• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Banjarmasin. Tim Penyusun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KATA PENGANTAR. Banjarmasin. Tim Penyusun"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

i

(2)

ii KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah membimbing kami sehingga mampu menyelesaikan laporan akhir Grand Design Pembangunan Kependudukan Kabupaten Tabalong Tahun 2022-2042.

Grand Design ini merupakan rancangan pengambangan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan penduduk Kabupaten Tabalong. Penelitian ini di jadikan acuan kinerja pemerintah selama dua puluh lima tahun terakhir di Kabupaten Tabalong.

Laporan pendahuluan ini, penyusun menerangkan instrumen dan proses pengumpulan data, tanggapan terhadap KAK (Kerangka Acuan Kerja), analisis, asumsi hasil yang diharapkan. Pada bab I berisi tentang latar belakang, tujuan dan sasaran, pengertian, kedudukan, ruang lingkup, dan pendekatan pengembangan Grand Design Pembangunan Kependudukan. Bab II berisi tentang analisis situasi kependudukan dan Capaian Pembangunan Kependudukan. Bab ini berisikan analisis situasi kependudukan dan capaian pelaksanaan pembangunan 5 pilar kependudukan yang mendeskripsikan sejumlah temuan yang merupakan hasil dari kajian dokumen kebijkan, kajian praktik program unggulan, maupun kajian akademik. Pada bab III berisikan tentang metodologi pelaksanaan penyusunan Grand Design Pembangunan Kependudukan. Pada bab IV berisikan pembangunan kependudukan di Kabupaten Tabalong. Pada bab V Road Map pembangunan kependudukan di Kabupaten Tabalong. Pada bab VI berisikan rekomendasi serta pada bab VII penutup.

Kami ucapkan terima kasih kepada BAPPEDA Kabupaten Tabalong yang memberikan kepercayaan kepada kami untuk melaksanakan GDPK ini. Kepada semua Tim yang telah bekerja keras hingga GDPK ini bisa disusun sesuai dengan yang telah direncanakan.

Harapan kami semoga laporan pendahuluan ini bisa memberikan gambaran sejauh mana progras pelaksanaan kegiatan telah dilakukan.

Banjarmasin

Tim Penyusun

(3)

iii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Maksdu dan Tujuan ... 2

1.3 Sasaran ... 2

1.4 Pengertian Umum... 3

1.5 Kedudukan ... 7

1.6 Dasar Hukum ... 7

1.7 Ruang Lingkup... . 8

1.8 Pendekatan Pengembangan Grand Design Pembangunanan Kependudukan ... 9

BAB II ANALISIS SITUASI KEPENDUDUKAN DAN CAPAIAN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN 2.1 Pembangunan Manusia di Kabupaten Tabalong ... 10

2.1.1 Kependudukan... 10

2.1.2 Kesehatan ... 13

2.1.3 Pendidikan ... 16

2.1.4 Ekonomi ... 19

2.1.5 Kemiskinan ... 21

2.1.6 Ketenagakerjaan ... 26

2.2 Perkembangan IPM Kabupaten Tabalong ... 29

2.2.1 Status Pembangunan Manusia dan Kecepatan IPM ... 32

2.2.2 Angka Harapan Hidup (AHH) ... 33

2.2.3 Harapan Lama Sekolah ... 35

2.2.4 Rata-Rata Lama Sekolah ... 37

2.2.5 Pengeluaran per Kapita Disesuaikan ... 39

2.3 Tipologi Daerah Menurut IPM dan Pertumbuhan Ekonomi ... 40

2.4 Tipologi Daerah Menurut IPM dan Kemiskinan ... 44

BAB III METODOLOGI 3.1 Kuantitas Penduduk ... 48

3.1.1 Perilaku Fertilitas ... 48

3.1.2 Keluarga Berencana ... 49

3.2 Kualitas Penduduk ... 51

BAB IV PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN KABUPATEN TABALONG 4.1 Pengendalian Kuantitas Penduduk ... 55

4.1.1 Pengaturan Fertilitas... 55

4.1.2 Penurunan Mortalitas ... 57

4.1.3 Strategi Pengendalian Kuantitas ... 57

(4)

iv

4.2 Peningkatan Kuantitas Penduduk ... 59

4.2.1 Demensi Kesehatan ... 60

4.2.2 Dimensi Pendidikan ... 60

4.2.3 Demensi Ekonomi ... 60

4.2.4 Strategi Pengendalian Kuantitas ... 61

4.3 Strategi Pembangunan Keluarga ... 61

4.3.1 Pembangunan Keluarga ... 61

4.3.2 Strategi Pembangunan Keluarga ... 62

4.3.3 Pengarahan Mobilitas Penduduk ... 64

4.4 Pembangunan Sistem Informasi dan Administrasi Data Kependudukan ... 65

BAB V ROAD MAP PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN 5.1 Kekuatan, Kendala, Peluang dan Ancaman ... 68

5.1.1 Kekuatan ... 68

5.1.2 Kendala ... 69

5.1.3 Peluang ... 70

5.1.4 Ancaman... 70

5.2 Kebijakan dan Road Map Pengendalian Kuantitas Penduduk ... 70

5.3 Kebijakan dan Road Map Peningkatan Kualitas Penduduk ... 71

5.4 Kebijakan dan Road Map Penataan Persebaran dan Pengarahan Movbilitas Penduduk ... 74

5.5 Kebijkan dan Roadmap Pembangunan Keluarga ... 76

5.6 Kebijakan dan Road Map Pembangunan Manajemen Database dan Informasi Kependudukan... 77

BAB VI REKOMENDASI ... 78

BAB VII PENUTUP... 80

(5)

1

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN KABUPATEN TABALONG

TAHUN 2022-2042

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga mengatur tanggung jawab pemerintah dalam perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga. Pemerintah telah menyusun Rencana Pernbangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) untuk periode 2020-2024. Salah satu fokus utamanya pada Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Pembangunan SDM dengan menjamin kesehatan ibu hamil kesehatan bayi, kesehatan balita, kesehatan anak usia sekolah. dan anak prasekolah, penanganan stunting, kematlan ibu dan bayi.

Grand Design Pembangunan Kependudukan. (GDPK) merupakan dokumen strategis benangka panjang yang wajib disusun oleh pemerintah pusat dan daerah. Seluruh aktor pembangunan, baik yang rnengelola langsung pemerintahan maupun stakeholders lainnya, sangat penting menyadari bahwa proses perencanaan pembangunan mutlak memerlukan integrasi dan sinergitas antara variabel demografi dengan variabel pembangunan. Selain itu, hal inl juga bertujuan untuk menciptakan harmonisasi antara situasi dan dinamika kependudukan dengan dinamika kondisi sosial ekonomi lainnya dan membantu memperkuat penyusunan dan implementasi perencanaan pembangunan khususnya di Kabupaten Tabalong.

Pembangunan kependudukan adalah upaya mewujudkan sinergi sinkronisasi dan harmonisasi pengendalian kuantitas peningkatan kualitas, pembangunan keluarga, penataan persebaran dan pengarahan mobilitas, serta penataan administrasi kependudukan. Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK) Kabupaten Tabalong adalah arahan kebijakan yang dituangkan dalam program lima tahunan pembangunan kependudukan yang disusun selama 25 tahun untuk mewujudkan target pembangunan kependudukan. Hal ini untuk menciptakan harmonisasi antara dinamika kependudukan dengan dinamika kondisi sosial ekonomi lainnya dan membantu memperkuat penyusunan dan implementasi perencanaan pembangunan. Dengan tersusunnya Grand Design Pembangunan Kependudukan Kabupaten Tabalong,

(6)

2 diharapkan dapat memperbaiki political will dan komitmen Pemerintah Daerah terhadap kependudukan sekaligus mampu meningkatkan kepedulian para policy makers terhadap keterkaitan antara isu kependudukan dengan pembangunan. Dengan tersusunnya GDPK diharapkan pemerintah daerah dapat merumuskan perencanaan pembangunan kependudukan untuk jangka waktu 25 tahun ke depan dan dijabarkan setiap lima tahunan yang berisi tentang isu penting kependudukan saat ini, kondisi kependudukan yang diinginkan, program kependudukan, serta roadmap pembangunan kependudukan

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan Dokumen Grand Design Pembangunan Kependudukan ini adalah adanya suatu pedoman perencanaan dalam meningkatkan kualitas penduduk yang tinggi sehingga mampu menjadi faktor penting dalam mencapai kemajuan daerah.

