• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Perbenihan Padi Varietas Unggul Baru Baroma Dan Nutrizinc di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of Perbenihan Padi Varietas Unggul Baru Baroma Dan Nutrizinc di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Perbenihan Padi Varietas Unggul Baru Baroma Dan Nutrizinc di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi

Julistia Bobihoe1 & Endrizal2

Research Center for Food Crops, National Research and Innovation Agency, Indonesia

Research Center for Horticultural and Estate Crops, National Research and Innovation Agency, Indonesia.

Email korespondensi: julistia117@gmail.com ABSTRAK

Benih merupakan sarana penting dalam produksi pertanian, juga menjadi pembawa perubahan teknologi. Peningkatan produksi tanaman padi disebabkan oleh penggunaan varietas-varietas unggul disertai teknik budidaya yang lebih baik dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Namun saat ini benih padi yang unggul dan bermutu kurang tersedia di lokasi penanaman. Untuk mengatasi permasalahan ketersediaan benih varietas unggul baru (VUB) yang adaptif, perlu di bangun sistim perbenihan benih, sehingga dapat menjamin ketersediaan VUB padi pada waktu yang tepat. Kegiatan kajian perbenihan dilaksanakan di Desa Rawa Medang Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat di kelompok tani penangkar padi Karya Mukti. Kegiatan dilaksanakan pada MK 2019 (Maret – Juli 2019). Tujuan pengkajian adalah untuk membangun dan membuka peluang usaha perbenihan padi yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman padi dan pendapatan petani penangkar. Varitas Unggul Baru yang digunakan dalam kegiatan ini adalah VUB Baroma dan Inpari Nutri Zinc FS/label Putih. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa varietas Baroma memperoleh produksi 6,9 t/ha, dari hasil tersebut dapat dijadikan benih sejumlah 4,5 ton, dan varietas Inpari Nutri Zinc memperoleh hasil 5,686 ton/ha dari hasil tersebut dapat dijadikan benih sejumlah 3,2 ton. Hasil analisis usahatani, varietas Baroma apabila dijadikan benih diperoleh keuntungan Rp. 35.420.000 dengan R/C ratio 4,69 dan varietas Inpari Nutri Zinc apabila dijadikan benih diperoleh keuntungan Rp. 29.420.000 dengan R/C ratio 4,07. Usaha tani perbenihan VUB padi Baroma dan Inpari Nutri Zinc memberikan keuntungan lebih tinggi dari pada usaha tani konsumsi dengan selisih keuntungan Baroma dan Inpari Nutri Zinc masing-masing sebesar Rp.

11.600.000/ha.

Kata kunci : Perbenihan, Varietas Unggul Baru Padi, Baroma, Inpari Nutrizinc, Peningkatan Pendapatan Petani

(2)

PENDAHULUAN

Benih merupakan sarana penting dalam produksi pertanian, juga menjadi pembawa perubahan teknologi. Peningkatan produksi tanaman padi disebabkan oleh penggunaan varietas-varietas unggul disertai teknik budidaya yang lebih baik dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Varietas unggul baru diperoleh melalui pemuliaan tanaman, baik yang dilakukan oleh lembaga penelitian pemerintah maupun oleh industri benih yang mempunyai divisi litbang.

Dalam perkembangan selanjutnya benih tidak hanya berfungsi sebagai bahan untuk tujuan pertanaman, namun juga berfungsi sebagai sarana pembawa inovasi teknologi (Nugraha, 2003). Sebagai contoh, keunggulan varietas baru dengan hasil yang tinggi baru akan dirasakan manfaatnya oleh petani jika tersedia benih bermutu yang cukup untuk ditanam. Oleh karena itu, industri benih sangat diperlukan untuk mendukung pertanian yang tangguh terutama untuk memfasilitasi penyebaran varietas unggul kepada petani dan melindungi mutu yang dihasilkan selama proses produksi dan distribusinya sehingga keunggulan varietas yang dirakit oleh pemulia sampai ke tangan konsumen benih.

