• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS "

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Norristyo Cokrowidagdo 105020101111068

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2017

(2)

Artikel Jurnal dengan judul :

PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROPINSI JAWA TIMUR

Yang disusun oleh :

Nama : Norristyo Cokrowidagdo

NIM : 105020100111068

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 15 Agustus 2017

Malang, 15 Agustus 2017 Dosen Pembimbing,

Dr. Nurul Badriyah S.E., M.E.

NIP.

19740302 200501 2001

(3)

PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROPINSI JAWA TIMUR

Norristyo Cokrowidagdo, 1 Nurul Badriyah 2

1 Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Malang

2 Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Malang Alamat Korespondensi: norristyo@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisa pengaruh tingkat inflasi dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di propinsi jawa timur. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor berupa tingkat inflasi dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) serta pihak-pihak lain yang terkait dengan penelitian ini.. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan program SPSS 16.0. Variabel dependen yang diteliti adalah presentase tingkat kemiskinan, sedangkan variabel independen yang diteliti adalah presentase tingkat inflasi dan presentase pengangguran di jawa timur. Berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat pengaruh signifikan secara bersama-sama (simultan) antara variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk pengaruh secara individu (parsial) setiap variabel independen memiliki pengaruh yang berbeda. Pengangguran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemiskinan sedangkan inflasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemiskinan.

Kata Kunci: Kemiskinan, Inflasi, Pengangguran.

PENDAHULUAN

Kondisi perekonomian yang ideal yang ditandai dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat inflasi yang terkendali, nilai tukar dan tingkat suku bunga yang stabil serta tingkat pengangguran yang rendah atau bahkan tercapainya full employment merupakan sebuah kondisi ekonomi yang diharapkan dari perkembangan sebuah kota. Dalam rangka pencapaian kondisi ideal perekonomian seperti tersebut di

(4)

atas, pemerintah kota senantiasa berupaya menjalankan berbagai program dan kebijakan, baik di sektor fiskal maupun sektor moneter.

Adapun beberapa upaya yang ditempuh oleh pemerintah untuk mencapai kondisi perekonomian yang ideal tersebut, antara lain melalui kebijakan di sektor fiskal, yaitu kebijakan anggaran pemerintah dari sisi penerimaan maupun dari sisi pengeluaran. Salah satu instrumen kebijakan fiskal adalah pajak dan subsidi. Sedangkan kebijakan sektor moneter merupakan upaya untuk mengendalikan jumlah uang beredar dalam masyarakat.

Kebijakan ini dapat dilakukan melalui kebijakan uang ketat (untuk mengurangi uang beredar) disebut sebagai kebijakan moneter kontraktif dan kebijakan moneter ekspansif untuk menambah jumlah uang beredar (Rahardja dan Manurung. 2004). Berbagai kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah tersebut terkait secara langsung dengan upaya menekan tingkat kesmiskinan yang terjadi.

Tingkat pengangguran sangat erat hubungannya dengan laju pertumbuhan penduduk.Laju pertumbuhan yang tinggi akan meningkatkan jumlah angkatan kerja (penduduk usia kerja), besarnya angkatan kerja inidapat menekan ketersediaan lapangan kerja di pasar kerja. Angkatankerja terdiri dari dua komponen yaitu orang yang menganggur dan orangyang bekerja.Tingkat pengangguran terbuka di perkotaan hanya menunjukkanaspek-aspek yang tampak dari masalah kesempatan kerja di negara yangsedang berkembang, bagaikan ujung sebuah gunung es. Apabila mereka tidakbekerja konsekuensinya adalah mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan denganbaik, kondisi seperti ini membawa dampak bagi terciptanya dan membengkaknya jumlah kemiskinan yang ada.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh baik secara simmultan maupun parsial dari tingkat inflasi dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Timur.

TINJAUAN PUSTAKA Inflasi

Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus- menerus (Todaro, 1997). Dari defenisi ini, ada tiga komponen yang harus dipenuhi untuk menggambarkan bahwa telah terjadi inflasi, yaitu:

1. Kenaikan Harga 2. Bersifat Umum

3. Berlangsung Terus-Menerus

(5)

Pegangguran

Dalam definisi ekonomi, pengangguran tidak identik dengan tidak (mau) bekerja.

