• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENJATUHAN PIDANA PENJARA SEUMUR HIDUP DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA. (Analisis Putusan Nomor 59/PID/2017/ PT MTR) JURNAL ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENJATUHAN PIDANA PENJARA SEUMUR HIDUP DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA. (Analisis Putusan Nomor 59/PID/2017/ PT MTR) JURNAL ILMIAH"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL ILMIAH

Oleh : ENDANG D1A016078

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM

2022

(2)

TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA (Analisis Putusan Nomor 59/PID/2017/ PT MTR)

JURNAL ILMIAH

Oleh : ENDANG D1A016078 MENYETUJUI PEMBIMBING UTAMA

Prof.Dr.Hj. Rodliyah, SH, MH.

Nip : 195607051984032001

(3)

D1A016078 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM

ABSTRAK

Tujuan penelitian untuk mengetahui pertimbangan hakim dan penerapan pidana dalam putusan. penelitian ini menggunakan penelitian hukum normatif, menggunakan pendekatan, undang-undang, konseptual, dan kasus. Jenis bahan menggunakan bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Pengumpulan bahan hukum menggunakan studi dokumen, serta menggunakan analisis deskriptif.

Perbuatan terdakwa sangat tidak manusiawi dan meresahkan masyarakat, sehingga sehingga terdakwa layak di jatuhi pidana seumur seumur hidup. Para penegak hukum dalam mengadili suatu perkara harus lebih mengedepankan keadilan dan kepastian hukum dengan memberikan hukuman yang berat, terutama terhadap tindak pidana yang di lakukan secara tidak manusiawi, seperti pembunuhan berencana mutilasi.

Kata kunci: Pidana, Seumur Hidup, Pembunuhan

THE BURDEN OFOFLIFEIMPRISONMENT IN THE CRIME OF PLANNING KILL

(Analysis of Decision Number 59/PID/2017/PT MTR)

ABSTRACT

The purpose of the study was to determine the consideration which becoming the judge legal reasoning and the application of the crime obtained from the decision.

This research uses normative legal research, with the application ofstatute approache, conceptual approach, and case approach. This type of study usesprimary legal materials, secondary legal materials and tertiary legal materials.

The author on this study collecting legal materials using document studies, as well as using descriptive analysis. The defendant's actions were inhumane and disturbing to the community, so that the defendant deserved to be sentenced to life imprisonment. Law enforcers in adjudicating a case must prioritize justice and legal certainty by giving severe penalties, especially for crimes committed inhumanely, such as premeditated murder, mutilation.

Keywords: Criminal, Life Imprisonment, Murder.

(4)

1 PENDAHULUAN

Tindak pidana pembunuhan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dibedakan menjadi dua yaitu pembunuhan biasa dan pembunuhan berencana, pembunuhan biasa adalah pembunuhan yang dilakukan secara seketika artinya antara timbulnya niat dan perbuatan tidak terdapat jeda waktu yang lama, sedangkan pembunuhan berencana merupakan kebalikan dari pembunuhan biasa yaitu antara timbulnya niat dan pelaksanaan terdapat jeda waktu yang cukup bagi pelaku untuk mempersiapkan alat dan cara untuk melakukan niatnya.

Perbedaan cara melakukan kedua tindak pidana ini menyebabkan perbedaan pula pada sanksi pidana yang diterima, dalam pembunuhan biasa pelaku diancam dengan hukuman pidana lima belas tahun penjara, sedangkan dalam pembunuhan berencana diancam dengan pidana yang lebih berat yaitu pidana mati, pidana penjara seumur hidup, dan pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun. Namun bagaimana jika dalam kasus yang serupa sama tetapi penjatuhan hukumannya berbeda seperti yang terjadi pada kasus pembunuhan berencana dalam putusan Nomor 59/pid/2017/PT.Mtr dan putusan Nomor 95/Pid.B/2017/PN.Rbi berikut.

Kasus pembunuhan berencana dalam putusan Nomor 59/pid/2017/PT.Mtr terdakwa Munawar Alias Mun alias Mu dijatuhi hukuman pidana penjara seumur hidup atas perbuatanya melakukan pembunuhan terhadap Husain M Landa Alias Jon terdakwa membunuh korban dengan cara menebas leher korban dengan parang, terdakwa juga memutilasi tubuh korban menjadi beberapa bagian dan membuangnya atas perbuatannya tersebut pelaku dijatuhi hukuman pidana penjara

(5)

dua puluh tahun oleh pengadilan Negeri Raba Bima, namun dalam tingkat banding Pengadilan Tinggi Mataram menjatuhkan pidana penjara seumur hidup.

