• Tidak ada hasil yang ditemukan

Volume 2, Nomor 11:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Volume 2, Nomor 11:"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Education of Batanghari

Jurnal Education of Batanghari 2 (11): 060-069 (2020) P/ISSN 2655-6685 E/ISSN 2655-7223

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI ISI POKOK LAPORAN

HASIL OBSERVASI MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS X SMAN 1 BATANGHARI

Oleh

Abstrak:

Hasil pembelajaran kelas X SMAN 1 Batanghari tahun sebelumnya menyatakan bahwa kemampuan membuat laporan hasil observasi mencapai 59%. Berdasarkan hasil analisis butir soal ujian TA 2017/2018 menemukan bahwa dari 36 orang siswa, hanya 23 orang atau 46%

siswa yang mengerjakan soal menemukn gagasan utama teks dengan benar. Penelitian tindakan kelas ini bertujun untuk mendeskripsikan peningkatkan kualitas hasil dan proses pembelajaran membuat laporan hasil observasi teks dengan penerapan discovery learning atau model pembelajaran penemuan pada peserta didik kelas X SMAN 1 Batanghari. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Untuk mengetahui peningkatan kualitas hasil pembelajaran, peneliti melaksanakan tiga kali tes, yaitu tes awal/ prasiklus, tes akhir siklus I, dan tes akhir siklus II. Melalui tes awal diketahui peserta didik yang mencapai KKM atau nilai 77 hanya 6 orang atau 17%. Setelah dilakukan tindakan penerapan model pembelajaran penemuan, jumlah peserta didik yang mencapai nilai KKM meningkat jadi 20 orang atau 61,3%. Namun, ketuntasan pembelajaran klasikal (80%) belum belum tercapai. Setelah pelaksanan tindakan siklus II, peserta didik yang mencapai nilai KKM berjumlah 30 orang, setara 83%. Ketuntasan secara klasikal pun sudah sudah tercapai, bahkan terkampaui. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan pada kualitas hasil dan proses pembelajaran membuat laporan hasil observasi teks dengan penerapan model pembelajaran penemuan/ discovery learning pada peserta didik kelas X SMAN 1 Batanghari.

Kata Kunci : kualitas pembelajaran, discovery learning, Abstract:

This class action research aims to describe the improvement of the quality of the results and the learning process to find the main ideas of the text by applying discovery learning or discovery learning models to students of class X SMAN 1 Batanghari. This research was conducted in two cycles. To find out the improvement in the quality of learning outcomes, researchers conducted three tests, namely the initial / prasiklus test, the final test of cycle I, and the final test of cycle II. Through preliminary tests it is known that students who reach KKM or a score of 77 are only 6 people or 17%. After taking action to apply the discovery learning model, the number of students who achieved the KKM value increased to 20 people or 61.3%. However, the completeness of classical learning (80%) has not yet been reached. After the implementation of the second cycle of action, students who reach the KKM value amounted to 30 people, equivalent to 83%. Classical completeness has already been achieved, even exceeded. Thus, it can be concluded that there is a significant increase in the quality of the results and the learning process of finding the main ideas of the text by applying the discovery learning model to class X students of SMAN 1 Batanghari.

Key Word: Learning quality, Discovery learning

G. SANYOTO, SMAN 1 Batanghari E-mail: [email protected]

(2)

Jurnal Education of Batanghari I. Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SMA adalah agar peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis. Pencapaian tujuan tersebut direalisasikan dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMA yang terdiri dari empat aspek berbahasa, yang meliputi aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

Penekanan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar siswa memiliki kemampuan atau keterampilan berbahasa, bukan memiliki teori tentang bahasa. Jika dihubungkan dengan keempat aspek berbahasa, tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar siswa memiliki kompetensi mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek itu dilaksanakan secara terintegrasi. Contoh, ketika siswa belajar kompetensi dasar membaca, kegiatan membaca dapat diintegrasikan dengan kegiatan mendengar, menulis, dan membicarakan hasil bacaannya. Berkomunikasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara lisan dan tulis. Agar dapat berkomunikasi secara lisan, siswa harus memiliki kemampuan mendengarkan dan berbicara yang baik. Agar dapat berkomunikasi secara tulis, siswa harus memiliki kemampuan membaca dan menulis.

