• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), Juli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), Juli"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Asesmen Produktivitas Ternak dan Kesesuaian Potensi Tanaman Pertanian Sebagai Hijauan Pakan: Sebuah Potret Kawasan Agro-Ekologi

Dataran Rendah Selatan Merauke, Papua

(Assessing Livestock Productivity and Suitability of Potential Crops as Forages: A Picture of Southern Lowland Agro-Ecological Region of

Merauke, Papua)

Elfira Kariane Suawa1, Hieronymus Yohanes1, Yafed Muyan2, Sientje Rumetor1, Jhon Arnold Palulungan1, Alnita Baaka1, Dwi Nurhayati1, Siti Halimatus Saadiyah2, Hans Mamboai2, Maria Arim2, Desni Saragih1, Aisyah Bauw3, Stepanus Pakage1, Makarius Bajari3, Yafed Syufi4, Maya Novi5, Jasmal

Syamsu6, Deny Anjelus Iyai1

(Diterima Agustus 2020/Disetujui Juni 2022)

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah menganalisis produksi ternak dan limbah pangan serta kesesuaian peternakan perbatasan pada kawasan dataran rendah Merauke. Data dianalisis pada struktur populasi ternak (ekor/ST), produksi limbah tanaman pangan (BK), kapasitas tampung, dan nilai kuosien lokasi (LQ), dan SWOT. Produksi limbah tanaman pangan adalah 350 ribu ton BK dan selama ini baru disediakan bagi ternak ruminansia sekitar 11%. Limbah jerami tanaman pangan masih didominasi oleh jerami padi (97%), diikuti limbah jagung (2%), ubi jalar, dan kacang tanah.

Kapasitas peningkatan populasi ternak sapi adalah mendekati 315 ribu ST. Nilai LQ baik ternak dan tanaman pangan di Merauke masih berada pada kisaran 0 sampai dengan <1 dan merupakan sektor yang prospektif untuk dioptimalkan. Dari hasil analisis SWOT disimpulkan bahwa strategi S-O adalah intensifikasi dan ekstensifikasi komoditas peternakan.

Kata kunci: struktur populasi ternak, location quotient, kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia, limbah tanaman pangan, Merauke

ABSTRACT

The study aimed to descriptively capture livestock production and food waste and the suitability of border farms in the lowland Merauke region. Data were analyzed on livestock population structure (individual/ST), food crop waste production (dry weight, DW), capacity, and location quotient (LQ), and SWOT. Food crop waste production is 350 thousand tons of DW and so far only provided for ruminant cattle about 11%. Food crop straw waste is still dominated by rice straw (97%), followed by corn waste (2%), sweet potatoes, and peanuts. The capacity to increase the cattle population is close to 315 thousand ST. The LQ value of both livestock and food crops in Merauke is still in the range of 0 -<1 and is still a prospective sector to be optimized. The results of SWOT analysis conclude that the S-O strategy is the intensification and expansion of livestock commodities.

Keywords: livestock population structure, location quotient, KPPTR, crop residues, Merauke

PENDAHULUAN

Sejak masa administrasi Belanda, Merauke menjadi kawasan pengembangan peternakan dan pertanian (Manikmas 2010; Malik & Friyatno 2010; Iskandar

2017). Pascaintegrasi, Merauke menjadi wilayah sasaran program pembangunan nasional, sejak Orde Baru sampai saat ini. Pada dasawarsa ini, telah ditetapkan daerah MIFE, yaitu Merauke Integrated Food and Energy Estate atau Perkebunan Pangan dan Energi Terpadu Merauke (Manikmas 2010; Dewi 2012). Secara wilayah, apa latar belakang keputusan pemerintah Pusat untuk memilih wilayah Merauke.

Analisis dan keputusan yang dihasilkan tentunya berdasarkan indikator analisis peternakan berbasis wilayah (Tirajoh et al. 2016; Xaverius et al. 2020), seperti kapasitas limbah pakan ternak, ketersediaan lahan, indeks konsentrasi produksi pakan (IKPP), daya dukung limbah tanaman pangan, dan kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (Madarisa et al. 2007; Febrina & Liana 2008; Sitindaon 2013; Umela

1 Fakultas Peternakan, Universitas Papua, Jl. Gunung Salju, Amban, Manokwari 98314

2 Fakultas Pertanian, Universitas Papua, Universitas Papua, Jl.

Gunung Salju, Amban, Manokwari 98314

3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Papua, Jl. Gunung Salju, Amban, Manokwari 98314

4 Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Papua, Jl. Gunung Salju, Amban, Manokwari 98314

5 Program Studi Peternakan, Politeknik Pertanian Yasanto, Jl. Missi II, Merauke 99601

6 Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan, Makassar 90245

* Penulis Korespondensi: E-mail: da.iyai@yahoo.com

(2)

& Bulontio 2016). Semua ini adalah analisis makro.

Secara mikro, Merauke memiliki ternak yang dapat diklasifikasikan menjadi komoditas ternak yang dipelihara pada periode waktu pendek dan mem- berikan pendapatan pada petani/peternak (Malik &

Friyatno 2010; Tallulembang & Manggau 2013;

Lobwaer et al. 2019; Novi 2019; Balawai et al. 2020).

Selain itu, ternak yang dibudidayakan pada periode pemeliharaan cukup lama dan lambat menghasilkan pendapatan kepada petani/peternak. Kedua jenis komoditas ini disebut high-return livestock dan slow- return livestock (Waithaka & Shepherd 2006).

Komoditas ternak yang dipelihara meliputi ternak ayam, babi, dan kambing, serta ternak sapi yang merupakan ternak konvensional. Komoditas ternak yang disebutkan adalah ternak konvensional introduksi yang belum menjadi komoditas andalan karena dibudidayakan secara ekstensif (Iyai 2015; Iyai 2010).

