• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Iklim Sekolah dengan Motivasi Belajar Ekstrinsik Siswa di Sekolah Filial Man Simalungun pada Masa Pandemi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Hubungan Iklim Sekolah dengan Motivasi Belajar Ekstrinsik Siswa di Sekolah Filial Man Simalungun pada Masa Pandemi"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN IKLIM SEKOLAH DENGAN MOTIVASI BELAJAR EKSTRINSIK SISWA DI SEKOLAH FILIAL MAN SIMALUNGUN PADA MASA PANDEMI

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

OLEH:

SHAWALIAH CATUR WARDHANI 161301142

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2022

(2)
(3)
(4)

i Hubungan Iklim Sekolah dengan Motivasi Belajar Ekstrinsik Siswa Sekolah Filial

Man Simalungun Pada Masa Pandemi Shawaliah Catur Wardhani dan Tarmidi Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Permasalahan yang menjadi penting di dunia pendidikan di Indonesia adalah penurunan motivasi belajar siswa dimasa pandemi. Tinggi rendahnya motivasi belajar ekstrinsik siswa dipengaruhi oleh lingkungan sekolah yang termasuk kedalam aspek iklim sekolah.

Iklim sekolah yang positif berkontribusi pada motivasi ekstrinsik dan pencapaian siswa secara langsung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan iklim sekolah dengan motivasi belajar siswa sekolah filial MAN Simalungun. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa sekolah filial MAN Simalungun dan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling dengan subjek sebanyak 171 orang. Alat ukur yang digunakan adalah skala iklim sekolah yang disusun berdasarkan 4 dimensi iklim sekolah oleh Thapa, (2012) dengan nilai reliabilitas alat ukur 0.818 dan skala motivasi belajar ekstrinsik yang disusun berdasarkan self determination theory oleh Deci dan Ryan (1986) dengan nilai reliabilitas alat ukur 0.873. Data dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis regresi sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara iklim sekolah dengan motivasi belajar ekstrinsik siswa sekolah filial MAN Simalungun pada masa pandemi.

Kata kunci: iklim sekolah, motivasi belajar eksternal, siswa sekolah filial, masa pandemi.

(5)

ii The relationship of school climate with extrinsic learning motivation of filial man

simalungun school students during pandemic Shawaliah Catur Wardhani dan Tarmidi Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

The problem that becomes important in the world of education in Indonesia is the decline in student learning motivation during the pandemic. The level of extrinsic learning motivation is influenced by the school environment which includes the natural aspects of the school climate. A positive school climate contributes to student extrinsic motivation and motivation directly. This study aims to determine the relationship between school climate and student motivation at MAN Simalungun. This study uses a quantitative approach with a correlational method. The population in this study were all filial school students at MAN Simalungun and the sampling technique used was simple random sampling with 171 subjects. The measuring instrument used is the school climate scale which is based on 4 dimensions of the school climate by Thapa, (2012) with the reliability value of the measuring instrument 0.818 and the extrinsic learning motivation scale which is based on self-determination theory by Deci and Ryan (1986) with the reliability value of the measuring instrument 0.873. Data were analyzed statistically using simple regression analysis. The results of this study indicate that Ha is accepted and Ho is rejected so that it can be said that there is a positive relationship between school climate and extrinsic learning motivation of filial school students at MAN Simalungun during the pandemic.

Keyword: school climate, extrinsic learning motivation, student of filial school, pandemic period

(6)

iii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala berkat dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Iklim Sekolah (School Climate) dengan Motivasi Belajar Ekstrinsik Siswa Di Sekolah Filial MAN Simalungun Pada Masa Pandemi”.

Pembuatan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberi dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada peneliti. Pada kesempatan ini peneliti ingin memberikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang peneliti cintai yaitu Ibunda Sri Giantini dan Bapak Abdul Rony yang selalu ada bagi peneliti. Terima kasih buat Ibu dan Bapak atas segala dukungan dan semangat yang telah diberikan untuk peneliti. Peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang terlibat yang telah banyak membantu selama peneliti melakukan proses pengerjaan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Zulkarnain, Ph.D, Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi USU

2. Dr. Tarmidi S.Psi, M.Psi, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia dan dengan sabar membimbing peneliti dan memberikan arahan serta motivasi kepada peneliti selama proses pengerjaan skripsi.

(7)

iv 3. Fasti Rola S.Psi, M.Psi dan Dian Ulfasari Pasaribu S.Psi, M.Psi selaku

dosen penguji yang juga telah membimbing dan mengarahkan peneliti selama proses perevisian skripsi.

4. Bapak Ferry Novliadi, M.Si selaku dosen pembimbing akademik

5. Seluruh Bapak/Ibu dosen Departemen Psikologi Pendidikan yang telah memberikan nasehat dan dukungan dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Psikologi USU yang dengan sepenuh hati membagikan ilmu selama peneliti menjalani perkuliahan di fakultas ini.

7. Mbak, Mas, dan Adik tersayang yaitu Mbak Nike, Mbak wiwik, Mas Rion, dan Adik Iwa yang selalu memberikan semangat, mendukung dan membantu peneliti memberikan saran dan ilmu saat kesulitan dalam pengerjaan skripsi

8. Kak Asmah Safitri selaku orang yang membantu peneliti dalam melakukan penelitian dan pengambilan data di sekolah filial MAN Simalungun serta guru-guru yang telah membantu peneliti menyebarkan kuesioner kepada para siswa.

9. Seluruh subjek penelitian yaitu seluruh siswa kelas X, XI, dan XII sekolah filial MAN Simalungun yang telah bersedia mengisi skala penelitian yang dibuat oleh peneliti.

10. Mamak dan Bapak Cici serta Kakak-Kakak Cici yang telah membantu peneliti memberikan tumpangan hidup selama menyusun skripsi ini.

11. Teman peneliti tersayang yaitu Cici Fadhillah yang bersedia selalu bersama dalam menjalankan perkuliahan, saling membantu,

(8)

v mendukung, berkeluh kesah selama masa perkuliahan hingga akhirnya selesai menyusun skripsi ini.

12. Teman-teman seperjuangan dalam menyelesaikan studi dan penyusunan skripsi yaitu Cici, Yuni, dan Fitri. Yang selalu memberikan dukungan semangat dan doa serta selalu bersedia mendengarkan keluh kesah peneliti selama pengerjaan skripsi, serta saling memberikan semangat satu sama lain.

13. Teman-teman organisasi KOMPAS-USU yang selalu mendukung dan membantu peneliti selama menjalankan masa perkuliahan.

14. Semua pihak-pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu, yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan semangat dan bantuannya kepada peneliti.

Peneliti menyadari bahwa masih jauh dari sempurna dan terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti sangat berharap atas kritik dan saran yang membangun dan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.

Medan, Agustus 2022

Shawaliah Catur Wardhani

(9)

vi DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II ... 11

TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Iklim Sekolah ... 11

1. Pengertian Iklim Sekolah ... 11

2. Faktor iklim sekolah ... 13

3. Kategorisasi iklim sekolah ... 16

B. Motivasi Belajar ... 18

1. Motivasi Belajar Ekstrinsik ... 19

C. Sekolah Filial MAN Simalungun ... 20

D. Pembelajaran di Masa Pandemi ... 22

E. Dinamina Antar Variabel ... 24

F. Hipotesa Penelitian... 26

BAB III ... 27

METODE PENELITIAN ... 27

A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 27

B. Definisi Operasional... 27

1. Iklim sekolah ... 27

(10)

vii

2. Motivasi belajar Ekstrinsik ... 28

C. Populasi dan Pengambilan Sampel ... 28

D. Instrument Pengumpulan Data ... 29

1. Skala Iklim Sekolah ... 30

2. Skala Motivasi Belajar Ekstrinsik ... 30

E. Uji Coba Alat Ukur ... 31

1. Validitas Alat Ukur ... 31

2. Reliabilitas alat ukur ... 31

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 31

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 34

H. Metode Analisis Data ... 35

BAB IV ... 37

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 37

1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkatan Kelas ... 37

2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... 38

3. Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin ... 38

B. Hasil Uji Asumsi Penelitian ... 39

1. Uji Normalitas ... 39

2. Uji Linearitas Hubungan ... 39

C. Hasil Utama Penelitian ... 40

D. Hasil Analisa Tambahan ... 43

1. Kategorisasi skor iklim sekolah ... 43

2. Kategorisasi Skor Motivasi Belajar Ekstrinsik... 47

E. PEMBAHASAN ... 51

BAB V ... 54

KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 57 LAMPIRAN ...

