• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU ADAPTASI NEW NORMAL COVID-19 PADA PEDAGANG DI PUSAT PASAR MEDAN KECAMATAN MEDAN KOTA TAHUN 2021 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERILAKU ADAPTASI NEW NORMAL COVID-19 PADA PEDAGANG DI PUSAT PASAR MEDAN KECAMATAN MEDAN KOTA TAHUN 2021 SKRIPSI"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

ELSA RAMADANI HASIBUAN NIM. 171000285

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2022

(2)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

ELSA RAMADANI HASIBUAN NIM.171000285

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

Telah diuji dan dipertahankan Pada tanggal: 25 Oktober 2021

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr. Lita Sri Andayani, S.K.M., M.Kes Anggota : 1. Drs. Eddy Syahrial, M.S

2. Drs. Tukiman, M.K.M

(5)
(6)

Abstrak

Pada saat ini, Indonesia telah memasuki fase baru dalam penanganan COVID-19, yaitu New Normal. Pasar merupakan salah satu tempat terjadinya interaksi sosial.

di Indonesia beberapa data menunjukan bahwa pasar tradisional Indonesia berpotensi menjadi tempat yang sangat padat, sehingga lebih mudah terjadi kontak erat antara penderita COVID-19 yang tanpa gejala dengan orang yang disekitarnya. Pusat Pasar Medan merupakan pasar tradisional terbesar dan terlengkap di kota Medan. Pemberlakuan New Normal (Adaptasi Kebiasaan Baru) di Pusat Pasar Medan dikarenakan pedagang dapat beresiko tertular maupun menularkan kepada pengunjung/pembeli. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menggunakan chi-square menunjukkan (1) pengetahuan dengan tindakan Adaptasi New Normal COVID-19 diperoleh nilai p= 0,047< α =0,05 (2) sikap dengan tindakan Adaptasi New Normal COVID-19 diperoleh nilai p= 0,158> α =0,05 (3) sarana dan prasarana dengan tindakan Adaptasi New Normal COVID-19 diperoleh nilai p= 0,789> α

=0,05 (4) dukungan pengelola pasar dengan tindakan Adaptasi New Normal COVID-19 diperoleh nilai p= 0,032< α =0,05 (5) dukungan lintas sektor dengan tindakan adaptasi New Normal COVID-19 diperoleh nilai p= 0,408> α =0,05 (6) peraturan protokol kesehatan dengan tindakan adaptasi New Normal COVID-19 diperoleh nilai p= 0,277> α =0,05. Pengetahuan dan sikap merepresentasikan faktor predisposing, sarana dan prasarana merepresentasikan faktor enabling, serta dukungan pengelola pasar serta lintas sektor juga peraturan protokol kesehatan merepresentasikan faktor reinforcing. Kesimpulan penelitian ini yaitu menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan pedagang serta dukungan pengelola pasar dalam Adaptasi New Normal COVID-19, kemudian tidak adanya hubungan antara sikap, sarana dan prasarana pedagang, serta dukungan lintas sektor juga peraturan protokol kesehatan dalam Adaptasi New Normal COVID- 19. Saran peneliti lain diharapkan melakukan penelitian yang lebih lanjut dan lebih mendalam mengenai perilaku adaptasi New Normal COVID-19 khususnya pada pedagang pasar.

Kata kunci: Pasar, pedagang, new normal, COVID-19

(7)

Indonesia some data shows that the traditional Indonesian market has the potential to be a very crowded place, so it is easier to have close contact between COVID-19 sufferers who are without symptoms with people around them. Medan Market Center is the largest and most complete traditional market in the city of Medan. The enactment of New Normal (Adaptation of New Habits) in medan market center because traders can be at risk of contracting or transmitting to visitors / buyers. The research method used is quantitative research with analytical survey research design with a cross sectional approach. The results of the study using chi-square showed (1) knowledge with the new normal adaptation action COVID-19 obtained the value p = 0.047< α = 0.05 (2) attitude with the action of New Normal Adaptation COVID-19 obtained the value p = 0.158> α = 0.05 (3) facilities and infrastructure with the COVID-19 New Normal Adaptation action obtained a value of p = 0.789> α = 0.05 (4) market manager support with the new normal adaptation action COVID-19 obtained value p = 0.032< α = 0.05 (5) cross-sector support with action An Adaptation of New Normal COVID-19 obtained a value of p = 0.408> α = 0.05 (6) health protocol regulations with the act of Adaptation New Normal COVID-19 obtained a value of p = 0.277> α = 0.05. Knowledge and attitudes represent predisposing factors, facilities and infrastructure represent enabling factors, and the support of market managers and across sectors as well as health protocol regulations represent reinforcing factors. The conclusion of this study is to show a relationship between traders' knowledge and market manager support in the New Normal Adaptation of COVID-19, then the absence of a relationship between the attitudes, facilities and infrastructure of traders, as well as cross-sector support as well as health protocol regulations in the New Normal Adaptation of COVID-19. The advice of other researchers is expected to conduct further and more in-depth research on the behavior of new normal COVID-19 adaptation, especially in market traders.

Keywords: Market, traders, new normal, COVID-19

(8)

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perilaku Adaptasi New Normal COVID- 19 pada Pedagang di Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota”. Skripsi ini adalah suatu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak menemukan kesulitas dan hambatan, namun berkat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik moral maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya kepada:

1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M. Si., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evi Naria, M.Kes., selaku Ketua Prodi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Lita Sri Andayani, S.K.M., M.Kes., selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran, masukan, arahan, ilmu, motivasi dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

(9)

5. Drs. Eddy Syahrial, M.S, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Drs. Tukiman, M.K.M, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

7. Dr. Asfriyati, S.K.M., M.Kes., selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan arahan, masukan dan membimbing penulis di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara.

8. Seluruh Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat USU dan seluruh civitas akademik atas wawasan ilmu dan pembelajaran yang telah diberikan kepada penulis.

9. Pegawai dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah banyak membantu penulis dalam hal keperluan administrasi untuk menyelesaikan skripsi ini, terkhusus pegawai Departemen PKIP Bapak Warsito yang telah banyak membantu penulis.

10. Kepala Pasar Pusat Pasar Medan Bapak Bonar Pasaribu yang telah memberikan bantuan, arahan, dukungan dan kemudahan kepada penulis selama melaksanakan penelitian skripsi ini.

11. Teristimewa untuk kedua orang tua tersayang (Subuhari Hasibuan dan Pepi Manja) yang telah memberikan dukungan dan kasih sayang yang begitu besar dan tak terhingga dalam mendidik, mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

12. Terkhusus untuk Astari saudari tersayang yang telah memberikan dukungan, bantuan, motivasi, dan semangat kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

(10)
(11)

Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xii

Daftar Gambar xiv

Daftar Lampiran xv

Daftar Istilah xvi

Riwayat Hidup xvii

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 9

Tujuan Penelitian 9

Tujuan umum 9

Tujuan khusus 9

Manfaat Penelitian 10

Tinjauan Pustaka 11

Perilaku 11

Determinan perilaku 11

Domain perilaku 13

Ruang lingkup perilaku kesehatan 13

Perilaku Adaptasi 18

Pedagang 20

COVID-19 20

Tanda dan gejala umum 21

Cara penyebaran COVID-19 21

Penerapan Keputusan New Normal oleh Pemerintah 22

New Normal (Adaptasi Kebiasaan Baru) 25

Pengertian 25

3M (mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak). 25 Pencegahan COVID-19 dalam kondisi “New Normal” (Adaptasi Kebiasaan 27