Varietas unggul memberikan manfaat teknis dan ekonomis yang banyak bagi perkembangan suatu usaha pertanian, diantaranya: pertumbuhan tanaman menjadi seragam sehingga panen menjadi serempak, rendemen lebih tinggi, mutu hasil lebih tinggi dan sesuai dengan selera konsumen, dan tanaman akan mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap gangguan hama dan penyakit serta mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan sehingga dapat memperkecil biaya penggunaan input seperti pupuk dan obat-obatan (Suryana dan Prayogo, 1997).

Sudah banyak varietas padi yang telah dilepas, namun belum banyak yang digunakan oleh petani. Berbagai kendala belum digunakannya varietas unggul, antara lain : kurangnya informasi keberadaan varietas unggul dengan berbagai sifat-sifat keunggulannya serta ketersediaan benih varietas unggul terbatas, produksi varietas unggul kelas BS masih terbatas dan terputusnya aliran benih sumber dari BS ke ES. Salah satu kendala dalam memproduksi benih sumber adalah terbatasnya pengetahuan tentang teknologi produksi yang dimiliki petugas produksi benih maupun penangkar benih. Untuk mendorong penyebaran benih varietas unggul diperlukan pengenalan varietas yakni melalui sosialisasi varietas dan pembekalan teknologi produksi benih sumber kepada penangkar benih di daerah sentra produksi.

Keberhasilan diseminasi dan adopsi teknologi varietas unggul ditentukan antara lain oleh kemampuan produsen dan industri benih untuk memasok dan menyediakan benih secara enam tepat hingga ke petani. Oleh karena itu, sistem perbenihan yang tangguh (produktif, efisien, berdaya saing, dan berkelanjutan)

(3)

sangat diperlukan untuk mendukung upaya peningkatan produksi dan mutu produk pertanian (BBP2TP, 2011).

Dalam perkembangan selanjutnya benih tidak hanya berfungsi sebagai bahan untuk tujuan pertanaman, namun juga berfungsi sebagai sarana pembawa inovasi teknologi (Nugraha, 2003). Sebagai contoh, keunggulan varietas baru dengan hasil yang tinggi baru akan dirasakan manfaatnya oleh petani jika tersedia benih bermutu yang cukup untuk ditanam. Oleh karena itu, industri benih sangat diperlukan untuk mendukung pertanian yang tangguh terutama untuk memfasilitasi penyebaran varietas unggul kepada petani dan melindungi mutu yang dihasilkan selama proses produksi dan distribusinya sehingga keunggulan varietas yang dirakit oleh pemulia sampai ke tangan konsumen benih.

METODOLOGI

Pelaksanaan perbenihan dilaksanakan di lokasi penangkaran benih Desa Rawa Medang Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi, yang dilaksanakan pada MK 2019. Benih padi yang digunakan adalah varietas unggul baru (VUB) Baroma dan Inpari Nutrizinc (Kelas benih FS/label putih). Data yang dikumpulkan antara lain, data agronomis, data produksi, penggunaan sarana produksi dan penggunaan tenaga kerja. Kegiatan perbenihan mengacu pada Teknologi Produksi Benih perbenihan padi lahan sawah, Tabel 1 (Badan Litbang Pertanian, 2007 dan BBP2TP, 2013.). Tingkat efisiensi dari teknologi yang diterapkan dianalisis dengan R/C ratio (Swastika 2004 dan Malian 2004).

Tabel 1. Acuan teknologi perbenihan padi di di Desa Rawa Medang Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi pada MK> 2019

No Komponen teknologi Teknologi perbenihan

1. Varietas • VUB Baroma dan Inpari Nutri Zinc

2. Pemilihan lokasi • Lahan subur dengan air irigasi dan saluran drainase yang baik

• Bersih dari sisa-sisa tanaman/varietas lain

• Bersih dari gangguan hama/penyakit

• Jarak minimal antar varietas yang berbeda 3 m 3. Penyiapan lahan • Lahan terbaik untuk produksi benih sumber adalah

lahan bekas varietas yang sama musim sebelumnya atau lahan bera

4 Pesemaian • Buat bedengan persemaian dengan tinggi 5-10 cm, lebar sekitar 110 cm, panjang sesuai kebutuhan

• Luas lahan untuk persemaian sekitar 4% dari luas areal produksi (400 m2 per hektar pertanaman)

• Tabur benih secara merata pada persemaian

(4)

• Pupuk Urea, SP 36 dan KCl masing-masing 15 g/m2

• Aplikasi pestisida bila diperlukan.