Tidak dapat dipungkiri bahwa ilmu pengetahuan dan informasi dapat diperoleh melalui media, antara lain media cetak. Media cetak itu misalnya buku, majalah, jurnal, buletin, koran, dan sebagainya. Agar dapat memperoleh informasi atau ilmu pengetahuan dari media cetak itu, siswa harus memiliki kompetensi membaca yang baik. Dengan memiliki kompetensi menulis yang baik, seorang siswa akan lebih cepat menyerap informasi atau ilmu pengetahuan dari buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya. Rendahnya kemampuan menulis akan menyebabkan siswa sulit memperoleh ilmu pengetahuan dan informasi.

Salah satu kompetensi dasar menulis yang harus dimiliki siswa kelas X SMA adalah membuat laporan hasil observasi teks yang dibaca. Kompetensi membuat laporan hasil observasi teks siswa harus tinggi. Dengan kompetensi tersebut, siswa dapat menghemat waktu dalam membaca suatu teks. Kemampuan menemukan gagasan utama teks berhubungan dengan memahami hal-hal penting yang terdapat dalam.

Kemampuan membuat laporan hasil observasi juga dapat menjadi dasar membuat tulisan ilmiah. Dalam Ujian Nasional Bahasa Indonesia SMA, soal-soal yang berhubungan dengan materi isi pokok laporan hasil observasi biasanya selalu muncul dan biasanya merupakan soal di urutan awal.

Akan tetapi, kenyataan berdasarkan hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan di kelas X SMAN 1 Batanghari, kemampuan membuat laporan hasil observasi teks siswa masih rendah. Rendahnya kemampuan membuat laporan hasil observasi siswa dapat dilihat dari ketuntasan belajar yang hanya mencapai 59%.. Berdasarkan hasil analisis butir soal Ujian Sekolah tahun pelajaran 2017/2018, dari 263 orang peserta ujian sekolah di SMAN 1 Batanghari, hanya 126 atau setara 48% siswa yang dapat mengerjakan soal membuat laporan hasil observasi teks dengan benar.

Sebelum melaksanakan penelitian ini, peneliti mengadakan tes awal. Tahap awal dari penelitian ini adalah mengadakan refleksi awal dengan menganalisis nilai tes prasiklus membuat laporan hasil observasi siswa kelas X SMAN 1 Batanghari. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa dari 32 siswa, hanya 4 atau 12,5% siswa yang nilainya sudah mencapai KKM, yaitu 77. Secara klasikal hasil kemampuan membuat laporan hasil observasi teks tersebut masih rendah karena di bawah standar ketuntasan belajar klasikal mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 3 Batanghari, yaitu 85%.

Berdasarkan pengalaman di kelas, penyebab rendahnya kemampuan membuat laporan hasil observasi teks adalah penggunaan model pembelajaran. Selama ini, pembelajaran membuat laporan hasil observasi masih menggunakan model pembelajaran konvensional.

Dalam pelaksanaannya, pendekatan saintifik dalam pembelajaran dapat diterapkan dengan tiga model pembelajaran, yaitu model pembelajaran penemuan (discovery learning), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning-pbl) dan pembelajaran berbasis proyek (project based learning-PjBL).

Untuk membuat laporan hasil observasi teks yang dibaca, model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran penemuan. Hal ini didasarkan pada ciri model pembelajaran penemuan, yaitu menemukan. Karena itu, peneliti memilih kompetensi dasar ini

(3)

Jurnal Education of Batanghari

untuk diteliti dan peneliti melakukan alternatif solusi dengan menerapkan model pembelajaran penemuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran membuat laporan hasil observasi teks pada siswa kelas X SMAN 1 Batanghari.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, peneliti melaksanakan penelitian yang berjudul “Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Membuat laporan hasil observasi Teks dengan Penerapan Model Discovery Learning pada Siswa kelas X SMAN 1 Batanghari” ini.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Apakah penerapan discovery learning atau model pembelajaran penemuan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran membuat laporan hasil observasi teks pada siswa kelas X SMAN 1 Batanghari?

2) Apakah penerapan model pembelajaran penemuan dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran membuat laporan hasil observasi teks pada siswa kelas X SMAN 1 Batanghari?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut.

1) Untuk mendeskripsikan peningkatan kualitas proses pembelajaran membuat laporan hasil observasi teks dengan penerapan model pembelajaran penemuan pada siswa kelas X SMAN 1 Batanghari.

