• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III AKAD YANG MELENGKAPI LETTER OF CREDIT (L/C) SYARIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III AKAD YANG MELENGKAPI LETTER OF CREDIT (L/C) SYARIAH"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

AKAD YANG MELENGKAPI LETTER OF CREDIT (L/C) SYARIAH

A. Wakalah

a. PengertianWakalah

Wakalah atau wikalah secara bahasa bermakna perlindungan (Al- hafidz), pencukupan (Al-Kifayah), tanggungan (Ad-Dhaman), atau pendelegasian (At-Tafwidh), yang diartikan juga dengan memberikan kuasa atau mewakilkan.69

Adapun pengertian Wakalah menurut istilah, para ulama merumuskannya dengan redaksi yang amat bervariasi:

1. Menurut Hashbi Ash Shiddieqy, wakalah ialah:

Akad penyerahan kekuasaan, yang pada akad itu seseorang menunjuk orang lain sebagai penggantinya dalam bertindak (bertasharruf).

2. Menurut Sayyid Sabiq, wakalah ialah:

Pelimpahan kekuasaaan oleh seseorang kepada orang lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan.70

3. Menurut ulama Malikiyah, wakalah ialah:

ِهْيِف ُفَّ َصََتَي ُ َلَ ٍّ قَح ِ ِفِ ُهَ ْيَْغ ٌصْ َشَ )َ ْيِْقُي( َبْيِنيَ ْنَأ

“Seseorang menggantikan (menempati) tempatyang lain dalam hak (kewajiban), dia yang mengelola posisi itu.”

69 Rahman Syafe’i, Fiqh Muamalah (Jakarta: Pustaka Setia, 2010), 125 Selanjutnya ditulis:

Syafe’i, Fiqh Muamalah

70 Helmi Karim, Fiqh Muamalah(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002), 20-21 Selanjutnya ditulis: Karim, Fiqh Muamalah

(2)

4. Menurut ulama Hanafiyah, wakalah ialah:

ٍّفُّ َصََت ِفِ ِه ِسْفَن َماَقم ُهَ ْيَْغ ٌصْ َشَ َ ْيِْقُي ْنَأ

“Seseorang menempati dari orang lain dalam tasharruf (pengelolaan).”

5. Menurut ulama Syafi’iyah, wakalah ialah:

ِهِتَاَيَح َلاَح ُ َلََعْفَيِل ِهِ ْيَْغ لى إ ًأْي َ ش ٌصْ َشَ َضِ وَفُي ْنَأ َراَبِع ِ

“Suatu ibarah seseorang menyerahkan sesuatu kepada yang lain untuk dikerjakan ketika hidupnya.”

Wakalah adalah ungkapan atau penyerahan kuasa (al-muwakkil) kepada orang lain (al-wakil) agar melaksanakan sesuatu dari jenis pekerjaan yang bisa digantikan (an-naqbalu an-niyabah) dan dapat dilakukan oleh pemberi kuasa, dengan ketentuan pekerjaan tersebut dilaksanakan pada saat pemberi kuasa masih hidup.71

6. Menurut ulama Hanabillah, wakalah ialah:

Ganti seseorang yang membolehkan tasharruf yang seimbang pada pihak yang lain, yang di dalamnya terdapat penggantian dari hak-hak Allah dan hak-hak manusia.72

Sedangkan Wakalah dalam arti harfiah adalah menjaga, menahan atau penerapan keahlian atau perbaikan atas nama orang lain, dari sini kata tawkeel diturunkan yang berarti menunjuk seseorang untuk mengambil alih atas suatu hal juga untuk mendelegasikan tugas apapun ke orang lain.73 Akad wakalah adalah akad yang memberikan kuasa kepada pihak lain untuk melakukan suatu kegiatan dimana yang memberi kuasa tidak dalam posisi melakukan kegiatan tersebut dan obyek yang dikuasakan mestilah berupa

71 Karim, Fiqh Muamalah, 120-121

72 Hendi Suhaendi, Fiqh Muamalah: Membahas Ekonomi Islam (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), 232 Selanjutnya ditulis: Suhaendi, Fiqh Muamalah

73 Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance, Terj. Aditya Wisnu Pribadi (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), 529 Selanjutnya ditulis: Ayub, Understanding Islamic Finance

(3)

sesuatu yang boleh dikuasakan atau diwakilkan dan juga perwakilan tersebut berlaku selama yang mewakilkan masih hidup.74

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) pasal 20 ayat 19 mendefinisikan wakalah sebagai pemberian kuasa kepada pihak lain untuk mengerjakan sesuatu.75 Kuasa dalam konteks ini adalah kuasa untuk menjalankan kewajiban dan juga kuasa untuk menerima hak. Kuasa untuk menjalankan kewajiban misalnya seseorang mewakilkan kepada orang lain untuk membayar utang. Sementara kuasa untuk menerima hak seperti mewakilkan untuk menerima pembayaran utang.

