• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANCASILA SEBAGAI LANDASAN FALSAFAH PENDIDIKAN DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PANCASILA SEBAGAI LANDASAN FALSAFAH PENDIDIKAN DI INDONESIA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

PANCASILA

SEBAGAI LANDASAN FALSAFAH PENDIDIKAN DI INDONESIA

Makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah : Landasan Pendidikan

Dosen :

Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag., M.Pd.H Oleh :

I Wayan Agus Gunada NIM : 15.1.2.5.2.0845

PROGRAM STUDI MAGISTER DHARMA ACARYA PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR

2015

(2)

KATA PENGANTAR Om Swastiastu

puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, Ida Shang Hyang Widhi Wasa. Karena jika bukan karena anugerah beliaulah maka karya tulis ilmiah dalam bentuk makalah yang merupakan tugas mata kuliah Landasan Pendidikan ini dapat terselesaikan.

Landasan pendidikan merupakan sebuah pondasi utuh yang memberikan dasar apa, untuk apa dan bagaimana pendidikan itu sebenarnya. Sebagai sebuah landasan tentu saja memberikan tuntunan bagaimana sebenranya pendidikan itu seharusnya. Karena melihat fenomena sekarang ini dimana pendidikan Indonesia begitu suram dan tidak sampai kepada apa yang menjadi cita-cita dari Undang- Undang Dasar 1945 itu sendiri bahwa pendidikan adalah sebagai sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karenanya pancasila sebagai falsafah bangsa harus menjadi pedoman dan dasar oleh para penyelenggara pendidikan dan para stake holder pendidikan itu sendiri untuk menjalankan pendidikan di Indonesia agar tujuan dan sasaran pendidikan untuk membentuk manusia Indonesia yang berkarakter dapat terwujud.

Dalam makalah yang begitu tipis tentu saja tidak dapat memuat semua isi dan permasalahan serta pemecahan yang harus dibicarakan dalam membangun kembali pendidikan di Indonesia yang dikatakan sebagai masa terendah.

Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-70 haruslah menjadi momentum kebangkitan pendidikan di Indonesia agar mampu bersaing kemabali di tingkat regional dan internasional.

Akhir kata penulis hanya dapat mengucapkan begitu banyak terima kasih kepada semua orang yang telah membantu penulis dalam membuat makalah ini, karena penulis sadari pembuatan makalah ini secara tidak langsung dibantu pula oleh para sahabat yang dengan rendah hatinya mau untuk mencurahkan segala pengetahuan dan wawasannya. Dalam makalah ini pula penulis sadari bahwa terdapat banyak sekali kelemahan argument, kesalahan kata dan kesalahan- kesalahan sistemik lainnya. Oleh karenanya penulis dengan penuh kesadaran memohon agar diberikan masukan serta kritik dan saran agar kedepannya penulis mampu membuat karya tulis yang lebih baik dan sempurna. Akhir kata penulis haturkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya dan selamat membaca.

Om Santih santih santih om

Denpasar, 23 November 2015 Penulis

(3)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dewasa ini kata pendidikan cenderung hanya dimaknai sebagai proses belajar di sekolah-sekolah formal dan pendidikan hanya diartikan sebagai proses belajar dan mengajar oleh guru dan siswa. Fenomena seperti ini sangat lumrah dimana masyarakat hanya memaknai dan mengartikan pendidikan hanya sebatas sebagai sebuah rutinitas biasa yang harus dilakukan tanpa mengerti bahwa terkandung suatu manfaat didalamnya. Pemikiran semacam ini ternyata menjadi sebuah bom waktu tatkala mulai terlihatnya gejala semakin malasnya para masyarakat dalam memahamai pendidikan dan mulai malasnya para peserta didik untuk belajar dan mulai terlihatnya keengganan para pemangku kebijakan dan penyelenggara pendidikan untuk membangun dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Di media-media cetak dan elktronik sering kali terlihat berita-berita yang menghadirkan bagaimana kualitas pendidikan di Indonesia yang mulai carut- marut dengan banyaknya kejadian-kejadian yang sebenarnya sangat miris untuk dilihat dan disaksikan. Kejadian-kejadian seperti banykanya peristiwa tawuran yang dilakukan oleh para remaja yang notabene padahal telah diajarkan pendidikan budi pekerti disekolah yang harusnya mampu membentuk karakter siswa menjadi karakter yang lebih baik ditandai dengan perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Kejadian-kejadian bullying disekolah yang menimpa para siswa diakibatkan system senioritas dan junioritas dilingkungan para siswa disekolah membuat semakin nyatanya bahwa pendidikan di Indonesia mulai memperlihatkan kualitasnya semakin menurun dari hari ke hari.