Baru / AKB) 27

Keputusan Kementrian Kesehatan tentang Adaptasi Kebiasaan Baru di 28

Pasar 28

Landasan Teori 33

Kerangka Konsep 35

(12)

Hipotesis 36

Metode Penelitian 37

Jenis Penelitian 37

Lokasi dan Waktu Penelitian 37

Populasi dan Sampel 38

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 40

Metode Pengumpulan Data 43

Uji Validitas dan Reliabilitas 44

Metode Pengukuran 46

Metode Analisis Data 51

Hasil Penelitian 53

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 53

Analisis Univariat 54

Karakteristik responden 54

Pengetahuan pedagang mengenai adaptasi new normal covid-19 55 Sikap pedagang mengenai adaptasi new normal covid-19 56 Sarana dan prasarana dalam adaptasi new normal covid-19 pada pedagang

di pusat pasar 58

Dukungan pengelola pasar dalam adaptasi new normal covid-19 pada

pedagang di pusat pasar 59

Dukungan lintas sektor dalam adaptasi new normal covid-19 pada

pedagang di pusat pasar 61

Peraturan protokol kesehatan dalam adaptasi new normal covid-19 pada

pedagang di pusat pasar 62

Tindakan pedagang mengenai adaptasi new normal covid-19. 63

Analisis Bivariat 64

Hubungan faktor predisposisi dengan tindakan adaptasi new normal

covid-19 64

Hubungan faktor enabling dengan tindakan adaptasi new normal covid-19 67 Hubungan faktor reinforcing dengan tindakan adaptasi new normal

covid-19 68

Pembahasan 72

Karakteristik Responden 72

Faktor Predisposing dalam Tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada 75

pedagang di Pusat Pasar Medan 75

Faktor Enabling dalam Tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada 81

Pedagang di Pusat Pasar Medan 81

Faktor Reinforcing dalam Tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada 85

Pedagang di Pusat Pasar Medan 85

Tindakan Responden dalam Adaptasi New Normal Covid-19 pada Pedagang 90

di Pusat Paasar Medan 90

Tingkat Tindakan Adaptasi New Normal Covid-19 pada Pedagang di Pusat 91

Pasar Medan 91

(13)

Hubungan Faktor Predisposing dengan Tindakan Adaptasi New Normal 93

Covid-19 pada Pedagang di Pusat Pasar Medan 93

Hubungan Faktor Enabling dengan Tindakan Adaptasi New Normal Covid- 99

19 pada Pedagang di Pusat Pasar Medan 99

Hubungan Faktor Reinforcing dengan Tindakan Adaptasi New Normal 102

Covid-19 pada Pedagang di Pusat Pasar Medan 102

Keterbatasan Penelitian 109

Kesimpulan dan Saran 110

Kesimpulan 110

Saran 112

Daftar Pustaka 114

Lampiran 118

(14)

Daftar Tabel

No. Judul Halaman

1. Data Jumah Pedagang di Pusat Pasar Medan Tahun 2021 38 2. Uji Validitas dan Reliabilitas 45 3. Distribusi Kategorik Responden berdasarkan Umur, Jenis Kelamin,

Pendidikan Terakhir dan Lantai Tempat Berjualan 54 4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pedagang mengenai Adaptasi

New Normal 55

5. Distribusi Kategorik Responden berdasarkan Tingkat

Pengetahuan 56

6. Distribusi Frekuensi Sikap Pedagang mengenai Adaptasi New

Normal 57

7. Distribusi Kategorik Responden berdasarkan Tingkat Sikap 58 8. Distribusi Frekuensi Faktor Enabling dalam Adaptasi New

Normal 58

9. Distribusi Kategorik Responden berdasarkan Tingkat Sarana dan Prasarana dalam Adaptasi New Normal 59 10. Distribusi Frekuensi Dukungan Pengelola Pasar dalam Adaptasi

New Normal 59

11. Distribusi Kategorik Responden berdasarkan Tingkat Dukungan

Pengelola Pasar 60

12. Distribusi Frekuensi Dukungan Lintas Sektor dalam Adaptasi

New Normal 61

13. Distribusi Kategorik Responden berdasarkan Dukungan Lintas

Sektor 61

14. Distribusi Frekuensi Peraturan Protokol Kesehatan dalam

Adaptasi New Normal 62

15. Distribusi Kategorik Responden berdasarkan tingkat Peraturan

Protokol Kesehatan dalam Adaptasi New Normal 62

(15)

16. Distribusi Frekuensi Tindakan Pedagang mengenai Adaptasi

New Normal 63

17. Distribusi Kategorik Responden berdasarkan tingkat Tindakan

mengenai Adaptasi New Normal 64 18. Hubungan Pengetahuan Pedagang dengan tindakan Adaptasi

New Normal 65

19. Hubungan Sikap Mahasiswa dengan tindakan Adaptasi New

Normal 66

20. Hubungan Sarana dan Prasarana dengan tindakan Adaptasi

New Normal 67

21. Hubungan Dukungan Pengelola Pasar dengan tindakan Adaptasi

New Normal 68

22. Hubungan Dukungan Lintas Sektor dengan tindakan Adaptasi

New Normal 69

23. Hubungan Peraturan Protokol Kesehatan dengan tindakan

Adaptasi New Normal 70

(16)

Daftar Gambar

No. Judul Halaman

1. Kerangka teori 34

2. Kerangka konsep 35

(17)

Daftar Lampiran

No. Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian 117

2. Master Data Penelitian 122

3. Output Hasil Pengolahan SPSS 129

4. Surat Permohonan Izin Penelitian 142

5. Surat Selesai Penelitian 143

6. Dokumentasi 144

(18)

Daftar Istilah

BPS Badan Pusat Statistik

COVID-19 Coronavirus Disease Kemenkes Kementrian Kesehatan

MERS Middle East Respiratory Syndrome SAR-Cov SARS-associated coronavirus

SARS-CoV-2 Severe Acute Respiratory Syndrom Coronavirus 2

Satgas Satuan Tugas

WHO World Health Organization

(19)
(20)
(21)

Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona adalah zoonosis yaitu ditularkan antara hewan dan manusia yang berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia kemanusia melalui percikan batuk/bersin secara droplet (Kementrian Kesehatan RI, 2020).

Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, Cina mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis baru coronavirus (coronavirus disease, COVID-19). Pada 30 Januari 2020 WHO telah menetapkan sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia/ Public Health Emergency of International Concern (KKMMD/PHEIC). Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran antar negara. Sampai dengan tanggal 25 Maret 2020, dilaporkan total kasus konfirmasi 414.179 dengan 18.440 kematian (CFR4,4%) dimana kasus dilaporkan di 192 negara/wilayah (Kementrian Kesehatan RI, 2020).

(22)

Di Indonesia Presiden Joko Widodo melaporkan pertama kali menemukan dua kasus COVID-19 infeksi COVID-19 di Indonesia pada 2 Maret 2020. Pasien yang terkonfirmasi di Indonesia berawal dari suatu acara di Jakarta dimana penderita kontak dengan seseorang warga negara asing (WNA) asal Jepang yang tinggal di Malaysia. Setelah pertemuan tersebut penderita mengeluh demam, batuk dan sesak nafas. Per tanggal 25 November Pemerintah Indonesia mengumunmkan 511.838 (5534 kasus baru) terkonfirmasi COVID-19, 16.225 (114 kasus baru) kematian dan 429.807 kasus pulih dari 505 Kabupaten di 34 Provinsi (WHO, 2020). Pada Provinsi Sumatera Utara berdasarkan analisis data per 15 November 2020 Jumlah kasus positif COVID-19 mengalami kenaikan 2.8% pada pekan terakhir yaitu 14,293 kasus positif dengan jumlah kasus tertinggi di Kota Medan yaitu 6,773 kasus jumlah insiden kumulatif tertinggi 269.53 kasus per 100.000 penduduk dan 11.70 per 100.000 angka kematian akibat covid-19 (Satuan Tugas COVID-19, 2020).