Seorang wakil sepenuhnya menjalankan dan kewenangan dan tanggung jawab orang yang diwakilkannya. Artinya, perwakilan dalam wakalah mancakup penerimaan hal dan kewajiban.76

b. Dasar Hukum Wakalah77

Dalil-dalil yang digunakan untuk menunjukan kebolehan dari wakalah.

Antara lain adalah sebagai berikut:

1. Al-Qur’an

Salah satu dasar dibolehkannya Wakalah adalah firman Allah SWT Q.S Yusuf 12: 55











 







”Berkatalah Yusuf, ” Jadikanlah Aku bendaharawan negara (Mesir);

sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan.” 78

74 Suhaendi, Fiqh Muamalah, 223

75 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah - KHES (Jakarta: Fokusmedia, 2010) Pasal 20 Ayat 19 Tentang Wakalah

76 Imam Mustofa. Fiqh Mu’amalah Kontemporer (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2016), 206 Selanjutnya ditulis: Mustofa. Fiqh Mu’amalah Kontemporer

77 Karim, Fiqh Muamalah, 22-23

(4)

Ayat-ayat tersebut menyimpulkan bahwa dalam hal muamalah dapat dilakukan perwakilan dalam bertransaksi, ada solusi yang bisa diambil manakala manusia mengalami kondisi tertentu yang mengakibatkan ketidaksanggupan melakukan segala sesuatu secara mandiri, baik melaui perintah maupun kesadaran pribadi dalam rangka tolong menolong, dengan demikian seseorang dapat mengakses atau melakukan transaki melaui jalan Wakalah.79

2. Hadist

Dari hadist Nabi cukup banyak riwayat yang menceritakan kebolehan wakalah ini.80

َلاَقَف ُهُباَ ْصَْأ هِب َّمَهَف َظَلْغَأَف ُها َض اَقَتَي ََّلَّ َسَو ِهْيَلَع مهَّللإ َّلَّ َص َّ ِبَِّنلإ َتََأ ًلاُجَر َّن أ َّ ُثُ ,َلااَقَم ِ قَحْلإ ِبِحا َصِل َّن اَف ,ُهْوُعَد : ََّلَّ َسَو ِ ِلَإَو ِهْيَلَع مهَّللإ َّلَّ َص ِ َّللَّإ ُلو ُسَر ِ .ِهِ ن ِ س ْنِم َلَثْمَأ َّلا إ ُدِ َنََلا ِ َّللَّإ َلو ُسَر َيَ : إْوُل اَق .هَّن ِ س َلْثِم اًّن ِ س ُهْو ُطْعَأ : َلاَق ِ ِم َّن اَف ,ُهْو ُطْعَأ َلاَقَف ِ )ةريره بي أ نع يراخبلإ هإوز( ًءا َضَق ْ ُكَُن َ سْحَأ ْ ُكُ ِ ْيَْخ ْن

“Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW untuk menagih hutang kepada beliau dengan cara kasar, sehingga para sahabat berniat untuk

“menanganinya”. Beliau bersabda, “Biarkan ia, sebab pemilik hak berhak untuk berbicara;‟ lalu sabdanya, “Berikanlah (bayarkanlah) kepada orang ini unta umur setahun seperti untanya (yang dihutang itu)‟. Mereka menjawab, “Kami tidak mendapatkannya kecuali yang lebih tua.‟ Rasulullah kemudian bersabda: “Berikanlah kepada-nya.

Sesungguhnya orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang paling baik di dalam membayar.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah)

3. Ijma

78 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Al-Quran Surah Yusuf 12: 55)

79 Syaikh Ahmad Syakir, Mukhtasar (Ringkasan) Tafsir Ibnu Katsir Jilid 3, (Jakarta: Darus Sunnah, 2004), 667

80 Indah Nuhyatia. “Economic: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam” Penerapan Aplikasi Akad Wakalah Pada Produk Jasa Bank Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. Vol. 3, No. 2

(5)

Para ulama sepakat Wakalah diperbolehkan. Bahkan mereka cenderung mensunnahkannya dengan alasan bahwa hal tersebut termasuk jenis ta’awun atau tolong- menolong atas dasar kebaikan dan taqwa.

