• Tidak ada hasil yang ditemukan

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2018/PP/M.XIB Tahun 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2018/PP/M.XIB Tahun 2018"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT-000187.99/2018/PP/M.XIB Tahun 2018

Jenis Pajak : Gugatan Pajak

Tahun Pajak : 2018

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah penerbitan Surat Tergugat Nomor KEP-00382/NKEB/WPJ.26/2017 tanggal 11 Desember 2017 tentang Pembatalan Ketetapan Pajak atas Surat Tagihan Pajak Berdasarkan Pasal 36 ayat (1) huruf b karena Permohonan Wajib Pajak yang tidak disetujui Penggugat;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(2)

Menurut Tergugat : bahwa Keputusan Tergugat Nomor KEP-00382/NKEB/WPJ.26/2017 tanggal 11 Desember 2017 tentang Pengurangan Ketetapan Pajak Atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Berdasarkan Pasal 36 ayat (1) Huruf b Karena Permohonan Wajib Pajak diterbitkan dengan kronologis sebagai berikut:

bahwa terhadap Penggugat telah diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Nomor 00013/207/10/127/12 tanggal 15 Maret 2012 Masa Pajak Agustus 2010 dengan jumlah pajak yang masih harus dibayar sebesar Rp104.786.960,00;

bahwa atas surat ketetapan pajak tersebut di atas, Penggugat mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar dengan surat Nomor 009/SK/KPM/XII/2016 tanggal 06 Desember 2016, dengan perhitungan pajak yang masih harus dibayar menurut Penggugat adalah sebesar Rp0,00;

bahwa untuk membuktikan alasan Penggugat dalam surat permohonan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar dan untuk memastikan saat terutangnya PPN atas dasar pengenaan pajak yang dihitung berdasarkan bukti potong PPh Pasal 23, Tergugat telah melakukan permintaan konfirmasi dan keterangan atau bukti kepada PT QWE, Tbk melalui surat nomor S-373/WPJ.26/2017 tanggal 21 Maret 2017 dan S-508/WPJ.26/2017 tanggal 20 April 2017, sehingga Dasar Pengenaan PPN Masa Pajak Agustus 2010 berdasarkan hasil penelitian menjadi sebesar Rp781.992.243,00;

bahwa atas permohonan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar yang diajukan Penggugat telah diterbitkan Surat Keputusan Tergugat Nomor KEP-00134/NKEB/WPJ.26/2017 tanggal 26 Mei 2017 dengan keputusan mengabulkan sebagian permohonan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar Penggugat;

bahwa atas Surat Keputusan Tergugat Nomor KEP- 00134/NKEB/WPJ.26/2017 tanggal 26 Mei 2017, Penggugat kemudian mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar (permohonan ke-2) dengan surat Nomor 009A/SK/KPM/VII/2017 tanggal 27 Juli 2017, dengan perhitungan pajak yang masih harus dibayar menurut Penggugat adalah sebesar Rp0,00 (nol rupiah/NIHIL);

bahwa atas permohonan ke-2 tersebut telah diterbitkan Surat Keputusan Tergugat Nomor KEP-00382/NKEB/WPJ.26/2017 tanggal 11 Desember 2017 dengan jumlah pajak yang masih harus dibayar sama menjadi sebesar Rp57.056.207,00;

bahwa atas Surat Keputusan Tergugat Nomor KEP- 00382/NKEB/WPJ.26/2017 tanggal 11 Desember 2017 tersebut yang kemudian diajukan gugatan kepada Pengadilan Pajak oleh Penggugat;

bahwa atas alasan Penggugat dalam surat gugatannya, Tergugat memberikan tanggapan sebagaimana diuraikan dalam Surat Tanggapan a quo;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(3)

Menurut Penggugat : bahwa alasan Penggugat mengajukan gugatan sebagaimana diuraikan dalam Surat Gugatan a quo;

bahwa dalam persidangan Penggugat menyampaikan Narasi Pembelaan Nomor 008C/BDPJ/VII/2018 tanggal 03 Juli 2018 sebagai berikut:

Pendahuluan

bahwa Sekitar bulan September 2011, Penggugat didatangi oleh Tergugat yang menunjukkan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan PEMB- 53/WPJ.26/KP.0705/2011 tanggal 24 Agustus 2011 bahwa akan memeriksa sesuai Surat Perintah Pemeriksaan Pajak PRIN- 53/WPJ.26/KP.0705/2011 tanggal 24 Agustus 2011 tujuan pemeriksaan adalah Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Wajib Pajak. Pada awalnya Penggugat tidak tahu, kenapa diperiksa, setelah diberi penjelasan oleh Tergugat tersebut ada kaitannya dengan SPT PPh Tahunan Pengggugat Tahun Pajak 2010 dikarenakan lebih bayar dan akan diminta kembali (direstitusi) kelebihan bayarnya oleh Penggugat.

Penggugat sampai dengan pemeriksaan dilakukan oleh Tergugat tidak pernah tahu berkaitan dengan kelebihan bayar tersebut, karena tujuan Penggugat hanya melaporkan sesuai dengan apa yang disarankan AR Tergugat (Account Representative) pada waktu itu. Dalam hal membuat laporan SPT Tahunan Penggugat, Penggugat dibantu oleh AR tersebut, dan Penggugat memberikan semua dokumen yang sebenarnya;

bahwa atas kejadian tersebut di atas, Tergugat (Tim Pemeriksa) meminta semua dokumen sesuai dengan Bukti Peminjaman Dan Pengembalian Buku, Catatan, Dan Dokumen dan sampai dengan sekarang belum dikembalikan atas dokumen yang dipinjam oleh Tergugat;

bahwa Penggugat sesuai Akta Notaris no 01 tanggal 01 Februari 2006 berdiri perusahaan Penggugat atas permintaan konsumen (PT QWE, Tbk) supaya mendapat pekerjaan mengangkut kayu yang dimiliki PT QWE, Tbk dari kebun ke pabrik. Sedangkan dari pihak pajak belum mengadakan sosialisasi dari tahun tersebut sampai dengan tahun 2010;

bahwa Penggugat menyadari letak Geografis yang tidak mudah dijangkau dan jarak yang sangat jauh pada waktu itu antara Kantor Pelayanan Pajak dengan Penggugat merupakan salah satu hambatan untuk bertanya dan ditanya berkaitan dengan proses bisnis Penggugat dan peraturan pajak yang berkaitan;

bahwa pada tahun 2008, baru ada Kantor Pelayanan Pajak yaitu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Balige. Namun demikian Penggugat belum diberikan arahan berkaitan dengan perpajakan sampai pada waktu bulan Agustus 2010 datang pihak Tergugat untuk memberikan saran kepada Penggugat untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena pajak (PKP) berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, selanjutnya disebut Undang- Undang KUP dan Penggugat mengikuti saran dari Tergugat untuk dikukuhkan sebagai PKP;

bahwa selain jarak yang jauh, melihat letak geografis nya, tingkat pendidikan dari penduduk sekitar juga perlu diberikan pembinaan oleh pihak Tergugat secara intensif. Karen pada waktu itu banyak penduduk yang tidak lulus sekolah, tetapi dengan semangat untuk menyambung hidup, mereka man bekerja apa saja, tanpa memikirkan kewajiban- kewajiban perpajakan yang harus disampaikan;

Obyek Gugatan

bahwa berdasarkan hal tersebut di atas timbul obyek gugatan yaitu bahwa berdasarkan Pemeriksaan yang dilakukan oleh Tergugat melalui Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan Nomor PEMB- 53/WPJ.26/KP.0705/2011 tanggal 24 Agustus 2011, telah terbit Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Nomor 00013/207/10/127/12 tanggal 15 Maret 2012;

bahwa Penggugat telah menerima Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) PPN Masa Pajak Agustus 2010 Nomor 00013/207/10/127/12 tanggal 15 Maret 2012 yang diterbitkan oleh Tergugat;