(11)

viii DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Rumus Slovin ... 35

(12)

ix DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blueprint Skala Iklim Sekolah Setelah Uji Coba ... 38 Tabel 3.2 Blueprint Skala Motivasi Belajar Ekstrinsik Setelah Uji Coba ... 39

Tabel 4.1 Penyebaran Subjek Berdasarkan Tingkatan Kelas ... 43

Table 4.2 Penyebaran subjek berdasarkan usia ... 44

Tabel 4.3 Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 44

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Sebaran ... 45

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Linearitas ... 46

Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis: Hubungan Iklim sekolah dengan Motivasi Belajar Ekstrinsik ... 47

Tabel 4.7 Model Parameters ... 48

Tabel 4.8 Gambaran Skor Empirik dan Hipotetik Variabel Iklim Sekolah ... 49

Tabel 4.9 Kategorisasi Dua Jenjang ... 50

Tabel 4.10 Kategorisasi Iklim Sekolah di Sekolah Filial MAN Simalungun ... 50

Tabel 4.11 Kategorisasi Iklim Sekolah Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50

Tabel 4.12 Kategorisasi Iklim Sekolah Berdasarkan Tingkatan Kelas ... 51

Tabel 4.13 Kategorisasi Iklim Sekolah Berdasarkan Usia ... 52

Tabel 4.14 Kategorisasi Tiga Jenjang ... 53

Tabel 4.15 Gambaran skor empirik dan hipotetik motivasi belajar Ekstrinsik ... 53

Tabel 4.16 Kategorisasi Motivasi Belajar Ekstrinsik ... 54

Tabel 4.17 Kategorisasi Motivasi Belajar Ekstrinsik Berdasarkan Jenis Kelamin .... 54

Tabel 4.18 Kategorisasi Motivasi Belajar Ekstrinsik Berdasarkan Tingkatan Kelas ... 55

Tabel 4.19 Kategorisasi Motivasi Belajar Ekstrinsik Berdasarkan Usia ... 56

(13)

x DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Uji Daya Beda Aitem dan Reliabilitas

Lampiran II. Uji Normalitas, Linearitas, Korelasi, dan Hipotesis Lampiran III. Kategorisasi Variabel Penelitian

Lampiran IV. Alat Ukur Penelitian Lampiran V. Data Mentah Penelitian

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pandemi Coronavirus Disease (covid-19) yang terjadi akhir tahun 2019 telah ditetapkan oleh WHO sebagai pandemi pada maret 2020. Akibat dari pandemi covid-19 ini, menyebabkan diterapkannya berbagai kebijakan untuk memutus mata rantai penyebaran virus covid-19 di Indonesia. Bulan maret 2020, kementerian pendidikan Indonesia mengambil kebijakan dalam melakukan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan prosedur pembelajaran jarak jauh (PJJ). Pelaksanaan pembelajaran jarak jauh memiliki beberapa kendala seperti guru yang kesulitan untuk mengelola pembelajaran jarak jauh serta kurikulum yang masih dalam perbaikan. Disisi lain banyak orang tua yang tidak mampu mendampingi anaknya dengan optimal untuk belajar di rumah disebabkan pekerjaan maupun kemampuan mendampingi anak saat belajar serta keterbatasan siswa atau orang tua dalam penggunaan teknologi (Kemendikbud, 2020).

Kemendikbud mengevaluasi adanya dampak negatif yang berkepanjangan selama dilakukannya pembelajaran jarak jauh. Peningkatan siswa putus sekolah, capaian belajar yang menurun, kekerasan pada anak serta risiko eksternal lainnya seperti pernikahan dini, eksploitasi anak, dan kehamilan pada remaja adalah bentuk dari dampak negatif berkepanjangan tersebut. Adanya kebutuhan pembelajaran tatap muka yang didapat dari hasil evaluasi pemerintah untuk mengatasi permasalahan ataupun kendala yang dialami siswa dalam melakukan

(15)

2 pembelajaran jarak jauh. Hasil evaluasi ini dituangkan pada keputusan bersama yang dikeluarkan oleh kemendikbud dan kementerian lainnya tentang penyelenggaraan pembelajaran pada masa pandemi covid-19 (kemendikbud, 2021).

Masalah yang juga menjadi penting di dunia pendidikan di Indonesia adalah penurunan motivasi belajar siswa di masa pandemi. Hasil survei yang dilakukan oleh UNICEF melalui kanal U-Report yaitu sekitar 66% siswa merasa tidak nyaman belajar dari rumah (Unicef, 2020). Disdik Kota Bandung melakukan survei tentang PJJ dan menemukan 89,6% siswa merasa bosan melakukan pembelajaran dari rumah (Al-Faritsi, 2020). Penelitian yang dilakukan oleh Cahyani dkk (2020) menunjukkan bahwa dari 344 siswa 52,6% diantaranya mengaku semangat belajarnya menurun selama pembelajaran daring. Berdasarkan data jumlah siswa putus sekolah pada tahun ajaran 2020/2021, Provinsi Sumatera menduduki peringkat kedua terbanyak dari 34 provinsi yaitu sebanyak 467 siswa (kemendikbud, 2021).

Permasalahan-permasalahan ini juga terjadi di salah satu sekolah yaitu Sekolah Filial Madrasah Alawiyah Negeri (MAN) Simalungun. Sekolah ini menjadi salah satu sekolah dari enam persen sekolah di Indonesia yang melakukan pembelajaran tatap muka yang dilakukan mulai bulan Juli tahun 2020 lalu.

Sekolah Filial MAN Simalungun merupakan sekolah kelas jauh yang berada di Ujung Padang. Saat awal pandemi, sekolah ini melakukan kegiatan belajar mengajar secara daring seperti yang dijelaskan pada surat edaran Kemendikbud

(16)

3 mulai bulan Maret hingga Juni. Namun, siswa dan guru di sekolah tidak bisa beradaptasi dengan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara daring.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan salah satu guru di Sekolah Filial MAN Simalungun mengatakan bahwa sesuai zona wilayah sekolah ini termasuk dalam zona hijau sehingga pembelajaran dapat dilakukan secara tatap muka. Pembelajaran tatap muka yang telah dilakukan dari sekolah ini mulai dari bulan Juli 2020 hingga saat ini namun terus berubah-ubah karena peraturan pemerintah (Hasil wawancara, minggu 5 September 2021).

Dari hasil wawancara personal terhadap salah satu guru di Sekolah Filial MAN Simalungun, diketahui bahwa terjadi peningkatan angka putus sekolah (drop out) di Sekolah Filial MAN Simalungun yaitu sebanyak 15 siswa selama masa pandemi. Hal ini dikarenakan alasan mendasar yaitu karena telah menikah dan bekerja (Hasil wawancara, minggu 5 September 2021). Hal tersebut didukung oleh temuan Vallerand dan Bissonnette (1992) yang mengatakan banyaknya siswa yang dikeluarkan oleh sekolahnya serta mengalami kegagalan dalam belajar dikarenakan kurangnya kemampuan siswa dalam mengatasi permasalahan akademik yang juga disebabkan oleh tidak adanya atau kurangnya motivasi siswa.

The Institute for Educational Sciences memasukkan iklim sekolah sebagai strategi yang baik untuk pencegahan putus sekolah (Dynarski, Clarke, Cobb, Finn, Rumberger, & Smink, 2008).

Hasil wawancara dengan salah satu guru di sekolah filial MAN Simalungun juga didapat bahwa motivasi belajar siswa termasuk buruk, seperti tidak hadir dalam proses pembelajaran dan tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan

(17)

4 oleh guru, hal ini juga dilakukan oleh kebanyakan siswa bukan hanya satu atau dua orang siswa. Hasil wawancara ini didukung oleh hasil wawancara dengan seorang siswa sekolah tersebut yang mengatakan selama pandemi tidak semangat belajar, apalagi kalau sudah lama online lalu tiba-tiba masuk sekolah. Selain itu siswa pergi ke sekolah hanya karena untuk menghindari kemarahan orang tua (Hasil wawancara, Senin, 10 Januari 2022). Selain itu didapat hasil observasi peneliti di sekolah tersebut, yaitu saat pembelajaran dimulai dan guru sudah masuk ke kelas, banyak siswa terkhususnya laki-laki masih berada di luar kelas dengan melakukan aktivitas lain. Peneliti juga menemukan beberapa siswa tidak berada di dalam area sekolah melainkan berada di jalanan untuk balap liar (Hasil Observasi, senin 10 Januari 2022). Penelitian secara konsisten menemukan bahwa siswa yang termotivasi secara akademis cenderung menganggap sekolah dan pembelajaran sebagai sesuatu yang berharga, suka belajar, dan menikmati kegiatan yang berhubungan dengan pembelajaran (Eccles & Wigfield, 2002).