Tujuan GDPK Kabupaten Tabalong sebagai berikut:

1. Identifikasi dan analisi data kependudukan berdasarkan struktur dan lima aspek kependudukan (Pengendalian Kualitas Penduduk, Peningkatan Kualitas Pendukduk, Pengarahan, Mobilitas Penduduk, Pembangunan Keluarga, dan Pengembangan Data Base Kependudukan) serta kewilayahan di Kabupaten Tabalong.

2. Penyusunan rekomendasi dan rencana pengintegrasian isu kependudukan ke dalam mekanisme perencanaan pembangunan daerah.

3. Mewujudkan manusia yang sehat jasmani dan rohani, cerdas, mandiri, beriman, bertakwa, berkahlak mulia, dan memiliki etos kerja yang tinggi.

4. Mewujudkan keluarga yang berketahanan, sejahtera, sehat, maju, mandiri, dan harmoni.

5. Mewujudkan keseimbangan persebaran penduduk yang serasi dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan, dan

6. Mewujudkan administrasi kependudukan yang tertib, akurat, dan dapat dipercaya.

1.3 Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai dalam Penyusunan Strategi Grand Design Pembangunan Kependudukan Kabupaten Tabalong adalah:

1. Diharapkan bermanfaat sebagai dasar pengambilan kebijakan strategi bagi pemerintah daerah dalam pembangunan SDM.

(7)

3 2. Kepala OPD se-Kabupaten Tabaling dan stakeholder terkait di Kabupaten

Tabalong.

3. Mewujudkan administrasi Kependudukan yang tertib, akurat, dan dapat dipercaya.

4. Sumber informasi bagi masyarakat dan institusi lainnya dalam merancang atau menyediakan program pemberdayaan bagi masyarakat.

5. Keluarga berkualitas yang memiliki ciri ketahanan sosial, ekonomi, budaya tinggi serta mampu merencanakan sumber daya keluarga secara optimal.

6. Pencapaian window of opportunity melalui pengelolaan kualitas penduduk dengan cara pengendalian angka kelahiran, penurunan angka kematian, dan pengarahan mobilitas penduduk.

1.4 Pengertian Umum

1. Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, ciri utama, pertumbuhan, persebaran, mobilitas, penyebaran, kualitas, kondisi, kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, budaya, agama serta lingkungan penduduk tersebut.

2. Pembangunan Kependudukan adalah upaya mewujudkan sinergi, sinkronisasi, dan harmonisasi pengendalian kuantitas, peningkatan kualitas, pembangunan keluarga, penataan persebaran dan pengarahan mobilitas, serta penataan administrasi kependudukan

3. Kuantitas Penduduk adalah jumlah penduduk akibat dari perbedaan antara jumlah penduduk yang lahir, mati, dan pindah tempat tinggal

4. Kualitas Penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan non fisik yang meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produktivitas, tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan, sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan kehidupan sebagai manusia yang berbudaya, berkepribadian, berkebangsaan dan hidup layak.

5. Pembangunan Keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat.

6. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri atau suami, istri, dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.

7. Ketahanan dan kesejahteraan keluarga adalah kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik-materiil guna hidup

(8)

4 mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin.

8. Keluarga berkualitas adalah kondisi keluarga yang mencakup aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial budaya, kemandirian keluarga dan mental spiritual serta nilai-niai agama yang merupakan dasar untuk mencapai keluarga sejahtera.

9. Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antarangota dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan 10. Pembangunan Berkelanjutan adalah pembangunan terencana di segala bidang untuk

menciptakan perbandingan ideal antara perkembangan kependudukan dengan daya dukung alam dan daya tampiung lingkungan serta memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa harus menurangi kemampuan dan kebutuhan generasi mendatang, sehingga menunjang kehidupan bangsa.

11. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penertiban dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lai 12. Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh instansi

pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan dari pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil

13. Data Kependudukan adalah data perseorangan dan/ atau data agregat yang struktur sebagai hasil dari kegiatan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil

14. Mobilitas Penduduk adalah gerak keruangan penduduk dengan melewati batas Administrasi Daerah Tingkat II.

15. Profil adalah grafik atau ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal tertentu (Sunaryo Urip-BPS)

16. Persebaran Penduduk adalah kondisi sebaran penduduk secara keruangan

17. Penyebaran Penduduk adalah upaya mengubah sebaran penduduk agar serasi, selaras dan seimbang dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan

18. Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan biodata penduduk, pencatatan atas pelaporan peristiwa kependudukan dan pendataan penduduk rentan Administrasi Kependudukan serta penerbitan Dokumen Kependudukan berupa kartu identitas, atau surat keterangan kependudukan

(9)

5 19. Pencatatan Sipil adalah pencatatan peristiwa penting yang dialami oleh seseorang

dalam register pencatatan sipil pada instansi pelaksana.

20. Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang dialami penduduk yang harus dilaporkan karena membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk dan/atau Surat Kependudukan lainnya meliputi pindah datang, perubahan alamt, serta status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.

21. Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi kelahiran, kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak, perubahan nama dan perubahan status kewarganegaraan

22. Nomor Induk Kependudukan adalah Nomor identitas penduduk yang bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai penduduk Indonesia

23. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan, selanjutnya disebut SIAK adalah sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi pengelolaan informasi andministrasi kependudukan ditingkat penyelenggara dan instansi pelaksana sebagai satu kesatuan.

24. Data adalah fakta yang ditulis dalam bentuk catatan, gambar atau direkam kedalam bentuk media.

25. Fertilitas diartikan sebagai kemampuan seorang wanita atau sekelompok wanita untuk melahirkan dalam jangka waktu satu generasi atau selama masa subur.

26. Kematian atau Mortalitas adalah satu dari tiga komponen demografi yang berpengaruh terhadap struktur dan jumlah penduduk.

27. Angka Kelahiran Total adalah rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang wanita sampai dengan masa reproduksinya.

28. Ratio Jenis Kelamin adalah suatu angka yang menunjukkan perbandingan jenis kelamin antara banyaknya penduduk laki–laki dan penduduk perempuan disuatu daerah pad awaktu tertentu.

29. Perkembangan Kependudukan adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan perubahan keadaan penduduk yang meliputi kuantitas, kualitas dan mobilitas yang mempunyai pengaruh terhadap pembangunan dan lingkungan hidup.

30. Mobilitas Penduduk adalah gerak penduduk dari daerah asal ke daerah tujuan dalam batas waktu tertentu dan kembali ke daerah asal pada hari yang sama.

31. Mobilitas penduduk permanen (Migrasi) adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas

(10)

6 administrative ( Migran Internal ) atau batas politik/ Negara ( Migrant Internasional).

32. Mobilitas penduduk non permanen adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk tidak menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif.

33. Migrasi Kembali adalah banyaknya penduduk yang pada waktu diadakan senssus bertempat tinggal di daerah yang sama dengan tempat lahir dan pernah bertempat tinggal didaerah yang berbeda.

34. Migrasi seumur hidup adalah bentuk migrasi dimana pada waktu diadakan sensus tempat tinggal sekarang berbeda dengan tempat tinggal kelahirannya.

35. Migrasi risen adalah bentuk migrasi melewati batas administrasi (desa/Kec/Kab/Provinsi) dimana pada waktu diadakan sensus bertempat tinggal di daerah yang berbeda dengan tempat tinggal lima tahun yang lalu.

36. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk secara suka rela untuk meningkatkan kesejahteraan dan menetap di wilayah pengembangan transmigrasi atau lokasi permukiman transmigrasi.

