• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISALAH RAPAT KERJA PANSUS RUU TENTANG RUMAH SAKIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RISALAH RAPAT KERJA PANSUS RUU TENTANG RUMAH SAKIT"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

RISALAH

RAPAT KERJA PANSUS RUU TENTANG RUMAH SAKIT

--- Tahun Sidang : 2009 – 2010

Masa Persidangan : I

Rapat ke- :

Sifar Rapat : Terbuka Jenis Rapat : Rapat Kerja

Dengan : 1. Menteri Kesehatan RI 2. Menteri Hukum dan HAM RI Hari/Tanggal : Rabu, 16 September 2009 Waktu : Pukul 15.00 WIB s.d. selesai Ketua Rapat : dr. Charles j. Mesang

Sekretaris Rapat : Dra. Tri Udiartiningrum / Sekretaris Pansus

Tempat : Ruang Rapat Komisi IX DPR-RI Gedung Nusantara I DPR RI Jl. Jenderal gatot Subroto, Jakarta Pusat

Acara : 1. Pendapat Akhir Mini Fraksi-fraksi terhadap RUU tentang Rumah Sakit;

2. Tanggapan Pemerintah terhadap Pendapat Akhir Mini Fraksi-fraksi.

3. Penandatanganan Naskah RUU tentang Rumah Sakit

Hadir : Pimpinan

1. dr. Charles J. Mesang/F. Partai Golkr 2. dr. Goenawan Slamet, Sp.B/F. PDI P 3. Drs. Nurul Falah Eddy Pariang/F. PAN 4. Dr. Umar Wahid Hasjim, Sp.P/F. KB

Fraksi Partai Golkar : Fraksi Partai Amanat Nasional : 1. Musfihin Dahlan; 1. Dra. Hj. Nina Mardiana, M.Ed 2. Drg. H. Tonny Aprilani, M.Sc 2. Tuti Indarsih Lukman Soetrisno 3. Drs. H. Wasma Prayitno;

4. Dra. Hj. Maryamah Nugraha Besoes 5. Hj. Asiyah Hamis baidlowi

6. H. Mamat Rahayu Abdullah;

7. Tisnawati karna, SH., M.Si 8. Dr. Mariani Akib Baramuli, MM 9. H.M. La Ode Djeni Hasmar.

ARSIP DPR RI

(2)

Fraksi partai Demokrasi Indonesia Perjuangan : Fraksi Kebangkitan Bangsa : 1. Hj. Elva Hartati, S.IP., MM 1. Dra. Hj. Maria Ulfah Anshor, M.Si 2. dr. Ribka Tjiptaning; 2. Drs. H.M. Muchotob Hamzah, MM 3. Dra. Eddy Mihati, M.Si 3. Drs. H.M. Subki Risya, MH

4. Nursuhud; Partai Keadilan Sejahtera :

5. Drs. W. Eko Waluyo; 1. Zuber Safawi, SHI 6. Drs. KH. Moh. Hasib Wahab;

7. Drs. Ben Vincent Djeharu Fraksi Bintang Pelopor Demokrasi : -

Fraksi Partai Prsatuan pembangunan :

1. H.M. Syumli Sadli, SH Fraksi Partai Bintang Reforamasi : 2. H. Husairi Abdi, LC 1. Dr. Hj. Kasmawati Tahir Z. Basalamah 3. H. Sukardi Harun

Fraksi Partai Demokrat : Fraksi Partai damai Sejahtera : 1. dr. Jumaini Andriana S. 1. Dr. Ferdinand K. Suawa, MA

Tidak Hadir :

1. dr. H. Hakim Sorimuda Pohan, Sp.OG/F. PD 2. Drs. KH. Ahmad Daroji, M.Si/F. P. Golkar 3. Hj. Asiah Salekan, BA/F. P. Golkar 4. Suryana/F. PDIP

5. Widada Bujowiryono/F. PDIP 6. Drs. K.H. Moh. Hasib Wahab/F. PD 7. H. Efiyardi Asda/F.PPP

8. H. Romzi Nihan, S.IP/F. PPP 9. Sunarto Muntako/F. PD 10. Anita Yacoba Gah/F. PD 11. Albert Yaputra/F. PD 12. H. Rustam Effendi/F. PAN

13. Drs. H. Munawar Sholeh, M.Pd/F. PAN 14. Hj. Saidah Sakwan, MA/F. KB

KETUA RAPAT/dr. CHARLES J. MESANG :

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua

Yang terhormat Saudara yang mewakili Menteri Kesehatan;

Yang terhormat Saudara Menkum Ham beserta seluruh jajarannya

Saudara Pimpinan dan Anggota Pansus RUU Rumah Sakit yang saya hormati.

Pertama-tama marilah kita memanjatkan puji syukur kehaditar Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena atas perkenan-Nya kita dapat menghadiri rapat kerja Pansus Rumah Sakit dalam rangka melanjutkan pembicaraan tingkat I membahas RUU tentang Rumah Sakit dalam keadaan sehat wal afiat.

Sesuai dengan laporan Sekretariat, rapat kerja Pansus RUU tentang Rumah Sakit ini telah ditanda tangani oleh 28 orang anggota dari 50 orang anggota, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 29 ayat (1) Peraturan Tata Tertib DPR maka telah memenuhi kuorum dan rapat saya nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum.

ARSIP DPR RI

(3)

Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Saudara yang mewakili Menteri Kesehatan dan juga menteri Hukum dan HAM beserta seluruh jajarannya atas kesediaannya memenuhi undangan kami dalam rapat kerja hari ini. Perlu saya informasikan bahwa rapat pengganti Bamus kemarin tanggal 15 telah menyetujui untuk RUU Rumah Sakit ini diagendakan dalam rapat paripurna pengambilan keputusan pada tanggal 28 September nanti.

Sebelum kita mulai, maka perlu saya membacakan tentang acara jadwal rapat kita pada hari ini, yang pertama adalah laporan dari Panitia Kerja, yang kedua adalah Pendapat Akhir Mini Fraksi-fraksi, yang ketiga tanggapan Pemerintah terhadap Pendapat Akhir Mini Fraksi-fraksi, yang keempat pengambilan keputusan draft Rancangan Undang-Undang tentang Rumah Sakit, yang kelima penandatanganan draft RUU dan keenam penutup.

Saya tawarkan kepada teman-teman, apa bisa diterima?

Terima kasih. Kepada Pemerintah. Terima kasih.

Saudara Menteri Kesehatan atau yang mewakilinya dan Mentyeri Hukum dan HAM beserta seluruh anggota Pansus RUU tentang Rumah Sakit yang saya hormati.

Acara berikut adalah laporan kerja dari Panitia Kerja dalam menjalankan tugas pembahasan dan perumusan materi RUU tentang Rumah Sakit. Kami persilahkan Pak dr.

Gunawan.

KETUA PANJA RUU RUMAH SAKIT/dr. GUNAWAN SLAMET SpB : Terima kasih

Bismillahirrahmanirrahiem,

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Laporan Panja RUU tentang Rumah Sakit, Rabu 16 September 2009.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera bagi kita semua

Yang kami hormati, saudara yang mewakili Menteri Kesehatan beserta jajarannya;

Yang kami hormati saudara Menteri Hukum dan HAM beserta jajarannya;

Yang terhormat saudara Pimpinan dan Anggota Pansus RUU tentang Rumah Sakit Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izin-Nya lah kita dapat menghadiri Rapat kerja dalam rangka melanjutkan Pembicaraan Tingkat I terhadap RUU tentang Rumah Sakit dalam keadaan sehat wal afiat.

Pimpinan, para Anggoat dan hadirin yang kami hormati.

Bedasarkan keputusan Rapat kerja pada tanggal 12 Agustus 2009 telah dibentuk Panitia Kerja dengan jumlah anggota sebanyak 30 orang guna membahas materi dari RUU tentang Rumah Sakit. Memperhatikan dan melaksanakan penugasan Rapat kerja, Panitia Kerja melakukan pembahasan secara intensif dan mendalam terhadap semua materi dari Rancangan undang- undang dimaksud.

Selanjutnya, setelah pembahasan selesai di tingkat Panja Tim perumus (TImus) dan Tim Sinkronisasi (Timsin) melakukan perumusan dan sinkronisasi terhadap semua materi ayng ditugaskan oleh Panja. Dalam kesempatan ini, perkenankanlah kami melaporkan beberapa materi RUU tentang Rumah sakit yang mmengalami perubahan setelah mengalami beberapa putaran di dalam pembahasannya diantaranya sebagai berikut :

1. Pada bagian menimbang, diataranya kata “kedokteran” dari dari ilmu pengetahuan kedokteran yang terdapat dalam menimbang huruf B dirubah menjadi kesehatan (dari ilmu pengetahuan kesehatan) dengan alas an bahwa penggunaan kata kesehatan mempunyai pengertian ayng lebih luas dengan demikian dari bidang ilmu pengetahuan tidak saja ilmu pengetahuan kedokteran yang dapat mempengaruhi perkembangan rumah sakit.

ARSIP DPR RI

(4)

2. Pada bagian dictum, sebelum kata memutuskan dicantumkan prase “dengan persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden Republik Indonesia” yang diletakan di tengah margin.