Pada dasarnya dibenarkan untuk disesuaikan dengan kebiasaan masyarakat setempat, tetapi yang terpenting adalah pihak yang memberi kuasa adalah pihak yang bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan tersebut, pihak yang mewakilkan hanya perantara, atau wakil atas kegiatan yang dilakukan, artinya kegiatan tersebut dapat dikategorikan sah apabila pihak yang memberikan kuasa ada, atau hidup dan karenanya wakil dianggap sah pula apabila terdapat persetujuan atau pengesahan akan pekerjaan mewakilkan tersebut.

c. Rukun dan Syarat Wakalah

Sebagaimana tercantum dalam Fatwa DSN-MUI No: 10/DSN- MUI/IV/2000, tentang Wakalah.

Landasan hukum yang disyariatkan dalam akad Wakalah adalah sebagai berikut :

1. Rukun wakalah:

a) Orang yang memberikan kuasa (al-Muwakkil) b) Orang yang diberi kuasa (al Wakil)

c) Perkara/hal yang dikuasakan (al Taukil) d) Pernyataan kesepakatan (Ijab dan Qabul) 2. Syarat wakalah81:

a) Orang yang memberi kuasa (al-Muwakkil) disyaratkan cakap bertindak hukum, yaitu telah baligh dan berakal sehat, baik laki-laki

81 Indah Nuhyatia. “Economic: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam” Penerapan Aplikasi Akad Wakalah Pada Produk Jasa Bank Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. Vol. 3, No. 2

(6)

maupun perempuan, boleh dalam keadaan tidak ada di tempat (gaib) maupun berada di tempat, serta dalam keadaan sakit ataupun sehat.

b) Orang yang menerima kuasa (al-Wakil), disyaratkan cakap bertindak hukum untuk dirinya dan orang lain, memiliki pengetahuan yang memadai tentang masalah yang diwakilkan kepadanya, serta amanah dan mampu mengerjakan pekerjaan yang dimandatkan kepadanya, ditunjuk secara langsung oleh orang yang mewakilkan.

c) Perkara/hal yang dikuasakan (al Taukil) sesuatu yang dapat dijadikan obyek akad atau suatu pekerjaan yang dapat dikerjakan orang lain, perkara-perkara yang mubah dan dibenarkan oleh syara’, memiliki identitas yang jelas, dan milik sah dari al Muwakkil.

d) Pernyataan kesepakatan (Ijab dan Qabul) kesepakatan kedua belah pihak baik lisan maupun tulisan dengan keikhlasan memberi dan menerima baik fisik maupun manfaat dari hal yang ditransaksikan.

d. Pengaplikasian Akad Wakalah dalam Perbankan Syariah

Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan Letter of Credit (L/C), inkaso dan transfer uang.82 Khusus untuk pembukuan L/C apabila dana nasabah ternyata tidak cukup, maka penyelesaian L/C dapat dilakukan dengan pembiayaan murabahab, salam, ijarah, mudharabah atau musyarakah.

Kelalaian dalam menjalankan kuasa menjadi tanggung jawab bank, kecuali kegagalan karena force majeure yang menjadi tanggung jawab nasabah.

Apabila bank yang ditunjuk lebih dari satu, maka masing-masing bank tidak boleh bertindak sendiri-sendiri tanpa musyawarah dengan bank yang lain, kecuali dengan seizin nasabah. Tugas, wewenang dan tanggung jawab

82 Adiwarman A, Karim, Bank Islam; Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), 107 Selanjutnya ditulis: Karim, Bank Islam

(7)

bank harus jelas sesuai dengan kehendak nasabah bank. Setiap tugas yang dilaksanakan harus mengatasnamakan nasabah dan harus dilaksanakan oleh bank. Atas pelaksanaan tugasnya tersebut, bank mendapat pengganti biaya berdasarkan kesepakatan bersama. Dan pemberian kuasa tersebut dapat berakhir setelah tugas dilaksanakan dan disetujui bersama antara nasabah dan bank.83

Sistem jasa Letter of Credit (L/C) yang menggunakan akad wakalah secara khusus tidak pernah ditemukan tentang dasar hukumnya melainkan berdasar kepada hal-hal yang terkait dengan hubungan antar manusia (Muamalah) dalam bentuk tolong menolong yang melancarkan berbagai aktivitas manusia adalah diperbolehkan.84

Dalam penerapan akad wakalah akan lebih jelas di ketahui posisi bank syariah dan nasabah pengguna jasa bank syariah dalam bentuk skema sebagai berikut:85

Kontrak dan fee

1

2

3

Kontrak dan fee

Skema 3.1

Akad Wakalah pada Bank Syariah

83 Karim, Bank Islam, 108

84 Karim, Fiqh Muamalah, 23-24

85 Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), 194-196 selanjutnya ditulis: Ismail, Perbankan Syariah

NASABAH MUWAKIL

TAUKIL = PRODUK - Transfer - Intercity Clearing - Kliring - Inkaso/Collection - Payment - Letter of Credit

BANK SYARIAH

WAKIL

INVESTOR MUWAKIL

(8)

Penjelasan:

1. Nasabah dan investor melakukan kontrak dengan bank syariah untuk melaksankan suatu pekerjaan. Bank syariah akan melaksanakan pekerjaan atas permintaan nasabah dan investor.