Bagi penduduk, jenis ternak budi daya hanya sebagai tabungan (life savings) (Phiri 2012; Mekonnen et al.

2012; Vithanage et al. 2013; Widi 2015), yang dipasarkan bila ada kebutuhan mendesak dan untuk konsumsi keluarga. Hal ini menyebabkan tidak optimalnya produksi dan keuntungan bagi peternak serta komunitas masyarakat di sekitar. Kehadiran ternak masih belum berdampak pada ekonomi peternak dan ekonomi daerah. Masih dijumpai kendala produksi, ekonomi, kebijakan, sosial, dan budaya yang berdampak dalam rangka pengembangan dan pembangunan subsektor peternakan itu sendiri.

Sehubungan dengan posisi Kabupaten Merauke yang berada pada daerah perkotaan dan pesisir, maka sistem usaha tani ternak yang ada cenderung memanfaatkan potensi sumber daya pesisir, seperti air laut, tanaman kelapa, rumput-rumput tanaman dataran rendah dan pesisir tumbuh di pesisir. Dengan demikian, produksi ternak yang berkembang pada wilayah pesisir Merauke akan bersesuaian dengan kondisi lingkungan setempat (Puastuti et al. 2017;

Tirajoh et al. 2016; Balawai et al. 2020; Gebze &

Tugiyani 2020). Kesesuaian dan peluang komoditas ternak untuk dikembangkan dapat dianalisis menggunakan indikator nilai LQ (Puastuti et al. 2017;

Dewi 2018). Sistem peternakan yang diusahakan petani dan peternak dapat dipastikan dibudidayakan dengan sistem ekstensif dan semi-intensif. Akan tetapi, untuk pengembangannya, sistem usaha tani ternak ini relatif belum dipetakan dan diketahui dengan baik.

Seperti diketahui bahwa pada kawasan pesisir, karena karakteristik tanah dan lahan, sumber daya alam yang tersedia, dan budaya masyarakat, maka pola usaha tani ternak dapat beragam. Masyarakat peternak Merauke sejauh ini belum menjadi salah satu pemasok kebutuhan komoditas pertanian di kabupaten dan kota terdekat, seperti Nusa Tenggara Timur, Timika, Mappi, dan Bovendigul di Provinsi Papua.

Petani/peternak hanya bersandar pada pengetahuan lokal yang dimiliki, warisan keterampilan, dan pengetahuan keluarga secara turun-temurun (Setianto et al. 2014; Relun et al. 2015). Dengan demikian, tidak

dapat dimungkiri pula bahwa produksi ternak belum mencapai level produksi optimal dan untuk itu masih dapat ditingkatkan. Kendala masih dijumpai dari segi hulu sampai hilir pada sistem peternakan serta segi sarana dan prasarananya yang juga perlu dibangun.

Pendekatan yang selama ini dipakai dalam analisis kompleksitas pertanian ialah SWOT, pest analysis (Van Meensel et al. 2012; Sysak et al. 2012), problem tree analyses (Homer et al. 2017), root-cause analysis, dan diagram fish-bone.

Keterisolasian daerah dari segi faktor sarana transportasi, faktor informasi hulu peternakan tentang pengetahuan produksi dan makanan ternak, faktor kesehatan ternak, faktor modal usaha, dan bentuk pembinaan menjadi masalah utama (Yusdja et al.

2016). Oleh karena itu, segi pra-produksi, produksi, pascaproduksi, dan tataniaga/agribisnis (Syahyuti 1999) perlu mendapat perhatian sehingga dapat diambil benang merahnya sebagai landasan dalam mendesain rencana induk (master plan) pembangunan pertanian di Merauke. Tujuan penelitian adalah melakukan analisis produksi ternak pada tatanan distrik/kecamatan sebagai basis pengembangan komoditas dan pembangunan bidang peternakan, mengevaluasi kebutuhan, dan potensi pengembangan peternakan di Kabupaten Merauke.

METODE PENELITIAN

Kondisi Kabupaten Merauke

Kabupaten Merauke adalah salah satu kawasan nasional sentra produksi pertanian yang terletak di selatan Papua (Gambar 1) dan merupakan kabupaten induk dari beberapa daerah otonom baru di kawasan tersebut. Posisinya adalah antara 131030’ dan 138040’

Bujur Timur, dan antara 2025’ dan 4000’ Lintang Selatan, dengan ketinggian 0–100 m dari permukaan laut. Wilayah ini secara internasional terletak di antara tiga negara, yaitu Australia, Papua New Guinea, dan Indonesia, yang menjadikan Merauke sebagai wilayah strategis tersendiri.

Metode dan Objek Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif menggunakan teknik survei. Responden dipilih secara purposif dari masyarakat yang memiliki ternak. Sumber data diperoleh dari hasil wawancara semi-struktural dan studi pustaka. Jumlah responden kunci adalah sepuluh kepala keluarga untuk memotret jenis ternak yang dibudidayakan, sistem beternak secara umum, reproduksi dan veteriner, tindakan seleksi dan pemuliaan ternak, sumber pakan, pemberian pakan, dan sumber bibit ternak. Hasil wawancara peternak kunci dijadikan justifikasi untuk menilai kondisi makro struktur populasi ternak, menilai kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia, produksi pakan ternak asal limbah pertanian, dan analisis SWOT secara cepat.

(3)

Objek pengamatan yang diperoleh dari wawancara adalah segi budi daya peternakan, produksi ternak, dan kebutuhan pembangunan peternakan di Kabupaten Merauke. Data yang diperoleh selanjutnya ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif untuk memperoleh gambaran objektif perihal budi daya ternak, produksi ternak, persepsi, serta kebutuhan pembangunan peternakan di Kabupaten Merauke.

