• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

4 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Konsep Perkembangan

Menurut Schumpeter yang dimaksud dengan berkembang adalah perubahan spontan dan terputus-putus di dalam keadaan tetap yang selalu mengubah serta mengganti keseimbangan yang sebelumnya ada. Proses perkembangan terjadi karena melalui perubahan zaman, usaha masyarakat berubah dalam bentuk sengaja maupun tidak sengaja (Betty Carolina, 2013: 13). Perkembangan ekonomi bisa menggambarkan faktor-faktor penentu yang melandasi pertumbuhan perekonomian seperti perubahan produksi, sikap masyarakat, dan lembaga terkait. Dari pengertian ini bisa disimpulkan bahwa pasar berkembang dalam kehidupan masyarakat baik segi kepengurusan pasar, luas areal pasar, jumlah pedagang yaitu pribumi dan non pribumi, dan sarana yang terdiri dari kios, stan dan toko serta peraturan yang diberlakukan di dalam pasar guna memelihara dan memajukan pasar.

2.1.2 Pengertian Pasar Tradisional

Pasar Tradisional merupakan tempat kegiatan penjual dan pembeli yang dilakukan secara tatap muka dan langsung dalam bentuk eceran dalam waktu sementara atau tetap dengan tingkat pelayanan terbatas.

Menurut Widianto, Rahmat dalam Gischa, Serafica (https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/28/060000169/pasar-

tradisional-pengertian-ciri-dan-jenisnya?page=all, Diakses 2 Mei) pasar tradisional merupakan pasar yang berkembang di masyarakat yaitu pedagang pribumi. Pasar tradisional muncul dari kebutuhan masyarakat umum yang butuh tempat untuk berjualan barang yang dihasilkan. Untuk pembeli yang membutuhkan barang bisa mendapatkan barang di situ.

(2)

5 2.1.3 Konsep Fungsi

Menurut Malinowski dalam Setiawati, fungsi adalah semua tingkah laku manusia yang terorganisasi dengan suatu rangkaian kebutuhan naluri organisasme manusia, kemudian ia mengembangkan kebutuhan-kebutuhan dasar dengan meresponnya untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan dasar sehingga kelangsungan hidup tetap terpelihara (Betty Carolina, 2013: 16).

Dari Definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pasar sebagai tempat transaksi jual beli antara pedagang dan pembeli yang saling memerlukan satu sama lain. Pasar juga berfungsi sebagai sumber mata pencaharian bagi masyarakat.

2.1.4 Peran Pasar Tradisional

Menurut BPS 2018 dalam Tulus Tambunan (2020:9), pasar tradisional di negara Indonesia mempunyai peran penting sebagai wadah yang mempunyai manfaat dari banyak pihak terutama para petani dan nelayan untuk menjual hasil merek pemilik atau pengusaha Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), yaitu para pengrajin seperti suvenir, makanan, minuman, pakaian, produk-produk kayu, bambu, dan rotan (termasuk mebel), alas kaki dan barang pokok lainya. Dengan adanya peran ini, secara tidak langsung keberadaan pasar rakyat bisa memberikan kontribusi terhadap peningkatan kerja dan penurunan tingkat kemiskinan.

Jadi, keberadaan pasar dan perkembanganya sangat penting sebagai pondasi perekonomian daerah atau wilayah.

2.1.5 Fungsi Pasar Tradisional

Menurut Abdullah dalam Istijabatul Aliyah (2017:3,5), fungsi pasar tradisional menjadi penekan pada pengaturan para pelaku yang terlibat, sekaligus menjadi solusi dalam memberikan dan menyediakan fasilitas.

Fungsi pasar tradisional tidak hanya menjadi distribusi, organisir produk, penetapan nilai dan pembentuk harga, tetapi juga pusat pertemuan, pesat pertukaran informasi, aktivitas kesenian rakyat bahkan menjadi paket wisata yang ditawarkan. Dengan demikian, pasar tradisional adalah aset ekonomi daerah sekaligus perekat hubungan sosial dalam masyarakat.

