• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB II. TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Olahan Labu Kuning

Labu kuning biasanya digunakan sebagai bahan pangan dan sayuran. Bagian yang paling biasanya digunakan adalah daging buah, antara lain diolah sebagai campuran saus tomat, diawetkan (produk awetan kering), dimasak sebagai sayur atau kolak, dodol, selai, kue, manisan (basah dan kering), sirup, dan jelly (Suprapti, 2005). Daun dan pucuk sulur yang masih muda dapat digunakan sebagai bahan sayuran. Biji labu kuning sering digoreng menjadi kuaci atau direbus langsung sebagai makanan ringan. Biji labu kuning juga dapat digunakan sebagai bahan obat cacing perut dan pencahar). Getah labu juga dapat digunakan sebagai bahan penawar gigitan serangga yang berbisa. Kulit buah labu kuning dapat digunakan untuk tempat air atau untuk bahan kerajinan lainnya (Sudarto, 2000). Warna alami bahan kuning, menjadu keunggulan yaitu tidak diperlukan lagi penambahan pewarna (Widowati dkk., 2003). Tepung labu kuning mempunyai aroma yang khas. Produk olahan dari tepung labu kuning mempunyai warna dan rasa yang unik, sehingga lebih disukai oleh konsumen (Astawan, 2004). Menurut Hendrasty (2013), tepung labu kuning merupakan produk setengah jadi yang disarankan karena memiliki daya simpan yang lebih lama serta mudah diolah menjadi produk pangan yang lebih beragam.

2.1.2 Industri Rumah Tangga (Industri rumah tangga)

Pengertian industri rumah tangga (industri rumah tangga), disebut sebagai kegiatan keluarga yaitu sebagai unit-unit konsumtif dan produktif yang terdiri dari paling sedikit dua anggota rumah tangga yang sama-sama menanggung pekerjaan, makanan, dan tempat berlindung (Kimbal, 2015). Kegiatan industri kecil rumah tangga jumlahnya sangat banyak di Indonesia, memiliki kaitan yang dekat dengan mata pencaharian pertanian di daerah pedesaan. Kegiatan ini umumnya

(2)

merupakan pekerjaan sekunder para petani dan penduduk desa yang memiliki hasil tambahan. Menurut Soekartawati (2005), industri rumah tangga dan industri kecil yang mengolah hasil pertanian mempunyai peranan penting yaitu : Meningkatkan nilai tambah.

1. Meningkatkan kualitas hasil.

2. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja.

3. Meningkatkan keterampilan produsen.

4. Menigkatkan pendapatan produsen.

Keberadaan industri rumah tangga memberikan suatu pengaruh dan perubahan terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat baik yang berskala besar, sedang, maupun kecil. Demikian pula potensi industri kecil dan rumah tangga cukup besar dalam mendukung persebaran industri, mengatasi ketimpanga struktural, antara perekonomian perkotaan dan pedesaan ke arah yang lebih maju (Simatupang dkk,1994).

2.1.3 Usaha Kecil Menengah (UKM)

Pada sebagian besar negara Asia terutama ASEAN, usaha kecil menengah (UKM) mempunyai peranan yang sangat penting dari segi sosial maupun ekonomi. UKM mencakup 90% dari semua perusahaan yang bergerak di sektor agrikultur. UKM menyediakan lapangan pekerjaan dan penghidupan yang lebih layak pada lebih dari tiga perempat jumlah tenaga kerja dan akan tetap menjadi tulang punggung perekonomian di Asia Tenggara pada masa yang akan datang.

UKM saat ini menjadi sumber mata pencaharian banyak orang, yang secara tidak langsung memberikan lapangan pekerjaan bagi sebagian besar penduduk.

Sebagian kelompok selalu terjebak dalam kendala keterbatasan modal, teknik produksi, pemasaran, manajemen, dan teknologi. Upaya untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil dalam rangka memperluas perannya didalam perekonomian nasional, diperlukan serangkaian pembinaan terpadu dan berkelanjutan untuk mengatasi berbagai masalah tersebut terutama bersumber pada masalah keterbatasan pengetahuan, informasi, dan permodalan (Hafsah, 2000).