Kasus dalam putusan Nomor 59/Pid/2017/PT.Mtr dan putusan Nomor 95/Pid.B/2017/PN.Rbi merupakan kasus yang sama namun hakim menjatuhkan putusan berbeda, Perbedaan pemberian putusan pidana mungkin akan ikut berpengaruh terhadap cara pandang dan penilaian masyarakat terhadap peradilan sehingga akan di anggap sebagai wujud ketidak adilan dan akan menimbulkan anggapan adanya diskrimanasi hukum dimana suatu pihak pemberian hukumannya di perberat dan di pihak lain hukumanya diperingan. Hal tersebut membuat penyusun tertarik untuk mengkaji dan meneliti apa yang sebenarnya terjadi dalam proses peradilan dan apa sebenarnya yang menjadi faktor penyebab sehingga terjadi perbedaan penjatuhan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana dalam kasus yang serupa atau sifat berbahaya sama.

Berdasarkan hal tersebut di peroleh Rumusan Masalah : 1) Bagaimana pertimbangan hakim dalam putusan Nomor 59/PID/2017/PT.MTR dan putusan Nomor 95/Pid.B/2017/PN.Rbi. 2) Bagaimana penjatuhan pidana dalam putusan Nomor 59/PID/2017/PT.Mtr Tujuan Penelitian : Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan studi strata satu (S1) program studi ilmu hukum Fakultas Hukum Universitas Mataram. Adapun tujuan secara kusus antara lain : 1) Untuk mengetahui bagaimana pertimbangan hakim dalam putusan Nomor 59/PID/2017/PT.MTR dan putusan Nomor 95/Pid.B/2017/PN.Rbi dan mengetahui penerapan pidana dalam putusan Nomor 59/PID/2017/PT.MTR

(6)

Manfaat penelitian ini ada dua yaitu secara secara teoritis dan manfaat secara praktik, manfaat teoritis yaitu untuk pengembangan ilmu hukum pidana kususnya tentang tindak pidana pembunuhan berencana, manfaat paraktik yaitu Untuk membantu pemecahan masalah-masalah hukum dalam praktek hukum.

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dengan menggunakan, pendekatan undang-undang, pendekatan konseptual, dan pendekatan kasus, sumber bahan hukum menggunakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan bahan hukum menggunakan studi dokumen dengan cara menelusuri buku-buku literatur, dan internet yang berkaitan dengan objek penelitian. Analisis hukum yang di gunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan cara menjabarkan struktur putusan, setelah itu penyusun menjabarkan ratio decidendi dari putusan kemudian menganalisis sesuai dengan permasalahn hukum.

(7)

II PEMBAHASAN

1. Pertimbangan Hakim dalam Putusan Nomor 59/Pid/2017/Pt.Mtr dan Putusan Nomor 95/Pid.B/2017/PN.Rbi

Pertimbangan Yuridis

1) Dakwaan jaksa penuntut umum

Putusan Nomor 59/pid/2017/Pt.Mtr terdakwa Munawar alias Mun alias Mu disusun secara subsidair yaitu: Pasal 340 KUHP, Pasal 338 KUHP, Pasal 351 Ayat (3) KUHP.

2) Keterangan saksi

keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan saksi mengenai suatu peristiwa yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu ( pasal 1 butir 27 KUHAP) 1 para saksi telah di dengar keteranganya yang pada intinya keteragan para saksi menguatkan dakwaan jaksa penuntut umum

3) Barang-barang bukti : 1 buah tas rasel hitam, 2 buah karung kosong, 1 bilah parang panjang 40 cm, Sebuah flasdisk, Sepeda motor Beat Nomor polisi EA 4520 SH.