Dalam penelitian Ratiy (2022) menemukan bahwa motivasi ekstrinsik siswa SMA Negeri 1 Gowa di dominasi pada kategori sedang yaitu dari 25 siswa terdapat 17 siswa (68%) yang kategori ekstrinsiknya berada pada kategori sedang.

Penelitian yang dilakukan oleh Nismayanti (2017) terhadap siswa SMA Negeri 6 Kendari juga menemukan bahwa motivasi yang bersumber dari luar (motivasi ekstrinsik) berada pada kategori sangat tinggi yaitu 82,66%. Faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik meliputi keadaan ekonomi keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat (Nurul, 2016). Hoy dkk (1997) mengatakan bahwa efektivitas sekolah secara keseluruhan dipengaruhi oleh iklim

(18)

5 sekolah yang sangat positif dan menguntungkan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Silalahi (2008) menyatakan bahwa iklim sekolah berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar ekstrinsik. Thapa (2012) juga mengatakan bahwa iklim sekolah yang positif memiliki pengaruh kuat terhadap motivasi belajar ekstrinsik. Oleh karena itu, iklim sekolah yang sehat penting untuk pembelajaran dan motivasi ekstrinsik siswa (Wang & Dagol, 2015).

Salah satu temuan kemendikbud selama evaluasi pembelajaran jarak jauh yaitu hubungan batin antara anak didik dengan guru menjadi dingin karena mereka tidak pernah saling sapa dan bertatap muka selama pembelajaran daring (kemendikbud, 2021). Hasil observasi peneliti di sekolah filial MAN Simalungun juga didapat bahwa hanya sedikit guru yang terlihat akrab dengan para siswa.

salah satu kondisinya yaitu ketika guru sudah masuk ruang kelas dan mulai mengajar, guru hanya diam saja saat para siswa masih bermain di luar kelas, bahkan tidak ada teguran dan ajakan untuk mengajak masuk. (Hasil Observasi, senin 10 Januari 2022). Hasil wawancara dengan salah seorang siswa juga didapat bahwa mereka malas untuk belajar dan ke sekolah hanya ingin bertemu teman serta bermain, selain itu untuk menghindari kemarahan orang tua (Hasil Wawancara, senin 10 Januari 2022). Wang dan Holcombe (2010) mencatat bahwa hubungan positif siswa dengan guru dan teman sebaya cenderung mendukung kebutuhan siswa akan motivasi belajar ekstrinsik. Nur’aeni (2015) dalam penelitiannya menemukan bahwa ketika siswa memaknakan orang-orang terdekatnya tidak dapat membuat siswa nyaman, memperhatikan, memberi penghargaan, dan berbagai bantuan lainnya, maka siswa akan merasa tidak

(19)

6 diperhatikan, kurang percaya diri, mudah cemas, sehingga berpengaruh pada motivasi belajar ekstrinsik siswa dan siswa tidak dapat mencapai tujuannya yaitu berprestasi dengan menampilkan perilaku belajar.

Permasalahan lain ditemukan pada sekolah ini terkait infrastruktur atau fasilitas yang ada pada sekolah tersebut. Thapa (2012) menyebutkan bahwa iklim sekolah dipengaruhi oleh aspek lingkungan institusional. Hasil observasi peneliti di sekolah filial MAN Simalungun yaitu peneliti menemukan fasilitas sekolah yang kurang memadai. Fasilitas tersebut dilihat dari kondisi kelas yang banyak sampah dan tidak terawat. Mushola yang setengah jadi, tidak ada fasilitas olahraga, serta tidak ada ruang labor (Hasil Observasi, senin 10 Januari 2022). Hal ini sejalan dengan hasil wawancara personal terhadap salah satu guru di Sekolah Filial MAN Simalungun juga mengatakan bahwa sekolah tersebut walaupun sudah berstatus sekolah negeri tetapi masih tetap sama seperti sebelumnya terutama dari segi fasilitas. Hal ini dikarenakan dana bantuan operasional sekolah (BOS) yang seharusnya disalurkan ke sekolah filial digunakan untuk pembangunan sekolah utama dan selama masa pandemi kepala sekolah malah memungut biaya penerimaan peserta didik baru sebesar 540 ribu, padahal disekolah lain mendapatkan keringanan akan biaya sekolah (Hasil Wawancara, 5 September 2021). Uline & Tschannen-Moran (2008) menemukan bahwa kualitas fasilitas sekolah mempengaruhi motivasi ekstrinsik dan prestasi siswa, serta mediator dari hubungan ini adalah iklim sekolah. Syah (2005) juga mengatakan bahwa motivasi belajar eksternal dipengaruhi oleh keadaan gedung sekolah, letak sekolah, alat-alat belajar, kondisi ekonomi orang tua dan lain-lain.

(20)

7 Peneliti menyimpulkan hasil wawancara dan observasi di sekolah filial MAN Simalungun bahwa pademi memang tidak berpengaruh banyak terhadap perubahan iklim sekolah dan penurunan motivasi belajar ekstrinsik siswa. Iklim sekolah dan motivasi belajar yang ada di sekolah ini sudah kurang baik sebelum terjadinya pandemi covid-19. Perubahan yang terlihat saat pandemi di sekolah tersebut yaitu hubungan antara guru dan murid, hal ini dikarenakan beberapa bulan tidak adanya pembelajaran tatap muka dan berkurangnya waktu belajar di sekolah serta peraturan oleh Kemendikbud yang terus berubah-ubah. Selain itu motivasi belajar siswa di sekolah mengalami penurunan yang dapat dilihat dari peningkatan angka putus sekolah di sekolah tersebut.

Latar belakang diatas juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Noeei dkk (2020) dengan sebuah penelitian yang berjudul Hubungan Iklim Sekolah dengan Motivasi Belajar Ekstrinsik Pada Siswa SMA menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara dimensi dukungan guru, dukungan teman sebaya dan otonomi dengan motivasi kemajuan siswa, tetapi tidak ada hubungan yang signifikan antara dimensi lain seperti stabilitas aturan.

Rohmah, Alfin, dan Dadan (2009) dalam penelitiannya bertujuan untuk melihat hubungan antara persepsi siswa terhadap iklim sekolah dengan motivasi belajar pada siswa Madrasah Tsanawiyah Sarongge Sumedang. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan sebesar 0,535 antara persepsi siswa terhadap lingkungan sekolah dengan motivasi belajar. Selain itu, kita juga dapat menemukan hubungan positif antara aspek penekanan akademik dan harapan keberhasilan dengan motivasi belajar.

(21)

8 Penelitian ini berusaha untuk menjelaskan bagaimana iklim sekolah berhubungan dengan motivasi belajar ekstrinsik siswa di masa pandemi dan ini adalah saat yang tepat untuk melakukan penelitian ini. Untuk mendapatkan analisis penelitian yang berbeda, peneliti menguji hubungan antara iklim sekolah terhadap motivasi belajar ekstrinsik dari perspektif self-determination theory (SDT). Hasil penelitian ini dimaksudkan untuk membantu menjelaskan prediktor yang menonjol dari motivasi siswa dan iklim sekolah untuk memfasilitasi bidang- bidang yang mungkin menjanjikan untuk penelitian dan intervensi di masa depan.

Maka dari itu, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan iklim sekolah terhadap motivasi belajar ekstrinsik siswa Sekolah Filial MAN Simalungun pada masa pandemi.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yaitu apakah ada hubungan iklim sekolah terhadap motivasi belajar ekstrinsik pada siswa di Sekolah Filial MAN Simalungun pada masa pandemi?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan iklim sekolah terhadap motivasi belajar ekstrinsik pada siswa di Sekolah Filial MAN Simalungun pada masa pandemi.

(22)

9 D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai hubungan iklim sekolah dengan motivasi belajar ekstrinsik siswa dengan kondisi iklim sekolah yang terjadi pada saat pandemi.

Selain itu juga diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang psikologi pendidikan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan pihak sekolah ataupun pihak lain agar nantinya dapat menerapkan atau memperbaiki metode yang berkaitan dengan iklim sekolah. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai dasar penelitian lanjutan terkait iklim sekolah dan motivasi belajar ekstrinsik.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan teori

(23)

10 Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian. Memuat landasan teori tentang iklim sekolah dan motivasi belajar ekstrinsik. Bab ini juga mengemukakan hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang menjelaskan mengenai hubungan iklim sekolah dengan motivasi belajar ekstrinsik siswa.