UKM sebagai suatu badan usaha memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut :

(3)

1. Manajemen berdiri sendiri, Pemilik berperan sekaligus sebagai pengelola dalam UKM.

2. Modal disediakan oleh pemilik usaha atau kelompok kecil pemilik modal.

3. Daerah operasinya bersifat lokal, walaupun terdapat UKM yang mengekspor ke negara mitra perdagangan.

4. Ukuran perusahaan, baik dari segi aset, jumlah tenaga kerja, dan prasarana yang kecil.

Kriteria UKM menurut Undang-undang No.1 Tahun 1995 adalah sebagai berikut :

1. Kekayaan bersih mencapai Rp200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling sebesar Rp1.000.000,- 3. Milik Warga Negara Indonesia.

4. Bukan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dikuasai perusahaan besar.

5. Badan usaha memiliki hokum/tidak berbadan hukum, termasuk koperasi.

6. Sektor industri memiliki total aset maksimal Rp5.000.000.

7. Sektor non industri memiliki kekayaan bersih Rp.600.000.000 (tidak termasuk tanah dan bangunan) atau volume penjualan tahunan Rp. 3.000.000.000.

2.1.4 Nilai Tambah

Nilai tambah suatu produk adalah hasil dari nilai produk akhir dikurangi dengan biaya, antara biaya bahan baku dan bahan penolong (Tarigan, 2004).

Industri pengolahan hasil pertanian dapat menciptakan nilai tambah. Konsep nilai tambah merupakan suatu pengembangan nilai yang terjadi karena adanya input fungsional seperti perlakuan dan jasa yang mengakibatkan bertambahnya kegunaan dan nilai komoditas selama mengikuti arus komoditas pertanian (Hardjanto, 1993). Input fungsional dapat berupa proses mengubah bentuk (form utility), menyimpan (time utility), maupun dengan proses pemindahan tempat dan kepemilikan. Sumber-sumber nilai tambah dapat diperoleh dari pemanfaatan faktor-faktor produksi (tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan manajemen).

Analisis nilai tambah dapat dilakukan dengan menggunakan metode Hayami, dimana perhitungannya berdasarkan satuan bahan baku utama dari

(4)

produk jadi (Hayami, 1987). Konsep nilai tambah akan bergantung dari permintaan yang ada dan seringkali mengalami perubahan sesuai dengan nilai- nilai suatu produk yang diinginkan banyak menjadi faktor yang mengubah perefensi konsumen akan suatu produk. Dalam menguji hipotesa bahwa pengolahan bahan baku memberikan nilai tambah yang dikemukakan oleh Hayami dkk. (1987). Analisa nilai tambah dengan metode Hayami dapat menghasilkan beberapa informasi penting, antara lain :

1. Perkiraan nilai tambah (rupiah).

2. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk jadi (persen).

3. Imbalan jasa tenaga kerja (rupiah).

4. Bagian tenaga kerja (persen).

5. Keuntungan yang diterima (rupiah).

6. Tingkat keuntungan perusahaan (persen).

Alasan utama mengapa nilai tambah penting bagi dunia bisnis yaitu perusahaan mendapatkan banyak keuntungan, membedakan produk mereka dari pesaing. Hal tersebut dapat membangun loyalitas pelanggan sehinga pada akhirnya dapat menghasilkan dalam jangka panjang. Pelaku usaha mampu bersaing. Oleh sebab itu, niali tambah menciptakan faktor pemikat bagi pelanggan.

2.1.5 Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan

Keberhasilan industri kecil dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor produksi, tenaga kerja, modal dan pengolahan. Menurut Erliah (2007), suatu usaha dikatakan berhasil di dalam usahanya apabila setelah jangka waktu tertentu usaha tersebut mengalami peningkatan baik dalam permodalan, skala usaha, hasil, laba dan jenis usaha atau pengelolaan.

1. Biaya

Biaya menurut Witjaksono (2006), biaya merupakan konsep terpenting dalam akuntansi manajemen dan akuntansi biaya, sesuatu yang berkonotasi sebagai informasi biaya digunakan untuk proses perencanaan, pengendalian dan pembuatan keputusan. Biaya dalam proses produksi berdasarkan jangka waktu dibedakan menjadi dua yaitu biaya jangka pendek dan jangka panjang. Biaya jangka pendek berkaitan dengan penggunaan biaya dalam waktu tidak lama,

(5)

jumlah masukan (input) faktor produksi tidak sama, dapat berubah-ubah. Namun demikian biaya produksi jangka pendek masih dapat dibedakan dengan adanya biaya tetap dan biaya variabel, sedangkan dalam jangka panjang semua faktor produksi adalah biaya variabel (Lipsey dkk, 1990). Pada dasarnya biaya yang diperhitungkan dalam jangka pendek adalah biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost).

a. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran input-input tetap dalam proses produksi jangka pendek.

b. Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran input- input variabel dalam proses produksi jangka pendek.

