BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Terdapat tiga jenis variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu variabel dependen, variabel independen, dan variabel mediasi:
1. Variabel dependen (X): perilaku seksual pranikah 2. Variabel independen (Y): keharmonisan keluarga 3. Variabel mediasi (M): kelekatan anak – orang tua
B. Definisi Operasional
Sejalan dengan permasalahan penelitian yang penulis angkat, variabel dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai berikut:
1. Perilaku Seksual Pranikah
Perilaku seksual pranikah didefinisikan sebagai segala bentuk perilaku yang dilakukan berdasarkan dorongan seksual tanpa adanya ikatan perkawinan.
Bentuk dari perilaku seksual itu sendiri merujuk pada bentuk-bentuk periaku yang meliputi berciuman (kissing), mencium daerah leher (necking), kontak berat di organ-organ seksual (petting), dan hubungan senggama (sexual intercourse) (Rahardjo, 2012).
2. Keharmonisan Keluarga
Keharmonisan keluarga didefinisikan sebagai seberapa jauh keberadaan moral, etika, dan kasih antar anggota keluarganya yang membangun keluarga sebagai suatu sistem (Bodde, dalam Kavinkondala dkk, 2016). Aspek yang
52
digunakan dalam mengukur keharmonisan keluarga meliputi komunikasi, resolusi konflik, kesabaran, identitas, dan waktu berkualitas (quality time) (Kavikondala, 2016).
3. Kelekatan
Attachment merupakan sebuah ikatan emosional yang kuat antara anak dengan orang yang dianggap memiliki arti dalam kehidupannya, biasanya berawal dari hubungan anak dengan orang tuanya, yang bersifat spesifik dan kekal. Landasan dari terbentuknya hubungan emosional tersebut adalah hubungan dua arah antara kebutuhan anak dan pemenuhan kebutuhan dari figure lekatnya yang terjadi sepanjang perkembangan anak. Aspek yang digunakan dalam mengukur kelekatan sendiri yaitu kepercayaan, komunikasi, dan keterasingan (Armsden & Greenberg, 1987).
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berada pada masa remaja akhir dengan rentang usia 18 – 21 tahun yang pernah atau sedang menjalani relasi romantis, berdomisili di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Pemilihan wilayah Jabodetabek didasari oleh survey yang dilakukan BKKBN, dimana ditemukan bahwa daerah metropolitan Jabodetabek merupakan daerah dengan tingkat perilaku seksual pranikah yang cukup tinggi dengan persentase 51%. Belum ada penelitian maupun survey-survey terdahulu mengenai jumlah remaja yang pernah atau
sedang menjalani relasi romantis membuat populasi ini sehingga tidak diketahui secara pasti jumlahnya. Sehingga populasi tersebut termasuk sebagai populasi tak hingga atau jumlahnya tidak diketahui (infinit).
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Karakteristik responden pada penelitian ini sendiri yaitu a. Orang-orang dengan rentang usia 18-21 tahun,
b. Pernah/ sedang menjalin relasi romantis, c. Belum memiliki ikatan perkawinan,
d. Berdomisili di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
Dalam pengambilan sampelnya sendiri tidak ditentukan batas maksimalnya. Hal tersebut dikarenakan berapapun jumlah sampel yang terjaring, selama sesuai dengan kriteria penelitian, maka tetap berhak menjadi sampel dalam penelitian ini.
3. Teknik pengambilan sampel
Pengambilan sampel menggunakan teknik non-probability sampling.
Non-probability sampling sendiri adalah salah satu teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan kesempatan atau peluang yang sama bagi tiap-tiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2016). Cara dalam pengambilan sampelnya sendiri akan menggunakan Purposive sampling.
Purposive sampling merupakan teknik sampling dengan cara mengambil
sampel-sampel yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu hingga jumlah sampel terpenuhi (Sugiyono, 2016).
D. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengukur ketiga variabel, metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan skala yang dibagikan secara daring (online) menggunakan media google form. Jawaban dalam skala ini menggunakan opsi skala likert dimana terdapat beberapa pilihan jawaban yang menyatakan kesesuaian aitem dengan kondisi responden.