Pemerintah telah mengambil berbagai kebijakan termasuk salah satunya adalah menginstruksikan untuk bekerja, belajar, dan beribadah di rumah, atau dikenal dengan istilah Work From Home. Penerapan social distancing, physcial distancing, dan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ini bertujuan agar rantai penularan COVID-19 dapat terhambat di Indonesia. Selain berdampak pada kesehatan (kematian) COVID-19 berdampak pada ekonomi (Taufik &

Warsono, 2020).

COVID-19 mengakibatkan perekonomian Indonesia menjadi menurun.

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia diprediksi akan menurun sebanyak 1 sampai 4

(23)

persen dengan rasio kemiskinan yang diprediksi mencapai angka 9.7 sampai angka yang ekstrim sebesar 12.4 persen yang artinya akan ada sekitar 1.5 juta sampai dengan 8.5 juta orang yang akan jatuh dalam kemiskinan akibat dari pandemi COVID-19 (Suryahadi et al., 2020). Permasalahan tersebut perlu mendapatkan perhatian penting bagi pemerintah sehingga pemerintah mengambil kebijakan untuk memperbaiki kondisi Indonesia tetap produktif, namun tetap aman dari penularan COVID-19.

Pada saat ini, Indonesia telah memasuki fase baru dalam penanganan COVID-19, yaitu New Normal. New Normal adalah suatu kondisi di mana masyarakat kembali dapat beraktivitas, bekerja, beribadah seperti biasa, namun dengan desain yang baru. Berbagai protokol menyambut era new normal telah dipersiapkan oleh pemerintah (Taufik & Warsono, 2020). New Normal merupakan skenario untuk memperbaiki keadaan sosial-ekonomi dengan tetap menekankan pemberlakukan protokol kesehatan secara ketat. Namun, penerapan New Normal ini berpotensi untuk meningkatkan kembali transmisi COVID-19 yang disebabkan interaksi sosial langsung pada masyarakat yang akan menjadi wadah atau tempat untuk corona virus kembali tertular massal (Marpaung, 2020).

Adanya pemberlakuan protokol kesehatan tidak dapat menjamin secara mutlak dalam memutus mata rantai penularan COVID-19 karena belum tentu seluruh masyarakat menaati protokol tersebut. (Idhom, 2020). Yang menjadi kekhawatiran bagi Pemerintah maupun masyarakat Indonesia sendiri adalah New Normal dapat menambahkan jumlah kasus harian dengan angka yang lebih tinggi.

Namun meskipun begitu, New Normal tetap diberlakukan. Ditemukannya

(24)

berbagai kasus pelanggaran protokol kesehatan selama pandemi COVID-19, yang terbukti dari adanya pedagang-pedagang pasar yang belum menerapkan protokol kesehatan bahkan hingga menyebabkan penularan COVID-19 (Marpaung, 2020).

Dalam adaptasi kebiasaan baru menuju masyarakat produktif tetapi tetap aman dari Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Aspek kesehatan, sosial dan ekonomi harus berjalan bersamaan dan saling mendukung. Menimbang bahwa tempat dan fasilitas umum merupakan salah satu lokus masyarakat beraktivitas yang akan mendukung keberlangsungan perekonomian namun berpotensi menjadi lokus penyebaran COVID-19 sehingga diperlukan protokol kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan di tempat dan fasilitas umum Kementrian Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan surat edaran keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/382/2020 tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di tempat umum dalam rangka pencegahan pengendalian COVID-19 salah satunya adalah Adaptasi Kebiasaan Baru di Pasar.

Pasar merupakan salah satu tempat terjadinya interaksi sosial. Di Indonesia beberapa data menunjukan bahwa pasar tradisional Indonesia berpotensi menjadi tempat yang sangat padat, sehingga lebih mudah terjadi kontak erat antara penderita COVID-19 yang tanpa gejala dengan orang yang disekitarnya.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Indonesian Traditional Market Traders Association per Juni 2020 menunjukan bahwa pasar tradisional menjadi klaster baru penularan COVID-19 di Indonesia (Kuntardjo & Sebong, 2020).

Pasar tradisional menjadi salah salah satu klaster penyebaran Covid-19 di sejumlah daerah dikarenakan banyaknya pedagang pasar tradisional yang

(25)

terjangkit virus Covid-19. Data Ikatan Pedagang Pasar Indonesia(IKAPPI) mencatat sebanyak 1.762 pedagang pasar yang terpapar Covid-19 dengan 68 jumlah orang yang meninggal (Kompas.com, 2020). Hal serupa juga dialami oleh negara China dengan kasus virus corona baru terdeteksi muncul di area pasar tradisional ibu kota dengan 6 kasus pada sabtu (13/6/2020) yang menurut pengelola pasar grosir daging Xinfandi virus corona terdeteksi pada telenan yang digunakan pedagang (Cnnindonesia.com, 2020).

Prinsip jaga jarak pada pasar harus menjadi perhatian. Banyaknya kerumunan dan pergerakan orang perlu diantisipasi karena memiliki potensi penularan COVID-19 yang cukup besar. Kementrian Kesehatan memberlakukan Adaptasi Kebiasaan Baru (new normal)pada pedagang karena pedagang dapat beresiko tertular maupun menularkan kepada pengunjung/pembeli maka dari itu dalam mengantisipasi, penerapan upaya pencegahan dan pengendalian COVID-19 sangat membutuhkan peran kepemimpinan pengelola pasar, keterlibatan lintas sektor dan aparat dalam penertiban kedisplinan pedagang menjalankan adaptasi kebiasaan baru di pasar (Kementrian Kesehatan RI, 2020).

Hasil survei perilaku masyarakat di masa pandemi COVID-19 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang dilakukan secara daring terhadap 90.967 responden per tanggal 17- 14 September 2020 bahwa 55% atau lebih dari setengah responden berpendapat bahwa alasan tidak menerapkan protokol kesehatan karena tidak adanya sanksi, 39% karena tidak adanya kejadian penderita COVID-19 dilingkungan sekitar, 33% karena pekerjaan menjadi sulit dalam menerapkan protokol kesehatan, 23% karena harga masker, face shield&hand sanitizer atau

(26)

APD lainya cenderung mahal , 21% karena mengikuti orang lain , 19% karena aparat atau pimpinan tidak memberikan contoh dan 15 % alasan lainnya.

berdasarkan hasil survei Penerapan Protokol Kesehatan di Pasar 17,32%

responden mengaku bahwa pasar tradisional yang dikunjunginya tidak menerapkan protokol kesehatan sama sekali (Badan Pusat Statistik, 2020).

Supriyadi, Novi Istanti, & Yuni Dwika Erlita (2021) mengemukakan bahwa beberapa pasar Kotagede Yogyakarta menjadi klaster penyebaran COVID-19 yakni klaster pasar kranggan 6 pedagang dinyatakan positif, klaster pasar cebongan 2 orang positif. Klaster di pasar dapat dicegah dengan menerapkan protokol kesehatan pada pedagang pasar yaitu memastikan kondisi sehat saat pergi kepasar, saat perjalanan dan selama berdagang selalu menggunakan masker dan menjaga jarak serta cuci tangan, membersihkan area dagang sebelum dan sesudah berdagang, meminimalkan kontak dengan pelanggan dan setiba dirumah segera mandi ganti pakaian dan bersihkan seluruh barang yang dibawa dari pasar (Supriyadi, Istanti, & Erlita, 2021).