Pertimbangan Non yuridis

a) Kedaan yang meringankan : Terdakwa menunjukan rasa penyesalan, Secara terbuka di persidangan terdakwa telah meminta maaf kepada seluruh anggota

1 C jisman samosir, hukum acara pidana, nuansa aulia, bandung,2018, hlm 162-163

(8)

masyarakat dan keluarga besar korban, terdakwa baru pertama kali melakukan tindak pidana, Terdakwa berterus terang, belum pernah di jatuhi pidana

b) Keadaan yang memberatkan : Perbuatan terdakwa mengakibatkan korban Husain M. Landa meninggal dunia, Perbuatan terdakwa dilakukan secara sadis dan terencana, Terdakwa tidak menyesali perbuatannya,

Analisis Penyusun

Majelis hakim telah memberikan pertimbangan yang menjadi dasar putusan dalam putusan Nomor 95/pid.B/2017/PN.Rbi pada pokoknya sebagai berikut : 1. Tindak pidana yang di atur dalam ketentuan pasal 340 KUHP di ancam

dengan hukum mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara selama- lamanya dua puluh tahun.

2. Atas dasar hal-hal yang memberatkan saja yaitu: Perbuatan terdakwa mengakibatkan korban Husain meninggal dunia, Perbuatan terdakwa dilakukan secara sadis dan terencana

3. Bahwa dipersidangan telah di dapat fakta hukum bahwa sifat jahat terdakwa nampak dari cara terakwa melakukan perbuatannya yaitu menebas leher korban kemudian memotong bagian tubuh korban.

4. Selain fakta hukum lain yang dapat di jadikan pertimbangan untuk menjatuhkan pidana yaitu: Terdakwa menunjukan rasa penyesalan, secara terbuka di persidangan terdakwa telah meminta maaf kepada seluruh anggota masyarakat dan seluruh keluarga besar korban, Terdakwa baru pertama kali melakukan tindak pidana, Terdakwa berterus terang, Terdakwa belum pernah di jatuhi pidana.

(9)

Dalam pertimbangan tersebut majelis hakim pengadilan Negeri Raba Bima telah mempertimbangkan ketentuan pidana dalam pasal 340 KUHP menggunakan ancaman pidana secara alternatif hal tersebut menujukan bahwa hakim boleh memilih dalam menjatuhkan pidana selama pidana tersebut masih dalam lingkup pidana yang diancamkan dalam pasal tersebut. Dalam pertimbangan ke dua majelis hakim mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan terdakwa berdasarkan surat tuntutan penuntut umum yang memuat hal-hal yang memberatkan terdakwa termasuk di dalamnya memperhatikan pula tuntutan jaksa penuntut umum. Majelis hakim dalam pertimbangan ketiga telah memperhatikan sifat terdakwa baik sifat jahat maupun sifat baik, dalam hal ini tampak sifat jahat pelaku dari cara terdakwa melakuan tindak pidana yaitu dengan menebas dan memutilasi tubuh korban. Sedangkan sifat baik terdakwa juga nampak, yaitu terdakwa menyesali perbuatannya.

Selain pertimbanagan di atas hal yang perlu di perhatikan oleh majelis hakim dalam menjatuhkan pidana adalah terpenuhinya unsur-unsur pasal yang di dakwakan terhadap pelaku, jika unsur-unsur pasal tidak terpenuhi maka terdakwa tidak dapat di jatuhi pidana dan terhadap terdakwa harus di putus bebas, pasal 191 ayat (1) KUHAP.2

1. Unsur barang siapa

Dalam dakwaan penuntut umum, yang didakwa sebagai pelaku adalah Munawar alis Mun alias Mu telah membenarkan identitasnya sebagaimana tertera dalam surat putusan.

2 Kitab ndang-Undang Hukum Acara Pidana

(10)

2. Unsur degan Sengaja

Perbuatan terdakwa berupa menghilangkan nyawa orang lain, itu memang di kehendaki oleh terdakwa. terdakwa juga mengetahui dan mengerti bahwa apa yang di hilangkannya itu adalah nyawa orang lain. Hal tersebut sesuai dengan fakta hukum yang terungkap di persidangan bahwa ketika korban membalikan badannya, karena mengira bahwa terdakwa akan mengeluarkan sperma di kepalanya, tepi terdakwa malah mengambil parang yang telah diletakannya di belakang pintu dan menebas leher korban.

Dengan memperhatikan alat yang di pakai terdakwa yaitu sebilah parang panjang kurang lebih 40 cm yang sangat tajam serta tebasan terdakwa yang mengarah pada bagian organ tubuh yang sangat mematikan yaitu leher korban, hal tersebut menunjukan bahwa yang dikehendaki oleh terdakwa adalah hilangnya nyawa orang lain dengan demikian unsur dengan sengaja terpenuhi.