Apa yang sebenranya terjadi dengan pendidikan di Indonesia. Tatkala semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi dimana seharusnya pola piker manusia semakin maju dan berkembang serta harusnya dengan kemajuan- kemajuan tersebut idealnya membangkitkan semangat dalam melakukan kegiatan pendidikan untuk menambah kompetensi sebagai persiapan untuk menghadapi dunia.

Dampak globalisasi yang semakin memperlihatkan semacam gejolak dalam pembangunan kompetensi para individu ternyata tidak dibarengi dengan kesadaran bahwa selain yang dibangun adalah pembangunan infrastruktur yang dibangun pula adalah pemabangunan mental serta pembangunan kualitas pendidikan yang semakin baik.

Penyelenggara pendidikan dan pemangku kebijakan harusnya mulai berbebenah untuk membangun kualitas pembangunan manusia Indonesia yang memiliki kualitas saing dan kualitas mental juara agar mampu mengahadapi pergolakan dunia global. Selain daripada itu para individu juga harus mulai menyadari bahwa pendidikan adalah penting bahwa pendidikan bukan hanya menjadi rutinitas semata melainkan terdapat suatu gagasan kemanusian didalamnya dan masyarakat harus mulai menyadari pula bahwa pembangunan bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata, namun juga menjadi tanggung jawab bersama untuk menciptakan keselarasan dan keharmonisan serta

(4)

terciptanya kerja sama yang baik diantara pemerintah dan masyarakat dalam membangun pendidikan Indonesia yang berkarakter sesuai dengan amanat pemerintah tentang suatu gagasan revolusi mental.

1.2 Rumusan masalah

Dari latar belakang diatas tentang uraian bagaimana carut marut serta fenomena yang terjadi tentang bagaimana pendidikan di Indonesia kini dapat dirumuskan sebuah permasalahan yang sangat mendasar yakni landasan falsafah dalam proses penyelenggaraan system pendidikan itu sendiri.

Pendidikan bukan hanya dilihat secara teoritis dan praktis namun juga harus dilihat secara filosofis juga. Mengapa, karena pendidikan bukan hanya sekedar pengajaran konsep pnegetahuan semata dan proses pelaksanaan juga, namun terdapat semacam gagasan semangat dan spirit pembangunan bangsa.

Dimana dasar filosofis cenderung berfungsi sebagai bentuk pembangunan karakter.

Sehingga permasalahan landasan filosofis amat sangat penting untuk dibahas dan dibicarakan. Karena melihat dari apa yang terjadi di Indonesia bahwaa karakterlah yang menjadi pokok permasalahan pendidikan di Indonesia itu sendiri.

Jadi pokok permasalahan dalam makalah ini adalah membahas landasan filosofis pendidikan di Indonesia untuk menuju pembangunan pendidikan di Indonesia yang berkarakter dan berkualitas.

1.3 Tujuan

Tujuan merupakan suatu yang ingin dicapai, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa tujuan adalah suatu hal dan bentuk dari sebuah keinginan yang diharapkan dapat terwujud dan tercapai. Begitu pula dalam penuliasan makalh ini maka terdapat suatu tujuan yang ingin diwujudkan dimana secara umum terdapat dua tujuan, yakni tujuan umum dan tujuan khusus.