2) Untuk mendeskripsikan peningkatan kualitas hasil pembelajaran membuat laporan hasil observasi teks dengan penerapan model pembelajaran penemuan pada siswa kelas X SMAN 1 Batanghari.

D. Manfaat Penelitian

1) Bagi guru hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembelajaran menemukan gagasan teks utama teks yang dibaca.

2) Bagi siswa, penelitian ini dapat memberikan acuan untuk meningkatkan kompetensi membuat laporan hasil observasi teks

3) Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kepala SMAN 1 Batanghari sebagai dasar pengambilan kebijaksanaan dalam rangka melengkapi sarana dan prasarana pembelajaran.

II. Kajian Teori

A. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) 1. Pengertian Model Pembelajaran Penemuan

Menurut Ariyana (2018: 33) model pembelajaran penemuan adalah memahami konsep, arti, dan hubungan melalalui proses intuitif untuk akhirnya sampai pada suatu kesimpulan. Menurut Kemendikbud (2013: 19) model pembelajaran penemuan atau discovery adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan peserta didik mengorganisasi sendiri. Menurut Mulyasa dkk (2017: 127) model pembelajaran penemuan adalah model pembelajaran yang menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui, masalah yang dihadapkan kepada siswa adalah masalah yang direkayasa oleh guru.

Dari pengertian-pengertian itu dapat disimpulkan bahwa dalam model pembelajaran penemuan sangat dituntut keaktifan siswa karena siswa yang harus menemukan konsep atau pengetahuannya sendiri. Selanjutnya, peneliti akan menggunakan istilah model pembelajaran penemuan dalam penelitian ini

2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Penemuan a) Perencanaan

1) Menentukan tujuan pembelajaran

2) Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya)

3) Memilih materi pelajaran.

4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi)

5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik

(4)

Jurnal Education of Batanghari

6) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik hingga simbolik

7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.

b) Pelaksanaan

Menurut Mulyasa dkk (2017: 128) pelaksanaan model pembelajaran penemuan dapat diuraikan sebagai berikut.

(1) Stimulation (stimulasi/ pemberian rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya dan timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.

Guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan. Dengan demikian, seorang guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada peserta didik agar tujuan mengaktifkan peserta didik untuk mengeksplorasi dapat tercapai.

(2) Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)

Setelah dilakukan stimulation guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah).

(3) Data collection (pengumpulan data)

Pada saat peserta didik melakukan eksperimen atau eksplorasi, guru memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Data dapat diperoleh melalui membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.

(4) Data processing (pengolahan data)

Pada tahap ini, siswa mengolah data yang telah diperoleh dari kegiatan mengumpulkan data. Data yang sudah diperoleh didiskusikan melalui proses penalaran atau asosiasi.

(5) Verification (pembuktian)

Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah ditetapkan, dihubungkan dengan hasil data processing. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

(6) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.

c) Penilaian

Penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun non-tes. Penilaian non-tes dapat berupa penilaian pengetahuan, keterampilan, sikap, atau penilaian hasil kerja peserta didik. Penilaian tes berupa penilaian pengetahuan, maka dalam model pembelajaran penemuan dapat menggunakan tes tertulis. Bila yang dinilai berupa produk, dapat menggunakan tes unjuk kerja (Mulyasa dkk. 2017: 130)

B. Gagasan Utama

1. Pengertian Gagasan Utama

Direktorat PLP (2005:24) menyatakan bahwa gagasan utama adalah gagasan pokok yang terkandung atau mendasari sebuah bacaan. Pada tataran yang lebih kecil gagasan penulis dituangkan dalam setiap paragraf. Jadi, dapat disimpulkan, agar dapat menentukan gagasan utama teks bacaan, terlebih dahulu pembaca harus dapat menentukan gagasan utama paragraf. Gagasan utama adalah gagasan yang menjadi inti atau isi pokok suatu teks bacaan. Membuat laporan hasil observasi bacaan dapat didahului dengan menentukan gagasan utama paragraf dalam bacaan itu.

(5)

Jurnal Education of Batanghari

Soedarso (2005:64) menggunakan istilah ide pokok untuk menyebut gagasan utama bacaan. Menurut Soedarso, ide pokok adalah gagasan utama penulis yang menjadi dasar atau inti masalah dalam tulisannya. Ide pokok dapat ditemukan di semua bagian buku.

