Konsep Dasar Etika
Nurlistiani, S.Sos., M.A.
-31/08/2021-
Pengertian Etika Etika dan Moral Etika dan Etiket Etika dan Hukum Etika dan Agama Sistematika Etika
Etika sebagai Cabang Filsafat Macam-Macam Etika
Teori Etika
Sistem Filsafat Moral Kegunaan Teori Etika
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Etis
Pengertian Etika
Istilah “etika” berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata “ethos”
Dalam bentuk tunggal berarti tempat
tinggal biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir
Bentuk jamak “ethos” yaitu “ta etha” berarti adat kebiasaan
Secara etimologis “etika” berarti ilmu
tentang apa yang biasa dilakukan, atau ilmu tentang adat kebiasaan. Namun
penelusuran arti etimologis ini tidak cukup untuk memenuhi konsep yang
dimaksudkan dengan istilah “etika”
(Bertens, 2005)
Dalam bahasa asing, ada beberapa istilah yang artinya sama dengan etika yaitu:
Ethic(s) dalam bahasa Inggris Ethica dalam bahasa Latin
Ethique dalam bahasa Prancis Ethikos dalam bahasa Greek
Menurut Rachman Hermawan dan Zulfikar Zen (2010), etika
(ethics) berarti standar tingkah laku atau perilaku manusia yang baik, yaitu tindakan yang tepat, yang harus dilaksanakan oleh
manusia yang sesuai dengan ketentuan moral pada umumnya.
Etika merupakan ilmu yang membicarakan masalah perbuatan
atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dikatakan baik dan mana yang jahat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988) terdapat berbagai makna tentang “etika”, yaitu:
Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral atau akhlak.
Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Menurut ensiklopedia Americana, ethikos adalah moral (moral) dan ethos adalah watak (character) yang mengacu kepada nilai atau sejumlah aturan perilaku yang dilaksanakan oleh kelompok atau individu (refers to the values or rules of conduct held by a group or individual).
Menurut Rindjin (2004), ethos mempunyai banyak arti, tetapi yang utama
adalah berarti kebiasaan, akhlak atau watak. Etika menurutnya mempunyai 3 makna, yaitu:
Etika (kebiasaan, watak) sesungguhnya mengacu pada masing-masing
pribadi seseorang yang mempunyai kebiasaan, akhlak atau watak tertentu.
Etika dalam bentuk jamak, berarti adat istiadat, yaitu norma-norma yang dianut oleh kelompok, golongan atau masyarakat tertentu mengenai
perbuatan baik dan buruk.
Etika adalah studi tentang prinsip-prinsip perilaku yang baik dan yang buruk.
Zubair (1995) mengklasifikasikan etika ke dalam 3 jenis definisi, yaitu:
Yang menekankan pada aspek historis, di mana etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus membicarakan tentang nilai baik dan buruk perilaku manusia.
Yang menekankan secara deskriptif di mana etika dipandang sebagai
ilmu pengetahuan yang membicarakan masalah baik buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama.
Yang menekankan pada sifat etika sebagai ilmu yang normatif dan
bercorak kefilsafatan di mana etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif, evaluatif, yang hanya memberikan nilai baik
buruk terhadap perilaku manusia.
Etika dan Moral
Istilah “moral” berasal dari bahasa Latin mos (jamak: mores) yang berarti kebiasaan, adat.
Dalam bahasa Inggris dan banyak bahasa lain, termasuk dalam KBBI (1988), kata mores dipakai dalam arti yang sama.
Etimologi kata “etika” sama dengan etimologi kata “moral”, karena keduanya berasal dari kata yang berarti adat kebiasaan (Bertens,
2005 dalam Nurdien, dkk., 2014).
Perbedaannya terletak pada asal bahasa (etika berasal dari bahasa Yunani, sedangkan moral berasal dari bahasa Latin).
Istilah “moralitas” (dari kata sifat Latin moralis) memiliki arti yang pada dasarnya sama dengan “moral”, hanya bernada lebih abstrak.
Moralitas adalah sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia (Keraf, 1991 dalam Nurdien, dkk., 2014).
Sistem nilai ini terkandung dalam ajaran berbentuk petuah-petuah, nasihat, wejangan, peraturan, perintah, dan semacamnya yang
diwariskan secara turun-menurun melalui agama dan kebudayaan
tertentu tentang bagaimana manusia harus hidup secara baik agar ia benar-benar menjadi manusia yang baik.
Etika di sini dimaksudkan sebagai filsafat moral atau pemikiran rasional, kritis, mendasar, dan sistematis tentang ajaran-ajaran moral.
Etika dan Etiket
Etika (ethics) berarti moral, sedangkan etiket (etiquette) berarti sopan santun.
Persamaan etika dan etiket:
1. keduanya menyangkut perilaku manusia,
2. keduanya mengatur perilaku manusia dengan menyatakan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Perbedaan etika dan etiket menurut Bertens (2005) dalam Nurdien, dkk. (2014) ada 4 macam, yaitu:
Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Etika menyangkut masalah apakah suatu perbuatan boleh dilakukan atau tidak.
Etiket hanya berlaku untuk pergaulan dalam masyarakat. Etika selalu berlaku walaupun tidak ada orang lain.
Etiket bersifat relatif artinya dalam sebuah kebudayaan dianggap tidak sopan, tetapi bagi kebudayaan lain merupakan perbuatan yang wajar. Etika
merupakan prinsip-prinsip yang bersifat absolut.