5 Penanaman • Bibit dipindahkan ke lapangan saat berumur 10-15 HSS

• Bibit yang ditanam sebaiknya mempunyai umur fisiologis yang sama (dicirikan oleh jumlah daun yang sama, misalkan bibit dengan 2 atau 3 daun)

• Penanaman dilakukan dengan 2-3 bibit/lubang tanam

• Jarak tanam 25x25 cm atau 20x20 cm tergantung varietas

• Sisa dari bibit yang telah dicabut disimpan di dalam petak untuk bahan menyulam pertanaman

• Penyulaman dilakukan pada 7 HST dengan

menggunakan bibit dari varietas dan umur yang sama

6 Pengaturan irigasi • Setelah tanam, ketinggian air sekitar 3 cm dipertahankan sampai 3 hari

• Pada fase primordia bunga sampai bunting, ketinggian air dipertahankan sekitar 5 cm untuk menekan anakan baru

• Pada fase bunting sampai fase berbunga, lahan secara periodik diairi dan dikeringkan secara bergantian (selang- seling, intermitten)

• Petakan diairi setinggi 5 cm kemudian dibiarkan sampai kondisi sawah kering selama 2 hari dan kemudian diairi kembali setinggi 5 cm dan seterusnya

• Setelah selesai fase berbunga sampai masa pengisian biji, ketinggian air pada lahan sipertahankan setinggi 3 cm

• Fase pemasakan biji pengairan intermitten, kemudian 7 hari menjelang lahan mulai dikeringkan untuk

memudahkan saat panen

7 Pemupukan • Pada pengolahan tanah I dilakukan aplikasi bahan organik

• (pupuk kandang 1 ton/ha)

• Pada saat tanam atau maksimal 1 MST, aplikasi 75 kg

• Urea/ha, 100 kg SP 36/ha dan 50-100 kg KCl/ha

• 4 MST dilakukan pemupukan susulan 75 kg Urea/ha 8 Pengendalian

hama/penyakit

• Pengendalian Hama Terpadu (PHT)

9 Pengendalian gulma • Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual dengan tangan maupun menggunakan gasrok ataupun dengan menggunakan bahan kimia (herbisida)

10 Roguing • Roguing adalah kegiatan untuk membuang tipe simpang (rumpun-rumpun tanaman yang ciri-ciri morfologinya menyimpang dari ciri-ciri rumpun tanaman varietas yang sedang diproduksi), campuran

(5)

varietas lain dan membuang tanaman lain

• Tanaman yang terinfeksi oleh stem borer atau penyakit tanaman lainnya seperti tungro juga harus dibuang pada saat roguing.

11 Panen • Sebelum panen dimulai, beberapa peralatan yang akan digunakan untuk panen (thresher), pengeringan (lantai jemur, mesin pengering) harus disiapkan dan dibersihkan agar tidak menjadi sumber kontaminasi.