Tujuan umum dalam penuliasan makalah ini adalah utnuk menambah wawasan serta pengetahuan tentang esensi dari pendidikan itu sendiri yang bukan hanya sekedar sebuah proses pengembangan pengetahuan semata namun terdapat beberapa ranah penting yang harus dikembangkan pula, yang nantinya dapat menjadi sebuah gagasan dan wawasan penitn agar masyarakat dapat memahami pentingnya pendidikan itu sendiri. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk membahas landasan filosofis dari pendidikan di Indonesia itu sendiri, karena landasan filosofis adalah digunakan sebagai dasar dan tuntunan untuk memahami esensi pendidikan yang bukan hanya berfungsi sebagai pembangunan pengetahuan dan keterampilan semata, namun terdapat semacam gagasan untuk membentuk suatu sikap dan karakter dalam proses pendidikan.

Jadi dalam penulisan makalah ini terdapat dua tujuan penting yang ingin dicapai yaitu tujuan yang bersifat umum dan tujuan yang bersifat khusus.

(5)

1.4 Manfaat

Manfaat dapat dimaknai sebagai nilai guna. Nilai guna yang dimaksud adalah dengan diadakannya penulisan makalah ini maka nantinya dapat memiliki manfaat dan sebuah kegunaan yang diprioritaskan kedalam ranah pembangunan pendidikan. Adapun dalam penulisan makalah ini terdapat dua macam manfaat yang diharapkan dapat berguna nantinya, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.

Secara teoritis makalah ini dapat memiliki manfaat dalam menambah wawasan dan dapat dijadikan sebagai konsep pengetahuan tentang dasar dari pendidikan itu sendiri yang khusus pada wawasan filosofis untuk membangun pendidikan yang bukan hanya memiliki kualitas pada pembangunan pengetahun dan keterampilan semata namun memiliki kualitas pada pembangunan pendidikan yang memiliki karakter.

Sedangkan secara praktis diharapkan makalah landasan pendidikan ini dapat bermanfaat kepada :

1. Mahasiswa, kepada mahasiswa senidir makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang landasan filosofis dalam pendidikan di Indonesia

2. Masyarakat, kepada masyarakat makalah ini diharapkan berguna untuk memberikan wawasan bahwa pendidikan bukanlah semacam rutinitas semata namun terdapat esensi penting dalam membantu masyarakat itu sendiri dalam persaingan global.

3. Pemerintah, kepada pemerintah diharapkan makalah ini dapat menjadi sebuah masukan untuk dijadikan sebagi bantuan konsep dalam membangun pendidikan di Indonesia untuk lebih baik lagi kedepannya.

(6)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pembahasan

Permasalahan dalam makalah ini adalah menyangkut ladasan filosofis dalam pendidikan di Indonesia. Ketika membahas suatu permasalahan ada bainya membahas masing-masing substansi dari permasalahan tersebut yakni pendidikan, landasan pendidikan dan landasan filosofisnya untuk menemunkan ujung serta pangkal dari permasalahan serta bagaimana pembahasannya.

Membahas pendidikan adalah membahas suatu hal yang sederhana namun rumit. Mengapa, karena pendidikan merupakan sebuah kegiatan yang wajib dan sudah menjadi sebuah kegiatan yang terjadi sepanjang hayat. Dan menjadi rumit ketika membahas pendidikan dari esensinya karena akan berdampak kepada proses pembangunan suatu bangsa. Mengapa karena bangsa dibentuk dari proses pendidikan itu sendiri, pendidikan yang berkualitas yang mampu mencerdaskan kehidupan bangsanya memungkinkan terbentuknya suatu Negara yang baik sehingga membahas pendidikan dalam esensinya akan sangat rumit dan panjang, tapi tidak ada salahnya untuk coba dibahas.

Pertama-tama mari kita telaah makna pendidikan itu sendiri dari pendapat berbagai tokoh pendidikan Indonesia dan dunia. Menurut Langeveld pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak-anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari dan sebaginya dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa (Hasbullah, 2009:2).

