• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

Salsabilla et al., (2019), Analisis Pendapatan Dan Nilai Tambah Agroindustri Keripik Pisang, bertujuan untuk menganalisis pendapatan dan nilai tambah agroindustri keripik pisang. Berdasarkan penelitian menggunakan analisis pendapatan , R/C ratio dan analisis nilai tambah dengan metode hayami. Hasil analisis menunjukkan bahwa agroindustri keripik pisang di Desa Sungai Langka menguntungkan karena nilai R/C > 1, yaitu R/C sebesar1,37 atas biaya tunai dan 1,35 atas biaya total. Agroindustri di Desa Sungai Langka memiliki nilai tambah yang positif yaitu Rp3.758,26 per kilogram bahan baku, sehingga menguntungkan dan layak diusahakan.

Waluyo (2020), Analisis Pendapatan Dan Nilai Tambah Pengolahan Wine Salak di Bali, bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas dan nilai tambah. Berdasarkan penelitian menggunakan Analisis berupa analisis biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas, analisis efisiensi usaha dan nilai tambah. Hasil analisis menunjukkan bahwa usaha wine salak secara ekonomi menguntungkan dan layak diusahakan terlihat dari hasil analisis yang diperoleh dimana total penerimaan sebesar Rp 146.630.000,- dan total biaya Rp 71.486.000,- sehingga diperoleh pendapatan sebesar Rp 75.144.000,- dengan jumlah produksi sebanyak 1.333 botol maka keuntungan setiap botol anggur yang di produksi sebesar Rp 56.372,- Profitabilitas diperoleh sebesar 0,07 > 0 dan R/C = 2,05 > 1 yang berarti usaha produksi wine salak menguntungkan dan layak untuk di usahakan.

(2)

Putra et al., (2020), dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pendapatan dan Nilai Tambah Industri Pengolahan Kopi : Pendekatan Metode Hayami, bertujuan untuk mengetahui pendapatan usahatani kopi dan nilai yang diterima industri pengolahan kopi bubuk. Berdasarkan penelitian menggunakan analisis pendapatan dan nilai tambah yang menggunakan metode hayami. Hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani kopi didesa Gambuhan kecamatan Pulosari Kabupaten purbalingga memberikan keuntungan bagi petani Selain menguntungkan usahatani kopi tidak akan merugikan petani karena kopi dapat dijual kepada konsumen secara langsung sehingga mengurangi ketergantungan petani pada tengkulak. dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani di Desa Gambuhan Dengan metode Hayami ini ditemukan bahwa 99,87%

perolehan nilai tambah dari penjualan kopi Galing diterima oleh pelaku usaha.

Oleh karena itu petani bisa mendapatkan nilai tambah Pelaku usaha juga mendapatkan keuntungan yang cukup besar yaitu perolehan yang diterima secara keseluruhan adalah 76,52% dengan menjual.

Anggraeni & Subari (2020), dalam penelitian yang berjudul pendapatan dan nilai tambah pengolahan ubi jalar ungu di ud. Ganesha kecamatan pacet kabupaten mojokerto, bertujuan untuk menganalisis pendapatan dan nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan ubi ungu di UD Ganesha. Berdasarkan penelitian menggunakan analisis R/C Ratio dan perhitungan nilai tambah hayami. Hasil analisis menunjukkan bahwa pendapatan untuk produk keripik ubi ungu yaitu sebesar Rp31.047.906, sedangkan untuk produk opak ubi ungu yaitu sebesar Rp20.788.311 tiap bulan dengan R/C Ratio keripik ubi ungu 1,43 > 1, opak ubi

(3)

ungu 1,67 > 1, artinya pengolahan ubi ungu yang dilakukan UD Ganesha menguntungkan dan layak dijalankan. Nilai tambah keripik ubi ungu Rp.

4148,53/Kg, opak ubi Rp. 117.398,29/Kg, nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan ubi ungu lebih dari 0 artinya pengolahan ubi ungu memberikan nilai tambah. Saran untuk home industry untuk meningkatkan jumlah produksi untuk produk Opak Ubi karena mempunyai nilai tambah yang lebih besar dan membuat inovasi baru dari olahan ubi jalar ungu.