Pengamatan dan Analisis Data

Data yang dianalisis meliputi populasi dan struktur populasi, produksi bahan kering limbah, daya dukung limbah, kapasitas peningkatan populasi ternak sapi, dan potensi unggulan sektor. Data dianalisis mengikuti metode SWOT.

 Populasi dan struktur populasi

Potensi produksi ternak didasarkan pada periode umur fisiologis ternak yang meliputi umur anak, ternak muda, dan ternak dewasa. Digunakan juga angka konversi berdasarkan jumlah populasi ternak yang diperoleh dari Direktorat Perbibitan Nasional, Kementerian Pertanian (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan 2018).

Keragaan populasi ternak didominasi oleh ayam kampung, diikuti ayam pedaging, ayam petelur, sapi, babi, kambing, kuda, dan kerbau (Tabel 1). Dengan kelengkapan diversifikasi ternak ini, Merauke dapat menjadi salah satu kantong produksi ternak nasional di Indonesia, khususnya di Papua.

 Produksi bahan kering limbah

Data luas panen tanaman pangan sebagai sumber pakan ternak meliputi padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai, dan kacang hijau di Merauke diperoleh dari data BPS Kabupaten Merauke tahun 2019 (Tabel 2).

 Daya dukung limbah

Daya dukung limbah tanaman pangan sebagai sumber pakan ternak dihitung dengan asumsi satu satuan ternak (ST) sapi potong membutuhkan rata-rata bahan kering (BK) 6,25 kg/hari (NRC 1984). Nilai kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR) di suatu wilayah kabupaten dihitung berdasarkan selisih antara daya dukung pakan limbah tanaman pangan dan jumlah ternak ruminansia yang ada. Nilai persentase KPPTR adalah KPPTR (ST) kabupaten masing-masing dibagi KPPTR (ST) provinsi (Syamsu et al. 2006).

Potensi unggulan sektor basis dan non-basis dianalisis dengan metode kuosien lokasi (LQ).

𝐿𝑄𝑖𝑗=𝑋𝑖𝑗/𝑋𝑖.

𝑋.𝑗/𝑋. . Keterangan:

Xij = Derajat aktivitas ke-i di wilayah ke-j Xi = Total aktivitas di wilayah ke-j Xj = Total aktivitas ke-j di semua wilayah X.. = Derajat aktivitas total wilayah

Hasil perhitungan LQ menghasilkan tiga kategori nilai, yaitu LQ > 1; artinya komoditas i menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan. Komoditas ini memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayah bersangkutan, akan tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah; LQ = 1; komoditas tergolong non-basis, tidak memiliki keunggulan komparatif, produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam wilayah sendiri dan tidak dapat diekspor ke luar wilayah; LQ < 1; artinya komoditas ini juga termasuk non-basis, tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam wilayah dan harus diimpor dari luar wilayah. Komoditas dengan nilai LQ >

Sumber: BPS Merauke 2019 dan Google Maps.

Gambar 1 Indikasi lokasi kajian di Kabupaten Merauke.

(4)

1 merupakan standar normatif untuk ditetapkan sebagai komoditas unggulan (Faijah & Wahbi 2014;

Khairiyakh & Mulyo 2015).

SWOT dianalisis menggunakan data yang dikumpulkan dari kuesioner dan observasi lapangan.

Pengembangan kebutuhan pembangunan peternakan dianalisis menggunakan SWOT. Keterangan yang diperoleh dibobotkan berdasarkan pada skala Likert:

Skala 1–2–3–4–5, yakni Tidak Penting – Agak Penting - Cukup Penting – Penting – Sangat Penting.

Pemeringkatan faktor SWOT menggunakan skala 1–

2–3–4, yaitu Sangat Kecil–Sedang–Besar–Sangat Besar (Supriadi 2008).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potret Produksi Ternak

Dalam potret produksi ternak, atribut yang didiskusikan adalah komposisi kepemilikan ternak, sistem beternak, populasi dan umur ternak, pemberian pakan, pemuliaan seleksi ternak, reproduksi dan veteriner, dan sumber bibit ternak. Ternak yang Tabel 1 Populasi ternak di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua

Kecamatan

Populasi Ternak (Ekor) Ayam

kampung

Ayam peterlur

Ayam

Pedaging Itik Kambing Sapi Kerba

u Kuda Babi

Kimaam 5944 0 0 0 74 80 0 20 185

Tabonji 2859 0 0 0 0 0 5 0 10

Waan 1319 0 0 0 0 20 0 0 19

Ilwayab 1139 0 0 0 0 17 0 0 91

Okaba 30547 0 0 7862 104 1297 0 105 185

Tubang 19572 0 0 0 0 100 0 9 218

Ngguti 3944 0 0 0 0 70 0 0 121

Kaptel 3266 0 0 0 0 80 0 0 17

Kurik 183222 2 0 2997 1447 5610 168 316 952

Animha 9903 0 0 172 0 900 0 20 10

Malind 30573 0 0 1822 1231 3190 325 187 137

Merauke 63934 128115 410859 2616 798 3618 45 440 4986

Naukenjerai 26438 0 0 798 188 3470 0 81 550

Semangga 254588 88481 96046 6832 2577 5392 15 291 317

Tanah Miring 229129 27990 3716 6652 2478 5886 50 317 1803

Jagebob 153151 0 0 1414 388 3611 0 120 128

Sota 8935 0 998 605 50 1035 0 24 109

Muting 52106 0 0 1259 81 875 0 74 130

Elikobel 114009 0 0 1050 62 1000 0 125 47

Ulilin 92441 0 0 1044 75 2149 0 29 49

Jumlah (ekor) 1287019 247858 511619 35123 9553 38400 608 2158 10064 Tabel 2 Luas panen tanaman pertania di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua

Kecamatan

Luas panen (ha)

Padi Jagung Ubi kayu Ubi jalar Kacang tanah Kacang

kedelai Kacang hijau

Kimaam 998 6.75 206 161,75 1 1 1

Tabonji 343 0 5 5 0 0 0

Waan 133 0 1 0 0 0 0

Ilwayab 155 0 0 0 0 0 0

Okaba 146 4.5 6 6 0 0 0

Tubang 15 0 0 0 0 0 0

Ngguti 10 0 0 0 0 0 0

Kaptel 10 0 0 0 0 0 0

Kurik 17539 44 23,8 7,05 8,5 6,5 1

Animha 85 4.5 17,2 4,7 0,5 0 0

Malind 8196 59,25 9 11,65 37 0 3

Merauke 1730,25 44.5 17,25 26,25 0 0,5 4

Naukenjerai 373 8.5 4,5 1,25 2,5 0 3,5

Semangga 10387 61,5 9 14 0 1 9,75

Tanah Miring 15788 30,5 7,8 41 6 2,25 0,5

Jagebob 859,75 244,25 27,35 15,5 218,6 114,25 15,25

Sota 31 9 7 14 1 0,5 0

Muting 124 5,5 55 0 0 0 0

Elikobel 186 389 1,5 3 2,5 4 3

Ulilin 154.5 220,25 5 28 2,5 0 0

Jumlah 57263,5 1132 402,4 339,15 280,1 130 41

(5)

dipelihara di Merauke berasal dari upaya mandiri.

Ternak kambing diperoleh dari pemberian keluarga dan atau dibeli di pasar/peternak lain. Ternak babi diperoleh dengan berburu di hutan, sedangkan ayam buras dari usaha mandiri. Sementara itik diperoleh dari bantuan Dinas Peternakan Merauke.

Jumlah jenis ternak yang dipelihara terdiri atas ternak ruminansia, nonruminansia, dan unggas. Jenis ternak yang dominan ialah ayam buras (unggas) diikuti oleh kambing, dan sebagian kecil sapi potong, babi, dan itik. Ayam buras masih menjadi ternak primadona bagi penduduk di Merauke dan sama halnya juga dengan peternak di seluruh Indonesia. Dengan hanya memelihara beberapa ekor saja, kebutuhan telur dan daging untuk skala keluarga dapat dicukupi.

Sistem Beternak

Jumlah peternak dominan memelihara ternak ayam didasarkan atas sebuah pandangan bahwa ternak ayam lebih cepat dipelihara dan berproduksi serta menguntungkan. Dengan mengembangkan konsep LEISA (Sudaryanto & Jamal 2000; Asminaya et al.

2018), usaha pemeliharaan sapi potong merupakan bagian dari aplikasi LEISA di Merauke. Sama halnya dengan sistem beternak kambing. Akan tetapi, sebagai bagian dari penertiban hewan peliharaan oleh pemerintah daerah, segi kesejahteraan dan kesehatan ternak perlu diperhatikan. Ternak unggas, seperti ayam buras, itik, dan entok juga dipelihara secara intensif, semi-intensif, dan umbaran (Homer et al.

2017). Budi daya pola umbaran dilakukan karena peternak belum dapat menyediakan kandang bagi ternak. Ternak yang diumbar dan kurang diawasi ini menjadi pemicu munculnya masalah sosial, seperti pencurian ternak dan rusaknya kebun milik petani akibat dirusak oleh ternak. Sebenarnya, dengan

dibuatkannya kandang, manfaat ekonomi yang bisa didapatkan akan lebih optimal, seperti penjualan pupuk organik dan tersedianya bahan baku biogas sebagai cadangan energi rumah tangga.

Populasi dan distribusi umur ternak

Populasi ternak sapi, kerbau, kambing, dan babi disajikan pada Tabel 3, 4, 5, dan 6. Pada tabel-tabel tersebut, populasi ternak untuk kondisi saat ini dihitung untuk menduga struktur populasi ternak umur fase anak, muda, dan dewasa berdasarkan jumlah ekor ternak dan satuan ternak (ST). Untuk ternak sapi, dari jumlah populasi 38.400 ekor yang tersebar di 20 kecamatan, populasi tertinggi berada di Kecamatan Tanah Miring (5.886 ekor) dan populasi terendah di Kecamatan Ilwayab (17 ekor), sementara di Kecamatan Tabonji tidak ada.

Dari komposisi demografi struktur populasi ternak sapi diperoleh komposisi anak sapi 9.600 ST, remaja 23.040 ST, dan dewasa 38.400 ST, serta terdapat 71.040 ST ternak di Merauke. Populasi ternak kerbau di Merauke adalah 608 ekor, tetapi belum merata untuk dibudidayakan. Kecamatan Malind, Kecamatan Kurik, dan Kecamatan Tanah Miring adalah tiga wilayah pengembangan ternak kerbau di Merauke. Dari 1.216 ST kerbau, ternak anak 152 ST, 364,8 muda, dan 699,2 ST dewasa.