1. Alat Ukur Perilaku Seksual
Pengukuran variabel perilaku seksual menggunakan alat ukur yang dibuat oleh Octavia (2016) dan dimodifikasi oleh peneliti. Penyusunan alat ukur ini berdasarkan dimensi-dimensi perilaku frekuensi, durasi, dan intensitas terhadap bentuk perilaku seksual (Poling, 1995). Jumlah aitem pada skala tersebut sebanyak 33 butir. Bentuk perilaku seksual tersebut yaitu berciuman (kissing), mencium daerah leher (necking), kontak berat di organ-organ seksual (petting), dan hubungan senggama (sexual intercourse) (Rahardjo, 2012).
Alat ukur tersebut telah diuji sebelumnya oleh Octavia (2016) dan terbukti valid dan reliabel dengan hasil validitas dari aitemnya sendiri berkisar dari 0,470 sampai dengan 0,844 dengan taraf signifikansi 5%. Koefisien reliabilitas dari alat ukur ini yaitu sebesar 0,973 yang menandakan skala tersebut reliabel atau dapat dipercaya. Meskipun sudah diuji oleh peneliti sebelumnya, namun pada penelitian ini, peneliti akan tetap melakukan uji coba ulang pada skala dengan responden yang sesuai dengan kriteria penelitian.
Semakin tingginya skor yang didapatkan dari jawaban responden pada alat ukur ini menandakan bahwa semakin tingginya pula tingkat perilaku seksual yang dilakukan oleh responden. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diapatkan dari jawaban responden menandakan bahwa semakin rendah tingkat perilaku seksual yang dilakukannya.
Tabel 1. Distribusi Skor Aitem Skala Perilaku Seksual Kategori
Jawaban
Nilai
Favourable Unfavourable
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4
Tidak Sesuai (TS) 2 3
Sesuai (S) 3 2
Sangat Sesuai (SS) 4 1
Tabel 2. Blueprint Skala Perilaku Seksual
No Dimensi Bentuk Perilaku Jumla Persen
Perilaku Kissing Necking Petting Sex h -tase
F UF F UF F UF F UF Aitem
1 Frekuensi 22 - 3, 28 4,5, - 23 - 5 15,15%
33 11,20
2 Durasi 2,12 - 9 - 16,25, - 15, 21, 27 15 45,45%
19 31
3 Intensitas 10,13, - 29 30 14 - 1,6,7, 32 13 39,4%
18 8,17, 24,
26
33 100%
Keterangan
Kissing : berciuman
Necking : mencium daerah sekitar leher
Petting : kontak fisik berat (termasuk menggesekan alat kelamin) Sex : bersenggama
2. Alat Ukur Keharmonisan Keluarga
Pengukuran variabel keharmonisan keluarga menggunakan skala keharmonisan keluarga yang diadaptasi dari “Family Harmony Scale” yang disusun oleh Kavikondala, dkk (2016). Dalam proses adaptasinya sendiri telah dilakukan tahap back to back translation dengan penerjemah professional.
Jumlah aitem pada skala tersebut sebanyak 24 butir. Aitem-aitem tersebut disusun berdasarkan lima aspek yang meliputi komunikasi, resolusi konflik, kesabaran, identitas, dan waktu berkualitas (quality time) (Kavikondala, dkk 2016).
Alat ukur tersebut telah diuji sebelumnya oleh Kavikondala dkk (2016) dan terbukti valid dan reliabel dengan hasil validitas dari aitemnya sendiri berkisar dari 0,77 sampai dengan 0,90 dengan taraf signifikansi 5%. Koefisien reliabilitas dari alat ukur ini yaitu sebesar 0,89 yang menandakan skala tersebut reliabel atau dapat dipercaya. Meskipun sudah diuji oleh peneliti sebelumnya,
namun pada penelitian ini, peneliti akan tetap melakukan uji coba ulang pada skala dengan responden yang sesuai dengan kriteria penelitian.
Semakin tingginya skor yang didapatkan dari jawaban responden pada alat ukur ini menandakan bahwa semakin tingginya pula tingkat keharmonisan keluarga responden. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diapatkan dari jawaban responden menandakan bahwa semakin rendah tingkat keharmonisan keluarga responden.