Siahaineinia & Bakara (2020) mengemukakan permasalahan di pasar Sukaramai, Medan, Sumatera Utara banyak yang tidak mematuhi anjuran protokol kesehatan seperti tidak menggunakan masker dan mencuci tangan. Alasan tidak menggunakan masker yaitu menjadi sesak nafas, tidak nyaman, merasa diri sehat dan tidak khawatir dengan adanya COVID-19, kemudian alasan tidak mencuci tangan karena tidak tersedianya wastafel dan wastafel yang ada juga diragukan kebersihannya, serta tidak tersedia sabun untuk mencuci tangan. Padahal,

(27)

memakai masker merupakan cara yang efektif untuk mencegah droplet atau percikan, atau buliran terpapar ke orang lain. (Siahaineinia & Bakara, 2020).

Pawiliyah, dkk (2020) mengemukakan bahwa masyarakat di pasar tradisional Panorama dan Pasar Minggu di kota bengkulu membentuk klaster baru karena sebagian dari mereka kurang kesadaran untuk mematuhi protokol kesehatan seperti tidak menggunakan masker, tidak menjaga jarak, tidak mencuci tangan setelah bertransaksi sehingga menjadi sarana penyebaran COVID-19.

(Pawiliyah dkk, 2020).

Girsang, Harianja, dan Purba (2020) juga mengemukakan di Pasar Karya Wisata Kota Medan terlihat banyak para pedagang yang tidak menggunakan masker. Sebagian pedagang mengatakan lupa membawa masker, maskernya sudah kotor dan tidak ada lagi gantinya, menggunakan masker tidak nyaman, sesak sehingga pada saat pemakaian sering dilepas-lepas, ada juga pedagang yang tidak takut dan menganggap sepele terhadap COVID-19 sehingga tidak mau memakai masker (Girsang, Harianja, & Purba, 2020). Kemudian, Yulia et al.

(2021) juga melakukan sosialisasi di Pasar Tradisional Seutui Kota Banda Aceh karena ditemukan pedagang yang tidak memakai masker disebabkan kurangnya kesadaran akan penularan COVID-19 dan belum mengetahui cara memilih masker yang standar sesuai protokol kesehatan. Hal ini akan beresiko tertular COVID-19 pada pedagang dan bahan pangan yang dijual. (Yulia, dkk , 2021).

Pusat Pasar Medan merupakan pasar tradisional terbesar dan terlengkap di kota Medan, yang didirikan pada bulan Maret 1933. Pusat Pasar terhubung langsung dengan Medan Mall sehingga memudahkan pembeli/pengunjung untuk

(28)

berpindah dari suatu tempat ke tempat lain dan tempat berkumpulnya pedagang.

Secara administratif lokasi Pusat Pasar Kota Medan berada di Kelurahan Pusat Pasar dengan peringkat ke 7 untuk jumlah terinfeksi COVID-19 di Kecamatan Medan Kota dimana terdapat 61 jumlah kasus Positif COVID-19, 54 jumlah orang yang sembuh dan 5 jumlah orang yang meninggal.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti kepada 10 pedagang di Pusat Pasar didapati bahwa 8 pedagang memiliki pengetahuan yang kurang mengenai adaptasi New Normal COVID-19, 8 pedagang pedagang tidak selalu memakai masker selama berjualan , tidak mengatur jarak antara pembeli dengan pembeli lain dan tidak mengingatkan pembeli dan pekerja untuk selalu jaga jarak. Sebanyak 9 pedagang tidak melaksanakan social distancing selama berjualan, 10 pedagang tidak menyemprotkan handsanitizer setelah bertransaksi dengan pembeli, Selain itu, berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis pemberlakuan New Normal (Adaptasi Kebiasaan Baru) di Pusat Pasar Medan belum maksimal dikarenakan masih terdapat pedagang yang tidak menggunakan masker, padatnya kerumunan membuat pedagang dan pembeli tidak menjaga jarak, tidak adanya handsanitizer pada setiap kios dan berdasarkan wawancara dengan Kepala Pengelola Pusat Pasar Medan terdapat satu pedagang yang pernah terkonfirmasi Positif Covid-19.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perilaku adaptasi New Normal Covid-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota Tahun 2021.

(29)

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Perilaku Adaptasi New Normal COVID-19 Pada Pedagang di Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota?”.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Perilaku Adaptasi New Normal COVID-19 pada Pedagang Pusat Pasar Medan Kelurahan Pusat Pasar Kecamatan Medan Kota.

Tujuan khusus. Tujuan khusus penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui karakteristik (umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan lantai tempat berjualan) pedagang di Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota.

2. Untuk mengetahui faktor predisposing (pengetahuan dan sikap) dalam tindakan Adaptasi New Normal COVID-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan Pasar Kecamatan Medan Kota.

3. Untuk mengetahui faktor enabling (Sarana dan Prasarana) dalam tindakan Adaptasi New Normal COVID-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota.

4. Untuk mengetahui faktor reinforcing (dukungan pengelola pasar, dukungan lintas sektor dan peraturan protokol kesehatan) dalam tindakan Adaptasi New Normal COVID-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota.

(30)

5. Untuk menganalisis hubungan antara faktor predisposing (pengetahuan dan sikap) dengan tindakan Adaptasi New Normal COVID-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota.

6. Untuk menganalisis hubungan antara faktor enabling (Sarana dan Prasarana) dengan tindakan Adaptasi New Normal COVID-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota.

7. Untuk menganalisis hubungan antara faktorreinforcing (dukungan pengelola pasar, dukungan lintas sektor dan peraturan protokol kesehatan) dengan tindakan Adaptasi New Normal COVID-19 pada pedagang di Pusat Pasar Medan Kecamatan Medan Kota..

Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah agar penelitian ini mampu menjadi tambahan informasi bagi Satuan Tugas (Satgas) COVID-19, Kelurahan Pusat Pasar Medan serta Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu perilaku Universitas Sumatera Utara dalam memperkaya pemahaman dan menambah literatur mengenai New Normal COVID-19.

Manfaat praktis. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah agar pedagang selalu mematuhi protokol kesehatan dalam Adaptasi Kebiasaan Baru sebagai upaya pencegahan COVID-19 khususnya pedagang di Pusat Pasar Medan.

(31)

Tinjauan Pustaka

Perilaku

Perilaku dari aspek biologis diartikan sebagai suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan aktivitas tersebut ada yang dapat diamati secara langsung dan tidak langsung. Menurut Ensiklopedia Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungannya. Notoadmodjo (2005), mendefinisikan perilaku sebagai respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses respons, sehingga teori ini disebut dengan teori Organisme Stimulus “S-O-R”. Berdasarkan teori SOR tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi:

1. Perilaku tertutup (covert behavior) : terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.

2. Perilaku terbuka (overt behavior) : terjadi bila respon terhadap stimulus sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau observable behavior.