Biaya yang digunakan untuk produksi dibedakan menjadi dua macam yaitu:

a. Biaya eksplisit adalah biaya yang secara nyata dibayarkan selama proses produksi oleh produsen untuk masukan (input) yang berasal dari luar seprti penggunaan tenaga kerja dan sarana produksi dari luar.

b. Biaya implisit adalah biaya dari faktor produksi yang diikutsertakan dalam proses produksi untuk menghasilkan produk (output).

Mulyadi (2007), mendefinisikan harga pokok dapat diukur dalam satuan uang untuk memperoleh penghasilan. Biaya produksi merupakan total yang terjadi dalam pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Supriyono (1999), berpendapat dalam penentuan harga pokok produksi terdiri darir

a. Biaya bahan baku yang diolah menjadi barang jadi yang membentuk produk jadi. Diklasifikasikan dalam harga pokok setiap macam barang.

b. Biaya tenaga kerja merupakan balas jasa yang diberikan kepada karyawan produksi.

c. Biaya Overhead merupakan biaya yang tidak dapat dibebankan secara langsung pada suatu hasil produk.

Biaya total (total cost) merupakan keseluruhan dari jumlah biaya yang dikeluarkan, sedangkan pengertian total cost yaitu penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel (Boediono, 2002). Total biaya produksi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

(6)

Keterangan :

TC = Total biaya (Total Cost)

TVC = Total biaya variabel (Total Variable Cost) TFC = Total biaya tetap (Total Fixed Cost) 2. Penerimaan

Menurut Rahim dkk, (2008), penerimaan usahatani merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual dimana dalam menghitung penerimaan usahatani perlu dipisahkan antara analisis parsial usahatani dan analisis slimultan usahatani. Menurut Soekartawati (2006), penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual, biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam usahatani.

Keterangan :

TR = Penerimaan (Rp/bulan) P = Harga (Rp/bungkus)

Q = Jumlah produksi (Bungkus/bulan) 3. Keuntungan

Keuntungan perbedaan antara penghasilan dan biaya yang dikeluarkan (Astuti, 2005). Keuntungan adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya.

Keuntungan maksimum dapat ditingkatkan dengan cara meminimumkan biaya untuk penerimaan yang tetap. Keuntungan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya (Soekaertawati, 2003), yaitu :

Keterangan :

π : Pendapatan bersih (Rp/bulan) TR : Total penerimaan (Rp/bulan) TC : Biaya yang dikeluarkan (Rp/bulan) 2.1.6 Efisiensi Usaha

Efisiensi usaha mempunyai pengertian yang relatif. Pada suatu tingkat pemakaian korbanan dikatakan lebih efisien dari tingkat pemakaian yang lain apabila memberikan output yang lebih besar. Apabila dalam proses produksi yang

(7)

menjadi tujuan utama adalah keuntungan maksimum maka perlu adanya tindakan yang mampu mempertinggi output, karena output yang tinggi akan membentuk total penerimaan yang tinggi dan tentu saja diperoleh laba yang besar (Soekartawati, 1995).

Perhitungan efisiensi usaha yang sering digunakan adalah Return Cost Ratio (R/C Ratio). R/C rasio menunjukan pendapatan kotor (penerimaan) yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk memproduksi sekaligus menunjukan kondisi suatu usaha. Ukuran kondisi tersebut sangat penting karena dapat dijadikan penilaian terhadap keputusan perusahaan dan kemungkinan pengembangan usaha tersebut. Pelaku usaha yang mampu mengendalikan biaya dengan baik, berarti dapat dikatakan bahwa usaha tersebut efisien (Stephanie, 2013). Efisiensi mempunyai tujuan untuk memperkecil biaya produksi per satuan produk agar memperoleh keuntungan yang optimal. Cara yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah memperkecil biaya keseluruhan dan mempertahankan tingkat produksi tanpa meningkatkan harga keseluruhan. Salah satu efisiensi adalah R/C rasio untuk mengukur tingkat efisiensi usaha, dapat menggunakan analisis R/C rasio sebagai berikut :

R/C ratio Keterangan :

TR : Total Revenue (Penerimaan total).