Untuk karung sebaiknya digunakan karung yang baru

• Sebelum panen juga harus dipastikan bahwa di areal yang akan dipanen tidak ada sisa malai yang tertinggal di pertanaman yang dibuang saat roguing, terutama saat roguing terakhir (1 minggu sebelum panen)

• Panen sebaiknya dilakukan per varietas. Calon benih kemudian dimasukkan ke karung dengan diberi label (nama varietas, tanggal panen dan lokasi produksi) 12 Pengolahan benih • Pemeriksaan alat-alat pengolahan sebelum pengolahan

benih dimulai harus dilakukan

• Pengolahan benih mencakup pengeringan,

pembersihan, grading (bila perlu) dan pengemasan

• Bila pengeringan dengan cara penjemuran, maka lantai jemur sebaiknya diberi lamporan untuk mencegah suhu yang terlalu tinggi pada lantai jemur

• Bila menggunakan mesin pengering, suhu pengeringan harus mempertimbangkan kadar air benih awal

• Hal lain yang perlu diperhatikan adalah: usahakan benih tidak tercampur selama pengeringan dan penjemuran sebaiknya dilakukan 4-5 jam/hari (tidak melampaui jam 12 siang

• Hindari benih tercampur/tertukar dengan varietas lain selama pengeringan dan pengolahan

• Penjemuran sebaiknya dilakukan 4-5 jam/hari (tidak melampaui jam 12 siang)

• Benih yang telah diproses dimasukkan dalam karung baru dan diberi label yang jelas di dalam dan di luar karung

• Bila alat pengolahan akan digunakan untuk varietas lain, maka alat tersebut harus dibersihkan dari sisa-sisa benih varietas lain.

13 Penyimpanan benih • Penyimpanan benih sementara (menunggu sertifikat benih) dapat menggunakan karung plastik dan diletakkan dalam ruang ber-AC

• Pengemasan benih sudah dilengkapi dengan sertifikat harus mempertimbangkan beberapa hal diantaranya:

lama penyimpanan, kadar air benih saat simpan dan kondisi (RH dan suhu) ruang simpan

• Penyimpanan untuk tujuan komersiil sebaiknya

(6)

menggunakan kantong plastik ketebalan 0,8 mm yang di-seal rapat

• Gudang penyimpanan benih sebaiknya memenuhi persyaratan, tidak bocor, lantai harus padat dan ventilasi yang cukup

• Cara penumpukan hendaknya diatur sedemikian rupa agar tumpukan rapih, mudah dikontrol, tidak mudah roboh dan barang dapat keluar masuk dengan mudah

• Pada setiap tumpukan benih tersedia kartu pengawasan yang memberikan informasi, nama varietas, tanggal panen, lokasi, jumlah asal dan jumlah stock akhir).

Sumber : Badan Litbang Pertanian, 2007 dan BBP2TP, 2013 HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Biofisik Lokasi

Lokasi pengkajian mempunyai topografi datar dengan ketinggian tempat 10-15 m di atas permukaan laut. Pengusahaan lahan oleh petani diperuntukan sebagai lahan sawah dengan luas kepemilikan 1,75 ha/KK dan lahan pekarangan dengan luas rata-rata per KK 0,25 ha. Lahan pekarangan digunakan sebagai perumahan dan kebun campuran sedangkan lahan usaha merupakan sawah irigasi yang digunakan untuk bertanam padi dan palawija. Tanah di Desa Sri Agung memiliki karakterisik antara lain berwarna hitam kelabu sampai cokelat tua karena bahan organiknya sudah berkurang, berstruktur remah dan tekstur lempung berpasir, kandungan unsur hara rendah dan pH tanah agak masam yaitu 4,89. Kondisi lahan di daerah ini cukup baik dengan tingkat kesuburan sedang. Jenis tanah umumnya Alluvial dengan tekstur lempung berliat. Sumberdaya air cukup tersedia sepanjang tahun karena daerah ini merupakan daerah beririgasi teknis. Pola curah hujan di Desa Sri Agung hampir merata sepanjang tahun dengan curah hujan rata- rata 2.600 mm/tahun. Curah hujan bulanan tertinggi umumnya terjadi bulan Desember/Januari dan curah hujan terendah bulan Agustus. Biasanya musim hujan di Desa Sri Agung dimulai bulan September/Oktober dan musim kemarau pada bulan April/Mei. Secara umum sistem usahatani yang berkembang di Desa Sri Agung adalah sistem usahatani berbasis tanaman pangan dengan pola tanam : Padi-Padi-Palawija/Bera. Padi sawah biasanya ditanam pada musim hujan, waktu tanamnya pada awal musim hujan yaitu bulan September/Oktober dan panen dilakukan pada bulan Januari/Pebruari. Waktu tanam padi setelah panen padi musim hujan I yaitu bulan Pebruari/Maret dan panen pada bulan Mei/Juni. Setelah panen padi MH dan padi MK, dilanjutkan dengan tanaman palawija yaitu kedelai pada bulan Juli/Agustus dan panen dilakukan pada bulan Oktober/Nopember.