3. Pada bagian batang-tubuh, perubahan diantaranya dilakukan pada :

a. Ketentuan umum, difinisi rumah sakit disepakati terdapat perubahan pada kata fasilitas pelayanan kesehatan menjadi institusi pelayanan kesehatan, selain itu pula pengahapusan difinisi upaya kesehatan perorangan dan penambahan difinisi baru, yaitu definisi tentang gawat darurat;

b. Ketentuan mengenai azas dan tujuan disepakati terdapat penambahan kata ketika dan profesionalitas pada rumusan azas, selain itu terdapat pukla penambahan rumusan baru yaitu huruf H mengenai kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, selain itu juga terdapat penyempurnaan dari rumusan yang ada pada rumusan tujuan oleh beberapa fraksi dan telah disepakati oleh Pansus dan pemerintah untuk dimasukan dalam draft RUU tentang Rumah sakit;

c. Ketentuan yang berkaitan dengan tugas dan fungsi disepakati penambahan klausul sesuai standar kebutuhan medis pada huruf B, klausul dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan pada huruf D dan rumusan baru pada huruf G serta pemindahan rumusan huruf E dan huruf F ke Pasal tentang Kewajiban Rumah Sakit;

d. Ketentuan mengenai tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah disepakati mendapat rumusan baru yaitu pada huruf C yang merupakan pindahan Pasal 16 ayat (7) mengenai peralatan;

e. Ketentuan mengenai persyaratan, disepakati terdapat penyempurnaan rumusan, diantaranya Pasal 7 ayat (3) RUmah sakit yang didirikan oleh Pemerintah dan pemerintah Daerah salah satunya berbentuk lembaga teknis daerah dengan bentuk pengelolaan badan layanan umum. Sedangkan dalam pasal 9 huruf B terdapat penegasan dalam penyusunan persyaratan bangunan rumah sakit yang sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam pemilihan pelayanan serta perlindungan dan keselamatan yaitu juga harus diperuntukan bagi anak- anak dan orang tua. Namun demikian secara redaksional masih ada perdebatan sehingga perlu dilakukan peninjauan ulang oleh legal drafter. Seiain itu diatur pula tentang tenaga kesehatan asing guna melindungi pasien dan keberanaan tenaga kesehatan dalam negeri terhadap maraknya tenaga kesehatan asing yang bekerja di Indonesia;

f. Ketentuan mengenai jenis dan klasifikasi, secara substansi disepakati bahwa berdasarkan jenis pelayanannya, rumah sakit terdiri dari rumah sakit umum dan rumah sakit khusus, sedangkan berdasarkan pengelolaannya, rumah sakit dibagi menjadi rumah sakit public bersifat nonprofit dan rumah sakit private (yang sifatnya for profit). Sementara untuk rumah sakit umum terbagi menjadi 4 kelas, yaitu A sampai dengan D, sedangkan untuk rumah sakit khusus dibagi menjadi 3 kelas, yaitu A sampai C;

g. Ketentuan mengenai perizinan, secara garis besar disepakati tetap sesuai draft RUU tentang Rumah Sakit, namun untuk rumusan tentang perizinan rumah sakit kelas C dan kelas D terdapat perubahan, yaitu izin diberikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota setelah mendapat rekomentasi dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota;

h. Ketentuan yang berkaitan dengan kewajiban dan hak, disepakati tetap sesuai dengan draft RUU Rumah Sakit dan mendapat penambahan ayat yang mengatur ketentuan sanksi administrative, selain itu ditambahkan pula ketentuan rumah

ARSIP DPR RI

(5)

sakit public dan rumah sakit pendidikan yang berhak mendapatkan insentif pajak yang selanjutnya diatur dengan Peraturan Pemerintah;

i. Ketentuan mengenai penyelenggaraan, ssecara substansi Fraksi PKS sebagai Anggota Panja masih belum setuju bahwa Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai kemauan dan keahlian di bidang perumahsakitan, dan tetap pada rumusan awal PKS bahwa tenaga ,medis diganti dengan tenaga kesehatan;

j. Ketentuan mengenai pembiayaan, sebagian besar merupakan rumusan baru yang diusulkan Pemerintah dan telah disepakati oleh Panja untuk dimasukan ke dalam draft RUU RUmah Sakit. Terdapat penambahan ketentuan tentang Gubernur menetapkan pagu tariff maksimal berdasakan pola tariff nasional yang berlaku untuk rumah sakit-rumah sakit di provinsi yang bersangkutan;

k. Ketentuan mengenai pencatatan dan pelaporan disepakati tetap sesuai dengan draft RUU Rumah Sakit;

l. Ketentuan mengenai pembinaan dan pengawasan disepakati rumusan baru yang diusulkan Pemerintah dan terdapat tambahan dari Fraksi-fraksi tentang terbentuknya Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia (BPRSI), Padan pengawas Ruimah Sakit Provinsi (BPRSP) dan Dewan Pengawas RUmah Sakit (DPRS)

m. Mengenai ketentuan pidana, terdapat perubahan yang semula dalam draft RUU tentang Rumah Sakit terdiri dari 2 pasal disepakati untuk diadakan perubahan menjadi 1 pasal;

Demikianlah secara garis besar laporan Panja mengenai hasil pembahasan RUU tentang Rumah Sakit yang dapat kami sampaikan, lebih kurangnya mohon maaf dan acara selanjutnya kami kembalikan kepada Pimpinan. Sekian, terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, 16 September 2009

Pimpinan Panja Rumah Sakit, Wakil Ketua, dr. Gunawan Slamet, SpPd KETUA RAPAT/dr. CHARLES J. MESANG :

Baik, terima kasih kepada juru bicara Panja yang telah memberikan laporannya, dan saya tanyakan apakah laporan ini dapat diterima? Teman-teman setuju? Pemerintah?

Baik terima kasih.

Selanjutnya kami masuk pada acara penyampaian Pendapat Akhir mini fraksi-fraksi dan kami mohon waktunya tolong diperhatikan lebih sesuai, karena sekarang sudah setengah lima lewat lima menit, sebentar lagi buka puasa, dalam arti bisa lebih efisien.

Kami persilahkan dari Fraksi partai Golkar.

F. P. GOLKAR/H. MAMAT RAHAYU ABDULLAH

Pendapat Akhir Mini Fraksi Partai Golongan Karya Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia terhadap Rancangan Undang-Undang tentang RUmah Sakit dibacakan oleh H. Mamat Rahayu Abdullah, anggota DPR-RI No.A-502.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita sekalian, sehingga kita dapat membahas Rancangan Undang-Undang tentang Rumah Sakit ini dengan optimal dan berhasil guna.

Pada kesempatan yang berbahagia ini perkenankanlah kami atas nama Fraksi Partai Golkar (FPG) menyampaikan Pendapat Akhir Fraksi Partai Golkar terhadap Rancangan Undang- Undang tentang Rumah Sakit usul Pemerintah.

ARSIP DPR RI

(6)

Sejalan dengan berbagai kemajuan yang dicapai dalam pembangunan dibidang kesehatan dan untuk mengantisipasi perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat, harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat guna mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Alasan utama pembentukan Rancangan Undang-Undang tentang Rumah Sakit ini adalah bahwa pengaturan mengenai rumah sakit belum cukup memiliki landasan hukum dalam penyelenggaraannya sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Titik berat dari pengaturan ini diharapkan akan lebih jelas dan lebih mempertegas tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan rumah sakit. Disamping itu, akan lebih mempertegas dan lebih memperjelas kewajiban dan hak bagi rumah sakit dalam menyelenggarakan tata kelola rumah sakit yang baik, termasuk didalamnya proses kegiatan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan efektif yang lebih berpihak pada kepentingan pasien sesuai standar yang telah ditetapkan. Disamping itu pula lebih dipertegas fungsi sosial rumah sakit, yaitu memberikan fasilitas pelayanan kesehatan dalam kerangka misi kemanusiaan. Untuk itu, Fraksi Partai Golkar mengharapkan, kedepan peran pemerintah dan pemerintah daerah terhadap penyelenggaraan rumah sakit mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi pelayanan kesehatan kepada seluruh rakyat Indonesia.

Dalam Rancangan Undang-Undang tentang Rumah Sakit ini jug dipertegas pengaturantentang jenis dan klasifikasi rumah sakit, yaitu rumah sakit umum yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua jenis penyakit, dan rumah sakit khusus yang lebih mengutamakan pada jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu atau kekhususan lainnya. Berdasarkan jenis pengelolaannya, rumah sakit dikategorikan pula sebagai rumah sakit publik yang di dalam pengelolaannya bersifat nirlaba, dan rumah sakit privat yang dikelola oleh Badan Hukum yang berbentuk Perseroan Terbatas. BUMN dan BUMD yang bertujuan untuk profit. Disamping itu, Rancangan Undang -Undang tentang Rumah Sakit ini memperjelas dan mempertegas pengaturan tentang rumah sakit pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara terpadu pada pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan kesehatan lainnya.

Dengan pengaturan penyelenggaraan rumah sakit seperti yang dimaksud diatas, diharapkan adanya kejelasan dan ketegasan payung hukum pengaturan pelayanan kesehatan dan penyelenggaraan rumah sakit.