Perwitasari & Soetriono (2020), dalam penelitian yang berjudul Analisa Pendapatan, Nilai Tambah, dan Strategi Pengembangan Usaha di Sentra Kerajinan, bertujuan untuk menganalisis Pendapatan dan efisiensi penggunaan biaya produksi industri alas kaki, Nilai tambah produk, dan strategi pengembangan industri. Data terkumpul diolah menggunakan tiga kategori;

analisa R/C ratio, analisis nilai tambah Hayami, dan AHP (Analytical Hierarcy Process). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata R/C ratio 1,23, produk alas kaki dari kulit memiliki nilai tambah sebagai berikut; sepatu wanita Rp 30.707,71;

sepatu laki-laki Rp 30.129,60; sandal laki-laki Rp 25.281,98; dan sandal wanita Rp 23.475,61; dan strategi yang relatif tepat adalah pada kriteria pengembangan produksi dengan bobot 0,490.

Hidayat & Muttalib (2020), penelitiannya yang berjudul analisis nilai tambah produk agroindustri tempe di kecamatan sukamulia, kabupaten lombok timur, bertujuan untuk menganalisis nilai tambah produk agroindustri tempe dengan metode Hayami. Terdapat tiga variable yang digunakan pada metode ini, yaitu (1) output input dan harga; (2) penerimaan dan keuntungan, dan (3) margin.

(4)

Hasil penelitian menunjukkan biaya yang dikeluarkan untuk satu kali siklus produksi tempe adalah Rp 146.000 dan pendapatan yang diperoleh dalam satu kali siklus produksi Rp 160.000. Nilai tambah yang diperoleh pengusaha agroindustri tempe, yaitu Rp 6.160 per kilogram dengan total produksi tempe 16 kilogram dalam satu kali proses produksi.

Mokodongan et al., (2017), penelitiannya yang berjudul nilai tambah keripik pisang pada industri rumah tangga ibu dewi, bertujuan untuk menganalisis besarnya: (1) biaya per satu kali produksi, (2) penerimaan dan pendapatan per satu kali produksi (3) nilai tambah dari usaha pengolahan pisang menjadi keripik pisang. Hasil analisis menunjukan Besarnya biaya sekali produksi keripik pisang Dewi yaitu Rp. 164.000,- dengan rincian bahan baku pisang Rp. 25.000,- dan bahan penolong antara lain, minyak goreng, gula, garam, cendrawasih kuning telur, plastik pembungkus, dan gas Rp. 139.000,-. (2) Besar penerimaan dan pendapatan per satu kali produksi keripik pisang Dewi yaitu 20 bungkus per satu kali produksi dengan harga jual Rp. 20.000,- jadi besar penerimaan keripik pisang Dewi adalah 400.000,- dan (3) besarnya nilai tambah dari usaha pengolahan pisang menjadi keripik pisang Dewi adalah Rp. 232.555,48 dan untuk besarnya nilai yang ditambahkan pada bahan baku keripik pisang, maka 232.555.48 dibagi dengan 100 buah pisang hasilnya 2.325,55, artinya untuk setiap buah pisang yang diolah menjadi kripik pisang dapat memberikan penambahan nilai sebesar 2.325,55.

Septiaji et al., (2017), penelitiannya yang berjudul analisis nilai tambah agroindustri produk hilir kakao, bertujuan untuk menganalisis biaya pemasaran,

(5)

besarnya margin, keuntungan, proporsi diterima pabrik dan nilai tambah. Hasil analisis menunjukkan produk nilai tambah terbesar adalah bubuk kakao murni sebesar Rp.65.000 / Kg dan yang terkecil. Nilai tambah adalah produk scrub sebesar Rp.15.000 / kg dan RCR point adalah 1,30. 2) Ada delapan permasalahan yang dihadapi pabrik mini chocato yaitu: Isu yang paling dominan adalah keterbatasan faktor chocato mini tingkat produksi yang menyebabkan kapasitas fermentasi kakao yang terbatas diterima dari petani, harga bahan baku yang tidak stabil, daya tahan produk yang pendek, kapasitas produksi , kemasan produk, promosi, harga jual produk cenderung rendah, saluran distribusi, administrasi pabrik yang tidak terstruktur, tidak dapat sepenuhnya memenuhi permintaan pasar.

