• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENGELOLAAN WAKAF PRODUKTIF DAN KONTRIBUSINYA UNTUK KEMANDIRIAN EKONOMI PESANTREN DI YLPI BUNTET PESANTREN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV PENGELOLAAN WAKAF PRODUKTIF DAN KONTRIBUSINYA UNTUK KEMANDIRIAN EKONOMI PESANTREN DI YLPI BUNTET PESANTREN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

68

UNTUK KEMANDIRIAN EKONOMI PESANTREN DI YLPI BUNTET PESANTREN

A. Analisis tentang Pengelolaan Wakaf Produktif di YLPI Buntet Pesantren Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf ditegaskan bahwa nâẓir mencakup tiga macam : nâẓir perseorangan, nâẓir organisasi dan nâẓir badan hukum.1 Kemudian pada pasal 4 dan 5 dijelaskan bahwa wakaf bertujuan memanfaatkan harta benda wakaf sesuai dengan fungsinya. Fungsi wakaf adalah mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum.2 Adanya nâẓir dimaksudkan untuk mengelola (memelihara dan menyelenggarakan) harta wakaf sesuai dengan peruntukannya sebagaimana amanat dari wâqif. Oleh karena itu, pengelolaan aset wakaf produktif perlu dilakukan, dalam upaya mengembangkan aset wakaf dengan baik agar dapat memberikan manfaat atau hasil yang lebih besar.

Sebagaimana yang terjadi di Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Buntet Pesantren, awal mula wakaf yang ada adalah berasal dari para pendiri pesantren untuk keberlangsungan dan pengembangan pesantren. Dalam mewujudkan tujuan tersebut perlunya penggalian kemampuan dan potensi yang ada. Salah satunya dari pengelolaan aset wakaf secara produktif beserta dengan sumber daya manusia yang ada di pesantren.

Kemudian pengelolaan wakaf produktif tersebut berasal dari bantuan wakaf tunai untuk dana pembangunan proyek percontohan wakaf produktif yang diberikan oleh Kementrian Agama RI kepada YLPI Buntet Pesantren.

Luas tanah yayasan yang diberdayakan adalah seluas 15.000 m2. Sedangkan baru tanah seluas 441,96 m2 yang digunakan untuk membangun sebuah

1Jaih Mubarok, Wakaf Produktif (Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2008), 153.

2Tim Manajemen Pusat Riset Informansi dan Data Ekonomi Islam (PRIDES), Kompilasi Perundang-Undangan tentang Ekonomi Syariah (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), 147.

(2)

swalayan mini yang diberi nama Buntet Mart dengan bantuan wakaf tunai tersebut.

Dalam proses pengelolaannya, nâẓir tidak secara langsung mengelola usaha tersebut tetapi mengamanahkan kepada manajer Buntet Mart. Manajer mendapatkan kebebasan pengelolaan usaha secara langsung. Namun untuk pengembangan dan penambahan peralatan Buntet Mart, manajer harus konsultasi kepada nâẓir dan atas sepersetujuan nâẓir. Nâẓir bertindak sebagai direktur dan bertanggungjawab kepada Kementerian Agama RI. Seperti yang dikatakan Bapak H. Ghomam selaku bedahara yayasan, “Kalau untuk pengelolaan wakaf, Pak Wawan adalah nâẓir sebagai pemegang kebijakan.”

Dari hasil penelitian di lapangan, pengelolaan wakaf produktif di YLPI Buntet Pesantren dengan keberadaan Buntet Mart telah berhasil memenuhi kebutuhan konsumsi para santri, siswa, dan keluarga pesantren agar tidak keluar dari lingkungan pondok. Bahkan masyarakat umum yang ada di sekitar Pondok Buntet Pesantren pun ikut berbelanja di sana. Salah satu yang menjadi daya tarik konsumen adalah harganya yang lebih murah dibandingkan dengan Alfamart dan Indomart yang ada. “Berhubung Buntet Mart itu wakaf produktif, bukan seperti mart-mart yang ada di sana jadi lebih murah maka tidak ada pajak di sana. Buntet Mart itu jenisnya warung,” kata Pak Lutfi saat wawancara, Ahad (24/05/2015). Buntet Mart juga berada di lokasi yang strategis sehingga lebih mudah dijangkau.