Buku secara keseluruhan mempunyai ide pokok yang umum, kemudian tiap bab mempunyai ide pokok yang agak spesifik. Setiap bab terbagi lagi menjadi bagian bab yang mempunyai ide pokok yang lebih spesifik lagi dan setiap bagian bab terbagi menjadi paragraf yang mengandung ide pokok yang amat spesifik.

Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa gagasan utama teks bacaan adalah gagasan atau ide pokok yang menjadi dasar atau inti suatu teks bacaan.

2. Cara Membuat laporan hasil observasi

Jika teks bacaan berupa buku, Soedarso (2005:64-65) menyatakan cara untuk membuat laporan hasil observasinya adalah sebagai berikut.

a) Temukan ide pokok buku secara keseluruhan dengan membaca ikhtisar umum yang biasa terdapat di awal buku tersebut.

b) Temukan ide pokok bab dan sub-bab yang biasanya terdapat dalam ikhtisar di awal bab dan sub-bab.

c) Temukan ide pokok paragraf.

Jika teks bacaan lebih sederhana, misalnya teks bacaan yang hanya terdiri dari bebarapa paragraf, membuat laporan hasil observasi dapat dilakukan dengan menemukan dulu gagasan utama setiap paragraf.

Berdasarkan pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa untuk membuat laporan hasil observasi teks bacaan, siswa harus dapat membuat laporan hasil observasi paragraf dalam teks bacaan tersebut. Penulis juga beranggapan perlu mengemukakan teori ahli tentang paragraf secara khusus, karena paragraf merupakan bagian yang penting dalam menemukan gagasan pokok bacaan.

C. Paragraf dan Cara Membuat laporan hasil observasinya

Keraf (1984:62) menyebut paragraf dengan istilah alenia. Lebih lanjut Keraf menyatakan bahwa alenia adalah suatu kesatuan pikiran, satu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas daripada kalimat. Alenia merupakan himpunan dari kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Gagasan tersebut akan menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan, yang maksudnya tidak lain untuk menampilkan pokok pikiran tadi secara lebih jelas. Jadi, menurut Keraf, paragraf yang baik terdiri dari lebih satu kalimat.

Kalimat yang satu berfungsi sebagai kalimat utama, yang memuat gagasan utama. Kalimat yang lain berfungssi sebagai kalimat penjelas yang memuat gagasan-gagasan penjelas.

Soedarso (2005:66) berpendapat bahwa paragraf adalah kumpulan kalimat yang terdiri dari satu gagasan. Satu paragraf mengandung satu ide, satu pokok pikiran, satu tema, dan satu gagasan. Paragraf merupakan jalan yang ditempuh penulis untuk menyampaikan pikirannya.

Penulisan paragraf bertujuan untuk memudahkan pembaca untuk memahami tulisannya.

Pengertian paragraf menurut Tarigan (1981:11) adalah seperangkat kalimat tersusun secara logis dan sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat di dalam keseluruhan paragraf.

Dari ketiga penendapat tesebut, peniliti menyimpulkan bahwa paragraf adalah satuan bahasa yang terdiri dari beberapa kalimat yang memiliki satu gagasan. Kalimat yang mengandung gagasan utama disebut kalimat utama. Kalimat yang mengandung gagasan penjelas disebut kalimat penjelas.

Soedarso (2005:66-67) mengemukakan cara membuat laporan hasil observasi paragraf utama adalah sebagai berikut.

1. Dalam satu paragraf terdapat kalimat kunci atau kalimat pokok. Kalimat itu mengandung ide pokok. Kenalilah kalimat kunci itu.

2. Lazimnya, penulis meletakkan ide pokok paragrafnya di awal, di akhir, di awal dan dia akhir, atau adakalanya di seluruh paragraf.

Lebih lanjut, Soedarso mengemukakan cara menemukan kalimat kunci dalam paragraf adalah sebagai berikut.

1. Anda cari kata benda atau kata ganti yang dominan. Lalu Anda baca dan tanya apa artinya? Lalu Anda baca lanjutannya, yang akan berisi keterangan, “artinya adalah …”

atau semacamnya.