Amar et al., (2017), penelitiannya yang berjudul analisis nilai tambah produk turunan madu, bertujuan untuk menganalisis nilai tambah dengan Metode Hayami, rasio produktivitas dan rasio R / C yang digunakan untuk menganalisis data. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai rata-rata tambah per produksi seluruh produk Rp 20.892,90, - atau dengan rata-rata nilai tambah rasio 35,65%.

Produk dengan produktivitas tertinggi adalah madu shampoo. Secara keseluruhan, nilai R / C sebesar 1,90 menunjukkan efisiensi bisnis produk turunan madu menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.

Hardian et al., (2021), penelitiannya yang berjudul analisis nilai tambah agroindustri singkong pada industri rumah tangga, bertujuan untuk menganalisis nilai tambah, pendapatan dan efisiensi usaha. Sampel yang digunakan pada penelitian ini diambil berdasarkan kriteria jumlah penggunaan bahan baku

(6)

singkong. Dengan 11 orang responden, diperoleh beberapa jenis produk olahan yaitu, opak, tapai, kerupuk, dan tepung singkong. Metode analisis mengadopsi model nilai tambah Hayami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua produk memiliki nilai tambah yang tinggi (lebih dari 40%). Penggunaan input yang lebih banyak akan lebih mengefisienkan produksi.

2.2 Tinjauan Pustaka

2.2.1 Tentang Bawang Merah (Allium Ascalonicum L)

Bawang Merah (Allium Ascalonicum L) merupakan komoditi perioritas dalam pengembangan sayuran dataran rendah di indonesia, yang cukup strategis dan ekonomis dipandang dari segi keuntungan usaha tani (Asih, 2009). Bawang merah ini juga bisa digunakan dalam kehidupan masyarakat yaitu mengolah makanan sebagai bumbu penyedap maupun sebagai obat tradisional karena mempunyai banyak khasiatnya yang baik untuk kesehatan.

Didalam dunia tumbuhan bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut.

Divisi : Spermatophyta Sub Divisi: Angiospermae Class : Monocotyledonae Ordo : Liliales/ liliflorae Famili : Liliaceae

Genus : Allium

Spesies : Allium ascalonicum atau Allium cepa var.ascalonicum.

(7)

Bawang merah termasuk keluarga Liliaceae yang mempunyai ciri berumbi lapis, berakar serabut, dan bentuk silindri (Rahayu & VA, 2004). Bawang merah berasal dari Syria, sekitar abad VIII tanaman bawang merah mulai menyebar ke wilayah Eropa Barat, Eropa Timur dan Spanyol, kemudian menyebar luas ke dataran Amerika, Asia Timur dan Asia Tenggara. Pada abad XIX bawang merah telah menjadi salah satu tanaman komersial di berbagai negara di dunia. Negara- negara produsen bawang merah antara lain adalah Jepang, USA, Rumania, Italia, Meksiko dan Texas. Di Indonesia, daerah yang merupakan sentra produksi bawang merah adalah Cirebon, Brebes, Tegal, Kuningan, Wates (Yogyakarta), Lombok Timur dan Samosir. Pada tahun 2003, total pertanaman bawang merah petani Indonesia sekitar 88.029 hektar dengan rata-rata hasil 8,7 t/ha (Biro Pusat Statistik 2003). Produktivitas hasil bawang merah tersebut dipandang masih rendah, karena potensi hasil yang dapat dicapai sekitar 20 t/ha (Sumarni, 2005).

2.2.2 Tentang Pengolahan Bawang Goreng

Pengolahan bawang goreng memiliki metode yang bermacam-macam.