Bab III Metodologi penelitian

Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yang meliputi identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan metode pengambilan sampel, instrumen/alat ukur yang digunakan, prosedur penelitian, dan metode analisis data.

Bab IV Analisa Data dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan tentang pendeskripsian data responden, analisa dan interpretasi data yang diperoleh dari hasil skala penelitian yang diberikan kepada subjek penelitian, dan pembahasan hasil analisa data sesuai dengan teori yang berhubungan dengan penelitian

Bab V Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang dilakukan serta saran-saran yang dianjurkan untuk dapat diinterpretasikan sesuai dengan hasil penelitian ini.

(24)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Iklim Sekolah

1. Pengertian Iklim Sekolah

Iklim sekolah adalah suatu karakteristik internal yang ada pada sekolah yang membedakan dengan sekolah yang lain serta dapat memberikan pengaruh terhadap perilaku anggotanya. Istilah lainnya, iklim sekolah yaitu suatu keadaan dari lingkungan sekolah yang dialami oleh anggotanya dan relatif stabil, mempengaruhi tingkah laku anggotanya, serta didasarkan oleh pemikiran mereka tentang perilaku di sekolah (Hoy & Miskel, 2013).

Iklim sekolah menjadi topik banyak peneliti karena kepentingan relatifnya dalam keberhasilan belajar siswa (Taguiri, 1968). Sejumlah instrumen telah dikembangkan secara sistematis untuk mengkaji iklim sekolah. Konseptualisasi dan pengukuran iklim sekolah yang paling terkenal dalam administrasi pendidikan adalah karya perintis Halpin dan Croft (1963). Halpin dan Croft (1963) memberikan gagasan bahwa sekolah seperti orang memiliki "kepribadian" mereka sendiri. Mereka menyatakan bahwa iklim itu nyata dan dapat dialami oleh semua interaksi warga sekolah. Tagiuri (1968) menggambarkan lingkungan sekolah sebagai karakteristik dari keseluruhan lingkungan. Lebih lanjut, dalam pandangan Tagiuri, iklim sekolah merupakan bentukan unsur-unsur ecology, milieu, social system, dan culture.

(25)

12 Pada awalnya studi iklim sekolah cenderung berfokus pada karakteristik yang dapat diamati, seperti lingkungan fisik dan kondisi sekolah (Anderson, 1982). Anderson (1982) mengadopsi keempat variabel dan menyederhanakannya berdasar pada pandangan Tagiuri (1968). Pandangan Anderson (1982) mengartikan ecology sebagai ciri fisik sekolah, milieu terkait dengan fitur moral guru dan latar belakang siswa, social system berhubungan dengan keuangan, ekonomi, dan culture terkait ikatan staf dan guru, dan terkait dengan partisipasi guru, kerja tim, dan target sekolah. Hoy (1990) mengadopsi ide dari Miles (1965) yang memperkenalkan konsep organisasi yang sehat dalam konteks sekolah.

Menurut Hoy dkk (2012), iklim sekolah yang sehat memiliki hubungan antar anggota yang positif.

Freiberg (1999) mengartikan kehidupan sebuah sekolah sebagai jantung dan jiwa sebuah sekolah yang dapat dilihat dari iklim sekolah tersebut. Iklim sekolah adalah tentang kualitas sekolah yang membantu seseorang menemukan harga diri, martabat, kepentingan pribadi serta membantu membangun rasa memiliki akan sesuatu di luar diri seseorang.

Cohen dkk (2009) lebih menyukai gagasan karakter dan kualitas kehidupan sekolah, yang didapat dari pola persepsi anggota sekolah tentang kehidupan sekolah, yang mencerminkan norma, tujuan, nilai, hubungan interpersonal, proses belajar-mengajar, serta struktur sekolah. Definisi tersebut relatif umum di kalangan peneliti. Cohen (2009) membagi dimensi iklim sekolah menjadi empat yaitu safety, teaching and learning, relationship, environmental-structural.

(26)

13 Thapa dkk (2012) juga mengatakan bahwa iklim sekolah adalah pengalaman seluruh anggota sekolah mulai dari siswa, guru, ataupun orang tua yang berada di lingkungan sekolah yang direfleksikan secara sosial, emosional, etis, dan akademis. Thapa dkk (2012) meninjau model iklim sekolah sebelumnya dan menambahkan faktor kelima sebagai tambahan model iklim sekolah yang dikemukakan oleh Cohen dkk (2009). Thapa dkk (2012) menambahkan school improvement process factor sebagai faktor kelima.

2. Faktor iklim sekolah

Faktor iklim sekolah terkini dikemukakan oleh Wang dan Degol (2015).

Mereka melakukan tinjauan analitis pada penelitian iklim sekolah. Mereka juga menyarankan empat faktor yang identik dan sebanding dengan faktor iklim sekolah dengan semua penulis yang disebutkan sebelumnya. Faktor tersebut yaitu school safety, community, academic, dan environmental.

Berdasarkan beberapa faktor iklim sekolah yang telah dijelaskan hampir semuanya memiliki kesamaan. Faktor relationship merupakan faktor yang paling konsisten muncul dari semua tokoh hanya istilah yang digunakan sedikit berbeda.

Faktor yang paling tidak ada hampir disemua tokoh adalah school improvement process. Peneliti menggunakan faktor iklim sekolah yang dikemukakan oleh Thapa dkk (2012) menjadi dasar penelitian ini karena memiliki fokus tinggi pada peran kebijakan pendidikan iklim sekolah dan studi terkait.

(27)

14 Adapun faktor iklim sekolah menurut Thapa dkk (2012), yaitu:

a. Safety

Kebutuhan dasar manusia terdiri dari perasaan aman secara sosial, intelektual, emosional, dan fisik. Perasaan aman pada siswa dapat meningkatkan capaian pembelajaran siswa serta pertumbuhan yang sehat pada siswa di sekolah.

Sekolah yang tanpa struktur, norma, serta pola hubungan yang mendukung akan membuat siswa sering mengalami kekerasan, melanggar peraturan, serta menjadi korban oleh temannya. Seringkali hal ini juga disertai dengan adanya peningkatan siswa yang tidak hadir di sekolah serta penurunan prestasi akademik siswa.

Dimensi ini menjelaskan tentang norma dan aturan yang menggambarkan keamanan di suatu sekolah. Peraturan sekolah serta persepsi anggota mengenai peraturan tersebut berguna untuk penanganan tingkah laku siswa. peraturan sekolah yang dilaksanakan dengan efektif atau pengelolaan sekolah dengan pendisiplinan yang baik akan menurunkan tingkat kenakalan dan kekerasan pada siswa (Thapa dkk, 2012).

b. Relationship

Hubungan di sekolah adalah pola interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran dan pengajaran. Hal yang berkontribusi penting terhadap iklim sekolah yaitu norma, nilai, tujuan serta interaksi dan hal ini juga yang akan membentuk suatu hubungan di sekolah. Hubungan ini dilihat dengan bagaimana setiap anggota sekolah saling terhubung, seperti hubungan dengan guru ataupun teman yang saling memahami dan menghargai. Hubungan ini juga tentang

(28)

15 bagaimana kita dapat memahami diri kita sendiri. Ketika siswa mempersepsikan hubungan interpersonal yang positif maka siswa tersebut juga cenderung ingin turut berpartisipasi dan berperilaku sesuai aturan.

Interaksi siswa dan guru akan memberikan pengaruh terhadap keterlibatan perilaku siswa serta emosional siswa di kelas. Perasaan aman, peduli, partisipatif dan responsif mampu meningkatkan keterikatan siswa terhadap sekolah yang lebih besar dan dapat memberikan fondasi yang optimal untuk sosial, emosional dan pembelajaran akademik bagi siswa sekolah menengah pertama maupun sekolah menengah atas (Skinner & Belmont, 1993).

c. Teaching and Learning

Salah satu aspek penting dalam iklim sekolah yaitu teaching and learning.

Teaching and learning merupakan aspek iklim sekolah yang sangat penting. Guru maupun kepala sekolah seharusnya dapat dengan jelas mendeskripsikan norma, nilai serta tujuan yang membangun lingkungan pembelajaran dan pengajaran.