Gambar 4.1

Bangunan Buntet Mart Berada di Tepi Jalan Utama YLPI Buntet Pesantren

(3)

Oleh karena itu, pengelolaan Buntet Mart mengalami perkembangan yang baik sejak mulai beroperasi tanggal 2 Juni 2010 sampai dengan sekarang menginjak usia lima tahun ini. Perkembangan tersebut dapat terlihat dari omzet yang terus meningkat setiap tahunnya, meskipun omzet Buntet Mart mengalami nilai yang fluktuatif setiap bulannya. Berikut ini dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Gambar 4.2

Laporan Omzet Buntet Mart Tahun 2011, 2012, dan 2013 Selama satu bulan pertama beroperasi, Buntet Mart memperoleh omzet sampai Rp. 8.000.000 per hari. Hal ini menandakan respon santri dan masyarakat sekitar sangat baik terhadap keberadaan Buntet Mart. Pada bulan- bulan berikutnya Buntet Mart mendapatkan omzet yang fluktuatif.

“Perbulannya fluktuatif tergantung momen. Ada momen haulan, momen puasa, liburan setelah ajaran baru, awal ajaran baru, momen akhir tahun. Setiap minggu, hari Jum’at diisi oleh santri, Sabtu dari orang luar, malam Minggu oleh AKPER,” kata Pak Nurcholis saat wawancara, Ahad (10/05/2015).

Menurut Direktorat Pemberdayaan Wakaf dalam pengembangan paradigma baru wakaf, salah satu yang penting adalah sistem manajemen wakaf harus ditampilkan lebih profesional dan modern. Profesional dan modern tersebut terlihat pada aspek-aspek pengelolaan, antara lain : aspek

Rp- Rp50.000.000 Rp100.000.000 Rp150.000.000 Rp200.000.000 Rp250.000.000 Rp300.000.000 Rp350.000.000

2011 2012 2013

(4)

kelembagaan wakaf, aspek pengelolaan operasional, aspek kehumasan, dan sistem keuangan.3

1. Aspek kelembagaan wakaf

Pengelolaan wakaf di YLPI Buntet Pesantren telah didukung oleh Kementerian Agama RI terutama oleh Ditjen Bimas Islam dengan mendapat bantuan wakaf tunai proyek wakaf produktif. Namun belum adanya pembinaan secara intensif kepada para pengelola pada proses pengelolaan.

Seperti seminar, workshop, pelatihan bulanan, tahunan dan lain-lain. Pada kontrol pengawasan sudah cukup baik, karena Kementerian Agama RI sudah empat kali berkunjung ke Buntet Mart untuk melihat secara langsung perkembangan yang ada. Selain itu juga rutin per tiga bulan dan per tahun, pengelola melaporkan laporan keuangan Buntet Mart ke Kementerian Agama RI.

Kalau dari Bimas pusat per tri wulan dan per tahun kita harus mengikirimkan laporan lewat e-mail dan Pos. Kadang-kadang juga dari Bimas pusat mengunjungi langsung, karena sekalian dari Kempek ke Buntet. Sampai saat ini sudah 4 kali kunjungan dan responnya bagus. Tidak ada masalah. Karena ada di Semarang gagal, tidak berjalan. Mereka membangun ruko, tapi ruko tersebut membelakangi jalan akhirnya tidak ada yang berminat menyewa.4 2. Aspek Pengelolaan operasional

Aspek pengelolaan operasional yaitu standar keputusan operasional pengelolaan wakaf. Keputusan tersebut berkenaan dengan lima fungsi utama manajemen operasional, yaitu : proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja dan mutu.5

a. Keputusan mengenai proses, berkenaan dengan fasilitas fisik, teknologi, arus proses, dan lain-lain yang harus diperhitungkan secara matang karena akan dipakai dalam jangka waktu yang lama untuk pemberdayaan produktif terhadap benda-benda wakaf. Dalam hal ini di YLPI Buntet Pesantren adalah bentuk bangunan Buntet Mart yang telah

3Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia (Jakarta:

Kementerian Agama RI, 2013), 106.

4Wawancara dengan Bapak Nurcholis di Buntet Mart, tanggal 10 Mei 2015 pukul 16.26 WIB.

5Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia..., 108.