TC : Total Cost (Biaya total).

Apabila hasil dari analisis :

R/C ratio > 1, maka usaha tersebut efisien dan menguntungkan untuk diusahakan.

R/C ratio = 1, maka usaha tersebut tidak rugi dan tidak untung (impas).

R/C ratio < 1, maka usaha tersebut tidak efisien atau tidak menguntungkan untuk diusahakan.

2..1.7 Perkembangan Usaha

Menurut Haryadi (2001), yang dimaksud dengan perkembangan usaha merujuk pada proses (tahapan) perkembangan unit usaha atau kelompok usaha kecil dari proses perintisan (pendirian) sampai menjadi kondisi seperti yang terakhir diamati. Perkembangan usaha dapat disimpulkan dari omset penjualan yang diperoleh setiap bulan. Perkembangan usaha agar berkembang menjadi lebih

(8)

baik serta mencapai sesuai dengan tujuan perusahaan, harus berproses dan memiliki peluang untuk lebih maju. Menurut Inggarwati dan Kaudin (2010), perkembangan usaha dapat dinilai dengan melihat peningkatan penjualan, karyawan, laba, dan nilai aset. Usaha tersebut dapat dianggap mengalami perkembangan apabila telah mencapai tujuan.

Menurut Madura (2001), perkembangan usaha dapat diukur melalui kinerja usaha dengan indikator return dan risiko dari penanaman modal ke usaha tersebut.

Perkembangan suatu usaha merupakan tanggung jawab setiap pengusaha atau wirausaha yang membutuhkan pandangan ke depan, motivasi dan kreativitas (Anogara, 2007). Kunci keberhasilan dalam menjalankan suatu usaha, salah satunya adalah wirausaha dituntut untuk tidak sekedar fokus pada faktor yang menjadi pengaruh dalam perkembangan usaha, namun juga dapat memahami tingkat perkembangan usahanya. Wirausaha dituntut progresif agar mampu mengetahui sejauh mana perkembangan usaha yang berjalan dan mampu menganalisa strategi yang harus dilakukan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa peneliti terdahulu yang dijadikan landasan atau referensi pada penelitian ini, disajikan pada Tabel berikut:

Tabel 2.1Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian, Penulis, dan Tahun

Teknik Analisis Data Hasil Penelitian 1. Analisis Nilai Tambah

Nira Kelapa Pada Agroindustri Gula Merah Kelapa (Desa Karangrejo Kecamatan Garum, Blitar)

(Dafit Bayu Prasetyo, dkk ,2018).

Analisis Nilai Tambah, analisis biaya, analisis penerimaan, analisis keuntungan, analisis kelayakan finansial

Hasil pada analisis nilai tambah terdapat total output 14 kg/proses produksi, input bahan baku 120,53 liter/proses produksi, input tenaga kerja 1 HOK/proses produksi, faktor konversi 0,12 kg gula/liter nira, koefisien tenaga kerja 0,0083 HOK/liter nira. Biaya total selama satu bulan Rp. 2.797.699,76,-.

Penerimaan selama satu bulan Rp.3.357.789,47,-. Keuntungan selama satu bulan Rp.560.087,71,-. Nilai R/C ratio sebesar 1,2 yang berarti agroindustri ini layak untuk dikembangkan.

2. Analisis Nilai Tambah Gula Kelapa Dan Perkembangan Usaha Agroindustri Asap Cair Tempurung Kelapa Pada CV Prima Rosandries Di

Analisis pendapatapan, analisis nilai tambah, analisis perkembangan usaha

Pendapatan yang diperoleh

Rp.3.918.775,64/produksi. hasil nilai tambah terdapat total output 336 liter asap cair dan 168 kg arang, input bahan baku 672 kg, input tenaga kerja 8 HOK, faktor konversi 0,5 asap cair dan 0,25 arang, koefisiensi tenaga kerja

(9)

No Judul Penelitian, Penulis, dan Tahun

Teknik Analisis Data Hasil Penelitian Desa Kemiri Kecamatan

Panti Kabupaten Jember.