Proses belajar mengajar yang suportif, partisipatif, saling menghormati, serta kompak merupakan gambaran iklim sekolah yang positif (Thapa dkk, 2012).

Manajemen kelas yang buruk dapat menyebabkan perilaku siswa yang mengganggu.

Teaching and Learning didapat dari pendidikan kewarganegaraan, pendidikan sosial, layanan belajar, kegiatan belajar di luar kelas, kesempatan siswa untuk berpartisipasi dan menghargai pendapat. Ketika guru memiliki keyakinan untuk mengajar, hal tersebut memberikan gambaran terhadap iklim

(29)

16 sekolah yang positif serta dapat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa (Thapa, 2012).

d. Institutional Environment

Institutional environment dikategorikan menjadi dua aspek yaitu school connectedness dan keadaan fisik sekolah atau lingkungan sekitar sekolah. School connectedness adalah keyakinan siswa bahwa orang lain yang ada di sekolah peduli terhadap dirinya mengenai pembelajaran serta apa yang ada pada dirinya sendiri. Aspek ini menjadi predictor dalam meningkatkan kesehatan remaja serta hasil akademik dan mencegah permasalahan siswa seperti mencegah perkelahian dan kekerasan. Bangunan sekolah yang kecil, struktur sekolah dan letak sekolah yang baik akan memberikan perasaan aman pada siswa. Perilaku, perasaan, serta keselamatan siswa juga dapat dipengaruhi oleh kegiatan di sekolah dan tindakan antara siswa dan guru. Kualitas dan fasilitas sekolah menjadi penting dalam mempengaruhi motivasi belajar siswa (Thapa dkk, 2012).

3. Kategorisasi iklim sekolah a. Iklim sekolah yang positif

Iklim sekolah yang positif terkait dengan rendahnya penyalahgunaan obat-obatan oleh siswa serta lebih sedikit laporan diri tentang gangguan psikologis di sekolah (LaRusso et al., 2008). Iklim sekolah yang positif juga dapat memprediksi kesejahteraan psikologis yang lebih baik saat awal masa

(30)

17 remaja (Ruus et al., 2007). Selain itu, serangkaian penelitian mengungkapkan bahwa iklim sekolah yang positif berkorelasi dengan penurunan ketidakhadiran siswa di sekolah menengah dan sekolah menengah atas dan tingkat skorsing siswa yang lebih rendah di sekolah menengah (Wu, Pink, Crain, & Moles, 1982).

Dalam tinjauan empiris yang dilakukan oleh Thapa dkk (2012) menekankan bahwa iklim sekolah yang positif: (a) memiliki pengaruh yang kuat terhadap motivasi belajar (Eccles dkk, 1993); (b) berkontribusi pada berkurangnya kekerasan di sekolah (Astor, Benbenisty, & Estrada, 2009), mengurangi bullying terhadap orientasi seksual seseorang (Kosciw &

Elizabeth, 2010), dan lebih sedikit pelecehan seksual (Attar-Schwartz, 2009).

b. Iklim sekolah yang negatif

Iklim sekolah yang negatif terkait dengan penurunan tingkat kelulusan dan prestasi dan motivasi belajar siswa yang buruk (Christenson & Thurlow, 2004). Terjadinya intimidasi (bullying), kekerasan, dan bahkan bunuh diri di sekolah (Fleming, Merry, Robinson, Denny, & Watson, 2007). Iklim sekolah yang negatif juga terkait dengan penurunan penyesuaian psikososial dan perilaku siswa seperti harga diri, gejala depresi, dan perilaku bermasalah (Way, Reddy, & Rhodes, 2007)

(31)

18 B. Motivasi Belajar

Self-determination theory (SDT; Deci dan Ryan, 2000) adalah teori tentang motivasi, emosi, dan perkembangan manusia yang memperhatikan faktor-faktor yang memfasilitasi atau mencegah proses penyesuaian (asimilasi) dan berorientasi pada pertumbuhan manusia. Self determination theory (SDT; Deci dan Ryan, 1985) menegaskan bahwa dorongan internal, serta sejauh mana lingkungan memenuhi kebutuhan individu untuk otonomi, kompetensi, dan keterikatan dengan dirinya adalah pendorong utama yang mendasari seseorang melakukan sesuatu. Menurut Irvine (2018), self-determination theory diklaim lebih dipengaruhi oleh harapan siswa dan keberhargaan tugas terhadap individu, serta oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik.

Teori humanistik menjadi dasar cara berpikir self-determination theory (SDT) dalam mendefinisikan. SDT memandang adanya kebutuhan seseorang yang ingin dipenuhi yang mengakibatkan motivasi berperan guna mendorong orang berperilaku dalam mencapai tujuannya. Maka dari itu, kebutuhan psikologis seseorang menjadi fokus SDT dalam terbentuknya motivasi yaitu kompetensi, keterikatan, dan otonomi (Kasser & Ryan, 1996). SDT tidak secara eksplisit berfokus pada bagaimana siswa mengerjakan tugas atau tujuan tertentu, tetapi lebih kepada sejauh mana lingkungan berhasil memenuhi kebutuhan siswa, kerangka SDT dapat diterapkan secara luas di seluruh konteks pengaturan dan tingkatan (misalnya, di tingkat kelas atau sekolah).

(32)

19 1. Motivasi Belajar Ekstrinsik

Ryan dan Deci (2000) mengatakan motivasi belajar ekstrinsik adalah dorongan dari luar diri individu dalam melakukan sesuatu. Individu yang melihat aktivitas sebagai sarana untuk mencapai tujuan, dan dengan demikian terlibat dalam aktivitas ini untuk tujuan memperoleh hasil tertentu yang terpisah (misalnya, hadiah, persetujuan, hasil di masa depan, dll.), dianggap termotivasi secara ekstrinsik (Ryan & Deci, 2000). Perilaku yang termotivasi secara ekstrinsik digambarkan dengan seseorang yang melakukan bukan karena tertarik namun dengan alasan adanya imbalan yang akan didapat atau karena adanya pengaruh dari luar individu (Ryan & Deci, 2000; Vallerand & Bissonnette, 1992).

Menurut Pintrich & Schunk (1996) motivasi ekstrinsik adalah motivasi untuk terlibat dalam suatu kegiatan sebagai sarana untuk mencapai tujuan.

Individu yang termotivasi secara ekstrinsik mengerjakan tugas karena mereka percaya bahwa partisipasi akan menghasilkan hasil yang diinginkan seperti hadiah, pujian guru, atau menghindari hukuman. Sedangkan menurut Sadirman (2014) motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya rangsangan dari luar. Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman (Santrock, 2007).

2. Tipe-tipe motivasi belajar ekstrinsik

Terdapat empat tipe motivasi ekstrinsik yang dibedakan berdasarkan unsur self-determinant yang berbeda pada diri seseorang yaitu external regulation,

(33)

20 introjected regulation, identified regulation, dan integrated regulation (Deci dkk, 1985).

Kontrol dari luar individu menjadi dasar terbentuknya external regulation seperti perilaku yang terjadi ketika adanya reward ataupun punishment serta memiliki kadar self-determinant yang paling lemah daripada motivasi ekstrinsik yang lain (Ryan & Deci, 2000). Introjected regulation didefinisikan sebagai perilaku yang dimotivasi karena tekanan dari dalam diri untuk menghindari perasaan bersalah, cemas, serta untuk mencapai ketenangan atau kebanggan diri (Ryan & Deci, 2000). Tekanan dari dalam diri tersebut merupakan nilai yang ada pada diri seseorang yang mengharuskannya untuk melakukan hal tersebut (Vallerand dkk, 1992). Identified regulation dideskripsikan sebagai perilaku yang dimotivasi karena adanya sesuatu yang penting terhadap dirinya seperti memiliki pengaruh pada masa depannya yang dianggap penting (Ryan & Deci, 2000).

Sedangkan integrated regulation dilandaskan oleh kemauan yang sesuai konsep diri yang dimiliki seseorang dalam melakukan sesuatu (Vallerand & Bissonnette, 1992).

C. Sekolah Filial MAN Simalungun

Sekolah filial MAN Simalungun merupakan sekolah kelas jauh dari MAN Simalungun yang berada di Kelurahan Ujung Pandang. Pada awalnya, sekolah ini merupakan sekolah swasta yang dinamakan MAS Persiapan Negeri 2 Simalungun dan diharapkan dapat menjadi sekolah negeri dengan nama MAN 2 Simalungun.

(34)

21 Namun, karena telah lama sekolah tidak merubah status menjadi sekolah negeri, para orang tua siswa menuntut untuk dikeluarkan ijazah negeri.