(7)

Varietas Unggul Baru (VUB) Baroma dan Inpari Nutrizinc

Sesuai dengan deskripsi varietas, varietas unggul baru Baroma mempunyai potensi dikembangkan di lahan sawah irigasi dengan potensi produksi 9,1,8 t/ha, dengan rata-rata hasil 6,01 ton/ha dan VUB Inpari Nutri Zinc mempunyai potensi hasil 9,98 t/ha dengan rata-rata hasil 6,21 (Sasmita, P, dkk, 2019).

Varietas Baroma adalah varietas pengganti beras premium khususnya Basmati, beras tipe Basmati yang selama ini tersedia hanya bisa tumbuh di bagian utara India dan Pakistan, sehingga untuk pemenuhan beras tersebut masih harus impor dan harganya relatif mahal. Baroma mempunyai rata-rata hasil 6,01 ton/ha GKG (gabah kering giling) dan potensi hasil 9,18 ton/ha, lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Basmati. Varietas ini, mempunyai penampilan lebih pendek dibanding Basmati dengan batang tanaman lebih besar. Varietas Baroma mempunyai tinggi tanaman kurang lebih 112 cm dengan jumlah anakan produktif kurang lebih 17 batang. Umur panen varietas Baroma sekitar 113 hari setelah sebar (HSS). Amilosa varietas ini 25,55% dengan tekstur nasi pera dan pemanjangan nasi setelah proses pemasakan sebesar 1,5 kali. “Ketahanan varietas ini terhadap hama dan penyakit lebih baik jika dibandingkan dengan Basmati,”

terangnya. Baroma cocok untuk dibudidayakan pada lahan sawah irigasi pada ketinggian 0-600 m dpl. Baroma merupakan beras premium yang harus dijaga keutuhan bulir berasnya, perlu penanganan pascapanen khusus terutama saat penggilingan karena bentuk gabahnya kecil dan panjang, sehingga kemungkinan patahnya besar.

Inpari IR Nutri Zinc mempunyai banyak kelebihan dibanding beberapa varietas lain dalam hal kandungan Zn. Berdasarkan data deskripsi yang dikeluarkan melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian tahun 2019, bahwa kandungan Zn pada varietas tersebut sebesar 34,51 ppm sementara varietas lain seperti Ciherang memiliki kandungan 24.06 ppm. Keunggulan itulah diharapkan dapat turut mensukseskan program pemerintah dalam mengatasi kekurangan gizi Zinc dan meminimalisir stunting di Indonesia. Kekurangan Zn dalam tubuh selain berakibat menurunnya daya tahan tubuh, produktifitas, dan kualitas hidup manusia, kekurangan gizi Zn juga menjadi salah satu faktor kekerdilan atau stunting. Varietas ini memiliki kadar amilosa 16,6 persen. Selain kaya nutrisi, varietas ini juga memiliki produktivitas tinggi, tahan WBC, Blas, dan Tungro, serta rasa nasi enak. Gaya hidup sehat yang terus berkembang mendorong kian tingginya kebutuhan masyarakat akan pangan sehat.

Keragaan pertumbuhan tanaman Baroma dan Inpari Nutri Zinc cukup baik.

Hama yang muncul pada pertanaman padi fase vegetatif seperti lembing batu, putih palsu, sundep sedangkan pada fase generatif seperti walang sangit, beluk, tikus dan burung. Intensitas serangan hama pada fase vegetatif dan generatif

(8)

cukup rendah. Pengendalian hama dilakukan dengan cara pengendalian hama terpadu (PHT).