Demikian pula halnya, dengan pengaturan yang jelas tentang peran Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Badan Huk um lainnya dalam penyelenggaraan Rumah Sakit seperti tersebut diatas, diharapkan pertanggung jawaban masing-masing instansi pada keseluruhan proses penyelenggaraan rumah sakit dan manfaat pelaYanan kesehatan pada rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum, pemerintah daerah dan pemerintah semakin terarah dan terukur.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, dalam rangka memberikan perlindungan terhadap kesetamatan pasien dan memberikan kepastan hukum kepada rumah sakit, maka Fraksi Partai Golkar menyetujui Rancangan Undang-Undang Rumah Sakit sebagai wujud tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada rakyat untuk mencapai derjat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Demikian Pendapat Akhir Mini Fraksi Partai Golkar atas Rancangan Undang-Undang Rumah Sakit ini, kiranya Pimpinan dapat mengagendakan dalam Pembicaraan Tingkat II/Pengambian Keputusan terhadap Rancangan Undang-Undang Rumah Sakit ini dalam Rapat paripurna yang akan datang.

Akhirnya, atas segala kerjasamanya baik anggota dari Fraksi-fraksi, pihak pemrintah maupun masyarakat. Sekali lagi kami sampaikan apresiasi dan terima kasih yang sebesar- besarnya yang telah secara kondusif mendukung pembahasan rancangan Undang-Undang Rumah Sakit ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati pengabdian dan perjuangan kita pada Negara Kesatuan Repubik Indonesia tercinta.

ARSIP DPR RI

(7)

Wabillahittaufiq walhidaayah,

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, 16 September 2009.

Pimpinan Fraksi Partai Golongan Karya DPR RI

Drs. H. Priyo Budi Santoso, Ketua. H. Syamsu Bachri, MSc., Sekretaris.

KETUA PANSUS/DR. CHARLES J. MESANG

Baik, terima kasih kepada Fraksi Partai GOLKAR, selanjutnya Fraksi PDIP kami persilahkan.

Dra. EDDY MIHATI, MSi/ FRAKSI PDI PERJUANGAN

Terima kasih Ketua,

Pendapat Akhir fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Rumah Sakit.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita sekalian.

Yang terhormat Saudara Ketua;

Yang terhormat Saudara Menteri Kesehatan beserta jajarannya;

Yang terhormat Saudara Menteri Hukum dan HAM beserta jajarannya; Yang terhormat Saudara para anggota Pansus, dan

Hadirin yang kami muliakan.

Merdeka !!!

Pertama-tama, kami mengajak hadirin sekalian untuk menyampaikan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayat-Nya kepada kita semua dan segenap bangsa Indonesia, walaupun ditengah-tengah tantangan dan cobaan yang semakin berat. Dan pada hari ini kita diberikan kekuatan lahir dan batin untuk menghadiri Rapat Kerja dengan Pemerintah yang diwakili Menteri Kesehatan dalam rangka menyampaikan Pendapat Fraksi-fraksi terhadap Rancangan UndangUndang tentang Rumah Sakit.

Kesehatan faktor penting dalam usaha mencapaian tujuan pendirian Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan amanat UUD 1945 Pasal 28H ayat (1) "Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir clan batin, bertempat tinggal, clan mendapatkan lingkungan hidup yang balk dan sehat serta berhak menweroleh pelayanan kesehatan". Pasal 34 ayat (1)

"Fakir miskin dan anak terlantar dipeliharan oleh Negara.” Ayat (3) “Negara beranggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak”

Saudara ketua,

Saudara Menteri Kesehatan,

Saudara Menteri Hukum dan HAM, dan Hadirin yang kami muliakan.

Dalam pembangunan suatu system kesehatan yang efektif dan efisien perlu diperhatikan 2 (dua) subsistem yang saling terkait, yaitu pelayanan dan pembiayaan kesehatan. Tidak akan tersedia kesehatan yang baik dan prima bila system pembiayaan tidak terkelola secara professional. Begitu pula sebaliknya pelayanan kesehatan yang yidak dikelola secara professional tidaka akan menghasilkan suatu system pembiayaan yang efetif dan efisien. Apalagi menghadapi tantangan perkembangan teknologi kedokteran yang semakin canguh. Dalam posisi keterkaitan 2 (dua) subsistem inilah Rumah Sakit di Indonesia menghadapi banyak masalah yang dicarikan jalan keluarnya.

1. Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta.

Masalah utama Rumah Sakit di Indonesia adalah bagaimana tetap mepertahankan fungsi sosialnya melayani seluruh rakyat/penduduk Indonesia yang sebagian besar masih rendah tingkat kesejahteraannya sambil tetap mengelola fungsi ekonominya agar tetap eksis memenuhi standar pelayanan yang baik. Bagaimana Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta dapat berperan aktif dalam meningkatkan derajat kesehatan selumh rakyat/penduduk tanpa membedakan status dan deraj at sosial masyarakat yang juga merupakan masalah dan perlu dicarikan solusinya.

ARSIP DPR RI

(8)

Oleh sebab itu Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI mengusulkan agar ada keseimbangan antara Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta antara lain :

Rumah Sakit Pemerintah tugas fungsinya adalah terjemahan dari amanat Pasal 2811 ayat (1), Pasal 34 ayat (1), dan (3) UUD 1945, Rumah Sakit Pemeritifalf/hams sebesar-besamya mengemban fungsi sosial, dibiayai oleh Pemerintah dan tidak ada tugas dan keinginan untuk mencari keuntungan (profit), untuk itu diprioritaskan bagi orang tidak mampu, menengah kebawah. Selayaknya Rumah Sakti Pemerintah tidak terlalu membeda-bedakan fasilitas untuk pelayanan orang miskin atau orang mampu. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka seyogyanya Rumah • Sakit Pemerintah tidak perlu memberikan pelayananpelayanan yang sifatnya seperti Rumah Sakit Swasta antara lain menyediakan Ruang Eksekutif, dan lain-lain selayaknya Rumah Sakit.

Rumah Sakit Swasta sekarang tidak jelas hubungannya dengan yang tercantum dalam amanat UUD 1945 Pasal 2811 ayat (1), Pasal 34 ayat (1) dan (3), oleh karena itu terhadap Rumah Sakit Swasta yang didirikan oleh korporasi atau perorangan yang tujuannya adalahadalah mencari keuntungan/profit (PT) juga diberikan kewajiban untuk menyisihkan sebagian kecil keuntungannya untuk melayani orang miskin.

2. Perlindungan Pasien.

Perlu perlindungan pasien dalam Undang-undang ini dari hal :

Pasien keadaan darurat, tidak ada Rumah Sakit menolak pasien dalam keadaan apapun (emergency).

Pasien perlu mendapatkan infommsi mengenai penyakit, biaya, dan seluruh aspek yang menyangkut kesehatan.

Fasilitas Rumah Sakit harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan-kemampuan Pemerintah Pusat/Daerah sehingga fasilitas tersebut berfungsi hemat, efektif adan tepat untuk manangani pasien.

Perlu diatur standar pelayanan medic, sehingga pasien tidak mengalami kelebihan tindakan dan kelebihan biaya.

3. Harus dibuat standar minimal baik untuk Rumah Sakit Pemerintah maupun Swasta untuk kebutuhan tenaga dan disesuaikan dengan kemampuan keuangan Pemerintah dengan prioritas untuk menurunkan angka kematian ini dan bayi. Untuk perawat dan bidan yang melakukan tugas di Rumah Sakit juga harus ada perlindungan hokum.

Saudara Ketua,

Saudara Menteri Kesehatan,

Saudara Menteri Hukum dan HAM, dan Hadirin yang kami muliakan.

Fraksi PDI Perjuangan meminta agar Rancangan Undang-Undang dapat memperhatikan dengan sungguh-sungguh tentang fungsi sosial rumah sakit dalam menjalankan kegiatannya, maka melalui Rancangan Undang -Undang ini perlu diupayakan agar rumah sakit benar-benar menjalankan fungsinya tanpa mengurangi aspek kualitras dan profesionalnya. Disisi lain juga perlu diupayakan agar perlindungan hukum yang memadai bagi para petugas Rumah Sakit baik medis, para medis, non medis dalam menjalankan tugas-tugas profesionalnya.

Dengan diundangkannya Rancangan Undang-Undang tentang Rumah Sakit ini nanti, maka diharapkan tidak akan terdengar lagi kasus penolakan suatu Rumah Sakit Pemerintah atau Swasta untuk melayani orang yang tidak mampu. Rumah Sakit akan mendapatkan payung hukum dalam melaksanakan seluruh fungsinya untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

Demikian Pendapat Akhir Mini Fraksi PDI Perjuangan perlu disampaikan berkaitan dengan adanya pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Rumah Sakit, maka Fraksi PDI Perjuangan menyatakan setuju terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Rumah Sakit untuk dilanjutkan dalam pembicaraan Tingkat II dalam sidang Paripurna guna mendapatkan persetujuan untuk disahkan menjadi Undang-Undang.

Akan tetapi dalam kesempatan ini PDI Perjuangan memberikan catatan substansi pasal 46 ayat (4), Pasal 48 ayat (1) dan substansi tentang Hak Pasien boleh mengemul pada media masa.

Atas segala perhatian kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Merdeka !