37. Penduduk usia kerja angkatan kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun sampai dengan 64 tahun.

38. Angka partisipasi angkatan kerja adalah proporsi angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja.

39. Angkatan Pengangguran adalah proporsi jumlah pengang guran terhadap angkatan kerja.

40. Bukan angkatan kerja adalah penduduk usia 15 tahun kebawah dan penduduk usia 64 tahun keatas.

41. Lahir Hidup adalah suatu kelahiran bayi tanpa memper hitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana si bayi menunjukkan tanda – tanda kehidupan pada saat dilahirkan.

42. Lahir Mati adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan pada saat dilahirkan.

43. Angka Kematian bayi/IMR adalah banyaknya kematian bayi usia kurang dari satu tahun (9-11 bulan) pada suatu periode per 1.000 kelahiran hidup pada pertengan periode yang sama.

44. Angka Kematian Ibu/MMR adalah banyaknya kematian ibu pada waktu hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan per 100.000 kelahiran hidup, tanpa

(11)

7 memandang lama dan tempat kelahiran yang disebabkan karena keha milannya atau pengelolaannya.

45. Angka partisipasi total adalah proporsi penduduk bersekolah menurut golongan umur sekolah yaitu 7-12, 13-15, 16-18 dan 19-24 tahun.

46. Angka partisipasi murni adalah persentase jumlah peserta didik SD usia 7-12 tahun, jumlah peserta didik SLTP usia 13-15 tahun, jumlah peserta didik SLTA usia 16- 18 tahun dan jumlah peserta didik PTN/PTS usia 19-24 tahun dibagi jumlah penduduk kelompok usia dari masing-masing jenjang pendidikan.

47. Angka partisipasi kasar adalah persentase jumlah peserta didik SD, jumlah peserta didik SLTP, jumlah peserta didik SLTA, jumlah peserta didik PTN/PTS dibagi dengan jumlah penduduk kelompok usia masing – masing jenjang pendidikan (SD usia 7-12 tahun, SLTP usia 13–15 tahun, SLTA usia 16-18 tahun, PTN/PTS usia 19–

24 tahun.

1.5 Kedudukan

Sebagai fungsi dan arah penyusunan kebijakan pemerintah daerah dalam pembangunan di bidang kependudukan.

1.6 Dasar Hukum

Dasar hukum Penyusunan Buku Grand Design Pembangunan Kependudukan Kabupaten Tabalong sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

2. Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

3. Peraturan Pemerintah No. 57/2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1994 Tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan.

4. Peraturan Pemerintah No. 21/1994, Tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera.

5. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi Daerah dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82. Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737).

6. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014, Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga.

(12)

8 7. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1965 Pembentukan Daerah Tingkat II Tanah Laut,

Daerah Tingkat II Tapin Dan Derah Tingkat II Tabalong.

8. Peraturan mentri dalam negeri Nomor 80 tahun 2015 Peraturan produk hukum daerah.

9. Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2016 tentan Pedoman Nomenklatur Perangkat Daerah bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

10. Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 Tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Daerah.

11. Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 163 Tahun 2016 tentang Pedoman Nomenklatur Tugas dan Fungsi Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana di Provinsi, Kabupaten, dan Kota.

12. Peraturan Daerah Kabupaten Tabalong Nomor 06 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Tabalong Nomor 06 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan

13. Peraturan Bupati Tabalong Nomor 13 tahun 2021 uraian tugas dinas pemberdayaan, perempuan, perlindungan anak, pengendalian penduduk dan keluarga berencana Kabupaten Tabalong.

1.7 Ruang Lingkup

Ruang lingkup Grand Design Pembangunan Kependudukan Kabupaten Tabalong melingkupi : Pemerataan penduduk di suatu wilayah, administrasi penduduk, mobilitas penduduk, kesehatan penduduk, SDM penduduk dalam pendidikan, dan kesejahteraan penduduk.

(13)

9 1.8 Pendekatan Pengembagan Grand Design Pembangunan Kependudukan

IMPLEMENTASI PROGRAM/KEGIATAN

SKPD ISSUE

Kependudukan Kabupaten

Tabalong

Analisa Permasalah an/Kebutuh

an

RPJMNAS

RPJMD KAB

GDPK KAB TABALONG 20

TAHUN

(14)

10 BAB II

ANALISIS SITUASI KEPENDUDUKAN DAN CAPAIAN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

2.1 Pembangungan Manusia di Kabupaten Tabalong 2.1.1 Kependudukan

Pembangunan ekonomi nasional bertumpu pada sumber daya manusia baik sebagai subjek sekaligus objek pembangunan ekonomi . Oleh karenya penduduk terutama angkatan kerja harus mampu menjadi agent of develepment (agen pembangunan). Mutu dan kualitas penduduk sangat menentukan peran penduduk dalam persaingan ekonomi nasional dan global.

Sebagai agent of develepment, penduduk yang berkualitas merupakan komponen sentral dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Penduduk yang berkualitas memungkinkan untuk mengolah dan mengelola sumber daya alam dengan baik, tepat, efisien dan optimal dengan tetap menjaga kepentingan generasi yang akan datang. Penduduk yang berkualitas akan menjaga keseimbangan antara jumlah penduduk dengan kapasitas daya dukung alam dan lingkungan. Sebaliknya penduduk yang besar dengan kualitas yang rendah justru akan menjadi beban bagi pembangunan itu sendiri. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tabalong sepanjang 2016 – 2020 sudah dibawah 1 persen dan konsisten mengalami penurunan yaitu dari 0,22 persen pada tahun 2020 dan menjadi hanya 0,12 persen pada Tahun 2018. Turunnya laju pertumbuhan penduduk ini secara alamiah disebabkan karena menurunnya fertilitas di Kabupaten Tabalong.

Gambar 2.1. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tabalong, 2016 – 2020

Sumber : BPS Kabupaten Tabalong tahun 2020

243.477

247.106

250.809

254.322

257.794 1,62%

1,49% 1,50%

1,40% 1,40%

1,25%

1,30%

1,35%

1,40%

1,45%

1,50%

1,55%

1,60%

1,65%

2016 2017 2018 2019 2020

235.000 240.000 245.000 250.000 255.000 260.000

Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk

(15)

11 Karakteristik penduduk Kabupaten Tabalong menurut jenis kelamin ditandai dengan angka sex rasio yang berada diatas 94.37% sepanjang tahun 2016 – 2020. Pada tahun 2017 sex rasio mencapai 98,45%. Artinya penduduk laki-laki masih lebih banyak dibanding penduduk perempuan meskipun selisih antara laki-laki dan perempuan setiap tahun berjumlah 4.295,6 penduduk.

Gambar 2.2. Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Tabalong, 2016 – 2020

Sumber : BPS Kabupaten Tabalong 2020

Dalam perdebatan antar ahli ekonom-demografer, aliran revisionis berpendapat bahwa penduduk mempunyai kaitan dengan pembangunan ekonomi dan penurunan kemiskinan (population does matter). Namun kunci keberhasilan Population Does Matter adalah adanya perubahan struktur umur penduduk penduduk (Adoetomo, 2007 : 21). Perubahan struktur umur penduduk ini terjadi karena adanya proses transisi demografi secara berkelanjutan dan jangka panjang hingga terjadinya pergeseran distribusi penduduk menurut umur dan menyebabkan menurunnya rasio ketergantungan penduduk usia non produktif dengan penduduk usia produktif. Ketika rasio ketergantungan berada pada titik terendah, biasanya terletak dibawah 50, maka terbukalah kesempatan yaitu the window of opportunity yang dikaitkan dengan bonus demografi. Window of opportunity menyediakan kondisi ideal untuk meningkatkan produktifitas, melalui 4 faktor yaitu : a. Penawaran tenaga kerja. Jika penduduk usia

123.806 125.605 127.571 129.330 131.181

119.671 121.501 123.238 124.992 126.613

112.000 114.000 116.000 118.000 120.000 122.000 124.000 126.000 128.000 130.000 132.000 134.000

2016 2017 2018 2019 2020

Laki - Laki Perempuan

(16)

12 kerja terserap dalam pasar kerja, maka produktifitas per kapita akan meningkat b.