(6)

Jurnal Education of Batanghari

2. Anda cari pernyataan umum. Lalu Anda bertanya: Apakah kalimat lainnya mendukung dalam menjabarkan ide pokok itu?

Jika ide pokoknya sulit dikenali atau merupakan suatu yang abstrak, ada baiknya Anda baca detailnya agak lambat untuk mendapat pemahaman yang lebih cermat. Jika ide pokoknya mudah dipahami, detailnya diabaikan saja atau dibaca dengan kecepatan tinggi.

III. Metode Penelitian A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian tindakan kelas, yang ditandai dengan adanya suatu tindakan (aksi) tertentu dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar di kelas, refleksi diri merupakan salah satu ciri dari PTK yang paling esensial. Penelitian ini berdasarkan masalah yang dihadapi guru di kelas, yaitu rendahnya kemampuan siswa dalam membuat laporan hasil observasi teks yang dibaca. Guru selaku peneliti berusaha mencari solusi atas masalah tersebut dengan menggunakan model pembelajaran penemuan.

Tindakan dilakukan dengan langkah-langkah pencanaan, pelaksanaan, obeservasi, analisis, dan refleksi.

B. Subjek Penelitian, Waktu dan Tempat Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 1 Batanghari yang berjumlah 36 orang. Penelitian ini dilaksanakan di kelas X, SMA Negeri 1 Batanghari. Alasan pemilihan tempat penelitian tersebut karena peneliti mengajar di sekolah tersebut dan mengajar di kelas tersebut. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, yaitu mulai bulan September s.d bulan Oktober 2018.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan selama 3 siklus dan setiap siklus diadakan 3 kali pertemuan. Dalam penelitian ini ada 4 tahapan yang harus dilakukan yaitu: Perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

D. Teknik Analisis Data Jenis Data

1. Data kuantitatif, berupa hasil belajar siswa yang diperoleh dari hasil tes yang dilakukan pada akhir siklus. Data ini berupa nilai dalam bentuk angka.

2. Data kualitatif, berupa hasil observasi yang diperoleh dari lembar observasi setiap siklus yang bersumber dari keadaan siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Keterangan :

X = Nilai Rata-rata

= Jumlah nilai siswa N = Jumlah siswa

Ketuntasan belajar = Keterangan :

N = Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 75 S = Jumlah semua siswa

E. Kriteria Keberhasilan

Kriteria keberhasilan siswa yaitu meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa.

Berhasilnya aktifitas siswa jika secara klasikal memperoleh minimal mencapai nilai 70 menurut Depdiknas atau 75 menurut KKM yang ditetapkan sekolah. Sedangkan keberhasilan prestasi belajar siswa secara individu juga akan dikatakan berhasil apabila telah mencapai nilai 70 menurut Depdiknas atau 75 menurut KKM yang ditetapkan sekolah.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1) Siklus 1

a) Hasil Penelitian

Dari hasil observasi pelaksanaan pembelajaran tersebut dapat diuraikan bahwa siswa belum ada yang berani dan percaya diri untuk menjawab pertanyaan. Sebagian

(7)

Jurnal Education of Batanghari

siswa tidak aktif dalam diskusi kelompok. Siswa kesulitan saat ditugasi untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Siswa tidak berani memberikan tanggapan saat kelompok lain presentasi. Hasil temuan berdasarkan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran itu sesuai dengan hasil catatan lapangan guru. Dengan demikian dapat dideskripsikan, penerapan model pembelajaran penemuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran membuat laporan hasil observasi teks pada siswa kelas X SMAN 1 Batanghari belum berjalan maksimal. Keaktifan siswa masih kurang.

Untuk mengetahui peningkatan kualitas hasil pembelajaran, peneliti melaksanakan tes. Tes awal siswa yang mencapai KKM yaitu 77 hanya 6 orang atau 17%. Setelah dilakukan tindakan penerapan model pembelajaran penemuan, jumlah siswa yang sudah mencapai nilai KKM adalah 20 orang atau 61,3%. Ketuntasan klasikal tersebut belum mencapai indikator kualitas hasil pembelajaran membuat laporan hasil observasi, yaitu 85%.

b) Refleksi

Berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I, dapat dideskripsikan bahwa guru membimbing siswa dalam setiap langkah pembelajaran, namun belum maksimal. Siswa juga belum terbiasa dengan metode yang digunakan.

Selanjutnya guru akan lebih aktif lagi mensosialisasikan metode ini dengan beberapa perbaikan dari observator.