(5)

dirancang dan disesuaikan dengan swalayan mini yang ada di sekitarnya. Namun Buntet Mart memiliki kelemahan pada warna lantai dan kondisi lampu yang kurang terang. Seperti pernah dikatakan Pak Kholis, “Kita memang kurangnya salah disetingan awalnya. Karena setingan awalnya toko, cuma gayanya mini market.”

b. Keputusan mengenai kapasitas diperlukan untuk menghasilkan jumlah produk yang tepat, di tempat yang tepat dan dalam waktu yang tepat pula. Buntet Mart berada di lokasi yang tepat yaitu strategis berada di pinggir jalan utama Pondok Buntet Pesantren dan dekat dengan sekolah- sekolah. Buntet Mart menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari, buka dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 22.00 WIB. Kapasitas di sini juga berhubungan dengan jumlah orang yang dibutuhkan dalam pengoperasiannya. Buntet Mart dioperasikan oleh enam orang karyawan dan seorang manajer. Dari enam karyawan tersebut yang bertindak sebagai kasir sebanyak dua orang dan empat orang sebagai pramuniaga.

Saat ini kapasitas ukuran bangunan dirasakan masih kurang luas, sehingga masih banyak barang-barang yang belum bisa tertampung.

“Tidak ada penghambat yang signifikan. Misalnya dari faktor tempat Buntet Mart yang kurang luas. Sehingga banyak barang yang diinginkan masyarakat tidak dapat tertampung,” jelas Pak Lutfi.

c. Keputusan mengenai persediaan mencakup apa yang akan dipesan, berapa banyak, dan kapan dipesan. Artinya sistem pengendalian persediaan dipakai untuk mengatur bahan-bahan mulai dari pembeliannya barang, manajer memutuskan berapa banyak barang yang akan disimpan sebagai persediaan, dimana penyimpanannya, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan persediaan. Buntet Mart membeli barang-barang dagang dari distributor sehingga harga pokok barang lebih murah. “Kalau saya sendiri melihat kebutuhan konsumen. Yang banyak terjual itulah yang diorder. Pembelian juga harus dari distributor karena bisa dapat diskon,” tegas Pak Kholis. Ada sebagian barang- barang yang masih kredit, maka banyaknya stok yang diberikan oleh distributor maksimal sebesar Rp. 500.000,-. Kemudian diatur dalam rak

(6)

oleh karyawan dan selebihnya disimpan di gudang sebagai persediaan barang dagang.

d. Keputusan dengan tenaga kerja, yaitu menyangkut bagaimana rekruitmen dilakukan, proses seleksi diselesaikan, pelatihan dan pengembangan, supervisi, kompensasi dan PHK. Pengelolaan tenaga kerja agar bisa bekerja secara produktif, tetapi tetap manusiawi adalah kunci dari bagian operasional. Pada Buntet Mart ini rekruitmen tenaga kerja diutamakan bagi alumni Pondok Buntet Pesantren. Karena peruntukan wakaf adalah untuk pengembangan pesantren, termasuk pemberdayaan para alumni. Rekrutmen karyawan masih terbuka, belum dilakukan dengan proses seleksi yang ketat. “Dari orang sendiri, alumni Buntet sendiri. Yang penting jujurlah, karena kita terbuka,” jelas Pak Kholis. Juga belum adanya tingkatan supervisi dan pemberian kompensasi bagi karyawan. Sementara tugas sebagai supervisi masih diserahkan kepada manajer Buntet Mart. Dengan kondisi Buntet Mart yang masih kecil, Buntet Mart baru bisa memberikan gaji pokok per bulannya. Pemberian kompensasi lainnya (seperti bonus, komisi, insentif, asuransi, rekreasi, dan lain-lain) belum dapat diberikan kepada karyawan. Tetapi Buntet Mart memberikan Tunjangan Hari Raya untuk karyawan setiap tahunnya.

e. Keputusan yang menyangkut penentuan mutu produk ini harus selalu menjadi orientasi bersama dalam setiap proses operasi, seperti penetapan standar, desaian peralatan, pemilihan orang-orang terlatih dan pengawasan terhadap produk yang dihasilkan. Karena Buntet Mart bergerak dibidang perdagangan bukan menghasilkan barang (manufaktur), maka keputusan yang menyangkut penentuan mutu terletak pada kualitas barang dagang yang disediakan untuk dijual.