Dari pengertian pendidikan menurut Langeveld terdapat semacam gagasan bahwa pendidikan lebih difokuskan kepada proses pendewasaan. Pendewasaan oleh langeveld bukan dimaksud dalam factor umur melainkan kepada factor mental. Jadi pendidikan oleh langeveld dapat diartikan sebagai proses perubahan mental dimana pendidikan ditujukan untuk membantu serta memberikan bimbingan kepada individu yang belum dewasa secara mental kearah individu yang yang dewasa secara mental.

Pendidikan juga oleh John Dewey disebut sebagai proses pembentukan kecakapan-kecapakan fundamental secara intelektual dan emosional kea rah alam dan sesame manusia. Oleh J.J Rousseau pendidikan dimaknai sebagai pemberian perbekalan yang ttidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada masa dewasa (Hasbullah, 2009:2).

Dari pengertian pendidikan diatas maka oleh John Dewey dan J.J Rosseau lebih menekankan pendidikan pada proses pemberian dan pelatihan keterampilan serta kecakapan yang berifat mendasar. Artinya pendidikan bukan hanya ditekankan pada proses pendewasaan secara mental namun ada semacam pengembangan dan pembentukan keterampilan yang diharapkan dapat memabntu dimasa depan. Sehingga pendidikan bukan sekedar pembangunan kognitif semata namun pembangunan psikomotorik pula.

(7)

Henderson dalam Sadulloh mengartikan Pendidikan sebagai suatu proses pertumbuhan dan perkembangan sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan social dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir (Sadulloh, 2014:5). Pendidikan dalam pngertian ini merupakan suatu proses interaksi yang menekankan adanya suatu hubungan timbale balik yang diterima oleh individu pembelajar dan lingkungannya sebagai bagian dari proses pendidikan yang mengkaitkan pendidikan dalam proses belajarnya juga bersumber dari lingkungan sekitarnya dan akan kembali diberikan oleh invididu kepada lingkungannya. Dalam GBHN (Garis Besar Haluan Negara) tahun 1973 dikemukakan bahwa pendidikan pada hakekatnya merupakan sutau usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia yang dilaksanakan didalam maupun diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi drinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Tim Penyusun, 2013:3). Jadi dari pengertian pendidikan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah suatu proses, proses yang termaksud adalah suatu pelaksanaan kegiatan yang sadar dan terencana yang bertujuan untuk membangun dan mengembangkan kompetensi atau kemampuan dari individu pada sector mental serta fisiknya yang bertumpu pada pendewasaan mental secara utuh dan pengembangan fisik yang nantinya dapat berguna untuk individu itu sendiri.

Sebagai sebuah proses dalam pendidikan maka perlu suatu landasan atau tuntunan yang berlaku agar pendidikan sebagai sebuah proses pengembangan dapat berjalan dan tersusun sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika mengacu kepada tujuan maka pendidikan di Indonesia lebih menekankan kepada tujuan untuk mencerdasakan kehidupan bangsa secara intelektual, emosional dan spiritual sesuai dengan amanat undang-undang dasar 1945. Landasan sebagai sebuah tuntunan adalah dasar dari sebuah proses pendidikan itu sendiri. Landasan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dimaknai sebaga dasar yang memberikan arahan dan tuntunan. Jadi landasan disini dapat diartikan sebagai sebauh aturan yang mendasari dan memeberikan pondasi agar terlaksananya dan tercapainya maksud dari kegiatan yang dilakukan dan dalam hal ini adalah pendidikan itu sendiri.

Landasan sebagai sebagai sebuah tuntunan memiliki dua dimensi yang saling terkait yakni landasan yang berfungsi sebagai konsep atau teoritis dan landasan yang berfungsi memberikan spirit atau semangat atau filosofis. Landasan sebagai memberikan spirit atau semangat adalah landasan yang memberikan jiwa agar proses pendidikan bukan hanya berfungsi sebagai pembentuk pengetahuan intelektual semata namun landasan filosofis adalah berguna untuk memberikan arahan pada pembentukan pengetahuan yang mengarah kepada pembanguan pengetahuan emosianal dan spiritual.

(8)

Filosofis dalam makan katanya adalah pengembangan dari kata filsafat.