Dari populasi ternak kambing 9.553 ekor, populasi tertinggi berturut-turut dicapai oleh Kecamatan Semangga (2.577 ekor), Kecamatan Tanah Miring (2.478 ekor), dan Kecamatan Kurik (1.447 ekor). Dari segi struktur umur, Kecamatan Semangga men- dominasi diikuti oleh Kecamatan Tanah Miring dan Kecamatan Kurik. Dari segi struktur populasi berdasarkan unit ternak, terdapat 382,12 ST anak, 764,24 ST muda, dan 1528,48 ST dewasa. Kecamatan Tabel 3 Populasi dan struktur populasi ternak sapi Kabupaten Merauke, Provinsi Papua

Kecamatan

Ternak Sapi

Struktur Populasi (ekor) Struktur Populasi (ST)

Anak Muda Dewasa Jumlah Anak Muda Dewasa Jumlah

Kimaam 13,59 21,34 45,06 80 20 48 80 148

Tabonji 0 0 0 0 0 0 0 0

Waan 3,40 5,34 11,27 20 5 12 20 37

Ilwayab 2,89 4,5356 9,58 17 4,25 10.2 17 31,45

Okaba 220,36 346,04 730,60 1297 324,25 778.2 1297 2399,45

Tubang 16,99 26,68 56,33 100 25 60 100 185

Ngguti 11,89 18,676 39,43 70 17,50 42 70 129,5

Kaptel 13,59 21,344 45,06 80 20 48 80 148

Kurik 953,14 1496,748 3160,11 5610 1402,5 3366 5610 10378,5

Animha 152,91 240,12 506,97 900 225 540 900 1665

Malind 541,98 851,09 1796,93 3190 797,5 1914 3190 5901,5

Merauke 614,70 965,28 2038,02 3618 904,5 2170,8 3618 6693,3

Naukenjerai 589,55 925,80 1954,65 3470 867,5 2082 3470 6419,5

Semangga 916,10 1438,59 3037,31 5392 1348 3235,2 5392 9975,2

Tanah Miring 1000,03 1570,38 3315,58 5886 1471,5 3531,6 5886 10889,1

Jagebob 613,51 963,41 2034,08 3611 902,75 2166,6 3611 6680,35

Sota 175,85 276,14 583,02 1035 258,75 621 1035 1914,75

Muting 148,66 233,45 492,89 875 218,75 525 875 1618,75

Elikobel 169,90 266,80 563,30 1000 250 600 1000 1850

Ulilin 365,12 573,35 1210,53 2149 537,25 1289,4 2149 3975,65

Jumlah 6524,16 10245,12 21630,72 38400 9600 23040 38400 71040

(6)

dengan indikator tertinggi ada di Kecamatan Semangga, yaitu anak 103,08 ST, muda 206,16 ST, dan dewasa 412,32 ST.

Struktur populasi ternak babi dengan populasi tertinggi berada di Kecamatan Merauke, yaitu 544,47 ekor (anak), 709,51 ekor (muda), dan 3.732,02 ekor (dewasa), diikuti oleh Kecamatan Tanah Miring dan Kecamatan Kurik.

Populasi ternak babi di Merauke adalah 10.064 ekor. Struktur populasi ternak babi anak, muda, dan dewasa tertinggi berada di Kecamatan Merauke, diikuti

Kecamatan Tanah Miring dan Kecamatan Kurik.

Adapun struktur populasi dalam satuan ST dicapai oleh Kecamatan Merauke (498,6), Kecamatan Tanah Miring (360,6), dan Kecamatan Kurik (95,1). Sementara jumlah total populasi ternak babi di Merauke adalah 7.044,8 ST.

Kesesuaian Wilayah Ternak

Keragaan nilai LQ di Kabupaten Merauke untuk ternak unggas (ayam kampung, ayam petelur, ayam pedaging, dan itik) berada pada kisaran 0,00‒0,80 Tabel 4Populasi dan struktur populasi ternak kerbau Kabupaten Merauke, Provinsi Papua

Kecamatan Jumlah (ekor)

Ternak Kerbau

Struktur Populasi (Ekor) Struktur Populasi (ST)

Anak Muda Dewasa Jumlah Anak Muda Dewasa Jumlah

Kimaam 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Tabonji 5 0,56 1,26 3,19 5 1,25 3 5,75 10

Waan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Ilwayab 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Okaba 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Tubang 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Ngguti 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kaptel 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kurik 168 18,72 42,25 107,03 168 42 100,8 193,2 336

Animha 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Malind 325 36,21 81,74 207,06 325 81,25 195 373,75 650

Merauke 45 5,01 11,32 28,67 45 11,25 27 51,75 90

Naukenjerai 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Semangga 15 1,67 3,77 9,56 15 3,75 9 17,25 30

Tanah Miring 50 5,57 12,58 31,86 50 12,5 30 57,5 100

Jagebob 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Sota 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Muting 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Elikobel 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Ulilin 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah 608 67,73 152,9 387,36 608 152 364,8 699,2 1216

Tabel 5 Populasi dan struktur populasi ternak kambing Kabupaten Merauke, Provinsi Papua

Kecamatan Jumlah (ekor)

Ternak Kambing

Struktur Populasi (Ekor) Struktur Populasi (ST)

Anak Muda Dewasa Jumlah Anak Muda Dewasa Jumlah

Kimaam 74 8,08 10,53 55,39 74 2,96 5,92 11,84 20,72

Tabonji 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Waan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Ilwayab 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Okaba 104 11,36 14,80 77,844 104 4,16 8,32 16,64 29,12

Tubang 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Ngguti 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kaptel 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kurik 1447 158,01 205,91 1083,08 1447 57,88 115,76 231,52 405,16

Animha 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Malind 1231 134,43 175,17 921,40 1231 49,24 98,48 196,96 344,68

Merauke 798 87,14 113,56 597,30 798 31,92 63,84 127,68 223,44

Naukenjerai 188 20,53 26,75 140,72 188 7,52 15,04 30,08 52,64

Semangga 2577 281,41 366,71 1928,88 2577 103,08 206,16 412,32 721,56 Tanah Miring 2478 270,60 352,62 1854,78 2478 99,12 198,24 396,48 693,84

Jagebob 388 42,37 55,21 290,42 388 15,52 31,04 62,08 108,64

Sota 50 5,46 7,12 37,43 50 2 4 8 14

Muting 81 8,85 11,53 60,63 81 3,24 6,48 12,96 22,68

Elikobel 62 6,77 8,82 46,41 62 2,48 4,96 9,92 17,36

Ulilin 75 8,19 10,67 56,14 75 3 6 12 21

Jumlah 9553 1043,19 1359,39 7150,42 9553 382,12 764,24 1528,48 2674,84

(7)

(Tabel 7). Nilai LQ tertinggi adalah pada ayam pedaging di Kecamatan Merauke, diikuti oleh ayam petelur 0,52; 0,36 di Kecamatan Semangga, 0.22 untuk itik di Kecamatan Okaba, dan 0,20 untuk ayam kampung di Kecamatan Semangga. Dapat diindika- sikan bahwa ternak unggas masih merupakan komoditas non-basis (LQ<1).