Jakarta 16 September 2009

ARSIP DPR RI

(9)

Juru bicara PDI Perjuangan, Eddi Mihati, anggota Nomor A-361.

KETUA RAPAT/dr. CHARLES J. MESANG

Baik, terima kasih kepada Fraksi PDIP, selanjutnya Fraksi Partai Dekokrat kami persilahkan.

dr. JUMAINI ANDRIANA SIHOMBING, MPD/ FRAKSI PARTAI DEMOKRAT

Pendapat Akhir Mini Fraksi Partai Demokrat terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Rumah Sakit Juru bicara dr. Djumaini Andriana Sihombing, MPD Nomor Anggota A-87.

Assalamu'alaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera bagi kita semua, Yth. Pimpinan Pansus RUU tentang Rumah Sakit,

Yth Sdri. Menteri Kesehatan yang saat ini dowakili oleh Pak Sekjen dan jajarannya,

Yth. Sdr. Menteri Hukum dan HAM RI beserta jajarannya , dan Anggota Panitia Khusus dan hadirin yang kami hormati,

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia- Nya, sehingga kita pengemban amanah rakyat masih dapat menjalankan tugas konstitusional kita sebagai Anggota Dewan untuk menyampaikan Pendapat Akhir Mini Fraksi-fraksi terhadaa Rancangan Undang-Undang tentang Rumah Sakit dalam Rapat Kerja Panitia Khusus pada hari ini.

Fraksi Partai Demokrat DPR RI senantiasa mendukung setiap upaya untuk membuat suatu peraturan perundangan-undangan berkualitas yang berorientasi kepada upaya untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan yang menjadi tujuan negara yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana amanat Mukkadimah dari Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melalui implementasi akan pelayanan kesehatan maksimal kepada masyarakat.

Pelayanan kesehatan yang diterima masyarakat, salah satunya adalah melalui rumah sakit, untuk itulah Undang-Undang tentang Rumah Sakit ini agar semua Rumah Sakit baik Rumah Sakit Pemerintah maupun swasta menjalankan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 untuk melayani masyarakat tanpa diskriminasi.

Pelayanan ini juga memerlukan peningkatan kompetensi semua tenaga medis dan tenaga kesehatan yang terlibat di dalamnya sehingga pelayanan yang diberikan kepada masyarakat menjadi maksimal.

Perlu ditegaskan mengenai konsep dari mendirikan Rumah Sakit yang bukan semata untuk mencari keuntungan, melainkan juga untuk fungsi sosial yang harus dilaksanakan, sehiungga kelak tidak aka nada lagi masyarakat yang tertindas atau tertolak saat membutuhkan pelayanan kesehatan.

Saya akan singkat-singkat saja supaya kita tidak telat berbuka puasanya. Dengan mengucapkan Bismillahrrohmanirrahim, puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Fraksi Partai Demokrat menyatakan menyetujui Rancangan Undang-Undang tentang Rumah Sakit ini untuk diteruskan pengambilan keputusan Tingkat II dapat Rapat Paripurna DPR RI yang akan datang

Demikian Pendapat Akhir Mini Fraksi partai Demokrat terhadap Rancangan Undang- Undang tentang Rumah Sakit dalam Rapat kerja kita pada hari ini, kiranya Tuhan Yang Maha Esa meridhoi kita semua untuk segera dapat menyelesaikan RUU ini, terima kasih atas perhatian Pimpinan, Saudari Menteri, para Anggota Pansus dan hadirin sekalian.

Wabiahittaufiq walhidayah, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salah sejahtera bagi kita semua,

Jakarta 16 September 2009, Pimpinan Fraksi Partai Demokrat Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Ketua Dr. Syarif Hasan (ditandatangani). Sekretaris Drs. Wayan Sugianan (ditandatangani)

KETUA RAPAT/dr. CHARLES J. MESANG:

Baik, terima kasih kepada Fraksi Partai Demokrat selanjutnya Fraksi P3 kami persilahkan.

ARSIP DPR RI

(10)

H. HUSAIRI ABDI, LC /FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN : Yang kami hormati Pimpinan SIdang;

Yang kami hormati Menteri Hukum dan HAM;

Yang kami hormati Sekjen dan jajaran Kementerian Kesehatan;

Rekan Anggota pansus dan hadirin yang berbahagia,

Pendapat Akhir Mini Fraksi Partai Persatuan Pembangunan terhadap Rancangan Undang-Undang Rumah Sakit ini ada 3 halaman dan kami singkat. Setelah mengikuti pembahasan terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Rumah Sakit yang selama ini boleh jadi sudah secara teliti dan cermat kita lakukan dengan penyempurnaan ataupun perbaikan, perubahan dan penambahan materi yang kita sepakati tidak lain untuk menghadirkan kepastian hokum dan keadilan yang merupakan tujuan hokum kita sehingga meningkatkan pula perlindungan kepada pasien dan kepada profesi medis memajukan ilmu medis demi pemanfaatan yang sebesar-besarnya demi pembangunan kesehatan untuk warga Negara Republik Indonesia.

Atas dasar itu Fraksi Partai Partai Persatuan Pembangunan dengan bertawakal kepada Allah SWT seraya mengucapkan bismillahirrahmanirrahiem Fraksi Partai Persatuan Pembangunan menyetujui Rancangan Undang-Undang tentang Rumah Sakit untuk disahkan pada Rapat Paripurna Dewan dan disahkan menjadi Undang-Undang. Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan ridhonya sehingga Undang-Undang ini dapat memebrkan manfaat dan melindungi rakyat serta Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Demikian Pimpinan Fraksi Partai Persatuan Pembangunan, Ketua Lukman Hakim Saifuddin. Sekretaris Suharso Manoarfa.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT/CHARLES J. MESANG :

Terima kasih kepada Fraksi PPP, selanjutnya Fraksi PAN, kami persilahkan TUTI INDARSIH LOEKMAN SOETRISNO/FRAKSI PAN :

Pendapat Akhir Mini Fraksi Partai Amanat Nasional Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia atas Rancangan Undang-Undang tentang Rumah Sakit dibacakan oleh Tuti Indarsih Loekman Soetrisno, Nomor Anggota A-159.

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaiakum warahmatullahi wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita semua

Yang terhormat Saudara Pimpinan dan Anggota Pansus RUU RUmah Sakit;

Yang terhormat Saudara Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia beserta jajararannya;

Yang terhormat Saudari Menteri Kesehatan Republik Indonesia atau yahg mewakili beserta jajaranya

Puji dan sykur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya atas pernenan dan ridho-Nya pada hari ini kita dapat melanjutkan pembahasan RU tentang Rumah Sakit.

Sudang Dewan yang terhormat,

Seperti yang kita ketahui bersama sejak awal Fraksi Partai Amanat Nasional mengusulkan bahwa nama Rumah Sakit diganti menjadi Hospital salah satu alas an adalah untuk mengubah citra rumah sakit dari pelayanan yang bersifat buruk menjadi pelayanan yang prima, menyenangkan dan penuh hospitality atau keramahtamahan, sehingga membuat orang yang sakit menjadi sehat baik secara lahir maupun bathin meskipun pada akhirnya Pansus tetap sepakat menggunakan nama rumah sakit, Fraksi Partai Amanat Nasional mengajak semua pihak untuk mengupayakan karakteristik seperti yang kami usulkan diatas agar tetap menjiwai rumah sakit dalam semua bentuk pelayananya

Sidang Dewan yang terhormat,

Secara umum Rumah Sakit menghadapi dua masalah, pertama, di satu sisi fumah sakit harus memperhatikan kemampuan masyarakat yang terbatas, terutama masyarakat miskin, yang mengharuskan Rumah Sakit tetap melayani mereka secara serius, karena

ARSIP DPR RI

(11)

mereka sebagai warga negara mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Dalam UUD 1945 ditegaskan bahwa memperoleh pelayanan kesehatan merupakan hak asasi manusia dan hak semua warga Negara. Untuk itu Fraksi Partai Amanat Nasionao memberikan pandangan akhir berupa catatan sebagai berikut :

1. Tujuan utama RUU ini adalah untuk memberikan perlindungan kepada pasien yang selama ini memiliki posisi tawar yang lemah dibanding Rumah Sakit. Untuk itu Fraksi Partai Amanat Nasional sangat mendukung pengaturan mengenai pencegahan praktek komersialisasi dan liberalisasi Rumah Sakit. Intinya tidak ada lagi kasus penolakan pasien oleh Rumah Sakit, karena faktor ketiadaan biaya.

2. Rancangan Undang — Undang ini telah mengatur pula masalah mekanisme Sistem Rujukan yang jelas antara Puskemas dengan Rumah Sakit. Dengan adanya ketentuan ini, diharapkan pelayanan kesehatan dapat berlangsung lebih prima sesuai dengan klasifikasi dan kualifikasinya, lebih cepat, lebih mudah dan murah serta terjangkau oleh semua lapisan masyarakat

3. Fraksi Partai Amanat Nasional berpendapat RUU ini telah memiliki aturan yang jelas tentang keselamatan pasien. Untuk itu kepada semua pihak terkait dengan rumah sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien dan profesionalisme tenaga kesehatan. Disamping itu harus pula diatur tentang perlindungan hokum baik bagi pasien maupun bagi tenaga kesehatan

4. meminta kepada Rumah Sakit agar mampu melakukan riset di bidang kedokteran kesehatan tidak hanya meliputi riset ilmiah, tetapi juga bersifat "broad spectrum" dengan melibatkan riset operasional, khsususnya yang berorientasi kepada keselamatan pasien.