Tabel 3. Distribusi Skor Aitem Keharmonisan Keluarga
Kategori Jawaban
Nilai
Favourable Unfavourable
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4
Tidak Sesuai (TS) 2 3
Sesuai (S) 3 2
Sangat Sesuai (SS) 4 1
Tabel 4. Blueprint Skala Keharmonisan Keluarga
Aspek Indikator Favo-
rable
Unvafo- rable
Jumlah Aitem
Persentase
Komunikasi (25 %)
Sebagai ungkapan kepedulian pada anggota keluarga
1, 2 2 8,33 %
Sarana untuk menyampaikan informasi juga mendengarkan
3, 4 2 8,33 %
Hubungan fungsi timbal balik 5, 6 2 8,33 %
Pemecahan Masalah (20,83%)
Reaksi nyata yang dilakukan saat ada masalah
7, 11 2 8,33 %
Kebersamaan dalam interaksi sehari – hari
8, 9, 10 3 12,5 %
Kesabaran (12,50%)
Kesediaan untuk satu sama lain
12, 13 2 8,33 %
Saling memahami antar anggota keluarga
14 1 4,16 %
Identitas (12,50%)
Kebanggaan diri akan keluarga 15, 17 2 8,33 % Internalisasi nilai-nilai
keluarga
16 1 4,16 %
Waktu Berkualitas Bersama (quality time) (29,16%)
Kebahagiaan dalam kebersamaan
19, 24 2 8,33 %
Kerekatan dalam keluarga 18, 21, 22
3 12,5 %
Kualitas dalam keluarga 20, 23 2 8,33 %
3. Alat Ukur Kelekatan Anak – Orang Tus
Pada variabel kelekatan, alat ukur yang akan digunakan adalah skala yang dikembangkan oleh Armsden & Greenberg (1987) yang bernama Inventory of Parents and Peer Attachment (IPPA). Skala tersebut diadaptasi kedalam Bahasa Indonesia oleh Handayani (2017). Pada penelitian ini, aitem yang akan digunakan berjumlah 48 aitem yang termasuk dalam kelekatan anak – orang tua. Aspek yang digunakan untuk mengukur perilaku ini seputar kepercayaan, komunikasi, dan keterasingan (Armsden & Greenberg, 1987).
Alat ukur tersebut telah diuji sebelumnya oleh Handayani (2017) dan terbukti valid dan reliabel dengan hasil validitas dari aitemnya sendiri berkisar dari 0,930 sampai dengan 0,934 dengan taraf signifikansi 5%. Koefisien reliabilitas dari alat ukur ini yaitu sebesar 0,933 yang menandakan skala tersebut reliabel atau dapat dipercaya. Meskipun sudah diuji oleh peneliti sebelumnya, namun pada penelitian ini, peneliti akan tetap melakukan uji coba ulang pada skala dengan responden yang sesuai dengan kriteria penelitian.
Semakin tingginya skor yang didapatkan dari jawaban responden pada alat ukur ini menandakan bahwa semakin tingginya pula tingkat kelektan responden dengan orang tuanya. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diapatkan dari jawaban responden menandakan bahwa semakin rendah tingkat kelekatan responden dengan orang tuanya.
Tabel 5. Distribusi Skor Aitem Kelekatan Anak – Orang tua
Kategori Jawaban
Nilai
Favourable Unfavourable
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4
Tidak Sesuai (TS) 2 3
Sesuai (S) 3 2
Sangat Sesuai (SS) 4 1
Tabel 6. Blueprint Skala Kelekatan Anak-Orang Tua
Aspek Indikator Favor-
able
Unfavo- rable
Jumlah Aitem
Persentase
Kepercayaan (33,32%)
Perasaan menerima dan diterima oleh orang tua
2, 4 2 8,33 %
Perasaan memahami dan dipahami oleh orang tua
14, 19, 1 13 4 16,66 %
Perasaan memercaya dan dipercaya oleh orang tua
21, 12 2 8,33 %
Komunikasi (37,46%)
Sebagai ungkapan perasaan 6 1 4,16 %
Penyampaian keterbukaan mengenai pengalaman dan masalah
18, 15, 24
3 12,5 %
Wujud saling mengerti dan dimengerti
20, 11, 5, 7
8 5 20,8 %
Keterasingan (29,17%)
Ketidakpuasan akan sosok orang tua
3, 17, 23
3 12,5 %
Perasaan negatif pada orang tua 16, 10, 9, 22
4 16,67 %
E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
Uji validitas dan reliabilitas ketiga alat ukur dalam penelitian ini dilaksanakan secara daring. Pada mulanya peneliti menyiapkan alat ukur, lalu alat ukur diunggah dan disebarkan melalui media google form pada tanggal 27 Mei 2021. Penyebaran alat ukur tersebut sendiri dilakukan melalui ruang obrolan personal, grup, maupun unggahan umum di media sosial Line, Whatsapp, dan Instagram. Dalam kurun waktu dua minggu, terkumpul lima puluh responden yang sesuai dengan kriteria penelitian dan telah mengisi skala uji coba tersebut, sehingga peneliti dapat melakukan tahap uji validitas berdasarkan dari data yang sudah terkumpul.
