yang menderita anemia menyebabkan 20% kurang produktif jika dibandingkan dengan tenaga kerja laki-laki yang tidak menderita anemia. Selanjutnya, anak yang sehat mempunyai kemampuan belajar lebih baik dan akan tumbuh menjadi dewasa yang lebih terdidik. Dalam keluarga yang sehat, pendidikan anak cenderung untuk tidak terputus jika dibandingkan dengan keluarga yang tidak sehat. Pada tingkat makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan masukan (input) penting untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi jangka panjang.

Beberapa pengalaman sejarah besar membuktikan berhasilnya tinggal landas ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi yang cepat didukung oleh terobosan penting di bidang kesehatan masyarakat, pemberantasan penyakit dan

(44)

peningkatan gizi. Hal ini antara lain terjadi di Inggris selama revolusi industri, Jepang dan Amerika Selatan pada awal abad ke-20, dan pembangunan di Eropa Selatan dan Asia Timur pada permulaan tahun 1950-an dan tahun 1960-an (Drs.

Arum Atmawikarta, SKM, MPH Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat, BAPPENAS).

2.1.8.5 Hubungan Modal Teknologi dan Produktivitas Tenaga Kerja

Kecanggihan teknologi belum tentu mengakibatkan kenaikan atau penurunan jumlah tenaga kerja. Oleh karena kecanggihan teknologi akan menyebabkan hasil produksi yang lebih baik, namun kemampuannya dalam menghasilkan produk dalam kuantitas yang sama atau relatif sama. Adapun yang lebih berpengaruh dalam menentukan permintaan tenaga kerja adalah kemampuan mesin untuk menghasilkan produk dalam kuantitas yang jauh lebih besar dari pada kemampuan manusia.

Sri Haryani (2002) menyatakan bahwa penggunaan teknologi yang tepat sangat berperan dalam peningkatan produktivitas pekerja, adapun keunggulan dari penggunaan teknologi yang tepat waktu, jumlah produksi yang dihasilkan lebih banyak dan bermutu serta pemborosan bahan baku dapat ditekan seminimal mungkin. Hasil penelitian ini sesuai dengan kajian empirik dari Ayu Adiati (2013) mengatakan bahwa teknologi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap produktivitas.

2.2 Penelitian Empirik

Sebagai bahan perbandingan untuk penelitian ini, ada beberapa hasil penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya, antara lain Penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti yaitu :

Luh Sri Kumbadewi, dkk (2016) Pengaruh Umur, Pengalaman kerja, Upah, Teknologi, dan Lingkungan Kerja Terhadap produktivitas Pada UD Puji

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 8. Koefisien Korelasi Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. untuk variabel kepemimpinan terlihat nilai Significance

Berdasarkan uji signifikansi besarnya koefisien parameter pada variabel kualitas layanan (X1) sebesar 0,395 yang berarti terdapat pengaruh positif antara kualitas layanan

 Variabel pengungkapan corporate social responsibility memiliki nilai koefisien regresi positif sebesar 0,056 dan nilai signifikan menunjukkan lebih dari 0,05 yaitu

dampaknya pada Tingkat Loyalitas Merek Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel Karakteristik Perusahaan memiliki nilai koefisien regresi (B) sebesar 1,807 dengan nilai

dampaknya pada Tingkat Loyalitas Merek Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel Karakteristik Perusahaan memiliki nilai koefisien regresi (B) sebesar 1,807 dengan nilai

Berdasarkan hasil uji regresi linear berganda diperoleh nilai koefisien regresi B (3,514) dan nilai Beta (0,466). Hipotesis pertama ini menunjukkan ukuran perusahaan

Besarnya koefisien parameter untuk variabel kepemimpinan transformasional terhadap budaya adhokrasi adalah 0,45 yang berarti berpengaruh positif dimana semakin tinggi

Nilai Koefisien Korelasi Berganda R Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai koefisien korelasi berganda R diperoleh hasil sebesar 0,926, dimana hasil tersebut menggambarkan kuatnya