2. Bank syariah mendapatkan fee atas pekerjaan yang dilakukan.

3. Beberapa pelayanan jasa yang dapat dilakukan dalam akad wakalah antara lain: Transfer, Kliring, Inkaso/Collection, Intercity Clearing, Letter of Credi (akan dibahas lebih lanjut) , dan Payment.

e. Berakhirnya Wakalah86

Wakalah akan berakhir atau tidak dapat dilanjutkan dikarenakan oleh salah satu sebab di bawah ini:

1. Bila salah satu pihak yang berakad itu wafat atau gila

2. Apabila maksud yang terkandung dalam akad telah selesai pelaksanaannya atau dihentikan maksud dari pekerjaan tersebut.

3. Pemutusan oleh muwakkil terhadap wakil, meskipun wakil tidak mengetahui (menurut Syafi’I dan Hanbali) tetapi menurut Hanafi wakil wajib tahu sebelum ia tahu maka tindakannya seperti sebelum ada pemutusan87

4. Diputuskannya akad oleh salah satu pihak88

5. Hilangnya hak pemberi kuasa atas sesuatu obyek yang dikuasakan.

B. Ujrah

a. Pengertian Ujrah

Ujrah yang dalam bahasa Arab berarti upah dan dari segi bahasa berarti ‘iwad (ganti), dengan kata lain adalah imbalan yang diberikan sebagai

86 Karim, Fiqh Muamalah, 28

87 Mustofa. Fiqh Mu’amalah Kontemporer, 213

88 Karim, Fiqh Muamalah, 28

(9)

upah atau ganti suatu perrbuatan.89 Yang dimaksud dengan ujrah adalah pembayaran upah kerja yang diterima pekerja selama ia melakukan pekerjaan. Islam memberikan pedoman bahwa penyerahan upah dilakukan pada saat selesainya suatu pekerjaan. Ujrah atau upah dapat bermacam- macam wujudnya, yang diberikan seseorang, lembaga, atau instansi terhadap oranng lain atas usaha, kerja, atau pelayanan yang telah dilakukannya.

Pemberian ujrah hendaknya berdasarkan akad perjanjian kerja, ujrah yang diberikan kepada seseorang harus sebanding dengan kegiatan yang telah dilakukan dan harus mencerminkan keadilan. Ujrah yang diberikan kepada sesorang seharusnya sebanding dengan kegiatan-kegiatan yang telah dikeluarkan, baik karena perbedaan tingkat kebutuhan dan kemampuan seseorang ataupun karena faktor lingkungan dan sebagainya.90

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa Wakalah bil Ujrah berarti perwakilan dengan upah atau jasa dengan imbalan. Perwakilan merupakan penjualan jasa. Dimana satu pihak mewakilkan (al-muwakkil) kepada pihak lain (al-wakil) dengan memberikan pihak lain tersebut upah sebagai konsekuensi dari jasa yang diberikannya. Wakil adalah yang mendapatkan kepercayaan dari yang mewakilkan. Mengenai fee/ujrah/upah ini seperti yang diungkapkan Imam Malik bahwa, “Upah sangat tidak berkaitan dengan keuntungan”. Artinya standar pemberian upah harus disesuaikan dengan usaha yang dilakukan atau sesuai dengan kebisaannnya (ujrah bi miqdar ma ‘alaja), bukan berpatokan pada harga keuntungan dari suatu komoditi. Sedangkan masalah untung dan rugi merupakan tanggungan pemilik modal.

89 Karim, Fiqh Muamalah, 29

90 G. Kartaspatra, Hukum perburuhan di Indonesia Berdasarkan Pancasila, (Jakarta: Sinar Grafika, 1994) 94 Selanjutnya ditulis: Kartaspatra, Hukum perburuhan

(10)

b. Dasar Hukum Ujrah

Dalil-dalil yang menjelaskan kebolehan ujrah, diantaranya terdapat pada Al-Qur’an dan Hadist. Diantaranya sebagai berikut

1. Al-Qur’an

Surat Az-Zukhruf : 32





















































“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang kain, dan rahmat Tuhanmu lebih dari apa yang mereka kumpulkan.”91

Ayat di atas menegaskan bahwa penganugerahan rahmat Allah, apalagi pemeberian waktu, semata-mata adalam wewenang Allah, bukan manusia. Allah telah membagi-bagi sarana penghidupan mausia dalam kehidupan dunia, karena mereka tidak dapat melakukannya sendiri dan Allah telah meninggikan sebagian mereka dalam harta benda, ilmu, kekuatan, dan lain-lain atas sebagian yang lain, sehingga mereka dapat saling tolong-menolong dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena itu masing-masing saling membutuhkan dalam mencari dan mengatur kehidupannya dan rahmat Allah baik dari apa yang mereka kumpulkan walau seluruh kekayaan dan kekuasaan