Filsafat yang dikenal kini diyakini berasal dari masa Yunani Kuno. Menurut konsepsi filsuf besar Yunani yaitu Aristoteles menyebtukan bahwa filasafat merupakan suatu pengetahun teoritis yang menelaah peradaan yang abadi tidak berubah dan terpisah dari materi oleh Aristoteles mendefinisikannya sebagai “the science og first principle” (Liang Gie, 2012:1). Jadi filosfis atau filsafat adalah sebuah pengetahun teoritis yang bertumpu atau berpatokan kepada asa-asas yang tidak berubah dan abadi.

Lebih lanjut dikemukakan bahwa kata filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno philos dan shopia yang bermakna cinta dan kearifan atau kebijaksanaan.

Menurut makna katanya jadi filsafat adalah sebuah cinta kebijaksanaan atau kearifan (Liang Gie, 2012:29). Sehingga menilisik kepada makna kata filsafat maka dapat diartikan sebagi sebuah ilmu atahu ajaran yang mementingkan pada suatu cinta tentang gagasan kebijaksaan dan kearifan yang menekankan pada proses pencarian kebenaran.

Sejalan dengan konsepsi tersebut maka landasan filosofis sebagai salah satu landasan dalam pendidikan adalah menekankan tuntuan dalam mencari kebijaksanaan dan proses pencarian kebenaran untuk menuju kaepada kebenaran yang hakiki itu sendiri. Sehingga landasan filosofis adalah sebuah tuntuntan yang lebih bertumpu kepada esensi pendidikan yang memiliki makna yang sangat dalam.

Indonesia sebagai sebuah Negara yang terbentuk dari perjuangan para founding father atau pendiri bangsa ini memiliki filosofis atau falsafah tersendiri.

Falsafah ini terbentuk dan diambil dari kearifal local Indonesia itu sendiri yang merupakan jiwa dan nilai luhur yang sudah ada sejak zaman dahulu dan sudah mengakar. Falsafah tersebut oleh para pendiri bangsa kemudian disusun menjadi sebagai dasar Negara yang hingga kini dipercaya dan dijadikan sebagai tuntuna dalam berbangsa dan bernegara. Falsafah tersebut adalah Pancasila.

Pancasila merupakan spirit bangsa, pancasila juga merupakan suatu aturan yang dipercayai dan diyakini, pancasila adalah suatu hokum dasar yang mengikat Indonesia itu sendiri. Pancasila sendiri bukan diambil dari konsepsi bangsa lain namun diambil dari niali-niali yang sudah ada, lahir dan mengakar dari bangsa Indosenia itu sendiri. Pancasila dikumandangkan oleh para pendiri bangsa Indonesia, dimana isi serta konsepnya merupakan kesepakatan luhur.

Pancasila sendiri terbentuk dan pertama kali diucapkan oleh Ir. Soekarno yang berarti lima dasar atau lima aturan. Lima aturan ini dulu dan sekarang sedkit berbeda isinya. Jika menelisik sejarah pada proses terciptanya pancasila sebagai dasar Negara ada suatu polemic mendasar dimana sempat menimbulkan ketegangan diantara pendiri bangsa. Ini terjadi karena adanya perbedaan pandangan pada sila pertama yaitu tentang Ketuhanan Yang Maha Esa, dimana pada piagam Jakarta Sila Pertama terbaca Yakni Ketuhanan Yang Maha Esa dengan menjalankan Syariat Islam, namun karena adanya sedkit protes dan semngat teoleransi krena pluralisme Indonesia akhirnya diubah sebagaimana warisan yang kita terima kini.