Untuk ternak ruminansia, nilai LQ terbesar berada pada komoditas kerbau di Kecamatan Malind (0,53), diikuti oleh kerbau di Kecamatan Kurik, kambing di Kecamatan Semangga (0,27), dan Kecamatan Tanah Miring (0,26). Ternak ruminansia juga masih berada pada status non-basis dengan LQ<1. Sementara

ternak non-ruminansia, yaitu kuda dan babi, komposisi LQ tertinggi berada pada ternak babi di Kecamatan Merauke (0,50), diikuti oleh kuda di Kecamatan Merauke (0,20). Status komoditas masih merupakan komoditas non-basis.

Segi Pemuliaan, Reproduksi, dan Veteriner

Dalam segi pemuliaan, reproduksi, dan veteriner, komoditas sapi telah berada pada turunan >F5, pada ternak kerbau >F3, pada ternak kambing >F4, ternak babi >F4, pada ayam buras telah masuk turunan generasi >F4, ayam petelur >F3 (Sudaryani dan Santosa, 2000), serta itik pada turunan >F3 (Tabel 8).

Tabel 6 Populasi dan struktur populasi ternak babi Kabupaten Merauke, Provinsi Papua

Kecamatan

Ternak babi

Jumlah Jumlah

(ekor)

Struktur Populasi (Ekor) Struktur Populasi (ST)

Anak Muda Dewasa Anak Muda Dewasa

Kimaam 185 20,20 26,33 138,47 18,5 37 74 129,5

Tabonji 10 1,09 1,42 7,49 1 2 4 7

Waan 19 2,07 2,70 14,22 1,9 3,8 7,6 13,3

Ilwayab 91 9,94 12,95 68,11 9,1 18,2 36,4 63,7

Okaba 185 20,20 26,33 138,47 18,5 37 74 129,5

Tubang 218 23,81 31,02 163,17 21,8 43,6 87,2 152,6

Ngguti 121 13,21 17,22 90,57 12,1 24,2 48,4 84,7

Kaptel 17 1,86 2,42 12,72 1,7 3,4 6,8 11,9

Kurik 952 103,96 135,47 712,57 95,2 190,4 380,8 666,4

Animha 10 1,09 1,42 7,49 1 2 4 7

Malind 137 14,96 19,50 102,54 13,7 27,4 54,8 95,9

Merauke 4986 544,47 709,51 3732,02 498,6 997,2 1994,4 3490,2

Naukenjerai 550 60,06 78,27 411,68 55 110 220 385

Semangga 317 34,62 45,11 237,27 31,7 63,4 126,8 221,9

Tanah Miring 1803 196,89 256,57 1349,55 180,3 360,6 721,2 1262,1

Jagebob 128 13,98 18,21 95,81 12,8 25,6 51,2 89,6

Sota 109 11,90 15,51 81,59 10,9 21,8 43,6 76,3

Muting 130 14,20 18,50 97,31 13 26 52 91

Elikobel 47 5,13 6,69 35,18 4,7 9,4 18,8 32,9

Ulilin 49 5,35 6,97 36,68 4,9 9,8 19,6 34,3

Jumlah 10064 1098,99 1432.11 7532,90 1006,4 2012,8 4025,6 7044,8

Tabel 7 Nilai kuesioner lokasi komoditas ternak di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua

Kecamatan

Kuosien lokasi (LQ) Ayam

kampung

Ayam petelur

Ayam

pedaging Itik Kambing Sapi Kerbau Kuda Babi

Kimaam 0,00 0,00 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 0,01 0,02

Tabonji 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00

Waan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Ilwayab 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,01

Okaba 0,02 0,00 0,00 0,22 0,01 0,03 0,00 0,05 0,02

Tubang 0,02 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,02

Ngguti 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,01

Kaptel 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Kurik 0,14 0,01 0,00 0,09 0,15 0,15 0,28 0,15 0,09

Animha 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,02 0,00 0,01 0,00

Malind 0,02 0,00 0,00 0,05 0,13 0,08 0,53 0,09 0,01

Merauke 0,05 0,52 0,80 0,07 0,08 0,09 0,07 0,20 0,50

Naukenjerai 0,02 0,00 0,00 0,02 0,02 0,09 0,00 0,04 0,05

Semangga 0,20 0,36 0,19 0,19 0,27 0,14 0,02 0,13 0,03

Tanah Miring 0,18 0,11 0,01 0,19 0,26 0,15 0,08 0,15 0,18

Jagebob 0,12 0,00 0,00 0,04 0,04 0,09 0,00 0,06 0,01

Sota 0,01 0,00 0,00 0,02 0,01 0,03 0,00 0,01 0,01

Muting 0,04 0,00 0,00 0,04 0,01 0,02 0,00 0,03 0,01

Elikobel 0,09 0,00 0,00 0,03 0,01 0,03 0,00 0,06 0,00

Ulilin 0,07 0,00 0,00 0,03 0,01 0,06 0,00 0,01 0,00

(8)

Beberapa kasus kesehatan ternak ialah cacingan, penyakit pernapasan, penyakit kelamin, dan penyakit akibat gangguan reproduksi (Soeharsono 2006).