Determinan perilaku. Determinan perilaku dibagi menjadi dua, yaitu determinan internal yang merupakan karakteristik bersifat bawaan pada yang bersangkutan sedangkan detetminan eksternal adalah lingkungan yang merupakan faktor dominan yang mempengaruhi perilaku seseorang. Notoadmodjo (2010)

(32)

menyatakan bahwa proses perubahan dan pengadopsian perilaku seseorang dapat terjadi melalui beberapa tahapan, antara lain:

Knowledge (pengetahuan). Pada tahapan ini seseorang individu akan mencari tahu mengenai informasi keberadaan suatu informasi mengenai inovasi yang diinginkan, pada akhirnya akan menghasilkan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tiga jenis pengetahuan, yaitu:

a. Awareness knowledge (pengetahuan kesadaran) merupakan pengetahuan terhadap keberadaan dari sebuah inovasi.

b. How-to-knowledge (pengetahuan pemahaman) merupakan pengetahuan mengenai bagaimana

c. Principles-knowledg (prinsip dasar) merupakan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip keberfungsian yang mendasari bagaimana dan mengapa suatu inofasi dapat berkerja.

Persuasion (kepercayaan). Tahapan persuasion ini terjadi ketika seoran individu mengetahui inovasi yang ingin diterapkan dan mulai membentuk sikap baik positif maupun negatif akan tetapi tidak langsung melakukan sebuah tindakan seperti menerima ataupun menolak. Pada tahap pengetahuan lebih bersifat kognitif (tentang pengatahuan), sedangkan tahap kepercayaan bersifat afektif. Ketidakyakinan pada fungsi inovasi dan peran dukungan sosial dapat mempengaruhi pendapat dan kepercayaan individu terhadap inovasi tersebut.

Decision (keputusan). Pada tahap ini seorang individu akan menentukan tindakan yang akan diambilnya terhadap inovasi yang telah diketahuinya. Suatu inovasi akan lebih cepat untuk diterima jika inovasi tersebut dapat dicoba untuk

(33)

diimplementasikan, lalu setelah itu individu tersebut akan mulai memikirkan apakah inovasi tersebut diterima atau ditolak. Jika inovasi ditolak, maka terdapat dua jenis penolakan, antara lain:

a. Active rejection dapat terjadi jika seorang individu mulai mencoba sebua inovasi akan tetapi pada akhirnya menolak untuk menerapkannya.

b. Passive rejection dapat terjadi ketika seorang individu tidak berpikir sama sekali untuk menerapkan sebuah inovasi.

Implementation (penegasan/pengesahan). Pada tahapan ini individu akan mulai mencari dukungan atas keputusan yang telah dibuatnya. Menurut Rogers (1983) dalam Notoatmodjo (2012) bahwa keputusan untuk menegaskan tindakan seorang individu tergantung kepada pesan-pesan di dalam inovasi yang dipilihnya, sehingga keberlanjutan dari penerapan sebuah inovasi akan bergantung kepada sikap dan dukungan yang diperolehnya.

Domain perilaku. Perilaku merupakan keseluruhan pemahaman dan aktivitas individu yang berasal dari faktor internal dan eksternal. Setiap orang memiliki cakupan yang luas. Menurut Notoatmodjo (2010) terdapat 3 domain perilaku yaitu kognitif (cognitive),afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor).

Ruang lingkup perilaku kesehatan. Ruang lingkup perilaku terbagi menjadi tiga area (Notoatmodjo, 2010), yaitu:

Pengetahuan (knowledge). Pengetahuan adalah hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,

(34)

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama.

Faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain:

a. Faktor internal: faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat, kondisi fisik.

b. Faktor eksternal: faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana.

c. Faktor pendekatan belajar: faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode dalam pembelajaran.

Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni:

Tahu (know). Tahu artikan sebagai mengigat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengigat kembali (recail) terdapat suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang pelajari atau rangsangan yang harus diterima. Oleh sebab itu, ”tahu” ini adalah merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

(35)

Memahami (comprehension). Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprentasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus menjalankan perilaku adaptasi New Normal.

Aplikasi (application). Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum- hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

Analisis (analysis). Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat mengambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompok dan sebagainya.

Sintesis (synthensis). Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintensis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun dapat merencanakan, dapat merigankan, dapat menyusuaikan, dapat

(36)

meringkaskan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

Evaluasi (evaluation). Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justipikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian- penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2003).

Sikap (attitude). Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial, lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2003).

Dalam bagian lain, Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yakni:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

(37)

c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan (Notoadmodjo, 2007), yakni:

Menerima (receiving). Diartikan orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

Merespon (responding). Diartikan memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap ini karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerakan tugas yang diberikan, terlepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang meneirma ide tersebut.

Menghargai (valuing). Diartikan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ini.

Bertanggung jawab (responsible). Diartikan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung.

Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek.

Tindakan (practice). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.

(38)

antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) dari pihak lain (Notoatmodjo, 2007). Tingkat-Tingkat Praktik, yaitu:

Persepsi (perception). Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama.

Respon terpimpin (guide respons). Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah praktik tigkat dua.

Mekanisme (mecanism). Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.

Adaptasi (adaptation). Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakanya tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

Perilaku Adaptasi

Adaptasi sendiri mempunyai arti penyusaian pribadi terhadap lingkungan, yang berarti penyesuaian mengubah diri pribadi sesuai lingkungan yang mana juga berarti dapat mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan pribadi atau individu (Gerungan, 1983). Penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku dengan tujuan mengatasi kesulitan dan hambatan. Adaptasi dalam dua arti yang pertama disebut autoplastis auto berarti sendiri, plastis artinya bentuk sementara pengertian

(39)

kedua disebut dengan penyesuaian diri allopstatis allo artinya yang lain, palstis artinya bentuk.

Adaptasi dibagi menjadi tiga bagian yang pertama adaptasi perilaku, yang kedua adaptasi siasat, dan yang ketiga adaptasi proses adaptasi perilaku bennet dianggap sebagai sesuatu yang dinamais dan terus menerus berubah seiring dengan berjalannya waktu. Perilaku yang muncul biasanya digunakan sebagai alat oleh individu atau kelompok untuk mempertahankan diri dari lingkungan yang berubah-ubah yang kedua adaptasi siasat perilaku yang biasa digunakan oleh sebagai cara-cara untuk menyiasati suatu perubahan yang terdapat dilingkungan sekitar.

Hal ini dilakukan untuk mengatasi hambatan yang terjadi pada saat terjadi perubahan terhadap lingkungan sekitar. Dan yang ketiga adalah adaptasi proses, adaptasi proses dibagi menjadi dua yaitu individu dan kelompok, adaptasi individu lebih mengarah kepada kemampuan seseorang untuk mengatasi hambatan dalam suatu lingkungan hal ini karena tujuan untuk mendapatkan sumber daya dianggap alat pemuas kebutuhan. Sementara pada level kelompok adaptasi dikatakan sebagi suatu cara yang digunakan untuk mempertahankan hidup. Karena pada dasarnya individu-individu akan hidup bersama dalam suatu lingkungan sosial. Jadi adaptasi ada yang mempunyai arti pasif yang mana itu merupakan kegiatan pribadi dan ditentukan oleh lingkungannya, selanjutnya juga mempunyai arti aktif yang mana disini pribadi mempengaruhi lingkungannya (Kartasapoetra, 1987).

(40)

Snyder (1979) mengatakan bahwa apabila sebuah lingkungan sudah dirancang dengan sangat ideal, ada kemungkinan masyarakat tidak dapat beradaptasi dengan baik di dalamnya. Dan juga sebaliknya, golongan masyarakat yang dianggap paling kompeten dalam hal tingkat edukasi, kesehatan, dan finansial mungkin tidak mampu beradaptasi dengan baik dalam sebuah lingkungan yang tidak sesuai.