91 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Al-Quran Surah Az-Zukhruf 43: 32)

(11)

duniawi, sehingga mereka dapat meraih kebahagiaan duniawi dan ukhrawi.92

2. Hadist

Sedangkan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah mengatakan bahwa Nabi SAW, memusuhi tiga golongan di hari kiamat yang salah satu golongan tersebut adalah orang yang tidak membayar upah pekerja.

َةَّيَمُأ ِنْب َليِع اَ ْسْ إ ْنَع ٍّ ْيَْل ُس ُنْب َيَْ َيَ ِنَِثَّدَح َلاَق ٍّدَّمَحُم ُنْب ُف ُس وُي اَنَث َّدَح ِ َع ُهْنَع ُ َّللَّإ َ ِ ضِ َر َةَرْيَرُه ِبَِأ ْنَع ٍّديِع َس ِبَِأ ِنْب ِديِع َس ْنَع ُ َّللَّإ َّلَّ َص ِ ِبَِّنلإ ْن

َّ ُثُ ِبي ى َطْعَأ ٌلُجَر ِةَماَيِقْلإ َمْوَي ْمُهُم ْصَخ َنََأ ٌةَث َلاَث َلىاَعَت ُ َّللَّإ لَق لاَق ََّلَّ َسَو ِهْيَلَع ْمَلَو ُهْنِم َفَ ْوَت ْ س اَف إً ْيِْجَأ َرَجْأَت ْ سإ ٌلُج َرَو ُهَنَمَث َ َكََأَف إًّرُح َع َبَ ٌلُج َرَو َرَدَغ ىراخبلإ هإور( ُهَرْجَأ ِه ِطْع ُي

)

“Telah menceritakan kepada Yusuf bin Muhammad berkata, telah menceritakan kepada saya Yahya bin Sulaim dari Isma’il bin Umayyah dari Sa’id bin Abi Sa’id dari Abu Hurairah radiallahu ;anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Allah ta’ala berfirman: ada tiga jenis orang yang aku berperang melawan mereka pada hari kiamat, seseorang yang bersumpah atas namaku lalu mengingkarinya, seorang yang memperkerjakan pekerja kemudian pekerja itu menyelesaikan pekerjaannya namun tidak dibayar upahnya.” (H.R Bukhari).93

Begitupula dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu majah bahwa pemberian ujrah di berikan kepada pekerja sebelum kering keringatnya.

ُنْب ُبْهَواَنَثَّدَح ُّيِق ْشَمِ لإ ِديِلَوْلإ ُنْب ُساَّبَعْلإ اَنَثَّدَح ُّيِمَل َّسلإ َةَّي ِطَع ِنْب ِدْيِع َس

ِ َّللَّإ ُلو ُسَر َلق َلاَق َرَ ُعُ ِنْب ِ َّللَّإ ِدْبَع ْنَع ََلَّ ْسَأ ِنْب ِدْيَز ُنْب ِنَ ْحَّْرلإ ُدْبَع اَنَثَّدَح

92 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Vol. 12 (Jakarta: Lentera Hati, 2011), 23

93 Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, juz II (Bandung : Pustaka Setia, 2004), 50

(12)

نبإ هإور( هُقَرَع َّفَِيَ ْنَأ َلْبَق ُهَرْجَأ َيِْجَ ْلْإ إو ُطْعَإ ََّلَّ َسَو ِهْيَلَع ُ للَّإ َّلَّ َص هجام

)

“Al-‘Abbas ibn al-Walid al-Dimasyqiy telah memberitakan kepada kami, (katanya) Wahb ibn Sa’id ibn ‘Athiyyah al-Salamiy telah memberitakan kepada kami, (katanya) ‘Abdu al-Rahman ibn Zaid ibn Salim telah memberitakan kepada kami, (berita itu berasal) dari ayahnya, dari ‘Abdillah ibn ‘Umar dia berkata: Rasulullah SAW telah berkata: ‘Berikan kepada buruh ongkosnya sebelum kering keringatnya’.” (H.R Ibnu Majah) 94

Berkaitan dengan hadist di atas, ada tiga golongan yang pada hari kiamat (kelak) Allah akan memusuhi mereka, yaitu: Pertama, Seseorang yang mengucapkan sumpah karena Allah kemudian ia berdusta; Kedua, Seseorang yang menjual seorang yang merdeka lalu ia makan harganya;

dan Ketiga, Seseorang yang memperkerjakan seorang buruh lalu buruh tersebut mengerjakan tugas nya dengan sempurna, namun ia tidak memberikan upahnya.95

c. Rukun dan Syarat Ujrah

Rukun adalah unsur-unsur yang membentuk sesuatu, sehingga sesuatu itu terwujud karena adanya unsur-unsur tersebut yang membentuknya.