(Subchan Dwi Arisandy, dkk ,2019).

0,01 HOK/liter. Perkembangan usaha volume penjualan tertinggi pada bulan Januari 2014 sebesar 2630 liter, volume penjualan paling rendah bulan Agustus sebesar 770 liter, volume penjualan tertinggi bulan Desember sebesar 22720 liter.

3. Analisis Usaha Dan Nilai Tambah Agroindustri Kerupuk Singkong.

(Kamisi, 2011).

Analisis biaya, analisis penerimaan, analisis pendapatan analisis efisiensi usaha, dan analisis nilai tambah

Biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp.

4.625.995,- , Penerimaan yang diperoleh sebesar Rp. 9.243.000,- , total pendapatan sebesar Rp. 4.616.005,- dalam sekali produksi, R/C rasio sebesar 1,9976 atau 2 yang artinya R/C > 1 maka usaha tersebut efisien, hasil nilai tambah terdapat total output 1,156 kg, input bahan baku 2.050 kg, input tenaga kerja 23,2, factor konversi 0,74, koefisiensi 0,01.

4. Analisis Usaha

Pengolahan Kopi Jahe Instan Di Ternate.

(Tupamahu, 2014).

Analisis keuntungan, dan analisis nilai tambah

Keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 103.706496/per tahun , hasil nilai tambah terdapat total output 2400 kg/tahun, input bahan baku 4800 kg/tahun, input tenaga kerja 588 HOK/tahun, faktor konversi 0,5, koefisieni 0,12.

5. Analisis Efisiensi Dan

Nilai Tambah

Agroindustri Tahu Di Kota Pekanbaru.

(Budiman Arif, dkk, 2012).

Analisis biaya, analisis penerimaan, keuntungan, profitabilitas, analisis efisiensi usaha, analisis nilai tambah

Biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp 69.228.509,33/bulan. Penerimaan yang diperoleh Rp 96.147.690,-/bulan, keuntungan sebesar Rp. 26.919.181,- , hasil profitabilitas sebesar 38,88 % artinya setiap pemakaian input produksi sebesar Rp. 1,00 maka akan menghasilkan keuntungan Rp. 38,88 jadi usaha tersebut menguntungkan karena nilai profitabilas > 0. Hasil nilai tambah terdapat total output 404,20 kg, input bahan baku 70,69 kg, input tenaga kerja 6,81 HOK, factor konversi 5,07, koefisien 0,09.

(10)

2.3 Kerangka Pemikiran

Pada penelitian ini terdapat alur pemikiran yang dapat digambarkan dengan kerangka pemikiran seperti pada Gambar 1.1.

Gambar 3. 1 Kerangka Pikiran

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis R/C Ratio, bahwa perbandingan total penerimaan dengan total pengeluaran biaya yang digunakan untuk melihat keuntungan dan kelayakan

Penerimaan adalah total nilai produk yang merupakan hasil perkalian antara jumlah fisik output dengan harga atau dengan nilai uang yang diterima dari penjualan pokok

Pendapatan Kotor (penerimaan) usahatani adalah nilai produksi total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual, dikonsumsi oleh rumah tanga petani, dan

Mokodongan et al., (2017), penelitiannya yang berjudul nilai tambah keripik pisang pada industri rumah tangga ibu dewi, bertujuan untuk menganalisis besarnya: (1) biaya

Penelitian ini bertujuan mengetahui berapa biaya yang dikeluarkan dalam satu kali produksi, mengetahui penerimaan dan keuntungan dari kegiatan usaha, serta

put, biaya bahan baku, dan biaya bahan penunjang lainnya yang menjadi penentu besarnya nilai tambah yang dihasilkan, dan dari nilai tambah yang diperoleh ke empat produk tersebut

Hasil analisis dengan menggunakan metode Earned Value Analysis terhadap waktu dan biaya pada Proyek Pembangunan Spillway di waduk Gajah Mungkur wonogiri adalah:. Total

Analisis Ekonomi Budidaya Selada Sistim Polybag Biaya yang dikeluarkan, Penerimaan, Keuntungan dan Tingkat kelayakan Usaha Total biaya penyelenggaraan usahatani budidaya selada