Pedagang

Pedagang adalah perantara yang kegiatannya membeli barang dan menjualnya kembali tanpa merubah bentuk atau inisatif dan tanggung jawab sendiri dengan konsumen untuk membeli dan menjualnya dalam partai kecil atau per satuan (Sugiharsono et al., 2000). Dalam aktivitas perdagangan, pedagang adalah orang atau institusi yang memperjual belikan produk atau barang kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung (Damsar, 2009).

Pedagang yang dimaksud pada penelitian ini adalah pedagang di Pusat Pasar Medan yaitu sekelompok orang yang memiliki aktivitas kegiatan jual beli di Pusat Pasar Medan. Pedagang yang di maksud dalam penelitian ini ialah pedagang dari Lantai I sampai dengan lantai II.

COVID-19

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV- 2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat

(41)

seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) (Kementrian Kesehatan RI, 2020). Virus baru dan penyakit yang disebabkannya tidak dikenal sebelum wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019. Covid-19 ini sekarang menjadi sebuah pandemi yang terjadi di banyak negara di seluruh dunia (WHO, 2020).

Tanda dan gejala umum. Infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5- 6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun dan tetap merasa sehat. Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, nyeri kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, hilang penciuman dan pembauan atau ruam kulit (Kementrian Kesehatan, 2020).

Cara penyebaran COVID-19. Coronavirus merupakan zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini masih belum diketahui. Orang yang terinfeksi virus COVID-19 dapat menularkan kepada orang lain melalui percikan-percikan dari hidung atau mulut yang keluar saat batuk, bersin atau berbicara. Oleh karena itu pentingnya bagi kita untuk menjaga jarak minimal satu meter dari orang lain. Percikan tersebut dapat

(42)

menempel di benda dan permukaan lainnya di sekitar orang seperti meja, gagang pintu, dan pegangan tangan, orang juga dapat terinfeksi dengan menyentuh benda atau permukaan tersebut, kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut sebelum mencuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir atau membersihkanya dengan cairan antiseptik berbahan dasar alkohol (WHO, 2020).

Penerapan Keputusan New Normal oleh Pemerintah

Pemerintah melihat pertimbangan ekonomi sebagai alasan utama penerapan New Normal di tengah situasi pandemi COVID-19 yang belum selesai di indonesia. Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian memaparkan sejumlah alasan penerapan New Normal yakni terkait dampak pandemi terhadap ekonomi yang dianggap sudah begitu mengkhawatirkan. Sehingga bila tak segera diterapkan akan ada lebih banyak pekerja yang menjadi korban. Tak hanya itu, meningkatnya pengangguran sekaligus berkolerasi terhadap pergerakan konsumsi dalam negeri. Bila dibiarkan konsumsi yang biasanya menjadi penyumbang tersebesar Produk Domestik Bruto (PDB) indonesia bisa anjlok dan efeknya memicu konflik sosial. Bila situasi ini dibiarkan, negara tak akan sanggup terus- terusan memberikan bantuan sosial ke masyarakatnya mengingat kemampuan keuangan negara yang juga terbatas. Untuk itu, beberapa aktivitas ekonomi harus segera digenjot kembali demi mencegah ekonomi jatuh lebih dalam lagi.

Hubungan antara ekonomi dengan kesehatan pada dasarnya saling terkait, ketika kesehatan manusia terancam atau sedang dalam masalah, maka dampaknya akan merembet ke bidang ekonomi. Artinya, permasalahan ekonomi dan

(43)

kesehatan ini saling berkelindan, masalah ekonomi bisa berdampak ke kesehatan, begitu pula sebaliknya.

Antara sektor “ekonomi” dengan “kesehatan” sejatinya adalah sektor yang beririsan dan saling terhubung. Satu saja di antara kedua hal tersebut terganggu, maka akan memengaruhi yang lain. Permasalahan krisis ekonomi contohnya, akan berdampak pada hancurnya industri nasional, meningkatnya jumlah orang yang kehilangan pekerjaan, dan permasalahan kesehatan bagi warga karena apa yang disebut sebagai “penyakit keputusasaan” (Case & Deaton, 2017), yaitu warga yang tertekan secara ekonomi memilih untuk bunuh diri atau menenggak alkohol untuk menghilangkan rasa frustasi.

Pada saat krisis keuangan pada tahun 2007/2008 misalnya, diperkirakan 10.000 orang memilih bunuh diri akibat beban ekonomi. Begitupula sebaliknya, krisis kesehatan juga akan mengganggu bidang ekonomi, karena manusia dapat bekerja ketika mereka dalam kondisi sehat. Persoalan antara “ekonomi” dan

“kesehatan” adalah persoalan esensial yang memungkinkan manusia tetap hidup.

Keduanya sama-sama penting. Di beberapa negara Bumi Utara ketika pandemi COVID-19 mencapai puncak, negara tersebut mampu menyediakan kebutuhan pokok dan perawatan kesehatan bagi warganya secara gratis, di Indonesia karena struktur ekonomi yang rapuh dan relasi rantai nilai global, negara kesulitan menyediakan hal tersebut. Pandemi COVID-19 sejatinya telah menelanjangi sistem ekonomi yang berjalan saat ini, tantangan terbesar yang perlu dihadapi adalah tentang bagaimana menyelamatkan sebanyak mungkin orang di tengah situasi pandemi COVID-19. Upaya penyelamatan tersebut tidak hanya terbatas

(44)

pada bidang kesehatan, akan tetapi juga pada bidang ekonomi. New Normal pada konteks ini ditempatkan sebagai kebijakan alternatif (Mas’udi & Winanti, 2020).

Kriteria WHO yang harus dipenuhi oleh suatu negara jika ingin menerapkan New Normal:

1. Bukti yang menunjukkan bahwa transmisi COVID-19 dapat dikendalikan.

2. Kapasitas sistem kesehatan dan kesehatan masyarakat termasuk rumah sakit tersedia untuk mengidentifikasi, mengisolasi, menguji, melacak kontak, dan mengkarantina.

3. Risiko virus corona diminimalkan dalam pengaturan kerentanan tinggi, terutama di panti jompo, fasilitas kesehatan mental, dan orang-orang yang tinggal di tempat-tempat ramai.

4. Langkah-langkah pencegahan di tempat kerja ditetapkan dengan jarak fisik, fasilitas mencuci tangan, dan kebersihan pernapasan.

5. Resiko kasus Impor dapat dikelola dengan baik.

6. Masyarakat sepenuhnya diedukasi, serta ikut berperan dan diberdayakan dalam transmisi.

Berdasarkan kriteria WHO, “new normal” (Adaptasi Kebiasaan Baru) dapat dipertimbangkan jika Rt < 1 yang konsisten dalam jangka waktu tertentu (14 hari) ditambah dengan terkendalinya COVID-19. Transmisi ke “new normal”

harus dilakukan dengan persiapan yang matang dengan memperhatikan berbagai aspek yaitu Sarana/fasilitas di komunitas yang mendukung dan Kesadaran dan kedisiplinan gaya hidup masyarakat (Putra & Fitriani, 2020).

(45)

New Normal (Adaptasi Kebiasaan Baru)

Pengertian. New normal dapat diartikan sebagai tatanan kehidupan baru dimana sesuatu yang tidak biasa dilakukan sebelumnya menjadi hal normal untuk dilakukan. Dalam kaitannya dengan pandemi COVID-19 yang melanda dunia saat ini, New Normal diartikan sebagai perubahan perilaku masyarakat yang akan mempengaruhi kegiatan sehari-sehari masyarakat selanjutnya. Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 mendefiniskan New Normal adalah adaptasi kebiasaan baru yang dapat dijabarkan sebagai perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun dengan ditambah menerapkan protokol kesehatan (memakai masker, menjaga jarak dan menjaga kebersihan tangan) guna mencegah terjadinya penularan COVID-19 selama beraktivitas secara normal baru (Putra & Fitriani, 2020)

New Normal adalah langkah percepatan penanganan COVID-19 dalam bidang kesehatan, sosial, dan ekonomi. Skenario New Normal dijalankan dengan mempertimbangkan kesiapan daerah dan hasil riset epidemiologis di wilayah terkait. Prinsip utama dari New Normal itu sendiri adalah dapat menyesuaikan dengan pola hidup. Secara sosial, adalah sesuatu bentuk new normal atau adaptasi dengan beraktivitas, dan bekerja, dan tentunya harus mengurangi kerumunan (Wijoyo, 2021).