Indikator skor kondidi tubuh (body condition scrores, BCS) pada ternak berada pada level 2 dan 3. Artinya bahwa ternak pada kampung ini memiliki performans ukuran tubuh yang relatif sehat dan proporsional dalam pertumbuhan. Reproduksi pada ternak masih menunjukkan kinerja produksi yang cukup baik.

Kambing dapat berproduksi sampai dua ekor. Ternak babi dapat memiliki minimal litter size sampai lima ekor.

Itik memiliki dod minimal lima ekor (Novi 2019).

Pemberian Pakan

Pemberian pakan disesuaikan dengan sumber pakan yang diperoleh penduduk dengan murah dan tersedia. Sumber pakan dapat berasal dari sisa dapur, sisa hasil kebun, pakan komersial dari toko/pabrik pakan, dan tanaman pakan pada lahan umbaran (Munir et al. 2018; Firison et al. 2019; Syamsu et al.

2003; Ginting 2019; Haryanto 2009).

Produksi Bahan Kering

Tanaman pertanian dan perkebunan serta hasil ikutannya (crop residues) dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan yang murah dan tersedia sepanjang tahun (Tabel 9). Di Indonesia, hasil kebun merupakan aset yang sangat menolong para peternak kecil, terutama di kampung-kampung yang memiliki pematang sawah atau perkebunan (Gopar et al. 2019;

Wulandari & Soetopo 2018).

Produksi limbah tanaman pangan di Merauke didominasi oleh limbah jerami padi, yakni 340.145,2 ton BK, diikuti oleh jerami jagung 6.792 ton BK, limbah ubi jalar 1.672,01 ton BK (Tabel 10 dan Tabel 11).

Dengan demikian, secara kumulatif potensi limbah jerami di Merauke masih mampu menyediakan bahan pakan ternak secara optimum sebesar 351.275, 2 ton kepada 314.920,4 ST ternak sapi.

Daya Dukung Lahan

Kebun merupakan sumber daya yang menyediakan hasil pertanian dan sisa hasil panen (crop residues) (Ginting 2019). Tanaman lahan umbaran merupakan Tabel 8 Pemuliaan, reproduksi, dan veteriner di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua

Jenis Ternak Pemuliaan Status Kesehatan BCS Reproduksi

Turunan F1-F4 Sehat Sakit Majir 1 2 3 Jumlah anak

Sapi potong >F5 v v 1

Kerbau >F3 v 3 1

Kambing >F4 v V v v 2

Babi >F4 v v v 5

Ayam buras >F4 v v v v 7

Ayam pedaging 0 v v v v -

Ayam petelur >F3 v 2 3 -

Itik >F3 v v v 5

Tel 9 Produksi bahan kering jerami tanaman pertanian Kabupaten Merauke, Provinsi Papua

Kecamatan

Produksi bahan kering (ton BK) Padi Jagung Ubi kayu Ubi jalar Kacang

tanah

Kacang kedelai

Kacang

hijau Jumlah

Kimaam 5928,12 40,5 356,38 797,43 4,94 2,79 5,45 7135,61

Tabonji 2037,42 0 8,65 24,65 0 0 0 2070,72

Waan 790,02 0 1,73 0 0 0 0 791,75

Ilwayab 920,7 0 0 0 0 0 0 920,7

Okaba 867,24 27 10,38 29,58 0 0 0 934,2

Tubang 89,1 0 0 0 0 0 0 89,1

Ngguti 59,4 0 0 0 0 0 0 59,4

Kaptel 59,4 0 0 0 0 0 0 59,4

Kurik 104181,7 264 41,17 34,76 41,99 18,14 5,45 104587,2

Animha 504,9 27 29,76 23,17 2,47 0 0 587,297

Malind 48684,24 355,5 15,57 57,43 182,78 0 16,35 49311,87

Merauke 10277,69 267 29,84 129,41 0 1,40 21,8 10727,14

Naukenjerai 2215,62 51 7,79 6,16 12,35 0 19,075 2311,99

Semangga 61698,78 369 15,57 69,02 0 2,79 53,1375 62208,3

Tanah Miring 93780,72 183 13,49 202,13 29,64 6,28 2,725 94217,99

Jagebob 5106,915 1465,5 47,32 76,42 1079,88 318,76 83,1125 8177,9

Sota 184,14 54 12,11 69,02 4,94 1,395 0 325,61

Muting 736,56 33 95,15 0 0 0 0 864,71

Elikobel 1104,84 2334 2,595 14,79 12,35 11,16 16,35 3496,09

Ulilin 917,73 1321,5 8,65 138,04 12,35 0 0 2398,27

Jumlah 340145,2 6792 696,15 1672,01 1383,69 362,7 223,45 351275,2

Persentase (%) 96,83 1,93 0,20 0,48 0,39 0,10 0,06 100

(9)

sumber daya yang tersedia pada tepi/badan jalan atau lahan-lahan kosong (lahan tidur) pada suatu wilayah (Mubarokah et al. 2020) dan tersedia dengan bebas sepanjang waktu dan tanpa biaya, misalnya di Kabupaten Klungkung (Sudipa 2021). Bila ditanam atau dikelola oleh petani atau masyarakat tertentu saja, sumber daya ini memiliki harga. Peternak biasanya dapat membeli dengan cara mengontrak lahan dan tanaman pakan selama periode waktu tertentu.

Selain jenis dan sumber pakan di atas, saat ini sedang marak sumber pakan alami (Zaman et al.