Etiket hanya memandang manusia dari segi lahiriah, sedangkan etika memandang manusia dari segi batiniah.
-Orang yang bersikap etis adalah orang yang sungguh-sungguh baik.-
Etika dan Hukum
Hukum berbeda dengan etika. Hukum mendiktekan standar minimum bagi perilaku yang disyaratkan bagi orang oleh
masyarakatnya, sedangkan etika melampaui persyaratan minimum tersebut.
Hukum pada dasarnya untuk melindungi masyarakat, sedangkan etika dan moralitas pada dasarnya untuk mempertahankan
masyarakat pada tingkat yang lebih tinggi.
Etika dan Agama
Ajaran moral agama didasarkan pada wahyu, sedangkan etika didasarkan pada argumentasi rasional.
Sistematika Etika
Etika secara umum dibagi menjadi 2, yaitu etika umum dan etika khusus.
Etika umum berbicara tentang kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika, dan
prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan.
Etika khusus adalah penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus.
Etika khusus juga dibagi menjadi 2, yakni etika individual dan etika sosial.
Etika individual menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri.
Etika sosial berbicara mengenai kewajiban, sikap, dan pola perilaku manusia sebagai anggota umat manusia.
Nurdien, dkk., (2014)
Etika sebagai Cabang Filsafat
Etika adalah cabang filsafat berupa refleksi kritis terhadap moralitas tindakan manusia.
Menurut Bertens (2005) dalam Nurdien, dkk., (2014), pendekatan etika dibagi menjadi 3, yaitu: etika deskriptif, etika normatif, dan metaetika.
Etika deskriptif melaporkan tentang fenomena moral yang mendasar dalam masyarakat dan kebudayaan.
Etika normatif menyelidiki berbagai perintah moral.
Metaetika menganalisis makna terminologi bidang etika.
Macam-Macam Etika
Etika Filosofis Etika Teologis
Etika Sosiologis Etika Normatif
–Rachman Hermawan dan Zulfikar Zen (2010) —
Etika Filosofis
Etika ditinjau dari segi filsafat.
Filosofis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata philosophis.
Philos artinya cinta dan shopis artinya kebenaran.
Etika filosofis adalah etika yang menguraikan moral menurut
pandangan filsafat, yakni masalah baik buruk, hak dan kewajiban, dan lain
sebagainya.
Etika Teologis
Kata teologis berasal dari bahasa
Yunani, yakni dari kata theos (dewa atau tuhan) dan logos (pengetahuan).
Teologis artinya pengetahuan tentang tuhan.
Etika teologis adalah etika yang
mengajarkan hal-hal yang baik dan yang buruk berdasarkan ajaran agama.
Etika Sosiologis
Kata sosiologis berasal dari bahasa Yunani, dari kata socius dan logos.
Socius artinya teman dan logos artinya pengetahuan.
Sosiologis berarti pengetahuan tentang hidup bermasyarakat.
Etika sosiologis adalah etika yang
menitikberatkan kepada keselamatan hidup bermasyarakat.
Etika Normatif
Etika yang bersifat kritis dan selalu
mempertanyakan apakah yang berlaku umum itu memang wajib kita terima.
Etika normatif memberikan jawaban
atas pertanyaan tindakan manakah kita seharusnya dilakukan oleh kita sesuai dengan norma-norma hukum atau
kaidah-kaidah yang berlaku.
“Etika secara umum ialah tentang perilaku manusia sesuai dengan norma-norma hukum atau kaidah-kaidah yang berlaku dalam
suatu masyarakat.”
Dalam etika terdapat pengetahuan tentang moral atau kesusilaan, yaitu pengetahuan baik dan buruk yang dilakukan oleh manusia.
Etika khusus adalah etika yang berlaku pada masing-masing profesi (seperti: etika kedokteran, etika keguruan, dan etika
kepustakawanan).
–Rachman Hermawan dan Zulfikar Zen (2010)-
Teori Etika
Sistem Filsafat Moral Kegunaan Teori Etika Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perilaku
Etis
Sistem Filsafat Moral
Deontologi Teleologi
Relativisme Etis
-Nurdien, dkk., (2014)-
Teori Etika Deontologi
Istilah “deontologi” berasal dari bahasa Yunani yang berarti kewajiban (duty).
Etika deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Etika deontologi ini sangat menekankan pentingnya
motivasi, kemauan baik dan watak yang kuat dari para pelaku,
terlepas dari akibat yang timbul dari perilaku para pelaku tersebut.
Teori Etika Teleologi
Teori etika teleologi mengukur baik buruknya suatu tindakan
berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu.
Teori ini mendasarkan tindakan baik pada tujuan dan akibat yang menghasilkan sebesar mungkin kenikmatan serta menghindari
sekecil mungkin penderitaan bagi sebanyak mungkin orang.
Teori Relativisme Etis
Teori ini memandang bahwa norma moral berlaku relatif sebatas pada masyarakat dan kebudayaan tertentu, sehingga menolak
klaim absolut dan universal.
Kegunaan Teori Etika
Memahami dilema moral,
Meneguhkan kewajiban dan ideal profesi, dan
Menghubungkan moralitas umum dan moralitas profesi.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Etis
Nurdien, dkk., (2014)