bahwa atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) PPN Masa Pajak Agustus 2010 Nomor 00013/207/10/127/12 tanggal 15 Maret 2012 tersebut, Penggugat telah mengajukan Surat Permohonan Pengurangan atau Pembatalan Surat Ketetapan Pajak Yang Tidak Benar berdasarkan ketentuan Pasal 36 ayat 1 huruf B Undang-Undang KUP kepada Tergugat melalui surat Nomor 009A/SK/KPM/VII/2017 tanggal 27 Juli 2017 yang pada intinya Penggugat tidak setuju atas penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) PPN Masa Pajak Agustus 2010 Nomor 00013/207/10/127/12 tanggal 15 Maret 2012 tersebut di atas;

bahwa atas surat penggugat tersebut, Tergugat telah menerbitkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP- 00382/NKEB/WPJ.26/2017 tanggal 11 Desember 2017 yang isinya menolak permohonan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar;

Fakta – Fakta

bahwa Tergugat tidak melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar pemeriksaan, dibuktikan dengan dokumen yang dipinjam pada saat pemeriksaan belum dikembalikan sampai dengan saat ini sehingga akan menyebabkan kegagalan. dalam melaksanakan upaya hukum untuk mencari keadilan;

bahwa Truk yang digunakan adalah truk dengan menggunakan tanda nomor kendaraan dengan dasar kuning dan tulisan hitam;

bahwa pada bulan Agustus 2010 Penggugat tidak menerbitkan faktur pajak dan tidak memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) kepada PT QWE, Tbk selaku pemberi kerja. Karena Penggugat (CV RTY) belum terdaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak sehingga Pengugat tidak dapat menerbitkan Faktur Pajak;

bahwa nilai omset atau penjualan Penggugat (Pemohon Banding) dihitung oleh Tergugat berdasarkan dasar pengenaan pajak atas bukti potong dari PT QWE, Tbk., sedangkan sebagian dari nilai tersebut merupakan penjualan bulan Desember 2009 dan sudah diakui sebagai penghasilan di tahun 2009;

bahwa dalam hal perpajakan, Penggugat sebagai pengusaha angkutan darat sangat awam dan tidak mengetahui aturan pada Peraturan Menteri Keuangan No. 68/PMK.03/2010 yang berlaku 1 April 2010 yang menyebutkan pengusaha dengan penerimaan bruto lebih dari Rp600.000.000,00 wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak;

bahwa demikian pula ketidakpahaman Penggugat terhadap peraturan perpajakan lainnya terkait jasa angkutan darat yang membuat Penggugat akhirnya mendaftarkan diri untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak per tanggal 11 Agustus 2010;

bahwa seandainya sebelum pendaftarkan diri sebagai PKP Penggugat mengetahui aturan pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 28/PMK.03/2006 dan ditegaskan dengan SE-119/PJ/2000, seharusnya atas usaha Penggugat tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai karena atas armada angkutan darat yang Penggugat gunakan seluruhnya merupakan kendaraan dengan menggunakan kendaraan bermotor dengan tanda nomor kendaraan dengan dasar kuning dan tulisan hitam. Sehingga menurut pendapat Penggugat tidak seharusnya Pengugat memiliki kewajiban untuk memungut PPN dari pelanggan Penggugat dan mendaftarkan sebagai PKP (Pengusaha Kena Pajak);

Dasar Hukum

bahwa PMK 199/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Pemeriksaan, yang selanjutnya disebut PMK 199, Pasal 11 ayat 1 huruf h yang berbunyi

"mengembalikan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak paling lama 7 (tujuh) hari sejak tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan."

bahwa Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009, selanjutnya disebut Undang-Undang PPN pada Pasal 4A ayat (3) yang berbunyi "Jenis jasa yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai adaIah jasa tertentu dalam kelompok jasa sebagai berikut" huruf j "jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri".