Peranan perempuan, perempuan cenderung mempunyai anak lebih sedikit dan masuk ke pasar kerja sehingga berperan dalam peningkatan produksi per kapita. c. Tabungan.

Semakin banyak penduduk dalam pasar kerja, maka semakin banyak pula tingkat tabungan dan investasi. Investasi yang produktif akan memicu penyerapan tenaga kerja, menaikkan pendapatan per kapita dan memenuhi kebutuhan dasar yaitu kesehatan dan pendidikan. d. Modal Manusia. Jumlah penduduk dan pertumbuhannya merupakan faktor yang penting dalam menentukan proses perjalanan dan kecepatan pertumbuhan ekonomi

Gambar 2.3. Rasio Ketergantungan Kabupaten Tabalong, 2016 – 2020

Sumber : BPS Kabupaten Tabalong 2020

Berdasarkan gambar 2.3 Pergeseran distribusi umur penduduk dan penurunan rasio ketergantungan membentuk keadaan ideal yang berpotensi terjadinya bonus demografi.

Kesempatan ini harus dipahami oleh pengambil kebijakan sampai tingkat daerah khususnya Kabupaten Tabalong agar dapat memanfaatkan bonus demografi untuk kesejahteraan rakyat. Harus disadari juga bahwa pada masa yang akan datang, angka ketergantungan akan kembali meningkat yang disebabkan karena fertilitas rendah dan angka harapan hidup yang tinggi. Rasio ketergantungan penduduk Kabupaten Tabalong sepanjang 2016–2020 konsisten mengalami penurunan yaitu sebanyak 0.8 persen. Pada 2016 menjadi 48,51 persen dan pada tahun 2017 mengalami penurunan sebesar 48.30 persen. Begitu pula tahun 2017 sampai tahun 2018 mengalami penurunan sebesar

48,51

48,30

48,11

47,92

47,71

47,20 47,40 47,60 47,80 48,00 48,20 48,40 48,60

2016 2017 2018 2019 2020

(17)

13 0.19%. Dengan artian setiap tahun rasio ketergantungan mengalami penurunan yang dapat disimpulkan bonus demografi di Kabupaten Tabalong benarbenar sudah dimanfaatkan terutama di umur 47-48 tahun.

2.1.2 Kesehatan

Kesehatan merupakan suatu kebutuhan utama dan investasi berharga dalam pembangunan. Kesehatan adalah hak asasi manusia yang menjadi salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Setiap masyarakat berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dari fasilitas pelayanan kesehatan guna mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Mewujudkan derajat kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan keadaan kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya

Tingkat kesehatan penduduk dapat terlihat dari banyaknya penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dan menderita sakit. Penduduk dikatakan menderita sakit jika mengalami keluhan kesehatan hingga terganggu aktifitasnya dan ditunjukkan dengan Angka Kesakitan (morbiditas). Angka kesakitan didefinisikan sebagai persentase penduduk yang mengalami gangguan kesehatan yang mengakibatkan terganggunya aktifitas sehari-hari yang terjadi baik dalam melakukan pekerjaan, bersekolah, mengurus rumah tangga maupun melakukan aktivitas lainnya selama satu bulan sebelum pencacahan. Semakin banyak penduduk yang mengalami gangguan kesehatan dan memiliki angka kesakitan yang tinggi berarti semakin rendah derajat kesehatan di wilayah tersebut.

Tabel 2.1. Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan dalam Satu Bulan Terakhir dan Angka Kesakitan Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten

Tabalong, 2020 Jenis Kelamin Mengalami Keluhan

Kesehatan (%)

Angka Kesakitan

(1) (2) (3)

Laki – Laki 33,49 NA

Perempuan 52,66 NA

Jumlah 86,16 NA

Sumber : BPS Kabupaten Tabalong tahun 2020

(18)

14 Hasil BPS tahun 2020 diatas menunjukkan bahwa persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan dalam satu tahun terakhir sebesar 86,16 persen.

Penduduk laki-laki yang mempunyai keluhan kesehatan dalam satu tahun terakhir hanya sebesar 23,49 persen lebih rendah jika dibandingkan penduduk perempuan yang mempunyai keluhan kesehatan dalam satu bulan terakhir sebesar 52,66 persen.

Keinginan semua orang untuk hidup sehat merupakan hal utama yang tidak mengenal usia, baik orang tua maupun oleh anak-anak. Berbagai cara dan upaya dilakukan sehingga orang tetap dalam kondisi sehat, seperti melakukan olah raga maupun memeriksakan kesehatan pada petugas kesehatan. Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan bagi masyarakat diharapkan akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di sekitarnya. Dengan adanya fasilitas kesehatan yang lengkap dan memadai, maka masyarakat akan dengan mudah dan cepat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Di tahun 2020, sebanyak 86.16 persen penduduk yang mengalami kesehatan memilih untuk berobat jalan ke fasilitas kesehatan dalam satu bulan terakhir.

Penjelasan ini dapat di lihat pada tabel.2.2 dibawah ini.

Tabel 2.2. Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Tabalong, 2020

Jenis Kelamin 2020

laki-laki 33,49

perempuan 52,66

laki-laki+perempuan 86,16

Sumber : Dinkes Kabupaten Tabalong

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam memenuhi hak setiap warga negara untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak. Hambatan utama pelayanan kesehatan masyarakat miskin adalah masalah pembiayaan kesehatan. Untuk menjamin kemudahan akses terhadap pelayanan kesehatan, pemerintah telah berupaya menyediakan jaminan kesehatan bagi penduduk miskin dan tidak mampu.

Jaminan kesehatan yang paling banyak dimiliki masyarakat adalah BPJS Kesehatan (25,00 persen). Jaminan kesehatan lainnya adalah Jamkesda (28,30 persen), Perusahaan/kantor (22,70 persen), dan Asuransi Swasta (11,80 persen). Sebaliknya, masih ada sekitar 10,60 persen masyarakat yang tidak memiliki jaminan kesehatan.

Sebagaimana tercantum dalam table 2.3 berikut:

(19)

15 Tabel 2.3. Persentase Penduduk yang Memiliki Jaminan Kesehatan

di Kabupaten Tabalong, 2020 Jaminan Kesehatan Persentase

(1) (3)

BPJS Kesehatan*) 25,00

Jamkesda 28,30

Asuransi Swasta 11,80

Perusahaan/Kantor 22,70

Tidak ada jaminan

kesehatan 10,60

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong 2020

Rokok merupakan produk yang mengandung bahan kimia yang cukup berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia. Kebiasaan merokok ini sudah menjadi hal umum di masyarakat. Tanpa disadari zat yang dikandung dalam rokok yang selalu dihisap dapat membuat rasa ketagihan dan candu yang sangat sulit untuk berhenti. Meskipun bahaya merokok sudah diketahui sejak lama oleh masyarakat, akan tetapi merokok dianggap lumrah dan menjadi suatu kebutuhan pokok yang harus terpenuhi di setiap harinya bagi perokok. Perilaku merokok menjadi perilaku yang sudah menembus batas usia maupun jenis kelamin. Banyak anak yang belum cukup umur sudah membiasakan diri untuk mengonsumsi rokok. Hal ini diakibatkan lingkungan sekitar mereka yang menjadi perokok aktif sehingga menimbulkan rasa ingin mencoba untuk merokok. Terlepas dari itu, rokok juga sangat berbahaya bagi kesehatan para perokok pasif. Perokok pasif adalah seseorang yang tidak merokok secara langsung namun menghirup asap rokok dari orang-orang yang merokok di sekitarnya seperti di rumah maupun di lingkungan kerja. Asap rokok yang dihirup oleh perokok pasif yang memiliki berbagai senyawa kimia yang berbahaya, maka perokok pasif tentu saja berpotensi mendapatkan risiko gangguan kesehatan. Meski tidak secara langsung merokok, perokok pasif bisa terkena dampak buruknya juga.