Dikarenakan penelitian pada siklus I belum mendapatkan hasil yang diinginkan, Oleh karena itu, peneliti melanjutkan penelitian dengan melaksanakan siklus II

2) Siklus 2

a) Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil observasi pembelajaran itu, dapat dideskripsikan bahwa guru membimbing siswa dalam setiap langkah pembelajaran. Pembimbingan intensif yang dilakukan guru dapat mengatasi berbagai masalah dalam pembelajaran, Terdapat peningkatan keaktifan siswa siswa bertanya dan menjawab pertanyaan. Dalam membentuk kelompok, siswa sudah dapat melakukan dengan cepat. Saat pemberian rangsangan berupa tesks bacaan, sebagian besar siswa sudah membaca teks dengan baik. Tidak ada lagi siswa yang membaca dengan kebiasaan yang salah.

Saat langkah identifikasi msalah, guru menugasi siswa untuk merumuskan pertanyaan tentang gagasan utama teks. Guru juga memberikan bimbingan. Tujuh kelompok sudah dapat berdiskusi untuk merumuskan pertanyaan. Masih ada satu kelompok yang anggota rebut. Guru langsung mendekati dan membimbing kelaompok itu.

Saat mengumpulkan data, tujuh kelompok sudah membaca dengan cermat buku sumber untuk mencari data tentang gagasan utama teks. Siswa juga sudak aktif berdiskusi untuk mengolah data dan menuliskan hasil penolahan data di lembar kegiatan siswa. Semua kelompok sudah dapat memeriksa dengan cermat hasil diskusi mereka dalam kegiatan pembuktian atau verifikasi. Sebagian siswa juga sudah dapat menyimpulkan tentang gagasan utama teks.

Saat langkah mempresentasikan hasil diskusi, guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi. Ada empat kelompok yang bersedia tampil terlebih dulu tanpa dipaksa. Kelompok lain harus ditunjuk dulu agar mempresentasikan hasil diskusi. Ada delapan belas siswa yang mengacungkan tangan saat diminta memberi tanggapan. Guru memberi kesempatan secara bergiliran.

Sebagian besar siswa sudah dapat menyimpulkan hasil pembelajaran.

Ketika guru dan siswa mengadakan refleksi terhadap proses pembelajaran, siswa menyatakan bahwa setelah mendapat bimbingan dan contoh dari guru, siswa berani dan percaya diri untuk berdiskusi, presentasi, dan menanggapi. Dari data hasil observasi oleh observer pada siklus II tergambar bahwa penggunaan model penemuan memerlukan kesabaran yang tinggi dalam memotivasi siswa untuk membuat laporan hasil observasi teks kepada teman yang lainnya. Pada siklus II ini peneliti memulai penelitian tindakan kelas untuk melihat bagaimana penggunaan model pembelajaran penemuan dalam meningkatkan keterampilan siswa dalam membaca dan membuat laporan hasil observasi teks.

(8)

Jurnal Education of Batanghari

Secara umum, hasil observasi penelitian pada siklus II. Pada awal pelajaran dimulai, semua siswa terlihat tertib dan tidak ada satu pun yang sibuk sendiri. Semua siswa mengikuti perintah ketua kelas untuk berdoa dan memberi salam. Siswa memperhatikan penjelsan guru tentang kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui tayangan LCD. Guru menayangkan sebuah teks. Guru meminta siswa membaca teks tersebut.. Guru menjelaskan skenario dan penilaian pembelajaran. Guru memotivasi siswa dengan menyampaikan manfaat membuat laporan hasil observasi teks. Guru mengondisikan siswa untuk duduk berkelompok.

Untuk tes tertulis, setelah pelaksanan tindakan siklus II, siswa diberikan tes.

Melalui lembaran tes yang diberikan (yang sebelumnya telah divalidasi) diperoleh hasil: siswa yang mencapai nilai KKM berjumlah 30 orang atau 83%. Ketuntasan klasikal ini sudah memenuhi indikator kualitas hasil pembelajaran yaitu 80%.

b) Refleksi

Refleksi dilaksanakan di akhir siklus II. Refleksi pelaksanaan pembelajaran membuat laporan hasil observasi dengan model pembelajaran penemuan dilakukan bersama tiga orang observer. Refleksi diarahkan pada proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Berdasarkan hasil observasi dan catatan lapangan dalam pelaksanaan pembelajaran membuat laporan hasil observasi, pelaksanaan pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan. Umumnya hasil sudah memuaskan. Dengan demikian dapat disimpulkan adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran, aktivitas siswa, dan aktivitas guru dalam siklus II dibandingkan dengan kualitas proses pembelajaran siklus I. Dari hasil refleksi itu, peneliti memutuskan untuk menghentikan pemberian tindakan karena telah terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran yang signifikan.