bahwa Keputusan Menteri Keuangan Nomor 527/KMK.03/2003 tentang Jasa di Bidang Angkutan Umum di Darat dan di Air yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 28/PMK.03/2006, selanjutnya disebut PMK 28 Tahun 2006, Pasal 1 angka 4 berbunyi bahwa “ Kendaraan Angkutan Umum adalah kendaraan motor yang dipergunakan untuk kegiatan pengangkutan orang dan/ atau barang yang disediakan untuk umum dengan dipungut bayaran baik dalam trayek maupun tidak dalam trayek, dengan menggunakan tanda nomor kendaraan dengan dasar kuning dan tulisan hitam;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(4)

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(5)

Menurut Majelis : bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis atas Berkas Gugatan dan penjelasan para pihak dalam persidangan, Majelis berpendapat sebagai berikut:

bahwa Majelis melakukan pemeriksaan mengenai materi sengketa dalam gugatan Penggugat;

bahwa asal sengketa adalah penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Nomor 00013/207/10/127/12 tanggal 15 Maret 2012 untuk Masa Pajak Agustus 2010 dengan jumlah yang masih harus dibayar sebesar Rp104.786.960,00;

bahwa terhadap SKPKB a quo telah diajukan Permohonan Pengurangan atau Pembatalan Surat Ketetapan Pajak Yang Tidak Benar yang pertama dengan Surat Nomor 009/SK/KPM/XII/2016 tanggal 6 Desember 2016, dan telah dijawab dengan Keputusan Tergugat Nomor KEP- 00134/NKEB/WPJ.26/2017 tanggal 26 Mei 2017;

bahwa atas Keputusan Tergugat Nomor KEP-00134/NKEB/WPJ.26/2017 tanggal 26 Mei 2017, Penggugat mengajukan Permohonan Pembatalan Surat Ketetapan Pajak Yang Tidak Benar yang Kedua dengan Surat Nomor 009A/SK/KPM/VII/2017 tanggal 27 Juli 2017 dan dengan Keputusan Tergugat Nomor KEP-00382/NKEB/WPJ.26/2017 tanggal 11 Desember 2017 permohonan Penggugat tersebut ditolak, bahwa Penggugat berpendapat Keputusan Tergugat tidak sesuai dengan bukti- bukti yang ada dan peraturan perpajakan yang berlaku;

bahwa Tergugat berpendapat Keputusan Tergugat telah sesuai dengan bukti-bukti yang ada dan peraturan perpajakan yang berlaku;

bahwa Majelis berpendapat sengketa yang terjadi adalah sengketa pembuktian;

bahwa Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan menyatakan:

Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun;

bahwa Pasal 36 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 menyatakan:

Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat:

mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan pajak yang tidak benar;

bahwa Pasal 23 huruf a Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan menyatakan:

Diskresi Pejabat Pemerintahan meliputi pengambilan Keputusan dan/atau Tindakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang memberikan suatu pilihan Keputusan dan/atau Tindakan;

bahwa Penjelasan Pasal 23 huruf a Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan menyatakan:

Pilihan Keputusan dan/atau Tindakan Pejabat Pemerintahan dicirikan dengan kata dapat, boleh, atau diberikan kewenangan, berhak, seharusnya, diharapkan, dan kata-kata lain yang sejenis dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan yang dimaksud pilihan Keputusan dan/atau Tindakan adalah respon atau sikap Pejabat Pemerintahan dalam melaksanakan atau tidak melaksanakan Administrasi Pemerintahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

bahwa Majelis berpendapat Keputusan Direktur Jenderal Pajak a quo dalam permohonan Wajib Pajak untuk mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan pajak yang tidak benar adalah keputusan diskresi Direktur Jenderal Pajak;

bahwa Pasal 24 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan menyatakan:

Pejabat Pemerintahan yang menggunakan Diskresi harus memenuhi syarat:

a. sesuai dengan tujuan Diskresi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2);

b. tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;

c. sesuai dengan AUPB;

d. berdasarkan alasan-alasan yang objektif;

e. tidak menimbulkan Konflik Kepentingan; dan f. dilakukan dengan iktikad baik;

bahwa Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 menyatakan:

Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;

bahwa Pasal 29 ayat (3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 menyatakan:

Wajib Pajak yang diperiksa wajib:

a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak;

b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau

c. memberikan keterangan lain yang diperlukan;

bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis terhadap Surat Tanggapan Tergugat yang diajukan gugatan oleh Penggugat diketahui Tergugat telah melakukan penilaian ulang terhadap Keputusan Tergugat Nomor KEP- 00134/NKEB/WPJ.26/2017 tanggal 26 Mei 2017 dan Nomor KEP- 00382/NKEB/WPJ.26/2017 tanggal 11 Desember 2017 atas permohonan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar, meskipun Penggugat tidak menyampaikan data/dokumen kepada Tergugat namun Tergugat berdasarkan data yang dimiliki mengabulkan sebagian permohonan Penggugat;

bahwa Penggugat dalam persidangan menyampaikan bukti peminjaman dokumen yang diberikan oleh Tergugat pada saat persidangan dan menyatakan dokumen Penggugat belum dikembalikan kepada Penggugat;

bahwa dalam Surat Tanggapan Tergugat diketahui Tergugat telah memanggil Pemeriksa sehingga Majelis berpendapat Tergugat telah meneliti dokumen Penggugat;

bahwa Majelis berpendapat Tergugat telah melaksanakan kewenangannya dalam menerbitkan Keputusan dengan mempertimbangkan seluruh data yang dimiliki;

bahwa Majelis berpendapat dalam menerbitkan Keputusan, Tergugat telah memenuhi persyaratan diskresi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan;

bahwa oleh karenanya Majelis berpendapat bahwa tidak terdapat kesalahan prosedur dalam penerbitan Keputusan Tergugat;

bahwa Majelis berkesimpulan untuk menolak gugatan Penggugat;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(6)

Menimbang : bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam persidangan sebagaimana termuat dalam Berita Acara Sidang telah menjadi pertimbangan Majelis dalam pembuatan putusan ini;

Mengingat : Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, dan ketentuan perundangundangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan yang berkaitan dengan sengketa ini;

Memutuskan : Menyatakan menolak gugatan Penggugat terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-00382/NKEB/WPJ.26/2017 tanggal 11 Desember 2017 tentang Pengurangan Ketetapan Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Berdasarkan Pasal 36 ayat (1) huruf b Karena Permohonan Wajib Pajak, atas nama Pemohon Banding.

Demikian diputus di Jakarta pada hari Rabu, tanggal 4 Juli 2018 berdasarkan musyawarah Majelis XI B Pengadilan Pajak dengan susunan Majelis sebagai berikut:

Drs. ABC, Drs. DEF,

GHI, S.E., Ak., MBA., CIA., CA.

dengan dibantu oleh JKL, SE., M.M.

sebagai Hakim Ketua, sebagai Hakim Anggota, sebagai Hakim Anggota, sebagai Panitera Pengganti.

dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Hakim ketua pada hari Rabu, tanggal 26 September 2018, dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota, Panitera Pengganti, serta dihadiri oleh Tergugat dan dihadiri oleh Penggugat.

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

Referensi

Dokumen terkait

1) Surat ketetapan pajak kurang bayar (SKPKB) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan

Faktor risiko yang berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian kematian maternal adalah status pasien rujukan, penyakit jantung, dan infeksi (sepsis). World Health

Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah

Kelinci FZ-3 selanjutnya diseleksi dengan kriteria bobot badan umur 10 minggu karena memiliki nilai dugaan heritabilitas dan berkorelasi dengan bobot dewasa yang tinggi.. Sejumlah

Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah

perlu diperhatikan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru terhadap murid yang berada dalam kelas. Metode pembelajaran merupakan bagian dari komunikasi

2 Bahwa berkenaan dengan amar pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Pajak yang tertuang dalam Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.39906/ PP/M.XI/25/2012 tanggal 30 Agustus 2012,

Penagihan Pajak dalam hal utang pajak sebagaimana tercantum dalam Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), serta Surat Ketetapan Pajak Kurang