3. Unsur dengan Rencana

Adanya unsur kesengajaan dan dengan rencana yang dilakukan terdakwa Munawar yaitu: Dalam persidangan di temukan fakta hukum bahwa ketika berangkat dari Batam ke Bima pada hari senin, tanggal 26 september 2016, terdakwa telah membawa sebuah tas ransel warna hitam merk Bruno Cavali yang di dalamnya terdapat dua buah karung kosong dan sebuah parang panjang 40 cm.

Perbuatan terdakwa yaitu membawa sebuah parang panjang 40 cm dan membawa dua buah karung kosong pasti ada hubungannya dengan rencana tertentu yang akan dilakukan. Hal tersebut di dasarkan fakta hukum yang terdapat

(11)

di persidangan bahwa ketika sampai di Bandara Sultan Salahuddin Bima terdakwa justru tidak pulang ke rumahnya, namun terdakwa malah menemui korban.

Fakta hukum lain yang terdapat di persidangan adalah pada ahirnya terdakwa menggunakan sebilah parang yang di bawanya untuk menebas leher korban, kemudian memotong bagian tertentu tubuh korban dan memasukan ke dalam karung yang telah di bawanya. Hal ini jelas bukan kebetulan tetapi merupakan Rencana yang telah di susun terdakwa sebelumnya.

4. Unsur merampas nyawa orang lain

Perbuatan merampas nyawa orang lain yang dilakukan terdakwa yaitu:

Dalam persidangan terungkap fakta yang didapat dari keterangan terdakwa bahwa ketika tedakwa dan korban melakukan hubungan sex sejenis (Oral sex), korban meminta tedakwa agar mengelurkan spema dikepala korban, oleh karena itu, terdakwa kemudian meminta kepada korban agar membalikan badan. Korban yang ketika itu dalam posisi duduk berjongkok kemudian membalikan badannya, kemudian terdakwa mengambil parang dan menebas leher korban, Terdakwa kemudian memotong bagian tubuh korban kemudian memasukannya ke dalam karung. Berdasarkan fakta yang demikian jelas bahwa perbuatan terdakwa yang demikian itulah yang menyebabkan matinya korban Husen Landa Alais Jon. fakta tersebut sesuai dengan keterangan ahli dr. Dyah Ayu Nirmalasari yang menyatakan penyebab kematian korban akibat pendarahan yang tidak bisa di hentikan.

Berdasarkan pertimbangan tersebut majelis hakim pengadilan Negeri Raba Bima menjatuhkan pidana 20 tahun. Atas putusan tersebut, jaksa

(12)

penuntut umum mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Mataram.

Pengadilan Tingi Mataram sebgai judex facti yang memeriksa ulang fakta- fakta dan aspek hukum dalam putusan 59/pid/2017/Pt.Mtr memberikan pertimbangan-pertimbangan pada pokoknya berikut :

1. Pengadilan Tinggi berpendapat bahwa perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa sangat biadab, kejam dan sadis serta terdakwa tidak menghormati nyawa seseorang, karena nyawa adalah pemberian dari Allah SWT yang paling berharga bagi setiap manusia yang tidak bisa ditukar dengan sesuatu apapun didunia, dengan meninggalnya korban maka putuslah hubungan dengan keluarganya dan sanak saudaranya.

2. Pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa tidak hanya mendidik terdakwa tetapi juga sebagai contoh bagi masyarakat lainnya supaya tidak berbuat seperti apa yang dilakukan oleh terdakwa

Dalam pertimbangan pertama majelis hakim pengadilan Tinggi Mataram memiliki pendapat sendiri dalam hal sifat pelaku dalam melakukan perbuatan pidana, majelis hakim menilai perbuatan terdakwa sangat biadab, kejam dan sadis, terdakwa juga tidak menghormati nyawa orang lain, penyusun berpendapat penilaian majelis hakim yang menganggap perbuatan terdakwa sangat biadap kejam dan sadis berkaitan dengan cara terdakwa dalam melakukan tindak pidana dalam fakta hukum yang terungkap di peridangan terdakwa membunuh korban dengan cara menebas leher korban dan memotong-motong bagian tubuh korban, sedangkan dalam penilain mejelis hakim yang mengatakan perbuatan terdakwa tidak menghormati nyawa orang

(13)

lain karena alasan terdakwa membunuh korban tanpa di dasari dengan alasan yang jelas, hal tersebut tampak dari fakta hukum di persidangan, bahwa dari pengakuannya terdakwa membunuh korban karena sering didesak untuk bercerai dengan istrinya, menurut penyusun hal tersebut tidak dapat di jadikan alasan pembenar untuk membunuh korban, karena perbuatan membunuh orang lain dengan alasan apapun merupakan hal yang di larang.