Akhirnya Fraksi Partai Amanat Nasional memberikan catatan sebagai berikut mengenai Pasal yang mengatur tentang persyaratan seorang direktur rumah sakit, Fraksi PAN tetap mengusulkan agar dikembalikan kepada kesepakatan pada tingkat TImus, yaitu seorang tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan manajeman rumah sakit dan bukan dibatasi hanya tenaga medis saja. Argumentasi bahwa Direktur Rumah Sakit harus memahami masalah medis tidak begitu relevan, karena Direktur Utama Rumah Sakit selalu didampingi oleh beberapa direktur antara lain Direktu Medis.

Saudara Pimpinan dan Anggota Pansus RUU Rumah Sakit

Saudara Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;

Saudara Menteri Kesehatan Republik Indonesia atau yang mewakili,

Berdasarkan sejumlah pandangan dan pendapat serta catatan kami tersebutdiatas, maka dengan membaca Bismillahirrohmanirrahim, Fraksi Partai Amanat Nasional menyetujui Randangan Undang-Undang tersebut untuk diajukan dalampembicaraan Tingkat II dalam Rapat Paripurna DPR RI dan disahkan menjadi Undang-Undang

Demikian kami sampaikan atas perhatian kita semua kami ucapkan terima kasih wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta 16 September 2009

Pimpinan Fraksi partai Amanat nasional DPR -RI, Ketua Zulkifli Hasan.

Sekretaris Mohammad Yasin Kara

KETUA RAPAT/dr. CHARLES J. MESANG:

Baik, terima kasih kepada Fraksi PAN, selanjutnya FKB kami persilahkan.

Dra. Hj. MARIA ULFAH ANSHOR, M.Si / FRAKSI KEBANGKITAN BANGSA : Pendapat Akhir Mini Fra ksi Kebangkitan Bangsa DPR RI terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Rumah Sakit disampaikan oleh Juru bicara Dra. Hj. Maria Ulfah Ansori, M.Si Nomor Anggota A -191

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Yang terhormat Saudara Pimpinan Rapat;

Yang terhormat Saudara Menteri Hukum dan HAM

Yang terhormat Saudara Anggota Dewan beserta hadirin yang berbahagia.

Mohon maaf saya akan meringkas dari 5 halaman yang ada, lebih cepat lebih baik.

ARSIP DPR RI

(12)

FKB DPR RI berharap dengan akan disahkannya UU tentang Rumah Sakit ini, permasalahan-permasalahan klasik yang acap kali terjadi antara pasien dengan Rumah Sakit seperti keluhan pasien yang diperiksa dengan berbagai macam test yang dia sendiri tidak mengetahui kegunaannya ataupun susahnya memperoleh informasi tentang penyakit yang dideritanya dapat dihindari. Karena berdasarkan RUU ini, Rumah Sakit berkewajiban untuk memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur kepada pasien dan keluarganya serta memberikan layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi. Di sisi yang lain, RUU Rumah Sakit ini juga telah memberikan landasan perlindungan hukum yang kuat dan mendasar terhadap Rumah Sakit maupun tenaga kesehatan di Rumah Sakit, sehingga diharapkan mereka dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara tenang.

Lebih lanjut, FKB DPR RI meminta komitmen Pemerintah untuk dapat menjamin tidak ada lagi pasien yang ditolak Rumah Sakit, karena Pasal 29 (1) huruf c RUU ini telah secara jelas memerintahkan kepada Rumah Sakit untuk melaksanakan fungsi sosial termasuk di dalamnyaambulan gratis dan bakti sosial bagi misi kemanusiaan.

Saudara Pimpinan Rapat,

Saudara Menteri Hukum dan HAM;

Saudara Menteri Kesehatan atau yang mewakilinya, serta para Anggota Dewan dan para hadirin yang terhormat.

FKB DPR RI sangat memahami pentingnya campur tangan Pemerintah, baik pusat maupun daerah, dalam membantu terlaksananya usaha pelayanan kesehatan. Program Pemerintah di bidang kesehatan dalam bentuk Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) tidak dapat lagi dianggap sebagai sebuah bantuan sosial, namun sudah harus mengarah kepada suatu kewajiban Negara Indonesia kepada rakyatnya

sebagaimana yang diamanatkan oleh konstitusi kita.

O l e h s e b a b i t u , F K B D P R R I m e n d e s a k k e p a d a P e m e r i n t a h u n t u k m e n j a d i k a n program kesehatan bagi rakyat miskin sebagai sebuah kewajiban sehingga jelas anggarannya, karenanya FKB DPR RI sangat bergembira dengan ketentuan di dalam RUU ini yang mewajibkan kepada Pemerintah untuk menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit bagi fakir miskin atau orang tidak mampu, termasuk di dalamnya menjamin pembiayaan pelayanan kegawatdaruratan di Rumah Sakit akibat bencana atau kejadian luar biasa (KLB).

Mengakhiri Pendapat Akhir Mini ini kami harapkan kepada Pemerintah untuk sesegera mungkin setelah disahkan menjadi Undang-Undang melengkalinya dengan Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri dan Peraturan Daerah sebagaimana diamanatkan dalam batang tubuh Undang-Undang ini sehingga mampu diterapkan secara lebih baik.

Demikian Pandangan Mini dari FKB, akhirnya dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim Fraksi Kebangkitan Bangsa DPR RI menyatakan persetujuannya bahwa kiranya pembahasan RUU Rumah Sakit ini dapat dilanjutkan dengan Pembahasan Tingkat II di Paripurna sehingga Rancangan Undang-Undang ini dapat disahkan dan ditetapkan menjadi Undang-Undang tentang Rumah Sakit.

Atas segala perhatian saudara Pimpinan rapat, saudara Menteri Kesehatan, Saudara Menteri Hukum dan HAM dan seluruh hadirin, Fraksi Kebangkitan Bangsa mengucapkan terima kasih.

Wallahulmuwaffiq illa aqwamittarieq

Wassalau’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Jakarta 16 September 2009

Pimpinan Fraksi Kebangkitan Bangsa, Ketua Dra. Hj. Ida Fauziyah (ditandatangani), Sekretaris Marwan Ja’far, SH., SE (ditandatangani)

Terima kasih.

KETUA RAPAT/dr. CHARLES J. MESANG :

Terima kasih kepada Fraksi KB, dan selanjutnya kami persilahkan kepada Fraksi PKS.

ARSIP DPR RI

(13)

ZUBER SAFAWI, SHI /FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA :

Pendapat Akhir Mini Fraksi Partai Keadilan Sejahtera DPR-RI terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Rumah Sakit disampaikan oleh Zuber Safawi, SHI Nomor anggota A- 269.

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Yang kami hormati Pimpinan dan para Anggota Pansus RUU Rumah Sakit;

Yang kami hormati Menteri Kesehatan RI atau yang mewakili beserta jajarannnya;

Yang kami hormati Menteri Hukum dan HAM RI beserta jajaraannya.

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang di tangan-Nya lah segala urusan atas makhluk-Nya, yang telah memberikan rahmat dan nikmat-Nya kepada kita semua, sehingga sampai saat ini kita masih dapat melaksanakan tugas-tugas kenegaraan kita di bulan yang penuh berkah ini yaitu bulan Ramadhon. Shalawat dan salam semoga Allah curahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarganya, sahabanya dan ummatnya sampai akhir zaman. Nabi yang telah mengajarkan kepada kita tentang hakikat keadilan yang harus ditegakkan demi membangun masyarakat yang sejahtera di muka bumi ini.

Pendapat Akhir Mini kami ini ada 8 halaman dan akan kami baca semua karena ini kesempatan mengungkapkan ekspresi kami, karena di Paripurna sudah tidak bisa lagi, maka akan kami baca semua, biar sampai buka puasa.

Bapak dan Ibu serta hadirin yang kami hormati,

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat swasta maupun pemerintah. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan, diperlukan dukungan dari Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Dalam Sistem Kesehatan Nasional terdapat subsistem upaya kesehatan terdiri dari Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP). Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit termasuk dalam Usaha Kesehatan Perorangan strata kedua dan ketiga.

Pelayanan rumah sakit mempunyai sifat-sifat atau karakteristik tersendiri.

Karakteristik ini muncul karena rumah sakit merupakan suatu organisasi yang sangat kompleks.

Kompleksitas maupun karakteristik pelayanan rumah sakit perlu diketahui dan dipahami oleh setiap orang yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam membina dan menyelenggarakan rumah sakit.

Perumahsakitan di Indonesia saat ini boleh dikatakan tidak memiliki pengaturan yang kuat melindungi rakyat. Acuan aturan pengelolaan rumah sakit saat ini hanya didasarkan atas Peraturan Menteri K e s e h a t a n . P a d a h a l s e t e l a h U U N o . 1 0 T a h u n 2 0 0 4 t e n t a n g Pembentukan Peraturan Perundang-undangan disahkan, Peraturan Menteri tidak lagi masuk dalam hierarki undang-undang. Sementara dalam amandemen ke empat, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah mengamanatkan pasal 34 ayat (3) yang berbunyi "Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas kesehatan dan penyediaan fasilitas umum yang layak". Sedangkan di Nasal 34 ayat (4) dijelaskan bahwa "Ketentuan lebih lanjut tentang hal itu diatur dalam undang-undang".