(7)

Gambar 4.3

Susunan Barang Dagang di Buntet Mart

Mulai dari kehalalan barang dagang, kebersihan barang dagang, pengontrolan tanggal daluwarsa, dan pemusnahan barang dagang daluwarsa. Selain itu kualitas pelayanan karyawan terhadap pelanggan dengan menerapkan prinsip 5S (senyum, salam, sapa, sopan, dan santun) juga penting.

3. Aspek kehumasan

Aspek kehumasan atau yang sering dikenal dengan aspek pemasaran adalah aspek yang harus diperhatikan dalam pengelolaan wakaf produktif. Aspek pemasaran secara Islam dengan tidak membohongi pelanggan, tidak menyakiti para konsumen, santun dan ramah, profesional dan bertanggung jawab terhadap para konsumen akan menjadikan pengelolaan wakaf semakin bertambah sempurna. Karyawan Buntet Mart telah melakukan pekerkjaannya dengan jujur, ramah dan bertanggung jawab kepada pelanggan.

4. Sistem keuangan

Sistem keuangan yang baik dalam sebuah proses pengelolaan manajemen lembaga kenâẓiran sangat terkait dengan akuntansi dan auditing. Akuntansi dan auditing termasuk dalam fungsi manajemen yaitu pengawasan. Pada Buntet Mart, sistem akuntansi yang diterapkan masih menggunakan akuntansi manual dan kurang sistematis. Hal ini disebabkan oleh kurangnya tenaga yang ahli dalam bidang tersebut. Oleh karena itu, perlunya rekruitmen karyawan sesuai dengan keahlian dan posisi pekerjaannya.

(8)

Nâẓir berperan penting dalam upaya pengelolaan wakaf tersebut sehingga benar-benar bisa produktif dan hasilnya dapat disalurkan sebagai peruntukan wakaf yang dimaksud. Ada syarat-syarat bagi nâẓir untuk dapat mengemban tugasnya secara profesional dan bertanggung jawab. Di samping syarat moral yang harus dimiliki nâẓir, ada salah satu di antara syarat-syarat tersebut adalah mempunyai kemampuan manajerial dan seorang entrepreneur sejati.

Dalam memperoleh kemampuan manajerial tersebut, kriteria seorang nâẓir wakaf perlu memahami betul empat fungsi manajemen. Empat fungsi manajemen tersebut termasuk dalam serangkaian aktivitas dalam proses manajemen, yaitu merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, dan mengendalikan. Dari keempat fungsi tersebut ada 2 fungsi manajemen yang menjadi penunjang dalam pengelolaan wakaf produktif yang menurut penulis masih kurang diperhatikan, yaitu :

1. Pengarahan (Directing) adalah bagaimana proses bimbingan, arahan, perintah, dan saran yang diberikan atasan kepada bawahannya agar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Dalam hal ini semua orang yang terlibat pada pengelolaan wakaf produktif diharapkan dapat lebih memperbaiki hubungan komunikasi. Di antaranya seperti hubungan komunikasi antara Ditjen Bimas Islam dengan ketua nâẓir, komunikasi ketua nâẓir dengan manajer Buntet Mart, komunikasi manajer Buntet Mart dengan para karyawan Buntet Mart, dan komunikasi antar karyawan Buntet Mart. Karena komunikasi yang baik akan tersampaikannya pesan yang ada pada diri seseorang kepada orang lain, sehingga dapat dirasakan tujuan pengarahan. Salah satu tujuan pengarahan adalah membina disiplin kerja dan motivasi yang terarah.

2. Pengendalian (Controlling), menurut Siswanto adalah suatu proses yang tersusun untuk mengevaluasi serangkaian aktivitas organisasi yang telah dilaksanakan. Jika belum sesuai maka akan dilakukan perbaikan dengan tepat dan cepat, sehingga lebih efektif dan efisien untuk mencapai sasaran organisasi. Kegiatan pengevaluasian tersebut pihak pengelola dan pemerintah dapat melihat dari cacatan akuntansi berupa laporan keuangan

(9)

Buntet Mart. Agar kedepannya dapat diambil keputusan untuk memperbaiki jika terjadi masalah dan lebih meningkatkan lagi usaha ini jika terdapat kekurangan.