Proses pengolahan bawang merah goreng mengunakan tambahan tepung sudah mulai banyak dilakukan dalam proses pengolahan bawang merah. Tepung yang digunakan yaitu tepung jagung, tepung terigu dan tepung tapioka. Mutu bawang goreng yang dihasilkan sangat ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya kualitas bahan baku, komposisi bahan pelapis atau adonan, serta pengolahan yang dilakukan (Khasanah et al., 2019). Bawang goreng ini juga memiliki tekstur yang padat, rasanya gurih serta memiliki aroma yang khas sehingga banyak disenangi

(8)

oleh masyarakat sebagai bumbu masak maupun makanan ringan. Oleh karena itu bawang goreng ini dikategorikan sebagai komoditi yang memiliki daya saing tinggi (Ete & Alam, 2009).

2.2.3 Biaya

Biaya ini dilakukan untuk mencari atau menghitung struktur biaya selama proses produksi. Analisis ini untuk mengetahui biaya pada proses produksi,

1. Total Biaya Tetap

Biaya tetap merupakan biaya yang digunakan untuk faktor produksi tetap.

Biaya ini termasuk dalam jangka pendek, dimana faktor produksi tetap. Jumlah biaya tetap tidak bergantung pada jumlah produk yang dihasilkan. Investasi pada biaya tetap akan menimbulkan biaya penyusutan, dimana penyusutan dalam penelitian ini menggunakan metode garis lurus. Analisis ini untuk mengetahui biaya pada proses produksi, menurut (Haryati, 2007) yaitu:

Biaya penyusutan = Tarif penyusutan x Dasar perhitungan penyusutan 2. Total Biaya Variabel

Biaya variabel dapat berupa uang tunai, barang atau nilai jasa, biaya ini ditentukan oleh fungsi produksi atau produk total. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa semakin banyak maka akan semakin besar pula biaya variabel yang diperlukan.

3. Biaya Total

Biaya total adalah penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel. Rumus biaya total.

(9)

TC = TFC + TVC Keterangan :

TC : Total biaya produksi bawang goreng (Rp) TFC : Total biaya tetap bawang goreng (Rp) TVC : Total biaya variabel bawang goreng (Rp) (Perwitasari & Soetriono, 2020)

2.2.4 Penerimaan

Penerimaan total (total revenue) dari suatu usaha dapat diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah produksi yang dihasilkan (terjual) dengan harga Secara matematis penerimaan dituliskan dengan rumus:

TR = P x Q Keterangan:

TR = Total penerimaan usaha (Rp/bulan) P = Harga per kilogram (Rp)

Q = Jumlah produksi / quantity (Waluyo, 2020)

Semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan dengan harga per unit tinggi, maka total penerimaan yang diterima produsen semakin besar. Begitu pula sebaliknya semakin sedikit produk yang dihasilkan dengan harga rendah, maka total penerimaan yang diterima produsen akan semakin kecil (Hardian et al., 2021).

(10)

2.2.5 Pendapatan/Keuntungan

Pendapatan/keutnungan merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya-biaya yang dikeluarkan oleh suatu usaha. Jika perubahan penerimaan lebih besar daripada perubahan biaya setiap output, maka pendapatan atau keuntungan yang diterima akan meningkat. Namun jika perubahan penerimaan lebih kecil daripada perubahan biaya setiap output, maka pendapatan atau keuntungan yang diterima akan menurun (Anggraeni & Subari, 2020). Untuk menghitung pendapatan atau keuntungan usaha pengolahan bawang goreng dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

Rumus : π = TR − TC

Keterangan :

𝜋 : Pendapatan usaha produk bawang goreng TR : Total penerimaan usaha produk bawang goreng TC : Total biaya usaha produk bawang goreng (Feriady & Wendi, 2021)

2.2.6 Nilai Tambah

Nilai tambah didapatkan dari pengurangan biaya bahan baku ditambah input lainnya pada nilai produk yang dihasilkan, dan tidak termasuk tenaga kerja.

Nilai tambah sendiri merupakan upah tenaga kerja dan keuntungan pengolahan.