(9)

Beranjak dari sana dapat dikatakan bahwa pancasila merupakan hokum dasar atau aturan dasar yang menjadi spirit dan jiwa bangsa Indonesia dalam melakukan setiap kegiatan sehari-harinya. Ini dapat menjadikan bahwa landasan filosofis dari pendidikan Indoensia adalah pancasila itu sendiri. Mengapa, karena pancasila adalah hokum dan dasar yang menkiwai segenap bidang kehidupan bangsa Indonesia. Dari pancasila didaptkan konspesi dan simbolisme bagaimana harusnya pendidikan Indoenesia itu sendiei. Pancasila sebagai dasar terdapat lima nilai mendasar yaitu nilai religi atau kepercayaan terkait spiritualisma, nilai sosialisme yaitu kemanusian dan toleransi, nilai nasionalisme yaitu persatuan bangsa, nilai politisme atau kesepakatan untuk mufakat lewat musyawarah dan nilai patriotisme atau keadilan untuk kesejarhteraan Indonesia.

Kelima nilai tersebut harusnya dalam pendidikan dapat dijadikan sebagai jiwa pendidikan indoensia itu sendiri, semangat pancasila harusnya bersinergi dengan epndidikan itu sendiri Karena pendidikan bukanlah sekedar kegiatan tanpa makna melainkan suatu kegiatan bermakan yang dilakukan sepanjang hayat.

Konsepsi kelima nilai tersebut dapat diasumsikan sebagai berikut.

Nilai spritualisme religious pada sila pertama dalam pendidikan bertujuan untuk memberikan arahan bahwa pendidikan Indonesia bukan hanya membentuk manusia yang intelektual semata, namun membentuk manusia yang dewasa secara mental dan spiritialismenya. Agama dan religi yaitu system kepercayaan Di Indonesia harusnya mampu memberikan suatu konsepsi ajaran yang dapat diadaptasi sebagai salah satu tujuan pembentukan individu yang berakhlak mulia dan memiliki keyakinan terhadap tuhan. Nilai religi dalam pendidikan akan membentuk manusia yang memiliki semangat religious, memiliki keimanan dan akhlak mulia..

Nilai kemanusian social. Manusia sebagai makhluk social adalah makhluk yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Nilai kemanusian dalam pendidikan sesuai konsepsi sila kedua pancasila adalah memberikan jiwa bahwa pendidikan di Indonesia menekankan timbulnya rasa kemanusian bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang bersaudara dalam lingkungan Indonesia, tidak adanya perbedaan fundamental bahwa perbedaan adalah pemersatu yang sebenarnya. Nilai social sebagai landasan adalah untuk membangun semangat pendidikan kemanusian untuk membentuk individu yang sosialis dan tidak individualis.

Nilai nasionalisme dalam konsepsi sila kedua pancasila dalam pendidikan Indonesia haruslah memberikan semangat persatuan. Bahwa pendidikan indoensia membentuk individu yang cinta tanah air, bersatu dalam perbedaan dan membangkitkan semagat nasionalisme dan menghargai jasa para pahlawan. Nilai nasionalisme dalam pendidikan di Indonesia harus dibangkitkan untuk menumbuhkan semangat bahwa individu dalam wilayah Indonesia adalah satu dan bersatu dalam persatuan Indonesia itu sendiri. Semgat nasionalisme pendidikan haruslah ada dan bangkit sebagai sebuah gerakan monumental dan fundamental bangsa indoneisa itu sendiri.

(10)

Nilai politisme, semagat musyawarah untuk mencapi mufakat. Dalam arti sebenarnya politisme adalah bukan hal yang negative. Politisme adalah suatu jalan untuk mencapai tujuan kesejahteraan bangsa itu sendiri. Indoensia merupakan Negara demokrasi dimana masyarakat Indonesia dalah masyarakat yang mengahragi segala pendapat masing-masing individu, masyarakat indoensia adalah masyarakat yang sama dan memiliki kewjiban dan hak yang sama. System pemerintahan demokrasi adalah system pemerintahan yang bertujuan untuk mufakat dalam wujud musyawarah. Semagat nilai sila ini dalam pendidikan adalah bertujuan bahwa setiap kebijakan pendidikan dan proses pelaksanannya dalah untuk mencapai kesepakatan dan tercapainya kualitas pendidikan yang baik dimana dijalankan dengan jalan musyawarah. Nilai ini dalam pendidikan sangat penting untuk membentuk individu yang memiliki semangat demokratis.