3M (mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak). 3M dalam New Normal merupakan langkah pencegahan COVID-19 yang harus diterapkan oleh individu. Dalam konteks aman, perilaku wajib 3M harus menjadi kebiasaan seluruh masyarakat Indonesia, tanpa terkecuali. Masih cukup banyak masyarakat

(46)

yang enggan melaksanakan 3M secara konsisten. Padahal, kepatuhan terhadap 3M mutlak menjadi prasyarat memutus rantai penularan COVID-19. Berikut penjelasan lebih mengenai 3M (Satuan Tugas COVID-19, 2020):

Mencuci tangan. Mencuci tangan sangat penting karena virus mati dengan sabun dan air mengalir. Lakukan 6 langkah cuci tangan dengan benar, yaitu cuci tangan pakai sabun dan air mengalir selama minimal 20 detik, atau cuci tangan dengan hand sanitizer dengan kandungan alkohol minimal 60%. Enam Langkah mencuci tangan pakai sabun (WHO) yaitu ratakan sabun dengan kedua tangan, gosok punggung tangan dan sela-sela jari secara bergantian, gosok jari-jari bagian dalam, gosok telapak tangan dengan posisi jari saling mengait/mengunci, gosok ibu jari secara berputar dalam genggaman tangan dan lakukan pada kedua tangan, dan gosokkan ujung jari pada telapak tangan secara berputar dan lakukan pada kedua tangan.

Memakai masker. Masker digunakan dengan tujuan untuk melindungi diri sendiri karena masker mencegah masuknya droplet yang keluar saat kita batuk/bersin/berbicara sehingga kita tidak tertular dan melindungi orang lain karena Masker menahan droplet yang keluar saat kita batuk/bersin/berbicara sehingga tidak menularkan virus kepada orang lain. Masker terbagi beberapa jenis yakni N95, Masker medis/bedah, Masker kain SNI, dan masker kain. Cara memakai masker sekali pakai dengan benar yakni bersihkan tangan pakai sabun atau hand sanitizer, bagian berwarna berada didepan, jangan menyentuh bagian depan dan dalam masker dan pastikan masker menutup rapat hidung, mulut dan dagu, serta ganti jika masker lembab/basah. Kemudian, cara membuang masker

(47)

sekali pakai dengan benar yakni bersihkan tangan pakai sabun atau hand sanitizer, lepaskan masker dari belakang, jangan memegang bagian depan masker, serta gunting dan buang masker sekali pakai setelah digunakan.

Menjaga jarak. Menjaga jarak sangat penting karena droplet yang keluar saat kita batuk, jika tanpa masker bisa meluncur sampai satu meter. Saat berbicara tanpa masker, aerosol (uap air) bisa meluncur sejauh satu meter. Saat bersin tanpa masker, droplet bisa meluncur sejauh enam meter. Oleh karena itu, harus menjaga jarak minimal satu untuk mengurangi risiko tertular/menulari. Hal penting yang dapat dilakukan dalam usaha untuk menjaga jarak antara lain menghindari kerumunan, Menghindari penggunaan transportasi yang tidak memenuhi standar protocol kesehatan, dan mengurangi aktivitas dalam ruangan ber-AC yang tertutup dan banyak orang dalam waktu lebih dari 2 jam.

Pencegahan COVID-19 dalam Kondisi “New Normal” (Adaptasi Kebiasaan Baru / AKB)

a. Menggunakan masker bila keluar rumah

b. Menjaga Jarak minimal satu meter dengan orang lain.

c. Menjaga perilaku hidup bersih dan sehat.

d. Sering mencuci tangan dan tidak menyentuh daerah wajah e. Istirahat yang cukup

f. Makan makanan bergizi g. Aktivitas fisik rutin

h. Mengonsumsi suplemen tambahan/vitamin

(48)

Keputusan Kementrian Kesehatan tentang Adaptasi Kebiasaan Baru di Pasar

Pemerintah indonesia melalui Kementrian Kesehatan RI menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/

MENKES/382/2020 Tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat Di Tempat Dan Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan Dan Pengendalian Virus Disease 2019 (COVID-19). Dengan tujuan meningkatkan upaya dan pengendalian Covid- 19 bagi masyarakat di tempat dan fasilitas umum dalam rangka mencegah terjadinya episenter/kluster baru selama masa pandemi dan menimbang bahwa dalam menghadapi adaptasi kebiasaan baru menuju masyarakat yang produktif dan aman terhadap Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) diperlukan penataan penyelenggaraan berbagai kegiatan dengan prioritas kesehatan masyarakat, bahwa

tempat dan fasilitas umum merupakan salah satu lokus masyarakat beraktivitas yang akan mendukung keberlangsungan perekonomian, namun berpotensi menjadi lokus penyebaran COVID-19 sehingga diperlukan protokol kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan di tempat dan fasilitas umum. Tempat dan fasilitas umum merupakan area dimana masyarakat melakukan aktifitas kehidupan sosial dan berkegiatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Risiko pergerakan orang dan berkumpulnya masyarakat pada tempat dan fasilitas umum, memiliki potensi penularan COVID-19 yang cukup besar.

Pasar merupakan suatu area dimana tempat bertemunya pembeli dan penjual, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan proses jual beli berbagai jenis barang konsumsi melalui tawar menawar. Banyaknya kerumunan

(49)

dan pergerakan orang merupakan kondisi yang harus menjadi perhatian dalam penerapan prinsip jaga jarak minimal satu meter di pasar. Penerapan upaya pencegahan dan pengendalian COVID-19 di pasar sangat membutuhkan peran kepemimpinan pengelola pasar serta keterlibatan lintas sektor dan aparat dalam penertiban kedisplinan masyarakat pasar.

Adaptasi kebiasaan baru pada pedagang dan pekerja di pasar.

1. Memastikan diri dalam kondisi sehat sebelum berangkat ke pasar. Jika mengalami gejala seperti demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, dan/atau sesak nafas, tetap di rumah dan periksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan apabila berlanjut.

2. Saat perjalanan dan selama bekerja selalu menggunakan masker, menjaga jarak dengan orang lain, dan hindari menyentuh area wajah. Jika terpaksa akan menyentuh area wajah pastikan tangan bersih dengan cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir atau menggunakan handsanitizer.

3. Melakukan pembersihan area dagang masing-masing sebelum dan sesudah berdagang (termasuk meja dagang, pintu/railing door kios, etalase dan peralatan dagang lainnya).

4. Melakukan upaya untuk meminimalkan kontak dengan pelanggan, misalnya menggunakan pembatas/partisi (misal flexy glass/plastik), menyediakan wadah khusus serah terima uang, dan lain lain.

5. Pedagang, petugas keamanan, tukang parkir, dan kuli angkut harus selalu berpartisipasi aktif mengingatkan pengunjung dan sesama rekan kerjanya untuk menggunakan masker dan menjaga jarak minimal satu meter.