Oleh karena itu Fraksi PKS memandang lahirnya undang-undang tersendiri yang mengatur perumahsakitan adalah hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Selain sebagai bentuk kepatuhan terhadap amanat konstitusi, juga memanuhi hak masyarakat untuk memperoleh aturan yang jelas, kuat dan mengikat tentang masalah ini

Bapak dan Ibu serta hadirin yang kami hormati,

Rancangan Undang-Undang tentang Rumah Sakit ini menekankan bahwa pengelolaan rumah sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan berdasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, pesamaan hak dan anti-diskriminasi, pemerataan;

perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial. Sedangkan pengaturan penyelenggaraan rumah sakit bertujuan untuk mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan; memberikan perlindungan terhadap keselamatan

ARSIP DPR RI

(14)

pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit;

meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit; dan memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit, dan rumah sakit itu sendiri.

Dalam RUU ini, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Untuk itu, fungsi yang dilekatkan kepada rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan; memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga; menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; menyelenggarakan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan; memberikan fasilitas perawatan untuk pasien tidak mampu; dan menyelenggarakan fungsi rujukan.

Dalam hal tanggung jawab pemerintah, Rancangan Undang-Undang ini menekankan bahwa pemerintah dan Pemerintah Daerah, sesuai dengan kewenangannya masing -masing, bertanggung jawab terhadap tersedianya rumah sakit sesuai kebutuhan masyarakat;

menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan di rumah sakit bagi fakir miskin atau orang tidak mampu; membina dan mengawasi penyelenggaraan rumah sakit; memberikan perlindungan kepada masyarakat pengguna jasa pelayanan rumah sakit; menggerakan peran serta masyarakat dalam pendirian rumah sakit; menyediakan informasi kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat; menjamin pembiayaan pelayanan kegawatdaruratan di rumah sakit akibat bencana dan Kejadian Luar Biasa (KLB); menyediakan sumber daya manusia yang dibutuhkan;

dan mengatur pendistribusian dan penyebaran alat kesehatan berteknologi dan bernilai tinggi.

Bapak dan Ibu serta hadirin yang kami hormati.

Rancangan Undang-Undang tentang Rumah Sakit ini juga mengatur tentang persyaratan didirikannya rumah sakit, yaitu menyangkut persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, ketenagaan, kefarmasian, standar pelayanan, dan peralatan. Bentuk rumah sakit yang didirikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah adalah Unit Pelaksana Teknis dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan, Instansi tertentu, atau Lembaga Teknis Daerah dengan bentuk pengelolaan Badan Layanan Umum (BLU) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketentuan ini diharapkan dapat mendinamisasi dan mereformasi pengelolaan rumah sakit yang saat ini dirasakan kurang maksimal.

Dengan ini pula kami berharap masyarakat tidak lagi memandang bahwa rumah sakit yang didirikan oleh Pemerintah mempunyai sistem pengelolaan yang kurang baik dibanding rumah sakit yang didirikan oleh swasta. Di samping itu, RUU ini menekankan pula bahwa pendapatan Rumah Sakit Publik (rumah sakit yang didirikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan swasta yang bersifat nirlaba) hanya digunakan seluruhnya secara langsung untuk biaya operasional rumah sakit dan tidak dapat dijadikan pendapatan negara atau pemerintah daerah. Dengan kata lain, negara tidak mengambil keuntungan dari sakitnya warga negara.

Dalam pengklasifikasian rumah sakit RUU ini mengklasifikasikan rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan dalam Ru mah Sakit U mum dan Rumah Sakit Khusus. Berdasarkan pengelolaannya rumah sakit dapat dibagi menjadi Rumah Sakit Publik dan Rumah Sakit Privat, Rumah Sakit publik dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Badan Hukum yang bersifat nirlaba, sedangkan Rumah Sakit Privat dikelola oleh Badan Hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas dan Persero (BUMN dan BUMD).

Bapak dan Ibu serta hadirin yang kami hormati,

Rancangan Undang-Undang tentang Rumah Sakit ini juga mengatur tentang kewajiban dan hak rumah sakit dan pasien. Kewajiban dari rumah sakit yang diatur dalam RUU ini diantaranya member pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti-diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;

menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak, manula; memberikan informasi yang benar tentang pelayanan rumah sakit kepada masyarakat; menyusun dan melaksanakan

ARSIP DPR RI

(15)

peraturan internal rumah sakit; melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi petugas rumah sakit dalam melaksanakan tugasnya; dan memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa rokok.

Kewajiban pasien yang diatur dalam RUU ini diantaranya mematuhi ketentuan yang berlaku di rumah sakit; memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima di rumah sakit sesuai dengan ketentuan yang berlaku; memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya kepada tenaga kesehatan di rumah sakit; dan mematuhi kesepakatan dengan rumah sakit. Sedangkan hak pasien yang diatur dalam RUU ini diantaranya adalah memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit; memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien; memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;

Fraksi PKS menilai aturan ini menjadi sangat perlu untuk ditegaskan agar terjadi kesepahaman antara pengelola rumah sakit dan pengguna layanan kesehatan di rumah sakit.

Kesepahaman ini perlu untuk menghindari terjadinya konflik yang bisa berdampak pada terganggunya layanan kesehatan. Kasus yang menimpa Prita Mulyasari dan RS Omni adalah pelajaran yang berharga bagi kita semua. Agar hal ini tak terulang, maka sudah selayaknya aturan tentang hak dan kewajiban ini dipahami dan dilaksanakan oleh pihak-pihak yang terkait.

Hadirin yang kami muliakan

Dalam hal pembinaan dan pengawasan rumah sakit, Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap r u m a h s a k i t d e n g an m e l i b a t k a n o r g a n i s a s i p r o f e s i , a s o s i a s i perumahsakitan, dan organisasi kemasyaratan lainnya sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Di tingkat rumah sakit, Pemilik Rumah Sakit dapat membentuk Dewan Pengawas Rumah Sakit yang keanggotaan Dewan pengawas Rumah Sakit terdiri dari unsur pemilik rumah sakit, organisasi profesi, asosiasi perumahsakitan, dan tokoh masyarakat. Dewan Pengawas Rumah Sakit memiliki tugas menentukan arah kebijakan rumah sakit; menyetujui dan mengawasi pelaksanaan renstra; menilai dan menyetujui pelaksanaan rencana anggaran; mengawasi pelaksanaan kendali mutu dan kendali biaya; mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban pasien; mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban rumah sakit; dan mengawasi kepatuhan penerapan etika rumah sakit, etika profesi, dan peraturan perundang-undangan.

Dalam menjalankan fungsi pembinaan dan pengawasan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera memandang bahwa Pemerintah perlu membentuk Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia dan dibentuk juga di tingkat provinsi. Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia merupakan unit non-struktural di kementerian yang bertanggung jawab di bidang kesehatan dan dalam menjalankan tugasnya bersifat independen. Keanggotaan Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia terdiri dari unsur Pemerintah, organisasi profesi, asosiasi perumah sakitan, dan tokoh masyarakat.

Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia bertugas membuat pedoman tentang Pengawasan Rumah Sakit untuk digunakan oleh Badan Pengawas Rumah Sakit Provinsi; membentuk sistem pelaporan dan sistem informasi yang merupakan jejaring dari Badan Pengawas Rumah Sakit Indonesia dan Badan Pengawas Rumah Sakit Provin si;

dan Melakukan analisis hasil pengawasan dan memberikan rekomendasi kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk digunakan sebagai bahan pembinaan.

Selanjutnya Fraksi Partai Keadilan Sejahtera pada prinsipnya bisa menyetujui terbentuknya Rancangan Undang-Undang Rumah Sakit ini, namun ada beberapa hal catatan bagi kami. Catatan ini menunjukan sikap tidak setuju kami terhadap beberapa hal. Salah satunya menyangkut Bab IX tentang Penyelenggaraan, bagian kesatu mengenai Pengorganisasian, dalam pasal 39 ayat (1) yang disebutkan bahwa Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan.

Dalam pandangan kami penunjukan secara terikat, bahwa kepada rumah sakit harus seorang tenaga medis yang berarti harus seorang dokter terlalu dipaksakan mengingat rumah sakit adalah fasilitas yang multimatra, terdiri berbagai bidang dan profesi yang terkait dengan layanan kesehatan, tidak semata-mata medis. Oleh karenanya yang dituntut dari seorang kepala rumah sakit adalah kemampuan manajemen dan kekuatan visi di bidang kesehatan dalam rangka mengelola lembaga yang kompleks dan sarat akan modal, tenaga kerja dan teknologi.