Nilai keadilan dan patriotism dalam konsepsi sila kelima pancasila dalam pendidikan memberikan gambaran bahwa pendidikan Indonesia adalah bertujuan utnuk mencerdaskan kehidupan bangsa dimana pendidikan adalah kesetraan di setiap individu warga Negara dan bangsa Indonesia itu sendiri. Semangat niali ini adalah untuk memberikan semagat bahwa pendidikan adalah hak dan kewajiban dari masyarakat Indonesia, tidak ada klasifikasi dan strata pembeda siap yang berhak dan tidak berhak mendapatkan pendidikan, semangat nilai ini adalah untuk memberikan keadilan dan kesetaraan bahwa masing-masing masyarakat indonsia memiliki kesamaan hak untuk mendapatkan pendidikan itu sendiri.

Semagat nilai-nilai pancasila dalam kehidupan harulah menjadi sebuah tuntunan filosofis untuk membentuk pendidikan yang memiliki kualitas yang baik di Indonesia. Sejalan dengan program untuk mewujudkan pendidikan yang berkarakter adalah dengan memulai menjadikan pancasila sebagai landasan dan tuntunan dari pendidikan itu sendiri. Untuk mencapai tujuan pendidikan karakter utnuk membentuk pendewasaan individu yang berperilaku baik maka pancasila adalah hokum pasti dan dasar pasti dalam pendidikan Indonesia itu sendiri.

Hipotesa dalam integrasi pancasila sebagai landasan pilosofis pendidikan di Indonesia sepertinya akan mampu memberikan pandangan dan tuntunan untuk mengarahkan pendidikan sebagai proses pendewasaan individu bangsa Indonesia menuju kepada pendidikan bangsa yang berkarakter, selain itu pula dengan diintegrasikannya pancasila sebagai sebuah landasan pendidikan maka segala permasalahan yang menerpa pendidikan indonesia dengan segala carut-marutnya dapat teratasi secara perlahan. Permasalahan ini terjadi karena bangasa Indonesia mulai tidak mempercayai dan meninggalkan nilai kearifan Indoensia itu sendiri yaitu pancasila dengan banyaknya fenomena munculnya pemaksaan ideology bangsa lain yang ingin merongrong ideology pancasila sebagai ideology bangsa yang menjadi salah satu penyebab segala permasalahan indoensia termasuk pendidikan. Maka dengan menjadikan dan membangkitkan semangat pancasila sebagai landasan pendidikan Indonesia dapat dipercayai tujuan pendidikan indoensia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mewujudkan proses pendidikan karakter dalam semangat kebangsaan sejalan dengan program revolusi mental dapat terwujud.

(11)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Dari uraian diatas yang panjang dan lebar membahas masalah terkait landasan pendidikan di Indoensia maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Landasan pendidikan bukan hanya mencakup tentang teoritis dan ranah praktis semata namun juga harus melihat ranah filosofis.

2. Pendidikan bukan hanya bertujuan untuk membentuk individu yang cerdas secara inteltual semata namun juga cerdas secara emsoisonal dan spitirual.

3. Landasan pendidikan di indonesia adalah pancasila itu sendiri yang merupakan konsepsi dan hokum serta aturan dasar yang dibentuk oleh para pendiri bangsa yang diambil dari nilai kearifan Indonesia sendiri.

4. Kelima sila dalam konsepsi nilai panscasila harusnya terintegrasi dan menjadi landasan dalam prosesi pelaksanaan pendidikan dalam tujuan pendidikan Indonesia yang berkarakter dalam semangat revolusi mental.

3.2 Saran

Dari hasil kesimpulan yang diambil dari bahasan uraian diatas tentang bagaimana landasan filosofis pendidikan Indonesia, maka dapat disarankan hal- hal sebagai berikut :

1. Mahasiswa sebagai pewaris intelektual harus mulai mengembangkan dan memahami pancasila bukan hanya semata sebagai sebuah aturan dasar namun jiwa indoensia itu sendiri yang harus diintegrasikan dalam prosesi pelaksanaan pendidikan di Indonesia.