Data vegetatif yang diamati adalah : tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, tinggi tanaman. Data komponen hasil : panjang malai, gabah isi/malai, gabah hampa/malai, berat 1000 butir dan produksi.

Varietas unggul baru (VUB) Baroma mempunyai tinggi tanaman (115 cm), jumlah anakan produktif (18 batang), panjang malai (27,2 cm), gabah isi/malai (105 butir), gabah hampa/malai (30,40 butir) dan berat 1000 butir (26,04 gr).

Produksi padi yang diperoleh pada kegiatan perbenihan VUB Baroma adalah 6,50 t/ha (GKG), dan produksi benih 4,5 ton/ha. VUB Inpari Nutri Zinc mempunyai tinggi tanaman (90 cm), jumlah anakan produktif (17 batang), panjang malai (27,9 cm), gabah isi/malai (99,9 butir), gabah hampa/malai (21,40 butir) dan berat 1000 butir (26,56 gr). Produksi padi yang diperoleh pada VUB Inpari Nutri Zinc adalah 5,69 t/ha (GKG), dan produksi benih 3,2 ton/ha.

Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman, panjang malai, jumlah gabah isi, jumlah gabah hampa, berat 1000 butir dan hasil beberapa varietas unggul baru di lahan irigasi

Varietas

Tinggi tanaman

(cm)

Jumlah anakan produktif

(btg)

Panjang Malai

(cm)

Jmlh Gabah

Isi (butir)

Jmlh Gabah Hampa (butir)

Berat 1000 butir (gr)

Hasil (t/ha)

BAROMA 115 18 27,2 105,00 30,40 26,04 6,50

Inpari Nutri

Zinc 90 17 27,9 99,90 21,40 25,56 5,69

Hasil Analisis Usahatani Perbenihan VUB Baroma dan Inpari Nutri Zinc

Hasil analisis usahatani VUB Baroma dengan produksi 6,5 t/ha apabila dijadikan konsumsi memberikan keuntungan sebesar Rp. 19.670.000 (R/C ratio 3,05).

Terdapat perbedaan biaya usahatani antara padi konsumsi dan padi yang dijadikan benih, hal ini disebabkan karena untuk prosesing menjadi benih memerlukan tambahan biaya sebesar Rp. 1.250.000/ha, sehingga total biaya yang dibutuhkan untuk usahatani perbenihan VUB Baroma mencapai Rp. 9.580.000/ha (Tabel 1). Produksi VUB padi Baroma yang diperoleh adalah 6,5 ton/ha, dari produksi ini yang dijadikan benih adalah 4,5 ton/ha, dengan harga benih Rp.

10.000 (kelas benih FS/label putih), sehingga penerimaan usahatani padi VUB Baroma yang dikelola sebagai usaha perbenihan menjadi Rp. 45.000.000 dengan keuntungan sebesar Rp. 35.420.000 (R/C ratio 4,69). Produksi VUB padi Inpari Nutri Zinc yang diperoleh adalah 5,9 ton/ha, dari produksi ini yang dijadikan benih adalah 3,9 ton/ha, dengan harga benih Rp. 10.000 (kelas benih FS/label putih), sehingga penerimaan usahatani padi VUB padi Inpari Nutri Zinc yang dikelola

(9)

sebagai usaha perbenihan menjadi Rp. 39.000.000 dengan keuntungan sebesar Rp. 29.420.000 (R/C ratio 4,07).