(3)

6 Ditegaskan pula bahwa pasar tradisional bukan hanya sekedar tempat jual beli saja melainkan lebih dari itu. Pasar tradisional tidak hanya mewadahi kegiatan ekonomi, akan tetapi pasar tradisional dapat menjadi wadah interaksi sosial budaya, dan sekaligus sarana rekreasi.

2.1.5 Pedagang Dulu dan Kini

Menurut Herman Malano (2011:19) nasib pedagang tradisional dulu dan sekarang tidak berbeda jauh. Setiap hari mereka harus mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk kebutuhan sehari-hari dan mengumpulkan modal untuk membeli barang yang akan dijual kembali. Menjadi pedagang pasar di masa lalu barang kali “lebih menguntungkan” dibandingkan di masa sekarang. Dulu, kebanyakan orang yang memilih profesi untuk berdagang mempunyai niat untuk maju dan sukses. Mereka menjadi pedagang karena adanya panggilan jiwa dan tekad yang kuat untuk berjualan. Banyak di antara mereka datang dari daerah lain untuk berdagang di kota maupun didesa. Kaum laki-laki masyarakat Minang misalnya, banyak yang merantau ke daerah lain untuk mengadu kemampuan berniaga di rantau. Karena itu, para pedagang khususnya periode tahun 1960an hingga 1990an banyak yang mengalami peningkatan dalam berbisnis. Tekad yang kuat bisa menghasilkan kesuksesan. Pedagang yang mulai usahanya sebagai Pedagang Kaki Lima (PKL), sekitar 60 hingga 70 persen meningkat memiliki toko dan kios, usahapun terus berkembang. Beberapa di antara mereka kini sudah mampu menyewa rumah toko (ruko), bahkan menjadi pemilik rumah toko (ruko) itu sendiri. Para pedagang pada masa lalu melakukan bisnis dari modal sendiri, seperti menjual tanah atau sawah di kampungnya, pemberian orang tua, atau tabungan sendiri. Seandainya tidak memiliki modal, mereka paling meminjam pada keluarga atau teman yang mempunyai kepercayaan kepadanya. Karena itu ada kekhawatiran bila modal tidak kembali, mereka akan sulit membayar utang. Dengan demikian, tercipta tekad agar usaha mereka berhasil yaitu dengan tidak mudah menyerah. Banyak pedagang di masa lalu yang merambah usahanya benar- benar dari bawah. Dengan modal seadanya mereka berdagang kecil-kecilan

(4)

7 dengan membawa semua barang yang dijual pada leher, sambil berkeliling mencari pembeli. Selanjutnya bila usaha itu “sukses” pedagang membangun lapak dengan ukuran kecil, yang kemudian terus melebar. Tidak sedikit diantaranya yang memulai usahanya dengan menjadi “anak buah” pada pedagang lain. Sementara pedagang di masa kini banyak mendapat bantuan dan fasilitas. Meski bantuan tersebut belum bisa berpihak pada pedagang kecil, karena biayanya yang teramat tinggi, namun sudah sedikit perhatian pemerintah dari segi pemodalan.

2.1.6 Ciri-Ciri Pasar Tradisional

Menurut Serafica Gischa

(https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/28/060000169/pasar-

tradisional-pengertian-ciri-dan-jenisnya?page=all, Diakses 2 Mei ) pasar tradisional memiliki beberapa ciri-ciri, di antaranya:

1. Adanya sistem tawar-menawar antara penjual dan pembeli.

2. Pasar tradisional dimiliki, dibangun, dan dikelola oleh pemerintah daerah.

3. Tempat usaha beragam dan menyatu dalam lokasi yang sama.

4. Sebagian besar barang dan jasa ditawarkan adalah produksi lokal.

2.2 Penelitian yang relevan

Untuk menghindari duplikasi, peneliti melakukan penelusuran terhadap penelitian-penelitian terdahulu. Dari hasil penelusuran penelitian terdahulu diperoleh beberapa penelitian yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, yaitu:

2.2.1. Istijabatul Aliyah. 2017 . Pemahaman Konseptual Pasar Tradisional Di Perkotaan. Cakra Wisata. Vol 18, Jilid 2. Tulisan ini membahas tentang sejarah perkembangan pasar, fungsi pasar, peran pasar, komoditas pasar, sistem operasional pasar, lokasi dan jejaring pasar, sistem pengelolaan pasar, Sistem nilai yang ada pada pasar di perkotaan.