Dari hasil perbandingan kualitas hasil pembelajaran siklus I dan siklus II, peneliti memutuskan untuk menghentikan tindakan karena dengan dua siklus sudah dapat disimpulkan ada peningkatan yang signifikan pada kualitas hasil pembelajaran.

Tabel 1. Perbandingan Nilai Tes Membuat laporan hasil observasi Teks yang Dibaca Siswa kelas X SMAN 1 Batanghari

Siklus Jumlah Siswa (32) Ketuntasan

klasikal Tuntas Tidak Tuntas

Tes awal 6 orang 30 orang 17%

Siklus I 20 orang 16 orang 61.3%

Siklus II 30 orang 6 orang 83%

B. Pembahasan

Secara umum, hasil observasi penelitian pada siklus II. Pada awal pelajaran dimulai, semua siswa terlihat tertib dan tidak ada satu pun yang sibuk sendiri. Semua siswa mengikuti perintah ketua kelas untuk berdoa dan memberi salam. Siswa memperhatikan penjelsan guru tentang kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui tayangan LCD. Guru menayangkan sebuah teks. Guru meminta siswa membaca teks tersebut. Guru menjelaskan skenario dan penilaian pembelajaran. Guru memotivasi siswa dengan menyampaikan manfaat membuat laporan hasil observasi teks. Guru mengondisikan siswa untuk duduk berkelompok.

Ketika pembelajaran mulai memasuki kegiatan inti, guru memberikan rangsangan kepada siswa (stimulation) berupa teks bacaan. Siswa membaca teks yang dibagikan oleh guru. Berdasarkan pengamatan, tidak ada lagi siswa yang melakukan kebiasaan yang salah dalam membaca. Setelah membaca teks, siswa diminta untuk mengidentifikasi masalah berupa pertanyaan. Guru mengarahkan siswa agar merumuskan masalah tentang gagasan utama paragraf, letak kalimat utama setiap paragraf, dan gagasan utama teks.

Setelah merumuskan pertanyaan itu, siswa mengumpulkan data (data collection) untuk menjawab pertanyaan-pertanyaaan tersebut. Dalam kegiatan ini, ada beberapa anggota kelompok yang tidak aktif dalam diskusi. Berdasarkan pengamatan, beberapa siswa tidak aktif dalam mengumpulkan data. Bahkan ada beberapa anggota kelompok yang melamun.

Perilaku anggota kelompok ini dilaporkan secara lisan oleh anggota kelompok lain kepada guru. Siswa membaca buku paket, buku penunjang, dan kamus, untuk mengumpulkan data.

(9)

Jurnal Education of Batanghari

Setelah data terkumpul, siswa berdiskusi untuk mengolah data (data processing) dan menggunakan data tersebut untuk menentukan gagasan utama paragraf dan teks secara keseluruhan. Siswa kembali berdiskusi untuk tahap pembuktian terhadap data yang hasil kerja mereka.

Siswa menyimpulkan (generalitation) berdasarkan hasil verifikasi kelompok masing- masing. Berdasarkan hasil pengamatan, ternyata siswa sudah dapat menuimpulkan data tepat waktu. Selanjutnya, setiap kelompok menuliskan hasil diskusi mereka ke dalam lembar kerja siswa. Selain menuliskan hasil diskusi, Guru meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. Tidak ada satu kelompok pun yang mau ke depan. Akhirnya, guru mengadakan undian. Presentasi ini mengalami hambatan. Setelah di depan, siswa saling suruh untuk mempresentasikan hasil diskusi. Akhirnya guru menunjuk secara acak siswa yang berperan sebagai moderator dan siswa yang presentasi. Anggota kelompok lain diminta untuk bersiap-siap menjawab pertanyaan dari kelompok lain. Setelah kelompok presentasi, semua kelompok lain memberikan tanggapan atau komentar.