Dalam konsep Islam, unsur-unsur yang membentuk sesuatu itu disebut rukun.96

Adapun menurut Jumhu Ulama, rukun ujrah ada empat, yaitu:

1. Aqid (Orang yang berakad) 2. Sigat ( ijab dan qabul)

94 Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Shahih Sunan Ibnu Majah (Jakarta: Pustaka Azzam, 20010), 679

95 Veithzal Riva’i, dkk, PRINCIPLE OF ISLAMIC FINANCE (DASAR-DASAR KEUANGAN ISLAM) Saatnya Hijrah ke Sistem Keuangan Islam yang Telah Teruji Keampuhannya (Yogyakarta:

BPFE-Yogyakarta, 2012) 223 Selanjutnya ditulis: Riva’i, dkk, PRINCIPLE OF ISLAMIC FINANCE

96 Samsul Anwar, Hukum perjanjian Syariah: Studi tentang Teori Akad dalam Fiqh Muamalat (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007) 95 Selanjutnya ditulis: Anwar, Hukum perjanjian Syariah

(13)

3. Ujrah (Upah) 4. Manfaat

Dalam pelaksanaanya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai syarat ujrah, yakni:97

1. Para pihak yang menyelenggarakan akad haruslah berbuat atas kemauan sendiri dengan penuh kerelaan.

2. Dalam melakukan akad tidak boleh ada unsur penipuan.

3. Sesuatu yang diakadkan mestilah sesuatu yang sesuai dengan realitas, bukan sesuatu yang tidak berwujud.

4. Manfaat dari sesuatu yang menjadi obyek transaksi mestilah berupa sesuatu yang dibolehkan oleh agama bukan sesuatu yang haram.

5. Pemberian ujrah atau imbalan mestilah berupa sesuatu yang bernilai, baik berupa uang atau jasa yang tidak bertentangan dengan kebiasaan yang berlaku.

C. Pemahaman Tentang Akad Wakalah bil-Ujrah 1. Pengertian Wakalah bil-Ujrah

Wakalah menurut ‘Alaudin al-Samarqandi98 mendefinisikan secara etimologi sebagai berikut:

معنو ي أ )ليكولإ معنو الله بنسح( : لىاعت الله لاق : ظفلحإ ييهف : لةكا ولإ هيل إ يرم أ تضوف أ الله لَّع تكلوت : لاقي ضيوفتلإ ابه دإري دقو . ظفالحإ

.

“Wakalah secara bahasa adalah ‘al-hifz’ (perlindungan), Allah berfirman (Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung), maksudnya sebaik-baik pelindung. Adakalanya maksud dari kata wakalah adalah penyerahan, seperti perkataan ‘tawakkaltu ‘alallah’, maksudnya aku pasrahkan atau aku serahkan masalahku kepada Allah.”

97 Karim, Fiqh Muamalah, 35

98 Imam Mustofa, Fiqh Mu’amalah Kontemporer (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2016), 205 Selanjutnya ditulis: Mustofa, Fiqh Mu’amalah Kontemporer

(14)

Dan secara terminologi, al-Sarakhsi mendefinisikan wakalah:

ِهيِف َفَّ َصََتَيِل ِهْيَل إ ِلاَمْلإ ُيِْل ْسَتَو ِ ْيَْغْلإ َلى ِ إ ِفُّ َصًَّتلإ ُضيِوْفَت ُليِكْوَتلاَف ِ

“Wakalah berarti mewakilkan dan menyerahkan kewenangan untuk melakukan sesuatu kepada orang lain, serta penyerahan sejumlah dana untuk melaksanakan kewenangan tersebut”

Berdasarkan definisi yang diungkapkan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan wakalah ialah seseorang yang menyerahkan urusannya kepada orang lain untuk mengerjakan sesuatu, perwakilan tersebut berlaku selama yang mewakilkan masih hidup.