Kemudian pihak sekolah mengajukan ke Departemen Agama untuk menjadikan mengubah status sekolah swasta menjadi sekolah negeri. Pada tahun 2006, keputusan Departemen Agama yaitu menjadikan MAS Persiapan Negeri 2 Simalungun menjadi sekolah kelas jauh (filial) MAN Simalungun.

1. Visi

Adapun visi MAN Simalungun adalah “Terwujudnya Generasi Islam yang Beriman dan Bertaqwa kepada Allah SWT, Berkualitas, Progresif dan Berkompetensi dalam Bidang Pengetahuan dan Keterampilan”.

2. Misi

Adapun Misi MAN Simalungun yaitu :

a. Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi pada mutu lulusan yang berkualitas baik secara keilmuan, secara moral dan sosial.

b. Mengembalikan sumber daya insani yang unggul dibidang IPTEK dan IMTAQ melalui proses pembelajaran yang efektif dan efisien

c. Menumbuhkembangkan semangat keunggulan dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, agama dan budaya dan keterampilan bagi seluruh sivitas akademik

d. Meningkatkan kualitas pembelajaran akademik dan prestasi non akademik e. Meningkatkan pencapaian prestasi akademik dan non akademik

(35)

22 f. Menerapkan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan (PAIKEM)

g. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta pengetahuan siswa khususnya di bidang ilmu pengetahuan agar siswa mampu melanjutkan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi yang berkualitas

h. Mengoptimalkan penghayatan terhadap nilai-nilai agama untuk dijadikan sumber kearifan bertindak

i. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan sosial budaya dan alam sekitarnya yang dijiwai dengan nilai-nilai islam

j. Meningkatkan kualitas dan kesejahteraan SDM secara bertahap.

D. Pembelajaran di Masa Pandemi

Pembelajaran daring dilakukan di Indonesia seiring dengan dikeluarkannya Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19). Dalam surat edaran ini dibahas sistem pembelajaran diubah menjadi pembelajaran jarak jauh (kemendikbud, 2020).

Pada bulan juni 2020, dikeluarkan Surat Keputusan Bersama 4 menteri tentang panduan penyelenggaraan pembelajaran pada tahun ajaran 2020/2021 dan tahun akademik 2020/2021 di masa pandemi coronavirus disease 2019 (covid- 19). Pada surat keputusan ini menimbang adanya pembagian wilayah zona hijau, kuning, oranye, dan merah pada seluruh wilayah kabupaten/kota di Indonesia,

(36)

23 maka diputuskan bagi satuan pendidikan yang berada di zona hijau dapat melaksanakan pembelajaran tatap muka dengan izin pemerintah daerah melalui dinas pendidikan provinsi atau kabupaten/kota (Kemendikbud, 2020).

Selanjutnya, pada bulan agustus 2020, kemendikbud mengevaluasi adanya dampak negatif yang berkepanjangan selama dilakukannya pembelajaran tatap muka. Dampak negatif tersebut yaitu ancaman putus sekolah, penurunan capaian belajar, dan kekerasan pada anak dan risiko eksternal (pernikahan dini, eksploitasi anak, dan kehamilan remaja). Maka dari itu dilakukan penyesuaian kebijakan pembelajaran di masa pandemic covid-19. Pada penyesuaian ini, pemerintah mengimplementasikan dua kebijakan baru yaitu perluasan pembelajaran tatap muka untuk zona kuning dengan kurikulum darurat. Kurikulum darurat ini dimaksudkan sekolah diberikan fleksibilitas untuk memilih kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa (kemendikbud, 2020).

Pada bulan maret 2021, dikeluarkan kembali keputusan bersama 4 menteri dengan hasil putusan dapat dilakukannya pembelajaran tatap muka terbatas namun dengan tetap melakukan protokol kesehatan. Salah satu prosedur yang ditetapkan yaitu menjaga jarak 1,5 meter dan maksimal 18 orang peserta didik per kelas dan juga dilakukan pembagian rombongan belajar (shift) (kemendikbud, 2021)

Pembelajaran tatap muka yang dilakukan selama pandemic covid-19 harus dengan menerapkan protokol kesehatan dan membatasi ruang interaksi baik siswa maupun guru dengan melakukan kegiatan dengan siswa 50% dari jumlah keseluruhan siswa di kelas. Peraturan menteri terus berubah-ubah seiring dengan

(37)

24 perkembangan penyebaran covid-19. Hal ini mengakibatkan perubahan pada aspek-aspek penting di dalam pendidikan yang mengakibatkan dampak negatif seperti yang telah dijelaskan di atas.

E. Dinamika Antar Variabel

Tinggi rendahnya motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh lingkungan sekolah yang termasuk kedalam aspek iklim sekolah (Daryanto & Tarno, 2015).

Menurut Thapa dkk (2012) iklim sekolah adalah pengalaman seluruh anggota sekolah mulai dari siswa, guru, ataupun orang tua dalam kehidupan sekolah yang direfleksikan secara sosial, emosional, etis, dan akademis. Iklim sekolah memiliki dampak besar pada pengalaman individu (Comer, 1980). Iklim sekolah yang peduli, aman responsif, serta partisipatif menumbuhkan keterikatan yang lebih besar dengan sekolah (Blum, McNeely, & Rinehart, 2002).

Iklim sekolah yang positif dikaitkan dengan tingkat ketidakhadiran yang jauh lebih rendah (Purkey & Smith, 1983) dan merupakan prediksi tingkat suspensi siswa (Wu, Pink, Crain, & Moles, 1982). Iklim sekolah yang positif juga berkaitan dengan pengembangan keyakinan guru bahwa mereka dapat secara positif mempengaruhi motivasi belajar siswa (Hoy & Woolfolk, 1993). Selain itu, ada juga bukti bahwa pengaruh iklim sekolah yang positif tidak hanya berkontribusi pada motivasi dan pencapaian siswa secara langsung, tetapi pengaruhnya akan bertahan selama bertahun-tahun (Hoy, Hannum, & Tschannen- Moran, 1998).

(38)

25 The Institute for Educational Sciences memasukkan iklim sekolah sebagai strategi yang baik untuk pencegahan putus sekolah (Dynarski, Clarke, Cobb, Finn, Rumberger, & Smink, 2008). Wang dan Holcombe (2010) mencatat bahwa hubungan positif siswa dengan guru dan teman sebaya cenderung mendukung kebutuhan siswa akan motivasi belajar ekstrinsik. Hasil penelitian Young-Jones dkk (2015) menunjukkan bahwa siswa yang sebelumnya atau saat ini diintimidasi mempunyai tingkat motivasi belajar yang lebih rendah. Nur’aeni (2015) menemukan bahwa ketika siswa memaknakan orang-orang terdekatnya tidak dapat membuat siswa nyaman, memperhatikan, memberi penghargaan, dan berbagai bantuan lainnya, maka siswa akan merasa tidak diperhatikan, kurang percaya diri, mudah cemas, sehingga berpengaruh pada motivasi belajar ekstrinsik siswa dan siswa tidak dapat mencapai tujuannya yaitu berprestasi dengan menampilkan perilaku belajar. Persepsi siswa tentang lingkungan belajar yang positif dan hubungan interpersonal dengan guru adalah salah satu faktor terpenting yang mengarah pada motivasi ekstrinsik dan prestasi akademik siswa (Fan & Williams, 2018).

Astor, Guerra, & Acker (2010) menunjukkan bahwa siswa merasa tidak aman di area gedung sekolah yang tidak diawasi. Faktanya, ada banyak penelitian yang menjelaskan bagaimana variabel lingkungan dapat mempengaruhi perilaku dan perasaan aman siswa seperti jadwal kegiatan, interaksi siswa-guru, serta tata ruang kelas (Van Acker, Grant, & Henry, 1996). Uline & Tschannen-Moran (2008) juga menemukan bahwa kualitas fasilitas sekolah mempengaruhi motivasi ekstrinsik dan prestasi siswa dan mediator dari hubungan ini adalah iklim sekolah.

(39)

26 Sedangkan motivasi hal yang sangat penting karena berperan dalam pencapaian prestasi yang optimal (Vallerand dkk, 1992). Syah (2005) juga mengatakan bahwa motivasi belajar ekstrinsik dipengaruhi oleh keadaan gedung sekolah, letak sekolah,

F. Hipotesa Penelitian

Adapun hipotesa yang diajukan oleh peneliti yaitu Adanya hubungan positif iklim sekolah terhadap motivasi belajar ekstrinsik pada siswa di Sekolah Filial MAN Simalungun pada masa pandemi.