Tabel 2.4. Persentase Penduduk yang Merokok Tembakau dalam Sebulan Terakhir di Kabupaten Tabalong, 2020 Kebiasaan Merokok Persentase

Ya, setiap hari 0,5%

Total

Sumber : Dinkes Kabupaten Tabalong

Tabel 2.4 diatas menunjukkan persentase penduduk yang memiliki kebiasaan merokok, baik setiap hari maupun tidak setiap hari, masing-masing sebesar 0.5%.

(20)

16 Sementara itu, penduduk yang tidak merokok sebesar 99.95%. Hal ini menunjukkan masih banyak penduduk yang memiliki kesadaran untuk tidak merokok.

2.1.3 Pendidikan

Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pendidikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan Selain memberi kontribusi secara signifikan terhadap pembangunan ekonomi, pendidikan juga menetaskan sumber daya manusia yang berkualitas, memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, serta dapat menumbuhkan iklim bisnis yang sehat dan kondusif bagi pertumbuhan ekonomi. Kegagalan dalam membangun pendidikan akan melahirkan berbagai problem krusial, seperti pengangguran, kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, serta permasalahan sosial politik.

Permasalahan pendidikan yang masih dihadapi oleh bangsa Indonesia sampai saat ini antara lain adalah kurangnya pemerataan pendidikan, kurangnya kualitas pendidikan, kurangnya relevansi pendidikan, dan kurangnya efisiensi dan efektivitas manajemen pendidikan. Untuk mengetahui seberapa banyak penduduk yang memanfaatkan fasilitas pendidikan dapat dilihat dari persentase penduduk menurut partisipasi sekolah. Untuk melihat partisipasi sekolah dalam suatu wilayah biasa dikenal beberapa indikator untuk mengetahuinya, antara lain: Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK), serta Angka Partisipasi Murni (APM).

APS merupakan indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses pada pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah. Indikator ini juga dapat digunakan untuk melihat struktur kegiatan penduduk yang berkaitan dengan sekolah. APS yang tinggi menunjukkan tingginya partisipasi sekolah dari penduduk usia tertentu. Namun demikian meningkatnya APS tidak selalu dapat diartikan sebagai meningkatnya pemerataan kesempatan masyarakat untuk mengenyam pendidikan.

(21)

17 Gambar 2.4. Angka Partisipasi Sekolah Menurut Kelompok Umur di Kabupaten

Tabalong, 2016 – 2020

Sumber : BPS Kabupaten Tabalong

Usia 7-12 tahun merupakan usia penduduk menempuh pendidikan dasar 6 tahun pertama. Namun hingga tahun 2020, angka partisipasi sekolah untuk penduduk 7–12 tahun cenderung stabil menuju angka 100 persen. Penurunan APS penduduk 7–12 tahun pada tahun 2020 sesungguhnya tidak menunjukkan penurunan partsipasi sekolah namun lebih disebabkan usia yang belum genap memasuki 7 tahun pada tahun ajaran 2020/2021.

Gambar 2.4 diatas juga menunjukkan bahwa meskipun masih rendah, APS untuk usia 13-15 tahun meningkat sebesar 0,69 persen dan usia 16–18 tahun namun mengalami kecenderungan meningkat sebesar 0,25 persen. Meskipun pada tingkat SLTP biaya langsung untuk bersekolah, seperti seragam, SPP maupun buku sebagian sudah dibayarkan pemerintah melalui Bantuan Operasional Sekolah (BOS), namun sebagian penelitian menunjukkan bahwa biaya tidak langsung untuk sekolah yang merupakan opportunity cost menjadi pertimbangan orang tua untuk menyekolahkan anaknya pada jenjang SLTP apalagi jenjang yang lebih tinggi. Opportunity cost tersebut adalah biaya tidak langsung bisa dalam bentuk hilangnya waktu anak untuk membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rutin rumah tangga sehari-hari (khususnya bagi ana perempuan), membantu mengasuh adiknya, atau bekerja di sektor informal. Apabila biaya tidak langsung ini nilainya dianggap melebihi manfaat yang bisa diperoleh dari

98,52 99,65 99,98 99,21 99,82

79,01

75,55 77,37 79,42 79,7

60,84 64,18 61,16 61,11 61,09

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00

2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9 2 0 2 0

7-12 13-15 16-18

(22)

18 sekolah, maka hal ini membuat orang tua sulit dalam mengambil keputusan untuk investasi uangnya di bidang pendidikan anaknya. (Hartono, 2008).

Angka Partisipasi Kasar (APK), menunjukkkan partisipasi penduduk yang sedang mengenyam pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya. Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan persentase jumlah penduduk yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan (berapapun usianya) terhadap jumlah penduduk usia sekolah yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. APK digunakan untuk mengukur keberhasilan program pembangunan Pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan bagi penduduk untuk mengenyam pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjangpendidikan. Nilai APK bisa lebih dari 100%. Hal ini disebabkan karena populasi murid yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan mencakup anak berusia di luar batas usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan. Sebagai contoh, banyak anak-anak usia diatas 12 tahun, tetapi masih sekolah di tingkat SD atau juga banyak anak-anak yang belum berusia 7 tahun tetapi telah masuk SD. Adanya siswa dengan usia lebih tua dibanding usia standar di jenjang Pendidikan tertentu menunjukkan terjadinya kasus tinggal kelas atau terlambat masuk sekolah. Sebaliknya, siswa yang lebih muda dibanding usia standar yang duduk di suatu jenjang pendidikan menunjukkan siswa tersebut masuk sekolah di usia yang lebih muda dapat dilihat pada table 2.5 dibawah.

Tabel 2.5. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Tabalong, 2016 – 2020 Jenjang

Pendidikan

APK APM

2016 2017 2018 2019 2020 2016 2017 2018 2019 2020 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) SD 108,20 109,35 109,69 107,83 105,97 98,52 99,65 99,98 99,21 99,82 SLTP 96,17 83,75 91,78 93,38 94,37 79,01 75,55 77,37 79,42 79,70 SLTA 84,66 84,82 79,99 89,27 87,77 60,84 64,18 61,16 61,11 61,09

Sumber : BPS Kabupaten Tabalong

Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase jumlah anak pada kelompok usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya terhadap jumlah seluruh anak pada kelompok usia sekolah yang bersangkutan. Bila APK digunakan untuk mengetahui seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas

(23)

19 pendidikan di suatu jenjang pendidikan tertentu tanpa melihat berapa usianya, maka Angka Partisipasi Murni (APM) mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat waktu. Bila seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah tepat waktu, maka APM akan mencapai nilai 100. Secara umum, nilai APM akan selalu lebih rendah dari APK karena nilai APK mencakup anak diluar usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan. Selisih antara APK dan APM menunjukkan proporsi siswa yang terlambat atau terlalu cepat bersekolah. Keterbatasan APM adalah kemungkinan adanya under estimate karena adanya siswa diluar kelompok usia yang standar di tingkat pendidikan tertentu.

APK untuk jenjang SD sepanjang 2016-2020 selalu berada diatas 100 persen. Ini menunjukkan banyak anak diluar usia 7-12 yang sekolah di SD. Anak usia 7-12 tahun yang sedang sekolah di SD terlihat dari angka APM, yaitu sebesar 99,44 persen. Selisih antara APK dan APM terlihat semakin besar pada jenjang yang lebih tinggi, yaitu SLTP dan SLTA. Hal ini merupakan indikasi bahwa pada jenjang SLTP dan SLTA, kasus tinggal kelas semakin meningkat.