Dalam pertimbangan kedua majelis hakim mempertimbangakan penjatuhan pidana untuk mendidik pelaku dan masyarakat karena dengan di jatuhi pidana pelaku akan menyadari bahwa perbuatan membunuh merupakan kesalah yang harus dipertanggung jawabakan, penjatuhan pidana dimaksudkan untuk memberika contoh bagi mayarakat bahwa perbuatan membunuh tidak dibenarkan dengan alasan apapun.

Menurut penyusun pertimbangan hakim dalam kedua putusan di atas telah benar dan sudah sesuai sebagaimana telah ditetapkan oleh undang-undang baik pertimbangan yuridis maupun pertimbangan non yuridis. Namun dalam hal penjatuhan pidana penyusun tidak sependapat dengan putusan pengadilan Negeri Raba Bima yang menjatuhkan vonis 20 tahun penjara terhadap terdakwa, penyusun lebih sependapat dengan putusan Pengadilan Tinggi Mataram yang memutus terdakwa dengan vonis pidana penjara seumur hidup, karena perbuatan terdakwa dalam melakukan pembunuhan sangat tidak manusiawi dengan cara menebas leher korban dan memutilasi anggota tubuh korban dinilai sangat biadab, kejam dan sadis, sehingga perbuatan tersebut

(14)

meresahkan masyarakat sehingga terdakwa harus di jatuhi pidana yang lebih berat.

2. Penjatuhan Pidana dalam Putusan Nomor 59/pid/2017/Pt.Mtr

Putusan Nomor 95/Pid.B/2017/PN.Rbi terdakwa Munawar alias Mun alias Mu oleh majelis hakim pengadilan Negeri Raba Bima di jatuhi pidana penjara 20 puluh tahun, sedangkan dalam putusan Nomor 59/Pid/2017/PT.Mtr terdakwa di jatuhi pidana penjara seumur hidup. Berdasarkan fakta hukum yang terungkap di persidangan terdakwa Munawar Terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pembunuhan berencana pasal 340 KUHP. terdakwa dalam perbuatannya melakukan secara kejam dan sadis, sehingga meresahkan masyarakat terdakwa berusaha menutupi perbuatannya dengan membuang barang bukti, dan memutilasi tubuh korban dan membuangnya. Perbuatan terdakwa munawar telah menyebabkan hilangnya nyawa orang lain, korban adalah tulang punggung kelurganya sehingga perbuatan terdakwa tidak hanya berdampak terhadap korban tetapi juga mengakibatkan penderitaan bagi orang-orang, dalam hal ini keluarga korban yang hidupnya bergantung pada korban, serta perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut penyusun lebih sependapat dengan penjatuhan pidana seumur hidup yang di jatuhkan oleh Pengadilan Tinggi Mataram.

Tujuan dari adanya sanksi pidana adalah untuk menegakan hukum agar hukum tidak kehilangan wibawanya sehingga hukum tetap di taati, selain itu tujuan sanksi adalah untuk membalas perbuatan pelaku sehinga menimbulkan efek jera, serta memberikan keadilan bagi keluarga korban korban hal tersebut

(15)

sebgaimana di kemukakan oleh Sudarto. Menurut Sudarto tujuan pemidanaan pada umumnya adalah

a. Mempengaruhi peri kalakuan si pembuat agar tidak melakukan tindak pidana lagi, yang biasanya disebut prevensi special

b. Mempengaruhi peri kelakukan anggota masayarakat pada umumnya agar tidak melakukan tindak pidana sepeti yang dilakukan oleh si terhukum

c. Mendatangkan suasana damai atau penyelesaian konflik d. Pembalasan atau pengimbalan dari kesalahan si pembuat 3