(50)

6. Jika kondisi padat dan penerapan jaga jarak sulit diterapkan, maka penggunaan pelindung wajah (faceshield) bersama masker sangat direkomendasikan sebagai perlindungan tambahan.

7. Saat tiba di rumah, segera mandi dan berganti pakaian sebelum kontak dengan anggota keluarga di rumah, serta membersihkan handphone, kacamata, tas, dan barang lainnya dengan cairan disinfektan.

8. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan PHBS seperti mengonsumsi gizi seimbang, aktivitas fisik minimal 30 menit sehari dan istirahat yang cukup dengan tidur minimal 7 jam, serta menghindari faktor risiko penyakit.

Adaptasi kebiasaan baru bagi pengelola pasar.

1. Memperhatikan informasi terkini serta himbauan dan instruksi pemerintah pusat dan pemerintah daerah terkait COVID-19 di wilayahnya. Informasi tersebut secara berkala dapat diakses pada laman https://infeksi emerging.

kemkes.go.id, www.covid19.go.id, dan kebijakan pemerintah daerah setempat.

2. Mengatur pedagang yang dapat beroperasi mengikuti ketentuan pemerintah daerah setempat.

3. Membentuk Tim/Pokja Pencegahan COVID-19 di Pasar untuk membantu pengelola dalam penanganan COVID-19 dan masalah kesehatan lainnya.

4. Menerapkan jaga jarak di area pasar dengan berbagai cara, seperti pengaturan jarak antar lapak pedagang, memberikan tanda khusus jaga jarak yang ditempatkan di lantai pasar, dan lain sebagainya.

(51)

5. Menyediakan fasilitas cuci tangan pakai sabun yang memadai dan mudah diakses oleh pedagang dan pengunjung.

6. Melakukan pembersihan dan disinfeksi secara berkala (paling sedikit tiga kali sehari) pada area atau sarana yang digunakan bersama seperti pegangan tangga, tombol lift, pintu toilet dan fasilitas umum lainnya.

7. Mengoptimalkan sirkulasi udara dan sinar matahari masuk area pasar. Jika terdapat AC lakukan pembersihan filter secara berkala.

8. Menyediakan ruangan khusus/pos kesehatan untuk penanganan pertama apabila ada warga pasar yang mengalami gangguan kesehatan di pasar.

9. Melakukan sosialisasi dan edukasi kepada pekerja yang ada di Pasar (karyawan pengelola pasar, pedagang, petugas keamanan, tukang parkir, kuli angkut dan lain lain) tentang pencegahan penularan COVID-19 yang dapat dilakukan dengan surat pemberitahuan, pemasangan spanduk, poster, banner, whatsapp/sms blast, radioland dan lain sebagainya. Adapun materi yang diberikan meliputi pengetahuan tentang COVID-19 dan cara penularannya, wajib penggunaan masker, cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, jaga jarak dan etika batuk (bahan dapat diunduh pada laman www.covid19.go.id dan www.promkes.kemkes.go.id).

10. Memasang media informasi di lokasi-lokasi strategis untuk mengingatkan pengunjung agar selalu mengikuti ketentuan jaga jarak minimal satu meter, menjaga kebersihan tangan, dan kedisiplinan penggunaan masker di seluruh lokasi pasar.

(52)

11. Pemberitahuan informasi tentang larangan masuk ke area pasar bagi pekerja dan pengunjung yang memiliki gejala demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, dan/atau sesak nafas.

12. Dalam hal pasar dilengkapi dengan alat mobilisasi vertikal, lakukan pengaturan sebagai berikut:

a. Penggunaan lift: membatasi jumlah orang yang masuk dalam lift, membuat penanda pada lantai lift dimana penumpang lift harus berdiri dan posisi saling membelakangi.

b. Penggunaan tangga: jika hanya terdapat 1 jalur tangga, bagi lajur untuk naik dan untuk turun, usahakan agar tidak ada orang yang berpapasan ketika naik dan turun tangga. Jika terdapat 2 jalur tangga, pisahkan jalur tangga untuk naik dan jalur tangga untuk turun.

13. Jika diperlukan, secara berkala dapat dilakukan pemeriksaan rapid test kepada para pedagang pasar dan pekerja lainnya berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat atau fasilitas pelayanan kesehatan. Agar lebih efektif dapat menggunakan skrining self assessment risiko COVID-19 terlebih dahulu

Adaptasi kebiasaan baru bagi penngunjung/pembeli di pasar.

1. Memastikan diri dalam kondisi sehat sebelum keluar rumah, jika mengalami gejala seperti demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, dan/atau sesak nafas, tetap dirumah dan periksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan apabila berlanjut.

2. Selalu menggunakan masker saat perjalanan dan selama berada di pasar.

(53)

3. Menjaga kebersihan tangan dengan sering memncuci tangan dengan sering mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir atau menggunakan handsanitizer.

4. Hindari menyentuh area wahjah seperti mata, hidung, dan mulut.

5. Tetap memperhatikan jaga jarak minimal satu meter dengan orang lain.

6. Jika kondisi padat dan sulit menerapkan jaga jarak agar tidak memaksakan diri masuk ke dalam pasar, namun apabila terpaksa tambahan penggunaan pelindung wajah (faceshield) bersama masker sangat direkomendasikan sebagai perlindungan tambahan.

Landasan Teori

Lawrence Green dan Marshall W. Kreuter (1991) mengembangkan sebuah teori yang mencoba mengkaji perilaku manusia dari bidang kesehatan.

secara garis besar dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku(non-behavior causes). Kemudian setelah itu difokuskan pada 3 faktor utama yaitu PRECEDE:

1. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai.

2. Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.

3. Faktor pendorong (reinforcing factors), seperti dukungan pengelola pasar, dukungan lintas sektor dan petugas kesehatan.

(54)

Gambar 1. Kerangka Teori Lawrence Green dan Marshall W. Kreuter (1991) Dari kerangka teori diatas menunjukkan bahwa perilaku pedagang dapat dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain factor predisposing yaitu pengetahuan, dan sikap ; faktor enabling yaitu sarana dan prasarana ; dan faktor reinforcing yaitu dukungan pengelola pasar, dukungan lintas sektor dan peraturan tentang protokol kesehatan (Green, 1980).

Referensi

Dokumen terkait

Pasar tradisional ini memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi pusat penyebaran Covid-19 (“Ratusan pedagang pasar positif Covid-19,” 2020), dan ini sudah

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa istilah pengelolaan memiliki pengertian yang sama dengan manajemen, dimana pengelolaan merupakan bagian dari proses manajemen

Istilah rumah mandiri digunakan untuk mendefinisikan rumah- rumah yang dibangun oleh ASN Kementerian Hukum dan HAM diatas tanah Sekretariat Jenderal dengan biaya pribadi.

Setiap penyelenggara bandar udara wajib melakukan pemeliharaan kendaraan dan peralatan penunjang operasi PKP-PK agar kinerja operasi dapat maksimum sesuai dengan kategori bandar

berhubungan dengan orang lain.. adalah suatu aktivitas sosial antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa”. Siswa yang tinggi intelegensi interpersonalnya akan

konsumennya. Piramida biomassa tegak biasanya terjadi pada ekosistem darat. Piramida Biomassa Terbalik.. @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 31

Mewujudkan Kabupaten Toba Samosir sebagai wilayah pembangunan pertanian, pariwisata dan industri yang ramah lingkungan dengan meningkatkan sumberdaya manusia untuk

Mengembangkan Kompetensi Abad 21 dalam Pendidikan IPS dan Seni Budaya di Masa New Normal Covid