Kami berpendapat bahwa pendekatan penanganan pengelolaan rumah sakit

ARSIP DPR RI

(16)

harus dilaksanakan dengan pendekatan yang menyeluruh tanpa membedakan antara pendekatan medikal dengan pendekatan non medikal. Pencantuman Kepala rumah sakit harus merupakan "tenaga medis” yang berarti dokter dalam pendapat kami membatasi pengelolaan rumah sakit yang bersifat menyeluruh, di mana hanya dibatasi dengan pendekatan medis saja yang itu artinya akan menimbulkan konflik di dalam rumah sakit yang terdiri dari berbagai macam latar belakang pendidikan. Kami berpendapat bahwa pasal 39 ayat (1) tersebut sebaiknya kami usulkan kembali agar tenaga medis itu menjadi tenaga kesehatan sehingga bunyinya "Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga kesehatan yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumasakitan"

Hal lain yang menjadi catatan bagi kami dalam RUU tentang rumah sakit ini terdapat pada Bab III tentang tugas dan fungsi, pasal 5 huruf a dan huruf b, yang menyebutkan bahwa rumah sakit mempunyai fungsi: a. Menyelenggarakan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan medik; b. Memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang melalui pelayanan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai dengan standar kebutuhan medik.

Kami berpendapat bahwa pasal 5 ayat a mengandung makna yang tidak singkron dalam satu kalimat. Dalam pendapat kami pelayanan dan pemulihan kesehatan yang ada dirumah sakit tidak hanya melibatkan bagian medis saja, tetapi juga melibatkan banyak bagian, diantaranya kefarmasian, keperawatan, ahli gizi dan lain-lain. Jika pelayanan dan pemulihan kesehatan hanya didasarkan kepada standar pelayanan medik, maka seolah- olah standar yang dibuat oleh bagian kesehatan lain tidak menjadi acuan.

Hal ini akan berakibat pada pengembangan pelayanan kesehatan selain medis menjadi tidak berjalan, sehingga pelayanan dan pemulihan kesehatan akan menjadi timpang dan dampaknya akan dirasarkan para konsumen kesehatan. Di sampang itu penghargaan terhadap penghargaan terhadap bagian kesehatan lainnya selain medis jika ayat ini tidak diubah akan berkurang. Kami berpendapat bahwa pasal 5 yat a sebaiknya berbunyi “Menyelenggarakan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan kesehatan”

Dalam pasal 5 ayat b dalam pandangan kami juga terdapat kontradiksi dalam satu kalimat. Dimana disebutkan bahwa memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang melalui pelayanan yang paripurna. Dalam pendapat kami pelayanan yang paripurna adalah pelayanan yang terdiri pencegahan penyakit, promosi, pengobatan dan pemulihan kesehatan. Dalam hal pelayanan kesehatan ini tidak hanya disesuaikan dengan standar pelayanan medik saja tapi juga harus disesuaikan dengan standar pelayanan kesehatan yang lain juga terlibat dalam pelayanan tersebut. Oleh karena itu kami berpendapat bahwa pasal 5 ayat b sebaiknya berbunyi "Memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang melalui pelayanan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai dengan standar kebutuhan kesehatan".

Bapak dan Ibu serta hadirin yang kami hormati,

Kita semua berharap bahwa dengan disahkannya Rancangan UndangUndang tentang Rumah Sakit ini menjadi Undang-Undang, masyarakat Indonesia dapat lebih mudah untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan bangsa Indonesia menjadi lebih baik. Kami berharap kepada semua pihak, terutama kepada Pemerintah, agar segera menindaklanjuti Rancangan Undang-Undang tentang Rumah Sakit ini, baik yang menyangkut terbitnya Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden dan Peraturan Menteri; maupun dalam bentuk program- program yang lain.

Selanjutnya sebelum kami memutuskan untuk menerima atau menolak RUU ini kami mengusulkan agar dalam forum ini yang memang diberi kesempatan untuk membahas ulang, untuk diambil kesepakatan yang terkait dengan kepala rumah sakit yang harus tenaga medik itu kepala rumah sakit adalah tenaga keseha tan, setelah itu baru kami bisa mengambil persetujuan untuk dilanjutkan atau tidak.

Demikian pendapat sementara dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera.

Fraksi partai Keadilan Sejahtera DPRRI

Ketua, Drs. Mahfud Siddiq, M.Si; Sekretaris Mustafa kamal (ditanda tangani) KETUA RAPAT/dr. CHARLES J. MESANG :

ARSIP DPR RI

(17)

Saya rasa kita selesaikan dulu nanti baru kita akan bahas. Baik, terima kasih kjepada PKS, selanjutnya dari PBR.

dr. Hj. KASMAWATI TAHIR Z. BASALAMAH/ F.PBR :

Pandangan Akhir Mini Fraksi Bintang Reformasi mengenai Rancangan Undang- Undang Rumah Sakit disampaikan oleh dr. Hj. Kasmawati Tahir Z. Basalamah tangal 16 September 2009 No.A-297

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabaraktuh, Salam sejahtera bagi kita semua

Saudara Pimpinan dan para Anggota Dewan yang terhormat,

Saudara Menteri Kesehatan RI dalam hal ini diwakili oleh Pak Sekjen dan jajarannya, Yang saya hormati Saudara Menteri Hukum dan HAM

Dalam kesempatan yang berbahagian ini marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga pada hari ini kita dapat menghadiri Rapat Kerja dengan mambahas tentang RUU Rumah Sakit untuk mengambil kesimpulan.

Kita sudah sudah mengikuti pembahasan dari mulai Panja, Pansus dan Timsin kemudian suydah banyak yang tadinya tidak disetujui yang akhirnya disetujui, karena berhubung laporan saya ini panjang saya kira isinya udah tertuang semuanya di dalam pembahasan Timsin dan sudah disempurnakan maka fraksi PBR mengambil kesimpulan menyetujui Rancangan Undang-Undang Rumah Sakit ini supaya di Paripurnakan menjadi Undang-Undang Rumah Sakit demi kepentingan masyarakat baik miskin maupun yang non miskin, jadi tidak ada diskriminasi.

Terima kasih.

Wassalau’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT/dr. CHARLES J. MESANG :

Baik, terima kasih kepada PBR selanjutnya kami persilahkan kepada PDS.

dr. K. FERDINAND SUAWA, MA/FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA : Terima kasih Pimpinan

Pendapat Akhir Mini Fraksi Damai Sejahtera terhadap Rancangan Undang - Undang tentang Rumah Sakit disampaikan oleh dr. K. Ferdinand Suawa, MA Nomor Anggota A-417

Salam damai sejahtera, shalom,

Yang terhormat Pimpinan dan Anggota Pansus RUU tentang Rumah Sakit;

Saudara Menteri Kesehatan RI beserta jajaranya;

Saudara Menteri Hukum dan HAM RI Dan Hadirin yang kami muliakan.

Saya kira untuk mempersingkat, saya langsung saja pada bagian akhir. Dengan dibuatnya Rancangan Undang-Undang tentang Rumah Sakit diharapkan dapat memperbaiki system dan aturan semua rumah sakit selama ini. Agar se tiap rumah sakit maksimal dalam melaksanakan tugasnya tanpa harus membeda-bedakan setiap orang dan menelantarkan pasien yang sekarat walaupun tanpa identitas sebagai bentuk saling peduli terhadap sesama. Dan karena itu perkenankan Fraksi Partai Damai Sejah tera menyatakan menyetujui atas Rancangan Undang-Undang tentang Rumah Sakit untuk segera dibawa ke pembahasan tingkat selanjutnya untuk disahkan menjadi Undang - Undang. Dengan demikian masalah-masalah dalam pelayanan sebuah rumah sakit bagi masyarakat secara menyeluruh dapat diperbaiki dan tidak harus menjadi persoalan hukum.

Demikian Pandangan Fraksi Partai Damai Sejahtera DPR RI semoga Tuhan beserta kita mengawal proses pembaharuan dan demokratisasi bangsa ini.

Damai negeriku, sejahtera bangsaku

ARSIP DPR RI

(18)

Jakarta 16 September 2009

Pimpinan Fraksi Partai Damai Sejahtera DPR RI (ditandatangani) KETUA RAPAT/dr. CHARLES J. MESANG:

Baik, terima kasih kepada Fraksi PDS. Ada satu fraksi, yaitu Fraksi BPD, dia tidak hadir tetapi telah memberikan Pandangan Mini Fraksinya y ang menyetujui tentang RUU tentang Rumah Sakit ini untuk dilanjutkan pada Tingkat II.

Baik, teman-teman serta Bapak Ibu sekalian, tadi ada 2 fraksi mempersoalkan tentang masalah direktur rumah sakit dari PAN dan PKS yang menginginkan bahwa Pimpinan rumah sakit tidak perlu seorang dokter tetapi tenaga kesehatan padahal di dalam draft kita sudah kita buatkan tenaga medis. Untuk itu saya minta tanggpan sekali lagi dari Fraksi-fraksi terhadap tanggapan dari PAN dan PKS. Kami minta dari Golkar menanggapi.

dr. MARIANI AKIB BARAMULI, MM/ FRAKSI PARTAI GOLKAR : Terima kasih Pimpinan. Pemerintah yang saya hormati Assalau’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Saya kira fraksi Partai Golkar konsisten terhadap apa yang sudah disampaikan dan telah disepakati bersama. Jadi seperti pada awalnya kami sepakati bahwa sebagai kepala rumah sakit adalah dari tenaga medis.