2.1.4 Ekonomi

Salah satu ukuran keberhasilan pembangunan suatu daerah adalah tingkat pertumbuhan ekonominya. Dengan asumsi bahwa dengan pertumbuhan yang tinggi akan menyerap tenaga kerja yang tinggi pula, yang pada hakekatnya meningkatkan pendapatan dan daya beli masyarakat. Sehingga pertumbuhan yang tinggi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemakmuran penduduk. PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). PDRB ADH dasar harga berlaku merupakan jumlah nilai PDRB termasuk dan pajak tidak langsung Netto dimana nilai seluruh perhitungan item berdasarkan harga yang berlaku pada saat itu, dimana dalam hal ini perubahan harga terakomodasi. PDRB ADH Konstan merupakan jumlah nilai PDRB termasuk penyusutan dan pajak tidak langsung netto dimana kuantum barang dan jasa di hitung berdasarkan harga yang berlaku pada tahun dasar (tidak pengaruh perkembangan harga).

(24)

20 Gambar 2.5. Perkembangan Nilai PDRB ADH Berlaku dan ADH Konstan di

Kabupaten Tabalong, 2016 – 2020 (triliun rupiah)

Sumber : BPS Kabupaten Tabalong

Berdasarkan gambar 2.5 dimana nilai PDRB ADH Berlaku tahun 2016-2019 mengalami peningkatan sebesar 2.93 Triliun rupiah sedangkan pada tahun 2019-2020 mengalami penurunan sebesar 0.45 Triliun rupiah. PDRB ADH Konstan pada tahun 2016-2020 mengalami peningkatan sebesar 1.57 Triliun rupiah.

Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi pembangunan manusia melalui dua jalur yaitu kegiatan rumah tangga dan kebijakan pemerintah. Pemanfaatan pendapatan rumah tangga untuk konsumsi makanan yang sehat, obat-obatan, buku pelajaran dan lain-lain akan meningkatkan kemampuan anggota rumah tangga.

Sumber daya manusia yang berkualitas akan meningkatkan produktifitas ekonomi. Sedangkan kebijakan pemerintah untuk mendorong lapangan kerja akan meningkatkan permintaan pasar terhadap sumber daya manusia yang berkualitas.

Pemerintah juga dapat mendorong pembangunan manusia melalui pengeluaran pemerintah. Semakin kaya suatu negara maka semakin besar pula dana yang tersedia bagi pemerintah untuk pembangunan manusia. Dengan kata lain, pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan dua arah yang saling timbak balik. Untuk mengukur tingkat perkembangan ekonomi suatu daerah yang merupakan pencerminan tingkat kesejahteraan masyarakat diperlukan suatu indikator pengukuran yakni Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

15,27 16,21 17,31 18,20 17,75

13,31 13,82 14,35 14,87 14,48

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

2016 2017 2018 2019 2020

PDRB ADH Berlaku PDRB ADH Konstan

(25)

21 Gambar 2.6. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tabalong, 2016 – 2020

Sumber: Kab. Tabalong dalam Angkat 2021

Berdasarkan gambar 2.6 dimana sepanjang tahun 2016–2018, besaran PDRB Kabupaten Tabalong, baik atas dasar harga konstan dan atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan. Pada tahun 2019 mengalami penurunan dari tahun 2018 sebesar 0.11 persen sedangkan tahun 2019 sampai tahun 2020 mengalami minus 2.62 persen.

Pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan. Pertumbuhan ekonomi ini merupakan perbandingan pencapaian kinerja ekonomi suatu daerah pada periode waktu tertentu terhadap periode sebelumnya.

Sepanjang tahun 2016 hingga 2018, kinerja perekonomian Kabupaten Tabalong selalu tumbuh positif diatas 3 persen bahkan mendekati 4 persen.

Pertumbuhan paling tinggi dicapai pada tahun 2018 yaitu mencapai 3,78 persen, kemudian terus melambat hingga menjadi 3.67 persen pada tahun 2019 dan tahun 2020 mengalami posisi minus 2,62 persen di akibatkan kondisi covid-19 melanda Indonesia secara nasional berdampak juga pada sektor pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tabalong.

2.1.5 Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan saat ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.

Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan tantangan

3,14

3,74 3,78 3,67

-2,62 -3

-2 -1 0 1 2 3 4 5

2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9 2 0 2 0

(26)

22 terbesar dalam pembangunan karena kemiskinan memiliki dampak yang menyebar terhadap aspek aspek yang ada di masyarakat secara menyeluruh. Keberhasilan pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat permasalahan mendasar dalam masyarakat dapat teratasi, diantaranya pengentasan kemiskinan.

Idealnya pembangunan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ditandai dengan berkurangnya kemiskinan sebagai dampak peningkatan pendapatan per kapita.

Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.7 dibawah.

Gambar 2.7. Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Tabalong , 2016 – 2020

Sumber : Susenas (BPS Kabupaten Tabalong)

Tingkat kemiskinan mencakup besaran jumlah dan persentase penduduk miskin. Pada periode 5 tahun tersebut, perkembangan tingkat kemiskinan di Kabupaten Tabalong relatif berfluktuasi dari tahun ke tahun. Kemiskinan pada tahun 2016 adalah kemiskinan tertinggi sepanjang 5 tahun terakhir yaitu sebesar 6.35 pesen. Pada tahun berikutnya cenderung menurun menjadi 6.09 persen pada tahun 2017. Sedangkan pada tahun 2018 menurun kembali menjadi 5.92 persen akan tetapi pada tahun 2019 menjadi 6.01 persen dimana kemiskinan bertambah 0.9 persen akan tetapi di tahun 2020 menurun kembali menjadi 5.72 persen.

Meskipun data kemiskinan makro tidak dapat menunjukkan siapa dan dimana si miskin tersebut, namun fluktuasi kemiskinan ini menunjukkan bahwa

6,35

6,09

5,92

6,01

5,72 15,40

15,00

14,87

15,22

14,70

5,40 5,50 5,60 5,70 5,80 5,90 6,00 6,10 6,20 6,30 6,40

14,20 14,40 14,60 14,80 15,00 15,20 15,40 15,60

2016 2017 2018 2019 2020

Persentase Jumlah Penduduk Miskin (000)

(27)

23 banyak penduduk Kabupaten Tabalong yang merupakan kelompok rentan miskin, yaitu kelompok yang berada sedikit diatas garis kemiskinan. Penduduk pada kelompok ini sangat rentan terperosok dalam kemiskinan ketika garis kemiskinan meningkat sedikit saja. Hal ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.8. Distribusi Pengeluaran Per Kapita Menurut Kriteria Bank Dunia Kabupaten Tabalong, 2020

Sumber : BPS Kabupaten Tabalong

Distribusi pengeluaran per kapita per bulan penduduk Kabupaten Tabalong sebagaimana gambar 2.8 diatas menurut kriteria Bank Dunia dimana Kabupaten Tabalong sejak tahun 2016-2020 tergolong relatif rendah (low inequality) dimana penduduk 40% terbawah hanya menikmati pengeluaran/pendapatan perkapita sebesar 20,05%-21,71% dari total pendapatan penduduk di Kabupaten Tabalong.

Perkembangan P0, P1 dan P2 menunjukkan bahwa selain penduduk yang tergolong miskin disebelah kiri garis kemiskinan - kelompok penduduk yang tidak miskin namun hanya sedikit disebelah kanan garis kemiskinan masih cukup besar. Kelompok penduduk inilah yang dinamakan kelompok rentan miskin. Guncangan ekonomi yang relatif kecil sekalipun dapat menjadikan mereka kembali menjadi miskin. Kebijakan pembangunan tentu mengurangi jumlah dan persentase pendudukan miskin saja namun juga mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Tingkat kedalaman kemiskinan (poverty gap index atau P1) menjelaskan rata rata jarak antara taraf hidup

40,17 41,69

39,73 39,39

43,02 39,23

37,69 38,5 39,57

36,93

20,6 20,62 21,71 21,05 20,05

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

2016 2017 2018 2019 2020

20% Teratas 40% Menengah 40% Terbawah

(28)