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan dan peningkatan hasil penilaian diatas maka dapat disimpulkan bahwa:

a. Penerapan model pembelajaran penemuan dapat meningkatan kualitas proses pembelajaran membuat laporan hasil observasi teks pada siswa kelas X SMAN 1 Batanghari. Hal ini dapat dibuktikan dengan peningkatan aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran.

b. Penerapan model pembelajaran penemuan dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran membuat laporan hasil observasi teks pada siswa kelas X SMAN 1 Batanghari. Hal itu dapat dibuktikan dengan peningkatan hasil dari tes awal, hasil tes siklus I, dan hasil tes siklus II

B. Saran

Berdasarkan peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam setiap siklus penelitian ini, peneliti memberikan saran sebagai berikut.

a. Penerapan model pembelajaran penemuan dapat dijadikan alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran membuat laporan hasil observasi teks.

b. Penerapan model pembelajaran penemuan dapat dilakukan pada mata pelajaran yang mengalami permasalahan yang sama dengan permasalahan yang dialami oleh peneliti untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran membuat laporan hasil observasi teks.

c. Penerapan model pembelajaran penemuan adalah salah satu alternatif membiasakan siswa aktif dalam proses pembelajaran, tetapi jika model pembelajaran penemuan diterapkan dalam pembelajaran, sebaiknya guru memperhatikan dengan cermat efisiensi penggunaan waktu.

d. Penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran penemuan dapat ditindaklanjuti oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia dengan pengembangan yang lebih inovatif.

(10)

Jurnal Education of Batanghari

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi dkk. 2017. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Pendidikan Nasional. 2013 Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Puskur, Balitbang.

Depdiknas. 2002. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Puskur Balitbang.

_______ 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk SMA dan Madrasah Tsanawiyah.

Jakarta: P.T. Binatama Raya

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta; Rineka Cipta.

Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. 2005. Pengembangan Keterampilan Membaca Jakarta: Depdiknas.

Kemendikbud. 2013. Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran. Jakarta: Kemendikbud.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung; Alfabeta.

Jihad, A. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Keraf, Gorys. 1989. Komposisi. Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa. Ende Flores: Nusa Indah.

Mulyasa, E. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosda Karya.

Nurgiyantoro, Burhan. 1988. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta:

BPFE.

Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Grafindo Persada.

Soedarso. 2005. Speed Reading. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RD. Bandung:Alfabeta.

Suprijono, A. 2011. Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi Pakem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suryosubroto. 1997. Proses Pembelajaran di Seskolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Tarigan, Djago. 1981. Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Mengembangkannya.

Bandung: Angkasa.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:

Prestasi Pustaka.

Gambar

Tabel 1.  Perbandingan Nilai Tes Membuat laporan hasil observasi Teks yang  Dibaca Siswa kelas X SMAN 1 Batanghari

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penjelasan tersebut terkait dengan peningkatan kapasitas bakteri dalam mendegradasi polutan benzena, maka dilakukan uji kemampuan degradasi benzena pada

Dalam novel para priyayi sangat tercermin adanya musawarah antara kakak dengan adik, antara orang tua dengan anak dalam penerimaan anak yang bernama Wage untuk menjadi

Saya percaya bahwa Tuhan adalah tunggal dan Muhammad adalah pesuruh-Nya adalah pengakuan kebenaran Islam yang simpel dan seragam. Tuhan tidak pernah

Recovery of motor function after subcortical stroke appears to be related to the integrity of descending connections from the ipsilesional cortical motor system, a view supported by

Based on result of analysis the movie of Danny Boyle ‟s „ Slumdog Millionaire ” , the writer found there are some types of child abuse happen in this movie

Pengawas Pasar di Kota Langsa Menurut Qanun Retribusi Pelayanan Pasar”. Aceh telah diberikan satu keistimewaan yakni diberlakukannya Hukum Syari’at Islam sesuai dengan

kegiatan belajar mengajar yang berlangsung. perubahan dari proses yang diakibatkan oleh tindakan tersebut, akan dievaluasi dengan cara mengobservasi dan melakukan

41 1916 Kitab Undang-undang Hukum Perdata tentang persangkaan berdasarkan Undang-undang.. d) Kekuatan yang dibeikan undang-undang kepada pengakuan atau sumpah salah satu