KETUA RAPAT/dr. CHARLES J. MESANG:

Baik, terima kasih. Dari PDIP NURSUHUD /FRAKSI PDIP :

Nanti saja belakangan biar diputer dulu ke fraksi lain.

KETUA RAPAT/dr. CHARLES J. MESANG:

Dari Fraksi Partai Demokrat.

dr. DJUMAINI ANDRIANA SIHOMBING, MPD/FRAKSI PARTAI DEMOKRAT :

Kami tetap konsisten dengan pendapat kami pada akhir rapat kita di Panja maupun di Timus, bahwa diretur rumah sakit adalah tenaga medis yang mengerti manajemen rumah sakit.

Terima kasih.

KETUA RAPAT/dr. CHARLES J. MESANG:

Baik, terima kasih. Dari PPP

H. HUSAIRI ABDI, LC/FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN : Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Memang soal kepala rumah sakit yang kami baca di naskan akademik tidak mutlak dari medis boleh yang lain, tetapi karena prosesnya telah kita sepakati dengan tenaga medis, setuju dengan apa yang telah kita putuskan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT/dr. CHARLES J. MESANG:

Terima kasih kepada PPP. Dari FKB.

ARSIP DPR RI

(19)

Dra. Hj. MARIA ULFAH ANSHOR, M.Si / F.PKB :

Terima kasih, kalau saya secara pribadi sebenarnya sangat mendukung dengan usulan PAN dan PKS karena disinilah sebenarnya letak kesamaan pandangan penghargaan terhadap profesi-profesi yang lain. Tetapi karena fraksi sudah memutuskan dalam proses rapat yang lalu menyetujui dengan usulan Pemerintah, kami sepakat.

Terima kasih.

KETUA RAPAT/dr. CHARLES J. MESANG:

Terima kasih. Dari PBR

dr. Hj. KASMAWATI TAHIR Z. BASALAMAH / F.PBR:

Terima kasih Pimpinan

Dari PBR karena pada dasarnya rumah sakit itu latar belakang medis, kita tahu bahwa dokter itu dari awal pendidikan bukan cuma medis yang dia dapatkan dalam pendidikannya tetapi keseluruhan sehingga untuk memegang suatu rumah sakit itu dengan mudah dan dia lebih banyak mengetahui sehingga kalau misalnya kalau latar belakangnya medis kami dari PBR menyetujui dengan apa yang sudah disepakati dari awal, yaitu tenaga medis adalah dokter.

Terima kasih.

KETUA RAPAT/dr. CHARLES J. MESANG:

Terima kasih. Dari PDS.

dr. K. FERDINAND SUAWA, MA /FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA :

Saya kira ini suatu hal yang mungkin secara psikologis kita perlu pikirkan, artinya dari sisi pendapat saya menghargai pendapat teman-teman yang lain bahwa adanya keadilan, tetapi pada sisi lain kalau kita lihat bahwa pada kenyataan sering kali pengobatan di rumah sakit itu yang mendominasi itu pasti dokter, kamudian kalau misalnya perawat menjadi direktur nanti perawatnya juga akan kagok juga, karena perawat masuk tenaga kesehatan, apoteker juga bisa, tetapi itulah pada kenyataannya seperti itu sehingga akhirnya kalau kita membuka seperti ini nanti justru akan membuat pelayanan rumah sakit mungkin akan mengalami kendala-kendala tertentu karena disatu sisi direkturnya juga nanti mau perintah dokternya juga kagok dan akhirnya tidak bisa berjalan dengan baik.

Bedasarkan pemikiran-pemikiran itulah maka kami menyetujui bahwa yang menjadi direktur rumah sakit itu adalah alangkah baiknya kalau itu adalah tenaga medis, di satu sisi tenaga medis itu memang juga mendapatkan bekal-bekal tertentu dalam administrasi kesehatan secara khusus. Saya kira demikian terima kasoh.

KETUA RAPAT/dr. CHARLES J. MESANG:

Baik terima kasih. Mungkin dari Pemerintah.

PEMERINTAH/MENTERI HUKUM DAN HAM :

Ketua, saya kira argumentasi sudah banyak keluar dan Pemerintah tetap istiqomah dengan apa yang sudah diputuskan bersama yaitu tenaga medis.

KETUA RAPAT/dr. CHARLES J. MESANG:

Terima kasih pak Menteri. Ibu Tuti, setelah mendengar tanggapan dari teman - teman fraksi mungkin…

ARSIP DPR RI

(20)

TUTI INDARSIH LOEKMAN SOETRISNO /FRAKSI PAN :

Terima kasih, kami sudah diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat kami dan juga mendengarkan argumentasi dari teman-teman, kalau memang itu sudah menjadi keputusan bersama supaya Undang-Undang ini segera disahkan, kami dari fraksi kami akan mengikuti. Tapi pertanyaan kami sekarang ini bagaimana dengan kepala-kepala rumah sakit yang bukan dokter yang selama ini telah memimpin rumah sakit secara berhasil dan sukses apakah mereka langsung harus diganti? Terima kasih.

KETUA RAPAT/dr. CHARLES J. MESANG:

Dari PKS

ZUBER SAFAWI, SHI /FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA:

PDIP dulu belum bersikap…

KETUA RAPAT/dr. CHARLES J. MESANG:

Dari PDIP

dr. RIBKA TJIPTANING /FRAKSI PDI PERJUANGAN :

Terima kasih Pimpinan. Pada dasarnya kalau kita mau jujur, ini egonya dokter - dokter, tapi sebenarnya tenaga kesehatan perawat itu juga tenaga kesehatan, farmasi, bidan juga tenaga kesehatan tapi itu buat kami seperti mbak Tuti dari PAN, karena ini keputusan bersama, tapi ini sebagai yang harus kita gali bersama. Memang kalau dokter itu feodalnya tinggi juga walaupun saya dokter, ya begitulah yang ada. Pada prinsipnya PDI Perjuangan ikut yang banyak aja deh. Terima kasih

KETUA RAPAT/dr. CHARLES J. MESANG:

Baik terima kasih, jadi PDIP, dari PKS kembali lagi…

ZUBER SAFAWI, SHI/ FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA:

Terima kasih Ibu Ning, saya rasa yang saya khawatirkan adalah seperti itu, jadi saya khawatir kalau masyarakat memandang kalau ini ego dokter, walaupun saya yakin kalau dokter tidak seperti itu, jadi undang-undang ini jadi seperti itu padahal ini Undang- Undang Rumah Sakit persoalannya sehingga dan di dalam DIM itu ada 7 fraksi yang mengusulkan tenaga kesehatan saat itu diantara 10 fraksi, tapi karena Pemerintah sudah begitu, yang lain juga sudah begitu, pertanggungjawaban terhadap public setidaknya sudah kami pertangujawabkan, kapada teman-teman sejawat kami, saya bukan tenaga kesehatan, teman-teman yang ada di perawat, teman-teman yang ada di apoteker, teman-teman yang ada di kesehatan masyarakat ternyata anda tidak berhak untuk berada disini, padahal kalau tenaga kesehatan itu akan memberi ruang yang luas, maka ketika ini belum disepakati bersama, maka fraksi kami menyatakan kami ingin tidak menyetujui ini sebetulnya gara-gara 1 pasal ini karena ini akan berdampak luas tetapi karena proses sudah berjalan maka kami menyetujui undang -undang ini untuk dilanjutkan dengan catatan kami tetap menolak pengecualian terhadap pasal 39 ayat (1) dan nanti kalau di Paripurna akan kami sampaikan dengan tegas sehingga ketika ada apapun, ke publik pun kami akan menjawab dengan ini. Terima kasih

Wabilahittaufiq walhidayah

wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Berikan saya kesempatan untuk memberikan laporan ini.

ARSIP DPR RI

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Menurut ketentuan ayat (2) huruf b, apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain yang ada pada Direktorat Jenderal Pajak ternyata jumlah pajak

Jelasnya, setiap lambang yang tersirat pada corak dan motif tenunan songket menyebabkan kedudukan dan peranan pakaiannya menjadi lebih penting dalam adat dan

Reservasi menurut Darsono (2004, hal.18) adalah “penyediaan tempat atau pembukuan pada dinas-dinas penerbangan bagi calon penumpang beserta dengan permintaan akan fasilitas

Permasalahan skripsi ini adalah hubungan hukum dan tanggung jawab antara penerbit dan pemegang BNI Card dan penjual dalam transaksi jual beli, dan akibat dari transaksi

Berdasarkan survey yang peneliti lakukan dari wawancara kepada salah satu mahasiswa Ekonomi Syari’ah angkatan 2015 IAIN Metro pelaku bisnis online yang menggunakan

Sistem manajemen basis data merupakan sistem pengelola data yang berfungsi untuk membentuk, mengupdate, menyimpan, mengeluarkan dan mengintegrasikan berbagai jenis

571 PK/PDT/2008, meskipun termohon peninjauan kembali I (pengugat kopensi) dalam posita dapat membuktikan hubungan hukum antara termohon peninjauan kembali I (pengugat kopensi)

mengakumulasi cadangan-cadangan fisiologis dan psikologis untuk persiapan beban latihan yang lebih berat lagi di tangga-tangga ke 5 – 6. Untuk meningkatkan