2. Masyarakat sebagai individu bangsa harus membangkitkan semngat nasionalis pancasila untuk membendung masuknya ideology bangsa lain yang mulai dipaksakan oleh beberapa oknum individu yang ungin merongrong nilai-nilai ideology pancasila itu sendiri.

3. Pemerintah sebagai penyelanggra pendidikan dan pemangku kebijakan harusnya mulai duduk bersama memusyawarahkan dan mengambil keputusan untuk mengintegrasikan pancasila dan membangkitkan semangat pancasila dalam pendidikan untuk mewujudkan pendidikan karakter dalam semangat revolusi mental.

(12)

BAHAN BACAAN DAN DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2013. Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung : Rosda Karya

Gie, The Liang. 2012. Pengantat Ilmu Filsafat. Yogyakarta : Libertysu Hasbullah. 2009. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers Jauhar, Mohamad. 2011. Iimplementasi PAIKEM. Jakarta : Prestasi Pusaka Musfah, Jejen. 2012. Peningkatan Kompetensi Guru. Jakarta :Kencana Mustari, Mohamad. 2014. Manajemen Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers Sadulloh, Uyoh dkk. 2014. Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung : Alfabeta Saefuddin, Asis dan Ika Berdiati. 2014. Pembelajaran Efektif. Bandung : Rosda

Karya

Sudarsana, I. K. (2014). PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN UPAKARA BERBASIS NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN: Studi pada Remaja Putus Sekolah di Kelurahan Peguyangan Kota Denpasar.

Sudarsana, I. K. (2015). PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM UPAYA PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA. Jurnal Penjaminan Mutu, (Volume 1 Nomor 1 Pebruari 2015), 1-14.

Sudarsana, I. K. (2016). DEVELOPMENT MODEL OF PASRAMAN KILAT LEARNING TO IMPROVE THE SPIRITUAL VALUES OF HINDU YOUTH. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(2), 217-230.

Sudarsana, I. K. (2016). PEMIKIRAN TOKOH PENDIDIKAN DALAM BUKU LIFELONG LEARNING: POLICIES, PRACTICES, AND PROGRAMS (Perspektif Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia). Jurnal Penjaminan Mutu, (2016), 44-53.

Sukardjo, M dan Ukim Komarudin. 2013. Landasan Pendidikan. Jakarta : Rajawali pers

Surajiyo. 2012. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta : Bumi Aksara

Syarbini, Amirulloh. 2015. Guru Hebat Indonesia. Yogyakarta : Ar-ruz Media Tim penyusun. 2013. Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional).

Jakarta : Sinar Grafika

Wardoyo, SIgit mangun. 2013. Pembelajaran Konstruktivisme. Bandung : Alfabeta

(13)

Yusuf, Syamsu dan Nani M. Sugandhi. 2013. Perkembangan Peserta Didik.

Jakarta : Rajawali Pers

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku, apabila akan menyampaikan sanggahan terhadap hasil pengumuman ini diberikan masa sanggah selama 3 (tiga) hari

Azhar (A): tapi kalo misalnya, kan dari situ gintung, karena kesalahan manusia sendiri ya, taoi masyarakat sini jadi peduli gag si bu sama alam. Ibu Suhaini (S): ya begitu deh,

Menindaklanjuti proses pengadaan Konsultansi dengan Seleksi Umum secara elektronik, dengan ini kami mengundang Saudara untuk mengikuti kegiatan Pembuktian Kualifikasi untuk:. Tempat

The research focuses on one problem: How is the connotation meanings of verbal and non- verbal signs of public service advertisement “Deforestation” analyzed using Roland

Organizing adalah suatu aktivitas penagturan dalam sumber daya manusia dan sumber daya fisik yang lainnya yang dimiliki oleh perusahaan untuk bisa melaksanakan

Walaupun secara statistik pengetahuan tidak menunjukkan adan- ya hubungan yang bermakna, namun jika dilihat dari nilai OR menunjukkan bahwa ibu dengan pengeta- huan

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

[r]