Penjatuhan pidana seumur hidup terhadap terdakwa akan membatasi bahkan menutup kesempatan bagi pelaku untuk melakukan tindak pidana lagi, sehingga masyarakat merasa aman dari tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku yang sama, penjatuhan hukuman memberikan pengaruh terhadap kelakuan masyarakat pada umumnya agar tidak melakukan kejahatan yang sama, dengan penjatuhan pidana seumur hidup masyarakat akan merasa takut dan berpikir dua kali untuk melakukan kejahatan, memberikan pembalasan atau pengimbalan dari kesalahan si pelaku, dengan memberikan hukuman yang berat sesuai dengan berat pidana yang di lakukan, dengan demikian dapat memberikan rasa keadilan bagi keluarga korban. Berdasarkan hal tersebut menurut penyusun dengan penjatuhan pidana seumur hidup terhadap pelaku, akan melindungi masyarakat dari kejahatan yang sama yang di lakukan oleh pelaku yang sama, sehingga akan mengembalikan keseimbangan pasca tindak pidana dalam masyarakat serta memberikan rasa keadilan bagi keluarga korban.

3 Rodliyah, pidana Mati terhadap perempuan (suatu kajian perbandingan), Cv Arti Bumi intara, Yogyakarta,2010, Hlm. 56

(16)

III PENUTUP

Kesimpulan

Putusan Nomor 59/Pid/2017/Pt.Mtr dan 95/Pid.B/2017/Pn.Rbi majelis hakim telah mempertimbangkan segala aspek baik yuridis dakwaan jaksa penuntut umum, keterangan saksi, keterangan terdakwa dan barang bukti. Namun dalam putusan Nomor 59/Pid/2017/Pt.Mtr majelis hakim tidak mencantumkan pertimbangan non yuridis mengenai hal yang memberatkan dan hal yang meringankan terdakwa. Pidana penjara 20 tahun yang di jatuhan hakim pengadilan Negeri Raba Bima dalam Putusan Nomor 95/Pid.B/2017/Pn.Rbi kurang tepat karena cara terdakwa melakukan tindak pidana sangat keji yaitu denga cara mutilasi, dalam pandangan masyarakat perbuatan memutilasi merupakan perbuatan tidak manusiawi dan meresahkan masyarakat, sehingga penjatuhan pidana penjara 20 tahun tidak adil untuk korban dan keluarga korban, karena pemidanaan harus menunjukan kesebandingan antara perbuatan pelaku dengan hukum yang di jatuhkan, maka pidana seumur hidup lebih pantas di jatuhkan

Saran

Akan lebih baik jika dalam putusan 59/Pid/2017/Pt.Mtr lebih memberikan pertimbangan yang lengkap teruma dalam pertimbangan non yuridis. Para penegak hukum dalam mengadili suatu perkara harus lebih mengedepankan keadilan dan kepastian hukum dengan memberikan hukuman yang berat, terutama terhadap tindak pidana yang di lakukan secara tidak manusiawi, seperti pembunuhan berencana di sertai mutilasi. Sehingga penjatuhan pidana

(17)

tidak hanya bernilai hukum namun juga dapat memberikan rasa keadilan bagi masyarakat dan keluarga korban.

(18)

DAFTAR PUSTAKA BUKU-BUKU

Jisman Samosir C, Hukum Acara Pidana, Nuansa Aulia, Bandung, 2018.

Rodliyah, Pidana Mati Terhadap Perempuan (Suatu Kajian Perbandingan), Cv Arti Bumi Intara, Yogyakarta, 2010.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana turut serta (medepleger) dalam melakukan pembunuhan berencana pada

Adapun Sanksi pidana bagi pelaku tindak pidana pembunuhan berencana dalam hukum positif, seperti halnya yang telah dibahas pada macam-mcam pembunuhan dalam

BTN Sahlan Bin Hasan terbukti melakukan tindak pidana pembunuhan berencana terhadap korban bernama Djohan yang diatur dalam Pasal 340 KUHP dengan ancaman pidana

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis, maka di dapatlah pengetahuan mengenai pengaturan perlindungan hukum terhadap saksi dalam tindak pidana pembunuhan berencana

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis, maka di dapatlah pengetahuan mengenai pengaturan perlindungan hukum terhadap saksi dalam tindak pidana pembunuhan berencana

Perlindungan Hukum Terhadap Saksi Dalam Tindak Pidana Pembunuhan. Berencana belum pernah

Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana Penjara Seumur Hidup terhadap Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Berencana , Jurnal Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya

Tesis berjudul “Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Hukuman Mati Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Berencana (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Sekayu Nomor