Analisis nilai tambah menggunakan metode hayami. Menurut Sudiyono dalam Marimin dan Maghfiroh (2010), analisis nilai tambah oleh Hayami memiliki kelebihan, yaitu:

(11)

1. Dapat diketahui besarnya nilai tambah.

2. Dapat diketahui balas jasa terhadap pemiliki faktor produksi.

3. Dapat diterapkan diluar subsistem pengolahan

Metode Hayami (Hayami, 1987) , dengan metode ini dapat diketahui faktor konversi, koefisien tenaga kerja, nilai produk, nilai tambah, rasio nilai tambah, imbalan tenaga kerja, sumbangan input lain serta tingkat keuntungan dan marjin pada bagian pertama, dikumpulkan dan dihitung fakta dan data produk output, input dan harganya.

(12)

Tabel 2. Prosedur Perhitungan Nilai Tambah metode hayami periode 1 Bulan

No Variabel Keterangan

I Output, Input, dan Harga

Hasil Produksi Bawang Goreng(kg/Bulan) A

Bahan Baku (kg/Bulan) B

Tenaga Kerja (HOK/Bulan) C

Faktor Konversi D=A/B

Koefisien Tenaga Kerja E=C/B

Harga Produk Rata-rata (Rp/kg) F

Upah Rata-rata (HOK/produksi) G

II Pendapatan dan Nilai Tambah

Harga Bahan Baku (Rp/kg) H

Input Lain (Rp/kg) I

Nilai Produk (Rp/kg) J=(DxF)

Nilai Tambah(Rp/kg) K= (J-I-H)

Rasio Nilai Tambah (%) L= (K/J)x100%

Imbalan Tenaga Kerja (Rp/kg) M=(ExG)

Bagian Tenaga Kerja (%) N=(M/K)x100%

Keuntungan (Rp/kg) O=(K-M)

Tingkat Keuntungan (%) P=(O/K)x100%

III Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

Margin Keuntungan (Rp/Kg) Q=J-H

Keuntungan (%) R=O/QX 100%

Tenaga Kerja (%) S= M/QX100%

Input Lain (%) T=I/QX100%

Sumber : Hayami, Dimodifikasi Oleh Santi et al., 2020

Keterangan:

1. Nilai tambah menunjukkan selisih antara nilai output dengan bahan baku utama dan sumbangan input lain, tidak termasuk tenaga kerja.

2. Rasio nilai tambah menunjukkan persentase nilai tambah darinilai output (nilai produk).

(13)

3. Keuntungan menunjukkan bagian yang diterima industri pengolahan

4. Tingkat keuntungan menunjukkan persentase keuntungan dari nilai tambah.

2.3 Kerangka Teori

Bagan.1 Kerangka Pemikiran Analisis Keuntungan dan Nilai Tambah Bawang Merah Goreng

Bawang Merah

Proses Pengolahan Bawang

Produksi Biaya

Biaya Variabel : 1. Bahan Baku 2. Bahan penunjang 3. Tenaga Kerja Biaya Tetap : 1. Penyusutan Alat

Penerimaan Pendapatan Nilai Tambah

Referensi

Dokumen terkait

Perhitungan biaya pada sistem ini mengakumulasikan biaya berdasarkan proses produksi atau berdasarkan departemen. Perhitungan ini digunakan apabila semua unit yang dikerjakan

harta pribadi suami dan harta pribadi istri.. Karena terjadi pemisahan harta perkawinan, maka untuk keperluaan biaya rumah tangga yang meliputi biaya hidup dan biaya pendidikan

Besarnya volume produksi/penjualan dalam unit digambarkan pada sumbu horizontal (sumbu X) dan besarnya biaya dan penghasilan penjualan digambarkan pada sumbu vertikal (sumbu

 Gambar (c) menjelaskan bahwa lokasi biaya terendah di tempatkan di dekat pasar, karena biaya angkut bahan baku lebih murah dari pada hasil industri, maka industri akan

Perbedaannya dengan penelitian yang akan saya laksanakan yaitu tempat usaha yang akan diteliti dan yang diproduksi adalah keripik dan sale pisang, serta alat

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis : (1) besar nilai tambah dan keuntungan yang diperoleh dari usaha industri rumah tangga keripik jamur, nilai tambah

Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang. Industri rumah tangga batu bata memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga

Analisis Nilai Tambah, analisis biaya, analisis penerimaan, analisis keuntungan, analisis kelayakan finansial Hasil pada analisis nilai tambah terdapat total output 14