Sementara ujrah dalam pelaksanan wakalah adalah imbalan (fee) yang diberikan dari pihak yang diwakilkan kepada yang mewakilkan.99 Adanya ujrah pada praktek wakalah, pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya, sebagaimana terdapat dalam hadist berikut ini:

ًاسيِنَأ َ َّكََو ََّلَّسَو ِ ِلَ أ َو ِهيَلَع ُ َّللَّإ َّلَّ َص َّ ِبَِّنلإ َّنِاَف ٍّلعُج ِيَْغ َو ٍّلعُ ِبِ ليِكوَّتلإ ُزوُ َيََو َاقِإ ِفِ

َن َكاَو , ٍّلعُج ِيَْغِب ِح َكَِ نلإ ِلوُبَق ِفِ ٍّعِفإَر َبََإ َو , ٍّةا َشِءإَ ِشِ ِفَِةورُع َو , ِ دَلحإ ِةَم : ةرهاقلإ[,ةمإدق نب لا نىغلمإ( ًلةاَ ُعُ مُهَل ُلَع َيََو ِتاَقَد َّصلإ ِضبَقِب ُ َلَاَّ ُعُ ُثَعبُي

,ثيدلحإرإد .ج,]

2004

ص,

6

.

)

468

“Akad taukil (wakalah) boleh dilakukan, baik dengan imbalan maupun tanpa imbalan. Hal itu karena Nabi shalallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam pernah mewakilkan kepada Uais untuk melaksanakan hukuman, kepada Urwah untuk membeli kambing dan kepada Abu Rafi’ untuk melakukan qabul nikah, (semuanya) tanpa memberikan imbalan. Nabi pernah juga mengutus para pegawainya untuk memungut sedekah (zakat) dan beliau memberikan imbalan kepada mereka.” (Ibn Qudamah, al-Mughni, [Kairo:

Dar al-Hadis, 2004] juz 6, h. 468).100

Berdasarkan konteks dari redaksi hadist tersebut, bahwa adanya ujrah dalam praktek wakalah tidaklah menjadi keharusan bagi pemberi mandat

99 Fatwa DSN-MUI No: 52/DSN-MUI/III2006 (Tentang Akad Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah dan Reasuransi Syariah)

100 Mustofa, Fiqh Muamalah Kontemporer, 206

(15)

kepada utusannya, akan tetapi apabila telah terjadi kesepakatan antara yang memberi mandat dengan yang mewakilkan untuk memberikan imbalan dalam jumlah dan jangka waktu tertentu, maka hukumannya wajib untuk di penuhi. Karena ketika ditentukan jumlah dan waktu penyerahannya, maka ketentuan itu menjadi wa’ad atau janji, dan kesepakatan sebagai ‘uqud atau akad.101

Pemberian ujrah dalam wakalah tujuannya adalah untuk membalas kebaikan seseorang yang telas menolong dalam mewakilkan sesuatu pekerjaan atas jasa yang telah dikorbankan oleh orang yang menjadi wakil.

)حامج نبإ : هإور( ُهُقَرَع َّفَِيَ ْنَأ َلْبَق ُهَيِْجَلْإ إو ُطْعَأ

102

“Berikanlah upah kepada seorang pekerja sebelum kering keringatnya.”

(H.R Ibnu Madjah)

Memberikan imbalan kepada seseorang yang telah mewakilkan suatu tugas adalah perbuatan baik yang tergolong tolong-menolong dalam perbuatan kabaikan dan taqwa. Balasan bagi orang yang tolong menolong dalam perbuatan baik dan taqwa adalah pahala dari sisi Allah SWT di akhirat kelak dan syurga-Nya yang lebih baik dari segala sesuatu yang ada di dunia.103

2. Dalil Hukum dan Qaidah Fiqhiyah Wakalah bil-Ujrah

Para ulama telah sepakat atas dibolehkannya wakalah dan cenderung mensunahkannya dengan alasan bahwa hal tersebut termasuk jenis ta’awun

101 Syarif Hidayatullah, Qawa’id Fiqiyyah Dan penerapannya Dalam Transaksi Keuangan Syariah Kontemporer (Jakarta: Gramata Publishing, 2012) 214 Selanjutnya ditulis: Hidayatullah, Qawa’id Fiqiyyah

102 Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Shahih Ibnu Majah, Jilid II (Jakarta: Pustaka Azzam, 2010), 817

103 Hidayatullah, Qawa’id Fiqiyyah, 218

(16)

atau tolong-menolong atas dasar kebaikan dan taqwa, sebagai mana dalil yang telah disebutkan sebelumnya.104

Dan dari kisah Nabi Yusuf ketika ia mengajukan dirinya sebagai wakil dalam bendahara negara Mesir:













 



























 

























 







 









“Dan raja berkata: ‘Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang rapat kepadaku’. Maka tatkala raja telah bercakap- cakap dengan dia, dia berkata: ‘Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami’.