1. Validitas Instrumen Penelitian
Dalam pengujian validitas instrument penelitian, data yang terkumpul dari lima puluh responden yang telah mengisi skala uji coba tersebut dianalisis menggunakan teknik corrected total – item correlation melalui bantuan aplikasi SPSS. Aitem dikatakan valid apabila memiliki koefisien validitas lebih dari 0.30. Berdasarkan uji tersebut, diketahui bahwa ketiga alat ukur memiliki
keseluruhan aitem yang valid dengan rentang koefisien validitas; (1) skala perilaku seksual pranikah sebesar 0.451 - 0.884, (2) skala keharmonisan keluarga sebesar 0.498 - 0.819, (3) skala kelekatan anak – orang tua sebesar 0.317 -0.759
2. Reliabilitas Instrumen Penelitian
Dalam pengujian validitas instrument penelitian, data yang terkumpul dari lima puluh responden yang telah mengisi skala uji coba tersebut dianalisis menggunakan Alpha Cronbach melalui bantuan aplikasi SPSS. Dasar dari pengambilan dari uji reliabilitas Alpha Cronbach sendiri yaitu apabila angka koefisiennya > 0,6 maka skala dinyatakan reliabel. Sedangkan apabila angka koefisien alpha < 0,6, maka skala dinyatakan tidak reliabel (McDaniel dan Gaters, 2013). Berdasarkan uji tersebut, diketahui bahwa ketiga alat ukur merupakan alat ukur yang reliabel dengan rentang koefisien reliabilitas; (1) skala perilaku seksual pranikah sebesar 0.978 (2) skala keharmonisan keluarga sebesar 0.960, (3) skala kelekatan anak – orang tua sebesar 0.950
F. Teknik Analisis
Penelitian ini merupakan penelitian korelasi kuantitatif. Keharmonisan keluarga sebagai variabel independen pada penelitian ini memengaruhi variabel dependennya, perilaku seksual pranikah, melalui dua cara, yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Pengaruh secara tidak langsung pada konteks ini dimediatori oleh kelekatan anak – orang tua sebagai variabel pemediasi.
Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis bertahap (sequential analysis) dengan perangkat aplikasi SPSS (Statistikal Package for the Social Sciens). Analisis bertahap sendiri merupakan pengembangan dari analisis regresi. Penelitian ini menggunakan menganalisis hubungan sebab akibat dengan kondisi variabel independen yang memengaruhi variabel dependen secara langsung dan juga secara tidak langsung (Rutherford, 1993). Analisis dilakukan secara bertahap dengan menganalisa variabel independen ke variabel pemediasi, lalu variabel pemediasi ke variabel dependen
Karena sequential analysis merupakan pengembangan dari analisis regresi, oleh karena itu, sebelum melakukan analisis data, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Uji asumsi dasar a. Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk memperlihatkan bahwa sampel yang diambil dari populasi terdistribusi secara normal.
Data dinyatakan normal apabila hasil signifikansinya . 0.05 (Kusumah, 2016).
b. Uji linearitas
Uji linearitas merupakan uji yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan linear yang signifikan pada dua variabel.
Variabel dikatakan linear apabila signifikansinya > 0.05 (Widhiarso, 2010).
2. Uji asumsi klasik
a. Uji multikolinearitas
Uji multikolinearitas merupakan pengujian yang bertujuan untuk menguji tingkat korelasi antar variabel independent dalam model regresi (Janie, 2012). Model regresi dianggap baik ketika tidak terdapat korelasi di antara variabel bebas.
b. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk mengetahui ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain (Kusumah, 2016). Model regresi yang baik yaitu yang tidak mengalami heteroskedastisitas
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji ada tidaknya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode tertentu dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (Janie, 2012). Model regresi yang baik umumnya tidak mengalami autokorelasi
Untuk mempermudah dalam melakukan perhitungan, peneliti menggunakan program komputer Statistikal Package for the Social Sciens (SPSS) versi 21.