24 dari penduduk miskin dengan garis kemiskinan, yang dinyatakan sebagai suatu rasio dari kemiskinan. Penurunan pada P1 mengidentifikasikan adanya perbaikan secara rata- rata pada kesenjangan antara standar hidup penduduk miskin dibandingkan dengan garis kemiskinan. Hal ini juga berarti bahwa rata-rata pengeluaran dari penduduk miskin cenderung mendekati garis kemiskinan, yang mengidentifikasi berkurangnya kedalaman insiden kemiskinan. Sedangkan tingkat keparahan kemiskinan (poverty severity indeks atau P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin dapat di lihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.9. Perkembangan P0, P1 dan P2 di Kabupaten Tabalong, 2016 – 2020

Sumber : BPS Kabupaten Tabalong

Dari gambar 2.9 diatas dapat dilihat bahwa meskipun sepanjang 3 tahun terakhir persentase penduduk miskin menurun, namun nilai P1 dan P2 terlihat meningkat pada tahun 2018. P1 yang meningkat pada tahun 2017 menunjukkan bahwa rata rata pengeluaran penduduk miskin menurun semakin jauh dari garis kemiskinan. Hal ini mengindikasikan biaya yang dibutuhkan untuk mengangkat orang keluar dari kemiskinan semakin besar. Indeks P2 juga meningkat pada tahun 2018 yang mengindikasikan ketimpangan di antara penduduk miskin semakin melebar, sehingga ketepatan sasaran program-program dalam menjangkau terutama penduduk miskin semakin diperlukan.

6,35 6,09 5,95 6,01

5,72

0,92 0,95 1,17 1,04

0,72

0,24 0,23 0,34 0,29

0,21

0 1 2 3 4 5 6 7 8

2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9 2 0 2 0

P0 P1 P2

(29)

25 Adanya ketimpangan yang besar antara si kaya dan si miskin dapat mengindikasikan bahwa pembangunan di daerah tersebut masih belum berhasil karena hanya dinikmati oleh sebagian orang saja, terutama orang kaya. Sedangkan orang yang miskin akan semakin menderita karena adanya ketimpangan tersebut. Hal ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.10. Perbandingan Gini Rasio Kabupaten Tabalong dengan Kabupaten/Kota Banua Anam, 2015 – 2019

Sumber : BPS Kabupaten Tabalong tahun 2020

Berdasarkan gambar 2.10 diatas dapat kita lihat bahwa perkembangan gini ratio di Kabupaten Tabalong relatif berimbang dan fluktuatif dibandingkan dengan daerah se-banua enam. Angka gini ratio yang lebih dari 0,5 mengindikasikan bahwa di wilayah tersebut ketimpangan distribusi pendapatannya tergolong tinggi, sebaliknya jika angka gini ratio kurang dari 0,4 maka dapat mengindikasikan bahwa di wilayah tersebut ketimpangan pendapatannya tergolong rendah. Angka gini ratio dari tahun 2015-2019 di Kabupaten Tabalong konsisten dibawah 0.4, mengandung arti bahwa ketimpangan pendapatan antar golongan masyarakat di Kabupaten Tabalong tergolong rendah. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa angka gini rasio pada tahun 2017 mengalami peningkatan yang menunjukkan bahwa ketimpangan pendapatan antar golongan masyarakat mengalami peningkatan.

0,29

0,32

0,33

0,31 0,31

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45

0,27 0,28 0,29 0,3 0,31 0,32 0,33 0,34

2015 2016 2017 2018 2019

Tapin HSS HST HSU Balangan Tabalong

(30)

26 2.1.6 Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan merupakan salah satu bidang yang sangat esensial dalam usaha memajukan perekonomian suatu daerah. Tenaga kerja yang memadai dari segi kuantitas dan kualitas menjadi aspek penting dalam pembangunan ekonomi, yaitu sebagai sumber daya untuk menjalankan proses produksi dan distribusi barang dan jasa, serta sebagai sasaran untuk menciptakan dan mengembangkan pasar. Permasalahan paling pokok dalam ketenagakerjaan terletak pada kesempatan kerja. Ketidakseimbangan antara peningkatan penduduk usia kerja dengan kesempatan kerja yang tersedia akibat lemahnya penyerapan tenaga kerja akan menimbulkan pengangguran yang akan berdampak pada ketidakstabilan ekonomi dan bidang kehidupan lainnya. Apabila perekonomian tidak dapat menyerap pertumbuhan tenaga kerja yang ada, maka tentu saja akan terjadi peningkatan pengangguran yang selanjutnya dapat meningkatkan masalah sosial yang ada.

Gambar 2.11. Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Tabalong, 2016 – 2020

Sumber : BPS Kabupaten Tabalong

Sepanjang 2016–2020, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mengalami kecenderungan naik dari 73,15 persen pada tahun 2016 menjadi

73,15

74,64

75,63

71,02

69,27 4,17

3,88

3,09 3,29

3,07

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5

66 68 70 72 74 76 78

2016 2017 2018 2019 2020

TPAK TPT

(31)

27 hanya 75,63 persen pada tahun 2018. Kenaikan ini menunjukkan bahwa persentase penduduk yang aktif secara ekonomi naik. Sedangkan pada tahun 2018-2020 mengalami kondisi penurunan sebesar 6.36 persen. Kondisi ketenagakerjaan akan lebih tergambarkan dengan Tingkat Pengangguran Terbuka TPT di Kabupaten Tabalong terlihat berfluktuasi dengan tingkat pengangguran tertinggi pada tahun 2016 yaitu sebesar 4,17 persen dan mencapai pengangguran terendah pada tahun 2018 yaitu hanya 3.09 persen.

Banyaknya penduduk yang bekerja di Kabupaten Tabalong menurut lapangan usaha dapat memberikan informasi awal tentang potensi ekonomi penduduk Tabalong. Semakin banyak orang yang bekerja di suatu sektor, maka semakin tinggi pula potensi ekonomi sektor tersebut. Hingga tahun 2020, sebagian besar penduduk yang bekerja di Kabupaten Tabalong bekerja pada sektor primer yaitu pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan sebesar 46,52 persen. Tingginya penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian tersebut terkait erat dengan tingginya potensi agraris yang sangat tinggi di Kabupaten Tabalong. Selain itu, sektor pertanian relatif lebih akomodatif, karena tidak membutuhkan SDM tingkat pendidikan yang lebih tinggi, keahlian khusus serta kemampuan modal untuk usaha yang rendah. Oleh karenanya tidak mudah bagi tenaga kerja di sektor pertanian untuk berpindah ke sektor lainnya. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.12 dibawah ini.

Gambar 2.12 Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Tabalong, 2020

Sumber: BPS Kabupaten Tabalong

40,78

46,52

20,11

15,99

39,11 37,49

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

2019 2020

Pertanian Industri Jasa

(32)

28 Berdasarkan gambar 2.12 diatas dimana persentase penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha di kabupaten Tabalong dari tahun 2019-2020 dimana mayoritas masih ditempati usaha dibidang pertanian ada peningkatan sebesar 5.74%. Sedangkan di posisi ke dua ditempati usaha di bidang jasa dimana tahun 2019 sebesar 39.11% sedangkan ditahun 2020 menurun menjadi 37.49%. Posisi ke tiga ditempati ditempati bidang usaha industri dimana tahun 2019 sebesar 20.11% sedangkan tahun 2020 mengalami penurunan menjadi 15.99%.

Penduduk Kabupaten Tabalong tahun 2020 dapat dilihat dari status pekerjaan dimana terbagi menjadi usaha sendiri, usaha dibantu buruh tidak tetap, usaha dibantu buruh tetap, buruh/pegawai, pekerja bebas dan pekerja keluarga. Hal ini dapat pada tabel 2.6 dibawah ini.