B. Analisis Kontribusi Pengelolaan Wakaf Produktif untuk Kemandirian Ekonomi Pesantren di YLPI Buntet Pesantren

Pada Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf Pasal 42 dan Pasal 43 menjelaskan bahwa nâẓir wajib mengelola dan megembangkan harta benda wakaf secara produktif sesuai tujuan, fungsi, dan peruntukan wakaf dengan berprinsipkan syariah.6 Dalam hal memonitori terus berjalannya wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukan wakaf atau tidak, maka penulis merasa perlu mengetahui apa saja kontribusi yang dapat diberikan dari hasil pengelolaan wakaf produktif tersebut sampai saat ini.

Berdasarkan penelitian di lapangan, pengelolaan proyek percontohan wakaf produktif di YLPI Buntet Pesantren cukup baik. Hal ini terlihat bahwa selama kurang lebih lima tahun ini, Buntet Mart dapat bertahan bahkan berangsur-angsur meningkat dan berkembang. Buntet Mart telah menjalani masa-masa sulit. Sehingga manfaat keberadaan Buntet Mart dapat dirasakan saat ini, baik oleh pengelola maupun masyarakat yang ada di sekitarnya.

Kontribusi yang diberikan Buntet Mart tidak hanya berbentuk bantuan secara materil, tetapi juga dapat dirasakan secara moril. Di antaranya yaitu membuka lapangan pekerjaan bagi para alumni dan masyarakat sekitar, salah satu sumber pendapatan kas yayasan walaupun masih sedikit, dan sebagai tempat alternatif untuk berbelanja bagi santri, keluarga pesantren, dan masyarakat yang ada di sekitar Pondok Buntet Pesantren.

Buntet Mart juga banyak memberikan pelajaran dan pengalaman berharga bagi para pengelola. Para pengelola mempunyai sikap yang tangguh, pekerja keras, dan jujur, sehingga dapat terlihat dari omzet yang terus meningkat setiap tahunnya. Omzet yang terus meningkat tersebut mempunyai manfaat yang positif bagi yayasan dan khususnya karyawan Buntet Mart.

6Tim Manajemen Pusat Riset Informansi dan Data Ekonomi Islam (PRIDES), Kompilasi Perundang-Undangan tentang Ekonomi Syariah..., 157.

(10)

Salah satu manfaat omzet yang terus meningkat tersebut yaitu gaji setiap karyawan mengalami kenaikan setelah dua tahun hanya memperoleh gaji sebesar Rp. 300.000,- per bulan menjadi Rp. 600.000,- per bulan. Begitu pula dengan gaji manajer dari Rp. 350.000,- per bulan menjadi Rp. 850.000,- per bulan. Adanya peningkatan kesejahteraan bagi pengelolanya. Manfaat yang dirasakan bagi yayasan adalah adanya pemasukan rutin kas yayasan yang diberikan Buntet Mart. Sehingga dapat digunakan sebagai dana tambahan untuk membantu biaya operasional yayasan dan tambahan honor guru.

Namun, hal ini menunjukkan bahwa kontribusi hasil pengelolaan wakaf produktif masih kecil dan sedikit untuk mencapai tujuan wakaf yaitu terwujudnya kemandirian ekonomi pesantren di YLPI Buntet Peantren ini.

Menurut Bapak H. Habbil Ghomam selaku bendahara yayasan bahwa pengeluaran yayasan masih besar setiap tahun karena yayasan masih membutuhkan lokal kelas baru untuk sekolah-sekolah yang ada. Pada tahun 2014 lalu, untuk mendanai pembangunan lokal kelas baru menghabiskan dana lebih dari Rp. 700.000.000,-. “Kalau dibandingkan dengan persentase pengeluaran yayasan, itu tentunya kurang sekali,” tegas Pak H. Ghomam. Jika dibandingkan dengan kontribusi Buntet Mart saat ini hanya Rp. 1.500.000,- per bulan yaitu sama dengan Rp. 18.000.000,- per tahun untuk yayasan, maka kontribusi Buntet Mart kepada yayasan masih sangat minim sekali.