Berkata Yusuf: ‘Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir);

sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan’. Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju ke mana saja yang ia kehendaki di bumi Mesir itu. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S Yusuf 12: 54-56)

Qaidah Fiqhiyah yang berkaitan dengan wakalah bil-ujrah antara lain yaitu:

ِتَلاَماَعُلمإ ِفِ ُل ْصَلْإ اَهِمْيِرْ َتَ لََّع ٌلْيِلَد َّل ُدَي ْنَأ َّلا إ ُةَح َبَ ِ لاإ ِ

“Pada dasarnya, semua bentuk mu’amalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang megharamkannya.”105

104 M. Syafi’I Antonio, Islamic Banking: Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2010), 122 Selanjutnya ditulis: Antonio, Islamic Banking

105 Fatwa DSN-MUI No: 10/DSN-MUI/IV/2000 (Tentang Wakalah)

(17)

Berdasarkan kaidah ushul fiqh tersebut, segala kegiatan yang berkaitan dengan mu’amalah hukumnya adalah boleh termasuk kegiatan wakalah hukumnya adalah boleh, selama tidak ada dalil yang mengharamkannya.

اًمإَرَح ٌلَحَإ ْوَإ ًلا َلاَح َمَّرَح ا َطْ َشِ َلْ إ ْمِهِط ْوُ ُشِ َلََّع َن ْوُمِل ْسُلمإ ... ِ

“Kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat yang mereka buat, kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.

ِ َّللَّإ ُ ْكُُح َّ َثََف ُةَحَل ْصَمْلإ ِتَدِجُو اَمَنْيَأ

.

“Di mana terdapat kemaslahatan, di sana terdapat hukum Allah.”106

َرْيِسْيَّتلا ُبِلْجَت ُةَّقَشَمْلَا .

“Kesulitan dapat menarik kemudahan.”

ِةَر ْوُ َضَلإ َ َلةِ ْنَْم ُلُ ْنَْت ْدَق ُةَجاَلحإ

“Kebutuhan terkadang menempati tempat darurat.”107

Akad wakalah terjadi karena adanya kebutuhan dari seseorang yang menyebabkan ia membutuhkan orang lain untuk mengerjakan suatu pekerjaan yang memang tidak dapat ia lakukan sendiri. Dengan demikian mewakilkan suatu tugas menjadi kebutuhan yang menempati posisi darurat atau sesuatu yang penting sehingga hukumnya diperbolehkan.108

Penulis menyetujui bahwa akad wakalah bil ujrah adalah akad yang paling tepat digunakan dalam transaksi Letter of Credit baik L/C Ekspor ataupun L/C Impor. Karena dalam pengertian yang telah di jabarkan di

106 Fatwa DSN-MUI NO: 35/DSN-MUI/IX/2002 (Tentang Letter Of Credit (L/C) Ekspor Syari’ah)

107 A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih (Jakarta: Kencana, 2008), 132 Selanjutnya ditulis: Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih

108 Khoiruddin. “Economic: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam”Studi Atas Fatwa DSN-MUI Terhadap Penerapan Akad-Akad Dalam Letter of Credit (L/C) Impor dan Ekspor Syariah IAIN Raden Intan Lampung, 2014. Vol. 2, No. 4

(18)

atas beserta pendapat para ulama dapat disimpukan bahwa wakalah bil ujrah adalah perjanjian pemberian mandat kepada seseorang untuk mewakilkan pekerjaan atau hal yang tidak bisa ia lakukan dengan pemberian ujrah meskipun ujrah disini bukan sesuatu yang harus ada dalam akad wakalah.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa semua isolat probiotik (B, C, G dan H) yang berasal dari usus itik pedaging Anas domesticus

KPR BRISyariah iB adalah Pembiayaan Kepemilikan Rumah kepada Perorangan untuk memenuhi sebagian atau keseluruhan kebutuhan akan hunian dengan menggunakan prinsip

Keempat, mendeskripsikan solusi yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Tengaran dalam mengatasi kendala pembelajaran yang berpendekatan

Tegasnya, Syaykh Abd Aziz bin Abd Salam telah memberi suatu sumbangan yang besar terhadap metodologi pentafsiran kepada pengajian tafsir di Malaysia.. Sumbangan

Untuk penilaian pengetahuan Ananda sudah melakukan dengan cara mengisi lembar kerja yaitu LK.2.1 dalam aktivitas 3 yang dilakukan dalam pembelajaran. Sebagai acuan

Dengue hemorrhagic fever (DHF) and DSS are the severe manifestation of dengue virus infection characterized by plasma leakage as a result of increased vascular

1. Terdapat 21 siswa atau 37,50 % yang terkadang merasa kelebihan yang anda punya dibutuhkan orang lain dan terdapat 5 siswa atau 8,93 % yang tidak merasa kelebihan yang

lisan lisan Non Test: Non Test:   Karya Karya :karangan, :karangan, puisi, doa puisi, doa   Sikap: Sikap: tindakan tindakan yang akan yang akan dilakukan dilakukan untuk