Tabel 2.6. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan di Kabupaten Tabalong, 2020

Status Pekerjaan Utama 2020

(1) (2)

Berusaha sendiri 21,36

Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar

21,89 Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar 1,42

Buruh/Karyawan/Pegawai 28,96

Pekerja bebas 5,05

Pekerja keluarga/tidak dibayar 21,31

Jumlah 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Tabalong

Berdasarkan tabel 2.6 diatas dimana penduduk yang bekerja mayotitas di dominasi oleh buruh/karyawan/pegawai sebesar 28.96%. Sedangkan status berusaha dibantu buruh tidak tetap sebesar 21.89%, untuk usaha sendiri sebesar 21.36%, pekerja keluarga sebesar 21.31%, untuk pekerja bebas 5.05% dan usaha dibantu buruh tetap sebesar 1.42%. Penduduk bekerja menurut status pekerjaan utama menggambarkan perkembangan tenaga kerja terhadap tingkat kemandirian dan tingkat kebutuhannya terhadap tenaga orang lain. Status pekerjaan juga dapat digunakan untuk membedakan tenaga kerja formal dan informal. Status pekerjaan berusaha dibantu dengan buruh tetap dan buruh/karyawan dipakai sebagai proksi pekerja sektor formal sedangkan status pekerjaan sebagai berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/tidak dibayar,

(33)

29 pekerja bebas dan pekerja tidak dibayar digunakan sebagai proksi pekerja sektor informal.

Jika dilihat dari status pekerjaannya, ternyata sebagian besar penduduk yang bekerja di Kabupaten Tabalong merupakan pekerja/pegawai. Jika diperluas lagi, maka sebagian besar penduduk yang bekerja berada pada sektor informal yaitu mencapai 71,04 persen pada tahun 2020. Sebagian orang menyebut sektor informal sebagai sektor penyelamat. Elastisitas sektor informal dalam menyerap tenaga kerja menjadikan sektor ini selalu bergairah meskipun nilai tambah yang diciptakannya mungkin tidak sebesar nilai tambah sektor formal.

2.2 Perkembangan IPM Kabupaten Tabalong

Secara geografis, Kabupaten Tabalong terletak tepat di tengah-tengah Provinsi Kalimantan Selatan sehingga menjadi jalur strategis untuk melintasi antar kabupaten. Kabupaten Tabalong memiliki potensi sumber daya alam yang sangat tinggi. Dengan posisi yang strategis dan kekayaan alam tersebut, Tabalong memiliki potensi yang besar untuk menjadi kabupaten yang maju sesuai visi panjang Kabupaten Tabalong. Permasalahan terbesar terletak pada kesiapan sumber daya manusia yang dimiliki Kabupaten Tabalong dalam menjawab tantangan tersebut. Bila pertumbuhaan serta perkembangan kualitasnya lambat atau cenderung di bawah kabupaten lain, niscaya kita akan tersisih dan pada akhirnya penduduk Tabalong hanya akan menjadi penonton roda pembangunan yang berputar di sekelilingnya.

Oleh karena itu sudah seharusnya Kabupaten Tabalong menerapkan strategi pembangunan yang berorientasi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat agar tercapai pemerataan hasil-hasil pembangunan secara lebih berkeadilan, sehingga tercipta sumber daya manusia yang tangguh dan kompetitif.

Peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang handal menjadi solusi dan salah satu modal utama dalam proses pembangunan dewasa ini. Upaya peningkatan kualitas SDM dalam skala luas disebut sebagai pembangunan manusia.

Angka IPM mengindikasikan tingkat pencapaian pembangunan manusia sebagai dampak dari kegiatan pembangunan yang dilakukan. Indikasi peningkatan atau penurunan kinerja pembangunan manusia setiap tahunnya dapat diamati dari perkembangan angka IPM dari tahun ke tahun. Keterbandingan angka IPM kabupaten dengan kabupaten/kota lain, angka IPM provinsi bahkan angka IPM nasional

(34)

30 menentukan posisi relatif capaian IPM sekaligus mengukur relevansi pembangunan manusia di kabupaten itu dengan tingkat pemerintahan di atasnya.

Gambar 2.13. Perkembangan IPM Kabupaten Tabalong dan Provinsi Kalimantan Selatan, 2016 – 2020

Sumber : BPS Kabupaten Tabalong

Sepanjang lima tahun terakhir, Kabupaten Tabalong mengalami kemajuan pembangunan sebagaimana terlihat dari nilai IPM yang semakin meningkat. Pada tahun 2016, IPM Kabupaten Tabalong adalah sebesar 70.07 kemudian terus mengalami peningkatan hingga mencapai 70.91 pada tahun 2020 dan mengalami peningkatan pada tahun 2020 sebesar 72.19. Jika dilihat dengan IPM Provinsi Kalimantan Selatan pada katagori 70.91 simpulannya IPM Kabupaten Tabalong diatas IPM Provinsi Kalimantan Selatan. Hal ini dapat dilihat pada gambar dibawah.

69,05

69,65

70,17

70,72 70,91

70,07

70,76

71,14

71,78

72,19

67 67,5 68 68,5 69 69,5 70 70,5 71 71,5 72 72,5

2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9 2 0 2 0

Kalimantan Selatan Tabalong

(35)

31 Gambar 2.14. IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan, 2020

Sumber : BPS Kabupaten Tabalong

Gambar 2.15 IPM Menurut Kabupaten/Kota se Banua Anam, 2020

Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan

Sepanjang tahun 2020, IPM Kabupaten Tabalong 72.19 masih berada diatas atau katagori tinggi IPM di wilayah banua enam provinsi Kalimantan Selatan. Ini

70,91

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Kab/Kota Kalsel

(36)

32 menunjukkan bahwa pembangunan di Kabupaten Tabalong sudah berada di atas kemajuan pembangunan sebanua enam pada umumnya.

2.2.1 Status Pembangunan Manusia dan Kecepatan IPM

Pengklasifikasian pembangunan manusia bertujuan untuk mengorganisasikan wilayah-wilayah menjadi kelompok-kelompok yang sama dalam dalam hal pembangunan manusia. Capaian IPM diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, yaitu:

• Sangat Tinggi: IPM ≥ 80

• Tinggi: 70 ≤ IPM < 80

• Sedang: 60 ≤ IPM < 70

• Rendah: IPM < 60

Hanya ada 4 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan yang sudah mencapai status pembangunan dalam katagori tinggi yaitu Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru dan Kabupaten Tabalong, Kabupaten Tanah Bumbu. Lima kabupaten/kota lainnya, termasuk katagori sedang. dan tidak ada satupun kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan yang memiliki status pembangunan rendah.

Gambar 2.16 . Peta Tematik Kabupaten/Kota Menurut Klasifikasi Capaian IPM, 2020

Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan

Gambar

Gambar 2.1. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten  Tabalong, 2016 – 2020
Gambar 2.2. Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di  Kabupaten Tabalong, 2016 – 2020
Gambar 2.3. Rasio Ketergantungan Kabupaten Tabalong, 2016 – 2020
Tabel 2.1. Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan dalam Satu  Bulan Terakhir dan Angka Kesakitan Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 sebagai penjabaran dari Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Dengan demikian pada hari ini dapat kami sampaikan bahwa dari hasil penyelidikan epidemiologi yang terus dilakukan oleh Tim Surveilans Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Batam

Majelis Jemaat GPIB Galilea Bekasi mengucapkan terimakasih kepada seluruh jemaat dan tamu jemaat yang telah berpartisipasi dalam persembahan Janji Iman tahap 1 untuk

Penerimaan usahatani padi (5000 kg @ Rp.. Pendapatan usahatani padi dengan cara tanam jajar legowo dan terintegrasi tiktok lebih besar dari pada tanpa cara tanam jajar legowo dan

Penggunaan tepung ampas teh produk fermentasi sampai taraf 7,5% dapat direspon secara positif oleh ayam broiler, sedangkan penggunaannya pada taraf 10,0% dapat menurunkan

dokumen yang sudah dilegalisir oleh pihak yang berwenang, dan meminta rekamannya. 29.4 Pokja Layanan Pengadaan melakukan klarifikasi dan/atau verifikasi kepada penerbit

Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan maka harus diadakannya pembelajaran bahasa Arab, pembelajaran bahasa Arab mempunyai hirarki kesulitan dari tahapan yang

Antrian adalah suatu kumpulan data yang mana penambahan elemen hanya bisa dilakukan pada suatu ujung (disebut dengan sisi belakang atau rear), dan penghapusan