Buntet Mart pertahun hanya menyumbang kas yayasan sebesar 2,6 % dari pengeluaran yayasan per tahunnya. Masih sangat jauh dari cita-cita dan tujuan wakaf produktif tersebut yaitu tercapainya kemandirian ekonomi pesantren dari hasil pengelolaan wakaf produktif. Namun angka persentase tersebut dapat bertambah dengan terus memperbaiki sistem manajemen, mengikuti perkembangan, dan menambah daya tarik pelanggan. “Dari ketiga cara tersebut apabila bisa dikuasai, kita dapat bersaing dengan baik. Dengan sendirinya pada kesempatan nanti kita akan mendapatkan peningkatan wakaf produktif itu,” tegas Pak H. Ghomam. Buntet Mart ini adalah usaha perintis wakaf produktif yang ada di YLPI Buntet Pesantren. Selanjutnya diharapkan YLPI Buntet Pesantren dapat mengembangkannya dalam bidang usaha lain, seperti usaha perbengkelan, pengadaan sarana prasarana santri, transportasi,

(11)

dan usaha-usaha lain yang mempunyai prospek yang baik di sana. Sehingga dari hasil pengelolaan wakaf produktif ini bisa meningkatkan kemandirian ekonomi pesantren.

Dalam pelaksanaan pengelolaan wakaf produktif tentunya tidak lepas dari berbagai kendala yang dihadapi oleh pengelolanya. Kendala ini tentunya juga dirasakan pada pengelolaan proyek percontohan wakaf produktif di YLPI Buntet Pesantren. Karena kenyataannya sampai tahun 2015 ini, kontribusi hasil pengelolaan wakaf produktif belum dapat mencapai kemandirian ekonomi pesantren sebagaimana tujuan atau peruntukan wakaf produktif ini sejak awal.

“Kalau secara ideal seperti itu belum, usahanya juga masih kecil. Tapi lumayan ada pemasukan untuk yayasan,” tegas Pak H. Wawan.

Kendala yang dihadapi pengelola saat ini di antaranya adalah kondisi Buntet Mart yang masih berupa swalayan mini. Dari bangunan, modal, persediaan, laba bersih, daya serap karyawan, dan lain-lain masih minim.

Seperti salah satu kendala yang dirasakan adalah masih ada beberapa barang yang belum bisa ditampung oleh Buntet Mart, karena bangunan Buntet Mart kurang luas saat ini. Hal tersebut timbul karena kesalahan pada awal konsep pembangunan bangunan dan keterbatasan dana yang ada. Karena Buntet Mart masih memiliki modal kecil, sebagian barang dagang yang ada adalah barang milik distributor yang akan dibayarkan pada waktu tempo untuk proses pengembangan barang dagangnya. “Menjadi kendala juga sebagian barang- barang Buntet Mart bukan punya barang sendiri. Artinya mengambil keuntungan dari penjualan barang yang dititipkan,” jelas Pak Lutfi.

Referensi

Dokumen terkait

Melalui penelitian ini diharapkan guru mendapatkan informasi tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Numbered Heads (SNH), model pembelajaran

Sesuai dengan masalah yang telah dipaparkan di atas, peneliti memiliki gagasan untuk mengembangkan modul buta aksara yang telah disesuaikan dengan kondisi dan lingkungan masyarakat

Bu ağların Göltürkbükü limanında ortalama 30 tekne tarafından kullanıldığı ve toplamda 40 posta civarında ağ bulunduğu tespit edilmiştir.. Üst yakada 4 mm

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel citra merek (X 1 ), persepsi harga (X 2 ) dan kualitas produk (X 3 ) secara simultan berpengaruh

Penggunaan media gambar akan menarik siswa untuk belajar seperti yang disampaikan oleh Oemar Hamalik (dalam Azhar Arsyad, 2011: 2) yang menjelaskan bahwa untuk

organisasional dalam bentuk perilaku inovatif dengan merujuk pada kajian yang dilakukan oleh Vermeulen (2004) menekankan pentingnya mengelola perilaku inovatif sebagai upaya

Gambar 1 menggambarkan siklus iteratif pengembangan secara prototyping, meliputi: (1) analyze, proses menganalisis kebutuhan pengguna dan sistem, dalam fase ini

Pada potongan lirik ini, bagi pendengar yang bukan penutur asli bahasa Inggris atau penutur yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua dapat memaknai