Tabel 1. Biaya usahatani padi (per ha) VUB Padi Baroma dan Inpari Nutri Zinc antara Hasil Konsumsi dan Hasil Benih di Desa Rawa Medang Kecamatan Batang

Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi MK 2019

No Uraian Fisik

Varietas

Baroma Inpari Nutri Zinc A Biaya Saprodi

(Rp) Volume Nilai (Rp) Hasil

Nilai (Rp) Benih

Nilai (Rp) Hasil

Nilai (Rp) Benih

1. Benih 25 kg 225.000 225.000 225.000 225.000

2. Urea 150 kg 600.000 600.000 600.000 600000

3. SP36 100 kg 260.000 260.000 260.000 260000

4. KCl 50 kg 400.000 400.000 400.000 400000

5. NPK Ponska - - - - -

6. Pestisida 1 paket 500.000 500.000 500.000 500000

7. M Dec 2 kg 35.000 35.000 35.000 35000

8. Agrimeth

(pupuk Hayati) 500 gr 135.000 135.000 135.000 135000 Jumlah 2.155.000 2.155.000 2.155.000 2155000 B Biaya T. Kerja

(Rp)

1. Persemaian 4 HOK 300000 300000 300000 300000

2. Pengolahan

tanah Borongan 1500000 1500000 1500000 1500000

3. Cabut bibit Borongan 300000 300000 300000 300000 5. Penanaman Borongan 1500000 1500000 1500000 1500000

6. Pemupukan 4 HOK 300000 300000 300000 300000

7. Penyiangan 4 HOK 300000 300000 300000 300000

8. Pengendalian h

& p 3 HOK 225000 225000 225000 225000

9.

Panen/prosesing Borongan 1250000 1250000 1250000 1250000 10.Prosesing

benih Borongan 0 1750000 0 1750000

Jumlah 5675000 7425000 5675000 7425000

Total (A+B) 7.830.000 9580000 7.830.000 9580000

C Hasil (kg/ha) 6.500 4.500 5.700 3900

Harga(/Rpkg) 4.500 10.000 4.500 10000

Penerimaan

(Rp/ha) 29.250.000 45.000.000 25.650.000

39.000.000 Keuntungan 21.420.000 35.420.000 17.820.000 29.420.000

(10)

(Rp/ha)

R/C ratio 3,73 4,69 3,27 4,07

Hasil pelaksanaan kegiatan menunjukkan dengan adanya kegiatan perbenihan VUB Baroma dan Inpari Nutri Zinc dapat meningkatkan pendapatan petani, makin banyak hasil padi yang dijadikan benih makin tinggi pendapatan yang diperoleh petani.

Respon Petani dan Dinas Terkait

Respon dan tanggapan petani terhadap VUB Baroma dan Inpari Nutri Zinc sangat positif karena berdasarkan pengamatan petani mulai dari pertumbuhan dilapangan sampai hasil yang diperoleh VUB Inpari 13 lebih baik dibanding varietas lainnya yang ditanam petani. Selain itu VUB Baroma dan Inpari Nutri Zinc rasa nasinya pulen sesuai dengan selera petani di Desa Rawa Medang, dan tahan terhadap penyakit Blast.

Pelaksanaan kegiatan usaha perbenihan mendapat respon yang positif dari petani dan instansi terkait. Dalam aspek kelembagaan dan pemasaran, penangkaran desa Pudak bekerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Tanjung Jabung Barat, memasarkan dan menyebarkan hasil perbenihan Baroma dan Inpari Nutri Zinc ke petani untuk kegiatan penanaman padi pada musim berikutnya. Adanya usaha perbenihan VUB Baroma dan Inpari Nutri Zinc, petani di Dea Rawa Medang tidak mengalami kesulitan karena benih bermutu/berlabel sudah tersedia di lokasi, dan sudah dapat memenuhi kebutuhan benih hampir seluruh areal persawahan di Kecamatan Batang Asam Tanjung Jabung Barat.

KESIMPULAN

1. Usaha perbenihan varietas unggul baru (VUB) padi Baroma memperoleh keuntungan Rp. 35.420.000/ha dengan R/C ratio 4,69, VUB Inpari Nutri Zinc memperoleh keuntungan Rp. 29420000/ha dengan R/C ratio 4,07.

2. Usaha tani perbenihan VUB padi Baroma dan Inpari Nutri Zinc memberikan keuntungan lebih tinggi dari pada usaha tani konsumsi dengan selisih keuntungan Baroma dan Inpari Nutri Zinc masing-masing sebesar Rp.