(5)

8 2.2.2. Andi Nurfadillah. 2016. Pasar Ulutedong di Kecamatan Ujungloe Kabupaten Bulukumba 1982-2015. Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan. Vol:3, Jilid:4, 59-67. Tulisan ini membahas

tentang sejarah latar belakang terbentuknya Pasar Tradisional Ulutedong di Kecamatan Ujungloe Kabupaten Bulukumba, dan untuk mengetahui dinamika pasar Ulutedong kecamatan Ujungloe Kabupaten Bulukumba, serta dampak ekonomi sosial bagi masyarakat di Kecamatan Ujungloe Kabupaten Bulukumba.

2.2.3. Nilla, M Aripin, Rasyid Ridha dan Patahuddin. 2018. Pasar Tradisional Padang Sappa Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu 2002- 2017. Jurnal Pattingalloang. , Vo l 5 No.4, 35-45. Tulisan ini membahas tentang latar belakang berdirinya Pasar Padang Sappa, perkembangan Pasar Padang Sappa serta dampak keberadaan Pasar Padang Sappa bagi masyarakat.

Perbedaan penelitian ke tiganya di atas dengan yang akan peneliti lakukan adalah penelitian pasar Ulutedong dan pasar Tradisional Padang Sappa membahas perkembangan pasar pada Orde Baru sampai 2017. Sedangkan yang akan peneliti lakukan adalah setelah Kemerdekaan Republik Indonesia sampai sekarang Dan Penelitian Aliyah meneliti tentang pemahaman konseptual pasar tradisional di perkotaan sedangkan milik saya meneliti tentang Perkembangan pasar Bringin

(6)

9 2.3 Kerangka Pikir

Keterangan:

Penelitian ini menjelaskan Perkembangan pasar Beringin pada masa Indonesia merdeka – Orde Lama, Indonesia masa Orde Baru, Masa Sekarang. Pembahasan penelitian meliputi: pedagang, barang yang dijual,

Pasar Bringin

Perkembangan Pasar Bringin

Indonesia merdeka - Orde Lama

Indonesia masa Orde

Baru

Masa Sekarang

pedagang, barang yang dijual, tempat parkir, warung atau kios atau toko, kuli pasar

(gendong) Latar Belakang berdirinya pasar

Dampak Pasar Bringin

Ekonomi Sosial Budaya

(7)

10 tempat parkir, warung, kuli pasar (gendong) yang menjadi karakteristik masing-masing periode (masa). Kemudian melihat dampak Pasar Bringin dari ekonomi, sosial,dan budaya.

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian methanil yellow per oral dengan dosis 4200 mg/kgBB/hari, 2100 mg/kgBB/hari, dan 1050 mg/kgBB/hari selama 30 hari memberikan perbedaan yang bermakna dalam

Kesamaan penelitian yang dilakukan oelh kempat peneliti di atas dengan peneliti sendiri ialah yaitu sama-sama menganalisis mengenai rekrutmen dan seleksi SDM yang

Sesuai penelitian yang dilakukan oleh Muldiana dan Widjaja (2016), tentang faktor-faktor yang memengaruhi terjadi duplikasi penomoran di Rumah Sakit Atma Jaya,

Program pembelajaran vokasional/ keterampilan SLB di Kabupaten Cianjur ini akan melibatkan banyak personil baik dari pihak sekolah maupun dari pihak yang membantu

• Hama penyakit terutama hama penggerek batang, penyakit pembuluh kayu, dan penyakit cacar daun, yang kemunculannya dapat dipengaruhi oleh perubahan musim yang tidak biasa dan

10.1.5 Menjelaskan pemerhatian tentang takal melalui lakaran, TMK, penulisan atau lisan

Variasi ukuran produk dikarenakan perbandingan konsentrasi oligonukleotida atau konsentrasi total oligonukleotida dalam reaksi belum optimal (Gao et al., 2003).

Konstanta (a) sebesar 0,1077 menunjukkan besarnya pengaruh hubungan antara Komitmen Konsumen (X1), Kepercayaan Konsumen (X2) terhadap Loyalitas konsumen pengguna merek Pond’s