(40)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat korelasional.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara satu variabel dengan variabel lain. Pembahasan dalam penelitian ini meliputi rancangan penelitian, penentuan subjek penelitian, instrumen pengumpulan data, uji validitas, uji reliabilitas dan teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis.

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Dalam Penelitian ini, terdapat dua variabel, yaitu:

1. Variabel bebas : Iklim Sekolah

2. Variabel tergantung : Motivasi Belajar Ekstrinsik

B. Definisi Operasional 1. Iklim sekolah

Iklim sekolah adalah karakteristik khas yang membedakan suatu lingkungan sekolah dengan sekolah lainnya yang terbentuk dari norma, nilai, dan tujuan serta dapat dilihat dari perasaan aman, hubungan interpersonal, proses belajar mengajar, dan keadaan lingkungan fisik sekolah yang dapat dirasakan oleh setiap individu yang berada dalam lingkungan sekolah tersebut. Skala iklim sekolah digunakan dalam melakukan penelitian yang akan disusun menggunakan teori Thapa dkk

(41)

28 tentang 4 dimensi iklim sekolah. Dimensi-dimensi ini yaitu safety, relationship, teaching & learning, dan institutional environment. Skor nilai dari skala disebut untuk menentukan tingkatan dari iklim sekolah tersebut.

Iklim sekolah yang positif dilihat dari nilai skala yang tinggi, jika nilai skala semakin rendah maka iklim sekolah semakin negative.

2. Motivasi belajar Ekstrinsik

Motivasi belajar ekstrinsik adalah suatu dorongan dari luar diri seseorang yang dipengaruhi oleh harapan siswa dalam mencapai tujuan serta untuk memenuhi kebutuhan individu. Motivasi belajar ekstrinsik diukur dengan menggunakan skala motivasi belajar ekstrinsik yang disusun dengan kerangka self-determination theory oleh Deci dan Ryan (2000) meliputi motivasi ekstrinsik (external regulation, introjected regulation, dan identified regulation, integrated regulation. Nilai yang diperoleh dari skala tersebut untuk menentukan tinggi rendahnya motivasi belajar ekstrinsik.

Jika nilai skala rendah maka rendah pula motivasi ekstrinsiknya, begitu sebaliknya jika nilai skala tinggi maka tinggi pula motivasi belajar ekstrinsiknya

C. Populasi dan Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa Sekolah Filial MAN Simalungun yang berjumlah 272 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Nonprobability sampling dengan jenis

(42)

29 accidental sampling. Dengan demikian setiap subjek dalam penelitian tidak memiliki peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel.

Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin yang dapat dilihat pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Rumus Slovin Berdasarkan rumus Slovin, jumlah sampel yaitu :

Berdasarkan perhitungan rumus diatas perolehan jumlah sampel untuk penelitian ini minimal sebanyak 162 orang dengan kesimpulan jumlah sampel telah mewakili keseluruhan populasi.

D. Instrument Pengumpulan Data

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode skala.

Penelitian ini menggunakan penskalaan model skala likert. Pada model

n : Besar sampel yang dicari N : Jumlah populasi

E : Nilai presisi atau tingkat signifikansi sebesar 95% atau 0,05

(43)

30 penskalaan ini terdapat dua jenis pernyataan, yaitu favorable dan unfavorable.

Terdapat dua skala yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala iklim sekolah dan motivasi belajar ekstrinsik.

1. Skala Iklim Sekolah

Skala iklim sekolah disusun berdasarkan teori iklim sekolah oleh Thapa (2012) yaitu safety, relationship, teaching and learning, dan institutional environment. Nilai skala setiap pernyataan ditetapkan berdasarkan jawaban subjek penelitian. Peneliti menentukan norma penskoran pada skala iklim sekolah berupa 4 alternatif pilihan jawaban yang digunakan untuk menentukan skor masing-masing subjek. Untuk aitem yang mendukung (favourable), pilihan jawaban dan skornya yaitu Sangat Setuju (SS) = 4, Setuju (S) = 3, Tidak Setuju (T)S = 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) = 1. Sedangkan pada aitem unfavourable memiliki pilihan Sangat Setuju (SS) = 1, Setuju (S) = 2, Tidak Setuju (TS) = 3, dan Sangat Tidak Setuju (STS) = 4. Skor skala yang dibuat ini menunjukkan bahwa semakin tinggi skor jawaban semakin positif iklim sekolah tersebut.

2. Skala Motivasi Belajar Ekstrinsik

Kerangka berpikir self-determination theory oleh Deci dan Ryan (1986) digunakan dalam menyusun skala motivasi belajar ekstrinsik yaitu External regulation, Introjected regulation, Identified regulation, Integrated regulation. Nilai skala setiap pernyataan ditetapkan berdasarkan jawaban subjek penelitian. Peneliti menentukan norma penskoran pada skala iklim

(44)

31 sekolah berupa 4 alternatif pilihan jawaban yang digunakan untuk menentukan skor masing-masing subjek. Untuk aitem yang mendukung (favourable), pilihan jawaban dan skornya yaitu Sangat Setuju (SS) = 4, Setuju (S) = 3, Tidak Setuju (T)S = 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) = 1.

Sedangkan pada aitem unfavourable memiliki pilihan Sangat Setuju (SS)=

1, Setuju (S)= 2, Tidak Setuju (TS)= 3, dan Sangat Tidak Setuju (STS)= 4.

E. Uji Coba Alat Ukur 1. Validitas Alat Ukur

Validitas alat ukur dalam penelitian ini akan diuji berdasarkan validitas isi (content validity). Validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional (professional judgement) dalam proses telaah soal. Pendapat profesional diperoleh dengan cara berkonsultasi dengan dosen pembimbing.

2. Reliabilitas alat ukur

Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan konsistensi internal (cronbach’s alpha coefficient). SPSS versi 20 for Windows digunakan dalam melakukan pengujian reliabilitas alat ukur serta uji daya beda aitem.

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur

1. Hasil Uji Coba Skala Iklim Sekolah

Skala Iklim Sekolah diuji coba kepada 171 orang responden.

Berdasarkan uji reliabilitas aitem menggunakan teknik Cronbach’ Alpha

(45)

32 terhadap 16 aitem dari skala iklim sekolah terdapat 11 aitem yang memenuhi kriteria karena memiliki daya diskriminasi ≥ 0.30 dan 5 aitem yang gugur karena memiliki daya diskriminasi ≤ 0.30. Aitem yang gugur yaitu aitem dengan nomor 4,5,14,15, dan 16. Setelah diperoleh 11 aitem yang memenuhi kriteria, aitem-aitem ini kemudian dianalisa kembali dan diperoleh nilai α Cronbach = 0.818. Kesimpulannya, alat ukur penelitian ini memiliki hasil ukur yang terpercaya karena menghasilkan perolehan nilai alpha cronbach mendekati 1.00. Blueprint skala iklim sekolah yang telah diuji coba dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.1 Blueprint Skala Iklim Sekolah Setelah Uji Coba

Aspek/Dimensi Indikator Perilaku Aitem Jumlah

Aitem

F UF

Safety Merasa aman secara secara sosial, emosional, fisik, dan intelektual

1 2, 3 3

Interpersonal Relationship

Hubungan dengan teman - 6 1

Hubungan dengan guru 7 8 2

Teaching and Learning

Menghargai pendapat siswa - 10 1

Pengajaran yang suportif, partisipatif, serta kompak

9, 11 12 3

Institutional Environment

Fasilitas sekolah memadai dan bersih 13 - 1

Total Aitem 11

(46)

33 2. Hasil Uji Coba Skala Motivasi Belajar Ekstrinsik

Skala motivasi belajar ekstrinsik diuji coba kepada 171 orang responden.

Uji coba dilakukan terhadap 20 aitem dari skala motivasi belajar ekstrinsik. Uji reliabilitas aitem dilakukan menggunakan teknik Cronbach’s Alpha. Uji reliabilitas pada skala motivasi belajar ekstrinsik dilakukan pada 20 aitem

Motivasi belajar ekstrinsik terdiri dari 20 aitem. Setelah dilakukan uji coba terhadap 20 aitem tersebut terdapat 2 aitem yang gugur. 18 aitem motivasi belajar ekstrinsik yang lolos memiliki daya diskriminasi aitem yang bergerak dari 0.394 sampai 0.629 dengan nilai alpha cronbach sebesar 0.873.