Seseorang dikatakan menganggur apabila orang tersebut ingin bekerja dan telah berusaha mencari pekerjaan, namun tidak mendapatkannya

Dalam ilmu kependudukan (demografi), orang yang mencari pekerjaan termasuk dalam kategori kelompok penduduk yang disebut angkatan kerja. Berdasarkan kategori usia, usia angkatan kerja adalah 15-64 tahun. Tetapi tidak semua orang yang berusia 15- 64 tahun dihitung sebagai angkatan kerja. Penduduk yang dihitung sebagai angkatan kerja adalah penduduk usia 15-64 tahun dan sedang mencari kerja, sedangkan yang tidak mencari kerja apakah karena mengurus keluarga atau sekolah, tidak termasuk angkatan kerja. Tingkat pengangguran adalah persentase angkatan kerja yang tidak/belum mendapatkan pekerjaan.

jumlah angkatan kerja dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut:

L = PL – (IR + MP + PP + PS) Keterangan:

L = Jumlah tenaga kerja (angkatan kerja)

PL = Penduduk dalam lingkungan umur 15 – 64 tahun IR = Ibu rumah tangga yang tidak ingin bekerja MP = Mahasiswa dan pelajar

PP = Pekerja yang telah pensiun dan tidak ingin bekerja lagi

PS = Orang-orang tidak sekolah dan tidak bekerja dan juga tidak mencari pekerjaan.

METODOLOGI

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk menekankan analisisnya pada data-data numerik (berupa angka) yang diolah dengan metode statistik tertentu.

Jenis data penelitian merupakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) serta pihak-pihak lain yang terkait dengan penelitian ini. Data

(6)

penelitian berlokasi di jawa timur dengan kurun waktu time series data adalah 15 tahun (dari tahun 2002 sampai 2016).

Analisis ini menggunakan pendekatan secara kuantitatif maupun kualitatif.

Penggunaan pendekatan secara kualitatif dilakukan dengan tujuan untuk melengkapi analisa terhadap obyek penelitian. Karena untuk mengetahui pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen, maka digunakan model regresi berganda yaitu:

Y =  + 1X1 + 2X2 + e (Dajan, 2000) Dimana:

Y = Variabel dependen, yakni kemiskinan di Propinsi Jawa Timur.

X1 = Tingkat inflasi X2 = Pengangguran e = Faktor pengganggu

HASIL DAN PEMBAHASAN

Model regresi yang baik hasrus terbebas dari uji asumsi klasik. Dimana dalam uji asumsi klasik dalam penelitian ini terdapat tiga uji, yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas. Hasil uji asumsi klasik dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut.

Pengujian Asumsi Klasik

Untuk membuktikan apakah model regresi linier berganda yang dipergunakan dalam penelitian ini telah memenuhi asumsi klasik atau belum, maka selanjutnya akan dilakukan evaluasi ekonometrika. Evaluasi ekonometrika terdiri dari uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

Uji Multikolinieritas

Berikut ini akan disajikan hasil pengujian multikolinearitas yang dilakukan dengan bantuan SPSS for windows, secara lengkap hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 Tabel 1: Hasil Pengujian Multikolinearitas

Variabel Nilai VIF Tolerance

Tingkat inflasi Pengangguran

1,069 1,069

0,935 0,935 Sumber: Data Diolah (2017)

(7)

Berdasarkan hasil pengujian multikolinearitas dapat diketahui bahwa nilai VIF masing- masing variabel bebas di sekitar angka satu dan nilai tolerance mendekati angka 1. Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan bebas multikolinearitas.

Uji Autokorelasi

Berdasarkan hasil pengujian autokorelasi menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1,645 di mana angka tersebut terletak di antara -2 dan +2 yang berarti tidak ada autokorelasi dalam model regresi yang digunakan.

Uji Heteroskedastisitas Gambar1: grafik scatterplot

Sumber: Data diolah (2017)

Berdasarkan hasil pengujian heteroskedastisitas diketahui bahwa titik-titik yang terbentuk pada grafik scaterplot tidak membentuk pola yang jelas serta tersebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa model regresi yang digunakan bebas heteroskedastisitas.

Regeresi Linier Berganda

Hasil analisis regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 1: Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Variabel

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Keterangan

B Beta

(8)

(Constant) 5,117

X1 -0,041 -0,019 -0,167 0,870 Tidak Signifikan

X2 1,988 0,930 8,234 0,000 Signifikan

R : 0,926

R2 : 0,857

Adjusted R2 : 0,833 Fhitung : 35,893 Sig.F : 0,000 Ftabel : 3,89 t tabel : 2,160

Sumber: Data diolah (2017) Keterangan:

X1 : Variabel Tingkat inflasi X2 : Variabel Pengangguran

Y : Tingkat kemiskinan di Propinsi Jawa Timur

Berdasarkan tabel 4.5 maka dapat diperoleh persamaan regresi, sebagai berikut:

Y = 5,117 -0,041X1 + 1,988X2 + e

Dari hasil uji tersebut maka dapat diketahui besarnya pengaruh perubahan setiap variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui lebih lanjut besarnya pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dijelaskan pada pembahasan sebagai berikut.

Nilai Koefisien Korelasi Berganda (R)

Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai koefisien korelasi berganda (R) diperoleh hasil sebesar 0,926, dimana hasil tersebut menggambarkan kuatnya hubungan antara Tingkat inflasi dan Pengangguran secara bersama-sama terhadap variabel Tingkat kemiskinan di Propinsi Jawa Timur. Hal ini berarti hubungan antara keseluruhan variabel independent dengan variabel dependent adalah erat karena nilai R tersebut mendekati 1.

Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) dapat digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi dari keseluruhan variabel independen (X) yang berpengaruh terhadap variabel dependen (Y), sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang

(9)

tidak dimasukkan dalam model regresi. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa nilai Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,857 atau 85,7%.

Artinya variabel Y dipengaruhi sebesar 85,7% oleh variabel X1 dan X2 sedangkan sisanya 14,3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

Dari tabel 1 uji regresi di atas, dapat diketahui bahwa nilai F hitung

menunjukkan nilai sebesar 35,893. Sedangkan nilai F tabel dengan n = 9 dan α = 5%, adalah 3,89. Jadi F hitung> F tabel (35,893 > 3,89). Artinya bahwa variabel Tingkat inflasi dan Pengangguran berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat Tingkat kemiskinan di Propinsi Jawa Timur.

Tabel 2: Hasil Uji t Variabel Tingkat inflasi

Hipotesis Nilai Status

Variabel Tingkat inflasi berpengaruh secara parsial terhadap tingkat Tingkat kemiskinan di Propinsi Jawa Timur.

t hitung =-0,167 Sig. t =0,870 t tabel = 2,160

H1 ditolak Sumber: Data diolah (2017)

Dari tabel 4.6 di atas, variabel Tingkat inflasi memiliki nilai t hitung sebesar - 0,167 dengan probabilitas (sig.) sebesar 0,870. Karena t hitung < t tabel dan (sig.) > α (0,05), maka variabel Tingkat inflasi secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat Tingkat kemiskinan di Propinsi Jawa Timur.

Tabel 3: Hasil Uji t Variabel Pengangguran

Hipotesis Nilai Status

Variabel Pengangguran berpengaruh secara parsial terhadap tingkat Tingkat kemiskinan di Propinsi Jawa Timur.

t hitung =8,234 Sig. t = 0,000 t tabel = 2,160

H2 terbukti Sumber: Data diolah (2017)

Dari tabel 4.7 di atas, variabel Pengangguran memiliki nilai t hitung sebesar 8,234 dengan probabilitas (sig.) sebesar 0,000. Karena t hitung > t tabel dan (sig.) < α

(10)

(0,05), maka variabel Pengangguran secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat Tingkat kemiskinan di Propinsi Jawa Timur.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat inflasi terbukti tidak berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Propinsi Jawa Timur. Hal ini menunjukkan bahwa dengan semakin meningkatkan inflasi maka tidak berdampak pada jumlah masyarakat yang miskin di Jawa Timur.

2. Pengangguran terbukti berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Propinsi Jawa Timur. efek buruk dari pengangguran adalah mengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang telah dicapai seseorang.

3. Tingkat inflasi dan pengangguran terbukti berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Propinsi Jawa Timur. Inflasi yang tinggi yang tidak diimbangi dengan ke¬nai¬kan pendapatan begitu pula dengan tingkat pengangguran yang tinggi tentu akan menggerus daya beli masya¬rakat.

Saran

Pemerintah daerah harus mampu memberikan dukungan dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Upaya nyata yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan perluasan jaringan kerjasama dan kemitraan dengan pihak-pihak lain terkait untuk mengoptimalkan berbagai upaya penanggulangan kemiskinan, yaitu dengan lebih mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki oleh daerah.

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik Jawa Timur. http://jatim.bps.go.id, diakses tanggal 17 juli 2017 jam 03.40 WIB

Maknun, Mapaujung. 2003. Hubungan Kausalitas Antara Inflasi Dan Pertumbuhan Ekonomi di Beberapa Negara ASEAN. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 4, No.2, Des 2003.

Ritonga, Hamongan. 2004. Masalah Keberlanjutan Kemiskinan Indonesia, Bandung: Pikiran Rakyat, Bening Keliping.

(11)

Santoso, Singgih. 2002. SPSS Statistik Multivariat. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

Setyawan, Aris B. 2005. Ekonomi Moneter: Inflasi. Bahan Perkuliahan Bab 6:

Inflasi

Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi: Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sukirno, Sadono. 2007. Makroekonomi Modern. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Suharto, Edi. 2004. Pendekatan Pekerjaan Sosial Dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin: Konsep, Indikator dan Strategi, Malang

Todaro, MP. 1997. Economic Development. Sixth Edition. New York : New York University.

Wulandari, Fransiska Hastin. 2015. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, Pengangguran, Dan Pendidikan Terhadap Kemiskinan Provinsi Di IndonesiaTahun 2008-2012

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini melalui persamaan Y = 16.825+0,501X1+0,047X2, pada hasil uji koefisien korelasi berganda didapat antara Kepemimpinan Transformasional X1 nilai korelasinya sebesar