11.600.000/ha.

3. Petani di Desa Rawa Medang pada saat ini tidak mengalami kesulitan benih padi, karena benih VUB sudah tersedia di lokasi. Dari hasil usaha perbenihan VUB Baroma dan Inpari Nutri Zinc seluas 4 ha sudah dapat memenuhi kebutuhan 90 % dari areal persawahan di Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, K, 2007. Identifikasi dan Evaluasi Potensi Lahan Untuk Mendukung Prima Tani di Desa Sri Agung, Kecamatan Tungkal Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Departemen Pertanian.

Badan Litbang Pertanian. 2007. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Padi.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

BBP2TP. 2011. Petunjuk Pelaksanaan Unit Pengelola Benih Sumber Tanaman.

Lingkup Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanan. Departemen Pertanian.

BBP2TP. 2013. Petunjuk Teknis Produksi Benih Padi. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Kementerian Pertanian

BPS. 2012. Jambi Dalam Angka 2012. Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi.

Dinas Pertanian Provinsi Jambi. 2008. Program Peningkatan Produksi Tanaman Pangan. Disampaikan pada acara Lokakarya Sosialisasi Varietas Unggul Kedelai. Jambi, tanggal 2-3 Desember 2008.

Endrizal, dkk., 2003. Hasil Studi Participatory Rural Apraisal pada Lahan Sawah Irigasi di Provinsi Jambi. Laporan hasil kegiatan BPTP Jambi kerjasama dengan Dinas Pertanian Provinsi Jambi. Tidak di publikasikan.

Nugraha, U.S. 2003. Perkembangan industri dan kelembagaan perbenihan padi.

30p.

Suprihanto B, Aan A Dradjat, Satoto, Baehaki SE, Nyoman Widiarta, Agus Setyono, S. Dewi Indrasari, Lesmana, O, S., Hasil Sembiring. 2007. Deskripsi Varietas Unggul Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Suryana dan U.H Prajogo. 1997. Subsidi Benih dan Dampaknya Terhadap Peningkatan Produksi Pangan. Kebijaksanaan Pembangunan Pertanian.

Analisis Kebijaksanaan Antisipatif dan Responsif. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanian.

Swastika DKS. 2004. Beberapa teknik analisis dalam penelitian dan pengkajian teknologi pertanian. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Volume 7 Nomor 1 Puslitbang Sosial Ekonomi. Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengetahui data tingkat keasaman air hujan bulan April, Mei dan Juni 2009 hasil observasi di Stasiun Pemantau Atmosfer Global (SPAG) Bukit Kototabang, dan

Lokakarya dilakukan pada tanggal 3-5 Februari 2014 di Jakarta diikuti oleh 70 peserta yang berasal dari Petu- gas Puskesmas, Dinkes dan staf KPA.. Narasumber berasal dari

Kekurangan yang diperoleh selama pembelajaran yaitu masih terdapat siswa yang tidak mau berkelompok secara heterogen karena dalam keseharian apabila berkelompok harus

REKONSILIASI RUMAH TANGGA PES YANG DITEMUKAN/ GANTI KRT/ PINDAH DALAM BLOK SENSUS/BERGABUNG DENGAN RUMAH TANGGA LAIN, TETAPI PADA SAAT ST2013 PINDAH KELUAR BLOK SENSUS/TIDAK

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa pasien dengan jenis kelamin perempuan merupakan angka kejadian paling banyak, yaitu 402 pasien atau setara dengan 82,54%, sedangkan

Untuk mendukung serta meningkatkan penelitian-penelitian terdahulu, maka penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian untuk membangun aplikasi produktivitas pada

Setelah melewati beberapa tahap dan melakukan implementasi, pengujian, dan melakukan analisis terhadap penelitian user experience model aplikasi pengenalan

Kemudian dikarenakan penelitian ini hanya sebatas pada penelitian seputar user interface aplikasi website dan hanya dilakukan pada dua kali yaitu evaluasi desain