Tabel 3.2 Blueprint Skala Motivasi Belajar Ekstrinsik Setelah Uji Coba

Aspek/Dimensi Indikator Perilaku Aitem Jumlah

Aitem

F UF

External Regulation

Untuk mendapatkan reward dan menghindari punishment

1, 2, 5 -

3 Introjected

regulation

Untuk menghindari perasaan bersalah, cemas, dan mencapai ketenangan dan kebanggan diri

6, 7, 8, 9, 10

-

5

Identified regulation

Untuk mendapatkan sesuatu yang penting bagi diri

11, 13, 15 12,

14 5

Integrated regulation

Melakukan sesuatu karena sesuai dengan konsep dirinya

16, 17, 18, 19, 20

-

5

Total Aitem 18

(47)

34 G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Beberapa prosedur perlu dilakukan peneliti sebelum melaksanakan penelitian langsung di lapangan. Beberapa prosedur tersebut yaitu tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, dan tahap pengolahan data.

1. Persiapan Penelitian

Pada tahap persiapan, peneliti mengkaji beberapa teori terkait dengan penelitian ini yaitu teori iklim sekolah dan motivasi belajar ekstrinsik.

Peneliti merancang alat ukur penelitian yang terdiri dari skala iklim sekolah dan motivasi belajar ekstrinsik. Peneliti membuat 34 aitem untuk skala iklim sekolah dan 20 aitem untuk skala motivasi belajar ekstrinsik. Setelah alat ukur selesai, dilakukan pemeriksaan kembali aitem-aitem dalam alat ukur yang telah dibuat. Selanjutnya, aitem-aitem tersebut dievaluasi dengan meminta bantuan professional judgement dari seorang dosen guna melihat apakah aitem sudah layak untuk di pakai. Feedback dari professional judgement menjadi acuan peneliti untuk melakukan revisi terhadap aitem yang memiliki makna ambigu serta memiliki pemilihan kata yang kurang baik. Setelah tahapan pembuatan alat ukur selesai. Uji coba alat ukur dilakukan dengan diberikan kepada 60 orang subjek yang sesuai dengan karakteristik sampel. Jika terdapat beberapa aitem tidak valid setelah dilakukan uji coba, peneliti melakukan revisi aitem dan melakukan uji coba kembali guna mencapai alat ukur yang valid dan reliabel.

(48)

35 2. Pelaksanaan Penelitian

Setelah alat ukur selesai diuji coba dan direvisi, peneliti kemudian melakukan pengambilan data pada sampel serta jumlah yang sudah ditentukan. Penelitian dilakukan pada tanggal 5 maret 2022. Adapun kelas yang diambil datanya yaitu kelas X MIA 6, XI MIA 4, XI MIA 5, X IIS 3, XII MIA 5, XI MIA 6, XI IIS 3, X MIA 4, X MIA 5. Pengambilan data penelitian dilakukan secara langsung di sekolah filial MAN Simalungun.

Adapun jumlah subjek yang mengisi kuesioner penelitian berjumlah 171 subjek.

3. Pengolahan Data

Setelah pelaksanaan penelitian dan semua skala telah terkumpul, peneliti selanjutnya melakukan pengolahan data. SPSS version 20 for Windows menjadi aplikasi yang digunakan peneliti untuk pengolahan data penelitian.

H. Metode Analisis Data

Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan iklim sekolah terhadap motivasi belajar ekstrinsik, maka dari itu penelitian ini akan dianalisis menggunakan teknik statistik parametrik yaitu analisis regresi sederhana.

Keseluruhan analisa data dilakukan dengan bantuan program aplikasi komputer SPSS version 20,0 for windows.

(49)

36 Uji normalitas dan uji linearitas merupakan syarat yang perlu dilakukan terlebih dahulu terhadap kedua variabel penelitian sebelum melakukan analisis data. Program SPSS versi 20 for Windows digunakan untuk peneliti melakukan uji asumsi dan analisa data.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian telah menyebar secara normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode kolmogorov-smirnov dengan menggunakan bantuan SPSS versi 20 for Windows. Data dikatakan terdistribusi normal jika harga p > 0.05 dan sebaliknya jika p < 0,05 maka sebarannya dinyatakan tidak normal. Selain itu, data juga dikatakan normal jika nilai Z < 1.97 (Hadi, 2000).

2. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian, yaitu variabel iklim sekolah dan variabel motivasi belajar ekstrinsik memiliki hubungan linear. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan uji test for linearity atau menggunakan analisis statistik uji F dengan bantuan SPSS versi 20 for Windows. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui linier atau tidaknya hubungan antara variabel X dengan variabel Y adalah jika p < 0.05 maka hubungannya antara variabel X dengan variabel Y dinyatakan linier, sebaliknya jika p > 0.05 berarti hubungan antara variabel X dengan variabel Y dinyatakan tidak linier atau dapat disimpulkan data dapat berkorelasi secara linier jika nilai p>0.05 atau nilai F hitung lebih besar dibanding F tabel.

(50)

37 BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa sekolah filial MAN Simalungun yang terwakilkan dari tingkatan kelas X, XI, dan XII. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 171 siswa. Gambaran subjek dari 171 siswa tersebut akan bagi berdasarkan tingkatan kelas, jenis kelamin, dan usia.

1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkatan Kelas Berdasarkan kelas atau tingkat pendidikannya, subjek dalam penelitian ini terbagi dalam tiga kelompok subjek yaitu kelas X, XI dan XII.

Adapun subjek dari kelompok kelas X berjumlah 70 subjek dengan persentase 41%. Subjek dari kelompok kelas XI berjumlah 48 subjek dengan persentase 28%. Subjek dari kelompok kelas XII berjumlah 53 subjek dengan persentase 31%. Penyebaran subjek berdasarkan kelas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Penyebaran Subjek Berdasarkan Tingkatan Kelas

Kelas Jumlah Persentase

X 70 41%

XI 48 28%

XII 53 31%

Total 171 100%

(51)

38 2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Berdasarkan usia, subjek pada penelitian ini adalah remaja dengan usia 15 sampai dengan 18 tahun. Subjek dengan usia 14 tahun berjumlah 2 subjek, usia 15 tahun berjumlah 34 subjek, usia, 16 tahun berjumlah 67 subjek, usia 17 tahun berjumlah 51 subjek, dan usia 18 tahun berjumlah 17 subjek. Penyebaran usia dapat dilihat dalam tabel berikut.

Table 4.2 Penyebaran subjek berdasarkan usia

3. Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, subjek dalam penelitian ini dapat dikategorikan menjadi dua yaitu, laki-laki dan perempuan. Adapun jumlah subjek laki-laki dalam penelitian ini berjumlah 60 subjek dengan persentase 35%. Sedangkan subjek perempuan dalam penelitian ini berjumlah 111 subjek dengan persentase 65%. Penyebaran subjek berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 4.3 Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 60 35 %

Perempuan 111 65 %

Total 171 100 %

Usia Jumlah Persentase

14 Tahun 2 1 %

15 Tahun 34 20 %

16 Tahun 67 39 %

17 Tahun 51 30 %

18 Tahun 17 10 %

Total 171 100 %

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

KURIKULUM 2014 - PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

peta konsep dapat dikatakan berhasil karena pada akhir penelitian semua aspek telah mencapai target yang ditetapkan sehingga penelitian ini dapat meningkatkan

Analisis kelayakan finansial yang dilakukan dalam penelitian adalah nilai kini manfaat bersih ( Net Present Value – NPV), rasio manfaat dan biaya ( Benefit Cost

Menurut pegawai yang ditemubual, terdapat beberapa masalah dalam perlaksanaan program dakwah kepada pelatih-pelatih polis tersebut iaitu keadaan di Masjid PULAPOL

UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL HERBA BENALU MANGGA (Dendrophthoe petandra L. Miq.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus ATCC 6538 DAN Escherichia coli ATCC 11229i.

Dalam menghuraikan realiti sebenar aplikasi amalan toleransi beragama dalam kehidupan seseorang Muslim, Mohd Kamil dan Mohd Fauzi (2008) menyatakanbahawa

Hasilnya Tingkat pasrtisipasi masyarakat cukup baik, sehingga kegiatan yang dijalankan dapat memberikan dampak posistif bagi petani serta Meningkatnya keterampilan

guru memotivasi siswa untuk selalu berinteraksi dengan bahasa Arab dengan cara mempelajari, membaca, dan menggunakan bahasa Arab lebih maksimal. Kesulitan dalam