2020). Sumber pakan alami ini dapat berupa pakan fermentasi, budi daya serangga, ulat, dan ngengat.

Usaha budi daya pakan alami sangat menjanjikan secara ekonomi dan berkelanjutan (Toansiba et al.

2021).

LQ Tanaman Pertanian dan Perkebunan

Analisis LQ tanaman pangan asal pertanian dan perkebunan disajikan pada Tabel 12. Tanaman padi di Merauke berada pada nilai LQ<1, yaitu pada rentang 0‒0,276 dan tertinggi di Kecamatan Tanah Miring, jagung 0‒0,344 tertinggi di Kecamatan Elikobel, ubi kayu 0‒0,512, tertinggi di Kecamatan Kimaam, ubi jalar 0‒0,477, tertinggi di Kecamatan Kimaam, kacang tanah 0‒0,780, tertinggi di Kecamatan Tanah Miring, Tabel 10 Daya dukung jerami tanaman pertanian di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua

Kecamatan

Daya dukung lahan

Padi Jagung Ubi

kayu Ubi jalar Kacang tanah

Kacang kedelai

Kacang

hijau Jumlah

Kimaam 2600,05 17,76 156,31 349,75 2,17 1,22 2,39 3129,65

Tabonji 893,605 0 3,79 10,81 0 0 0 908,21

Waan 346,5 0 0,76 0 0 0 0 347,26

Ilwayab 403,82 0 0 0 0 0 0 403,82

Okaba 380,37 11,84 4,55 12,97 0 0 0 409,74

Tubang 39,08 0 0 0 0 0 0 39,08

Ngguti 26,05 0 0 0 0 0 0 26,05

Kaptel 26,05 0 0 0 0 0 0 26,05

Kurik 45693,71 115,79 18,06 15,24 18,42 7,95 2,39 45871,56

Animha 221,45 11,84 13,05 10,16 1,08 0 0 257,59

Malind 21352,74 155,92 6,83 25,19 80,17 0 7,17 21628,02

Merauke 4507,76 117,11 13,09 56,76 0 0,61 9,56 4704,88

Naukenjerai 971,76 22,37 3,41 2,70 5,42 0 8,37 1014,03

Semangga 27060,87 161,84 6,83 30,27 0 1,22 23,31 27284,34

Tanah Miring 41131,89 80,26 5,92 88,65 13 2,75 1,20 41323,68

Jagebob 2239,88 642,76 20,75 33,52 473,63 139,81 36,45 3586,80

Sota 80,76 23,68 5,31 30,27 2,17 0,61 0 142,81

Muting 323,05 14,47 41,73 0 0 0 0 379,26

Elikobel 484,58 1023,68 1,14 6,49 5,42 4,89 7,17 1533,37

Ulilin 402,51 579,61 3,79 60,54 5,42 0 0 1051,87

Jumlah 149186,5 2978,95 305,33 733,34 606,88 159,08 98,00 154068,1

Tabel 11 Daya dukung dan kapasitas peningkatan populasi ternak di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua

Kecamatan Daya dukung (ST) Populasi ternak (ST) KPPTR %

Kimaam 3129,65 61,27 3068,38 0,97

Tabonji 908,21 0,00 908,21 0,29

Waan 347,26 15,32 331,94 0,11

Ilwayab 403,82 13,02 390,80 0,12

Okaba 409,74 993,31 -583,58 -0,19

Tubang 39,08 76,59 -37,51 -0,01

Ngguti 26,05 53,61 -27,56 -0,01

Kaptel 26,05 61,27 -35,22 -0,01

Kurik 45871,56 4296,45 41575,12 13,20

Animha 257,59 689,27 -431,68 -0,14

Malind 21628,02 2443,08 19184,94 6,09

Merauke 4704,88 2770,86 1934,02 0,61

Naukenjerai 1014,03 2657,52 -1643,49 -0,52

Semangga 27284,34 4129,49 23154,85 7,35

Tanah Miring 41323,68 4507,82 36815,86 11,69

Jagebob 3586,80 2765,50 821,30 0,26

Sota 142,81 792,66 -649,85 -0,21

Muting 379,26 670,12 -290,86 -0,09

Elikobel 1533,37 765,86 767,52 0,24

Ulilin 1051,87 1645,82 -593,95 -0,19

Jumlah 154068,1 158949,6 314920,4

Referensi

Dokumen terkait

Dari triangulasi tersebut, dalam penelitian ini beberapa teknik yang dilakukan peneliti selama melakukan penelitian di dinas tanaman pangan berkaitan dengan program

Sajak-sajak soneta Wing Kardjo yang terhimpun dalam Fragmen Malam: Setumpuk Soneta sebenarnya dapat dipandang sebagai upaya memarodikan soneta, dengan hanya membalut sajak

berasal dari Tuhan (Allah SWT), sehingga pada hakekatnya antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum termasuk ilmu matematika, ada kaitan satu dengan yang lain. Landasan

Tujuan dari pengempaan adalah untuk membuat substrat bersentuhan lebih dekat dan hanya dipisahkan oleh lapisan perekat yang amat tipis, hingga perekat memiliki

Prinsip lembaga suaka terus menerus dikukuhkan oleh negara-negara di kawasan tersebut dengan inkorporasinya ke dalam, dan kemudian dibuatnya secara khusus perjanjian regional

 Introduction to Algorithm and Java Programming  Data Type, Wrapper Class and Input/ Output  Arithmetic, Logic and Relational Operations  Selection Statement.. 

Jika terdapat data sebaran V dalam sebuah bidang, maka gradient dari V dapat ditentukan dengan tool MATLAB gradient kemudian untuk menggambarkan hasil perhitungan gradient

Abstrak: Penelitian ini dilakukan di Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandung yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan perawatan periodik